Anda di halaman 1dari 6

JURNAL 1

1. Judul Jurnal: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Melalui Pemanfaatan Hutan


Mangrove Untuk Budidaya Kepiting Bakau Desa Eat Mayang Sekotong Timur Lombok
Barat
2. Nama Penulis: Muhammad Zainur Rahman, Doni Pansyah
3. Nama Jurnal: GEOGRAPHY: Jurnal Kajian Penelitian & Pengembangan Pendidikan
4. Volume, Halaman, dan Tahun Penerbitan: Vol. 7, Hal. 1-10, No. 2, September 2019
5. Nama Reviewer: Salsabila A’Zahra
6. Tujuan Penelitian: bagaimana bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dan bagaimana
pemanfaatan hutan mangrove
7. Latar Belakang: Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai sumberdaya
pembangunan, baik sebagai sumberdaya ekonomi maupun ekologi yang telah lama
dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya yang hidup disekitar pesisir pantai. Hutan
mangrove juga memiliki peran yang sangat penting dalam pemberdayaan masyarakat
melalui budidaya kepiting bakau (Scylla serrata), hutan mangrove dan kepiting bakau
memiliki kaitan yang sangat erat dalam pengembangan potensi alam, baik itu dalam
melestarikan ekosistem mangrove dan juga dalam budidaya kepeting bakau.
8. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data kualitatif yaitu data tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat
pesisir pantai melalui pemanfaatan hutan mangrove untuk budidaya kepiting bakau di
pantai Sekotong Bawah Lombok Barat. Metode yang akan digunakan untuk menentukan
subjek adalah purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ada dua
yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Teknik penentuan subjek penelitian yaitu purposive
sampling dengan informan kunci dan informan biasa, tehnik pengumpulan data
(observasi, wawancara, dokumentasi) menggunakan teknik analisis data Miles dan
Huberman (reduksi data, penyajian data, verifikasi/ veripication).
9. Hasil Penelitian: Bentuk dari pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir pantai melalui
pemanfaatan hutan mangrove untuk budidaya kepiting bakau yang dilakukan oleh
masyrarakat Desa Eat Mayang adalah dengan cara diadakan pelatihan oleh pemerintah
setempat tentang bagaimana membudidayakan kepiting bakau, setelah pelatihan tersebut
dilakukan maka dibentuklah kelompok pembudidaya kepiting bakau, sedangkan
pemanfaatan hutan yang dilakukan dengan pembuatan tambak diarea hutan mangrove
untuk tempat membudidayakan kepiting bakau dan juga budidaya ikan bandeng,
pemanfaatan hutan mangove dengan melakukan budidaya kepiting kepiting bakau sangat
sesuai karena hutan mangrove merupakan habitat dari kepiting bakau.
10. Kelebihan: Kelebihan dari penelitian ini sangat bagus dan bermanfaat bagi warna di Desa
Eat Mayang karena memanfaatkan hutan mangrove sebagai sumberdaya ekonomi warga
Desa disana dan diberi pelatihan langsung bagaimana cara memanfaatkan mangrove
untuk pembudidayaan kepiting bakau. Penelitian ini berfokus pada pemberdayaan
masyarakat pesisir melalui pemanfaatan hutan bakau untuk budidaya kepiting, yang
merupakan topik yang relevan dan penting untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Penelitian ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pemberdayaan
ekonomi masyarakat pesisir melalui pemanfaatan hutan bakau, yang dapat berkontribusi
pada pengembangan strategi dan kebijakan yang efektif dalam konteks yang sama.
11. Kekurangan: Kurang memperhitungkan jarak lokasi penelitian dan tidak
mempertimbangkan masyarakat yang akan menjadi narasumber karena mereka sering
tidak ada dirumah. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini tidak
memiliki pola atau kerangka kerja yang jelas, yang dapat mempengaruhi kekakuan dan
keandalan analisis. Penelitian ini tidak memberikan penjelasan yang jelas tentang
keterbatasan atau potensi bias dalam proses pengumpulan data, yang dapat menimbulkan
pertanyaan tentang validitas temuan.
JURNAL 2

1. Judul Jurnal: Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Kerapu dalam Karamba Jaring
Apung di Kabupaten Situbondo
2. Nama Penulis: Sri Sukari Agustina, Johannes Hutabarat dan Agung Sudaryono
3. Nama Jurnal: Aquacultura Indonesiana
4. Volume, Halaman, dan Tahun Penerbitan: Vol. 11 No. 1, Hal. 77-87, April 2010
5. Nama Reviewer: Salsabila A’Zahra
6. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi budidaya ikan kerapu,
mengkaji dan memecahkan permasalahan, dan merumuskan strategi pengembangan
budidaya ikan kerapu dalam Karamba jaring apung yang sesuai di Kabupaten Situbondo.
7. Latar Belakang: Penelitian ini berfokus pada pengembangan budaya laut kerapu di
kandang jaring apung di Kabupaten Situbondo, Indonesia. penelitian menunjukkan
bahwa luas lahan budidaya laut kerapu pada tahun 2008 adalah 5.778 m^2, dengan
tingkat volume produksi 39,65 ton dari tahun 2003 hingga 2008. Parameter kualitas air
ditemukan mendukung pengembangan budaya laut kerapu. Strategi yang
direkomendasikan untuk pengembangan budaya laut kerapu di Kabupaten Situbondo
adalah meningkatkan kapasitas produksi melalui intensifikasi usaha dan meningkatkan
pasar ekspor melalui promosi dan peningkatan kualitas produk akuakultur.
8. Metode: Metode penelitian adalah metode survei. Pengumpulan data primer dengan cara
observasi, penyebaran kuesioner, wawancara, dan FGD (Focus Group Dicussion).
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah yang terkait.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis SWOT.
9. Hasil Penelitian: Hasil potensi budidaya ikan kerapu diperoleh tahun 2008 luas lahan
5.778 m², rata-rata volume produksi dari tahun 2003-2008 sebesar 39,65 ton dan kondisi
perairan masih mendukung kegiatan pengembangan budidaya ikan kerapu. Penentuan
strategi pengembangan budidaya ikan kerapu dalam Karamba jaring apung di Kabupaten
Situbondo berada pada posisi Kuadran I (mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif). Alternatif strategi pertama yang dapat diterapkan berdasarkan skala prioritas
strategi yaitu peningkatan kapasitas produksi melalui intensifikasi usaha dan peningkatan
pasar ekspor melalui peningkatan promosi kualitas produk hasil budidaya.
10. Kelebihan: Penelitian ini memberikan wawasan tentang potensi budaya laut kerapu dan
laju volume produksi di Kabupaten Situbondo, yang dapat menjadi informasi berharga
bagi para pemangku kepentingan dan investor di industri akuakultur. Penelitian ini
mengidentifikasi area masalah dan merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan
budaya laut kerapu di kandang jaring apung, yang dapat membantu dalam mengatasi
tantangan dan meningkatkan kapasitas produksi. Penelitian ini menyoroti potensi dan
kekuatan budaya kerapu di kandang jaring mengambang di Kabupaten Situbondo,
memberikan kesempatan bagi para pemangku kepentingan, pemerintah, dan investor
untuk mendukung dan memperkuat pertumbuhan industri.
11. Kekurangan: Kurangnya minat untuk belajar tentang teknologi budidaya kerapu karena
kendala keuangan dan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap pendapatan.
Keterampilan dan pengetahuan yang terbatas tentang teknologi budidaya kerapu di
kalangan masyarakat sekitar.
JURNAL 3

1. Judul Jurnal: Budidaya Udang Vaname Dengan Padat Penebaran Tinggi


2. Nama Penulis: Rachman Syah, Makmur, dan Mat Fahrur
3. Nama Jurnal: Media Akuakultur
4. Volume, Halaman, dan Tahun Penerbitan: Vol.12 (1), Hal. 19-26, 2017
5. Nama Reviewer: Salsabila A’Zahra
6. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi kinerja
budidaya udang vaname superintensif pada padat penebaran yang berbeda sebagai acuan
untuk menentukan padat penebaran optimal udang vaname pada teknologi superintensif.
Diharapkan aplikasi padat penebaran yang optimal akan berdampak pada produktivitas
dan keuntungan yang maksimal dengan sistem produksi yang berkelanjuta.
7. Latar Belakang: Upaya meningkatkan produktivitas lahan tambak dapat dilakukan
dengan meningkatkan padat penebaran disertai dengan pemberian akuinput yang prima
serta dukungan teknologi yang memadai. Tiga padat penebaran yaitu 750; 1.000; dan
1.250 ekor/m2, diaplikasikan pada tambak dengan luasan 1.000 m2 dengan kedalaman air
1,8 m dilengkapi dengan sistem aerasi berupa kincir dan root blower, pompa submersible,
automatic feeder, central drain dan collector drain serta Instalasi Pengolah Air Limbah
(IPAL). Kapasitas sistem aerasi adalah 500 kg biomassa udang/HP. Udang dipelihara
selama 105 hari.
8. Metode: Penelitian ini melakukan percobaan dengan tiga kepadatan penebaran yang
berbeda (750, 1.000, dan 1.250 udang/m^2) di kolam 1.000 m^2 dengan kedalaman air
1,8 m. Kolam dilengkapi dengan sistem aerasi, pompa submersible, pengumpan otomatis,
dan fasilitas pengolahan air limbah. Udang dipelihara selama 105 hari. Penelitian
mengukur berat akhir udang, laju pertumbuhan harian, dan produksi yang diperoleh pada
setiap kepadatan stok. Ini juga menghitung rasio konversi pakan, konsumsi listrik, dan
kebutuhan air untuk produksi udang.
9. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa padat penebaran yang
diaplikasikan menghasilkan bobot akhir udang yang relatif sama berkisar 15,48-16,30
(15,78±0,45) g/ekor dengan nilai pertumbuhan harian 0,16-0,18 (0,17±0,01) g/hari.
Produksi yang diperoleh adalah 7.862; 10.699; dan 12.163 kg/petak, masing-masing pada
padat penebaran 750; 1.000 dan 1.250 ekor/m2. Nilai rasio konversi pakan 1,4; 1,36; 1,55
dan kebutuhan listrik 3,2; 2,5; 2,4 kw/ kg udang serta kebutuhan air 2,24; 1,66; 1,60
m3/kg udang. Biaya produksi udang terendah adalah Rp. 30.526/ kg udang pada padat
penebaran 1.000 ekor/m2 dengan laba operasional sebesar Rp. 630.687.094/ th. Padat
penebaran 1.000 ekor/m2 menghasilkan kinerja lebih baik sehingga disarankan menjadi
acuan padat penebaran untuk budidaya udang vaname superintensif. Teknologi ini
memiliki potensi dampak terhadap lingkungan perairan, sehingga perlu dilengkapi sarana
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk pengolah air buangan tambak.
10. Kelebihan: Penelitian ini memberikan wawasan tentang dampak kepadatan stok terhadap
pertumbuhan dan produksi udang vannamei dalam sistem budidaya superintensif.
Penelitian ini memberikan data dan informasi berharga untuk mengoptimalkan kepadatan
ternak dan mencapai produktivitas dan profitabilitas maksimum dalam sistem budidaya
udang vannamei superintensif.
11. Kekurangan: Penelitian ini tidak memberikan analisis komprehensif tentang potensi
dampak lingkungan dari budidaya udang superintensif, meskipun mengakui perlunya
fasilitas pengolahan air limbah. Tidak memberikan analisis komprehensif tentang potensi
dampak lingkungan dari budidaya udang superintensif, meskipun mengakui perlunya
fasilitas pengolahan air limbah. Tidak membahas potensi keberlanjutan jangka panjang
dari sistem budidaya udang superintensif, termasuk potensi degradasi habitat dan
hilangnya keanekaragaman hayati. Tidak memberikan perbandingan dengan sistem
budidaya udang alternatif atau mempertimbangkan potensi pertukaran antara
produktivitas dan kelestarian lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai