Anda di halaman 1dari 104

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN NILA

(Oreochromis niloticus) MELALUI PENDAMPINGAN KELOMPOK


DI KECAMATAN KAWALI KABUPATEN CIAMIS
PROVINSI JAWA BARAT

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Oleh:
EGA GUNARA

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


2021
PEMBERDAYAAN KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN NILA
(Oreochromis niloticus) MELALUI PENDAMPINGAN KELOMPOK
DI KECAMATAN KAWALI KABUPATEN CIAMIS
PROVINSI JAWA BARAT

Oleh:
EGA GUNARA
NRP. 53176112115

Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERIKANAN
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2021
KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Judul Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan Nila


(Oreochromis niloticus) melalui Pendampingan Kelompok di
Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat

Penyusun Ega Gunara


:

NRP 53176112115
:

Program Penyuluhan Perikanan


Studi :

Menyetujui :

Dosen Pembimbing,

Kamsiah, SP., M.Pd Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui:

Ilham, S.S.St.Pi, M.Sc. Ph.D. Ina Restuwati, S.IP, M.Si

Direktur Ketua Program Studi


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Praktik Akhir


“Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
melalui Pendampingan Kelompok di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
Provinsi Jawa Barat” adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Ilmiah Praktik Akhir
ini.
Apabila di kemudian hari pernyataan yang saya buat tidak sesuai, maka
saya bersedia dicabut gelar kesajarnaannya oleh Politeknik Ahli Usaha
Perikanan.

Bogor, 13 Agustus 2021

Ega Gunara
NRP. 53176112115
© Hak Cipta Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Tahun 2021
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah dan pengutipan, tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis


dalam bentuk apa pun tanpa izin Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
RINGKASAN

EGA GUNARA, NRP 53176112115. “Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya


Ikan Nila (Oreochromis niloticus) melalui Pendampingan Kelompok di
Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat”. Dibimbing oleh
Kamsiah dan Toni Ruchimat
Kecamatan Kawali merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah
Kabupaten Ciamis yang memiliki luas wilayah 1.146,73 Ha. Potensi perikanan
budidaya ikan yang ada di Kecamatan Kawali seluas 128,67 Ha yang tersebar di
sebelas desa. Jenis usaha yang dilakukan di Kecamatan Kawali meliputi
pembesaran ikan nila dan ikan gurami. Komoditas dominan ikan yang
diusahakan yaitu ikan nila. Potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di
Kecamatan Kawali yaitu adanya beberapa sungai dan mata air yang memiliki
kuantitas dan kualitas air yang memadai untuk budidaya. Selain itu potensi
Sumber Daya Manusia (SDM) di Kecamatan Kawali memiliki Rumah Tangga
Perikanan (RTP) sebanyak 233 orang uang tergbung dalam 12 kelompok
dengan tingkatan kelas kelompok pemula dan madya.
Permasalahan yang dihadapi perilaku perikanan dan kegiatan penyuluhan
di Kecamatan Kawali yaitu: 1) Pembudidya belum memaksimalkan penerapan
biosecurity sebagai pencegahan hama, sehingga banyak kematian atau
hilangnya ikan karena hama; 2) Pembudidaya belum mampu untuk membuat
pakan alternatif berupa Azolla microphylla secara mandiri; 3) Peran dan fungsi
kelompok belum dijalankan sepenuhnya sesuai dengan Kepmen KP Nomor 14/
MEN/ 2012. Karena masih kurangnya kerjasama antar anggota kelompok dan
pembudidaya belum memahami manfaat dalam berkelompok.
Berdasarkan masalah tersebut maka Praktik Akhir ini bertujuan yaitu: 1)
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pembudidaya tentang
penerapan biosecurity untuk meminimalisir hama; 2) Meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan pembudidaya tentang budidaya Azolla
microphylla untuk mengurangi biaya produksi melalui demonsrasi kolam
perontohan (dempond); 3) Meningkatkan peran dan fungsi kelompok sebagai
wahana kerjasama, sarana prasarana dan produksi melalui pertemuan
kelompok.
Kegiatan penyuluhan perikanan di Kecamatan Kawali yang dilakukann
adalah (1) Peningkatkan pengenalan biosecurity (2) Kolam percontohan
budidaya Azolla sebagai pakan tambahan (3) Peningkatan peran dan fungsi
kelompok serta pengelolaan administrasi kelompok. Evaluasi pelaksanaan
penyuluhan perikanan yang dilakukan di Kecamtan kawali dilakuka pada 3 (tiga)
aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengetahui perubahan
dan peningkatan yang terjadi setelah dilakukannya kegiatan penyuluhan.
Peningkatan pengetahuan mengenai biosecurity untuk memimalisir hama.
Hasil demonstrasi kolam percontohan, penggunaan Azolla microphylla sebagai
pakan tambahan pada ikan nila dapat mengefisiensi pakan hingga 89%
sedangkat pada kolam pembudidaya efisiensi pakan hanya 85%. Biaya produksi
berkurang sebanyak 5% sehingga dapat meningkatkan keuntungan dalam usaha
budidaya pembesaran ikan nila. Peningkatan fungsi kelompok terjadi pada fungsi
kelompok sebagai wahana kerjasama dan organisasi kegiatan bersama.
Pelaksanaan program kegiatan, sosialisasi biosecurity untuk meminimalisir
hama yang ditandai dengan terjadinya peningkatan aspek pengetahuan (30%),
sikap (17,1%) pembudidaya mengenai pengetahuan tentang biosecurity untuk
meminimalisir hama.
Pelaksanaan program kegiatan penyuluhan, perlu dilaksanakan suatu
kegiatan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh sasaran dapat menerima
inovasi maupun informasi yang telah diberikan. Aspek yang dievaluasi pada
program penyuluhan meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
pembudidaya. Hasil evaluasi pengetahuan meningkat (37%), sikap (22,3%), dan
keterampilan (33%) pada kegiatan penggunaan Azolla microphylla sebagai
pakan tambahan ikan.
Peningkatan fungsi kelompok terjadi pada fungsi kelompok sebagai
wahana kerjasama dan organisasi kegiatan bersama yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan aspek pengetahuan (21%), sikap (25%) pembudidaya
mengenai pendampingan administrasi kelompok.
Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
melalui Pendampingan Kelompok di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
Provinsi Jawa Barat

Oleh :
Ega Gunara

ABSTRAK
Praktik Akhir ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
pembudidaya tentang pengenalan biosecurity untuk meminimalisir hama.
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pembudidaya tentang
budidaya Azolla microphylla untuk mengurangi biaya produksi melalui
demonsrasi cara (dempond. Meningkatkan peran dan fungsi kelompok sebagai
wahana kerjasama. Praktik ini dilaksanakan di Kecamatan Kawali Kabupaten
Ciamis Provinsi Jawa Barat pada tanggal 8 Maret hingga 5 Juni 2021. Praktik ini
dilakukan dengan metode kolam percontohan (dempond), pertemuan kelompok,
anjangsana, dan daring. Aspek yang dianalisis yaitu aspek teknis, bisnis, dan
penyuluhan. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara partisifatif dengan
menggunakan media cetak berupa leaflet dan folder serta evaluasi penyuluhan
dengan adanya pre test dan post test (kuesioner). Hasil Praktik Akhir
menunjukkan bahwa meningkatkan pengetahuan dan sikap pembudidaya
tentang pengenalan biosecurity untuk meminimalisir hama meningkat. Hasil
evaluasi pengetahuan mengenai penerapan biosecurity untuk meminimalisir
hama meningkat (30%) dan sikap (17,1%). Penggunaan Azolla microphylla
sebagai pakan tambahan pada ikan nila dapat mengurangi biaya produksi
sebanyak 5%. Hasil evaluasi pengetahuan meningkat (37%), sikap (22,3%), dan
keterampilan (33%). Peran fungsi kelompok sebagai wahana kerjasama dan
organisasi kegiatan bersama meningkat. Hasil evaluasi pengetahuan mengenai
administrasi dan kerjasama antar anggota kelompok meningkat (21%) dan sikap
(25%).
Kata kunci: azolla microphylla, biosecurity, Efisensi, Kelompok, Pakan, Peran
dan Fungsi.

ABSTRACT
This Final Practice aims to increase the knowledge and attitudes of farmers
about the introduction of biosecurity to minimize pests. Improving the knowledge,
attitudes, and skills of cultivators about the cultivation of Azolla microphylla to
reduce production costs through demonstration methods (dempond. Increasing
the role and function of groups as a vehicle for cooperation. This practice was
carried out in Kawali District, Ciamis Regency, West Java Province from March 8
to June 5 2021 This practice is carried out using a demonstration pool method
(dempond), group meetings, anjangsana, and online. The analyzed aspects are
technical, business, and counseling aspects. Extension activities are carried out
in a participatory manner using printed media in the form of leaflets and folders
as well as evaluation of counseling with the presence of pre test and post test
(questionnaire). The results of the Final Practice showed that increased
knowledge and attitudes of farmers about the introduction of biosecurity to
minimize pests increased. The results of the evaluation of knowledge about the
application of biosecurity to minimize pests increased (30%) and attitudes
(17.1%). Use of Azolla mi crophylla as an additional feed for tilapia can reduce
production costs as much as 5%. The results of the evaluation of knowledge
increased (37%), attitudes (22.3%), and skills (33%). The role of group functions
as a vehicle for cooperation and the organization of joint activities is increasing.
The results of the evaluation of knowledge about administration and cooperation
between group members increased (21%) and attitudes (25%).
Keywords: azolla microphylla, biosecurity, efficiency, group, feed, roles and
functions.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyusun Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul
“Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Pembudidaya Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) melalui Pendampingan Kelompok di Kecamatan Kawali Kabupaten
Ciamis Provinsi Jawa Barat”. Karya Ilmiah Praktik Akhir ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan Perikanan (S. Tr. Pi.)
pada Program Studi Penyuluhan Perikanan, Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yang
mencakup Pendahuluan, Dasar Pelaksanaan, Metodologi, Hasil dan
Pembahasan, serta Simpulan dan Saran. Bimbingan, koreksi, dan saran dari
dosen pembimbing (Ibu Kamsiah, SP., M.Pd dan Bapak Dr. Ir. Toni Ruchimat,
M.Sc) dalam mewujukan sebuah karya ilmiah ini diharapkan bisa menambah
ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam menyusun karya ilmiah.
Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.

Bogor, 13 Agustus 2021

Penulis

1
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Karya Ilmiah Praktik
Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan
Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Kamsiah, SP., M.Pd dan Bapak Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc
selaku Dosen Pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan, dorogan,
dan semangat dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini. Ucapan terima
kasih atas rahmat Allah SWT yang Maha Penyayang, selama proses
penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada:
1. Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Politeknik AUP.
2. Dr. Heri Triyono, A.Pi., M.Kom., selaku Wakil Direktur I Politeknik AUP.
3. Arpan Nasri Siregar, A.Pi, .St.Pi., selaku Wakil Direktur II Politeknik AUP.
4. Dr. Ita Junita Puspadewi, A.Pi., M.Pd., selaku Wakil Direktur III Politeknik
AUP.
5. Ibu Yenni Nuraini, S. Pi. M. Sc., selaku Kepala Unit Praktik Lapang
Komunikasi dan Penyuluhan Poltek AUP.
6. Ibu Ina Restuwati, S. IP, M. Si selaku Ketua Program Studi Penyuluhan
Perikanan.
7. Indah Dwi Fernanda yang telah memberikan semangat, motivasi serta mau
menjadi pendengar yang baik dan menjadi support system bagi penulis
8. Keluarga besar Bapak Endang Rusyana dan kakak-kakakku tersayang yang
tidak bisa diucapkan satu persatu yang telah memberikan masukan dan
motivasi selama 4 tahun masa pendidikan di Program Studi Penyuluhan
Perikanan Politeknik AUP.
9. Sahabat, teman, dan saudara seperjuangan selama masa pendidikan di
Pogram Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik AUP yaitu Angkatan 53
(Calothrix Parientina).
10. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir
(KIPA).

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
UCAPAN TERIMA KASIH ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Manfaat 3
2 METODOLOGI 5
2.1 Waktu dan Tempat 5
2.2 Jenis dan Sumber Data 5
2.3 Teknik Pengumpulan Data 5
2.4 Analisa Data 5
2.4.1 Sistem Produksi 5
2.4.2 Analisis Usaha 6
2.5 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Praktik Akhir 8
2.5.1 Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan 9
2.5.2 Penentuan Wilayah dan Sasaran Penyuluhan 9
2.6 Program Kegiatan 9
2.6.1 Sosialisasi Biosecurity 9
2.6.2 Dempond Budidaya Azolla 11
2.6.3 Peningkatan Fungsi Kelompok 13
2.7 Evaluasi Penyuluhan 15
2.8 Adopsi Inovasi 15
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 17
3.1 Karakteristik Wilayah dan Sasaran Penyuluhan 17
3.1 Karakteristik Wilayah 17
3.2 Karakteristik Sasaran 18
3.2 Kegiatan Penyuluhan 19
3.2.1 Sosialisasi Biosecurity pada Pembesaran Ikan Nila sebagai
Pencegahan Hama 19
3.2.2 Budidaya Azolla Sebagai Pakan Tambahan Ikan Nila untuk
Mengurangi Biaya Produksi 21
3.2.3 Kelompok sebagai Wahana Kerjasama dan Organisasi Kegiatan
Bersama 26
3.4 Evaluasi Penyuluhan 27
3.4.1 Sosialisasi Biosecurity pada Pembesaran Ikan Nila Sebagai
Pencegahan Hama 27

3
3.4.2 Budidaya Azolla Sebagai Pakan Tambahan Ikan Nila untuk
Mengurangi Biaya Produksi 32
3.4.3 Kelompok Sebagai Wahana Kerjasama dan Organisasi Kegiatan
Bersama 38
4 SIMPULAN DAN SARAN 44
4.1 Simpulan 44
4.2 Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 50
RIWAYAT HIDUP 81

4
DAFTAR TABEL

1 Rencana Aanggaran Biaya (RAB) Kegiatan Sosialisasi Biosecurity 11


2 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan Dempond Budidaya Azolla
microphylla 13
3 Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Peningkatan Fungsi Kelompok 14
4 Luas Wilayah Kecamatan Kawali 17
5 Karakteristik Sasaran 18
6 Perbandingan Perlakuan pada Kolam Pembudidaya dan Kolam Percontohan
Azolla sebagai Pakan Tambahan 22
7 Feed Conversion Ration (FCR) 23
8 Efisiensi Pakan 23
9 Hasil Monitoring Pertumbuhan Ikan 24
10 Perbandingan Analisi Usaha Kegiatan Pengaplikasian Azolla 25
11 Perbandingan Pakan Kolam Perlakuan dan Tanpa Perlakuan 26
12 Analisis Usaha Budidaya Azolla 26
13 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pengetahuan Pengenalan Biosecurity 27
14 Hasil Pre Test dan Post Test Sikap Sasaran terhadap Biosecurity 30
15 Rekapitulasi Evaluasi Aspek Pengetahuan Sasaran terhadap Pakan Azolla 32
16 Hasil Pre Test dan Post Test Sikap Sasaran terhadap Pakan Azolla 34
17 Hasil Pre Test dan Post Test Keterampilan Sasaran terhadap Pakan Azolla 36
18 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pengetahuan Sasaran terhadap Peran Fungsi
Kelompok 38
19 Hasil Pre Test dan Post Test Sikap Sasaran terhadap Wahana Kerjasama 41

5
DAFTAR GAMBAR

1 Sosialisasi Biosecurity 10
2 Dempond Budidaya Azolla 12
3 Peningktan Fungsi Kelompok 14
4 Peta Kecamatan Kawali 17
5 Hasil Monitoring Pertumbuhan Ikan 24
6 Grafik Hasil Evaluasi Pengetahuan Biosecurity 29
7 Garis Kontinium Evaluasi Awal (Pre Test) dan Evaluasi Akhir (Post Test)
Sasaran Sosialisasi Biosecurity 30
8 Grafik Adopsi Inovasi Biosecurity 31
9 Grafik Hasil Evaluasi Pengetahuan Sasaran terhadap Pakan Azolla 33
10 Garis Kontinium Evaluasi Awal (Pre Test) dan Evaluasi Akhir (Post Test)
Sasaran terhadap Pakan Azolla 34
11 Hasil Evaluasi Adopsi Inovasi Sasaran terhadap Pakan Azolla 37
12 Grafik Hasil Evaluasi Pengetahuan Sasaran terhadap Peran Fungsi Kelompok
40
13 Garis Kontinium Evaluasi Awal (Pre Test) dan Evaluasi Akhir (Post Test)
Sasaran terhadap Peran Fungsi Kelompok 41
14 Grafik Hasil Evaluasi Adopsi Peran dan Fungsi Kelompok 42

6
DAFTAR LAMPIRAN

1 Kelompok Pembudidaya Ikan di Kecamatan Kawali 51


2 Lembar Persiapan Menyuluh Pengenalan Biosecurity 52
3 Daftar Hadir Sosialisasi Biosecurity 54
4 Aspek Pengetahuan Sosialisasi Biosecurity 55
5 Aspek Sikap Pembudidaya terhadap Pengenalan Biosecurity 57
6 Leaflet Biosecurity 58
7 Lembar Persiapan Menyuluh Budidaya Azolla 59
8 Daftar Hadir Azolla 62
9 Aspek Pengetahuan Pemahaman Budidaya Azolla sebagai Pakan Tambahan
363
10 Aspek Sikap Pembudidaya terhadap Budidaya Azolla sebagai Pakan
Tambahan 65
11 Aspek Keterampilan tentang Budidaya Azolla Sebagai Pakan Tambahan 66
12 Folder Azolla 68
13 Lembar Persiapan Menyuluh Peran dan Fungsi Kelompok 69
14 Daftar Hadir Peran dan Fungsi Kelompok 73
15 Aspek Pengetahuan Peningkatan Peran dan Fungsi Kelompok 74
16 Aspek Sikap dalam Pemdampingan Pengisisan Buku Administrasi Kelompok
76
17 Leaflet Peran dan Fungsi Kelompok 77
18 Analisis Usaha Budidaya Azolla microphylla 78

7
8

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan perikanan merupakan salah satu pembangunan sektoral
yang diharapkan mampu memberikan kontribusi secara signifikan terhadap
pendapatan daerah, penyerapan tenaga kerja serta pembangunan nasional
secara menyeluruh. Sumber daya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia
dinilai memiliki tingkat keragaman hayati (bio-diversity) paling tinggi, selain itu
terdapat berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi.
Ikan adalah organisme yang hidupnya di lingkungan perairan baik di
perairan tawar, payau, maupun laut. Ikan mempunyai berbagai macam jenis
dengan morfologi dan karakteristik tubuh yang berbeda-beda Fauzia & Suseno
(2020). Berdasarakan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2009 Tentang Perikanan, ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau
sebagaian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. indonesia
merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta km 2, sehingga
memiliki potensi perikanan baik laut maupun tawar. Indonesia memiliki beragam
spesies ikan, salah satu jenis ikan yang digemari untuk konsumsi adalah ikan
demersal. Ikan demersal merupakan ikan yang secara komersial layak untuk
diusahakan atau dengan kata lain menguntungkan. Salah satu jenis ikan
demersial yang ada di Indonesia di antaranya ikan nila Salsabila & Suprapto
(2019).
Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten yang sebagian besar wilayahnya
digunakan sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Terlepasnya Kabupaten
Pangandaran dari Kabupaten Ciamis sebagai area yang berbasis pada potensi
Kelautan dan Perikanan menyebabkan pendapatan daerah Kabupaten Ciamis
menurun. Oleh karena itu, perlunya mengidentifikasi kembali potensi perikanan di
Kabupaten Ciamis agar mampu mengembangkan kembali sektor perikanan di
Kabupaten Ciamis. Penggerak utama ekonomi daerah pada sektor perikanan
yaitu di bidang perikanan budidaya, merupakan sentra produksi dan
perdagangan perikanan di lahan-lahan budidaya produktif. Sentra produksi
pengolahan ikan dan perdagangan juga dapat dijadikan penggerak utama
ekonomi di kawasan Kabupaten. Selain itu, merujuk pada Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan, PER.12/MEN/2010 Tentang Minapolitan Angka 3 huruf
c, mengamanatkan bahwa revitalisasi sentra produksi, pengolahan, dan / atau
pemasaran merupakan salah satu penggerak ekonomi masyarakat. Berkenaan
dengan hal tersebut Identifikasi potensi wilayah perikanan di Kecamatan Kawali
Kabupaten Ciamis merupakan salah satu langkah awal untuk menggali data dan
informasi yang dilakukan secara partisipatif guna mendorong percepatan
pembangunan di sektor perikanan khususnya dan pembangunan nasional pada
umumnya.
Kecamatan Kawali merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah
Kabupaten Ciamis, yang memiliki 11 desa Badan Pusat Statistik Kabupaten
Ciamis (2019). Potensi perikanan budidaya ikan yang ada di Kecamatan Kawali
tersebar di sebelas desa. Jenis usaha yang dilakukan di Kecamatan Kawali
9

merliputi pembesaran ikan nila dan ikan gurami. Komoditas dominan ikan yang
diusahakan yaitu ikan nila, karena mudah dikemabangbiakan dan dipelihara
serta toleransinya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Rasanya cukup
gurih sehingga digemari masyarakat Indonesia Ashari (2011). Potensi Sumber
Daya Alam (SDA) yang ada di Kecamatan Kawali yaitu adanya beberapa sungai
yang memiliki kuantitas dan kualitas air untuk memadai budidaya. Pembudidaya
ikan adalah kegiatan untuk memelihara,membesarkan, dan atau membiakan ikan
serta memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol Peraturan Direktur Jendral
Perikanan Budidaya (2018). Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya
ikan nila di kecamatan kawali yaitu, Pembudidaya belum memaksimalkan
penerapan biosecurity sebagai pencegahan hama, sehingga banyak kematian
atau hilangnya ikan karena hama darat, pembudidaya belum mampu untuk
membuat pakan alternatif berupa Azolla microphylla secara mandiri, dan peran
fungsi kelompok belum dijalankan sepenuhnya karena masih kurangnya
kerjasama antar anggota kelompok dan pembudidaya belum memahami manfaat
dalam berkelompok. Permasalahan yang dihadapi tersebut dilakukan
pemberdayaan pembudidaya ikan nila untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap pembudidaya ikan nila tentang penerapan biosecurity untuk meminimalisir
hama, meningkatkan pengetahuan,sikap dan keterampilan pembudidaya tentang
budidaya azolla microphylla sebagai pakan ikan nila untuk mengurangi biaya
produksi melalui dempond, meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai
peran dan fungsi kelompok sebagai wahana kerjasama,sarana prasarana dan
produksi melalui pertemuan kelompok.
Pemberdayaan bila dilihat dari akar katanya, “daya” merupakan kata dasar
dan di tambah “ber”, yang berarti yang mempunyai daya. Daya sama dengan
tenaga/ kekuatan, maka arti kata berdaya adalah mempunyai tenaga kekuatan.
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan agar objek
menjadi berdaya atau mempunyai tenaga/kekuatan. Kata pemberdayan berasar
dari bahasa inggris, yaitu empowerment. Merrian Webster dalam Oxford English
Dictionery mengartikan bahwa empowerment memiliki dua arti yaitu, to give
ability or enable to yang artinya sebagai memberi kemampuan atau cakap untuk
melakukan sesuatu dan to give power of authority to yang artinya memberikan
kewenangan/ kekuasaan Maryani & Nainggolan (2019). Visi peberdayaan
masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat. Misi pemberdayaan
masyarakat adalah mengembangkan kemampuan dan kemandirian dan secara
bertahap masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri
Noor (2011). Dalam pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan
dapat dilakukan dan dicapai melalui penerapan strategi pemberdayaan.
Pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: (1) Pendekatan
mikro, pendekatan ini disebut pendekatan yang berpusat pada tugas (task
centered approach). Pemberdayaan dilakukan terhadap individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, intervensi krisis. Tujuan utamanya
adalah membimbing atau melatih individu dalam menjalankan tugas-tugas
kehidupannya. (2) Pendekatan mezzo, pemberdayaan dilakukan dengan
menggunakan kelompok sebagai media invervensi. Pendidikan dan pelatihan,
dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan
10

kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap individu agar memiliki


kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. (3) Pendekatan
makro, pendekatan ini disebut strategi sistem besar (large system strategy)
karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat Silmi (2017).
Penyuluhan merupakan suatu proses aktif yang memerlukan interaksi
antara penyuluhan dan yang disuluh agar tergabung proses perubahan perilaku.
Dengan kata lain kegiatan penyuluhan tidak terhenti pada penyebarluasan
informasi, dan memberikan penerangan Mustaqim & Nuraini (2019). Tujuan
penyuluhan perikanan adalah berubahnya perilaku sasaran yang mencakup
perubahan dalam hal pengetahuan atau hal yang diketahui, perubahan dalam
keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu dan perubahan dalam
sikap dan mental kearah yang lebih baik dengan tujuan akhir penyuluhan adalah
kesejahteraan hidup yang lebih baik Mustaqim & Nuraini (2019); Dayana &
Sinurat (2012).

1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktik Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, dan sikap pembudidaya mengenai biosecurity
untuk pencegahan hama darat.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pembudidaya tentang
budidaya Azolla microphylla untuk mengurangi biaya produksi melalui
demonsrasi kolam percontohan (dempond).
3. Meningkatkan pengetahuan dan sikap pembudidaya tentang peran dan
fungsi kelompok sebagai wahana kerjasama dan organisasi kegiatan
bersama.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan kegiatan Praktik Akhir, permasalahan yang dihadapi oleh
pembudidaya ikan nila di Kecamatan Kawali adalah sebagai berikut:
1. Pembudidaya belum memaksimalkan penerapan biosecurity sebagai
pencegahan hama darat, sehingga banyak kematian atau hilangnya ikan
karena hama.
2. Pembudidaya belum mampu untuk membudidayakan Azolla microphylla
sebagai pakan tambahan untuk menekan biaya produksi karena harga
pakan mahal secara mandiri.
3. Peran dan fungsi kelompok belum dijalankan sepenuhnya sesuai dengan
Kepmen KP Nomor 14/ MEN/ 2012. Karena masih kurangnya kerjasama
antar anggota kelompok dan pembudidaya belum memahami manfaat
dalam berkelompok.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan melalui pelaksanaan Praktik Akhir (PA) ini
adalah sebagi berikut:
1. Meningkatnya pengetahuan pembudidaya tentang penerapan biosecurity
untuk meminimalisir hama.
11

2. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap


pembudidaya terhadap inovasi Azolla microphylla sebagai pakan
tambahan.
3. Meingkatnya pengelolaan kelompok perikana sesuai dengan KEPMEN KP
No. 14 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan
Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan.
12

2 METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Akhir pada semester VIII, Politeknik Ahli Usaha Perikanan
Program Studi Penyuluhan Perikanan Tahun Akademik 2020/2021, telah
dilaksanakan pada tanggal 8 Maret – 5 Juni 2021 yang bertempat di Kecamatan
Kawali Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat.

2.2 Jenis dan Sumber Data


Pengambilan jenis data pada Praktik Akhir ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer ayang diperoleh di lapangan atau objek yang diteliti
dengan melakukan pengamatan langsung, kuesioner, dan wawancara dengan
pihak yang terlibat. Data yang didapatkan dari kegiatan tersebut berupa data
efesiensi biaya produksi pembesara ikan nila. Dari aspek penyuluhan data yang
diperoleh yaitu data peningkatan keterampilan biosecurity, budidaya pakan
Azolla microphylla, serta peran dan fungsi kelompok pembudidaya ikan nila. Dari
aspek bisnis yaitu data analisisi usaha perbandingan pembesaram ikan nila
menggunakan pakan pellet dan pakan Azolla microphylla. Teknik pengumpulan
data dan informasi dikumpulkan menggunakan alat bantu kuesioner evaluasi
awal dan evaluasi akhir untuk mendapatkan data dan informasi selama
melakukan kegiatan Praktik Akhir.
Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data dan informasi berupa
dokumen wilayah, monografi dan data penunjang lainnya, studi pustaka, laporan
yang diperoleh dari lembaga penelitian swasta atau masyarakat yang
berhubungan dengan proses penyuluhan di kecamatan Kawali.

2.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada kegiatan Praktik Akhir ini
yaitu melalui wawancara, observasi lapangan, dan studi pustaka. Wawancara
yang dilakukan untuk menggali informasi dari narasumber secara langsung dan
daring dengan menggunakan media whatsapp. Kemudian, dalam pemberian
kuesioner yang dilakukan sebelum kegiatan (pre test) dan setelah kegiatan (post
test). Obeservasi lapangan dilakukan dengan mengamati langsung kondisi
perikanan di lokasi praktik dan aspek-aspek yang berkaitan dengan proses
produksi perikanan di wilayah tersebut. Studi pustaka dilakukan dengan
mengumpulkan data berupa referensi dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan kegiatan Praktik Akhir.

2.4 Analisa Data


Analisis data yang dilakukan diawali dengan kegiatan pengolahan data
yang meliputi kegiatan tabulasi dan sortasi data. Setelah data dikelompokkan
dan ditabulasi selanjutnya data diolah yaitu dengan metode analisis sebagai
berikut:
13

2.4.1 Sistem Produksi


1. Surivival Rate (SR) atau Tingkat Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup (SR) adalah tingkat perbandingan jumlah ikan
yang hidup dari awal hingga akhir penelitian Mulqan et al. (2017). Survival
Rate (SR) merupakan persentase jumlah ikan hidup pada akhir penelitian
dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal tebar Yulan et al. (2013).
Kelangsungan hidup (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut
Effendie (1979), dalam Supriatno et al. (2019) sebagai berikut:

SR=
( )
Nt
N0
× 100 %

Keterangan:
SR = Kelangsungan hidup ikan (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian
N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian
2. Feed Conversion Ration (FCR) atau Konversi Pakan
Rasio konversi pakan merupakan salah satu parameter efisiensi
pemberian pakan Handajani (2011). Rasio konfersi pakan atau feed
conversion ratio (FCR) merupakan nilai perbandingan antara jumlah pakan
yang diberikan dengan pertambahan berat ikan Arafat (2015). Konversi
pakan diukur dengan menggunakan rumus menurut Andini & Widaryati
(2020) sebagai berikut:
F
FCR=
(Wt + D)−Wo
Keterangan:
FCR = Feed Convertion Ratio
F = Jumlah pakan yang dikonsumsi (gr)
Wo = Biomassa hewan uji awal penelitian (gr)
Wt = Biomassa hewan uji akhir penelitian (gr)
D = Jumlah ikan yang mati (gr)
3. Efisiensi Pakan
Perhitungan efisiensi pakan didasarkan pada NRC (1977) dalam
Puspasari et al. (2015), yaitu besarnya rasio perbandingan antara
pertambahan bobot ikan yang didapatkan dengan jumlah pakan yang
dikonsumsi ikan. Pada penelitian ini perhitungan efisiensi pakan
menggunakan rumus:
( W t + D )−W 0
EP= ×100 %
F
Keterangan:
EP = Efisiensi paka (%)
Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Biomassa ikan pada awal penelitian (g)
D = Bobot ikan yang mati selama pemelihataan (g)
F = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g)
14

2.4.2 Analisis Usaha


Analisis usaha merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum jenis
usaha apa pun dilakuakan agar dalam pelaksanaan kegiatan usaha dapat
memberikan suatu keuntungan sesuai yang diharapkan Sulhi (2016). Analisis
usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha baik dari
segi ekonomis, teknik, maupun fiansial. Hasil analisa usaha ini bisa dijadikan
panduan bagi pembudidaya atau pengusaha untuk menentukan keputusan
dalam menanamkan modalnya Mahyuddin (2008). Adapun perhitungan usaha
sebagai berikut:
1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang digunakannya dapat berlangsung dalam
waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun). Biaya investasi biasanya
berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik
dan kapasitas produksi Karimah et al. (2012).
2. Biaya Produksi
Biaya produksi terdiri dari dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya tidak
tetap Karimah et al. (2012). Biaya tetep menurut Ibrahim (2003) dalam
Karimah et al. (2012), biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak
berubah selama proses produksi berlangsung, merupakan jenis biaya yang
bersifat statis (tidak berubah) dalam ukuran tertentu. Biaya ini akan tetap di
keluarkan meskipun tidak melakukan aktivitas apapun. Biaya tidak tetap
(variable cost) menurut Wowor et al. (2016), keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya. Rumus untuk menghitung biaya produksi adalah :
Biaya Total=Biaya Tetap+ Biaya Variabel
3. Pendapatan dan Keuntungan
Pendapatan merupakan selisish antara penerimaan dan total biaya selama
satu periode produksi (musim tebar) menurut Andani et al. (2014).
Sedangkan keuntungan adalah hasil yang diperoleh pembudidaya ikan nila
dari permintaan setelah dikurangi dengan total baya dalam dudidaya ikan
nila selama satu kali proses produksi Ashari (2011). Perhitungan
keuntungan menggunakan rumus:
Pendapatan=Total panen× Harga Jual
Keuntungan=Pendapatan−Total Biaya Produksi
4. Break Even Point (BEP)
Saparinto (2014) dalam Amdar et al. (2019), menjelaskan Break Even
Point merupakan suatu titik dimana hasil penjualan sama dengan biaya
produksi, sehingga pengeluaran dan pendapatan mengalami impas, tidak
rugi dan tidak untung. Break Event Point juga dapat digunakan untuk
merencanakan tingkat keuntungan serta pendoman dalam mengendalikan
operasi yang sedang berjalan. Break Event Point dibagi menjadi dua yaitu
BEP harga dan BEP unit, dengan rumus sebagai berikut :
15

Biaya tetap
BEP ( Rp )=
Biaya Variabel
1−
Penjualan
Biaya tetap
BEP ( Unit ) =
Harga Jual−Biaya variabel
5. Return Of Investment (ROI)
Menurut Satono (2012) dalam Arif et al. (2015), Return of Investment
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari
keseluruhan aktiva yang dipergunakan. Return of Investment (ROI) adalah
keuntungan yang diperoleh dari jumlah modal. Nilai ini dapat digunakan
untuk mengetahui efesiensi penggnaan modal. Nilai ini dapat mengetahui
efesiensi penggunaan modal. Adapun rumus ROI dalam Rahardi (1999)
dalam Feni et al. (2020), perhitungan ROI adalah sebagai berikut:
LabaUsaha
ROI=
Modal
6. Benefit Cost Ratio (B/C)
Analisis Benetif Cost Ratio merupakan alat analisis yang digunakan untuk
melihat pendapatan relative suatu usaha Ibrahim (2009) dalam Yudaswara
et al. (2018). Perhitungan benefit cost ratio menggunakan rumus :
TR
B/C Ratio=
TC
Keterangan :
TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp/Periode).
TC = Total Cost atau total biaya produksi (Rp/Periode).
7. Payback Period (PP)
Periode Pengembalian adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan
terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan
jumlah investasi dalam bentuk present value. Dapat disimpulkan bahwa
Payback Period merupakan suatu nilai diman dari nilai tersebut dapat
diketahui berapa lama usaha yang dijalankan bisa mengembalikan modal
yang ditanam baik modal tetap maupun tidak tetap Mahyuddin et al. (2014).
Analisis periode kembali modal digunakan untuk mengetahui lamanya
perputaran modal investasi yang digunakan dalam melakukan usaha atau
dengan kata lain untuk mengetahui waktu yang dapat digunakan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan keuntungan
sebagai perbandingan Tajarin (2003) dalam Antika et al. (2014).
Perhitungan payback period menggunakan rumus :
Jumlah Investasi
Payback Period=
Keuntungan

2.5 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Praktik Akhir


Dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Akhir di Kecamatan Kawali
Kabupaten Ciamis, ada beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan mulai dari
16

kegiatan yang terprogram hingga program kegaitan pengabdian masyarakat.


Mustaqim & Nuraini (2019), menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan perikanan
ini bertujuan untuk meningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap sasaran
penyuluhan, mengidentifikasi masalah, pertukaran informasi antara penyuluh dan
pelaku utama dalam menjalankan bisnisnya. Penerapan metode penyuluhan
perikanan ini dilaksanakan secara konsisten berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak anatara fasiliator yaitu taruna praktik akhir dan peyuluh dengan para
pelaku utama sebagai sasaran Restuwati & Hermawan (2020). Salah satu unsur
penting yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan penyuluhan adalah
pemilihan media penyuluhan. Diaman media penyuluhan merupakan segala
sesuatu yang berisi pesan atau informasi yang dapat membantu kegiatan
penyuluhan Leilani et al. (2017).

2.5.1 Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan


Sosialisasi Praktik Akhir mengenai pelaksanaan penyuluhan dilakukan
pada bulan Maret minggu kedua kepada Dinas Perikanan dan Perternakan
Kabupaten Ciamis, Camat Kecamatan Kawali, Desa Selasari. Kelompok
pembudiaya yang menjadi sasaran kegiatan penyuluhan adalah kelompok
Cibulakan Mukti dengan jumlah anggota sebanyak 15 orang. Kegiatan Praktik
Akhir didukung penuh oleh lembaga terkait dan masyarakat Kecamatan Kawali
dibuktikan dengan peran aktif didukung dari pemerintah setempat dan juga
semangat dari para anggota kelompok sasaran. Sosialisasi menggunakan
bantuan media penyuluhan sebagai wahana untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/
minat hal ini dinyatakan oleh Putri (2016) dalam Saputra & Riyanto (2016).

2.5.2 Penentuan Wilayah dan Sasaran Penyuluhan


Penentuan wilayah dan sasaran penyuluhan pada saat Praktik Akhir sesuai
dengan rekomendasi Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Ciamis dan
hasil identifikasi potensi dan permasalahan pada saat Praktik Keahlian. Wilayah
pelaksanaan Praktik Akhir yaitu Kecamatan Kawali namun kegiatan penyuluhan
dipusatkan di desa potensial yaitu Desa Selasari. Desa Selasari menjadi salah
satu desa pilihan karena di Desa Selasari tedapat kelompok yang seluruh
anggota kelompoknya aktif dalam melakukan kegiatan budidaya ikan yaitu ikan
konsumsi. Sasaran penyuluhan adalah pelaku utama perikanan di kelompok
Cibulakan Mukti dengan jumlah anggota kelompok sebanyak 15 orang.

2.6 Program Kegiatan


2.6.1 Sosialisasi Biosecurity
1) Masalah
Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila di
Kecematan Kawali pembudidya belum memaksimalkan penerapan
biosecurity sebagai pencegahan hama, sehingga banyak kematian atau
hilangnya ikan karena hama.
2) Tujuan
17

Tujuan dari program kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan


pengetahuan dan sikap mengenai biosecurity untuk pencegahan hama
darat.
3) Materi Penyuluh
Materi penyuluhan yang diberikan yaitu mengenai pentingnya
penerapan biosecurity untuk meminimalisir hama yang ada.
4) Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini yaitu seluruh anggota kelompok Cibulakan
Mukti sebanyak 15 orang.
5) Waktu dan Tempat
Kegiatan penyluhan ini dilaksankan pada 29 Maret – 5 April 2021
yang dilakukan secara Anjangsana ke rumah anggota kelompok Cibulakan
Mukti.
6) Metode
Metode yang digunakan yaitu Anjangsana ke setiap rumah anggota
Cibulakan Mukti.
7) Media
Media yang digunakan yaitu leaflet. Media leaflet yang digunakan
dapat dilihat pada Lampiran 6.
8) Prosedur Kegiatan
Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan ini antara lain
sebagai berikut:
1) Koordinasi dengan ketua kelompok untuk mengkonfirmasikan
pelaksanaan kegiatan ini.
2) Penentuan waktu untuk melaksanakan kegiatan. Persiapan lainnya
seperti membuat daftar hadir, membuat media penyuluhan yaitu
leaflet dan segala sesuatu yang dapat menunjang kegitan ini.
3) Melakukan anjangsana untuk menyampaikan materi/penyuluhan.
Prosedur kegiatan penyuluhan yang dilakukan terdapat pada Lembar
Persiapan Menyuluh (LPM) sosialisasi biosecurity untuk meminimalisir
hama yang disajikan pada Lampiran 2.

Sosialisasi Biosecurity Pengisian Kuesioner

Gambar 1 Sosialisasi Biosecurity


9) Evaluasi Kegiatan
18

Evaluasi dilakukan terhadap pengetahuan pembudidaya mengenai


biosecurity. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner
tertutup dengan nilai mutlak. Pemberian kuesioner dilakukan pada saat
sebelum materi disampaikan dan sesudah materi disampaikan dalam
bentuk pre test dan post test.
10) Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Rancangan anggaran biaya dari kegiatan sosialisasi biosecurity
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rencana Aanggaran Biaya (RAB) Kegiatan Sosialisasi Biosecurity


Harga
Harga Total
No Bahan Jumlah Satuan Satuan
(Rp)
(Rp)

Print media Lembar


1. 15 2.000 30.000
penyuluhan

2. Fotocopy Kuesioner 30 Rangkap 500 15.000

JUMLAH 45.000

2.6.2 Dempond Budidaya Azolla


1) Masalah
Masalah yang didapatkan pada kelompok Cibulakan Mukti yaitu pada
usaha pembesaran yaitu tingginya biaya produksi dari harga pakan pellet
dan kurangnya pengetahuan, sikap dan keterampilan pembudidaya
terhadap pakan tambahan bagi usaha pembesaran ikan nila.
2) Tujuan
Tujuan dari program kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan pembudidaya mengenai manfaat dari
Azolla dalam mengefisiensikan pakan pellet pada usaha pembesaran ikan
nila.
3) Materi Penyuluh
Materi penyuluhan yang diberikan yaitu pengertian Azolla, manfaat
pemberian Azolla sebagai pakan tambahan, cara budidaya Azolla, aplikasi
pemberian Azolla microphylla pada usaha pembesaran ikan nila. Jenis
Azolla yang di budidayakan pada kegiatan dempond yaitu jenis Azolla
microphylla. Karena Azolla microphylla jenis ini mudah dibudidayakan dan
mudah didapatkan. Selain itu memiliki yang kecil sehingga sesuai dengan
bukaan mulut ikan dan mudah dicena oleh ikan.
4) Sasaran
19

Sasaran dari kegiatan ini yaitu seluruh anggota kelompok Cibulakan


Mukti sebanyak 15 orang.
5) Waktu dan Tempat
Kegiatan penyluhan ini dilaksankan pada 16 Maret – 31 Mei 2021
yang dilakukan di POKDAKAN Cibulakan Mukti.
6) Metode
Metode yang digunakan yaitu Kolam Percontohan (Dempond)
budidaya Azolla, Anjangsana, monitoring secara secara langsung.
7) Media
Media yang digunakan yaitu berupa folder budidaya Azolla. Folder
yang digunakan disajikan pada Lampiran 12.
20

8) Prosedur Kegiatan
Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan ini antara lain
sebagai berikut:
1. Melakukan koordinasi dengan penyuluh perikanan lapangan dan
pihak terkait untuk pelaksanaan kegiatan.
2. Penentuan waktu dan tempat pelaksaan dempon Azolla bersama
dengan sasaran penyuluhan dan pihak terkait kegiatan dempond.
3. Mempersiapkan kuesioner, membuat media tercetak (folder), dan
daftar hadir.
4. Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam
membawa materi.
5. Melakukan pendampingan dengan metode anjangsana dengan
pembudidaya ikan nila untuk memberikan materi dan mengajak untuk
partisipasi dalam kegiatan dempond budidaya Azolla microphylla,
serta monitoring secara langsung maupun online.
Prosedur kegiatan penyuluhan yang dilakukan terdapat pada Lembar
Persiapan Menyuluh (LPM) budidaya Azolla microphylla untuk
meminimalisir hama yang disajikan pada Lampiran 7.

Gambar 2 Dempond Budidaya Azolla


9) Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan
penyuluhan memberi perubahan dan berdampak positif bagi sasaran.
Sehingga tahapan evaluasi kegiatan akan dilakukan pada saat sebelum
pemberian materi menggunakan kuesioner pre test dan setelah pemberian
materi dengan menggunakan kuesioner post test yang telah ditetapkan
melalui penilaian terhadap aspek pengetahuan dan sikap. Aspek
keterampilan dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap indikator
ketepatan dan kecepatan dari sasaran. Selain itu dilaksanakan evaluasi
dampak melalui pengamatan terhadap tingkat adopsi iovasi sasaran.
10) Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
Rancangan anggaran biaya dari kegiatan dempond budidaya Azolla
microphylla dapat dilihat pada Tabel 2.
21

Tabel 2 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kegiatan Dempond Budidaya


Azolla microphylla
Harga Harga
No Bahan Jumlah Satuan Satuan Total
(Rp) (Rp)

Print media
1. 15 Lembar 2.000 30.000
penyuluhan

2. Fotocopy kuesioner 30 Rangkap 600 18.000

3. Kolam budidaya 1 Kolam 150.000 150.000


Azolla

3. Pupuk kandang 4 Karung 15.000 60.000


4. Bibit Azolla 0,5 Kg 15.000 7.500

JUMLAH 265.500

Sumber : Data Olahan, 2021

2.6.3 Peningkatan Fungsi Kelompok


1) Masalah
Masalah yang didapatkan pada kelompok Cibulakan Mukti yaitu
peran dan fungsi kelompok belum dijalankan sepenuhnya sesuai dengan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.14/MEN/
2012 Tentang pedoman umum penumbuhan dan pengembangan
kelembagaan pelaku utama perikanan, Karena masih kurangnya
kerjasama antar anggota kelompok dan pembudidaya belum memahami
manfaat dalam berkelompok.
2) Tujuan
Tujuan dari program kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap pembudidaya tentang peran dan fungsi kelompok
sebagai wahana kerjasama.
3) Materi Penyuluh
Materi penyuluhan yang diberikan yaitu mengenai peran dan fungsi
kelompok dan administrasi kelompok.
4) Sasaran
22

Sasaran dari kegiatan ini yaitu seluruh anggota kelompok Cibulakan


Mukti sebanyak 15 orang.
5) Waktu dan Tempat
Kegiatan penyluhan ini dilaksankan pada 13 April – 22 April 2021
yang dilakukan secara Anjangsana ke rumah anggota kelompok Cibulakan
Mukti.
6) Metode
Metode yang digunakan yaitu Anjangsana ke setiap rumah anggota
Cibulakan Mukti.
7) Media
Media yang digunakan yaitu leaflet. Media leaflet yang digunakan
dapat dilihat pada Lampiran 17.
8) Prosedur Kegiatan
Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan ini antara lain
sebagai berikut:
1) Koordinasi dengan ketua kelompok untuk mengkonfirmasikan
pelaksanaan kegiatan ini.
2) Penentuan waktu untuk melaksanakan kegiatan. Persiapan lainnya
seperti membuat buku-buku administrasi kelompok, daftar hadir,
membuat media penyuluhan yaitu brosur dan segala sesuatu yang
dapat menunjang kegitan ini.
3) Melakukan anjangsana untuk menyampaikan materi/penyuluhan.
Prosedur kegiatan penyuluhan yang dilakukan terdapat pada Lembar
Persiapan Menyuluh (LPM) tentang peran dan fungsi kelompok yang disajikan
pada Lampiran 13.

Buku Administrasi Kelompok Penyerahan Buku Administrasi


Gambar 3 Peningktan Fungsi Kelompok
9) Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilakukan terhadap pengetahuan pembudidaya mengenai
peran dan fungsi kelompok. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kuesioner tertutup dengan nilai mutlak. Pemberian
23

kuesioner dilakukan pada saat sebelum materi disampaikan dan sesudah


materi disampaikan dalam bentuk pre test dan post test.
10) Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rancangan anggaran biaya dari kegiatan sosailaisasi peran dan
fungsi kelompok dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Peningkatan Fungsi Kelompok
Harga Harga
No Bahan Jumlah Satuan Satuan Total
(Rp) (Rp)

1. Buku administrasi kelompok 10 Buku 7.000 70.000

2. Fotocopy Kuesioner 30 Rangkap 500 15.000

3. Print media penyuluhan 15 Lembar 2.000 30.000

JUMLAH 115.000

2.7 Evaluasi Penyuluhan


Evaluasi penyuluh dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran
penyuluhan mampu mengadopsi inovasi yang telah disampaikan oleh penulis.
Evaluasi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum mendapatkan materi dan
sesudah mendapatkan materi penyuluhan. Evaluasi penyuluhan dilakukan pada
akhir kegiatan penyuluhan untuk mengetahui respons sasaran terhadap
penyuluhan yang telah dilakukan, menggunakan alat berupa lembar kuesioner.
Evaluasi dilakukan pada saat sebelum dan sesudah penyuluhan. Evaluasi
dilakukan terhadap aspek sikap, pengetahuan, keterampialan dan adopsi inovasi
Irma et al. (2020). Observasi lapangan dilakukan dilakukan dengan mengamati
langsung kondisi perikanan di lokasi praktik dan aspek-aspek yang berkaitan
dengan proses produksi perikanan di wilayah tersebut. Menurut (Mardikanto
(2009) kegiatan evaluasi dilakukan terhadap 2 aspek, yaitu pengetahuan dan
sikap (menggunakan skala Likert). Dari hasil evaluasi kemudian dihitung nilai
perubahannya dan peningkatnnya menggunakan perhitungan sebagai berikut:

- Perubahan=Nilai Akhir( Post Test (%))−Nilai Awal ( Pre Test %)


Nilai Akhir (Post Test (%))−Nilai Awal( Pre Test %)
- Peningkatan= x 100 %
Nilai Awal( Pre Test %)
Total Nilai Skor
- Aspek sikap= x 100 %
Total Nilai Maksimal
Aspek keterampilan dinilai dari hasil praktik sasaran yang mana mengukur
capaian pembelajaran dan keterampilan proses dan produksi yang dihasilkan
meliputi, kecepatan, dan ketepatan. Selain dari aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan aspek lain yang dievaluasi adalah dari segi analisa kelayakan
usaha antara lain: pendapatan, B/C ratio, ROI, dan Payback Periode. Evaluasi
dalam suatu kegiatan penyuluhan sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana sasaran mampu mengadopsi inovasi dari materi
yang telah diberikan Agustino et al. (2019).
24

2.8 Adopsi Inovasi


Adopsi di dalam penyuluhan sering kali diartikan sebagai suatu proses
mentalitas pada diri seseorang atau individu, dari mulai seseorang tersebut
menerima ide-ide baru samapai memutuskan menerima atau menolak ide-ide
tersebut Dayana & Sinurat (2012). Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi. Menurut
Mardikanto (2014), tahapan-tahapan adopsi inovasi diantaranya:
a. Awareness atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya
inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
b. Interst atau tumbuhannya minat yang seringkali ditandai oleh keinginan
untuk bertanya atau mengetahui lebih jauh tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
c. Evaluation atau penilaian terhadap baik/buruknya atau manfaat inovasi
yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
d. Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilainnya
sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.
e. Adoption atau menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilaukan atau diamatinya sendiri.
17

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Wilayah dan Sasaran Penyuluhan


Keberhasilan penyuluhan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu karakteristik wilayah dan karakteristik sasaran. Dua faktor
tersebut sangat berpengaruh dalam pemilihan metode penyuluhan yang
dilakukan. Sehingga kegiatan penyuluhan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
3.1.1 Karakteristik Wilayah

Gambar 4 Peta Kecamatan Kawali


Sumber: Kecamatan Kawali Dalam Angka 2019
Wilayah administrasi/kerja Kecamatan Kawali terletak di wilayah bagaian
utara Kapubaten Ciamis, jarak antara Kecamatan Kawali dengan Ibukota
Kabupaten Ciamis sejauh 12 kilometer. Perbatasan wilayah kerja Kecamatan
Kawali adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Panawangan.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lumbung.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jatinagara.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cipaku.
Wilayah kerja Kecamatan Kawali memiliki 11 desa, yaitu desa Sindangsari,
Kawali, Karangpawitan, Kawalimukti, Talagasari, Selasari, Margamulya,
Winduraja, Purwasari, Citeureup, dan Linggapura. Luas wilayah Kecamatan
Kawali dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Luas Wilayah Kecamatan Kawali
No Nama Desa Luas Wilayah (Ha)

1 Sindangsari 3.15

2 Kawali 1.85

3 Karangpawitan 2.79
18

4 Kawalimukti 1.67

5 Talagasari 3.98

6 Selasari 1.81

7 Margamulya 1.37

8 Winduraja 3.02

9 Purwasari 6.45

10 Citeureup 4.98

11 Linggapura 2.75

Jumlah 33.82

Sumber : Kawali dalam Badan Pusat Statistik


Karakteristik wilayah Kecamatan Kawali merupakan salah satu kecamatan
di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Kegiatan penyuluhan dilakukan di
Kecamatan Kawali, yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar dan
masih dapat dikembangkan. Kegiatan penyuluhan dilakukan di Desa Selasari,
alasan penulis memilih Desa Selasari sebagai tempat Praktik Akhir karena
mempunyai kelompok yang masih aktif yang ditandai dengan adanya kegiatan
budidaya perikanan. Kecamatan Kawali berupa dataran rendah, Keadaan tanah
wilayah Kecamatan Kawali sebagian besar merupakan daerah perbukitan dan
bergelombang. Penggunaan lahan di Kecamatan Kawali yaitu menggunakan
lahan sawah dan lahan kolam dengan sumber air yang memadai dari air sungai,
mata air, maupun irigasi. Kecamatan Kawali mempunyai potensi pengembangan
produksi ikan gurame, ikan mas, ikan nila, ikan lele dan ikan nilem.

3.1.2 Karakteristik Sasaran


Karakteristik sasaran meliputi usia, latar belakag pendidikan, budidaya, dan
ekonomi, serta pengalaman usaha budidaya, sasaran yang terlibat dalam
seluruh kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan ada 15 orang. Karakteristik
individu adalah sifat-sifat yang ditampilkan seseorang yang dapat berhubungan
dengan semua aspek kehidupannya di dunia atau lingkungan sendiri Yani et al.
(2010). Berikut adalah hasil distribusi antara usia sasaran, tingkat pendidikan dan
pengalaman usaha dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik Sasaran
Kategori
Nama Kategori Lama
Usia Tingkat Kategori Pengala
No Pelaku Usia Usaha
(Tahun) Pendidikan Pendidikan man
Usaha (Tahun) (Tahun)
Usaha
1 Luqman 44 Sedang SMA Sedang 5 Sedang
Jajang
2
Jamaludin 30 Muda SLTA Sedang 4  Sedang
19

3 Engkos 40 Sedang SLTA Sedang 5  Sedang


4 Ridwan 30 Muda SMP Rendah 4  Sedang
Dedi
5
Setiadi 43 Sedang SMK Sedang 8  Lama
6 Uus M 23 Muda SMK Sedang 1  Sedang
7 Idi Kholidi 40 Sedang MTSN Rendah 8  Lama
8 Akim 45 Sedang SLTA Sedang 7  Sedang
9 Encun 74 Tua SLTA Sedang 7  Sedang
10 Yadi 44 Sedang SLTA Sedang 8  Lama
11 Adli 64 Tua SD Rendah 7  Sedang
Aep
12
Saepudin 33 Muda SLTA Sedang 6  Sedang
13 Iwang 28 Muda SLTA Sedang 3  Sedang
14 Udin 41 Sedang SMP Rendah 5  Sedang
15 Maman 42 Sedang SLTA Sedang 5  Sedang
Sumber : Data Anggota Kelompok, 2021
Terlihat pada Tabel 5 menunjukkan bahwa, sasaran penyuluhan memiliki
kategori usia yang beragam, diantaranya lima orang sasaran yang masuk dalam
kategori muda, delapan orang sasaran termasuk dalam kategori sedang, dan
terdapat dua orang sasaran dalam kategori usia tua. Dari hasil tersebut, secara
dominan usia pembudidaya di Kecamatan Kawali tergolong dalam kategori
sedang Pengkategorian tersebut mengacu pada pernyataan Noviyanti (2017),
bahwa kategori usia terbagi menjadi tiga, meliputi kategori muda dengan usia
kurang dari 39 tahun, sedangkan dengan kisaran usia 30-53 tahun dan kategori
tua dengan rentang usia lebih dari 54 tahun.
Dalam pengkategorian pendidikan, tertulis pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bab VI pasal 17 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pendidikan terbagi dalam tiga tingkatan, diantaraya pendidikan
dasar/rendah yaitu SD-SMP/MTs, pendidikan menengah yaitu SMA/SMK dan
pendidikan tinggi yaitu D3-D4/S1. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa 11
orang sasaran tergolong pada kategori pendidikan sedang, dan empat orang
sasaran tergolong pada kategori rendah. Dari hasil tersebut, secara dominan
usia pembudidaya di Kecamatan Kawali tergolong dalam kategori sedang atau
menengah.
Kategori pengalaman usaha dapat dibagi dalm kategori baru dengan lama
usaha kurang dari setahun, pengalaman usaha sedang 1 – 7 tahun dan
pengusaha lama lebih dari tujuh tahun, Vijayanti & Yasa (2016). Berdassarkan
data sebagian pembudidaya termasuk dalam kategori sedang sebanyak 12
orang memiliki pengalaman usaha 1-7 tahun, dan pada kategori lama sebanyak
tiga orang memiliki pengalaman usaha lebih dari tujuh tahun.
20

3.2 Kegiatan Penyuluhan


3.2.1 Sosialisasi Biosecurity pada Pembesaran Ikan Nila sebagai
Pencegahan Hama
Kegiatan sosialisai biosecurity yaitu pencegahan hama dengan cara
pemagaran pada pembesaran ikan nila ini bertujuan untuk meyakinkan
pembudidaya bahwa penerapan biosecurity dapat meminimalisir hama. Dzakiy et
al. (2018), menyatakan bahwa konsep biosecurity bagi ancaman berupa hama
pemangsa yang berasal dari daratan, solusi yang disarankan adalah dengan
pemangsa fencing. Fencing ini merupakan pagar yang dibuat secara berkeliling
dari bahan jaring untuk menghindari hama pemangsa darat. Budidaya ikan tidak
terlepas dari gangguan hama dan penyakit Hasan et al. (2020). Hama adalah
organisme yang mengganggu ikan budidaya, baik melalui persaingan maupun
pemangsaan. Bentuk persaingan yang diciptakan oleh hama dapat berupa
persaingan ruang hidup, pakan, atau oksigen Afrianto et al. (2015). Jenis hama
yang sering ditemukan di kolam-kolam pembenihan ikan nila berupa katak,
kepiting, ular air, dan burung pemakan ikan serta berang-berang. Untuk berang-
berang, hama tersebut memangsa ikan nila yang sudah dewasa. Hama ini
sangat sulit dikendalikan, selain datangnya hama yang bergerombol, hama ini
juga tidak takut akan kedatangan manusia Pencegahan merupakan langkah
yang paling efektif untuk menekan resiko hama dan penyakit ikan nila, karena
bila hama dan penyakit sudah menyerang, biaya penanggulangannya akan lebih
besar berdasarkan Balai Laboratorium Pengujian Kesehatan Ikan dan
Lingkungan Kelas A (2019). Menurut Sapto (2012), biosecurity pada sistem
budidaya perikanan akan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas perikanan
dan daya dukung lingkungan perairan, sehingga aktivitas dapat berkelanjutan
dengan resiko gangguan lingkungan yang dapat ditekan.
Proses sosialisasi berhubungan dengan proses belajar kebudayaan dalam
sistem sosial. Maka pada proses sosialisasi juga sangat dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi lingkungan yang ada di wilayah atau daerah masing-masing Maryani
& Nainggolan (2019). Kegiatan penyuluhan yang dilakukan tentang pengenalan
biosecurity dengan pemagaran dalam hal pencegahan hama binatang (Berang-
berang), hama yang mempunyai nama latin Lutrinae ini menyerang kolam ikan
para petani dengan cara memangsa ikan yang ada didalam kolamnya dengan
menyelam, dengan waktu menyelam didalam airnya cukup lama, hama berang-
berang ini dikenal sulit untuk ditangkap, Mengendalikan Hama Sero Atau
Berang-Berang Dikolam Ikan Secara Efektif (2017). Untuk memecahkan
permasalahan yang seringkali terjadi dilapangan. Metode penyuluhan yang
dilakukan berupa Ajangsana. Metode ini dilakukan dengan melaksanakan
kunjungan secara individu atau door to door pada setiap rumah anggota
kelompok. Ajangsana dilakukan pada tanggal 29 Mei hingga 5 April 2021 dengan
jumlah sebanyak 15 orang sasaran. Metode ini masih sangat relevan
dilaksanakan oleh petugas/ penyuluh ditambah keadaan yang menuntut untut
kegiatan penyuluhan ini karena adanya wabah Virus Covid – 19.
Sosialisasi biosecurity yang baik dapat memberikan dampak yang baik juga
bagi kelompok perikanan. Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan kepada
anggota kelompok dengan memberikan informasi pengenalan biosecurity dalam
21

hal pemagaran sasaran yang tidak tahu menjadi tahu sampai anggota kelompok
melakukan pemagaran tersebut. Untuk menunjang kegiatan tersebut penulis juga
memperkuat argumen dengan membawa media penyluhan berupa folder atau
brosur.

3.2.2 Budidaya Azolla Sebagai Pakan Tambahan Ikan Nila untuk


Mengurangi Biaya Produksi
Pakan adalah sumber energi yang dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup ikan Mahyuddin (2008).
Pengembangan teknologi pakan ikan ila meliputi pengembangan pakan alami
dan buatan Khairuman & Amri (2013). Ilhamdi & Harahap (2020), menyatakan
bahwa beberapa alternatif bahan pakan yang dapat dimanfaatkan dalam
penyusunan pakan salah satunya adalah tanaman Azolla. Kegiatan penyuluhan
tentang inovasi penggunaan Azolla sebagai pakan tambahan didasari pada
mahalnya harga pakan yang sering kali dikeluhkan oleh pembudidaya. Kian
meningkatnya harga pakan ikan tanpa disertai kenaikan harga jual ikan hasil
budidaya adalah permasalahan yang harus dihadapi pembudidaya ikan. Oleh
karena itu, upaya pencarian pakan alternatif yakni pakan alami yang murah serta
mudah dijangkau terus dilakukan agar dapat mengurangi biaya produksi, hal ini
sesuai dengan pendapat Yanuar (2017). Manajemen pakan menjadi sangat
penting, karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
budidaya ikan nila terutama dalam mendukung laju pertumbuhan ikan nila Jaja et
al. (2013).
Azolla microphylla merupakan tumbuhan paku air dan salah satu pakan
alami yang melimpah ketersediaannya di alam yang belum termanfaatkan secara
optimal, tumbuh dan berkembang dengan cepat, hidupnya mengambang di atas
permukaan air menurut Surdina et al. (2016). Azolla microphylla merupakan
tumbuhan sejenis paku-pakuan air yang hidupnya mengambang di atas
permukaan air menurut Wahyuni (2013). Habitat asli dari Azolla adalah sawah
atau rawa, sehingga media tanam yang paling baik adalah menyerupai dengan
habitat asalnya Widianingrum et al. (2021). Pada dasarnya, tanaman ini dapat
dibudidayakan dalam kolam tanah, persawahan, atau juga kolam buatan Bhatt et
al. (2020). Kolam budidaya akan menghasilkan pertumbuhan lebih maksimal
dengan menempatkan di bahwa sinar matahari secara langsung. Untuk
menghasilkan Azolla dengan warna hijau segar dapat digunakan paranet
sebagai penaung kolam Effendi et al. (2019). Kolam percontohan budidaya
azolla menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran
ayam memebrrikan hasil yang leibih tinggi, hal ini berkaitan dengan kemampuan
bahan organik pupuk ayam asal ayam dalam memperbaiki sifat biologi tanah
Pangaribuan et al. (2012).
Biaya produksi usaha pembesaran ikan nila sangat dipenuhi oleh biaya
pakan yang dikeluarkan. Maka dari itu, efisiensi penggunaan pakan pada
kegiatan budidaya penting untuk diperlihatkan. Ada tiga aspek yang diamati oleh
penulis dalam melakukan penelitian ini yaitu: 1). Aspek Penyuluhan; 2). Aspek
Teknis; 3). Aspek Bisnis; dan evaluasi hasil kegiatan penyuluhan yang dilakukan.
1) Aspek Penyuluhan
22

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan mengenai penganalan budidaya


Azolla sebagai pakan tambahan untuk menekan biaya produksi kelompok
merupakan jalan yang dilakukan dalam memecahkan permasalahan yang ada di
kelompok. Salah satunya adalah dengan budidaya Azolla sebagai pakan
tambahan ikan. Beberapa metode penyuluhan yang dilakukan agar kegiatan
penyuluhan dapat sesuai dengan tujuan. Metode penyuluhan yang dilakukan
berupa Anjangsana dan Demonstrasi Percontohan (Dempond).
a) Anjangsana
Metode penyuluhan anjangsana yaitu metode pendekatan kelompok
Yuniarti et al. (2020). Anjangsana yang dilakukan yaitu kunjungan rumah.
Anjangsana dilakukan pada awal dan akhir program kegiatan penyuluhan
inovasi budidaya Azolla sebagai pakan tambahan. Anjangsana pada awal
kegiatan penyuluhan bertujuan untuk melakukan koordinasi dengan ketua
kelompok tentang rangkaian kegiatan yang akan dilakukan. Anjangsana
pada akhir kegiatan penyuluhan yaitu dalam proses kegiatan berjalan yang
bertujuan melakukan evaluasi terkait adopsi dari inovasi yang telah
diberikan. Anjangsana yang dilakukan saat Praktik Akhir yaitu pada tanggal
23 maret sampai dengan selesai 27 April 2021.
b) Demonstrasi Kolam Percontohan (Dempond)
Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk
memperlihatkan/ membuktikan secara nyata tentang cara atau hasil
budidaya Azolla sebagai pakan tambahan ikan yang menguntungkan bagi
pembudidaya. Demostrasi kolam percontohan ini dilaksanakan pada 16
Maret sampai dengan 31 Mei 2021.
2) Aspek Teknis
Pada aspek teknis penyuluhan tentang pemanfaatan Azolla sebagai pakan
tambahan untuk pembesaran ikan nila dilakukannya kolam percontohan tentang
cara budidaya Azolla. Setelah dilakukannya kolam percontohan untuk
menunjukkan manfaat pemberian Azolla, dilakukan pula kolam percontohan
untuk menunjukkan manfaat pemberian Azolla kolam pemeliharaan sebagai
pakan tambahan. Perbandingan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perbandingan Perlakuan pada Kolam Pembudidaya dan Kolam
Percontohan Azolla sebagai Pakan Tambahan
Komponen Kolam Pembudidaya Kolam Percontohan

Luas Kolam (m2) 25 25

Padat tebar (ekor/m2) 20 20

Jumlah Tebar (ekor) 500 500

Ukuran Tebar (cm) 5-8 5-8

Rata-rata berat tebar (g) 6,3 6,3

Rata-Rata berat panen (g) 186,6 196

Persentase Pakan 3% 3%
23

Frekuensi Pemberian
Pagi dan sore Pagi dan sore
Pakan (waktu)

Konsumsi Pakan Pelet


60 Kg 46 Kg
(per siklus)

Konsumsi Azolla 24 Kg

Berdasarkan Tabel 6 komponen budidaya yang digunakan semua sama,


kecuali pada pemberian Azolla. Haetami dan Sastrawibawa (2005) dalam
Handajani (2006), menyatakan bahwa pertumbuhan Azolla dalam waktu 3-4 hari
dapat memperbanyak diri menjadi dua kali lipat dari berat segar. Pemberian
Azolla setiap tiga hari sekali dari waktu siang hari. Hal ini bertujuan agar Azolla
dapat terus meregenerasi diri, sehingga dapat dipanen lagi setelah tiga hari
pasca pemanenan.
Rasio konversi pakan merupakan salah satu parameter efisiensi pemberian
pakan Handajani (2011). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perlakuan
pemanfaatan Azolla sebagai substitusi protein memeberikan pengaruh yang
berbeda tehadap rasio konversi pakan pada ikan nila dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Feed Conversion Ration (FCR)
Kolam Perlakuan Kolam Pembudidaya

Bobot Awal (Gram) 3.200 3.200

Bobot Akhir (Gram) 65500 54.000

Penggunaan Pakan (Gram) 70.000 62.000

FCR 1,07 1,11

Konversi pakan merupakan perbandingan anatara jumlah pakan yang


diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. FCR pada kolam
pembudidaya sebesar 1,11 dan FCR pada kolam Azolla sebesar 1,07. Semakin
kecil nilai konversi pakan berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik
Iskandar & Elrifadah (2015). Tingkat efisiensi penggunaan pakan pada ikan nila
ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Efisiensi pakan
dapat dilihat dari beberapa faktor dimana salah satunya adalah rasio konversi
pakan. Nilai Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa efisiensi pakan ikan
setelah selesai perlakuan pakan tambahan Azolla ternyata memiliki efisiensi lebih
tinggi dibandingkan dengan kolam pembudidaya. Penambahan Azolla sebagai
pakan tambahan ternyata berpegaruh terhadap tingkat eisiensi pakan.
Tabel 8 Efisiensi Pakan
Kolam Perlakuan Kolam Pembudidaya

Bobot Awal (Gram) 3.200 3.200

Bobot Akhir (Gram) 65500 54.000

Penggunaan Pakan (Gram) 70.000 62.000

Efisiensi (%) 89 85
24

Sumber : Data Olahan, 2021


Hasil yang diperoleh dari pemeliharaan selama kegiatan Praktik Akhir
didapat efisiensi pakan pada kolam perlakuan sebesar 89%, sedangkan pada
kolam tanpa perlakuan angka efisiensi sebesar 85%. Dari hasil yang didapat
dapat disimpulkan bahwa penggunaan Azolla dalam pembesaran ikan nila dapat
meningkatan efisiensi pakan.
Demonstrasi kolam tentang manfaat Azolla sebagai pakan tambahan
dilakukan untuk menunjukkan kepada pembudidaya perbandingan keuntungan
yang didapat dari penggunaan Azolla pada kolam pemeliharaan dan
penggunaan pakan pellet penuh pada kolam pembudidaya. Pakan Azolla
diberikan hanya sebagai protein pendamping untuk menekan penggunaan pakan
pelet, tidak sebagai protein utama dalam pemeliharaan. Selain itu, penulis juga
memonitoring pertumbuhan ikan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Monitoring Pertumbuhan Ikan


Kolam Percontohan Kolam Pembudidaya
No Minggu Ke- Panjang Panjang
Berat (g) Berat (g)
(Cm) (Cm)

1 Tebar 6,3 5,9 6,3 5,9

2 Minggu ke-1 8,8 8,3 8,2 7,8

3 Minggu ke-2 17,5 19,6 16,2 9,4

4 Minggu ke-3 41,7 13,2 35 11,5

5 Minggu ke-4 129 14,7 119,1 15,8

6 Minggu ke-5 150,3 16,9 128,0 16,5

7 Panen 195 18,5 186,6 17,7

Sumber : Data Olahan, 2021


Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran ppanjang atau bobot dalm
kurun waktu tertentu (Saopiadi et al., 2012). Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa pertumbuhan ikan kolam percontohan yaitu dengan menggunakan pakan
tambahan Azolla lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang tidak diberi
perlakuan. Penambahan Azolla sebagai pakan tambahan ternyata berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan. Data yang diperoleh merupakan data hasil sampling
selama pemeliharaan sebanyak lima kali sampling. Dapat dilihat secara jelas
pertumbuhan ikan pada Gambar 5.
25

450

400

350

300

250

200

150

100

50

0
Tebar Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Sampling 4 Sampling 5 Panen

Berat Kolam Perlakuan Panjang Kolam Perlakuan


Berat Kolam Tanpa Perlakuan Panjang Kolam Tanpa Perlakuan
Gambar 5 Hasil Monitoring Pertumbuhan Ikan
Hasil yang diperoleh menunjukan pada saat panen berat ikan lebih besar
dengan menggunakan pakan tambahan sebesar 195 gram dibandingkan ikan
tanpa perlakuan yaitu sebesar 186,6. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
pakan tambahan Azolla dapat mempengaruhi perumbuhan ikan. Masa
pemeliharaan selama 3 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Yang membuat
ikan nila banyak dibudiyakan dan tersebar di berbagai daerah adalah ikan ini
mudah diudidayakan dan dapat berkembang biak dengan cepat, ikan nila dapat
memanfaatkan pakan tamabahan secara efisien sehingga laju pertumbuhannya
sangat cepat, ikan nila memiliki daya tahan yang tinggi terhadap serangan hama
dan penyakit, dan ikan ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi
lingkungan, sehingga mudah hidup dimana saja. Jadi budidaya ikan nila memiliki
risiko kegagalan usaha yang lebih kecil Judantara et al. (2008).
Panen dilaksanakan secara selektif, khusus yang memenuhi ukuran pasar.
Waktu panen yang baik adalah pada pagi hari atau sore hari karena keadaan
suhu rendah yang dapat menururnkan aktivitas metabolisme tubuh dan gerak
ikan hal ini dinyatakan oleh Hasan et al. (2020). Panen diharapkan dapat
dilaksnakan oleh anggota kelompok dan didampingi oleh penyuluh. Hal ini
dimaksudkan agar keterampilan anggota kelompok dapat dtigkatkan, dan dapat
melasanakan kegiatan panen tidak hanya di kelompoknya tetapi juga di anggota
kelompok lain, hal ini dimaksudkan untuk pemberdayaan annggota keompok
secara optimal hal ini sesuai dengan pendapat dari Budiasa (2019).
Menurut Aliyas (2016), menyatakan bahwa ikan nila merupakan jenis ikan
yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan dapat menyampai bobot tubuh
yang jauh lebih besar dengan tingakt produktivitas yang cukup tinggi. Selain itu,
penulis juga mengamai efisiensi pakan pada dempond yang diberi pakan
tambahan Azolla.
3) Aspek Bisnis
Analisis usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui kelayakan suatu
usaha baik dari segi ekonomis, teknik, maupun finansial. Hasil analisa usaha ini
26

bida dijadikan panduan bagi pembudidaya atau pengusaha untuk menentukan


keputusan dalam menanamkan modalnya Mahyuddin (2008). Dari hasil kegiatan
Praktik Akhir yang telah dilaksanakan, perlu suatu analisi bisnis pada hasil
produksi masing-masing kolam dengan perlakuan pemberian Azolla dan tanpa
perlakuan, perhitungan analisis usaha dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan Analisi Usaha Kegiatan Pengaplikasian Azolla
No Uraian Kolam Kolam
Perlakuan Pembudidaya

1. Biaya Investasi (Rp) 223.000 223.000

2. Biaya Tetap (Rp) 92.825 92.825

3. Biaya Variabel (Rp) 1.058.000 1,100.000

4. Biaya Produksi (Rp) 1.150.825 1.192.825

5. Pendapatan/ siklus (Rp) 1.637.500 1.350.000

6. Keuntungan/ siklus (Rp) 486.675 157.175

Berdasarkan tabel perhitungan analisis usaha, kolam perlakuan


penggunaan pakan tambahan yaitu Azolla mendapatkan keuntungan per siklus
sebesar Rp 486.675,-. Sedangkan kolam pembudidaya mendapatkan
keuntungan per siklus sebesar Rp 157.175,- dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa penghasilan azolla sebagai pakan tambahan lebih
menguntungkan pembudidaya ikan nila di Kecamatan Kawali.
Pakan tambahan yaitu Azolla mampu menekan biaya produksi.
Perbandingan pakan kolam perlakuan dan tanpa perlakuan pada Tabel 11.

Tabel 11 Perbandingan Pakan Kolam Perlakuan dan Tanpa Perlakuan


Kolam
Kolam Total Total
Tanpa
No Uraian Perlakuan Harga Harga
Perlakuan
(Kg) (Rp) (Rp)
(Kg)

1 Pakan Pellet 46 690.000 60 900.000

2 Azolla microphylla 24 168.000 -

Jumlah 858.000 900.000

Perbandingan kolam perlakuan dan kolam tanpa perlakuan pada Tabel 11


menunjukkan bahwa penggunaan pakan tambahan Azolla microphylla dapat
mengurangi biaya produksi sebesar Rp 42.000. Artinya Azolla microphylla dapat
menekan biaya produksi sebesar 5%.
Efisiensi Biaya Pakan = Selisih Biaya Produksi × 100%
27

Biaya Kolam Perlakuan


= 42.000 × 100% = 5%
858.000
Selain itu, penulis melakukan perbandingan analisis usaha pada kolam
percontohan Azolla sebagai pakan tambahan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Analisis Usaha Budidaya Azolla
No Komponen Hasil Perhitungan
1. Investasi (Rp) 300.000
2. Biaya tetap (Rp) 94.063
3. Biaya Variabel (Rp) 47.500
4. Biaya Produksi (Rp) 141.563
5. Penerimaan per siklus (Rp) 168.000
6. Penerimaan per tahun (Rp) 672.000
7. Keuntungan per siklus (Rp) 26.438
8. Keuntungan per tahun (Rp) 105.750
9. B/C 1,19
10. BEP unit (Kg) 19
11. BEP Rp (Rp) 131.141
12. ROI (%) 9
13. Payback periode (Bulan) 1,19
Sumber : Data Primer, 2021
Analisis kelayakan Tabel dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya Azolla
layak untuk diteruskan karena nilai B/C telah mencapai 1,19 yang artinya setiap
pengeluaran modal Rp. 1,- maka akan mengahasilkan penerimaan sebesar Rp.
1,19, sehingga mendapat keuntungan Rp. 1,19. Hal ini terbukti dengan
keuntungan yang diperoleh dalam satu kali produksi mampu menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 26.438,-.

3.2.3 Kelompok sebagai Wahana Kerjasama dan Organisasi Kegiatan


Bersama
Peningkatan kelompok sebagai wahana kerjasama ini dilakukan dengan
aksi kelompok dalam melakukan proses produksi secara kerjasama antar
anggota kelompok. Kerja atau performasi adalah hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi
Nurmalia et al. (2013). Kerjasama yang ada sebatas kegiatan kelompok rutin
seperti musyawarah kelompok Susanti et al. (2016). Seperti halnya pada saat
persiapan kolam semua anggota kelompok ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Pertemuan kelompok selama Praktik Akhir dilakukan sebanyak satu kali dengan
dihadiri oleh 12 orang anggota dari jumlah anggota keseluruhan sebanyak 15
orang. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat kehadiran anggota sudah
cukup bagus. Selain itu juga, fungsi kelompok sebagai kerjasama dapat juga
dilakukan dalam antar anggota kelompok melakukan pengisian administrasi
kelompok.
Administrasi merupakan bagian yang sangat penting yang sangat penting
dari suatu organisasi dimana kondisi dan kemajuan suatu organisasi dinilai
28

berdasarkan administrasi kelompok tersebut. Pengelolaan admistrasi yang baik


memberikan dampak yang baik bagi pelaku utama perikanan. Oleh karena itu,
perlu adanya pemberdayaan kepada pelaku utama dengan memberikan
pembinaan pengelolaan administrasi sampai mereka terbiasa melakukannya.
Kelompokpelaku utama perikanan merupakan wadah kebersamaan para pelaku
utama di bidang perikanan dalam upaya untuk mencapai pelaku utama yang
tangguh, yaitu mampu mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri dalam
upaya memecahkan masalhahnya sendiri, menghadapi tantangan dan
mengatasi kendala yang ada Hardjanto (2017). Untuk dapat mengetahui
keberadaan kelompok dan tingkat kemajuan kelompok, dokumentasi kelompok
yang berupa pembukuan dan administrasi kelompok perlu disusun. Kegiatan
yang dilakukan penulis juga memperkuat argument dengan membawa media
penyuluhan berupa leatflet yang diberikan kepada para pembudidaya sebagai
bahan acuan dalam melaksanakan peran serta fungsi kelompok.

3.4 Evaluasi Penyuluhan


3.4.1 Sosialisasi Biosecurity pada Pembesaran Ikan Nila Sebagai
Pencegahan Hama
a) Aspek Pengetahuan
Hasil rekapitulasi evaluasi aspek pengetahuan dari 10 soal yang telah
diberikan tentang Biosecurity pada pembesaran ikan nila, dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pengetahuan Pengenalan Biosecurity
Nama Perubahan
No Pre-Test Post-Test Perubahan
Responden (%)
1 Luqman 7 9 2 20
2 Jajang Jamaludin 6 9 3 30
3 Engkos 5 9 4 40
4 Ridwan 6 10 4 40
5 Dedi Setiadi 7 10 3 30
6 Uus M 7 9 2 20
7 Idi Kholidi 9 10 1 10
8 Akim 6 9 3 30
9 Encun 6 9 3 30
10 Yadi 7 10 3 30
11 Adli 5 8 3 30
12 Aep Saepudin 6 9 3 30
13 Iwang 7 9 2 20
14 Udin 6 10 4 40
15 Maman 5 9 4 40
Jumlah 95 139 44 440
Rata-rata 6,3 9,3 3 30
Sumber: Data Hasil Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir, 2021
Tabel 13 diperoleh hasil rekapitulasi evaluasi pengetahuan dari 15 sasaran
yaitu Bapak Idi Kholidi mengalami perubahan yang paling kecil yaitu sebesar
29

10%. Bapak Luqman, Bapak Uus M, dan Bapak Iwang mengalami perubahan
sebesar 20%. Bapak Jajang Jamaludin, Bapak Dedi Setiadi, Bapak Akim, Bapak
Encun, Bapak Yadi, bapak Adli, dan Bapak Aep Saepudin mengalami perubahan
30%. Sedangkan yang mengalami perubahan yang tinggi yaitu Bapak Engkos,
Bapak Ridwan, Bapak Udin, dan Bapak Maman sebesar 40%. Sehingga
diperoleh nilai pre-test keseluruhan sebesar 95 dengan rata-rata 6,3 dan
diperoleh nilai post-test keseluruhan sebesar 139 dengan rata-rata 9,3. Sehingga
diperoleh perubahan dari seluruh sasaran sebesar 3 dengan peningkatan yang
terjadi sebesar 30%. Hasil perubahan dan peningkatan diperoleh dari rumus
sebagai berikut:
Perubahan = Nilai Akhir – Nilai awal
= 9,3 – 6,3 = 3
Peningkatan = Perubahan
Skor tertinggi
= 3
x100% = 30%
10 =
Perbandingan pre-test dan post-test lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik berikut:
10
9
8
7
Ni 6
5
lai
4
3
2
1
0
M
os

n
an

iS n

in

an
i

i
in

g
di

im
lid

l
Ad
ed wa

cu

an

di
ud

ia

Ya

ud
gk

us
qm

am
Ak
ho

U
et

En

Iw
id

ep
al

U
En

iK

M
Lu

R
m

Sa
Ja

Id

p
D
g

Ae
an

Responden
j
Ja

Pre-Test Post-Test Perubahan

Gambar 6 Grafik Hasil Evaluasi Pengetahuan Biosecurity


Berdasarkan Gambar 6 terjadi perubahan dengan meningkatnya pada
setiap sasasran dari hasil pre test dan post test. Perubahan yang terjadi pada
Kelompok Cibulakan Mukti sebesar 3 artinya kelompok tersebut terjadi
peningkatan sebanyak 30%. Perubahan tertinggi sebanyak 40% dialami oleh
Bapak Engkos, Bapak Ridwan, Bapak Udin, dan Bapak Maman, pada saat
tahap evaluasi pre test Bapak Engkos, Ridwan, Udin, dan Maman tidak dapat
mengisi soal dengan benar karena beliau merasa asing dengan pengetahuan
Biosecurity sehingga setelah melakukan sosialisasi dengan menjelaskan materi
terkait biosecurity diverifikasi ini barulah Bapak Engkos, Ridwan, Udin, dan
Maman dapat mengisi soal post test dengan benar dan meningkat sebanyak 4
point.
30

Perubahan yang terendah dialami oleh Bapak Idi Kholidi hanya 10%, jika
dihubungkan dengan karakteristik sasaran yaitu umur kategori sedang dan
tingkat pendidikan kategori “rendah” yaitu sampai jenjang MTSN, pengalaman
usaha termasuk ke dalam kategori lama, oleh karena itu Bapak Idi Kholidi dapat
dengan mudah memahami soal-soal rumit pada tahap evaluasi. Proses
sosialisasi pada masyarakat dapat berjalan dengan cepat dan ada yang
berjalan dengan lambat. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pendidikan atau ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama teknologi komunikasi dan informasi yang
berkembang di wilayah atau di daerah bersangkutan Maryani & Nainggolan
(2019).

b) Aspek Sikap
Hasil rekapitulasi evaluasi aspek sikap dari kegiatan penyuluhan
Sosialisasi Biosecurity dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil Pre Test dan Post Test Sikap Sasaran terhadap Biosecurity
Pre-Test Post-Test
Pernyataan
SS S R KS TS SS S R KS TS
Skor 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 1 11 3 0 0 10 5 0 0 0
2 0 12 3 0 0 15 0 0 0 0
3 0 9 6 0 0 10 5 0 0 0
4 0 3 12 0 0 2 13 0 0 0
5 0 11 4 0 0 6 9 0 0 0
6 0 10 5 0 0 7 8 0 0 0
7 0 5 10 0 0 4 11 0 0 0
8 0 11 4 0 0 7 7 1 0 0
9 0 1 14 0 0 2 10 2 0 1
10 3 10 2 0 0 12 3 0 0 0
Jumlah 4 83 63 0 0 75 71 3 0 1
Rata-rata 0,4 8 6,3 0 0 8 7 0 0 0

Jawaban Pre-Test Post-Test

Sangat Setuju 4 x 5 = 20 72 x 5 = 375

Setuju 83 x 4 = 332 74 x 4 = 284

Ragu 63 x 3 = 189 3 x3=9

Kurang Setuju 0 x 2=0 0 x2=0

Tidak Setuju 0 x 1=0 1 x1=1


31

Jumlah Jawaban 541 669

Rata-rata 54,1 66,9

TS KS R S SS
15 30 45 60 75

54,1 66,9

PreTest Post Test


Gambar 7 Garis Kontinium Evaluasi Awal (Pre Test) dan Evaluasi Akhir (Post
Test) Sasaran Sosialisasi Biosecurity
Evaluasi awal aspek sikap sasaran kegiatan sosialisasi memperoleh nilai
rata-rata sebesar 54,1. Nilai ini berada pada kategori ragu-ragu. Hal ini
menujukkan bahwa pada dasarnya sasaran dari kegiatan sosialisasi biosecurity
masih ragu terhadap teknologi anjuran yang disosialisasikan pada kegiatan ini.
Keraguan dari sasaran ini disebabkan oleh sasaran yang belum mengetahui
biosecurity. Setalah mengetahui evaluasi awal sikap sasaran, penulis melakukan
evaluasi akhir setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi untuk mengetahui
perubahan sikap sasaran selama kegiatan berlangsung.
Pelaksanaan penyuluhan tentang biosecurity ini menunjukkan terjadinya
perubahan aspek sikap sasaran yang cukup signifikan antara keadaan sebelum
pelaksanan kegiatan sosialisasi dengan setelah pelaksanaan sosialisasi tersebut.
Sebelum melakukan kegiatan sosialisasi aspek sikap beradapa pada kategori
ragu-ragu terhadap biosecurity. Namun setelah berjalanya kegiatan
mendatangkan sumber informasi tentang biosecurity, terjadi perubahan sikap
dari awalnya Ragu-ragu menjadi Setuju dengan nilai rata-rata evaluasi akhir
sebesar 66,9. Hal ini menunjukkan dari kegiatan mendatangkan sumber
informasi mampu merubah sikap sasaran. Karakteristik responden yang tinggi
menyebabkan respon responden juga tinggi terhadap inovasi. Karakteristik
responden yang tinggi bercirikan pendidikan yang tinggi Noormansyah dan
Sendjaya (2015) dalam Yuniarti et al. (2020).
Berdasarkan garis kontinum perhitungan evaluasi sikap sasaran sebelum
melakukan sosialisasi dan setelah sosialisasi biosecurity. Terjadi peningkatan
sebesar 17,1% pada sasaran dan berada pada kategori setuju. Melihat
perubahan sikap sasaran yang tidak terlalu tinggi ini membuktikan bahwa adanya
antusias tinggi yang dimiliki oleh sasaran terhadap sosialisasi biosecurity. Dapat
disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi biosecurity sudah mencapai tujuannya
yaitu dapat meningkatkan sikap sasaran sebesar 17,1%. Dengan adanya
sosialisasi mengenai biosecurity ini dapat memberikan pengetahuan baru
kepada sasaran tersebut.
Perubahan = Nilai Akhir – Nilai awal
= 66,9 – 54,1 = 12,8
Peningkatan = Perubahan
x100%
Skor tertinggi
= 12,8
x100% = 17%
32

75 =

c) Adopsi Inovasi
Selain evaluasi pada kegiatan, baik evaluasi pengetahuan maupun sikap
maka dapat dilihat juga melalui tingkat adopsi sasaran terhadap materi
penyuluhan yang telah diberikan. Skala yang digunakan yaitu tingkat sadar,
minat, menilai, mencoba dan menerapkan. Kecepatan sasaran dapat
mengadopsi inovasi disebabkan oleh beberapa hal yaitu memiliki keuntungan
relative yang tinggi, sesuai dengan nilai-nilai atau norma, pengalaman dan
kebetuhannya tidak rumit, dapat dicoba dalam skala kecil, dan mudah diamati.
Hasil pengamatan penulis terhadap tingkat adopsi inovasi dapat dilihat pada
Gambar 8.
7
6
5
4
3
2
1
0
Series 1

Gambar 8 Grafik Adopsi Inovasi Biosecurity


Berdasarkan Grafik di atas, kegiatan penyuluhan mengenai biosecurity
dapat dievaluasi hasilnya dengan melihat respon sasaran. Berdasarkan hasil
pengamatan setelah dilakukannya kegiatan penyuluhan terdapat 15 orang masih
pada tahap pengetahuan kemudian setelah melakukan sosialisasi dengan
menyampaikan materi mengenai penerapan biosecurity tersebut barulah ada
sebanyak 4 orang yang merespon yaitu Bapak Dedi, Bapak Idi, Bapak Yadi, dan
Bapak Maman. Respon yang diberikan oleh Bapak Yadi adalah dukungan untuk
para anggota agar bisa menerapkan biosecurity untuk meminimalisir hama yang
ada. Terdapat respon dari Bapak Dedi, Bapak Idi menanyakan bahan yang
bagus untuk digunakan dalam pemagaran kolam. Jika melihat respon dari
sasaran seperti Bapak Iwang dan 5 sasaran lainnya sudah masuk kepada tahap
persuasi dan Bapak Dedi, Bapak Idi, Bapak Yadi dan Bapak Maman terdapat
pada tahap keputusan. Sedangkan sebanyk 5 orang lainnya masih pada tahap
pengetahuan.
Faktor-faktor yang menghambat inovasi pada kelompok pembudidaya pada
karekteristik individu pembudidaya adalah pendapatan yang rendah hal ini sesuai
dengan pendapat Warnaen et al. (2016) dalam Darwita et al. (2018).

3.4.2 Budidaya Azolla Sebagai Pakan Tambahan Ikan Nila untuk


Mengurangi Biaya Produksi
a) Aspek Pengetahuan
Berdasarkan hasil rekapitulasi evaluasi aspek pengetahuan dempond
Azolla sebagai pakan tambahan dapat dilihat pada Tabel 15.
33

Perubahan
No Nama Responden Pre-Test Post-Test Perubahan
(%)
1 Luqman 6 10 4 40
2 Jajang Jamaludin 3 9 6 60
3 Engkos 7 10 3 30
4 Ridwan 6 10 4 40
5 Dedi Setiadi 7 10 3 30
6 Uus M 6 10 4 40
7 Idi Kholidi 7 9 2 20
8 Akim 6 9 3 30
9 Encun 6 9 3 30
10 Yadi 7 10 3 30
11 Adli 5 9 4 40
12 Aep Saepudin 7 10 3 30
13 Iwang 6 10 4 40
14 Udin 5 10 5 50
15 Maman 5 9 4 40
Jumlah 89 144 55 550
Rata-rata 5,9 9,6 3,7 36,7
Tabel 15 Rekapitulasi Evaluasi Aspek Pengetahuan Sasaran terhadap Pakan
Azolla
Berdasarkan Tabel 15 diperoleh hasil rekapitulasi evaluasi pengetahuan
dari 15 sasaran yaitu Bapak Idi Kholidi mengalami perubahan yang paling kecil
yaitu sebesar 20%. Bapak Engkos, Bapak Dedi Setiadi, Bapak Akim, Bapak
Encun, Bapak Yadi, dan Bapak Aep Saepudin mengalami perubahan 30%.
Bapak Luqman, Bapak Ridwan, Bapak Uus M, Bapak Adli, Bapak Iwang, dan
Bapak Maman mengalami perubahan 40%. Bapak Udin mengalami perubahan
sebesar 50%. Sedangkan yang mengalami perubahan yang tinggi yaitu Jajang
Jamaludin sebesar 60%. Sehingga diperoleh nilai pre-test keseluruhan sebesar
89 dengan rata-rata 5,9 dan diperoleh nilai post-test keseluruhan sebesar 144
dengan rata-rata 9,4. Sehingga diperoleh perubahan dari seluruh sasaran
sebesar 3,7 dengan peningkatan yang terjadi sebesar 37%. Hasil perubahan dan
peningkatan diperoleh dari rumus sebagai berikut:
Perubahan = Nilai Akhir – Nilai awal
= 9,6 – 5,9 = 3,7
Peningkatan = Perubahan
x100%
Skor tertinggi
= 3,7
x100% = 37%
10 =
34

Perbandingan pre test dan post test lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
berikut:

10
9
8
Nil 7
ai 6
5
4
3
2
1
0
i i i i
a n d i n ko s an iad s M lid kim cun ad Adl in ng din an
q m l u g d w e t u h o A n Y p u d wa U a m
a n i U E I
Lu a m E R iS iK
Sa
e M
J ed Id
p
g D
ja
n Ae
Ja Responden
Pre-Test Post-Test Perubahan
Gambar 9 Grafik Hasil Evaluasi Pengetahuan Sasaran terhadap Pakan Azolla
Berdasarkan Gambar 9 terjadi perubahan dengan meningkatnya pada
setiap sasasran dari hasil pre test dan post test. Perubahan yang terjadi pada
Kelompok Cibulakan Mukti sebesar 3,7 artinya kelompok tersebut terjadi
peningkatan sebanyak 37%. Perubabahn tertinggi sebanyak 60% dialami oleh
Bapak Jajang Jamaludin, pada saat tahap evaluasi pretest Bapak Jajang
Jamaludin tidak dapat mengisi soal dengan benar karena beliau merasa asing
dengan inovasi pakan azolla sebagai pakan tambahan pada pembesaran ikan
nila sehingga setelah menerima materi Demcar diverifikasi ini barulah Bapak
Jajang Jamaludin dapat mengisi soal post test dengan benar dan meningkat
sebanyak 6 point.
Perubahan yang terendah dialami oleh Bapak Idi Kholidi hanya 20%, jika
dihubungkan dengan karakteristik sasaran yaitu umur kategori sedang dan
tingkat pendidikan kategori “rendah” yaitu sampai jenjang MTSN, pengalaman
usaha termasuk ke dalam kategori lama, oleh karena itu Bapak Idi Kholidi dapat
dengan mudah memahami soal-soal rumit pada tahap evaluasi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap dan praktik seseorang
diantaranya pendidikan, pengalaman dan usia Kusumawardani (2012) dalam
Malagapi et al. (2020).

b) Aspek Sikap
Hasil rekapitulasi evaluasi aspek sikap dari kegiatan penyuluhan Dempond
Pakan Azolla dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Hasil Pre Test dan Post Test Sikap Sasaran terhadap Pakan Azolla
Pre-Test Post-Test
Pernyataan
SS S R KS TS SS S R KS TS
SKOR 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 2 12 1 0 0 15 0 0 0 0
2 0 13 2 0 0 13 2 0 0 0
35

3 0 10 5 0 0 9 6 0 0 0
4 0 11 4 0 0 8 7 0 0 0
5 0 9 6 0 0 10 5 0 0 0
6 0 10 5 0 0 12 3 0 0 0
7 0 6 9 0 0 11 4 0 0 0
8 0 5 10 0 0 9 6 0 0 0
9 3 5 6 1 0 15 0 0 0 0
10 2 4 9 0 0 13 2 0 0 0
Jumlah 7 85 57 1 0 115 35 0 0 0
Rata-rata 1 8 6 0 0 12 3 0 0 0

Keterangan:

Jawaban Pre-Test Post-Test

Sangat Setuju 7 x 5 = 35 115 x 5 = 575

Setuju 85 x 4 = 340 35 x 4 = 140

Ragu 57 x 3 = 171 0 x3=0

Kurang Setuju 1 x 2=2 0 x2=0

Tidak Setuju 0 x 1=0 0 x1=0

Jumlah Jawaban 548 715

Rata-rata 54,8 71,5

TS KS R S SS

15 30 45 60 75

54,8 71,5

Pre-Test Post-Test
Gambar 10 Garis Kontinium Evaluasi Awal (Pre Test) dan Evaluasi Akhir (Post
Test) Sasaran terhadap Pakan Azolla
Evaluasi awal aspek sikap sasaran kegiatan dempond memperoleh nilai
rata-rata sebesar 54,8. Nilai ini berada pada kategori ragu. Hal ini menujukkan
bahwa pada dasarnya sasaran dari kegiatan dempond pakan Azolla masih ragu
terhadap teknologi anjuran yang dipraktekkan pada kegiatan ini. Keraguan dari
sasaran ini disebabkan oleh sasaran yang belum pernah melakukan budidaya
Azolla sebagai pakan tambahan pada ikan nila. Setalah mengetahui evaluasi
awal sikap sasaran, penulis melakukan evaluasi akhir setelah pelaksanaan
kegiatan dempond untuk mengetahui perubahan sikap sasaran selama kegiatan
dempond berlangsung.
Pelaksanaan dempond ini menunjukkan terjadinya perubahan aspek sikap
sasaran yang cukup signifikan antara keadaan sebelum pelaksanan dempond
36

dengan setelah pelaksanaan dempond. Sebelum melakukan dempond aspek


sikap beradapa pada kategori Ragu terhadap dempond budidaya Azolla. Namun
setelah melakukan sendiri kegiatan budidaya Azolla, terjadi perubahan sikap dari
awalnya Ragu-ragu menjadi Setuju dan mendekati Sangat Setuju dengan nilai
rata-rata evaluasi akhir sebesar 71,5. Hal ini menunjukkan dari kegiatan
dempond budidaya Azolla sebagai pakan tambahan ikan nila mampu merubah
sikap sasaran.
Berdasarkan garis kontinum perhitungan evaluasi sikap sasaran sebelum
melakukan Dempond dan setelah melakukan Dmpond budidaya Azolla. Terjadi
peningkatan sebesar 22,3% pada sasaran dan berada pada kategori sangat
setuju. Melihat perubahan sikap sasaran yang tidak terlalu tinggi ini membuktikan
bahwa adanya antusias tinggi yang dimiliki oleh sasaran terhadap dempond
budidaya Azolla. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan dempond budidaya Azolla
sudah mencapai tujuannya yaitu dapat meningkatkan sikap sasaran sebesar
22,3%. Dengan adanya dempond mengenai budiaya pakan Azolla ini dapat
memberikan pengetahuan dan pengalaman baru kepada sasaran tersebut.
Perubahan = Nilai Akhir – Nilai awal
= 71,5 – 54,8 = 16,7
Peningkatan = Perubahan x100%
Skor tertinggi
= 16,7 x100% = 22%
75 =

c) Aspek Keterampilan
Evaluasi aspek keterampilan juga dilakukan terhadap sasaran kegiatan
dempond. Keterampilan yang diukur yaitu kecepatan dan ketepatan. Terdapat
tiga tahapan kegiatan yang dilakukan pada kegiatan dempond pada pembesaran
ikan nila yaitu pembuatan kolam Azolla, menetapkan jumlah tebar, dan
menghitung pemberian pupuk sesuai dengan dosis dan luas kolam.

Tabel 17 Hasil Pre Test dan Post Test Keterampilan Sasaran terhadap Pakan
Azolla
PRE-TEST POST-TEST

T CT TT T CT TT

Indikator 3 2 1 Indikator 3 2 1

Jumlah (orang) Jumlah (orang)

1 0 10 5 1 12 3 0

2 4 8 3 2 15 0 0
37

Jumlah 4 18 8 Jumlah 27 3 0

Rata-Rata 2 9 4 Rata-Rata 13 2 0

Keterampilan 13% 60% 27% Keterampilan 88% 12% 0%

Jawaban Pre-Test Post-Test

Terampil 4 x 3 = 12 27 x 3 = 81

Cukup Terampil 18 x 2 = 36 3 x2=6

Tidak Terampil 8 x1=8 0 x1=0

Jumlah Jawaban 56 87

Rata-rata 28 43

Berdasarkan hasil evaluasi pre test pada Tabel 17 diperoleh 13% (dua
orang) sasaran berada pada kategori terampil, 60% (sembilan orang) sasaran
ada pada kategori cukup terampil dan 27% lainnya (empat orang) berada pada
kategori tidak terampil. Sasaran yang masih tidak terampil rata-rata masih kurang
cepat dalam melakukan pemanen Azolla. Adapun kesalahan lain yang paling
sering terjadi yaitu masih kurang tepat dalam menempatkan posisi kolam sesuai
dengan kriteria lokasi. Perubahan peningkatan yang terjadi pada aspek
keterampilan sebelum dan sesudah pemeberian materi pakan azolla sebagai
pakan tambahan adalah:
Perubahan = Nilai Akhir – Nilai Awal
= 43 – 28 = 15
Peningkatan = Perubahan
x100%
Skor tertinggi
= 17 x100% = 33%
45
Pada saat evaluasi awal hanya ada dua orang yang terampil yaitu Bapak
Yadi dan Bapak Idi mereka melakukannya dengan sangat cepat dan tepat dalam
hal pemanenan Azolla. Hasil evaluasi akhir setelah dilakukannya kegiatan
penyuluhan keterampilan yang diperoleh hail signifikan dengan jumlah sasaran
yang terampil menjadi 88% (13 orang) dan 12% (dua orang) masih berada
dicukup terampil. Sasaran yang masih cukup terampil dikarenakan pada saat
proses dalam menempatkan posisi kolam sesuai dengan kriteria lokasi masih
belum mampu dilakukan dengan tepat. Evaluasi keterampilan pada kegiatan
penyuluhan dilakukan untuk mengukur sejauh mana keterampilan yang dimiliki
sasaran terhadap inovasi yang diberikan. Evaluasi keterampilan dilakukan
dengan meperhatikan tiga kriteria yaitu terampil (TT), cukup terampil (CT), dan
tidak terampil (TT) Malagapi et al. (2020).
d) Adopsi Inovasi
Evaluasi adopsi inovasi dilakukan dengan cara melakukan monitoring
secara berkelanjutan melalui WhatsApp. Kecepatan sasaraan dapat mengadopsi
inovasi disebabkan oleh beberapa hal yaitu memiliki keuntungan relative yang
38

16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Minggu Ke-

Sadar Minat Menilai Mencoba Menerapkan

tinggi, sesuai dengan nilai-nilai atau norma, pengalaman dan kebutuhannya tidak
rumit, dapat dicoba dalam skala kecil, dan mudah diamati. Berikut merupakan
hasil evaluasi adopsi inovasi dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Hasil Evaluasi Adopsi Inovasi Sasaran terhadap Pakan Azolla
Hasil data sasaran pada tahap adopsi inovasi yang disajikan pada Gambar
11 menunjukkan bahwa pada minggu kedua bulan Maret dimulai kegiatan
penyuluhan, hasil yang diperoleh seluruh sasaran ada pada tahap pengetahuan
dimana sasaran baru mulai mengetahui pakan Azolla sebagai pakan tambahan
ikan nila serta muncul minat untuk bertanya lebih dalam mengenai pakan
tambahan. Pada minggu ketiga bulan Maret sudah ada 5 sasaran yang
meningkat pada tahap persuasi (minat) dimana sasaran mulai merespon serta
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan jika kelompok menilai untuk
menggunakan pakan Azolla sebagai pakan tambahan. Hal yang
pertimbangannya adalah protein yang terkandung pada Azolla. oleh karena itu
hal yang menjadi satu permasalahan bagi kelompok untuk menuju tahap
keputusan.
Pada minggu keempat bulan Maret hingga minggu kesatu bulan April ada
Bapak Idi dan Bapak Yadi memberikan keputusan untuk mencoba menggunakan
pakan tambahan. Pada bulan April minggu kedua dan ketiga dimana dengan
pengaruh dan wawasan luas yang dimiliki oleh Bapak Yadi dapat membuat
sasaran yang lain juga memberikan keputusan untuk mencoba, sehingga ada
penambahan sebanyak tiga sasaran yang berubah menjadi tahap ketahap
putusan.
Pada bulan April minggu kedua terdapat dua sasaran yang
mengimplementasikan (mencoba) pakan Azolla tersebut yaitu Bapak Idi dan
Bapak Yadi. Pada bulan April minggu keempat terdapat satu sasaran yang
konfirmasi (menerapkan) pakan Azolla sebagai pakan tambahan yaitu Bapak
Yadi. Namun pada minggu akhir dempond dapat dilihat dari 15 sasaran terdapat
enam sasaran pada kategori mencoba, dan lima orang pada tahapan
39

menerapkan terdapat adopsi tersebut yaitu Bapak Idi, Bapak Yadi, Bapak Dedi
dan Bapak Maman, Bapak Aep. Terdapat responden yang sampai pada tahap
menerapkan inovasi artinya responden sudah berupaya untuk
mempertimbangkan secara bijak dalam berbagai aspek kehidupan (teknis,
ekonomi, sosial maupun budaya) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
secara umum. Responden yakin inovasi mampu diterapkan dan tidak merugikan
serta mudah dilaksanakan dan menguntungkan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan responden Yuniarti et al. (2020).
Pembudidaya yang berpengalaman lebih cepat mengadopsi teknologi
dibandingkan dengan pembudidaya yang belum atau kurang berpengalaman.
Pembudidaya yang sudah lama melakukan usahanya akan lebih mudah
menerapkan inovasi daripada pembudidaya pemula Darwita et al. (2018).
Metode penyuluhan demonstrasi menggunakan kolam percontohan (dempond)
merupakan alternatif untuk membantu penerapan teknologi. Metode ini dapat
menyakinkan sasaran penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan
keterampilan terhadap budidaya perikanan Nursahla et al. (2019) dalam Anas et
al. (2020). Agar inovasi diadopsi oleh masyarakat maka inovasi tersebut haruslah
benar menjawab kebutuhan mereka, membantu memecahkan
masalah/persoalan yang dihadapi calon adopter Yuliaty et al. (2011).
Proses adopsi inovasi pada model ini menekankan pada model ini
menekankan pada tahap pengetahuan dan tahan persuasi yang menjadi titik
penting bagi setiap individu untuk memutuskan menerima atau menolak suatu
inovasi. Karena dalam tahap pengetahuan, individu akan sangat dipengaruhi
oleh kondisi sosial ekonomi, karakteristik individu dan perilaku komunikasi yang
dikembangkan. Sedangkan dalam tahap persuasi, individu akan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik inovasi yang meliputi keuntungan relatif,
kesesuaian, kerumitan, kemungkinan dicoba dan kemudian diamati Adianto
(2018).

3.4.3 Kelompok Sebagai Wahana Kerjasama dan Organisasi Kegiatan


Bersama
a) Aspek Pengetahuan
Hasil evaluasi dari aspek pengetahuan dan sikap pembudidaya terhadap
peningkatan fungsi kelompok dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Pengetahuan Sasaran terhadap Peran
Fungsi Kelompok
Nama Perubahan
No Pre-Test Post-Test Perubahan
Responden (%)
1 Luqman 8 9 1 10
2 Jajang Jamaludin 8 9 1 10
3 Engkos 6 9 3 30
4 Ridwan 8 9 1 10
5 Dedi Setiadi 7 10 3 30
6 Uus M 7 10 3 30
7 Idi Kholidi 8 10 2 20
40

8 Akim 7 9 2 20
9 Encun 6 9 3 30
10 Yadi 9 10 1 10
11 Adli 7 9 2 20
12 Aep Saepudin 8 9 1 10
13 Iwang 9 10 1 10
14 Udin 6 10 4 40
15 Maman 4 8 4 40
Jumlah 108 140 32 320
Rata-rata 7,2 9,3 2,1 21
Sumber: Data Primer yang Diolah, 2021
Berdasarkan Tabel 18 diperoleh hasil rekapitulasi evaluasi pengetahuan
dari 15 sasaran yaitu Bapak Luqman, Bapak Jajang Jamaludin, Bapak Ridwan,
Bapak Yadi, dan Bapak Aep Saepudin, Iwang mengalami perubahan yang
paling kecil yaitu sebesar 10%. Bapak Idi Kholidi, Bapak Akim, dan Bapak Adli
mengalami perubahan sebesar 20%. Bapak Dedi Setiadi, Bapak Uus M, dan
Bapak Ecun mengalami perubahan sebesar 30%. Sedangkan yang mengalami
perubahan yang tinggi yaitu Bapak Udin dan Bapak Maman sebesar 40%.
Sehingga diperoleh nilai pre-test keseluruhan sebesar 108 dengan rata-rata 7,2
dan diperoleh nilai post-test keseluruhan sebesar 140 dengan rata-rata 9,3.
Sehingga diperoleh perubahan rata-rata dari seluruh sasaran sebesar 2,1
dengan peningkatan yang terjadi sebesar 21%. Hasil perubahan dan
peningkatan diperoleh dari rumus sebagai berikut:
Perubahan = Nilai Akhir – Nilai awal
= 9,3 – 7,2 = 2,1
Peningkatan = Perubahan
x100%
Skor tertinggi
= 2,1
x100% = 21%
10 =
Perbandingan pre test dan post test lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
berikut:
10
9
8
7
6
Nil
5
ai 4
3
2
1
0
an di
n s n di M l id i i m n di li in g in an
ko w a tia s o k cu Ya Ad ud an Ud
qm al
u
n g i d e U
u h A En p Iw a m
Lu a m E R iS iK
Sa
e M
J ed Id
g D p
j an Ae
Ja Responden
Pre-Test Post-Test Perubahan
41

Gambar 12 Grafik Hasil Evaluasi Pengetahuan Sasaran terhadap Peran Fungsi


Kelompok
Berdasarkan Gambar 12 terjadi perubahan dengan meningkatnya pada
setiap sasasran dari hasil pre test dan post test. Perubahan yang terjadi pada
Kelompok Cibulakan Mukti sebesar 2,1 artinya kelompok tersebut terjadi
peningkatan sebanyak 21%. Perubabahn tertinggi sebanyak 40% dialami oleh
Bapak Udin dan Maman, pada saat tahap evaluasi pre-test Bapak Udin dan
Maman tidak dapat mengisi soal dengan benar karena mereka tidak begitu
mengetahuinya setelah melakukan sosialisasi ini barulah Bapak Udin dan
Maman dapat mengisi soal post test dengan benar dan meningkat sebanyak 4
point.
Perubahan yang terendah dialami oleh Bapak Luqman, Bapak Jajang
Jamaludin, Bapak Ridwan, Bapak Yadi, Aep Saepudin, Bapak Iwang hanya 10%,
jika dihubungkan dengan karakteristik sasaran umur para sasaran termasuk
dalam kategori muda dan sedang, dengan memiliki pengalaman usaha sedang
dan khususnya Bapak Yadi memiliki pengalaman usaha yang cukup lama. oleh
karena itu dapat dengan mudah memahami soal-soal rumit pada tahap evaluasi
sehingga mendapatkan perubahan yang tidak signifikan dari yang sebelumnya.

b) Aspek Sikap
Hasil rekapitulasi evaluasi aspek sikap dari kegiatan penyuluhan peran dan
fungsi kelompok dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Hasil Pre Test dan Post Test Sikap Sasaran terhadap Wahana
Kerjasama
Pre-Test Post-Test
Pernyataan
SS S R KS TS SS S R KS TS
SKOR 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 0 5 10 0 0 7 8 0 0 0
2 0 1 14 0 0 7 8 0 0 0
3 0 3 12 0 0 8 7 0 0 0
4 0 8 7 0 0 8 7 0 0 0
5 0 9 6 0 0 15 0 0 0 0
Jumlah 0 26 49 0 0 45 30 0 0 0
Rata-rata 0 5 10 0 0 9 6 0 0 0
42

Jawaban Pre-Test Post-Test

Sangat Setuju 0 x5=0 45 x 5 = 225

Setuju 26 x 4 = 104 30 x 4 = 120

Ragu 49 x 3 = 147 0 x3=0

Kurang Setuju 0 x 2=0 0 x2=0

Tidak Setuju 0 x 1=0 0 x1=0

Jumlah Jawaban 251 345

Rata-rata 50,2 69

TS KS R S SS

15 30 45 60 75

50,2 69

Pre-Test Post-Test

Gambar 13 Garis Kontinium Evaluasi Awal (Pre Test) dan Evaluasi Akhir (Post
Test) Sasaran terhadap Peran Fungsi Kelompok
Evaluasi awal aspek sikap sasaran kegiatan sosialisasi memperoleh nilai
rata-rata sebesar 50,2. Nilai ini berada pada kategori ragu-ragu. Hal ini
menujukkan bahwa pada dasarnya sasaran masih ragu terhadap kegiatan ini.
Setalah mengetahui evaluasi awal sikap sasaran, penulis melakukan evaluasi
akhir setelah pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui perubahan sikap sasaran
selama kegiatan sosialisasi berlangsung.
Pelaksanaan sosialisasi ini menunjukkan terjadinya perubahan aspek sikap
sasaran yang cukup signifikan antara keadaan sebelum pelaksanan sosialisasi
dengan setelah pelaksanaan sosialisasi. Sebelum melakukan sosialisasi aspek
sikap beradapa pada kategori Ragu-ragu terhadap peningkatan fungsi kelompok.
Namun setelah dilakukannya penyuluhan mengenai peran fungsi kelompok,
terjadi perubahan sikap dari awalnya ragu-ragu menjadi Setuju dengan nilai rata-
rata evaluasi akhir sebesar 69. Hal ini menunjukkan dari kegiatan penyuluhan
peningkatan fungsi kelompok telah mampu merubah sikap sasaran. Kekompakan
kelompok menunjukkan tingkat rasa untuk tetap tinggal dalam kelompok, hal ini
dapat berupa: loyalitas, rasa memiliki, rasa keterlibatan, dan keterikatan. Tujuan
dari kegiatan ini adalah meningkatkan aspek pengetahuan dan sikap mengenai
fungsi kelompok dan administrasi kelompok Nurmalia et al. (2020).
Berdasarkan garis kontinum perhitungan evaluasi sikap sasaran sebelum
melakukan penyuluhan dan setelah melakukan penyuluhan tentang peran fungsi
kelompok. Terjadi peningkatan sebesar 25% pada sasaran dan berada pada
kategori sangat setuju. Melihat perubahan sikap sasaran yang tidak terlalu tinggi
ini membuktikan bahwa adanya antusias tinggi yang dimiliki oleh sasaran
43

terhadap penyuluhan tentang peran fungsi kelompok. Dapat disimpulkan bahwa


kegiatan penyuluhan tentang peran fungsi kelompok sudah mencapai tujuannya
yaitu dapat meningkatkan sikap sasaran sebesar 25%. Semakin tinggi tingkat
pendidikan sesorang maka sedikit baik pula pola pikirnya dalam mencerna
informasi-informasi yang dapat mendasari pola perilaku orang tersebut
Notoatmojo (2003) dalam Yuniarti et al. (2020). Perubahan dapat dirasakan oleh
sasaran yang tidak memiliki pengalaman kerja, sehingga dengan adanya materi
penuluhan peran dan fungsi kelompok ini dapat memberikan pengalaman baru
kepada sasaran tersebut.
Perubahan = Nilai Akhir – Nilai Awal
= 69 – 50,2 = 18,8
Peningkatan = Perubahan
x100%
Skor tertinggi
= 18,8
x 100% = 25%
75

c) Adopsi Inovasi
Selain evaluasi pada kegiatan, baik evaluasi pengetahuan maupun sikap
maka dapat dilihat juga melalui tingkat adopsi sasaran terhadap materi
penyuluhan yang telah diberikan. Skala yang digunakan yaitu tingkat sadar,
minat, menilai, mencoba dan menerapkan. Berikut merupakan hasil evaluasi
adopsi inovasi dapat dilihat pada Gambar 14.

16
14
12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Minggu Ke-
Sadar Minat Menilai Mencoba Menerapkan
Berdasarkan pada Gambar 14 menunjukan bahwa pada setiap minggunya
Gambarmengalami
sasaran SEQ Gambar \* ARABIC
perubahan 14 Grafik
tahap, sepertiHasil
dari Evaluasi Adopsikesatu
mulai minggu Peranhingga
dan
minggu kedua sebanyak 15 anggota masih berada pada tahap pengetahuan.
Akan tetapi pada minggu ketiga juga terdapat dua anggota yang sudah mencapai
tahap persuasi yaitu Bapak Dedi selaku ketua kelompok dan Bapak Yadi selaku
sekertaris.kemudian dengan bantuan pengaruh Bapak Ketua dan Bapak
Sekertaris dalam menyampaikan manfaat dari melengkapi buku administrasi
sehingga pada minggu ketiga hingga minggu kelima ada sebanyak lima anggota
yang sudah memasuki tahap persuasi (minat).
44

Perubahan juga terjadi pada minggu keenam sasaran yang sebelumnya


pada tahap persuasi memasuki tahap keputusan, hal ini dibuktikan oleh minat
dari anggota agar dilakukannya pendampingan kelompok dalam pengisian buku
administrasi. Pendampingan dilakukan pada minggu ketujuh hingga minggu
kedelapan terdapat dua anggota terdiri dari ketua dan sekertaris sudah mencapai
tahap implementasi karena sudah mencoba melakukan pencatatan dalam buku
administrasi. Pada minggu ke sembilan hingga minggu ke-10 ditambah satu
anggota yang bertanggung jawab sebagai bendahara yaitu Bapak Aep sudah
mulai mencoba mengisi buku hasil penjualan dan buku lainnya yang berkaitan
dengan buku keuangan.
Pada minggu terakhir yang memasuki tahap minat satu anggota, pada
tahap menilai terdapat empat anggota, pada tahap implementasi yaitu terdapat
tujuh anggota, dan tiga orang sudah memberikan konfirmasi untuk mengadopsi
inovasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa adanya kegiatan penyuluhan dalam
melengkapi buku administrasi sudah mencapai tujuannya yaitu meningkatkan
kelompok sebagai wahana kerjasama. Berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi antara lain sifat atau karakteristik
inovasi, sifat atau karakteristik calon pengguna, pengambil keputusan adopsi
inovasi, saluran komunikasi dan keadaan atau kualifikasi penyuluh lapangan
Asnamawati (2015). Beberapa hal yang dapat menghambat proses adopsi
inovasi antara lain karakteristik sasaran yang kurang mencari informasi di luar
desa Hiola & Indriana (2018) dalam Yuniarti et al. (2020).
45

4 SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Setelah melaksanakan Praktik Akhir di Kecamatan Kawali Kabupaten
Ciamis, dengan judul “Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) melalui Pendampingan Kelompok di Kecamatan
Kawali Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat” maka dari hasil kegiatan
dapat dilihat beberapa kesimpulan yaitu:
1. Peningkatan pengetahuan dan sikap pembudidaya mengenai biosecurity
untuk pencegahan hama darat yang ditandai dengan terjadinya
peningkatan aspek pengetahuan 30% sikap 17,1% pembudidaya melalui
sosialisasi yang dilakukan.
2. Peningkatan Azolla mycrophylla sebagai pakan tambahan pada ikan nila
dapat mengefisiensi pakan hingga 89% sedangkan pada kolam
pembudidaya efisiensi pakan hanya 85%. biaya produksi berkurang
sebanyak 5% sehingga dapat meningkatkann keuntungan dalam usaha
budidaya pembesaran ikan nila. Hasil evaluasi pengetahuan meningkat
37%, sikap 22,3%, dan keterampilan 33%. Sedangkan hasil evaluasi
adopsi invasi terhadap dempond budidaya Azolla terdapat lima orang
yaitu Bapak Idi, Bapak Yadi, Bapak Dedi dan Bapak Maman, Bapak Aep.
3. Peningkatan fungsi kelompok sebagai wahana kerjasama dan organisasi
kegiatan bersama ditandai dengan terjadinya peningkatan aspek
pengetahuan 21%, sikap 25% pembudidaya mengenai pendampingan
administrasi kelompok.

4.2 Saran
1. Perlu upaya peningkatan sosialisasi mengenai biosecurity agar
pembudidaya meningkat dalam pengetahuan terhadap pencegahan
hama.
2. Perlu adanya pendampingan yang lebih intensif dan berkelanjutan dari
pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Ciamis, sehingga inovasi
budidaya Azolla yang telah diberikan dapat diadopsi oleh lebih banyak
responden. Jika inovasi terhadap pembaruan teknologi budidaya dapat
diadopsi sepenuhnya oleh pembudidaya, dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas produksi yang berdampak pada naiknya pendapatan dan
kesejahteraan pembudidaya.
3. Perlu upaya peningkatan kinerja kelompok terhadap seluruh pokdakan
yang ada di Kecamatan Kawali, tentunya tidak lepas dari peran penyuluh
perikanan yang bertugas di Kecamatan Kawali, untuk meonitoring,
membimbing, serta mengarahkan seluruh kelompok secara keseluruhan
agar dapat melakukan usaha secara berkelanjutan.
46

DAFTAR PUSTAKA

Adianto. (2018). Proses Adopsi Inovasi Lokal Terhadap Peningkatan


Kesejahteraan Masyarakat Kawasan Minapolitan Desa Koto Mesjid Provinsi
Riau. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 2, 1–30.
Afrianto, M. S. D. I. E., Liviawaty, M. P. I. E., Jamaris, M. S. I. Z., & Hendi, S. P.
(2015). Penyakit Ikan. Penebar Swadaya. https://books.google.co.id/books?
id=YCLgCgAAQBAJ
Agustino, A., Taryoto, A. H., Lestari, M., Perikanan, P., Perikanan, S. T., &
Sukabumi, K. (2019). Budidaya Lele Salah Satu Alternatif Kegiatan Usaha
Saat Paceklik Penangkapan Ikan di Kecamatan Cisolok. Simposium
Nasional Ikan Dan Perikanan Perairan Daratan, 2.
Aliyas, S. N. dan Z. R. Y. (2016). Pertumahan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila
(Oreochomis sp.) yang Dipelihara pada Media Bersalinitas. JSTT, 5(1), 19–
27.
Amdar, A. A., Anas, P., & Yuniarti, T. (2019). Analisis Usaha Beberapa Produk
Olahan Perikanan di CV . Fania Food Kota Gede Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 13(2), 225–242.
Anas, L. O. M., Sinaga, W. H., & Wiryati, G. (2020). Perilaku Pembudidaya
Rumput Laut Pada Dempond Pembibitan Rumput Laut ( Eucheuma
cottonii ) di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi
Sulawesi Tenggara [ Behavior Cultivator Seaweed for Dempond Seaweed
Nursery ( Eucheuma cottonii ) in su. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan
Kelautan, 14(3), 251–266.
Andani, A., Yuliarso, M. Z., & Widiono, S. (2014). Analisis Pendapatan dan
Resiko Usaha Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Jurnal AGRISEP Kajian Masyarakat Sosial Ekonomi Pertanian Dan
Agribisnis, 131(1), 67–74.
Andini, F., & Widaryati, R. (2020). Pengaruh Enzim Bromelin Dosis Berbeda
Tehadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Ikan Nila
( Oreochromis niloticus ). Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 9(2), 68–74.
Antika, M., Kohar, A., & Boesono, H. (2014). Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Perikanan Tangkap Dogol di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujung Batu
Jepara. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology, 3(3), 200–207.
Arafat, M. Y. (2015). Pengaruh Penambahan Enzim pada Pakan Ikan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Arif, S., Hidayat, R. R., & Z.A, Z. (2015). Pengaruh Perputaran Modal Kerja,
Leverage dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Profitabilitas. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 27(1), 1–9.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. (2019). Kecamatan Kawali dalam
Angka 2019.
Balai Laboratorium Pengujian Kesehatan Ikan dan Lingkungan Kelas A. (2019).
Pencegahan Hama dan Penyakit Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
Bhatt, N., Tyagi, N., Chandra, R., Meena, D. C., & Prasad, C. K. (2020). Growth
Performance and Nutrient Digestibility of Azolla pinnata Feeding in Sahiwal
Calves (Bos indicus) by Replacing Protein Content of Concentrate with
Azolla pinnata during Winter Season. Indian Journal of Animal Research, 1,
1–6. https://doi.org/10.18805/ijar.b-4004
Budiasa, S. P. M. S. I. M. (2019). Budidaya Ikan Nila di Kolam Air Deras. Dinas
47

Perikanan Pemerintahan Kabupaten Tabanan.


https://diskan.tabanankab.go.id/2019/09/27/budidaya-ikan-nila-di-kolam-air-
deras/
Darwita, N., Danapraja, S., & Leilani, A. (2018). Hubungan Karakteristik
Pembudidaya Ikan terhadap Adopsi Inovasi Pakan Alami Ikan di Kecamatan
Darmaraja Kabupaten Sumedang. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan
Kelautan, 12(3), 189–195.
Dayana, & Sinurat, F. K. (2012). Komunikasi Penyuluhan dan Adopsi Inovasi.
Jurnal Ilmu Sosial-Fakultas Isipol Uma, 1(2), 111–123.
Dzakiy, M. A., Buchori, A., Nurdyansyah, F., Istiyaningsih, R., & Nindita, V.
(2018). Pembuatan Desain Kolam Ikan Bandeng Berbasis Konsep
Biosecurity bagi Masyarakat Petani Tambak di Pesisir Kabupaten Demak.
Journal of Dedicators Community, 1(2), 103–113.
https://doi.org/10.34001/jdc.v1i2.577
Effendi, I., Pranata, A., & Feliatra, F. (2019). The Effect of Sun Light Intensity on
the Growth of Azolla Nicrophylla and its Symbiont Anabeana Azollae in
Brackish Water. Journal of Physics: Conference Series, 1351(1), 1–6.
Fauzia, S. R., & Suseno, S. H. (2020). Resirkulasi Air untuk Optimalisasi Kualitas
Air Budidaya Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus). Jurnal Pusat
Inovasi Masyarakat, 2(5), 887–892.
Feni, R., Mufriantie, F., & Saputra, I. (2020). Analisis Break Even Point dan
Return of Investment pada Usaha Ikan Asin di Kelurahan Sumber Jaya
Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu. Jurnal AGRIBIS, XIII(2), 1–9.
Handajani, H. (2006). Pemanfaatan Tepung Azolla Sebagai Penyusun Pakan
Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Gift (Oreochiomis sp).
Jurnal Gamma, 1(2), 162–170.
Handajani, H. (2011). Optimalisasi Substitusi Tepung Azolla Terfermentasi pada
Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ikan Nila Gift. Jurnal Teknik
Industri, 12(2), 177–181.
Hardjanto, S. P. M. E. K. (2017). Peran dan Fungsi Kelompok Perikanan.
Hasan, Afifah, N., Maulana, I., Wahyuni, S., Novita, Anugrah, D., Fitri, Hafzah,
Nahria, Sahodding, Y., Rifai, A., Hartono, Aminullah, & Elihami. (2020).
Budidaya Ikan Nila pada Kolam Tanah. Maspul Journal of Community
Empowerment, 1(2), 24–33.
Ilhamdi, & Harahap, K. S. (2020). Pengaruh Penggunaan Tanaman Azolla yang
Difermentasi Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochomis niloticu) di
Desa Pikit Bur, Kecamatan Bukit Tusam. Aurelia Journal, 2(1), 47–52.
Irma, R. I. K., Soebhakti, H. O., & Susilawati, T. (2020). Penyuluhan Pengolahan
Perikanan pada Poklahsar di Kecamatan Darma , Kabupaten Kuningan ,
Jawa Barat [ Fishery Processing Extension at Poklahsar in Darma District ,
Kuningan. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 14(3), 315–328.
Iskandar, R., & Elrifadah. (2015). Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis nilotikus) yang Diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang.
Jurnal Ziraa"ah, 40(1), 18–24.
Jaja, Suryani, A., & Sumantadinata, K. (2013). Usaha Pembesaran dan
Pemasaran Ikan Lele serta Strategi Pengembanganya di UD Sumber
Rezeki Parung, Jawa Barat. Manajemen IKM, 8(1), 45–56.
Judantara, S., Khairuman, & Amri, K. (2008). Nila Nirwana Prospek Bisnis Dan
Teknik Budi Daya Nila Unggul. PT Gramedia Pustaka Utama.
Karimah, A., Gumilar, I., & Hasan, Z. (2012). Analisis Prospektif Usaha Budidaya
Ikan Hias Ari Tawar di Taman Akuarium Air Tawar (TAAT) dan Taman Mini
Indonesia (TMII) Jakarta. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 3(3), 145–156.
Khairuman, S. H., & Amri, S. M. D. K. (2013). Budi Daya Ikan Nila (Pertama).
48

AgroMedia.
Leilani, A., Nurmalia, N., & Patekkai, M. (2017). Efektivitas Penggunaan Media
Penyuluhan (Kasus pada Kelompok Ranca Kembang Desa Luhur Jaya
Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Banten) Effectiveness Use
Of Extension Media (case study of ranca kembang group in luhur jaya
village-cipanas, lebak-bant. Jurnal Penyuluhan Kelautan Dan Perikanan
Indonesia, 9(1), 43–53.
Mahyuddin, I., Mahreda, E. S., Mustika, R., & Fevrianty, I. (2014). Analisis
Kelayakan dan Sensitivitass Harga Input pada Usaha Budidaya Ikan Lele
dalam Kolam Terpal di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal
Ilmiah Bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 10(1), 9–
17.
Mahyuddin, K. (2008). Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya.
Malagapi, S., Yuniarti, T., & Wiryati, G. (2020). Penyuluhan Metode Demonstrasi
Cara Diversifikasi Olahan Ikan Tuna (Thunnini) Pada Pengolah Di
Kecamatan Morotai Selatan Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku
Utara [ Demonstration How to Diversificate Tuna Fish ( Thunnini ) Process
to Improve Processing. Jurnal Pernyuluhan Perikanan Dan Kelautan, 14(2),
159–174.
Mardikanto, T. (2009). Metode Penelitian dan Evaluasi Pemberdayaan
Masyarakat. Lembaga Pengembangan Pendidikan.
Mardikanto, T. (2014). Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press.
Maryani, D., & Nainggolan, R. R. E. (2019). Pemberdayaan Masyarakat
(Pertama). Deepublish.
Mengendalikan Hama Sero atau Berang-berang dikolam Ikan Secara Efektif.
(2017). Sampul Pertanian.
https://www.sampulpertanian.com/2017/12/mengendalikan-hama-sero-atau-
berang.html
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2012). Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.14/MEN/2012
Tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan Pengembangan KElembagaan
Pelaku Utama Perikanan.
Mulqan, M., Afdhal, S., Rahimi, E., & Dewiyanti, I. (2017). Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Gesit ( Oreochromis niloticus ) Pada
Sistem Akuaponik Dengan Jenis Tanaman Yang Berbeda The Growth and
Survival rates of Tilapia Juvenile ( Oreochromis niloticus ) in Aquaponics
Systems with Different Pla. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan
Perikanan Unsyiah, 2(1), 183–193.
Mustaqim, N. A., & Nuraini, Y. (2019). Kabupaten Cirebon the Activities of
Fisheries Extention At Gebang , Cirebon. Buletin Jalanidhitah Sarva Jivitam,
1(1), 37–43.
Noor, M. (2011). Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmiah CIVIS, I(2), 87–99.
Noviyanti, R. (2017). Peran Penyuluh Bagi Nelayan Di Kelurahan Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi. Berkala Perikanan Terubuk, 45(2), 96–102.
Nurmalia, N., Leilani, A., & Zaidy, A. B. (2013). Persepsi Pelaku Usaha Perikanan
Terhadap Kinerja Penyuluhan Perikanan. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan
Kelautan, 1(7), 16–25.
Nurmalia, N., Lutfiyanah, A., Minarni, M., Prastiyo, A., Putra, M. A. P., Darwita,
N., & Ayu, W. (2020). Peningkatan Kapasitas Pembudidaya Ikan Melalui
Optimalisasi Fungsi Wahana Pembelajaran Kelompok. Jurnal Penyuluhan
Perikanan Dan Kelautan, 14(3), 301–314.
Pangaribuan, Habinsaran, D., Yasir, M., & Utami, N. K. (2012). Dampak Bokashi
Kotoran Ternak dalam Pengurangan Pemakaian Pupuk Anorganik pada
49

budidaya tanaman tomat. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesia Journal of


Agronomy), 40(3).
PER.12/MEN/2010 Tentang Minapolitan. (2010). Peraturan Mentri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.12/MEN/2010 Tentang
Minapolitan.
Peraturan Direktur Jendral Perikanan Budidaya. (2018). Peraturan Direktur
Jendral Perikanan Budidaya Nomor 13 /PER-DJPB/2018 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Sertifikasi Cara Pembesaran Ikan yang Baik.
Puspasari, T., Andriani, Y., & Hamdani, H. (2015). Pemanfaatan Bungkil Kacang
Tanah Dalam Pakan Ikan Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Nila
( Orechromis niloticus ). Jurnal Perikanan Kelautan, VI(2), 91–100.
Restuwati, I., & Hermawan, A. (2020). Evaluasi Penerapan Metode Penyuluhan
Perikanan Praktik Akhir di Kabupaten Majalengka dan Kota Banjar , Provinsi
Jawa Barat [ Evaluation of the Final Practice Application of Fisheries
Extension Methods in Lulusan taruna Sekolah Tinggi. Jurnal Penyuluhan
Perikanan Dan Kelautan, 14(2), 205–224.
Salsabila, M., & Suprapto, H. (2019). Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) di Instalansi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. Journal of
Aquaculture and Fish Health, 7(3), 118.
Saopiadi, Amir, D. I. S., & Damayanti, A. A. (2012). Frekuensi Pemberian Pakan
Optimum Menjelang Panen pada Ikan Nila (Oreochornis niloticus). Jurnal
Perikanan Unram, 1(1), 14–21.
Sapto, P. P. (2012). Pengembangan Teknik Biomonitoring dan Biosecurity yang
Efektif dan Akurat Menuju Aktivitas Budidaya Perikanan Berkelanjutan.
Saputra, F. A., & Riyanto, S. (2016). Efektivitas Media Video Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Dan Perubahan Sikap Dalam Penyuluhan
Perikanan Budidaya. In IPB University Scientific Repository.
Silmi, A. F. (2017). Participatory Learning And Action (PLA) di Desa Terpencil
Peran LSM Provinsi Yogyakarta dalam Pemberdayaan Masyarakat di Lubuk
Bintialo Sumatra Selatan. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media
Pemikiran Dan Dakwah Pembangunan, 1(1), 97.
Sulhi, M. (2016). 99% Sukses Budidaya Gurami. Penebar Swadaya Grup.
https://books.google.co.id/books?id=BiUuDwAAQBAJ
Supriatno, Redjeki, E. S., & Dadiono, M. S. (2019). Optimalisasi Dosis Probiotik
Terhadap Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada Sistem Bioflok. Journal of Aquaculture and
Fish Health, 8(2), 80–85.
Surdina, E., El-rahimi, S. A., & Hasri, I. (2016). Pertumbuhan Azolla microphylla
Dengan Kombinasi Pupuk Kotoran Ternak The grow-out of Azolla
microphylla using combination of manurses. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kelautan Dan Perikanan Unsyiah, 1(3), 298–306.
Susanti, D., Rosyani, H., & Suratno, T. (2016). Hubungan Tingkat Kepercayaan
Anggota dan Fungsi Kelompok dengan Efektivitas Kelompok Tani di
Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kota Baru Kota Jambi. Jurnal
Sosioekonomika Bisnis, 19(2).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (2003).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, P. dan K. (2006). Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan. In Undang Undang Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2006 (pp. 1–39).
Vijayanti, M. D., & Yasa, I. G. W. M. (2016). Pengaruh Lama Usaha dan Modal
50

Terhadap Pendapatan dan Efesiensi Usaha Pedagang Sembako di Pasar


Kumbasari. E-Jurnal EP Unud, 5(12), 1539–1566.
Wahyuni, P. M. N. S. dan H. I. (2013). Massa Kalsium dan Protein Daging pada
Ayam Arab Petelur yang diberi Ransum Menggunakan Azolla micrphylla.
Animal Agriculture Journal, 2(1), 18–27.
Widianingrum, D. C., Dewi, N., Fanata, W. I. D., & Sholikhah, U. (2021).
Pengembangan Budidaya Azolla Mycrophilla Sebagai Alternatif Pakan
Ternak dan Pemanfaatannya Sebagai Pupuk Bio Organik di Wilayah
Masyarakat Desa Baletbaru, Sukowono. Jurnal Abdimas Madani Dan
Lestari, 3(1), 11–19.
Wowor, I. V., Pangemanna, J. F., & Lumenta, V. (2016). Analisis Kelayakan
Usaha Budi Daya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sistem Karamba Jaring
Tancap di Desa Paslaten Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa.
Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, 4(8), 407–431.
Yani, D. E., ES, L., & Noviyanti, R. (2010). Persepsi Anggota Terhadap Peran
Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Kemampuan Penguasaan Teknologi
Budidaya Belimbing. Jurnal Matematik, Sains, Dan Teknologi, 11(2), 133–
145. http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jmst/article/view/575
Yanuar, V. (2017). Pengaruh Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap
Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nila (Oreochiomis niloticus) dan Kualitas Air
di Akuarium Pemeliharaan. 42, 91–99.
Yudaswara, R. A., Rizal, A., Pratama, R. I., & Suryana, A. A. H. (2018). Analisis
Kelayakan Usaha Produk Olahan Berbahan Baku Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) (Studi Kasus di CV Sakana Indo Prima Kota Depok). Jurnal
Perikanan Dan Kelautan, 9(1), 104–111.
Yulan, A., Anrosana P, I. A., A, A., & Gemaputri. (2013). Tingkat Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) pada Salinitas yang
Berbeda. Jurnal Perikanan, 15(2), 78–82.
Yuliaty, C., Yulia, F., & Nasution, Z. (2011). Diseminasi dan Adopsi Inovasi
teknologi Pengelolaann Hasil Perikanan (Studi Kasus : Kegiatan Iptekmass
BBRP2BKP di Yogyakarta). Buletin Ilmiah Marina, 6(1), 18–22.
Yuniarti, T., Putri, J. A., Junita, I., Dewi, P., & Leilani, A. (2020). Adopsi Inovasi
Diversifikasi Olahan Perikanan pada Kelompok Pengolah dan Pemasar
( Poklahsar ) di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka Adoption of
Fisheries Diversification Innovation in Poklahsar in Cigasong Sub -District ,
Majalengka District. Jurnal Penyuluhan, 16(02), 289–302.
51

LAMPIRAN
52

Lampiran 1 Kelompok Pembudidaya Ikan di Kecamatan Kawali


Bidang
Jumlah Tahun Kelas
No Desa Kelonmpok Ketua Usaha
Anggota Berdiri Kelompok
Perikanan

1. Selasari Cibulakan Mukti Dedi Setiadi 11 2012 Madya Budidaya

Dede
2. Kawalimukti Tirta Mukti 10 2008 Madya Budidaya
Hamdani

3. Kawalimukti Purnamasari Uus 13 2016 Pemula Budidaya

4. Kawalimukti Galuh Pakuan Lily 10 2021 Pemula Budidaya

5. Citeureup Taruna Karya III Dedi 10 2011 Pemula Budidaya

Basuki
6. Purwasari Putra Nirwana 10 2017 Pemula Budidaya
Rahmat

Karang Zakir
7. Mitra Sunda 10 2018 Pemula Budidaya
Pawitan

8. Winduraja Situ Wangi Iyus 10 2016 Pemula Budidaya

Karang Karang Tirta Andinar


9. 10 2018 Pemula Budidaya
Pawitan Waluya

10. Kawali Situ Hapa Sutarman 10 2021 Pemula Budidaya

11. Kawali Pulaka Cikerta Likman 15 2021 Pemula Budidaya


53

Lampiran 2 Lembar Persiapan Menyuluh Pengenalan Biosecurity

LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)


Narasumber : Ega Gunara

Materi Penyuluhan : Pengenalan biosecurity dan tujuannya

Waktu : 30 menit

Tempat : Saung pertemuan Kelompok Cibulakan Mukti

Sasaran : Kelompok Cibulakan Mukti

TIU : Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran


memahami tentang biosecurity

TIK : Pembudidaya dapat memahami tujuan dari


biosecurity

Media : Leaflet

Metoda : Ceramah atau sosialisasi

Materi : 1. Pengenalan biosecurity

2. Tujuan biosecurity

Hari/ Tanggal : Maret 2021

Waktu : 25 menit.

Pelaksanaan kegiatan

Waktu
No Uraian kegiatan Keterangan
(menit)

Pendahuluan

1) Pengantar Salam pembukaan dan dilanjutkan dengan


1 5
obrolan yang di fokuskan pada materi yang
akan di sampaikan

Pelaksanaan

1. Menjelaskan isi Menjelaskan apa itu biosecurity dan


materi tujuannya

2 15
2. Tanya jawab

Memberi kesempatan audiance untuk


bertanya
54

Pengakhiran

1. Evaluasi Menanya pembudidaya tentang biosecurity

2. Kesimpulan
3 10 Menyimpulkan hasil yang di peroleh setelah
3. Penutup kegiatan penyuluhan di lakukan

Salam penutup
55

URAIAN MATERI
Pengertian biosecurity
Biosecurity didefinisikan sebagai suatu perangkat aturan, perlengkapan
atau peralatan yang sangat penting untuk melakukan pencegahan, pengendalian
dan pemberantasan penyakit infeksi yang bisa menyebabkan kerugian besar
secara ekonomi (Zavala, 1999).
Biosecurity didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mencegah
kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit melalui pemberantasan
patogen penyebab penyakit beserta carriernya (Maria Haws et. al.,
2001) .Pentingnya menerapkan Biosecurity pada kegiatan perikanan adalah :
1. Adanya bakteri patogen dan bakteri yang merugikan di lingkungan/perairan
2. Kondisi lingkungan terus berubah
3. Food  Safety  bagi konsumen
4. Mencegah kerugian secara ekonomi akibat kegagalan panen
Tujuan Biosecurity Pada Budidaya Perairan
Pembudidaya perairan di Indonesia melakukan biosecurity dengan
berbagai macam tujuan, antara lain yang umum dilakukan yaitu untuk:
1. Memperkecil resiko hewan yang dibudidayakan terserang penyakit.
2. Mendeteksi secara dini adanya wabah penyakit.
3. Menekan kerugian yang lebih besar apabila terjadi kasus wabah penyakit.
4. Efisiensi pada waktu, pakan, dan tenaga.
5. Agar kualitas hewan yang dibudidayakan lebih terjamin.
Penerapan Biosecurity pada Kegiatan Budidaya Perairan
Penerapan biosecurity pada kegiatan budidaya perairan berbeda-beda
tergantung pada  jenis hewan yang dibudidayakan, serta tempat dilakukannya
budidaya hewan tersebut.
Upaya Pencegahan
Untuk mencegah masuknya wabah penyakit ke dalam kolam pembesaran
atau mencegah meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam
upaya mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit. Beberapa
tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan
yang dipelihara, serta lingkungan tempat pembesaran.
Hewan bisa masuk ke kawasan budidaya melalui :
a. Darat : kepiting, kodok, ular, ayam, kambing, bebek, angsa, unggas liar dan
hewan liar lainnya.
b. Air : ikan liar, udang liar, crustaceae kecil, kepiting, ular, serangga air.
c. Udara : Burung, serangga, mikroorganisme yang terbawa angin atau
aerosol.
56

Lampiran 3 Daftar Hadir Sosialisasi Biosecurity


57

Lampiran 4 Aspek Pengetahuan Sosialisasi Biosecurity

Karakteristik Responden Tgl. Wawancara (........................)


Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Status :

Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar
1. Pengertian biosecurity adalah...
a. Menimbulkan penyakit pada hewan budidaya.
b. Menimbulkan kerugian ekonomi.
c. Pencegahan penyakit yang menyebabbkan kerugain ekonomi.
2. Arti dari kata bio dan security adalah?
1) Hidup dan pengamanan
2) Mati dan pengamanan
3) Pengendalian dan pengamanan
3. Pentingnya menerapkan biosecurity adalah ...
a. Adanya bakteri patogen dan bakteri yang merugikan di lingkungan/perairan
b. Mencegah kerugian secara ekonomi akibat kegagalan panen
c. Semua benar
4. Biosecurity dilakukan untuk...
a. Agar ikan terserang penyakit.
b. Menghindari kerugian akibat penyakit pada ikan
c. Untuk mengurangi kualitas ikan.
5. Upaya pencegahan masuknya hama darat ke dalam kolam pembesaran
melalui...
a. Sanitasi kolam
b. Lingkungan tempat pembesaran
c. Pemagaran kolam
6. Hewan dapat memasuki ke kawasan budidaya melalui?
1) Darat dan air
2) Air dan udara
3) Semua benar
7. Cara untuk mencegah serangan hama dan penyakit ikan nila, diantaranya,
kecuali:
a. Memasang filter atau saringan pada pintu pemasukan air
b. Menambah kepadatan ikan pada kolam
c. Pengolahan dasar kolam, yaitu pengeringan, pengapuran dan pemupukan.
8. Apa manfaat dari biosecurity?
a. Menjaga kesehatan ikan
b. Menjaga keamanan lingkungan
c. Semua benar
9. Upaya untuk menghindari hama pemangsa yaitu dengan melakuakan...
58

a. Memasang jaring
b. Pemagaran kolam
c. Semua benar
10. Penyakit yang banyak ditemukan dalam budidaya ikan nila disebabkan oleh,
kecuali:
a. Menangani ikan secara hati-hati.
b. Pemberian pakan harus tepat jenis dan takaran.
c. Kualitas air yang buruk.
59

Lampiran 5 Aspek Sikap Pembudidaya terhadap Pengenalan Biosecurity

Pilihlah salah satu jawaban pada pernyataan yang dianggap cocok yang
menggambarkan sikap pembudidaya terhadap pengenalan biosecurity
Jawaban
No Pernyataan
SS S R KS TS

1 2 3 4 5 6 7

1. Biosecurity dilakukan bermanfaat dalam


mencegah adanya hama dan penyakit pada
ikan.

2. Menerapkan biosecurity dapat


meminimalisir kerugian ekonomi.

3. Pemagaran kolam dapat menghindari


hama.

4. Serangan hama dapat menyebabkan ikan


mati.

5. Hewan yang dapat memasuki kawasan


budidaya melalui darat, air dan udara.

6. Jenis hama sero atau berang-berang dapat


menyerang ikan nila.

7. Pencegahan merupakan langkah yang


paling efektif untuk menekan resiko hama
dan penyakit ikan nila.

8. Biosecurity dapat menjaga keamanan


lingkungan.

9. Manusia berpotensi menyebarkan penyakit


pada budidaya ikan.

10. Tujuan biosecurity pada budidaya ikan


adalah untuk memperkecil resiko serangan
hewan atau hama.
JUMLAH

RATA-RATA
60

Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
Lampiran 6 Leaflet Biosecurity
61

Lampiran 7 Lembar Persiapan Menyuluh Budidaya Azolla

LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)


DEMPOND AZOLLA

Narasumber : Ega Gunara


Materi Penyuluhan : Pengenalan pakan alterlatif Azolla dan cara budidayanya
Tempat : Halaman Rumah Anggota Kelompok Cibulakan Mukti
Sasaran : Kelompok Cibulakan Mukti
TIU : Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan pelaku
Usaha mampu mengetahui cara budidaya Azolla sebagai
Pakan alami bagi ikan nila.
TIK : 1. Pembudidaya mampu untuk melakukan budidaya
Azolla sebagai pakan alternatif bagi ikan.
2. pembudidaya dapat mengurangi biaya produksi
budidaya terutama pengeluaran biaya pakan.
Media : Leaflet
Metoda : Ceramah, dan Demonstrasi Percontohan
Bahan Demonstrasi : Bibit Azolla , Pupuk kandang, dan EM4
Bahan Penyampaian : Tayangan Power Point
Materi : 1. Pengenalan Azolla
2. Teknik dan cara budidaya Azolla
3. Keuntungan Azolla sebagai pakan alternatif
Hari/Tanggal : Maret 2021
Waktu : 70 menit.
Kegiatan pelaksanaan
Waktu
No Uraian kegiatan Keterangan
(menit)

Pendahuluan

1) Pengantar Salam pembukaan dan dilanjutkan


dengan obrolan yang di fokuskan pada
materi yang akan di sampaikan

1 10

Menjelaskan tentang tujuan


2) Penjelasan TIK
dilaksanakannya kegiatan penyuluhan
dan hasil yang ingin di capai

2 50 Pelaksanaan

1) Pre test Melakukan pre test untuk mengetahui


sejauh mana para pelaku usaha
62

tentang pakan alternatif Azolla

2) Menjelaskan isi Menjelaskan apa itu Azolla dan


materi keuntungannya sebagai pakan
alternatif

Menjelaskan Alat dan bahan serta


ketentuan benih yang di butuhkan

3) Demonstrasi cara
budidaya Azolla Mempraktekkan cara budidaya Azolla

4) Tanya jawab

Memberi kesempatan audiance untuk


bertanya

Pengakhiran Memberikan post test kepada audiance


tentang budidaya Azolla.

4.1

3 10
Menyimpulkan hasil yang di peroleh
setelah kegiatan penyuluhan di lakukan

Salam penutup

URAIAN MATERI
a. Pengertian Azolla
Azolla merupakan satu-satunya genus dari paku air mengapung suku
Azollaceae. Terdapat tujuh spesies termasuk dalam genus ini. Azolla
dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau. Anabaeana azollae
dan mengikat nitrogen langsung dari udara. Potensi ini membuat azolla
digunakan sebagai pupuk hijau baik dilahan sawah maupun lahan kering.
Pada kondisi optimal azolla akan tumbuh baik dengan laju pertumbuhan
35% tiap hari.
Azolla sebagai sumber protein dapat digunakan sebagai sumber
pakan tambahan untuk ikan. Nilai nutrisi azolla mengandung kadar protein
tinggi antara 24-30 %.
b. Manfaat Pemberian Azolla sebagai Pakan Tambahan pada Budidaya
Ikan
1. Melengkapi kebutuhan nutrisi ikan budidaya terutama asam amino,
63

vitamin, dan mineral sehingga ikan sehat dan dapat tumbuh secara lebih
baik.
2. Meningkatkan efisiensi terhadap penggunaan pakan buatan sehingga
dapat mengurangi biaya produksi.
3. Mengurangi peluang terjadinya kanibal (memangsa sesamanya) karena
azolla dapat bertahan lebih lama (tidak rusak) pada media budidaya
sehingga kebutuhan terhadap pakan dapat terpenuhi.
c. Fungsi Azolla Sebagai Pakan Tambahan
1. keberadaan azolla pada siang hari, dapat membantu menstabilkan
kualitas air.
2. Keberadaan azolla dalam perairan saat siang hari dapat berfungsi
sebagai peneduh terhadap penetrasi sinar matahari sehingga dapat
mengurangi terjadinya fluktuasi suhu perairan.
3. Melalui proses fotosintesis azolla dapat menghasilkan oksigen dan
membantu menetralkan zat beracun seperti nitrit dan nitrat.
d. Cara Budidaya Azolla microphylla
1. Siapkan wadah yaitu dapat dilakukan pada kolam tanah dan kolam
terpal
2. Pasangkan pipa untuk outlet disatu sudut agar air tidak meluap dan
azolla tidak keluar pada saat hujan.
3. Pengisian lumpur atau tanah sebagai media azolla. Lumpur yang
digunakan lumpur dasar kolam budidaya, dengan ketebalan ± 5cm dari
dasar kolam.
4. Pengisian air yaitu mencapai ketinggian 15-25 cm. air yang digunakan
bisa berupa air kolam budidaya.
5. Pemberian pupuk dengan menggunakan pupuk SP-36 dosis 6,5 g/m2.
6. Penebaran Bibit Azolla dengan padat tebar 70 g/m2.
7. Pemeliharaan azolla, yaitu dilakukan dengan pengontrolan debit air,
pemupukan, dan pemberian probiotik selama 1 minggu sekali dengan
dosis 1 ml/m2.
8. Pemanenan azolla dapat dilakukan setelah satu minggu dari
penebaran. Setelah satu minggu dari penebaran, pemanenan dapat
dilakukan setiap tiga hari sekali dengan berat azolla sebanyak 1 kg per
panennya.
Untuk menambah pertumbuhan Azolla 30% lebih cepat yang harus di
perhatikan yaitu :
1. Pemebrian nutrisi berupa EM4 / MOL / Kompos sebanyak 1 tutup botol
dan 2-3 sendok makan untuk penambahan kompos.
2. Penambahan air dilakukan karena terjadi penguapan sehingga air
dalam nampan bisa berkurang sehingga di lakukan penambahan air.
3. Pengadukan air, pengadukan di lakukan agar nutrisi yang ada pada
dasar kolam naik dan sampai ke pada akar Azolla yang menggantung
di permukaan air.
64

Lampiran 8 Daftar Hadir Azolla


65

Lampiran 9 Aspek Pengetahuan Pemahaman Budidaya Azolla sebagai Pakan


Tambahan
Karakteristik Responden Tgl. Wawancara (........................)
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Status :
Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap benar
1. Faktor apa yang penting dalam pakan ?
a. Kualitas dan kuantitas
b. Kualitas
c. Kuantitas
2. Berapa dosis pakan untuk
ikan Nila :
a. 3-5%
b. 3%
c. >5%
3. Pakan tambahan apa yang dapat diberikan kepada ikan Nila
a. Azolla
b. Bekicot
c. Semua benar
4. Budidaya azolla dapat dilakukan dikolam?
1) Kolam terpal atau kolam tanah
2) Kolam beton
3) Semua benar
5. Berapa kandungan protein pada
Azolla?
1) 24-30%
2) 30-35%
3) 15-21%
6. Apa langkah awal dalam budidaya azolla?
a. Persiapan kolam dengan pembuatan kolam
b. Pengeringan kolam
c. Penebaran benih azolla
7. Setelah persiapan kolam apa yang dilakukan selanjutnya pada
budidaya azolla?
a. Pengisian lumpur
b. Pengeringan kolam
c. Pengisian air
8. Berapa ketinggian air pada saat budidaya azolla?
a. 15-25 cm
b. 30-35 cm
c. 35-40 cm
9. Berapa padat tebar bibit azolla
66

dilakukan?
a. 50-70 g/m2
b. 75-90 g/m2
c. 95-110 g/m2
10. Setelah penebaran bibit azolla, dapat dilakukan pemanenan setelah…
a. 1-2 minggu
b. 3 minggu
c. 4 minggu
67

Lampiran 10 Aspek Sikap Pembudidaya terhadap Budidaya Azolla sebagai


Pakan Tambahan

Pilihlah salah satu jawaban pada pernyataan yang dianggap cocok yang
menggambarkan sikap pembudidaya terhadap budidaya azolla sebagai
pakan tambahan
Jawaban
N Pernyataan S S R K T
o S S S
1 2 3 4 5 6 7
Persiapan kolam merupakan aspek dasar
1.
yang
penting dalam budidaya azolla.

Budidaya azolla dilakukan pada kolam terpal


2.
atau kolam tanah.

Sebelum pengisian air dilakukannya


3.
pengisian
lumpur sebagai penyedia substrat
yang
dibutuhkan tumbuh dan kembangnya azolla.

Pemeliharaan yang dilakukan


4.
meliputi
pengontrolan debit air, pemupukan.

5. Pengontrolan debit air sangat penting dalam


budidaya azolla.

Pemanenan azolla dapat dilakukan setelah


6.
satu minggu dari penebaran.

Pemberian azolla dilakukan selama 3 hari


7. sekali.

Kandungan protein pada azolla yaitu 24-30%.


8.

Faktor yang penting pada pakan yaitu kualitas


9.
dan Kuantitas.

Panen azolla dapat menghasilkan 1 kg sekali


10.
panen.

JUMLAH
68

RATA-RATA
69

Lampiran 11 Aspek Keterampilan tentang Budidaya Azolla Sebagai Pakan


Tambahan
Berilah tanda silang (x) pada skor yang menggambarkan keterampilan
pembudidaya pada budidaya azolla sebagai pakan tambahan
Kemampua
N
n
o Pernyataan C T
T
T T
1 Sasaran mampu melakukan pembuatan kolam dengan
. tepat
Indikator: ketepatan
Keterangan nilai:
Berikut merupakan ketepatan dalam menempatkan
kolam yaitu pada tempat yang tidak terlalu terkena sinar
matahari.
Kriteria:
T = tepat dan mampu menempatkan posisi kolam sesuai
dengan kriteria lokasi.
CT = mampu menempatkan posisi kolam sesuai dengan
kriteria lokasi.
TT = tidak tepat dalam menempatkan posisi kolam
sesuai dengan kriteria lokasi.
2 Sasaran mampu menghitung pemberian pupuk sesuai
. dengan dosis dan luas kolam yang dilakukan secara
tepat.
Indikator: ketepatan
Keterangan nilai:
Berikut merupakan ketepatan dalam menentukan jumlah
6,5 gram/ m2
Dosis pupuk (g) X Luas kolam (m2)
T= tepat dan mampu dalam menghitung pemberian
pupuk sesuai dengan dosis dan luas kolam.
CT= mampu dalam menghitung pemberian pupuk sesuai
dengan dosis dan luas kolam.
TT= tidak tepat dalam menghitung pemberian pupuk
sesuai dengan dosis dan luas kolam.
3 Sasaran mampu menetapkan jumlah tebar budidaya
. Azolla secara tepat dan seimbang dengan jumlah tebar
serta luas kolam yang dimiliki.
Indikator: Ketepatan
Keterangan nilai:
Berikut merupakan ketetapan dalam menentukan
Jumlah Tebar: 50 – 70 gram /m2
Padat Tebar (gram) x Luas Kolam (m2)
T= tepat dan mampu menetapkan jumlah tebar bibi
Azolla secara tepat dan seimbang.
70

CT= mampu menetapkan jumlah tebar bibi Azolla


secara tepat dan seimbang.
TT= tidak tepat dalam menetapkan jumlah tebar bibi
Azolla secara tepat dan seimbang.
4 Sasaran mampu memanen Azolla secara cepat ketika
. Azolla terlihat menumpuk dan menembal dalam kolam
Indikator: Kecepatan
Keterangan nilai :
Berikut merupakan kecepatan dalam melakukan
pemanenan Azolla dapat dilakukan 7 hari sekali.
T= 7 hari
CT= 9 hari
TT= 12 hari
71

Lampiran 12 Folder Azolla


72

Lampiran 13 Lembar Persiapan Menyuluh Peran dan Fungsi Kelompok


LEMBAR PERSIAPAN MENYULUH (LPM)
Narasumber : Ega Gunara

Materi Penyuluhan : Pemahaman peran dan fungsi kelompok dalam


rangka meningkatkan kelompok sebagai wahana
kerjasama dalam melengkapi buku administrasi.

Waktu : 102 menit

Tempat : Saung pertemuan Kelompok Cibulakan Mukti

Sasaran : Kelompok Cibulakan Mukti

TIU : Kelompok mengetahui dan memahami fungsi-fungsi


kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

TIK : Kelompok mengetahui dan mulai menerapkan peran


serta fungsi kelompok

Media : Folder

Materi : 1. Pengenalan kelembagaan pelaku utama perikanan

2. Ciri-ciri kelompok perikanan

3. Fungsi Kelompok perikanan

4. Administrasi kelompok

Hari/ Tanggal : April 2021

Waktu : 102 menit

Pelaksanaan kegiatan
Waktu Waktu
No Taruna Sasaran
(Menit) (menit)

1 Pembukaan 5 Menyimak 5

Membagikan daftar Mengisi daftar hadir


2 2 2
hadir

3 Membagikan pre-test 2 Mengisi pre-test 10

Membagikan media Membaca folder Demcar


4 2 5
(Leaflet)

Sambutan dari bapak Menyimak


5 5 5
Kordinator Penyuluh

Memberikan materi Menyimak dan berdiskusi


6 tentang manfaat dari 10 10
berkelompok
73

Penyuluhan mengenai Menyimak


7 peran dan fungsi 25 25
kelompok

Memberikan cara- Menyiapkan alat dan bahan


8 cara dalam pengisian 10 10
buku administrasi

9 Diskusi 10 Melakukan fillet ikan 10

10 Membagikan Post-test 2 Mengisi post-test 10

11 Penutupan 5 Foto bersama 10

Jumlah 78 102

URAIAN MATERI
a. Pengertian Administrasi
Administrasi merupakan segenap rangkaian usaha bersama yang
dilaksanakan sekelompok orang dalam wadah organisasi untuk mencapai
suatu tujuan” Dari uraian tersebut, secara garis besar administrasi
meliputi :
Ø adanya usaha bersama
Ø adanya kelompok orang
Ø adanya aktivitas
Ø adanya tujuan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
aktivitas daripada administrasi dan karena pimpinan dari organisasi adalah
sekaligus merupakan pimpinan manajemen, maka dia juga yang
mempunyai wewenang menggerakkan kemudi administrasinya.
Kelompok Perikanan adalah kumpulan pelaku utama perikanan
yang mempunyai aktivitas dibidang perikanan yang tumbuh berdasarkan
keakraban, keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan
sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas
usahatani dan kesejahteraan anggotanya. Ciri-ciri Kelompok Perikanan:
1. Memiliki jumlah anggota kelompok 10-25 orang
2. Pelaku utama yang berada di dalam lingkungan pengaruh seorang
ketua kelompok
3. Mempunyai tujuan, minat dan kepentingan yang sama terutama dalam
bidang usaha perikanan
4. Memiliki kesamaan tujuan, minat dan kepentingan yang sama
terutama dalam bidang usaha perikanan
5. Bersifat informal
6. Memiliki saling ketergantungan antar individu
7. Mandiri dan partisipatif
8. Memiliki aturan/norma yang disepakati bersama
9. Memiliki administrasi yang rapih
74

b. Fungsi Kelompok Perikanan


Berdasarkan keputusan KP. No. 14 Tahun 2012 tentang pedoman
umum penumbuhan dan pengembangan kelembagaan pelaku utama
perikanan, kelembagaan pelaku utama perikanan mempunyai fungsi
sebagai berikut.
Wadah Proses Pembelajaran sebagai wadah proses pembelajaran
kelembagaan pelaku utama perikanan merupakan media interaksi belajar
antar pelaku utama dari anggota kelompok didalam kelompok sebagai
kelas belajar para pelaku utama akan dapat melakukan komunikasi multi
dimensional. Mereka dapat mempertukarkan pengalaman mereka masing-
masing, sehinga akan membuat pelaku utama semakin dewasa untuk
dapat keluar dari masalahnya sendiri, tanpa adanya ketergantungan dari
penyuluh perikanan.
Wahana Kerjasama sebagai wahana kerjasama kelembagaan
pelaku utama perikanan merupakan cerminan dari keberadaan suatu
kelompok. Kelembagaan pelaku utama perikanan harus dapat berfungsi
sebagai wahana kerjasama antar pelaku utama dalam upaya
mengembangkan kelompok dan membina kehidupan pelaku utama.
Unit Penyedia Sarana dan Prasarana Produksi Perikanan pada
fungsi ini kelembagaan utama erat hubungannya dengn fungsi unit
produksi perikanan. Misalnya produksi budidaya, kelompok dapat berperan
sebagai penyedia benih ataupun sarana produksi lainnya.
Unit Produksi Perikanan sebagai unit produksi perikanan,
kelembagaan pelaku utama erat hubungannya dengan fungsi wadah
kerjasama. Misalnya kelompok budidaya ikan gurame dalam pengadaan
saprodi, perkreditan dan pemasaran hasil, sehingga dengan melaksanakan
kegiatan produksi secara bersama-sama akan lebih efisien.
Unit Pengolahan dan Pemasaran fugsi ini juga erat hubungannya
dengan wadah kerjasama. Misalnya kelompok pengolahan hasil perikanan,
dalam melaksanakan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil secara
bersama-sama akan lebih efisien serta dapat menjamin kestabilan harga
produk.
Unit Jasa Penunjang kelembagaan pelaku utama perikanan juga
berfungsi sebagai sebuah unit usaha yang mengelola usaha di luar usaha
pokoknya seperti jasa penyewaan, jasa percontohan, jasa konsultasi dan
lain-lain.
Organisasi Kegiatan Bersama kelembagaan utama berfugsi
sebagai organisasi kegiatan bersama dimana pelaku utama akan belajar
mengorganisasi kegiatan secara bersama-sama melalui pembagian dan
pengkoordinasian pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil
kesepakatan bersama.
Kesatuan Swadaya dan Swadana dalam fungsi ini, kelembagaan
merupakan kelembagaan yang mandiri, baik dalam hal penyelesaian
masalah bersama maupun penguatan dan pengembangan modal usaha
anggota. Anggota dapat dengan mudah mendapatkan kemitraan dalam hal
keuangan serta akses pemasaran.
75

c. Pengertian Administrasi Kelompok Perikanan


Administrasi Kelompok Perikanan adalah seperangkat catatan atau
dokumen yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
tersebut.
Perangkat administrasi kelompok yang baik dan benar diperlukan
sebagai bahan informasi bagi kelompok maupun pihak lain yang berkaitan
dengan kelompok itu, seperti : usaha, permodalan, jaringan kerjasama dan
lain-lain. Perangkat administrasi itu dibedakan menjadi dua bagian pokok,
yaitu administrasi kegiatan dan administrasi keuangan.
Sebuah organisasi Kelompok Perikanan yang kuat dan maju sudah
sepatutnya mempunyai administrasi kelompok yang baik dan benar untuk
menunjang semua aktivitas yang dilakukan kelompok tersebut. Perangkat
kelengkapan administrasi Kelompok Tani yang semestinya dibuat,
digunakan dan dimiliki Kelompok Tani.

d. Administrasi Kelompok
adalah segala pencatatan yang mencatat kegiatan kelompok.
Administrasi kelompok menjadi sangat penting guna mengetahui sejauh
mana perkembangan kelompok, partisipasinya dalam kelompok,
permasalahan, dan keputusan-keputusan yang pernah diambil. Buku
administrasi dibedakan menjadi 11 jenis sebagai berikut.
1. Buku Daftar Anggota merupakan buku yang berisi tentang semua
informasi mengenai anggota kelompok.
2. Buku Tamu merupakan buku yang berisi tentang data-data kehadiran
tamu untuk kunjungan maupun pembinaan dari suatu instansi.
3. Buku Rencana Kegiatan merupakan buku yang berisi catatan uraian
mengenai rencana kegiatan kelompok.
4. Buku Pola Tebar/Produksi merupakan buku yang berisi catatan data-
data waktu penebaran benih/induk dan estimasi panen dalam waktu
periode tertentu.
5. Buku Agenda merupakan buku yang berisi tentang data surat yang
masuk atau yang dikeluarkan kelompok dalam periode tertentu.
6. Buku Inventaris Barang merupakan buku yang berisi catatan data-data
barang/alat yang menjadi inventaris kelompok dan/atau barang yang
dibeli bersama oleh anggota kelompok
7. Buku Daftar Hadir Pertemuan merupakan buku yang mencatat nama
dan tanda tangan kehadiran anggota pada saat
pertemuan/rapat/kegiatan kelompok.
8. Buku Kas merupakan buku yang mencatat keadaan keuangan
kelompok baik pemasukan maupun pengeluaran.
9. Buku Notulen Pertemuan merupakan buku yang mencatat jalannya
sebuah pertemuan kelompok.
10. Buku Kegiatan Usaha merupakan buku yang mencatat jalannya
kegiatan usaha mengenai volume/frekuensi, hasil kegiatan, tempat
pelaksana kegiata yang dilakukan kelompok.
76

11. Buku Iuran Kelompok merupakan buku yang mencatat iuran bulanan
kelompok dalam periode tertentu.
e. Tujuan Pengisian Buku Administrasi Kelompok
1. Alat control (pengawasan)
2. Alat dokumentasi
3. Alat/bahan pengambilan keputusan
4. Alat memonitor perkembangan kelompok
5. Alat evaluasi
6. Alat pemupukan kepercayaan anggota.
77

Lampiran 14 Daftar Hadir Peran dan Fungsi Kelompok


78

Lampiran 15 Aspek Pengetahuan Peningkatan Peran dan Fungsi Kelompok


KUESIONER PENYULUHAN PRE- TEST DAN POST- TEST KEGIATAN
PENDAMPINGAN PENGISIAN BUKU ADMINISTRASI KELOMPOK

1) Karakteristik Responden
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Status :
2) Pernyataan Evaluasi Pengetahuan
Berilah tanda (✔) pada salah satu jawaban yang di anggap benar.
JAWABAN
NO PERNYATAAN/PERTANYAAN RESPONDEN
BENAR SALAH
1. Administrasi merupakan segenap rangkaian
usaha bersama yang dilaksanakan
sekelompok orang dalam wadah organisasi
untuk mencapai suatu tujuan.
2. Administrasi Kelompok Perikanan adalah
seperangkat catatan atau dokumen yang
menyangkut semua kegiatan yang dilakukan
oleh kelompok tersebut.
3. Administrasi Kegiatan adalah segala catatan
yang dilakukan oleh kelompok berkaitan
dengan kegiatan kelompok diluar urusan
keuangan. Beberapa perangkat administrasi
kegiatan yang diperlukan kelompok antara lain.
4. Buku keuangan digunakan untuk pencatatan
tamu yang datang ke kelompok.
5. Buku tamu merupakan maka pencatatan hasil
peroehan pendapatan dari produksi kelompok.
6. Buku anggota bermanfaat untuk mengetahui
nama-nama anggota, jumlah dan
perkembangan anggotanya serta hal-hal lain
yang berhubungan dengan data anggota
kelompok meruopakan fungsi dari buku
anggota.
7. Dokumen-dokumen tersebut bermanfaat bagi
kelompok untuk mengingat kembali
pencapaian yang telah dicapai oleh kelompok.
8. Buku penjualan produk berfungsi dalam
mengontrol beberapa produk yang sudah
terjual setiap harinya.
79

9. Buku pembelian produk berfungsi dalam


mengontrol barang yang dibeli dan kenaikan
harga bahan bahan pokok yang dibeli.
10. Buku rencana kegiatan dapat menjadi
gambaran. Planning kegiatan kelompok untuk
kedepannya demi mencapai tujuan bersama.
80

Lampiran 16 Aspek Sikap dalam Pemdampingan Pengisisan Buku Administrasi


Kelompok

Pilihlah salah satu jawaban pada pernyataan yang dianggap cocok yang
menggambarkan sikap pembudidaya terhadap pengenalan peran dan
fungsi kelompok
Jawaban
No Pernyataan
SS S R KS TS

1. Selain memiliki dokumen kelengkapan buku


administrasi kelompok, hal yang harus
diaplikasikan secara berkelanjutan yaitu
pengisian buku administrasi tersebut.

2. Rencana Kerja Kelompok dalam kurun


waktu tertentu perlu disusun agar kelompok
memiliki target penyampaian dalam setiap
waktu yang telah ditetapkan.

3. Selain kelengkapan buku administrai


kelompok Stempel Kelompok juga sangat
diperlukan dalam menjaga legalitas data
kelompok.

4. Buku penjualan hasil produksi sangat


diperlukan dan harus diisi setiap kali hasil
produksi dijual kepada siapapun dengan
harga dan jumlah berapapun guna
transparansi dalam hal penerimaan
kelompok.

5. Buku hasil produksi harus secara


berkelanjutan diisi sesuai dengan hasil
panen yang diperoleh. Hal ini bermanfaat
dalam memonitoring dan evaluasi hasil
produksi dalam setiap satuan waktu.

JUMLAH

RATA-RATA

Keterangan :
SS : Sangat Setuju Nilai : 5
S : Setuju Nilai : 4
81

R : Ragu Nilai : 3
KS : Kurang Setuju Nilai : 2
TS : Tidak Setuju Nilai : 1

Lampiran 17 Leaflet Peran dan Fungsi Kelompok


82
83

Lampiran 18 Analisis Usaha Budidaya Azolla microphylla


a. Biaya Investasi
Harga
Jumlah
No Nama Barang Jumlah Satuan Satuan
(Rp)
(Rp)
1 Kolam 1 Kolam 150.000 150.000
2 Ember 3 Buah 10.000 30.000
3 Timbangan 1 Buah 45.000 45.000
4 Cangkul 1 Buah 50.000 50.000
5 Arit 1 Buah 25.000 25.000
Jumlah 300.000

b. Biaya Penyusutan
Biaya Biaya
Biaya JUE
No Nama Barang Nilai Sisa Penyusuta Penyusutan
Perolehan (bulan)
n per Bulan per Siklus

Kolam 7.500
1 budidaya 150.000 - 60 2.500
azolla

2 Ember 30.000 - 36 833 2.500

3 Timbangan 45.000 - 48 938 2.813

4 Cangkul 50.000 - 36 1.389 4.167

5 Arit 25.000 - 36 694 2.083

Jumlah 6.354 19.063

Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu)


Masa Manfaat

c. Biaya Tetap
No Nama Barang Jumlah Satuan Jumlah (Rp)

1 Penyusutan 19.063

2 Sewa kolam 75.000


1 kolam
pemdudidaya

Jumlah 94.063

Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan sewa kolam


pembudidaya, umumnya pembudidaya ikan di Kecamatan Kawali dalam
pemeliharaan ikan dilakukan secara mandiri, jadi untuk tenaga kerja bisa
dikatakan tidak ada.

d. Biaya Variabel
84

Harga
Jumlah
No Nama Barang Jumlah Satuan Satuan
(Rp)
(Rp)
1 Azolla 0,5 Kg 15.000 7.500
2 Pupuk 4 Karung 10.000 40.000
Jumlah 47.500
Dalam dempond budidaya azolla ini, jumlah azolla yang ditebar
sebanyak 0,5 Kg dan pupuk 4 karung. Azolla dipanen selama 3 hari sekali,
dalam satu bulan azolla dapat dipanen sebanyak 10 kali. Sekali panen
azolla sebanyak kurang lebih 1 Kg. Total hasil panen per bulan 8 Kg. Hasil
panen per siklus 24 Kg.

e. Biaya Produksi
Biaya tetap per bulan yang terdiri dari biaya penyusuatan dan biaya
sewa kolam pembudidaya sebesar Rp 94.063,- biaya variabel per siklus
yang dikeluarkan sebesar Rp 47.500,-.
Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel per siklus
= 94.063 + 47.500 = Rp 141.563,-.
f. Pendapatan
Setiap bulan mengasilkan azolla 8 Kg. Maka per siklusnya Azolla
dapat menghasilkan 24 Kg. Jika azolla dijual dengan harga jual Rp
7.000,-/Kg.
Pendapatan per siklus = Total panen x harga jual
= 24 x 7.000
= 168.000,-.
Pendapatan per tahun = Pendapatan per siklus x frekuensi per tahun
= 360.000 x 4
= 672.000,-

g. Keuntungan per siklus = Pendapatan – Biaya Produksi


= 168.000 – 141.563
= 26.438,-
Keuntungan per tahun = Keuntungan siklus x Frekuensi per tahun
= 26.438 x 4
= 105.750,-

h. Return on Investment
ROI digunakan untuk mengukur persentase manfaat yang dihasilkan
oleh suatu usaha dengan biaya yang dikeluarkannya. Apabila suatu usaha
mempunyai ROI lebih besar dari 0 maka proyek tersebut dapat diterima.
ROI = Keuntungan / Investasi
= 26.438 / 300.000
= 0,66
= 9%
ROI sama dengan 9 persen artinya perusahaan mendapatkan laba
bersih sebesar 9 persen dari keseluruhan asset atau harta yang dimilikinya.
85

i. Payback Periode = Total Investasi / Keuntungan


= 300.000 / 105.750
= 2,8 bulan
Lamanya investasi dapat dikembalikan dari keuntungan yang
diperoleh sehingga investasi usaha dapat dikembalikan setelah 2,8 bulan
produksi atau kurang lebih selama 84 hari.
j. Break Even Point (BEP)
Break Even Point merupakan nilai titik balik impas suatu usaha yang
dijalankan dimana keadaan usaha tersebut tidak mengalami untung
maupun rugi. Nilai BEP terdiri dari rupiah dan unit.
BEP (Rp) = Biaya Tetap
1- Biaya Variabel
Penjualan per siklus
= 94.063 = Rp 131.141,-
1 – (47.500 / 168.000)
BEP (unit) = Biaya Tetap
Harga Jual – Biaya Variabel per siklus
= 94.063 = 19 Kg
7.000 – (47.500 / 24)
Untuk memperoleh titik impas dengan harga jual Rp 7.000 per Kg,
maka kelompok Cibulakan Mukti harus mampu menjual azolla sebanyak 19
Kg. Kelompok Cibulakan mukti harus bisa mencapai penjualan sebesar Rp
131.141,- untuk mencapai titik impasnya.

k. Benefit-Cost Ratio (B/C)


Dengan B/C ini bisa dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya lebih
dari 1 berarti usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.
Benefit – Cost Rato (R/C) = 168.000 = 1,19
141.563
Bahwa rata-rata penerimaan yang diperoleh pada proses budidaya
azolla sebesar Rp 168.000,- dengan biaya produksi yang dikeluarkan
sebesar Rp 141.563,- sehingga diperoleh RC ratio 1,19. Nilai 1,19 tersebut
berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp 1 akan memberikan
tambahan penerimaan sebesar Rp 1,19,-.
86

RIWAYAT HIDUP

EGA GUNARA / NRP. 53176112115 dilahirkan di Ciamis


pada tanggal 27 Agustus 1998 dari pasangan Bapak Endang
Rusyana dan Ibu Ida Farida Andriani, sebagai anak kedua
dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan formal di
Taman Kanak-kanak (TK) Assalam tahun 2003-2005,
memasuki Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Linggasari tahun
2005-2010, dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Ciamis tahun 2010-
2014, pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ciamis tahun 2014-
2017. Pada tahun 2017, penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang
Diploma-IV di Sekolah Tinggi Perikanan dengan Program Studi Penyuluhan
Perikanan Jurusan Penyuluhan Perikanan yang sekarang sudah menjadi
Politeknik Ahli Usaha Perikanan dengan Program Studi Penyuluhan Perikanan.
Selama menjadi Taruna/mahasiswa, Penulis melaksanakan Praktik Kerja
Lapang (PKL) I dengan judul “Magang Teknik Pengolahan Dan Pemasaran
Produk Nugget Berbahan Dasar Ikan Lele Poklahsar Sindangrasa Kecamatan
Ciamis Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat” pada tahun 2020. Praktik Kerja
Lapangan (PKL) II dengan judul “Identifikasi Potensi Wilayah Dan Pemberdayaan
Masyarakat Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis” pada tahun 2020.
Pada masa akhir pendidikan penulis melaksanakan Praktik Akhir (PA)
yang kemudian dalam tulisan Karya Ilmiah Akhir (KIPA) dengan judul
“Pemberdayaan Kelompok Pembudidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
melalui Pendampingan Kelompok di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis
Provinsi Jawa Barat” pada tahun 2021. Atas berkat Allah SWT penulis dapat
mempertanggungjawabkan tulisan KIPA melalui ujian komprehensif dengan baik,
sehingga pada bulan Agustus 2021 dinyatan lulus dari ujian komprehensif dan
menyandang gelar Sarjana Terapan Perikanan (S. Tr. Pi).

Anda mungkin juga menyukai