Anda di halaman 1dari 103

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/371011101

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SUPER


INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA
(BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT PRAKTIK KERJA LAPANG PROG....

Research · May 2023

CITATIONS READS

0 1,273

2 authors:

Hening Ananda Prayogo Prayogo


Airlangga University Airlangga University
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hening Ananda on 25 May 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)


SUPER INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI
PERIKANAN BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG,
JAWA BARAT

PRAKTIK KERJA LAPANG


PROGRAM STUDI S-1 AKUAKULTUR

OLEH :
HENING WASKITA ANANDA
SIDOARJO – JAWA TIMUR

SEKOLAH ILMU KESEHATAN DAN ILMU ALAM


UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI
2022

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)


SUPER INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI
PERIKANAN BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG,
JAWA BARAT

Praktik Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Akuakultur
Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam
Universitas Airlangga

OLEH :
HENING WASKITA ANANDA
SIDOARJO – JAWA TIMUR

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Program Studi Dosen Pembimbing
SIKIA Universitas Airlangga
Banyuwangi

Darmawan Setia Budi, S.Pi., M.Si Prayogo, S.Pi., M.P.


NIP. 198809182015041004 NIP. 19750522 2003121002

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei)


SUPER INTENSIF DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI
PERIKANAN BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG,
JAWA BARAT

OLEH :

HENING WASKITA ANANDA


NIM. 141911535014

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami


berpendapat bahwa Praktik Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun
kualitasnya dapat diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan. Telah diajukan pada,
Tanggal : 18 Oktober 2022
KOMISI PENGUJI
Ketua : Prayogo, S.Pi., M.P.
Anggota : Hapsari Kenconojati, S.Si., M.Si.
Darmawan Setia Budi, S.Pi., M.Si.

Banyuwangi, September 2022


Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam
Universitas Airlangga
Direktur,

Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U. (K)


NIP. 195606081986121001

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN

HENING WASKITA ANANDA. Teknik Pembesaran Udang Vannamei


(Litopenaeus vannamei) SUPER Intensif Di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Dosen Pembimbing
Prayogo, S.Pi., M.P.
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis

varietas unggul untuk dikembangkan. Udang vannamei memiliki kelebihan antara

lain tahan penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap perubahan

lingkungan, dan waktu pemeliharaan yang relatif pendek yakni 90-120 hari, dengan

tingkat kelulushidupan (SR) tergolong tinggi.

Praktik kerja lapang telah dilaksanakan di Milenial Shrimp Farm (MSF)

Blok A Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang,

Jawa Barat. Pelaksanaan praktek kerja lapang telah dilaksanakan pada tanggal 11

Juni sampai 11 September 2022. Metode pengambilan data yang digunakan yaitu

data primer dan data sekunder. Data kegiatan PKL dapat diambil dengan melakukan

obsrvasi, wawancara, studi pustaka dan partisipasi aktif.

Pembesaran udang vannamei pada MSF Blok A BLUPPB Karawang

meliputi persiapan lahan, penebaran benur, manajemen pakan, pertumbuhan,

manajemen kualitas air, penanganan hama dan penyakit, aplikasi probiotik, dan

pemanenan. Persiapan lahan pada budidaya meliputi pembersihan dan persiapan air

kolam. Benih udang vanname yang ditebar merupakan benih udang dari hatchery

PL 10, benur dilakukan tahap aklimatisasi pada bak sebelum ditebar pada kolam

budidaya. Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan program pakan. Pertumbuhan

udang diamati melalui proses sampling pertumbuhan udang. Sampling

pertumbuhan dilakukan setelah udang berumur 30 hari. Manajemen kualitas air

iv

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

meliputi parameter fisika, kimia dan biologi dikontrol setiap hari serta laboratorium

setiap minggunya. Penanganan hama dan penyakit dilakukan pada awal budidaya

meliputi biosekuriti dan pengelolaan lingkungan yang benar. Pemanenan dilakukan

secara parsial dan total.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SUMMARY

HENING WASKITA ANANDA. Super Intensive Vannamei Shrimp


(Litopenaeus vannamei) Enlargement Technique at the Center for
Aquaculture Production Business Services (BLUPPB) Karawang, West Java.
Academic Advisor Prayogo, S.Pi., M.P.
Vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) is one of the superior varieties to

be developed. Vannamei shrimp has advantages such as disease resistance, faster

growth, resistance to environmental changes, and relatively short maintenance time

of 90-120 days, with a relatively high survival rate (SR).

The field work practice has been carried out at the Millenial Shrimp Farm

(MSF) Block A Center for Aquaculture Production Business Services (BLUPPB)

Karawang, West Java. The implementation of the field work practice has been

carried out on June 11 to September 11, 2022. The data collection methods used are

primary data and secondary data. PKL activity data can be taken by conducting

observations, interviews, literature studies and active participation.

Vannamei shrimp enlargement in MSF Block A BLUPPB Karawang

includes land preparation, fry stocking, feed management, growth, water quality

management, pest and disease management, probiotic application, and harvesting.

Land preparation in cultivation includes cleaning and preparation of pond water.

The vanname shrimp seeds that were stocked were shrimp seeds from the PL 10

hatchery, the fry were acclimatized in conickel tanks before being stocked in

aquaculture ponds. Feeding is carried out according to the feeding program. Shrimp

growth was observed through a shrimp growth sampling process. Growth sampling

was carried out after the shrimp was 30 days old. Water quality management

includes physical, chemical and biological parameters controlled daily as well as

vi

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

weekly laboratory. Handling of pests and diseases is carried out at the beginning of

cultivation including biosecurity and proper environmental management.

Harvesting is done partially and totally.

vii

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang

(PKL) dengan judul “Teknik Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus

Vannamei) Super Intensif Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya

(BLUPPB) Karawang, Jawa Barat”. Laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan

Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2022 – 11

September 2022 dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

di Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam Universitas Airlangga.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di

laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini, sehingga dibutuhkan kritik maupun saran

yang membangun dari pembaca. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk

menyempurnakan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini sehingga dapat

menyampaikan informasi bagi seluruh pembaca.

Banyuwangi, 10 September 2022

Hening Waskita Ananda

viii

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik

serta hidayahnya sehingga laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat diselesaikan

dengan baik.

Saya menyadari bahwa penyelesaian laporan Praktik Kerja Lapang (PKL)

ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak. Saya ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U. (K) selaku Direktur Sekolah Ilmu Kesehatan dan

Ilmu Alam Universitas Airlangga

2. Darmawan Setia Budi S.Pi., M.Si. selaku Kepala Program Studi (KPS)

Akuakultur Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam Universitas Airlangga di

Banyuwangi;

3. Mohammad Faizal Ulhaq, S. Pi, M. Si selaku koordinator Praktik Kerja

Lapang Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam;

4. Prayogo, S.Pi., M.P. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu, memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sejak penyusunan

usulan hingga selesainya penyusunan laporan PKL;

5. Hapsari Kenconojati, S.Si., M.Si. dan Darmawan Setia Budi, S.Pi., M.Si.

selaku dosen penguji yang telah memberi saran serta masukan untuk laporan

PKL saya dapat terselesaikan dengan baik;

6. M. Tahang, S.St.Pi. selaku Kepala Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya, Karawang, Jawa Barat;

ix

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Anggoro Prihutomo, S.Pi., M.Si., Bapak Udin, Kak Imron dan Kak Galang

selaku pembimbing lapang yang telah memberikan pengarahan selama PKL

berlangsung;

8. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan, memberikan semangat,

perhatian, dan dukungan;

9. Seluruh teman-teman Manta Ray yang senantiasa memberikan bantuan,

dukungan dan semangat sehingga Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat

terselesaikan;

10. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu kegiatan PKL serta dalam

penyusunan laporan, sehingga Laporan Praktik Kerja Lapang ini bisa

terselesaikan.

11. Diri ini sendiri 😊

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

RINGKASAN ........................................................................................................ iv
SUMMARY ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK.................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 4
1.3. Manfaat ..................................................................................................... 4
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
2.1. Tinjauan Umum Udang Vannamei ........................................................... 5
2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei)......................................................................................................... 5
2.1.2. Daur Hidup dan Reproduksi Udang Vannamei ................................ 7
2.1.3. Habitat dan Kebiasaan Hidup Udang Vannamei ............................ 10
2.2. Teknik Pembesaran Udang Vannamei ................................................... 10
2.2.1. Sistem Budidaya Udang .................................................................. 10
2.2.2. Lokasi dan Kontruksi Tambak ........................................................ 11
2.2.3. Persiapan Tambak ........................................................................... 12
2.2.4. Penebaran Benur ............................................................................. 13
2.3. Pakan ...................................................................................................... 14
2.4. Kualitas Air ............................................................................................ 17
2.4.1. Parameter Fisika .............................................................................. 18
1. Suhu .................................................................................................... 18
2. Salinitas............................................................................................... 18
3. Kecerahan ........................................................................................... 19
2.4.2. Parameter Kimia.............................................................................. 19
1. Derajat Keasaman (pH) ...................................................................... 19
xi

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Kelarutan Oksigen (DO) ..................................................................... 20


3. Amonia, Nitrit dan Nitrat .................................................................... 20
2.4.3. Parameter Biologi............................................................................ 21
2.4.4. Hama dan Penyakit ......................................................................... 22
2.5. Pertumbuhan Udang ............................................................................... 24
2.6. Pemanenan .............................................................................................. 25
III RENCANA KEGIATAN ................................................................................. 27
3.1. Tempat dan Waktu ................................................................................. 27
3.2. Metode Kerja .......................................................................................... 27
3.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 27
3.3.1. Data Primer ..................................................................................... 27
1. Observasi ............................................................................................ 27
2. Wawancara.......................................................................................... 28
3. Parsitipasi Aktif .................................................................................. 28
3.3.2. Data Sekunder ................................................................................. 28
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 30
4.1. Keadaan Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang ....................................... 30
4.1.1. Sejarah Perkembangan BLUPPB Karawang .................................. 30
4.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................. 31
4.1.3. Visi dan Misi ................................................................................... 32
4.1.4. Letak Geografis dan Topografi ....................................................... 32
4.1.5. Struktur Organisasi ......................................................................... 32
4.1.6. Tenaga Kerja ................................................................................... 33
4.2. Sarana dan Prasarana .............................................................................. 33
4.2.1. Sarana .............................................................................................. 33
4.2.2. Prasarana ......................................................................................... 36
4.3. Teknik Pembesaran Udang Vannamei ................................................... 38
4.3.1. Persiapan Bak .................................................................................. 39
4.3.2. Persiapan Air Budidaya .................................................................. 40
4.3.3. Pemasangan dan Pengaturan Peralatan Bak.................................... 42
4.3.4. Penebaran Benur ............................................................................. 43
4.4. Manajemen Pakan .................................................................................. 45
4.5. Pertumbuhan ........................................................................................... 49
xii

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.6. Manajemen Kualitas Air......................................................................... 51


4.7. Manajemen Hama dan Penyakit ............................................................. 61
4.7.1. Penyakit ........................................................................................... 61
4.7.2. Hama ............................................................................................... 62
4.8. Pemanenan .............................................................................................. 63
V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 63
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 63
5.2. Saran ....................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
LAMPIRAN .......................................................................................................... 71

xiii

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Persyaratan Mutu Pakan Untuk Udang Vannamei................................. 15
2. Pakan Udang Vannamei Berdasarkan Umur Udang.............................. 16
3. Kisaran nilai optimum kualitas pada pemeliharaan udang vannamei
(Litopenaeus vannamei)......................................................................... 18
4. Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian................................................ 33
5. Jenis Bangunan beserta Jumlah pada BLUPPB Karawang.................... 37
6. Fasilitas Kendaraan di BLUPPB Karawang............................................ 38
7. Pakan pembesaran udang vannamei MSF Blok A................................. 46
8. Formulasi pakan MSF Blok A BLUPPB Karawang.............................. 47
9. Kalkulasi total vibrio dan total bakteri MSF Blok................................. 58

xiv

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar dan Grafik Halaman


1. Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)........................... 6
2. Siklus Hidup Udang Vannamei.............................................................. 8
3. Petasma jantan dan Telikum Udang Vannmaei..................................... 9
4. Layout skema teknologi budidaya udang vannamei super intensif
MSF Blok A........................................................................................... 35
5. Desain air lift yang digunakan untuk mengarahkan kotoran................. 36
6. Pertumbuhan udang ABW MSF Blok A................................................ 50
7. Pertumbuhan udang ADG MSF Blok A................................................. 50
8. Grafik hasil pengukuran suhu MSF Blok A........................................... 51
9. Grafik hasil pengukuran salinitas MSF Blok A..................................... 52
10. Grafik hasil pengukuran kecerahan MSF Blok A.................................. 53
11. Grafik hasil pengukuran pH MSF Blok A.............................................. 54
12. Grafik hasil pengukuran DO MSF Blok A............................................. 55
13. Grafik hasil pengukuran amonia MSF Blok A....................................... 57
14. Grafik hasil pengukuran nitrit MSF Blok A........................................... 58
15. Grafik hasil pengukuran nitrat MSF Blok A.......................................... 58
16. Grafik hasil pengukuran alkalinitas MSF Blok A.................................. 59
17. Grafik hasil pengukuran amonium MSF Blok A................................... 60

xv

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat........................ 71
2. Peta Kawasan Pengembangan Komoditas Budidaya di Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa
Barat....................................................................................................... 72
3. Struktur Organisasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat......................................... 73
4. Data Pertumbuhan Udang Vannamei..................................................... 74
5. Data Kualitas Air.................................................................................... 75
6. Dokumentasi Kegiatann PKL................................................................. 79

xvi

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udang vanname (Litopenaeus vannamei) berasal dari Pantai Barat Pasifik

Amerika Latin, mulai dari Peru di Selatan hingga Utara Meksiko. Udang vanname

mulai masuk ke Indonesia dan dirilis secara resmi pada tahun 2001 (Nababan dkk.,

2015). Udang vanname merupakan salah satu udang yang mempunyai nilai

ekonomis dan merupakan jenis udang alternatif yang dapat dibudidayakan di

Indonesia, disamping udang windu (Panaeus monodon) dan udang putih (Panaeus

merguensis) (Amirna dkk., 2013).

Komoditas ini merupakan jenis krustasea yang paling banyak

dibudidayakan dan diproduksi di seluruh dunia terutama di Indonesia. Menurut

Hafina dkk. (2021) ekspor udang Indonesia mencapai 137,1 ribu ton dengan nilai

US$ 1,4 miliar sepanjang Januari hingga November 2017. Arsad dkk. (2017) juga

mengatakan pada tahun 2017, tercatat Indonesia mengekspor sebanyak 208.000 ton

udang vannamei dengan pasar utama Amerika Serikat dan China. Berdasarkan data

UN Comtrade, Indonesia sebagai eksportir udang berada di urutan ke empat, yaitu

di bawah India, Ekuador, dan Vietnam. Pada tahun 2019 delapan negara tujuan

ekspor udang Indonesia terbesar, yaitu Amerika Serikat, Belanda,

Malaysia,Thailand, Jepang, Cina, Britania Raya, dan Singapura, mampu

menyerap lebih dari 90% ekspor udang Indonesia (Mashari dkk., 2019).

Upaya penunjang untuk peningkatan produksi udang terdapat empat sistem

budidaya udang vannamei sesuai tebarnya yaitu eksintensif, semi intensif, intensif

dan super intensif. Salah satu teknologi budidaya udang vanname yang sedang

dikembangkan di Indonesia adalah sistem budidaya super intensif. Menurut Rahim

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dkk. (2021) super intensif merupakan teknologi dengan padat penebaran udang

yang tinggi dengan luas lahan yang sempit, dengan beban limbah minimal,

memiliki tendon air bersih dan pengelolahan buangan air limbah. Teknologi

budidaya udang vanname super intensif menjadi orientasi sistem budidaya masa

depan dengan konsep Low volume high density, yaitu dikembangkan dengan tidak

memerlukan lahan yang luas sehingga mudah dikontrol, namun memiliki

produktivitas yang tinggi (Lailiyah dkk., 2018). Budidaya udang vanname super

intensif sepenuhnya mengandalkan masukan pakan berupa pelet yang mencapai

kisaran 60%-70% dari biaya operasional (Rachmansyah et al., 2013).

Sistem budidaya ini memiliki konsekuensi pada beban limbah yang

mempengaruhi udang dan lingkungannya. Menurut Suwoyo et. al. (2016)

mengatakan bahwa sisa pakan akan menghasilkan limbah sedimen yang

komposisinya terdiri atas bahan organik dan anorganik. Bahan organik terdiri atas

protein, karbohidrat, dan lemak sedangkan anorganik terdiri atas partikel lumpur.

Sejalan dengan pertumbuhan udang maka jumlah pemberian pakan semakin

bertambah dan sisa pakan juga akan meningkat. Apabila hal ini terus berlangsung

maka limbah sedimen yang mengendap di dasar akan mengalami proses penguraian

(dekomposisi) menghasilkan nitrat, nitrit, amonia, karbondioksida, dan hidrogen

sulfida. Kandungan ini apabila di atas ambang batas akan memengaruhi kualitas air

dan membahayakan sintasan udang.

Budidaya udang vannamei meliputi kegiatan yang terdiri dari pembenihan

dan pembesaran. Sa’adah dan Milah (2019) mengatakan, untuk menghasilkan

komoditas vanname yang unggul, maka proses pemeliharaan harus memperhatikan

aspek internal yang meliputi asal dan kualitas benih serta faktor eksternal mencakup

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kualitas air budidaya, pemberian pakan, teknologi yang digunakan, serta

pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan pembesaran udang vannamei sendiri

meliputi persiapan tambak, pemilihan dan penebaran benur, pemeliharaan kualitas

air, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen (Ghufron dkk.,

2018). Jika kegiatan pembesaran ini tidak diperhatikan dengan baik, maka

kegagalan dalam budidaya udang vannamei tidak bisa dihindarkan yang

menimbulkan sakit pada udang ataupun kematian (Manan dan Putra, 2014).

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

merupakan balai yang memiliki fokus tujuan untuk melaksanakan pengembangan

usaha produksi perikanan budidaya melalui pola pengembangan etalase dan

inkubator usaha perikanan budidaya berdasarkan pada undang-undang (Kepmen,

2009). Salah satu spesies yang dibudidayakan yaitu udang vanname (Litopanaeus

vannamei) yang dijadikan percontohan usaha produksi super intensif dengan

penerapan sertifikasi sistem mutu budidaya perikanan. Memiliki fungsi salah

satunya percontohan usaha produksi dengan penerapan sertifikasi sistim mutu

budidaya perikanan, penerapan tata kelola kawasan usaha, analisa jenis, dan tata

guna faktor-faktor produksi.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktik kerja lapang (PKL) di

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa

Barat yang bertujuan untuk mengetahui teknik pembesaran budidaya udang

vannamei (Litopenaeus vannamei) dan menganalisis efektifitas pembesaran

budidaya udang vannamei secara super intensif dimana hasil dan ilmu pengetahuan

yang diperoleh dari Balai akan bermanfaat bagi lingkungan Sekolah Kesehatan dan

Ilmu Alam serta masyarakat.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2. Tujuan

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dilaksanakannya Praktik Kerja

Lapang (PKL) ini adalah:

1. Mengetahui dan mempelajari teknik pembesaran udang vannamei (Litopenaeus

vannamei) Super Intensif Di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

2. Mengetahui kendala atau faktor-faktor penghambat dari setiap sistem

pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) super intensif di Balai

Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa

Barat.

1.3. Manfaat

Berdasarkan tujuan tersebut, manfaat dilaksanakannya Praktik Kerja

Lapang (PKL) ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang proses pembesaran budidaya udang vannamei

(Litopenaeus Vannamei) super intensif di Balai Layanan Usaha Produksi

Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

2. Mahasiswa dapat mengetahui cara mengatasi kendala dari setiap sistem

pembesaran udang vannamei (Litopenaeus Vannamei) super intensif di Balai

Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa

Barat.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Udang Vannamei

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) menurut Wyban and

Sweeney. (1991); Perez-Farfante and Kenslev (1997); Martin and Davis (2001);

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Penaidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Tubuh udang vanname terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada

(cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vanname terdiri dari antenula,

antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vanname juga dilengkapi

dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3

pasang maxiliped. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau carapace

bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk

kepala atau rostrum (Kordi, 2007). Morfologi udang vannamei bisa dilihat pada

gambar 1.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 1. Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) (Sucharitha and

Jyothi, 2013)

Menurut Surharyadi (2011), pada bagian ruas kepala udang vannamei

terdapat mata majemuk yang bertangkai. Selain itu, kepala udang vannamei

memiliki sepasang antena yakni antena I dan antena II. Antenna I atau antenulles

mempunyai dua buah flagellate pendek yang berfungsi sebagai alat peraba atau

indra penciuman. Sedangkan pada antena II atau antennae mempunyai dua cabang,

exopodite berbentuk pipih disebut prosantema dan endopidate berupa cambuk

panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba.

Pada bagian kepala terdapat mandibula yang berfungsi untuk

menghancurkan makanan yang keras, dan dua pasang maxilla yang berfungsi

membawa makanan ke mandibula. Bagian dada terdiri dari 8 ruas, masing-masing

ruas memiliki sepasang anggota badan disebut thoracopoda. Thoracopoda 1-3

disebut maxiliped, berfungsi sebagai pelengkap bagian mulut dalam memegang

makanan. Thoracopoda 4-8 berfungsi sebagai kaki jalan, sedangkan pada periopoda

1-3 terdapat capit kecil yang merupakan ciri khas udang penaidae (Suharyadi,

2011).

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bagian abdomen memiliki enam ruas bagian. Ruas 1-5 memiliki sepasang

anggota badan berupa kaki renang yang disebut pleopoda (swimmered). Pleuopoda

berfungsi sebagai alat untuk berenang. Pleupoda berbentuk pendek dan memiliki

ujung yang berbulu (setae) (Suharyadi, 2011). serta sepasang uropod (mirip ekor)

yang membentuk kipas bersama-sama telson yang berfungsi sebagai kemudi

(Haliman dan Adijaya, 2005).

Pada bagian rostrum udang vannamei dicirikan oleh adanya gigi pada

rostrum bagian atas dan bawah, mempunyai dua gigi di bagian ventral dari rostrum

dan gigi 8-9 di bagian dorsal serta mempunyai antena panjang. Tidak terdapat

rambut-rambut halus (setae) pada tubuhnya, petasma pada jantan tumbuh dari ruas

coxae kaki renang pertama dengan panjang sekitar 12 mm (Elovaara, 2001).

Lubang pengeluaran sperma ada 2, yaitu pada bagian kiri dan kanan yang

terletak pada dasar coxae kaki jalan (pereopoda) ke-5 (Wyban and Sweeney, 1991).

Menurut Manoppo (2011) Pada udang jantan dewasa, petasma symmetrical, semi-

open, dan tidak tertutup. Spermatofora sangat kompleks yang terdiri atas masa

sperma yang dibungkus oleh suatu pembungkusyang mengandung berbagai

struktur perlekatan (anterior wing, lateral flap, caudal flange, dorsal plate) maupun

bahan-bahan adhesif dan glutinous. Udang betina dewasa memiliki open thelycum

dan sternit ridges, yang merupakan pembeda utama udang vanname betina

(Manoppo, 2011). Lubang pengeluaran telur terletak pada coxae kaki jalan ke-3.

Udang vannamei termasuk anggota Litopenaeus karena udang betina memiliki

thelycum terbuka tanpa piringan atau disebut dengan seminal receptacle (Wyban

and Sweeney,1991).

2.1.2. Daur Hidup dan Reproduksi Udang Vannamei

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perkembangan siklus hidup udang vannamei berawal dari pembuahan telur,

kemudian berkembang menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir

berkembang menjadi udang dewasa (Wang et al., 2020). Udang dewasa memijah

secara seksual di air laut dalam, masuk ke stadia larva dari stadia naupli sampai

pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana terdapat

banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan. Setelah

mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup

berlanjut kembali (Wyban et al., 1991). Habitat dan siklus hidup udang vannamei

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vannamei (Wang et al., 2020)

Organ reproduksi udang vannamei betina terdiri dari sepasang ovarium,

oviduk, lubang genital, dan telikum. Oogonia diproduksi secara mitosis dari

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

epitelium germinal selama kehidupan reproduktif dari udang betina. Oogonia

mengalami meiosis, berdiferensiasi menjadi oosit, dan dikelilingi oleh sel-sel

folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap material kuning telur (yolk) dari darah

induk melalui sel-sel folikel (Wyban et al. 1991). Struktur reproduksi eksternal

udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Petasma jantan dan Telikum Udang Vannmaei (Wyban et al., 1991)

Organ reproduksi utama dari udang jantan terdiri dari testes, vas derefensia,

petasma, dan apendiks maskulina. Sperma udang memiliki nukleus yang tidak

terkondensasi, dan bersifat non motil karena tidak memiliki flagela. Selama

perjalanan melalui vas deferensia, sperma yang berdiferensiasi dikumpulkan dalam

(cairan fluid) dan melingkupinya dalam sebuah chitinous spermatophore (Wyban

et al., 1991). Sedangkan sistem reproduksi udang betina terdiri dari sepasang

ovarium, oviduk, lubang genital, dan thelicum. Thelicum sebagai organ reproduksi

betina umumnya terdapat diantara pangkal kaki jalan ke 4 dan 5, yang berfungsi

untuk menyimpan spermatopora pada saat terjadi proses pembuahan. Tetikulum

bersifat terbuka yaitu tidak tertutup oleh lempengan karapas yang keras. Organ

reproduksi betina terdiri dari sepasang ovari berbentuk tabular, simetrik bilateral,

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10

terletak pada bagian ventral sampai rongga dada dan berkembang ke arah posterior

hingga hepatopankreas (Wahyudewantoro, 2011)

Telur udang vannamei membutuhkan waktu 16 jam untuk menetas setelah

pembuahan. Stadium larva terdiri dari nauplius (enam stadium dalam 1 hari 20

jam), protozoea (tiga stadium dalam 6 hari), mysis (tiga stadium dalam 9-10 hari)

dan postlarva hari pertama (PLs) (10-12 hari). Megalopa dan juvenil awal disebut

PL. Transisi dari juvenil ke sub-dewasa membutuhkan waktu 135-255 hari (Isa et

al., 2021).

2.1.3. Habitat dan Kebiasaan Hidup Udang Vannamei

Udang vannamei adalah udang asli dari pantai Lautan Pasifik sebelah barat

Mexico, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan yang kondisi iklimnya subtropis.

Dimana suhu air laut sekitar 20°C sepanjang tahun (Wyban and Sweeney 1991).

Menurut Samadi et al. (2016) udang vanname tersebar diseluruh dunia dan

mendiami laut dangkal dan zona abisal sebelum kedalaman 5000 m. Pada habitat

alaminya udang vannamei suka hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter, dasar

perairan yang cenderung berlumpur, selain itu udang vannamei bersifat nokturnal,

yaitu aktif mencari makan pada malam hari (Suharyadi, 2011). Udang vanname

memiliki sifat euryhalin yaitu dapat hidup dengan kisaran salinitas yang luas.

Perairan habitat asli udang vanname pada salinitas 0,5 – 40 ppt (Scabra et al., 2021).

Sekarang udang vannamei telah menyebar ke seluruh dunia karena diperkenalkan

diberbagai belahan dunia karena sifatnya yang relatif mudah dibudidayakan,

termasuk di Indonesia (Suharyadi, 2011).

2.2. Teknik Pembesaran Udang Vannamei

2.2.1. Sistem Budidaya Udang

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

11

Budidaya udang vannamei dibedakan menjadi empat sistem budidaya

sesuai kepadatan tebar yaitu ekstensif, semi intensif, intensif dan super intensif.

Menurut Utami dkk. (2014) Tambak udang sistem ekstensif (tradisional) adalah

tambak yang sistem pengelolaannya benar-benar bergantung pada kemurahan alam

dengan produksi yang dihasilkan rendah, yaitu antara 50-500 kg/ha/musim tanam.

Sedangkan sistem budidaya udang semi intensif adalah tingkat teknologi budidaya

udang dengan padat penebaran benih sedang yang memanfaatkan pakan alami,

pakan tambahan, dan input produksi lainnya. Indikator penerapan teknologi tingkat

semi intensif diantaranya berupa kedalaman petak pembesaran udang minimal 0,8

m, luas petak pembesaran berkisar 1000 - 5000 m², bentuk petak pembesaran

persegi atau persegi panjang dan padat penebaran benih berkisar antara 50 - 79

ekor/m². Gambaran penerapan teknologi tingkat semi intensif adalah produksi total

berkisar antara 0,4 - 0,8 kg/m², konversi pakan maksimal sebesar 1,5 serta

kelangsungan hidup minimal 80% (Nugroho et al., 2016). Tambak intensif adalah

tambak yang dilengkapi dengan plastik mulsa yang menutupi semua bagian, pompa

air, kincir air, aerator, tingkat penebaran tinggi dan pakan 100% pelet (Hidayat dkk.,

2019). Menurut Rahim dkk. (2021) Super Intensif merupakan teknologi dengan

padat penebaran udang yang tinggi 200-400 ekor/m3 dengan luas lahan yang

sempit, beban limbah minimal, memiliki tendon air bersih dan pengelolahan

buangan air limbah (Muhammad et al., 2016).

2.2.2. Lokasi dan Kontruksi Tambak

Lokasi tambak harus dipilih dengan tepat agar budidaya bisa berlangsung

lebih aman dan optimal. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air yang bersih

dan memiliki akses trasportasi yang baik. Didirikan bukan pada daerah terlarang

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12

atau daerah konservasi. Memiliki sistem keamanan, memiliki saluran masuk air

dalam tambak, memiliki saluran keluar air yang berupa central drain, tidak

memiliki titik mati/sudut mati pada tambak sehingga aliran air di dalam tambak bisa

lancar (Andriyanto dkk., 2013). Pemilihan lokasi untuk lahan tambak yang salah

akan menimbulkan masalah-masalah, diantaranya akan menimbulkan peningkatan

biaya konstruksi, operasional budidaya, dan dapat menimbulkan masalah

lingkungan (Poernomo, 1992 dalam Syaugy dkk., 2012).

2.2.3. Persiapan Tambak

Persiapan kolam merupakan kegiatan dalam usaha pembesaran udang

vanname, yang akan digunakan dalam pembesaran udang vanname. Menurut

Ghufron dkk. (2018) kegiatan pembesaran udang vanname sendiri meliputi

persiapan tambak, pemilihan dan penebaran benur, pemeliharaan kualitas air,

pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit, hingga panen. Kegiatan persiapan

kolam menurut Andriyanto dkk. (2013) antara lain:

1. Pengeringan tanah dilakukan selama 7-14 hari sesuai dengan terik matahari

hingga tanah menjadi kering. Diharapkan, setelah dilakukan pengeringan tanah

tambak, sinar UV yang ada pada sinar matahari dapat membunuh bakteri

pembusuk, menaikkan pH tanah, serta memudahkan dalam renovasi kolam

agar tidak licin dan berlumpur.

2. Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah dan mempertahankannya

dalam kondisi yang stabil. Selain itu, diharapkan, setelah pemberian kapur

tanah dasar menjadi subur, reaksi kimia yang terjadi didasar tanah menjai baik,

gas-gas beracun dapat terikat secara kimiawi.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13

3. Pemupukan dilakukan untuk mempersubur kondisi air yang digunakan untuk

menumbuhkan pakan alami udang, seperti plankton.

4. Pemasangan kincir tambak berfungsi untuk menambah oksigen dalam air dan

membuang gas (CO2, N2, CH4, dan lainnya), mengaduk air agar tidak terjadi

stratifikasi parameter kualitas air, menciptakan arus dan mengumpulkan

kotoran kepembuangan, dan mencegah terjadinya endapan bahan organik agar

selalu dalam kondisi aerob.

5. Pengisian air dimana untuk pengisian air ada beberapa parameter yang selalu

dijaga dan dikontrol dalam pelaksanaan pembesaran, diantaranya adalah

salinitas berkisar antara 20 – 25 ppt, kadar oksigen diatas 4 ppm, pH air sekitar

7-8,5.

6. Penebaran benur. Benur yang sudah sampai ke lokasi kemudian langsung

diangkut ke tambak untuk diaklimatisasi/diadaptasikan terhadap parameter

kualitas air (suhu, salinitas, pH, dan parameter kualitas air lainnya).

Aklimatisasi benur terhadap suhu dilakukan dengan cara memasukkan kantong

plastik yang berisi benur pada permukaan air tambak dan dibiarkan mengapung

selama 15-30 menit. Aklimatisasi benur dimaksudkan untuk mencegah

tingginya tingkat kematian (mortalitas) benur pada saat dan setelah penebaran.

2.2.4. Penebaran Benur

Setelah air terisi penuh dilakukan penebaran benur udang vannamei pada

kolam budidaya. Ukuran udang vannamei yang siap ditebar ke tambak yaitu diatas

PL10. Sebelum benur dipindahkan dari dalam kantong plastik ke tambak, benur

perlu diaklimatisasi terlebih dahulu. Andriyanto dkk. (2013) menyatakan bahwa

aklimatisasi benur dimaksudkan untuk mencegah tingginya tingkat kematian

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14

(mortalitas) benur pada saat dan setelah penebaran. Aklimatisasi adalah proses

penyesuaian lingkungan dengan cara membiarkan wadah atau kantong plastik yang

berisi benur udang vanname mengapung selama ± 30 menit, setelah itu mulut

kantong plastik dibuka dan masukan air dalam wadah sedikit demi sedikit,

kemudian benur udang vanname di tebar kedalam wadah budidaya. Proses

aklimatisasi bertujuan untukudang beradaptasi dengan suhu, lingkungan baru dan

jenis pakan yang akan diberikan (Munchdar dkk., 2021). Perubahan salinitas

menyebabkan laju osmoregulasi meningkat sehingga laju beban osmotik, konsumsi

oksigen dan tingkat stress meningkat (Scabra et al., 2021).

Menurut Ghufron dkk. (2018) Kegiatan penebaran benur dapat dilakukan

pada pagi atau sore hari bersamaan dengan penebaran Artemia sebagai pakan alami

benur tersebut, lokasi penebaran benur berada di titik yang berarus lemah agar

benur tidak stress sedangkan lokasi penebaran Artemia berada di dekat kincir agar

artemia tersebut dapat tersebar secara merata.

2.3. Pakan

Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang

vannamei. Menurut Arief et al. (2014) pakan merupakan kebutuhan utama dalam

kegiatan budidaya ikan yang menghabiskan sebanyak 60-70% dari biaya produksi.

Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan akan memacu pertumbuhan dan

perkembangan udang vanname secara optimal sehingga nilai produktivitas bisa

ditingkatkan (Ekaputri dkk., 2018). Jumlah pakan harus disesuaikan dengan total

biomassa udang. Menurut Scabra (2021) bahwa semakin kecil nilai rasio konversi

pakan semakin baik karena hal ini menandakan semakin kecil biaya yang

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

15

dikeluarkan untuk pembelian pakan sehingga semakin tinggi keuntungan yang

diperoleh.

Menurut Farchan (2006), beberapa jenis pakan yang digunakan ditambak

adalah pakan buatan dan pakan alami, penyediaan pakan alami dilakukan melaui

pemberian pupuk organik cair, pengelolaan air secara teratur dan kontinyu, serta

pengelolaan plankton. Pakan buatan yang digunakan berbentuk powder, pellet atau

crumble, dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran udang. Menurut

Purba (2012), tingkat konsumsi pakan yang cukup dan kandungan nutrisi yang

cukup dalam pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan bobot dan panjang rata– rata

udang vannamei.

Pakan udang yang berkualitas sekurang-kurangnya memiliki komponen

protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Zainuddin dkk., 2014). Salah satu

faktor terpenting dalam usaha budidaya adalah penyediaan pakan yang lengkap

dengan komposisi nutrisi dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan udang

(Munchdar dkk., 2021). Berdasarkan SNI 7549: 2009 persyaratan mutu pakan

udang vannamei dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan Mutu Pakan Untuk Udang Vannamei (SNI 7549-2009)


Persyaratan Mutu
No. Kriteria Uji Satuan
Starter Grower Finisher
1 Kadar air, maks % 2 12 12
2 Kadar Protein, min % 32 30 30
3 Kadar lemak, min % 6 6 5
4 Kadar serat, maks % 4 4 5
5 Kadar abu % 15 15 15
Kestabilan dalam air %
6 (setelah 90 menit), 90 90 90
min
7 Nitrogen bebas, maks % 0,15 0,15 0,15
8 Kandungan antibiotik % 0 0 0
Bentuk dan diameter Mm Crumble Pellet Pellet
9
(<1.6) (1,6-2) (>20)

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16

Udang vannamei mempunyai sifat mencari makan pada siang dan malam

hari (diurnal dan nokturnal) dan sangat rakus. Sifat tersebut dapat diketahui karena

berkaitan dengan jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan yang akan diberikan

(Sari dan Ikbal, 2020). Menurut Ulumiah dkk. (2020), Pemberian pakan buatan

berbentuk pellet dapat mulai dilakukan sejak benur ditebar hingga udang siap

panen, ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan

tepat sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan (underfeeding) atau

kelebihan pakan (overfeeding).

Frekuensi pemberian pakan diperkirakan dengan mempertimbangkan sifat

biologi pada udang, dan parameter kualitas air pemeliharaan terutama suhu. pakan

udang akan diproses 3 – 4 jam setelah pakan tersebut dikonsumsi. Untuk udang

kecil frekuensi pemberian pakan 2 – 3 kali sehari, sedangkan untuk udang besar 4

– 5 kali sehari pada pukul 07.00 - 11.00 - 15.00 - 17.00 dan 22.00. Setiap stadia

atau umur pemeliharaan udang, pakan yang diberikan mempunyai jenis dan ukuran

yang berbeda. Tujuannya adalah supaya pakan dapat dimakan oleh udang seefektif

mungkin (Kordi, 2007). Menurut SNI 01-7246-2006 tentang pakan udang

vannamei, Pemberian pakan udang vannamei di tambak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pakan Udang Vannamei Berdasarkan Umur Udang (SNI 01-7246-2006)


Umur Dosis Frekuensi
Berat Bentuk Nomor
No. udang Pakan Pakan
Udang Pakan Pakan
(hari) (%) Perhari
1 -15 0,1-1,0 Powder 0 75-15 3
2 16-30 1,1-2,5 Crumble 1+2 25-15 4
3 31-45 2,6-5,0 Crumble 2 15-10 5
4 46-60 5,1-8,0 Pellet 2+3 10-7 5
5 61-75 8,1-14,0 Pellet 3 7-5 5
6 76-90 14,1-18,0 Pellet 3+4 5-3 5
7 91-105 18,1-20,0 Pellet 4 5-3 5
8 106-120 21,1-22,5 Pellet 4 4-2 5

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

17

Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi udang

vannamei. Selama bulan pertama, takaran awal yang diberikan diperoleh dengan

menghitung 5 - 9 % dari total pakan selama pemeliharaan. Dari hasil tersebut

dijadikan acuan untuk total pakan yang diberikan selama 1 bulan pemeliharaan,

berikutnya dilakukan pembagian pakan setiap harinya (feed per day). Pakan yang

diberikan selama menggunakan metode blind feeding sebanyak 3000 g/100.000

ekor benur, untuk umur 1 hari dengan frekuensi pemberian lima kali dalam satu

hari. Menurut Suharyadi (2011), Untuk umur 2 sampai dengan umur 10 hari

diberikan penambahan pakan sebanyak 200g tiap harinya. Selanjutnya untuk umur

11 hari sampai umur 20 hari diberikan penambahan 400 g/hari, Selanjutnya umur

21 hari sampai umur 30 hari diberikan penambahan pakan 600 g/hari. Kemudian

untuk umur 30 sampai umur 40 hari diberikan penambahan pakan 800 g/hari.

2.4. Kualitas Air

Manajemen kualitas air merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

oleh para pembudidaya untuk meningkatkan produksi udang vannamei, cara yang

ditempuh dapat ditinjau dari faktor fisika, kimia dan biologi perairan, diantaranya

meliputi kegiatan monitoring, pengelolaan kualitas air dan perlakuan jika terjadi

penyimpangan nilai optimal parameter kualitas air (Putra dan Manan, 2014).

Menurut Fuady dan Nitisupardjo (2013) pengelolaan kualitas air merupakan suatu

cara untuk menjaga parameter kualitas air sesuai dengan baku mutu bagi kultivan.

Parameter-parameter itu merupakan suatu indikator untuk melihat kulitas air,

seperti oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO2) bebas, pH, suhu, kecerahan,

salinitas, amonia, dan nitrit. Nilai optimum kualitas air pada pemeliharaan udang

vannamei dapat dilihat pada Tabel 3.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18

Tabel 3. Kisaran nilai optimum kualitas pada pemeliharaan udang vannamei


(Litopenaeus vannamei) (Sutanto dkk. 2001).
No. Parameter Air Optimum Toleransi
1 Suhu (OC) 28-32 26-35
2 Salinitas (ppt) 15-25 0-35
3 pH 7,5-8 7-8,5
4 Oksigen terlarut (ppm) >4 >3
5 Amonia (NH3) (ppm) 0 0,1-0,5
6 Nitrit (NO2) (ppm) 0 0,1-1
7 H2S (ppm) 0 0,001
8 Alkalinitas (ppm) 100-120 -
9 Kecerahan 25-40 -

Pengelolaan kualitas air yang baik dapat menjaga kualitas air agar sesuai

dengan standar untuk budidaya dan dapat meningkatkan produktivitas tambak.

Parameter kualitas air dibagi menjadi tiga yaitu fisika, kimia, dan biologi (Fuady

dan Nitisupardjo, 2013).

2.4.1. Parameter Fisika

1. Suhu

Suhu air merupakan salah satu faktor pembatas yang berpengaruh nyata

dalam kehidupan udang di tambak. Suhu air sangat berkaitan erat dengan

konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi hewan air. Secara fisik kualitas air

untuk budidaya udang Vanname ditentukan oleh kecerahan air ideal 30 cm

(menunjukkan populasi plankton dan kandungan material terlarut dalam air)

(Multazam dan Hasanuddin, 2017). Pengecekan suhu dilakukan dengan

termometer. Suhu yang tinggi dapat mempercepat laju metabolisme udang akan

tetapi jika melebihi 35°C akan menyebabkan setres dan berakhir kematian pada

udang (Arifin dkk., 2014).

2. Salinitas

Salinitas merupakan konsetrasi kandungan mineral (garam) yang ada pada

air, setiap organisme atau biota air payau mempunyai toleransi yang berbeda

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

19

terhadap kandungan salinitas (kadar garam). Kandungan salinitas air terdiri dari

garam-garam mineral yang banyak manfaatnya untuk kehidupan organisme air

payau di tambak (Romadhona dkk., 2016). Nababan dkk. (2015) menyatakan

bahwa salinitas yang baik untuk pertumbuhan berkisar antara 10-30 ppt.

3. Kecerahan

Kekeruhan air dapat terjadi karena plankton, suspensi, partikel tanah atau

humus. Kekeruhan air tambak banyak diakibatkan oleh suspensi hidroksida besi,

kekeruhan yang diharapkan di tambak adalah kekeruhan oleh plankton. (Sahrijanna

dan Sahabuddin, 2014). Kecerahan pada tambak udang vanname berkisar antara

15-35 cm. Menurut Malik (2014), Kecerahan optimal air tambak yaitu sekitar 20-

40 cm. Oleh sebab itu, apabila kecerahan air tambak di bawah 20 cm, maka upaya

yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengenceran terhadap air tambak

hingga didapatkan kecerahan yang optimal untuk menunjang kehidupan udang

budidaya. Rahmawati dkk. (2014) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi nilai kecerahan yaitu keadaan cuaca, padatan tersuspensi, waktu

pengukuran, dan ketelitian orang yang melakukan pengukuran.

2.4.2. Parameter Kimia

1. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH perarian sangat berperan dalam mempengaruhi proses dan

kecepatan reaksi kimia didalam air maupun reaksi biokimia di dalam tubuh

organisme. Selain itu juga dapat mempengaruhi daya racun suatu senyawa terhadap

organisme air. Menurut Sahrijanna dan Sahabuddin, (2014) Nilai pH merupakan

parameter lingkungan yang bersifat mengontrol laju metabolisme melalui

pengendaliannya terhadap aktifitas enzim. Menurut Amirna dkk. (2013)

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

20

menyatakan bahwa nilai pH yang normal untuk pertumbuhan udang vanname

adalah berkisar antara 7,5- 8,5. Perubahan pH sehari-hari dapat mengakibatkan stres

pada hewan air. Sehingga pengapuran digunakan untuk meningkatkan alkalinitas

total dan diperlukan untuk kestabilan penyangga perairan dan mengurangi fluktuasi

pada pH harian.

2. Kelarutan Oksigen (DO)

Menurut Gunarto dkk. (2012), Kelarutan oksigen dalam air merupakan

parameter kunci dalam kehidupan organisme air, oksigen yang terdapat di dalam

air laut terdiri dari dua bentuk senyawa yaitu terikat dengan unsur lain seperti NO3,

PO4-, H2O, CO2, dan CO3- maupun sebagai molekul bebas (O2). Oksigen

dibutuhkan udang untuk respirasi, proses fisiologi ketika sel mengoksidasi

karbohidrat dan melepas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme nutrient dari

pakan, namun rendahnya jumlah karbon sebagai konsekuensi dari banyaknya fraksi

karbon pakan yang lepas akibat respirasi. Oksigen dapat diukur dengan alat DO

meter (Gunarto dkk., 2012). Menurut Amirna dkk. (2013) menyatakan bahwa

kandungan oksigen terlarut yang baik untuk kehidupaan udang vanname adalah 4-

8 mg/l.

3. Amonia, Nitrit dan Nitrat

Amonia menurut Praditia (2009) merupakan senyawa beracun hasil ekskresi

atau pengeluaran kotoran yang berbentuk gas, selain itu amonia bisa berasal dari

pakan yang tidak dimakan oleh udang sehingga larut dalam air. Amonia akan

mengalami proses nitrifikasi sesuai siklus nitrogen dalam air sehingga menjadi

nitrit (NO2) dan nitrat (NO3). Proses nitrifikasi adalah proses mikrobabial yang

mereduksi kompenen nitrogen (amonia) menjadi nitrit dan nitrat berlangsung

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

21

melalui 2 tahapan, pertama oksidasi ammonium menjadi nitrit yang dilakukan

mikroba pengoksidasi ammonium (Nitrosomonas sp.) dan kedua nitrit menjadi

nitrat oleh pengoksidasi nitrit (Nitrobacter sp.) (Romadhona dkk., 2016).

Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan

nitrat serta antara nitrat dan gas nitrogen, Udang memiliki toleransi yang cukup

besar terhadap keberadaan nitrit karena nitrat (NO3) merupakan suatu bentuk akhir

dari proses nitrifikasi (Boyd, 1990). Persyaratan kandungan nitrit pada udang

menurut SNI 2006, kandungan nitrit untuk budidaya Udang Vanname intensif

adalah < 0,01 mg/l nitrit dapat meracuni udang bila kandungannya mencapai 0,5

mg/l. Sedangkan Nilai nitrat yang dipersyaratkan menurut SNI 2006 untuk

budidaya Udang Vanname intensif adalah maksimal 0,5 ppm.

2.4.3. Parameter Biologi

Kualitas perairan sangat erat kaitannya dengan indikator biologi yaitu

organisme perairan yang dapat dipantau saat terjadi perubahan kondisi lingkungan

(Saragih dan Erizka, 2018). Komposisi plankton pada perairan terutama pada

tambak udang vannamei dapat berperan sebagai parameter ekologi perairan selain

sebagai pakan alami dan penghasil oksigen khususnya fitoplankton, kelimpahan

dan keanekaragaman plankton pada perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter

fisika – kimia seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, suhu, ketersediaan unsur

hara nitrogen dan fosfor (Edi dkk., 2021). Menurut (Multazam dan Hasanuddin

(2017), kualitas perairan erat sekali dengan aktivitas plankton (phytoplankthon)

dalam berfotosintesa untuk menghasilkan cholorophyl (zat hijau daun) yang sangat

berguna dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan tersebut. Kegiatan

fotosintesa oleh plankton (phytoplankthon) tersebut sangat tergantung oleh adanya

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

22

sinar matahari, sedangkan pada musim hujan intensitas sinar matahari di dalam

perairan tambak relatif minim sehingga kualitas air tambak cenderung tidak stabil.

Plankton yang umumnya ditumbuhkan pada budidaya udang vannamei

adalah jenis diatom, karena plankton tersebut paling cocok sebagai pakan 17 alami

dengan dinding sel berupa silikat. Sutomo dkk., (2007), menyatakan bahwa sel

diatom mengandung silikat yang penting dalam pembentukan eksoskeleton

(kerangka luar) dan diduga sangat cocok bagi pertumbuhan larva krustasea seperti

larva udang. Menurut Rumanti dkk. (2014) kepadatan plankton yang terlalu tinggi

dapat membahayakan udang saat malam hari, karena akan mempengaruhi tingkat

ketersediaan oksigen terlarut dalam perairan sehingga akan menjadi kompetitor

udang dalam konsumsi oksigen. Kepadatan planton yang kurang dapat

menyebabkan udang stress, karena oksigen terlarut sedikit (Rumanti dkk., 2014).

Kepadatan plankton yang baik untuk budidaya udang sekitar 80-120.000 sel/ml,

sehingga para pembudidaya harus memantau kepadatan dan jenis plankton dengan

pengamatan kecerahan air dan pengamatan warna (Thoha, 2007).

Pemeriksaan kualitas air terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan setiap hari

dan setiap minggu. Parameter kualitas air yang diukur setiap hari dianta-ranya suhu,

kecerahan, salinitas, dan pH, Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan

pada pagi dan sore hari sedangkan parameter yang diukur setiap minggu yaitu

kesadahan, alkalinitas, nitrit, TAN (Total Ammonia Nitrogen), TOM (Total

Organic Matter), serta jumlah plankton dan bakteri (Ghufron dkk, 2017).

2.4.4. Hama dan Penyakit

Hama dalam proses budidaya ikan dapat menjadi organisme penyaing yaitu

organisme yang hidup dalam media yang sama dengan komoditas budidaya dan

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

23

memperebutkan makanan yang sama sehingga terjadi persaingan. Selain itu dapat

menjadi hama pemangsa yaitu organisme yang dapat memangsa komoditas

budidaya, selain itu juga terdapat hama pengganggu yang dapat merusak konstruksi

kolam sehingga menghambat proses budidaya (Fahmi, 2000).

Penyakit merupakan suatu proses yang dapat merusak atau mengganggu

organisme budidaya dengan penyebab dan gejala yang khusus, penyakit pada ikan

dapat disebabkan beberapa faktor meliputi kondisi lingkungan, faktor genetik,

mikroorganisme maupun hewan yang bersifat parasite (Rahayu,1986).

Serangan penyakit merupakan salah satu mata rantai penyebab kegagalan

produksi, termasuk pada budidaya udang. Infeksi viral dan infeksi bakterial adalah

penyebab utama terjadinya kematian massal udang, baik pada saat pembenihan

maupun pembesaran. Serangan penyakit virus yang paling berbahaya dan banyak

menimbulkan kerugian bagi petambak udang di Indonesia adalah serangan virus

(WSSV, TSV, YHV, IMNV, dan IHHNV) (Lilisuriani, 2020). Beberapa jenis virus

yang termasuk dalam hama dan penyakit ikan karantina menurut Kep.Men

No.26/MEN/2013 yang telah mewabah pada budidaya udang di Wilayah Sulawesi

Selatan adalah: White Spot Syndrome Virus (WSSV), Monodon Baculovirus, dan

Yellowhead Virus (YHV).

Pencegahan masuknya hama dan penyakit udang dilakukan sejak tahap

persiapan tambak, salah satu langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan memasang

CPD (Crab Protecting Device) di bagian tepi tambak. Menurut Ghufron dkk (2017)

Hal ini dimaksudkan agar kepiting tidak dapat masuk ke perairan budidaya, selain

sebagai hama yang dapat menjadi kompetitor udang dalam hal pakan, oksigen

terlarut dan ruang gerak, kepiting juga dapat sebagai agen pembawa suatu penyakit,

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

24

misalnya WSSV. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah adanya

hama dan penyakit, yaitu dengan pemberian krustasida, cupri sulfat, kaporit dan

probiotik yang telah dijelaskan pada subbab persiapan tambak (Ghufron dkk, 2017).

Aplikasi imunostimulan dari protein tersebut juga sudah dilakukan di tambak pada

udang vannamei kelulushidupan meningkat dari 10% hingga 84% (Darwantin dkk.,

2013).

2.5. Pertumbuhan Udang

Monitoring pertumbuhan udang, merupakan hal penting pada kegiatan

budidaya karena dengan melakukan monitoring pertumbuhan udang, kita dapat

memperoleh data terkait dengan mengetahui berat rata-rata (Mean Body Weight),

pertambahan berat harian (Average Daily Growth), tingkat kelangsungan hidup

(Survival rate) dan total biomass udang di tambak (Amri dan Kanna; 2008).

Pertumbuhan udang vanname rata-rata 3 gram/minggu, dapat ditebar dengan

kepadatan sampai 150 ekor/m2 (Anwar dan Abdurrohman, 2020).

Mean Body Weight (MBW) merupakan berat rata-rata udang dari hasil

sampling. MBW dapat dihitung sebagai berikut (Hermawan, 2012),

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙


𝑀𝐵𝑊 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Average Daily Growth (ADG) adalah pertambahan berat harian rata-rata

udang dalam suatu periode waktu tertentu sehingga dapat digunakan untuk

mengatahui kecepatan pertumbuhan udang. Average Daily Growth (ADG) dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut (Haliman dan Adijaya, 2005).

𝑀𝐵𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 − 𝑀𝐵𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖


𝐴𝐷𝐺 =
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

25

Biomassa adalah berat total udang yang ada didalam tambak. biomassa

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Haliman dan adiwijaya, 2005).,

𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 − 𝑀𝐵𝑊 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛


𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000

Survival Rate (SR) merupakan tingkat kelangsungan hidup udang

dibandingkan dengan jumlah tebar dan dinyatakan dengan persen. Survival Rate

(SR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Arifin dan Supriyono, 2014).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
𝑆𝑅 = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟

2.6. Pemanenan

Seluruh petambak melakukan panen udang karena tercapainya bobot panen

(panen normal) atau disebabkan adanya penyakit (panen emergency). Menurut

Malik (2014) panen normal biasanya dilakukan petambak pada umur kurang lebih

120 hari dengan ukuran normal rata-rata 40 – 50 sedangkan panen emergency

dilakukan jika udang terserang penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya

SEMBV/bintik putih), jika tidak segera dipanen udang akan habis atau mati.

Petambak mengetahui bahwa udang yang dipanen dengan syarat mutu yang baik

adalah yang berukuran besar, kulit keras, bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap,

masih hidup dan segar, panen dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti jala

tebar atau jala tarik dan diambil dengan tangan (Malik, 2014).

Adapun pemanenan yang bertujuan untuk mendukung produksi budidaya

udang yakni panen parsial. Menurut Romadhona dkk. (2016) panen parsial

bertujuan untuk mengurangi kepadatan dan biomassa udang di kolam. Secara

teknis, berkurangnya biomassa udang ditambak memberikan konsekuensi input

pakan yang diberikan kedalam kolam akan berkurang, sehingga kandungan effluent

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

26

seperti amoniak yang dihasilkan saat akhir periode budidaya akan dapat

diminimalisir. Secara ekonomis hal ini diharapkan akan memberikan nilai tambah,

mengingat investasi tambak intensif sangat besar. Pemanenan dilakukan ketika

malam atau dini hari, agar udang tidak terkena panas sinar matahari sehingga udang

yang sudah mati tidak cepat menjadi merah atau rusak (Malik, 2014).

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

III PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Tempat dan Waktu

Praktik Kerja Lapang dilaksanakan pada tanggal 11 Juni 2022 – 11

September 2022 dan bertempat di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

3.2. Metode Kerja

Metode yang digunakan selama kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL)

menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif merupakan metode yang

digunakan untuk meneliti suatu peristiwa, suatu objek maupun sekelompok

manusia maupun suatu kondisi saat sekarang. Metode ini memiliki tujuan untuk

membuat suatu gambaran mengenai suatu peristiwa maupun suatu objek yang

akurat baik mengenai fakta maupun sifat serta hubungan antar fenomena (Nazir,

2011).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada Praktik Kerja Lapang

(PKL) ini dengan menggunakan data primer dan data sekunder.

3.3.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat langsung dari sumber pertama

dan diberikan kepada pengumpul data dapat melalui proses wawancara (Herviani

dan Febriansyah, 2016). Data primer dapat dihasilkan melalui beberapa metode

yaitu:

1. Observasi

Metode observasi merupakan proses pengamatan yang sistematis dari

aktivitas manusia yang dilakukan secara terus menerus yang bertujuan untuk

27

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

28

mendapatkan suatu fakta (Hasanah, 2016). Observasi praktik kerja lapang (PKL)

dilakukan terhadap kegiatan pembesaran udang vannamei di Balai Layanan Usaha

Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses pengumpulan data dengan bertanya kepada

narasumber secara lisan dan saling bertatap muka untuk mendapatkan informasi

yang dibutuhkan (Hakim, 2013). Proses wawancara dilakukan untuk mengetahui

proses pembesaran udang vannamei, teknik pengelolaan kualitas air budidaya

udang vannamei dan untuk mengetahui struktur organisasi di Balai Layanan Usaha

Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat. Wawancara

dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada pembimbing PKL.

3. Parsitipasi Aktif

Partisipasi aktif merupakan kemauan diri untuk berperan dalam kegiatan yang

akan dilaksanakan (Arliman, 2015). Metode partisipasi aktif dapat dilakukan

dengan mengikuti kegiatan pembesaran budidaya udang vannamei yang terdapat di

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa

Barat.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data tidak langsung dan didapat dari dokumen

dokumen yang telah ada dan bisa didapatkan dari literatur (Singestecia dkk., 2018).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa data sekunder bisa

didapatkan dari hasil dokumentasi, pustaka-pustaka, laporan dari pihak swasta

maupun masyarakat yang berhubungan langsung dengan pembesaran udang

vannamei.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang

4.1.1. Sejarah Perkembangan BLUPPB Karawang

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

pada awalnya bernama Proyek Pengembangan Tambak Inti Rakyat (PP-TIR) sesuai

dengan KEPRES Nomor 18 Tahun 1984 tentang pembentukan PP-TIR. Tujuan

pembentukan PP-TIR adalah untuk mewujudkan kawasan percontohan usaha

budidaya udang yang maju, ramah lingkungan dan berkelanjutan guna memandu

pengembangan usaha budidaya udang nasional.

Seiring dengan perkembangan waktu dan bergulirnya Reformasi 1998,

manajemen Tambak Pandu TIR ikut mengalami imbas negatif yang mengakibatkan

terhentinya kegiatan operasional. Memasuki masa-masa sulit tersebut terjadilah

penjarahan aset dan pengkaplingan lahan. Pada tanggal 5 Juni 2002, PP-TIR diserah

terimakan oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia kepada Departemen

Kelautan dan Perikanan sebagai Departemen Teknis dengan tujuan membentuk

wadah percontohan dan pendampingan teknologi perikanan budidaya. Berdasarkan

Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya No. 11/DPB.0/I/2006

tentang penunjukan Kepala Unit Tambak Pandu Karawang (TPK) dan eks PP-TIR

berubah nama menjadi Satker Pengembangan Kawasan TPK.

Dijelaskan tugas pokok TPK adalah melaksanakan sebagian tugas

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam melaksanakan pembinaan,

pengembangan dan pengendalian sistem pembudidayaan perikanan nasional yang

dapat berperan sebagai Aquaculture Techno Park sekaligus menjadi inkubator

bisnis bagi kegiatan pembinaan perikanan nasional.

30

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

31

Memasuki tahun 2009 unit kerja ini telah ditetapkan menjadi Balai Layanan

Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang sebagai Unit Pelaksana

Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya berdasarkan Kepmen Nomor

PER.07/MEN/2009 tanggal 13 Maret 2009.

4.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan pengembangan usaha produksi

perikanan budidaya melalui pola pengembangan etalase dan inkubator usaha

perikanan budidaya.

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

mempunyai sepuluh fungsi, antara lain sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana, program dan evaluasi dibidang perekayasaan usaha

produksi perikanan budidaya air tawar, budidaya air payau dan laut.

2. Perekayasaan segmentasi dan analisis kelayakan skala usaha pembenihan,

pendederan dan pembesaran usaha produksi perikanan budidaya.

3. Percontohan usaha produksi perikanan budidaya dengan penerapan sertifikasi

sistem mutu budidaya perikanan.

4. Penerapan tata kelola kawasan usaha, analisis jenis dan tata guna faktor-

faktor produksi perikanan budidaya.

5. Pelayanan sarana produksi hasil produksi satuan kerja.

6. Pelaksanaan rancang bangun konstruksi, peralatan dan mesin sarana budidaya

serta analisis laboratorium.

7. Pelaksanaan diseminasi dan pendampingan usaha produksi perikanan

budidaya.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

32

8. Pelayanan akses kemitraan usaha produksi perikanan budidaya dan jasa

informasi usaha atau perpustakaan.

9. Penyelenggaraan lembaga sertifikasi sistem mutu usaha produksi perikanan

budidaya.

10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

4.1.3. Visi dan Misi

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

mempunyai visi yaitu “Pelayanan prima di bidang perikanan budidaya”

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

mempunyai misi yaitu “Terwujudnya pelayanan prima di bidang perikanan

budidaya sesuai dengan standar pelayanan”.

4.1.4. Letak Geografis dan Topografi

Luas kawasan Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya

(BLUPPB) sekitar 390 ha yang terdiri dari lahan balai seluas 256 Ha, tambak atau

kolam inti seluas 119 Ha, dan sisanya kawasan penyangga, fasilitas perumahan dan

kantor serta lahan plasma.Secara geografis BLUPPB Karawang wilayah sebelah

Utara berbatasan dengan Pantai Utara Jawa. Sebelah Selatan berbatasan dengan

Dusun Cimunclak. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Ciwadas. Sebelah

Barat berbatasan dengan Dusun Cipucuk dan Cikatet.

Peta lokasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)

Karawang dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan peta kawasan pengembangan

komoditas budidaya di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya

(BLUPPB) Karawang bisa dilihat pada Lampiran 3.

4.1.5. Struktur Organisasi

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

33

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.07/MEN/2009 tentang struktur organisasi dan tata kerja Balai Layanan Usaha

Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang terdiri dari Kepala Balai, Sub

bagian Tata Usaha, Seksi Teknik Usaha Produksi, Seksi Sarana Teknik, Seksi

Pelayanan Teknik dan Kelompok Fungsional yang dijelaskan sebagai berikut:

Susunan struktur organisasi pada Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan

Budidaya (BLUPPB) Karawang dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.1.6. Tenaga Kerja

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

mempunyai pegawai sejumlah 124 orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil

(PNS), Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), PNS Penyuluh dan Pegawai Kontrak

atau Tenaga Kerja Kontrak (TKK). Komposisi pegawai berdasarkan status

kepegawaian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian


No. Status Jumlah (Orang)
1. PNS 84
2. CPNS 7
3. PNS Penyuluh 2
4. Tenaga Kerja Kontrak 31
Jumlah 124
(Sumber: BLUPPB Karawang, 2022)

4.2. Sarana dan Prasarana

4.2.1. Sarana

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

mempunyai sarana untuk peroperasinya kegiatan yang terdiri sebagai berikut:

1. Kolam Budidaya

Kolam yang terdapat di BLUPPB Karawang berjumlah 511 buah yang

terdiri dari kolam untuk kegiatan budidaya berbagai macam jenis komoditas ikan

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

34

budidaya, baik budidaya air tawar, air payau dan air laut. Untuk budidaya air tawar

terdapat beberapa komoditas yaitu ikan lele, ikan mas, ikan nila, ikan patin dan ikan

sidat. Sedangkan komoditas air payau yang dibudidayakan antara lain ikan

bandeng, udang vannamei, udang windu dan kepiting soka. Komoditas air laut yang

dibudidayakan yaitu ikan kerapu, ikan kakap dan ikan bawal.

Kolam budidaya udang vanname super intensif blok A memiliki luas 600

m2 yang terdiri atas bak pemeliharaan udang sebanyak 12 unit, bak pengendapan

air sebanyak 5 unit, tandon biofilter sebanyak 2 unit, bak pengolah limbah (IPAL).

Bak pemeliharaan terbuat dari plastik HDPE dengan rangka besi wiremesh dengan

diameter bak 6 m2. Bak pemeliharaan dilengkapi dengan dengan saluran buang di

tengah bak dan instalasi pemasukan air. Bak pengendapan merupakan bak yang

berfungsi untuk mengolah air yang masuk dari saluran. Dari saluran air dipompa

untuk dimasukkan ke bak pengendapan. Bapak pengendapan sebanyak 5 unit,

terbuat dari tambak tanah yang dilapisi plastik HDPE dengan luasan setiap bak

sekitar 50 m2. Dari bak pengendapan air dipompakan ke tandon biofilter. Tandon

biofilter terdiri atas 2 unit bak dengan luasan setiap bak sebesar 300 m2. Tandon

biofilter pertama terdapat filter yang berupa batu split, karbon aktif dan batu zeolit.

Tandon biofilter kedua merupakan air siap pakai. Pada tandon ini diisi dengan ikan

dan tumbuh tanaman air berupa lumut atau rumput laut. Setelah dari bak biofilter

air dipompakan ke petak pemeliharaan.

Layout skema teknologi budidaya udang vannamei super intensif di MSF

Blok A dapat dilihat pada gambar 4.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

35

Gambar 4. Layout skema teknologi budidaya udang vannamei super intensif


MSF Blok A (Sumber: MSF Blok A BLUPPB Karawang, 2022)

Bak pemeliharaan juga dilengkapi dengan dengan sistem aerasi untuk

mensuplai kebutuhan oksigen bagi udang selama pemeliharaan. Pada bak

pemeliharaan sistem aerasi terdiri atas dua sistem yaitu sistem gantung

menggunakan batu aerasi sebanyak 26 titik pada bak dengan jarak antar titik 40-50

cm dan dua unit aerasi sistem air lift untik mengarahkan kotoran. Sumber udara

berasal dari mesin root blower. Penutup areal budidaya terbuat dari paranet

dipasang sebagai shading dari sinar matahari sekaligus berfungsi sebagai pengalau

burung.

Berikut desain air lift di MSF Blok A yang digunakan untuk mengarahkan

kotoran bisa dilihat pada gambar 5.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

36

Gambar 5. Desain air lift yang digunakan untuk mengarahkan kotoran


(Sumber: MSF Blok A BLUPPB Karawang, 2022)

2. Air

Air yang digunakan di BLUPPB Karawang selama kegiatan operasional

budidaya berasal dari sumur bor, Sungai Ciwadas, Sungai Cimunclak dan air laut.

Untuk kegiatan budidaya air laut, air yang digunakan langsung dari laut yang

sebelumnya diletakkan dalam tandon. Budidaya air payau menggunakan air yang

digunakan berasal dari Bak Campur Air (BCA) dimana pada bak tersebut air dari

laut dicampur dengan air yang berasal dari sungai Ciwadas dan Cimunclak.

Sedangkan untuk budidaya air tawar, air yang digunakan berasal dari Sungai

Ciwadas, Sungai Cimunclak dan sumur bor yang diproses pada kolam tandon

sebelum digunakan.

4.2.2. Prasarana

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang

mempunyai prasarana untuk peroperasinya kegiatan yang terdiri sebagai berikut:

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

37

1. Bangunan

Bangunan yang terdapat di BLUPPB Karawang berfungsi untuk

memperlancar kegiatan administratif dan kegiatan operasional balai. Jumlah

keseluruhan bangunan yang terdapat pada BLUPPB adalah 90 buah. Keseluruhan

bangunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 5. Jenis Bangunan beserta Jumlah pada BLUPPB Karawang


No. Jenis Bangunan Jumlah No. Jenis Bangunan Jumlah
1 Kantor Utama 1 12 Lab. Plankton 1
2 Aula 1 13 Cold Storage 1
3 Kantor 1 14 Gudang Persediaan 1
4 Perpustakaan 1 15 Pabrik Pakan 1
5 Bengkel 1 16 Kantin 1
6 Asrama 1 17 GOR 1
7 Perumahan Pegawai 68 18 Garasi 1
8 Guest House 4 19 Ruang Genset 1
9 Lab. Kualitas Air 1 20 Gardu Listrik 2
10 Lab. Nutri dan Pakan 1 21 Pos Satpam 1
11 Lab. Bakteri dan 1 22 Masjid 1
Parasit
(Sumber : BLUPPB Karawang, 2022)

Kolam budidaya udang vannamei super intensif MSF Blok A memiliki

rumah jaga tambak dimana digunakan sebagai tempat beristirahat bagi teknisi

tambak beserta tukang yang bekerja di Millenial Shrimp Farm (MSF) kolam

budidaya udang vannamei super intensif MSF Blok A, selain digunakan sebagai

tempat peristirahatan juga sebagai tempat kesekretariatan Millenial Shrimp Farm

(MSF) kolam bundar udang vannamei super intensif blok A, penyimpanan

peralatan, bahan - bahan campuran pakan dan penyimpanan pakan udang.

2. Tenaga Listrik

Sumber tenaga listrik di BLUPPB Karawang berasal dari Perusahaan Listrik

Negara (PLN) dan genset. Pasokan listrik dari PLN ada dua gardu, gardu pertama

dengan daya 690 kVA digunakan untuk kegiatan operasional budidaya dan gardu

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

38

kedua memiliki daya 415 kVA digunakan untuk memenuhi kebutuhan asrama,

kantor, laboratorium dan cold storage. Bila terjadi pemadaman yang dilakukan

PLN, terdapat dua buah genset dengan daya 500 kVA dan 350 kVA sebagai

pensuplai listrik untuk seluruh kegiatan yang terdapat pada BLUPPB Karawang.

3. Transportasi

Kondisi jalan yang terdapat di sekitar BLUPPB Karawang berupa jalan raya

beraspal dengan lebar sekitar empat meter sedangkan untuk jalan menuju

pertambakan masih dengan kondisi tanah berkerikil dan jalan beton. Jarak lokasi

dari jalan raya menuju pusat kota sekitar 20 km yang dapat dicapai dengan

kendaraan umum baik roda dua maupun roda empat. Data fasilitas kendaraan di

BLUPPB Karawang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 6. Fasilitas Kendaraan di BLUPPB Karawang


No Jenis Kendaraan Jumlah Keterangan
A Kendaraan Roda Dua :
1 Motor 20 Baik
B Kendaraan Roda Tiga :
2 Motor Kaisar 3 Baik
C Kendaraan Roda 4 dan Lebih
3 Mobil Dinas 8 Baik
4 Mobil Box 1 Baik
5 Truk 1 Baik
6 Dumper Truk 1 Baik
7 Pick up 2 Baik
8 Eskavator 10 Baik
(Sumber : BLUPPB Karawang, 2014)

4. Komunikasi

Alat komunikasi yang terdapat di BLUPPB Karawang meliputi telepon,

surat-menyurat, mesin fax, email dan jejaring sosial. Alat komunikasi ini digunakan

untuk hubungan komunikasi dinas antara pihak BLUPPB dengan dinas yang lain

dan juga dengan masyarakat baik untuk keperluan pelayanan maupun pemasaran.

4.3. Teknik Pembesaran Udang Vannamei

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

39

Teknik Pembesaran Udang Vanname yang digunakan oleh Tambak Super

Intensif Udang Vanname (Litopenaeus vanname) Balai Layanan Usaha Produksi

Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang blok A meliputi persiapan bak,

pengisian air, penebaran benur, manajemen pemeliharaan (pakan, kalitas air,

pertumbuhan), pengendalian hama dan penyakit serta panen.

4.3.1. Persiapan Bak

Persiapan bak merupakan tahap awal budidaya, dilakukan dengan sterilisasi

bak, perbaikan bak jika terjadi kebocoran, perbaikan sarana dan prasarana lapang

serta, pemberisihan tandon, dan penataan aerasi. Sterilisasi bak dilakukan dengan

penyiraman dinding bak dengan kaporit 50 ppm dengan digosok menggunakan

sikat, dilanjutkan dengan pembilasan dengan air tawar dan pengeringan hingga bau

kaporitnya hilang. Hal ini sesuai dengan pendapat Muqsith dan Afrianto (2014)

bahwa bak yang telah dibilas dipastikan bersih dan tidak bau. Penggunaan kaporit

ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen dalam bak (Rakhfid dkk.,

2017).

Kemudian setting aerasi atas (batu aerasi) setiap bak sebanyak 26 titik aerasi

dengan jarak antar titik 40-50 cm. Lalu dilanjut dengan setting airasi sistem air lift

saat bak sudak terisi air. Pemberian aerasi dilakukan terus-menerus selama 24 jam.

Aerasi merupakan salah satu proses dari transfer gas yang lebih dikhususkan pada

transfer oksigen dari fase gas ke fase cair. Fungsi utama aerasi dalam pengolahan

air adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen

terlarut dalam air dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air

(Daging dkk., 2022).

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

40

4.3.2. Persiapan Air Budidaya

Pengisian air menggunakan air dari muara pada saat pasang yang telah

melalui proses pengendapan di tandon. Tempat air yang masuk dilengkapi saringan

untuk mencegah masuknya hama bibit predator, ikan liar, dan pembawa inang

penyakit (Lisnawati dan Azzahra, 2018). Sebelum air laut digunakan untuk

mengairi kolam udang vannamei, maka perlu dilakukan pengendapan terlebih

dahulu yang fungsinya untuk memperbaiki kualitas air. Pengendapan pada

budidaya udang vannamei di MSF ini dilakukan pada 5 bak tandon tanpa perlakuan

zat kimia apapun disertai dengan aerasi tiap tandon yang kemudian dialirkan pada

2 bak tandon biofilter yang berisi rumput laut dan ikan nila. Gracilaria sp. yang

berada pada petak biofilter digunakan sebagai filter untuk menyerap nitrogen dalam

bentu knitrat dan fosfor dalam bentuk fosfat, yang dapatmenurunkan kualitas air

tambak dan akan berdampak pada menurunnya produktivitas udang (Agustina dkk.,

2018).

Setelah melewati proses pengendapan, bak diisi air hingga ketinggian 1 m.

Kemudian dilakukan proses desinfeksi/sterilisasi air media menggunakan kaporit

dengan dosis 30 ppm. Kaporit (Ca(OCl2)) berfungsi untuk mereduksi zat organik

yang bersifat toxic, mengoksidasi logam berat, dan sebagai desinfeksi terhadap

mikroorganisme patogen (Cita dkk., 2013). Supomo (2017) juga mengatakan,

Kaporit bertujuan untuk membunuh bibit penyakit dan organism lain yang

merugikan yang dapat digunakan secara langsung. Kaporit sering digunakan untuk

desinfeksi karena dalam reaksinya menghasilkan klor bebas aktif (HOCl dan OCl),

bersifat desinfektan yang dapat membunuh bakteri, alga (bersifat phytotoxic), dan

organisme lainnya (Supomo, 2017). Selain itu menurut Supomo (2017) Klor juga

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

41

dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe2+ dan Mn2+ menjadi Fe3+ dan Mn4+,

selain itu Kaporit juga bereaksi dengan amoniak dan senyawa nitrogen organik

yang digunakan untuk membasmi karier atau organisme pembawa penyakit udang

dengan dosis 20-30 mg/l bahan aktif. Residu kaporit akan hilang dalam waktu 48

jam. Waktu yang paling tepat untuk melakukan perlakuan kaporit adalah pada

waktu sore atau malam hari (Supomo, 2017).

Setelah itu ditambahkan kapur dengan dosis 20 ppm. Menurut Andriyanto

dkk. (2013) pemberian kapur bertujuan untuk menaikan pH dan meningkatkan

alkalinitas, Kapur yang diaplikasikan ke dalam air dan akan mengikat ion hidrogen

(H+) sehingga mengurangi derajat keasaman atau meningkatkan pH air dan tanah.

Fungsi yang kedua adalah untuk meningkatkan alkalinitas dan hardness, Semakin

banyak kapur yang diaplikasikan maka semakin banyak CaCO3 yang digunakan

sehingga alkalinitas akan meningkat (Andriyanto, dkk 2013).

Selanjutnya, mulai dilakukan proses penumbuhan pakan alami.

Penumbuhkan mikroorganisme menguntungkan dalam budidaya diperlukan untuk

mendukung budidaya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Herawati dan

Hutabarat (2015) mengatakan bahwa pakan alami (phytoplankton) diyakini

berperan penting dalam menyumbangkan nutrisi bagi pertumbuhan udang

diperairan. Pakan alami mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi terutama protein

dan asam amino yang terkandung di dalamnya. Tahap penumbuhan

mikroorganisme dilakukan dengan berbagai tahapan meliputi, aplikasi probiotik

dan fermentasi.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

42

Penumbuhan pakan alami yang berupa klekap dan organisme renik lainnya

dilakukan dengan memberikan pupuk organik ke media pemeliharaan. Pemupukan

air tambak berupa pemberian pupuk organik maupun anorganik yang bertujuan

untuk menyuplai zat-zat yang dibutuhkan phytoplankton di dalam tambak

(Ernawati dan Rochmady, 2017). Menurut Fitriani et al. (2017), pemupukan

dilakukan untuk mendorong pertumbuhan pakan alami, berupa klekap, lumut,

plankton dan binatang renik yang banyak hidup di dasar tambak yang berguna bagi

makanan udang. Pupuk yang biasa digunakan adalah urea dan TSP dengan dosis

masing-masing 75 dan 100 kg/ha. Pupuk urea biasanya digunakan untuk memacu

atau menumbuhkan fitoplankton yang bersifat stabil di dalam tambak, sedangkan

pupuk TSP untuk menumbuhkan jenis phytoplankthon yang dapat memacu

berkembangnya zooplankthon yang dapat dijadikan sebagai pakan alami bagi

udang yang masih muda/kecil (Ratnawati dkk., 2015). Pupuk organik dapat dibuat

dengan melakukan penebaran hasil fermentasi pakan, molase, ragi dan probiotik.

Pupuk organik diaplikasikan beberapa hari sebelum udang ditebar. Pada proses

persiapan mulai diaplikasikan probiotik ke media pemeliharaan. Menurut Supomo

(2017) mengatakan aplikasi molase atau sumber karbon lainnya untuk merangsang

pertumbuhan bakteri heterotrof dengan menggunakan amonia sebagai sumber

nitrogen anorganik untuk membentuk protein pada bakteri.

4.3.3. Pemasangan dan Pengaturan Peralatan Bak

Pemasangan peralatan bak berupa microbubble, anco, aerator dan pipa

inlet-outlet. Selain itu, Microbubble merupakan alat yang dapat menghasilkan

gelembung udara kecil sehingga dapat meningkatkan oksigen terlarut dan

menurunkan ammonia hingga 95% (Baso et al., 2018). Microbubble yang

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

43

dihasilkan oleh generator memiliki sifat fisikokimia yang telah banyak

diaplikasikan sebagai alat untuk pengolahan air limbah pada air media

pemeliharaan (Rizky et al., 2022). Menurut Rizky et al. (2021) mengatakan

microbubble menghasilkan nilai DO dan kecepatan arus lebih tinggi yaitu masing-

masing 5,05 Mg/L dan kecepatan arus 0,299 m/s.

Selain itu microbubble juga berfungsi sebagai pengganti kincir dalam

pengumpulan endapan kotoran atau sisa pakan pada dasar bak menuju central

drain. Hal ini sesuai pernyataan dari Wulandari, dkk (2015), bahwa pengumpulan

kotoran pada dasar tambak diatur oleh kincir. Penggunaan anco diharapkan sebagai

alat bantu dalam mengestimasi tingkat konsumsi pakan harian untuk penyesuaian

kebutuhan pakan dari udang yang dipelihara dan menghindari terjadinya

overfeeding dalam sistem produksi budidaya (Bahri dkk., 2020).

Penambahan aerasi diduga mampu mempercepat penurunan bahan organik

dan karbondioksida di perairan. Pengaruh aerasi dalam penurunan bahan organik

disebabkan oleh adanya injeksi udara dari aerator yang meningkatkan kandungan

oksigen terlarut pada air limbah. Nilai oksigen terlarut yang semakin tinggi pada

air limbah akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme di dalamnya untuk

mendekomposisi bahan organik (Alvateha dkk., 2021).

4.3.4. Penebaran Benur

Petakan siap ditebari benur setelah 7-14 hari pengisian air. Salinitas media

saat penebaran harus tidak kurang dari 15 ppt. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Nababan dkk. (2015) menyatakan bahwa salinitas yang baik untuk pertumbuhan

berkisar antara 10-30 ppt. Benih udang vanname yang ditebar merupakan benih

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

44

udang dari hatchery (PL 10) karena pada umur tersebut udang sudah mulai bisa

beradaptasi dengan baik di lingkungan budidaya dan morfologi udang sudah

lengkap, didukung dengan pernyataan Mansyur dan Markus (2007) bahwa benur

PL-10 s.d 12 kriteria meliputi organ insang telah sempurna, seragam atau rata,

tubuh bening dan usus terlihat jelas, berenang melawan arus. Benih udang dari

hatchery ditransfer ke bak pemeliharan dengan sistem transportasi tertutup.

Menurut Santoso dkk. (2022) transportasi sistem tertutup biasanya diterapkan pada

jarak yang jauh dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi, hal ini disebabkan

karena adanya peningkatan laju metabolisme serta terjadinya kanibalisme karena

saat transportasi berlangsung, biota tidak diberi makan dan waktu angkut lebih lama

dari yang ditentukan.

Sebelum penebaran, sampel benih udang dicek penyakitnya (WSSV, EHP,

IMNV, AHPND) dengan metode PCR di laboratorium uji BLUPPB Karawang.

Menurut Yanti dkk. (2017) Pockit Real Time PCR adalah suatu metode analisa yang

dikembangkan dari reaksi PCR. Pockit Real Time PCR adalah suatu teknik

pengerjaan PCR di laboratorium untuk pengamplifikasi (memperbanyak) sekaligus

menghitung (kuantifikasi) jumlah target molekul DNA hasil amplifikasi tersebut.

Apabila benur hasil pengecekan laboratorium terdeteksi positif terinfeksi penyakit,

maka penebaran udang perlu untuk ditunda dan benih harus di matikan dengan

bahan desinfeksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rakasiwi dan Albastomi (2017)

bahwa upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap penyakit ini adalah

dengan melakukan tindakan mengisolasi daerah yang sedang terserang penyakit

serta pemusnahan dan penguburan terhadap udang yang terindikasi terserang

penyakit agar penyakit tidak menyebar luas. Jumlah benur untuk masing-masing

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

45

bak adalah 400 ekor/m3 atau untuk luasan bak 28 m2 dibutuhkan benur sebanyak

11.200 ekor. Perlu dilakukan uji bioassay sebelum penebaran dilakukan. Hal ini

untuk melihat reaksi udang terhadap media budidaya. Menurut Muliani dkk. (2016)

mengatakan uji bioassay dilakukan untuk melihat aktivitas anti-V. harveyi dan anti-

V. parahaemolyticus dari S. alba dan B. gymnnorrhiza dilakukan dengan teknik

“High Throughput Screening (Karuppusamy dan Rajasekaran, 2009).

4.4. Manajemen Pakan

Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu faktor penting dalam

kegiatan budidaya udang vannamei. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan.

Jenis pakan yang digunakan pada pembesaran udang vannamei adalah pakan buatan

dengan penyesuaian ukuran pakan dengan ukuran udang. Pakan dengan nama

produksi Ruby De Heus memiliki kandungan protein 36% (Starter) – 34% (Grower)

yang digunakan dari DOC 0-110. Pemberian kadar protein berbeda bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan pada udang sampai maksimal pada DOC 0-50 dan

diberikan pakan protein lebih rendah pada DOC 50-90 karena hanya digunakan

untuk mempertahankan hidup udang tidak lagi fokus untuk pertumbuhan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Ulumiah dkk. (2020), bahwa pemberian pakan buatan

berbentuk pelet dapat dimulai sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun

ukuran dan jumlah pakan yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat

sehingga udang tidak mengalami kekurangan pakan atau kelebihan pakan.

Pemberian pakan dalam jumlah yang tepat dapat membuat udang tumbuh dan

berkembang menjadi ukuran yang maksimal.

Pakan yang digunakan selama proses pembesaran udang vannamei di MSF

Blok A BLUPPB Karawang bisa dilihat pada tabel berikut

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

46

Tabel 7. Pakan pembesaran udang vannamei MSF Blok A


Umur udang Bentuk Nomor
No.
(hari) Pakan Pakan
1 -15 Powder 0
2 16-30 Crumble 1A
3 31-45 Crumble 1A+2A
4 46-60 Crumble 2A
4 61-75 Pellet 2A+3A
5 76-90 Pellet 3A
6 91-105 Pellet 3A+4A
7 106-110 Pellet 4A
(Sumber : MSF Blok A BLUPPB Karawang)

Jenis stadia atau umur pemeliharaaan udang, pakan yang diberikan

mempunyai jenis dan ukuran yang berbeda. Tujuannya adalah supaya pakan dapat

dimakan oleh udang seefektif mungkin. Pakan yang diberikan pada udang

vannamei merupakan pakan buatan dalam bentuk powder, crumble, dan pellet

tujuannya agar pakan yang diberikan bisa sesuai dengan bukaan mulut udang

(Untara dkk., 2018).

Manajemen pakan di MSF Blok A BLUPPB Karawang ini dilakukan secara

blind feeding hingga umur pemeliharaan udang 30 hari. Pemberian awal pakan

dimulai dengan jumlah 2,5-3 Kg pakan untuk 100.000 benur, selanjutnya jumlah

pakan dinaikkan secara perlahan. Menurut Ariadi dkk. (2021), blind feeding adalah

periode budidaya udang dengan pemberian pakan buta selama 30 hari awal masa

budidaya karena prosentase survival rate dan biomassa udang yang belum diketahui

dengan pasti. Pada masa blind feeding ini, udang mulai dilatih untuk naik ke dalam

anco, serta pemberian pakan pada anco dilakukan bila terdapat udang pada anco

dengan populasi lebih dari 30 ekor.

Setelah umur pemeliharaan 30 hari hingga panen manajemen pakan

berdasarkan feeding rate dari hasil sampling biomassa udang dan kontrol anco. Hal

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

47

ini sesuai dengan pendapat Iskandar dkk. (2022), bahwa kontrol anco dilakukan

sebagai bahan pertimbangan untuk menambah atau mengurangi pakan dengan

memperhatikan target pakan mingguan. Penambahan pakan dapat melebihi target

apabila dari hasil kontrol anco menunjukkan bahwa udang memiliki nafsu makan

yang baik. Fungsi lain dari pengecekan anco yaitu mengetahui populasi udang,

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan keseragaman udang, serta kesehatan

udang.

Pemberian pakan dilakukan dengan feeding frekeuensi sebanyak 6 kali

sehari pada jam 07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00 dan 22.00. Sifat udang yang

mampu mencerna makanan selama 3−4 jam dengan memperhatikan kondisi

lingkungan dan kesehatan udang sehingga pakan tidak terbuang sia-sia. Pada

malam hari, udang tidak diberi pakan sampai keesokan harinya yang berkaiatan

dengan peningkatan nafsu makan udang, metabolisme dan akumulasi sisa pakan

(Mulyani et al., 2014).

Pakan yang akan diberikan dicampur terlebih dahulu dengan formulasi

pakan secara langsung. Prosedur pencampuran dilakukan dengan menimbang

pakan sesuai dosis. Kemudian bahan formulasi ditimbang dan dicampur secara

terpisah. Setelah itu baru dicampurkan semua formulasi secara manual dengan

tangan. Pakan yang sudah dicampur dieramkan semalam sebelum diberikan untuk

udang. Berikut formulasi pakan yang digunakan pada budidaya udang di MSF Blok

A pada tabel 10,

Tabel 8. Formulasi pakan MSF Blok A BLUPPB Karawang


NO BAHAN DOSIS SATUAN
1 Pakan Sesuai program pakan Kg
2 Molase 50% dari pakan Kg

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

48

3 Azomit 3 gr/kg pakan Gram


4 Bawang putih 10 gram/kg pakan Gram
4 Biolakto 1 gram/kg pakan Gram
5 EM4 5 ml/kg pakan Ml
6 Shrimp gold 1 gram/kg pakan Gram
7 Air tawar Secukupnya L
(Sumber: MSF Blok A BLUPPB Karawang)
Tujuan pencampuran probiotik seperti molase, biolakto dan EM4 dengan

pakan adalah agar probiotik dapat diserap oleh lambung udang, sehingga

meningkatkan kesehatan dan nafsu makan udang (Widanarni et al., 2012).

Penambahan molase pada pakan berfungsi sebagai sumber C karbohidrat yang

dapat dimanfaatkan secara langsung oleh bakteri heterotrof yang selanjutnya

bakteri tersebut akan menggunakan N anorganik terutama amonia dalam air dan

disintesis menjadi protein bakteri dan juga sel tunggal protein yang dapat digunakan

sebagai sumber pakan bagi udang atau ikan yang dipelihara. Menurut Iskandar dkk.

(2022), perlakuan fermentasi probiotik dilakukan sebelum probiotik dicampurkan

dengan pakan, yang bertujuan agar pada saat probiotik masuk ke dalam tubuh udang

melalui pakan dapat bekerja secara optimal. Untara dkk. (2018) juga mengatakan,

fermentasi adalah suatu proses metabolisme untuk merombak senyawa organik

kompleks menjadi lebih sederhana. Umumnya tujuan fermentasi adalah untuk

memecah kandungan serat, protein dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih

sederhana. Biolakto merupakan produk yang berisi probiotik yang berperan penting

untuk memperbaiki fungsi pencernaan, meningkatkan proses penyerapan nutrisi,

dan stimmuno plus berfungsi untuk melengkapi nutrisi essensial untuk

pertumbuhan dan meningkatkan kekebalan tubuh pada udang (Widanarni et al.,

2012). Effective Microorganisme 4 (EM4) perikanan merupakan produk dengan

kandungan probiotik Lactobacillus casei dan Saccharomyces cerevisiae yang

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

49

berfungsi untuk meningkatkan kualitas air dan apabila ditambahkan dalam pakan

dapat menguntungkan bagi metabolisme inang (Rarassari et al., 2021).

Aplikasi immunostimulan pada pakan bertujuan untuk meningkatkan

pertahanan tubuh udang dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang

vannamei dari 10% hingga 84% (Mahasri, 2013). Aplikasi antibiotik juga

ditambahkan seperti bawang putih pada pakan. Menurut Kusumasyari dkk. (2022)

bawang putih mengandung antibiotik alisin yang mampu mengendalikan bakteri

gram positif maupun gram negatif. Menurut Amalia dan Arumsari (2020),

meskipun dikatakan bahwa alisin dalam bawang putih memiliki peran utama

terhadap aktivitas antibakteri, tetapi penambahan starter fermentasi menghasilkan

senyawa lain yang ternyata juga menunjang aktivitas antibakteri bawang putih

seperti bakteriosin, pediocins dan senyawa turunan alisin. Pencampuran bawang

putih dengan bakteri asam laktat Lactobacillus dan Saccharomyces dapat

meningkatkan komponen bioaktif, meningkatkan kadar flavonoid dan polifenol

serta menyebakan perubahan senyawa organosulfur sehingga berpengaruh terhadap

efek farmakologi, peningkatan kapasitas antioksidan dan antibakteri. Shrimp gold

merupakan feed additive untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap

serangan Vibrio, BGA, virus, EMS, Dinoflagelata, Protozoa, dan White Feses

(Mahasri, 2013).

4.5. Pertumbuhan

Data pertumbuhan udang diamati melalui proses sampling pertumbuhan

udang. Sampling pertumbuhan dilakukan setelah udang berumur 30 hari,

selanjutnya rutin dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengamatan pertumbuhan

dilakukan dengan mengambil udang secukupnya dengan anco, selanjutnya

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

50

ditimbang biomassanya menggunakan timbangan digital. Pada saat sampling

dilakukan perhitungan berat rerata udang (MBW), pertumbuhan harian udang

(ADG). Hal ini sesuai dengan pendapat Andriyanto dkk. (2013) bahwa sampling

dilakukan pada udang DOC > 30 dengan cara mengambil dari anco 20-30 ekor lalu

ditimbang menggunakan timbangan digital. Data hasil sampling kemudian

ditentukan nilai dari ABW (Average Body Weight) dan ADG (Average Daily

Growth). ABW adalah berat rata-rata dari udang yang didapatkan melalui samping,

sedangkan ADG adalah pertumbuhan rata-rata harian udang (Edhy, dkk. 2010).

Hasil perhitungan ABW dan ADG pada 12 bak yang dirata-rata tiap sampling

(DOC 30-70), dapat dilihat pada gambar 4.5.

Average Body Weight


12 10.563
10 8.274
8 6.245
Hasil

6 4.476
4 2.967

2
0
30 40 50 60 70
DOC

Grafik 1. Pertumbuhan udang ABW dan ADG MSF Blok A.

Average Daily Growth


0.3 0.267
0.241
0.25 0.215
0.189
0.2 0.163
Hasil

0.15
0.1
0.05
0
40 50 60 70 80
DOC

Grafik 2. Pertumbuhan udang ADG MSF Blok A

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

51

Nilai ABW dan ADG mengalami peningkatan beriringan dengan lama DOC

hal ini menunjukkan bahwa manajemen budidaya di MSF Blok A BLUPPB

Karawang berjalan dengan baik. Menurut Purnamasari dkk (2017) pertumbuhan

udang akan baik apabila ketersediaan pakan sebagai sumber nutrisi untuk tumbuh

tercukupi, dan kondisi lingkungan perairan yang optimal.

4.6. Manajemen Kualitas Air

Kualitas air hasil pengukuran di MSF Blok A BLUPPB Karawang super

intensif dilakukan setiap harinya pada pagi hari (05.00) dan sore hari (15.00)

dengan parameter yang diukur yakni suhu, pH, dan DO. Pengukuran kualitas air di

Laboratorium juga dilakukan setiap minggunya di hari selasa.

Suhu
28.2 28.07 28.02
27.97
28 27.9
27.78 27.79
Suhu (℃)

27.8 27.68

27.6 27.5

27.4
27.2
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 3. Hasil pengukuran suhu MSF Blok A

Pengukuran suhu air pada kolam budidaya dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu

pagi hari (05.00) dan sore hari (15.00) serta pengukuran secara laboratorium setiap

minggunya dengan nilai suhu berkisar 27-28℃ yang bisa dilihat pada grafik 3.

Berdasarkan hasil yang didapat dapat dibandingkan dengan literatur bahwa nilai

suhu pada MSF Blok A masih optimal. Nilai suhu selama kegiatan mengalami

fluktuasi dikarenakan perubahan cuaca pada lokasi budidaya.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

52

Suhu optimal yang diperlukan oleh udang vannamei yaitu berkisar antara

28- 32℃, pada kisaran suhu tersebut proses metabolisme dapat berjalan dengan

baik sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vannamei diharapkan

dapat optimal (Atmomarsono dkk., 2014). Suhu air berpengaruh terhadap kenaikan

tingkat respon nafsu makan udang, keberadaan suhu yang optimum stabil sepanjang

masa budidaya akan memberikan kenaikan terhadap peningkatan produktifitas

tambak berupa nafsu makan udang yang optimal (Ariadi, 2020).

Salinitas
25.5 24.9
25 24.6
24.2
24.5
Alinitas (ppt)

23.7
24 23.4
23.5 23.1 23
23 22.4
22.5
22
21.5
21
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 4. Hasil pengukuran salinitas MSF Blok A

Pengukuran salinitas menggunakan refraktometer setiap minggunya di

laboratorium. Hasil pengukuran didapatkan nilai salinitas yaitu 21-27 ppt yang bisa

dilihat pada grafik 4, berdasarkan hasil yang didapat dapat dibandingkan dengan

literatur bahwa nilai salinitas pada MSF Blok A optimal yakni berkisar pada 15-25

ppt (Atmomarsono dkk., 2014). Nilai salinitas pada kolam tersebut dipengaruh dari

cuaca, karena apabila hujan air budidaya mengalami pengenceran sehingga salinitas

menjadi turun.

Salinitas berkaitan erat dengan proses osmoregulasi pada organisme. Nilai

salinitas akan mempengaruhi osmoregulasi pada udang. Jika nilai salinitas terlalu

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

53

tinggi akan menyebabkan energi yang ada, hanya digunakan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup udang vannamei. Pada kondisi nilai salinitas

yang tidak bisa ditolerir akan menyebabkan sel tubuh membengkak (Tharavaty,

2014).

Kecerahan
39.50 39.23
38.85
39.00
Kecerahan (cm)

38.50 38.15 38.15 38.15


38.00 37.92
38.00 37.69

37.50
37.00
36.50
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 5. Hasil pengukuran kecerahan MSF Blok A

Kecerahan merupakan faktor yang berfungsi untuk mengetahui aktivitas

fotosintesa dalam perairan. Pengukuran kecerahan menggunakan Sechi-disk

berwarna hitam-putih dan dilakukan sesekali apabila diperlukan yaitu pada waktu

siang hari. Nilai kecerahan hasil pengukuran didapatkan kecerahan 30-47 cm yang

bisa dilihat pada grafik 5, Berdasarkan hasil yang didapat dibandingkan dengan

literatur bahwa nilai kecerahan pada MSF Blok A optimal.

Kecerahan optimal air pada tambak udang yaitu sekitar 20 – 40 cm, apabila

kecerahan air tambak dibawah 20 cm maka upaya yang dapat dilakukan yaitu

dengan melakukan pengenceran terhadap air tambak hingga didapatkan kecerahan

yang optimal untuk menunjang kehidupan udang budidaya (Atmomarsono dkk.,

2014). Faktor yang mempengaruhi nilai kecerahan yaitu keadaan cuaca, padatan

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

54

tersuspensi, kepadatan plankton serta faktor manusia seperti waktu pengukuran dan

ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Ghufron dkk., 2017).

pH
8.2 8.14 8.11
8.1
7.98
8 7.9
7.85 7.85
pH

7.9 7.82 7.82


7.8
7.7
7.6
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 6. Hasil pengukuran pH MSF Blok A

Pengukuran pH air pada tambak dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada waktu

pagi hari (05.00) dan sore hari (15.00) serta pengukuran secara laboratorium tiap

minggunya. Hasil pengukuran pada grafik 6. didapat nilai 7,3-8,8, berdasarkan hasil

yang didapat dapat dibandingkan dengan literatur bahwa nilai ph pada MSF Blok

A optimal. Menurut Atmomarsono dkk. (2014) mengatakan kisaran pH optimal

pada budidaya udang vannamei adalah sebesar 7,5-8.

pH air tambak pada sore hari lebih tinggi dibandingkan dengan pagi hari,

hal ini disebabkan karena pada sore hari telah terjadi penyerapan karbondioksida

(CO2) oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis. Sedangkan pada pagi hari kadar

CO2 hasil respirasi udang vannamei dan organisme lain dalam perairan cukup tinggi

(Ghufron dkk., 2017). Pemberian kapur tiap 2 kali dalam seminggu dilakukan untuk

menjaga kestabilan pH air budidaya. Menurut Andriyanto, dkk (2013) pemberian

kapur bertujuan untuk menaikan pH dan meningkatkan alkalinitas, Kapur yang

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

55

diaplikasikan ke dalam air dan akan mengikat ion hidrogen (H+) sehingga

mengurangi derajat keasaman atau meningkatkan pH air maupun tanah.

Selama proses budidaya berlangsung, pH mengalami penurunan (Grafik 5).

Menurut Yusuf dkk. (2021) konsentrasi karbon dioksida (CO2) yang terlarut dalam

air menjadi faktor yang mempengaruhi turunnya nilai pH. Penyebabnya adalah

karbon dioksida memicu naiknya konsentrasi ion hidrogen yang membuat kadar pH

air menurun. Itu artinya ketika karbon dioksida tinggi, secara otomatis pH air akan

menjadi asam. Kemudian pada kondisi terlarut, gas karbon dioksida bereaksi

dengan air dan membentuk asam karbonat.

DO
7.5 7.3
7.2
7.1
6.9
7 6.8
6.6
DO (ppm)

6.5 6.3 6.3

5.5
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 7. Hasil pengukuran DO MSF Blok A

Kelarutan oksigen dalam air merupakan parameter kunci dalam kehidupan

organisme air (Arifin dkk., 2014). Kelarutan oksigen pada MSF Blok A didapat

dilihat pada grafik 7 dengan nilai kisaran 6 – 8 ppm, hal ini menunjukan bahwa

kelarutan oksigen pada MSF Blok A termasuk optimal. Menurut Hidayat dkk.

(2017) kadar DO optimal yang dibutuhkan udang vannamei adalah > 3-7 ppm.

Pengukuran oksigen pada MSF Blok A dilakukan sebanyak 2 kali pada pagi hari

(05.00) dan sore hari (15.00) dan di laboratorium tiap minggunya. Pengukuran ini

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

56

dilakukan untuk mengetahui konsumsi oksigen oleh organisme seperti udang,

plankton dan mikroorganisme lainnya yang cukup tinggi sehingga konsentrasi

oksigen terlarut pada air menjadi turun (Tharavaty, 2014).

Pengaturan oksigen terlarut pada budidaya udang dilakukan dengan

pemberian microbubble dan aerasi sesuai dengan kepadatan dan biomassa udang.

Microbuble yang digunakan sebanyak 2 buah dan 26 titik aerasi dengan tekanan

udara yang semakin bertambah, hal tersebut diterapkan karena semakin lama

budidaya, maka mikroorganisme dalam perairan budidaya akan meningkat

jumlahnya dan menyebabkan kebutuhan oksigen semakin meningkat. Ketersediaan

oksigen terlarut pada udang mempengaruhi tingkat konsumsi pada udang. Tingkat

konsumsi udang akan menurun jika oksigen dalam air tidak terpenuhi dan

mengakibatkan penurunan kondisi kesehatan udang bahkan menyebabkan

kematian pada udang (Budiardi, dkk. 2007).

Nilai DO cenderung lebih rendah pada pagi hari dibandingkan siang atau

sore hari. Hal ini karena pada siang hari adanya aktivitas fotosintetis dari

fitoplankton yang menghasilkan oksigen. Keadaan sebalikanya pada malam hari,

fitoplankton tidak berfotosintesis dan berkompetisi dengan udang dalam

mengkonsumsi oksigen. Oksigen terlarut dibawah 3 mg/l dapat menyebabkan

udang stress dan mengalami kematian. Untuk mngantisipasi kekurangan oksigen,

maka tambak dilengkapi dengan kincir air atau aerator (Arsad dkk, 2017).

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

57

Amonia (NH3)
0.04 0.03
0.03 0.03 0.03 0.02

Amonia (mg/l)
0.03 0.02 0.02 0.02
0.02 0.02
0.02
0.01
0.01
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 8. Hasil pengukuran amonia MSF Blok A

Amonia bisa berasal dari pakan yang tidak dimakan oleh udang maupun sisa

metabolisme dari udang. Hasil pengukuran amonia bisa dilihat pada grafik 8 dengan

kisaran nilai 0,002-0,062 mg/l. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa nilai

ammonia pada MSF Blok A optimal. Menurut Tangguda dkk. (2018) kandungan

amonia yang aman bagi udang yaitu kurang dari 0,5 mg/l. Ammonia yang tinggi

menyebabkan terbentuknya amonium yang bersifat racun bagi udang vannamei.

Menurut Kilawati dan Yunita (2014), kadar NH³ yang optimal untuk

pertumbuhan udang vannamei yaitu di bawah 0,01 ppm, sedangkan batas toleransi

NH3 sekitar 0,01-0,2 ppm. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kadar NH³

yang diluar optimal yaitu dengan aplikasi probiotik yang mengandung bakteri

nitrifikasi.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

58

Nitrit (NO2)
0.03 0.026
0.025

Nitrit (mg/l)
0.02 0.017 0.017
0.015
0.01 0.006 0.005 0.005 0.006
0.004
0.005
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 9. Hasil pengukuran nitrit MSF Blok A

Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan

nitrat serta antara nitrat dan gas nitrogen. Berdasarkan hasil pengukuran nitrit pada

MSF Blok A dapat dilihat pada grafik 9 dengan nilai kisaran 0-0,19 mg/l.

Berdasarkan hasil yang didapat dapat dibandingkan dengan literatur bahwa nilai

Nitrit pada MSF Blok A cukup baik. Menurut Atmomarsono dkk. (2014) nilai

optimum nitrit pada budidaya udang vannamei adalah berkisar 0 mg/l. Penerapan

probiotik dalam budidaya dapat mengatasi masalah tersebut karena dapat merubah

nitrit menjadi nitrat (Nasution dkk., 2015).

Nitrat (NO3)
1 0.84 0.84 0.83 0.83
0.77 0.79
0.73
0.8 0.63
Nitrat (mg/l)

0.6

0.4

0.2

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 10. Hasil pengukuran nitrat MSF Blok A

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

59

Nitrat (NO3) merupakan suatu bentuk akhir dari proses nitrifikasi. Hasil

pengukuran nitrat pada MSF Blok A dapat dilihat pada grafik 10 dengan nilai

kisaran 0,03-1,2 mg/l. Berdasarkan hasil yang didapat dapat dibandingkan dengan

literatur bahwa nilai nitrat pada MSF Blok A masih optimal. Nilai optimum nitrat

pada budidya udang vannamei adalah berkisar 3 mg/l. Tingginya nilai nitrat pada

media budidaya dapat menyebabkan blooming plankton sehingga persaingan untuk

mendapat oksigen dengan udang pada malam hari semakin tinggi (Praditia, 2009).

Pengendalian amonia, nitrit, dan nitrat pada perairan tambak dilakukan dengan cara

membuang endapan sisa pakan dan hasil metabolisme udang dengan bantuan kincir.

Selain itu dilakukan pengeceran dengan melakukan sirkulasi air (Andriyanto dkk.,

2013).

Total Alkalinitas
140.00 133.38 134.77 134.15
135.00
Alkalinitas (ppm)

130.00 123.85
125.00 119.62
120.00 115.92 116.69
114.08
115.00
110.00
105.00
100.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 11. Hasil pengukuran alkalinitas MSF Blok A

Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam,

tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) terhadap

pengaruh pengasaman. Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm)

(Efendi dalam Edward, 2015). Alkalinitas pada MSF Blok A dapat dilihat pada

grafik 11 dengan nilai kisaran 103-169 ppm, hal ini menunjukan bahwa alkalinitas

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

60

pada MSF Blok A termasuk optimal. Hal ini dikarenakan menurut Y.Y.Chen dkk

(2015) tingkat konsentrasi alkalinitas yang baik untuk udang vannamei adalah 80-

200 mg/l. Penurunan alkalinitas bisa diatasi dengan pengamuran. Meurut Amirna

dkk. (2013) pengapuran digunakan untuk meningkatkan alkalinitas total dan

diperlukan untuk kestabilan penyangga perairan.

Amonium (NH4)
0.60
0.49
0.50 0.43
Amonium (mg/l)

0.40 0.35
0.26 0.24
0.30 0.22 0.23 0.21
0.20
0.10
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-

Grafik 12. Hasil pengukuran amonium MSF Blok A

Amonium (NH4) merupakan senyawa yang terbentuk dari perombakan

protein dan sisa-sisa pakan dan hasil metabolisme udang pada suatu tambak. Dalam

keadaan pH tinggi senyawa ini sangat berbahaya karena dapat membentuk senyawa

amoniak (NH3) yang bersifat racun. Pengujian amonium dilakukan selama 4 hari

sekali, hasil pengukuran NH4 pada kolam MSF Blok A dapat dilihat pada grafik 12

dengan nilai kisaran 0,06-1,14 ppm, hal ini melebihi standar yaitu batas maksimal

kandungan amonium dalam air budidaya adalah 0,01 ppm (Ritonga dkk., 2021).

Total bakteri dan vibrio yang diperoleh pada air pembesaran udang

vanname di MSF Blok A bisa dilihat pada Tabel 11. Persentase perbandingan total

vibrio dan total bakteri MSF Blok A memiliki perbedaan tiap bak. Menurut

Tashlihan et al (2004), bahwa persentase perbandingan bakteri Vibrio dan bakteri

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

61

umum diperairan yang aman yaitu maksimal 1% untuk mencegah kematian massal

pada udang akibat penyakit vibriosis. Hal ini sesuai dengan pendapat Romano et

al., 2015, ketika kelimpahan bakteri Vibrio melibihi ambang batas pada media

pemeliharaan merupakan indikasi yang kurang menguntungkan untuk pertumbuhan

udang yang kematian massal udang budidaya dalam tambak dapat terjadi karena

bahan organic tinggi.

Tabel 11. Kalkulasi total vibrio dan total bakteri MSF Blok A
Bak Koloni Koloni Total TVC Total Bakteri %TVC/TPC
Kuning Hijau (TPC)
Bak 1 117 44 161 11.150 1,40%
Bak 2 165 33 197 18.125 1,10%
Bak 3 324 87 411 13.175 3,10%
Bak 4 235 59 294 14.900 2,00%
Bak 5 63 8 71 8.425 0,80%
Bak 6 63 13 76 10.025 0,80%
Bak 7 158 28 186 21.050 0,90%
Bak 8 99 1 100 2.900 3,40%
Bak 9 67 18 85 5.325 1,60%
Bak 10 146 26 172 16.150 1,10%
Bak 11 369 265 634 13.925 4,50%
Bak 12 498 62 560 14.300 3,90%
Biofilter 125 4 129 11.950 1,10%
(Sumber : Laboratorium BLUPPB, Karawang)
4.7. Manajemen Hama dan Penyakit

4.7.1. Penyakit

Udang yang di budidayakan di MSF Blok A BLUPPB Karawang selama

masa praktik kerja lapang terserang penyakit White Feces Disease. Penyebab udang

terserang penyakit adalah perubahan cuaca, pergeseran plankton, serta perubahan

suhu perairan memicu stres pada udang dan menyebabkan daya tahan tubuh udang

menurun. Penurunan daya tahan tubuh mengakibatkan udang lebih mudah

terjangkit penyakit (Kusumaningrum, 2012). White Feces Disease (WFD)

merupakansalah satu jenis penyakit yang sering menyerang udang vannamei yang

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

62

disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Gejala klinis yang ditimbulkan apabila udang

terserang White Feces Disease yaitu nafsu makan udang akan menurun, usus udang

mengalami perubahan warna menjadi putih dan bahkan terlihat kosong karena

kurangnya asupan makanan, adanya kotoran berwarna putih mengambang

dipermukaan perairan dan pertumbuhan udang menjadi tidak normal (Jayadi et al.,

2016). Menurut Kusumaningrum, (2012) penanganan terhadap penyakit di tambak

dilakukan saat awal budidaya dengan penerapan biosekuriti yang ketat berupa

pembuatan genangan larutan PK pada jalan masuk tambak agar benih penyakit dari

luar tidak sampai masuk pada wilayah tambak, sterilisasi air sebelum masuk pada

tambak budidaya udang, mencegah hewan lain yang diduga inang pembawa

penyakit masuk, seleksi benur kualitas baik, pemusnahan organisme agen pembawa

penyakit dan mikroorganisme pembawa penyakit. Udang yang telah terinfeksi pada

kolam budidaya

4.7.2. Hama

Hama yang ada pada budidaya MSF Blok A BLUPPB Karawang adalah

kepiting, yang merupakan golongan hama perusak. Selain kepiting, biawak juga

pernah memasuki bak yang membuat udang menjadi stress. Hama perusak yaitu

golongan penganggu, hama ini tidak memangsa dan tidak menyaingi udang tetapi

merusak lingkungan hidup bagi udang yang dipelihara, misalnya merusak dasar

bak, pematang, saluran dan pintu air sehingga mengakibatkan kebocoran-

kebocoran pada bak. Kepiting ini banyak ditemui pada bak tandon yang berlokasi

ditepi muara. Kepiting juga bisa menjadi inang antara penyakit bagi udang yaitu

bakteri genus Vibrio yang menjadi penyebab vibriosis pada udang diantaranya

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

63

adalah V. harveyi, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. anguillarum, V.

vulnificus, dan V. Splendidus (Feriandika et al., 2014).

4.8. Pemanenan

Pemanenan dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi udang dan harga

udang. Pemanenan di MSF Blok A BLUPPB Karawang dilakukan pada DOC 90-

120 apabila udang dalam keadaan sehat. Panen udang dapat dilakukan secara

parsial atau panen total. Panen parsial di MSF Blok A ini dilakukan pada DOC 56.

Panen parsial dilakukan untuk mengurangi beban media pemeliharan dan

mempercepat pertumbuhan udang. Panen parsial dilakukan apabila daya tampung

fisik atau lingkungan bak sudah terlampaui. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syah

dkk. (2017) bahwa tujuan dari panen parsial pada budidaya udang super intensif

yakni mengendalikan biomassa udang tidak melebihi batas daya dukung

lingkungan tambak, memberikan peluang udang yang tertinggal tumbuh secara

lebih baik akibat adanya pengurangan kondisi berjejal dan menurunnya beban

limbah sehingga udang hidup lebih nyaman. Daya tampung fisik bak di dasarkan

atas data pada siklus sebelumnya yaitu 2,5 – 3 kg/m3 udang, sedangkan daya

tampung lingkungan didasarkan pada nilai oksigen terlarut media kurang dari 3

ppm di pagi hari. Jadi apabila salah satu dari parameter tersebut terlampaui maka

perlu dilakukan panen parsial. Jumlah biomassa udang yang dipanen sebanyak 0,5-

1 kg/m2, sehingga biomassa udang di bak kurang dari 2 kg/m2. Panen parsial

dilakukan dengan cara mengambil sebagian udang menggunakan jaring. Panen

parsial dilakukan pada pagi hari untuk menghindari udang molting dan DO rendah.

Menurut Syah dkk. (2017) parameter penting yang perlu dipertimbangkan dalam

panen parsial udang vanname adalah laju pertumbuhan dan sintasan yang akan

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

64

menentukan jumlah biomassa udang dalam petakan tambak, persentase udang yang

akan dipanen, ukuran dan waktu panen parsial, jumlah panen parsial yang akan

dilakukan selama budidaya, dan harga udang pada ukuran panen baik panen parsial

maupun panen total.

Panen total dilakukan ketika size udang telah mencapai > 50 atau 20 gram.

Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar (100 – 30 ind./kg). Untuk

mendapatkan kualitas udang yang baik, sebelum panen dapat dilakukan

penambahan dolomit untuk mengeraskan kulit udang dengan dosis 6 - 7 ppm. Selain

dolomit juga dapat menggunakan kapur CaOH dengan dosis 5 – 20 ppm sehari

sebelum panen untuk menaikkan pH air hingga 9 agar udang tidak molting. Udang

telah mencapai ukuran 100 ind./kg (dipanen sebanyak 20 - 30% dari jumlah udang)

(WWF, 2014). Pemanenan dilakukan dengan cara mengurangi volume air pada

kolam dengan cara mengalirkan air pada outlet. Udang ditangkap menggunakan

jaring kemudian dimasukkan ke bak-bak pengangkut untuk dipindahkan pada

tempat Grading. Udang digolongkan dengan 2 yaitu jenis Fresh dan Undersize.

Udang dengan ukuran Fresh tergolong kedalam ukuran hasil pengukuran sampling,

sedangkan ukuran Undersize tergolong kedalam ukuran dibawah hasil pengukuran

sampling.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

63

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai

berikut :

1. Pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di MSF Blok A

BLUPPB Karawang terdiri dari persiapan bak, persiapan air budidaya,

pemasangan dan pengaturan peralatan bak, penebaran benur, manajemen

pakan, pertumbuhan, manajemen kualitas air, manajemen hama dan penyakit

serta pemanenan yang menggunakan sistem budidaya super intensif pada

padat tebar 400 ekor/m3.

2. Permasalahan yang terjadi pada teknik pembesaran udang vannamei

(Litopenaeus vannamei) di MSF Blok A BLUPPB Karawang adalah

penurunan kualitas air, pertumbuhan rendah dan adanya penyakit White Feces

Disease.

5.2. Saran

Perlu adanya perbaikan dalam manajemen budidaya meliputi manajemen

pakan, kualitas air dan penerapan biosecurity guna mencapai keberhasilan dalam

usaha pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei).

63

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

64

DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, F., A. Efani dan H. Riniwati. 2013. Analisis Faktor-Faktor Produksi


Usaha Pembesaran Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) di Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur; Pendeka-tan Fungsi Cobb-
Douglass. Jurnal ECSOFiM, 1 (1): 82-96.

Agustiana, L, Lisnawati, dan S. D, Azzahra. 2018. Gracilaria For Tadang:


Pemanfaatan Rumput Laut Gracilaria sp. Untuk Biofilter Tambak Udang
Di Pantai Trisik. Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa. 2(1):
1-9.

Alvateha, D., D. Arfiati, dan S. Lailiyah. 2021. Penambahan Konsorsium Bakteri


Dan Aerasi Pada Upaya Penurunan Bahan Organik Air Sisa Budidaya
Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Indonesian Journal of Fisheries
Community Empowerment, 1(3): 225-230.

Amirna, O., R., Iba dan A. Rahman. 2013. Pemberian silase ikan gabus pada pakan
buatan bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vanname
(Litopenaeus vannamei) pada stadia post larva. Jurnal Minat Indonesia.
1(1): 93-103.

Anwar, S., dan A. Abdurrohman. 2020. Pemanfaatan Teknologi Internet Of Things


Untuk Monitoring Tambak Udang Vanname Berbasis Smartphone Android
Menggunakan Nodemcu Wemos D1 Mini. Jurnal Teknologi Informasi dan
Elektronika, 5(2): 77-83.

Ariadi, H., Wafi, A., Supriatna, S., dan Musa, M. 2021. Tingkat Difusi Oksigen
Selama Periode Blind Feeding Budidaya Intensif Udang Vanname
(Litopenaeus vannamei). Rekayasa, 14(2): 152-158.

Arief M, Fitriani N, dan Subekti S. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda


Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6(1):
49 – 53.

Arifin, M. Y., dan Supriyono, E. 2014. Total Hemosit, Glukosa Dan Survival Rate
Udang Mantis (Harpiosquilla Raphidea) Pasca Transportasi Dengan Dua
Sistem Yang Berbeda. Jurnal Kelautan Nasional, 9(2), 111-119.

Arliman, L. 2015. Partisipast Aktif dan Pasif Publik dalam Pembentukan Peraturan
Daerah Di Kota Payakumbuh. Jurnal Lex Librum. 11(1):227-238.

Arsad S., Afandy A., P Atika., Purwadhi., B Maya., V Dhira K., N Retno. 2017.
Study Of Vannamei Shrimp Culture (Litopenaeus vannamei) In Different
Rearing System. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. 9(1): 1 – 14.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

65

Bahri, S., Mardhia, D., dan Saputra, O. 2020. Growth and Graduation of Vannamei
Shell Life (Litopenaeus vannamei) with Feeding Tray (ANCO) System in
AV 8 Lim Shrimp Organization (LSO) in Sumbawa District. Jurnal Biologi
Tropis, 20(2): 279-289.

Boyd. C.E. 1990. Water Quality In Pond For Aquacuture. Alabama:Alabama


Aquaculture Station. Auburn University.

Cita., Dian, W., dan A, Retno. 2013. Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna
Kolam Renang di Sidoarjo. Journal Kesling. 1(1).

Daging, I. K., Prayitno, P., Wardana, I. G., Syarifudin, A., dan Sukismo, H. 2022.
Rancang Bangun Alat Aerasi Mikro Bubble Pada Budidaya Air
Tawar. Journal of Innovation Research and Knowledge, 2(1): 239-244.

Darwantin, K., R. Sidik, G. Mahasri. 2016. Efisiensi penggunaan imunostimulan


dalam pakan terhadap laju pertumbuhan, respon imun dan kelulushidupan
udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Jurnal Biosains
Pascasarjana, 18(2): 123-139.

Edi, M. H., Nasuki, N., Alauddin, M. H. R., Abrori, M., Ritonga, L. B., Primasari,
K., dan Rizky, P. N. 2021. Pengaruh Penggunaan Microbubble Terhadap
Kelimpahan Plankton Pada Budidaya Udang Vannamei. Chanos
chanos, 19(2): 155-60.

Ekaputri, R. A., Arief, M., dan Rahardja, B. S. 2018. Pengaruh Penambahan


Kitosan pada Pakan Komersial terhadap Laju Pertumbuhan Spesifik dan
Retensi Protein Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Journal of
Marine and Coastal Science, 7(2): 39-50.

Elovaara A.K, 2001. Shrimp Forming Manual. Practical Technology Intensive


Commercial Shrimp Production.United States of Amerika, Hal.16- 18.

Erlando, G., Rusliadi dan Mulyadi. 2015. Increasing Calcium Oxide (CaO) to
Accelerate Moulting and Survival Rate Vannamei Shrimp (Litopenaeus
vannamei). Aquaculture Technology Laboratory. Faculty of Fisheries and
Marine Sciences. University of Riau. 7 hal.

Ernawati E., dan R. Rochmady. 2017. Effect Of Fertilization And Density On The
Survival Rate And Growth Of Post-Larva Of Shrimp Vanname
(Litopenaues vannamei). Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil. 1(1):1-10.

Fahmi. 2000. Beberapa Jenis Ikan Pemangsa di Tambak Tradisional dan Cara
Penangananya. Jurnal Oseana. 25(1):21-30.

Feriandika, F. B; Sarjito; S. B. Prayitno. 2014. Identifikasi Agensia Penyebab


Vibriosis pada Penggemukan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Pemalang.
Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2): 126-134.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

66

Fitriani F., F. Fendi, dan R. Rochmady. 2017. Effect Of Inorganic Fertilizer


(NPK+Silicate) With Different Dosage To Skeletonema Costatum Density
On Hatchery Of Tiger Shrimp. Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. 1(1):11–18.

Fuady, M. F., dan M. Nitisupardjo. 2013. Pengaruh pengelolaan kualitas air


terhadap tingkat kelulushidupan dan laju pertumbuhan udang vanname
(Litopenaeus vannamei) di PT. Indokor Bangun Desa,
Yogyakarta. Management of Aquatic Resources Journal
(MAQUARES), 2(4): 155-162.

Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., dan Suprapto, H. 2018. Teknik pembesaran
udang vanname (Litopenaeus vannamei) pada tambak pendampingan pt
central proteina prima tbk di desa randutatah, kecamatan paiton,
probolinggo, jawa timur. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2): 70-
77.

Gunarto, G., Suwoyo, H. S., dan Syafaat, M. N. 2012. Budidaya Udang Vannamei,
Litopenaeus vannamei Pola Intensif Dengan Penambahan Molase. In
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (pp. 469-478).

Hafina, A., Sipahutar, Y. H., dan Siregar, A. N. 2021. Penerapan Gmp Dan Ssop
Pada Pengolahan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Kupas Mentah
Beku Peeled Deveined (Pd). Aurelia Journal. 2(2): 117-131.

Hakim, L.N. 2013. Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit. Jurnal
Aspirasi. 4(2):165-172.

Haliman, R.W dan Adijaya, D.S 2005. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang
Putih yang Tahan Penyakit. Udang Vannamei. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasanah, H. 2016. Teknik-Teknik Observasi. Jurnal at-Taqaddum. 8(1):21-46.

Herviani, V dan A. Febriansyah. 2016. Tinjauan Atas Proses Penyusunan Laporan


Keuangan Pada Young Enterpreneur Academy Indonesia Bandung. Jurnal
Riset Akuntansi. 8(2):19-27.

Hidayat, K. W., I. A. Nabilah, S. Nurazizah, dan B. Gunawan. 2019. Pembesaran


udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Dewi Laut Aquaculture
Garut Jawa Barat. Journal of Aquaculture and Fish Health, 8(3), 123-128.

Isa, S. H., Ramlee, M. N. A., Lola, M. S., Ikhwanuddin, M., Azra, M. N., Abdullah,
M. T., dan Ibrahim, Y. 2021. A system dynamics model for analysing the
eco-aquaculture system of integrated aquaculture park in Malaysia with
policy recommendations. Environment, Development and Sustainability,
23(1): 511-533.

Iskandar, A., Trianto, Y., Hendriana, A., Lesmanawati, W., Prasetyo, B., dan
Muslim, M. 2022. Pengelolaan Dan Analisa Finansial Produksi Pembesaran

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

67

Udang Vanname Litopenaeus vannamei. Jurnal Perikanan Unram, 12(2):


256-267.

Jayadi, M., A. Prajitno, Maftuch. 2016. The identification of Vibrio spp. Bacteria
from Litopenaeus Vannamei Infected by White Feces Syndrome.
International Journal of ChemTech Research, 9: 448-452.

Karuppusamy, S., and Rajsekaran, K.M. 2009. High throughput antibacterial


screening of plnat extracts by resazurin redox with special reference to
medical plant of western ghats. Global journal of Pharmacology, 3(2): 63-
68.

Kepmen. 2013. Kep.03/KEPMENKP/2013.Tentang Penetapan Jenisjenis Hama


dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawadan Sebarannya.

Kharisma, A., dan Manan, A. 2012. The Abundance Of Vibrio sp. Bacteria On
Enlargement Water Of Whiteleg Shrimp (Litopenaeus vannamei) As The
Early Detection Of Vibriosis. In Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(2).

Kordi, M.G.H.K. 2007. Marikultur Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Penerbit
Andi. Yogyakarta. Hal: 315.

Kusumaningrum, H. D., dan Yanuardi, A. 2012. Kuantifikasi Reduksi Salmonella


typhimurium Pada Udang Segar Selama Penyimpanan Dingin Dengan
Penambahan Natrium Metabisulfit. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan,
23(2): 193.

Kusumasyari, D., Achyani, A., dan Widowati, H. 2022. Analisis Pakan Tambahan
Kombinasi Rempah Dan Probiotik Terhadap Ketahanan Tubuh Udang
Vanname (Litopenaeus vannamei). BIOLOVA, 3(2).

Lailiyah, U. S., S. Rahardjo, M. G. Kristiany, dan Mulyono, . 2018. Produktivitas


Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) Tambak Superintensif
di PT. Dewi Laut Aquaculture Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT), 1(1): 1-11.

Lilisuriani, L. 2020. Serangan Penyakit Virus Pada Udang Di Tambak Tanpa


Memperlihatkan Gejala Klinis. Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan, 9(1): 25-
32.

Lisnawati, L., dan S. D. Azzahra. 2018. Gracilaria For Tadang: Pemanfaatan


Rumput Laut Gracilaria sp. Untuk Biofilter Tambak Udang Di Pantai
Trisik. Jurnal Ilmiah Penalaran dan Penelitian Mahasiswa, 2(1), 1-9.

Malik, I. 2014. Budidaya Udang Vannamei: Tambak Semi Intensif dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). WWF-Indonesia. Jakarta. Hal. 3-30.

Manan, A., dan Putra, F. M. 2014. Monitoring of water quality on rearing ponds of
vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) in Situbondo, Jawa
Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6(2): 137-141.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

68

Mansyur A., dan Gunarto. 2007. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus


vannamei) di Tambak dengan Padat Tebar Berbeda Menggunakan Sistem
Pemupukan Susulan. Jurnal Riset Akuakultur. 2(1):167-176.

Martin, J.W. and G.E. Davis 2001. An updated classification of the recent
crustacean science series number 39. Natural History Museum of Los
Angeles Country, Los Angeles. 124 hal.

Mashari, S., R Nurmalina, dan S. Suharno. 2019. Dinamika daya saing ekspor
udang beku dan olahan Indonesia di pasar internasional. Jurnal Agribisnis
Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness), 7(1): 37-52.

Muhammad, H., M. L. Situmorang, Y. A. Djohan, P. Aditiawati, dan G. Suantika.


2016. Biological, technical, and financial feasibilities study of zero water
discharge (ZWD) system application in low salinity white shrimp
(Litopenaeus vannamei Boone) urban aquaculture, study case: Gresik
District, East Java, Indonesia. J Fisheries Livest Prod, 4(197): 2.

Muliani, M., Tampangallo, B. R., dan Atmomarsono, M. 2017. Aktivitas antibakteri


penyebab vibriosis terhadap udang windu dari ekstrak herbal mangrove
Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhiza. Jurnal Riset
Akuakultur, 11(3): 281-289.

Multazam, A. E., dan Hasanuddin, Z. B. 2017. Sistem monitoring kualitas air


tambak udang vanname. JURNAL IT, 8(2): 118-125.

Mulyani, Y., S. Yulisman., dan M. Fitrani. 2014. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Dipuasakan Secara Periodik. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. 2(1): 01-12.

Munchdar, F., Samadan, G. M., dan Utmona, F. 2021. Pengaruh pemberian dosis
tepung Maggot (Hermetia illucens) berbeda terhadap pertumbuhan Udang
Vanname (Litopenaeus vannamei) dalam wadah terkontrol. Jurnal Ilmu
Kelautan Kepulauan, 4(2): 380-395.

Muqsith A. dan Afrianto S. 2014. Manajemen Produksi Nauplius Udang Vanname


(Litopenaeus vannamei) Di Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Gelung
Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Jawa Timur.
Jurnal Ilmu Perikanan. 5(2).

Nababan, E., Putra I., dan Rusliadi. 2015. Pemeliharaan udang vanname
(Litopenaeus vannamei) dengan persentase pemberian pakan yang berbeda.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(2).

Nazir, M. 2011. Metode Peneleitian. Ghalia Indonesia. Yogyakarta. hal. 54-55 dan
193- 194.

Nurhidayati, M., B. Al Kindhi, dan F. I. Adhim. 2021. Implementasi Logika Fuzzy


untuk Kontrol pH dan Salinitas Air Tambak. Jurnal Teknik ITS, 10(2): 244-
249.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

69

Perez-Farfante, I. and B. Kenslev. 1997. Penaeoid And Sergestoid Shrimps and


Praws Of The World: Keys And Dignoses For The Families And Genera.
Paris, France 175: 10-55.

Purba, C. Y. 2012. Performa Pertumbuhan, Kelulushidupan, Dan Kandungan


Nutrisi Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Melalui
Pemberian Pakan Artemia Produk Lokal yang Diperkaya dengan Sel
Diatom. Journal of Aquaculture Management and Technology. 1(1):102-
115.

Purnamasari, I., D. Purnama, dan M. A. F. Utami. 2017. Pertumbuhan udang


vanname (Litopenaeus vannamei) di tambak intensif. Jurnal enggano, 2(1):
58-67.

Rahayu, A. 1986. Penyakit-Penyakit Pada Ikan-Ikan Laut. Jurnal Oseana.


11(3):101- 110.

Rahim, M. 2021. Budidaya Udang Vanname (litopenaeus vannamei) Super Intensif


Dengan Padat Tebar Berbeda Menggunakan Sistem Zero Water
Discharge. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 5(3): 595-
602.

Rahmawati, I., I.B. Hendrarto dan P.W. Purnomo. 2014. Fluktuasi Bahan Organik
dan Sebaran Nutrien serta Kelimpahan Fitoplankton dan Klo-rofil-A di
Muara Sungai Sayung Demak. Diponegoro Journal of Maquares, 3 (1): 27-
36.

Rakasiwi, S., dan Albastomi, T. S. 2017. Sistem pakar diagnosa penyakit udang
vannamei menggunakan metode forward chaining berbasis web. Simetris:
Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer, 8(2): 647-654.

Rakhfid, A., N. Baya, N. Bakri, dan F. Fendi. 2017. Pertumbuhan dan kelangsungan
hidup udang vannamei (Litopenaeus vannamei) pada padat tebar berbeda.
Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 1(2): 1-6.

Ratnawati, E., Asaf, R., dan A. Mustafa. 2015. Pengaruh Faktor Pengelolaan
Budidaya Tambak Terhadap Produktivitas Tambak Di Kecamatan Tayu
Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Riset Akuakultur, 3(2), 275-
287.

Ritonga, L., Sudrajat, M. A., dan Arifin, M. Z. 2021. Manajemen Pakan Pada
Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di Tambak Intensif
Cv. Bilangan Sejahtera Bersama. Chanos chanos, 19(2): 187-197.

Rizky, P. N., Ritonga, L. B. R., and Primasari, K. 2022. Use of microbubble


generator on the growth vannamei shrimp culture. In IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science. 1036(1).

Romadhona, B., B. Yulianto dan Sudarno. 2015. Fluktuasi Kandungan Amonia dan
Beban Cemaran Lingkungan Tambak Udang Vannamei Intensif dengan

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

70

Teknik Panen Parsial dan Panen Total. Universitas Diponegoro. Jurnal


Saintek Perikanan 11(2): 84-93.

Romano, N., Koh, C. B., dan Ng, W. K. 2015. Dietary microencapsulated organic
acids blend enhances growth, phosphorus utilization, immune response,
hepatopancreatic integrity and resistance against Vibrio harveyi in white
shrimp, Litopenaeus vannamei. Aquaculture, 435: 228–236

Rumanti, M., Rudiyanti, S., dan Nitisupardjo, M. 2014. Hubungan Antara


Kandungan Nitrat dan Fosfat Dengan Kelimpahan Fitoplankton di Sungai
Bremi Kabupaten Pekalongan. Management of Aquatic Resources Journal,
3(1), 168-176.

Sahrijanna, A., dan S. Sahabuddin. 2014. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan Sistem Pernggiliran Pakan di
Tambak Intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur : 313-320.

Santoso, M., Pramono, T. B., Nurkhasanah, A., dan Putra, J. J. 2022. Pengaruh
Waktu Transportasi Sistem Tertutup Terhadap Kelangsungan Hidup Udang
Red Cherry (Neocaridina heteropoda). Clarias: Jurnal Perikanan Air
Tawar, 3(1): 18-27.

Saragih, M dan Erizka, W. 2018. Keanekaragaman Fitoplankton Sebagai Indikator


Kualitas Air Danau Sipin Di Kota Jambi. Jurnal Daur Lingkungan. 1(1): 22-
28

Sari, N. I., dan Ikbal, M. 2020. Frekuensi Pemberian Pakan Alami Jenis
Chaetoceros Sp yang dipupuk Cairan Rumen Terhadap Perkembangan
Sintasan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Stadia Zoea
Sampai Mysis. OCTOPUS: Jurnal Ilmu Perikanan, 9(1): 1-9.

Scabra, A. R., Satria, I., Marzuki, M., dan Setyono, B. D. H. 2021. The Influence
Of Different Aclimatization Times On Survival Rate And Growth Of
Vanname Shrimp (Litopeneaus vannamei). Jurnal Perikanan
Unram, 11(1): 120-128.

Singestecia, R., E. Handoyo dan N. Isdaryanto. 2018. Partisipasi Politik Masyarakat


Tionghoa dalam Pemilihan Kepala Daerah di Slawi Kabupaten Tegal.
Unnes Political Science Journal. 2(1):63-72.

SNI 01-7246-2006. Produksi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Di


Tambak dengan Teknologi Intensif. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI 7549-2009. Persyaratan Mutu Pakan untuk udang Vannamei (Litopenaeus


vannamei). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Sucharitha, V., dan Jyothi, S. 2013. An identification of penaeid prawn species


based on histogram values. International Journal of Advanced Research in
Computer Science and Software Engineering, 3(7): 809.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

71

Suharyadi. 2011. Budidaya Udang Vannamei (Litoprnaeus Vannamei). Kementrian


Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal 3-6, 32.

Supomo.2017. Teknologi Produksi Udang. Bandar Lampung. Hal 1 – 129.

Sutomo, Ratna K., Eva Tri Wahyuni, dan Maria Gorrety Lily Panggabean. 2007.
Pengaruh Jenis Pakan Mikroalga yang Berbeda terhadap Pertumbuhan
Populasi Rotifer (Branchionus rotundiformis). Pusat Penelitian Oseanografi
LIPI dan Universitas Negeri Jakarta.

Suwoyo, H. S., Fahrur, M., Makmur, M., dan Syah, R. 2017. Pemanfaatan limbah
tambak udang super-intensif sebagai pupuk organik untuk pertumbuhan
biomassa kelekap dan nener bandeng. Media Akuakultur, 11(2), 97-110.

Syah, R., Makmur, M., dan Fahrur, M. 2017. Budidaya udang vanname dengan
padat penebaran tinggi. Media Akuakultur, 12(1): 19-26.

Syaugy, A., Siregar, V. P., dan Arhatin, R. E. 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan
Tambak Udang di Kecamatan Cijulang dan Parigi, Ciamis, Jawa
Barat. Jurnal teknologi perikanan dan kelautan, 3(2): 43-56.

Tangguda, S., Fadjar, M., dan Sanoesi, E. 2018. Pengaruh teknologi budidaya yang
berbeda terhadap kualitas air pada tambak udang intensif. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 6(1): 12-27.

Thoha, H. 2007. Kelimpahan Plankton di Ekosistem Perairan Teluk Gilimanuk,


Taman Nasional, Bali Barat. Makara Sains. 11(1) :44-48.

Ulumiah, M., Lamid, M., Soepranianondo, K., Al-arif, M. A., Alamsjah, M. A., dan
Soeharsono, S. 2020. Manajemen Pakan dan Analisis Usaha Budidaya
Udang Vanname (Litopanaeus vannamei) pada Lokasi yang Berbeda di
Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sidoarjo. Journal of Aquaculture and
Fish Health, 9(2): 95-103.

UN COMTRADE. 2018. United Nations Comodity Trade Statistics


Database.

Utami, R., T. Supriana, dan R. Ginting. 2014. Analisis faktor-faktor yang


mempengaruhi produksi tambak udang sistem ekstensif dan sistem intensif
(studi kasus: Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat). Journal On
Social Economic Of Agriculture And Agribusiness, 3(2).

Untara, L. M., Agus, M., dan Pranggono, H. 2018. Kajian Tehnik Budidaya Udang
Vannamei (Litopenaeus vannanamei) Pada Tambak Busmetik Supm Negeri
Tegal. Pena Akuatika: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 17(1).

Wahyudewantoro, G. 2011. Catatan Biologi Udang Putih Litopenaeus vannamei


(Boone, 1931). Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Bogor. Fauna Indonesia.
10(2).

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

72

Wang, H., J. Huang, P. Wang, dan T . Li. 2020. Insights into the microbiota of larval
and postlarval Pacific white shrimp (Penaeus vannamei) along early
developmental stages: a case in pond level. Molecular Genetics and
Genomics, 295(6): 1517-1528.

Widanarni, W., Wahjuningrum, D., dan Puspita, F. 2012. Aplikasi bakteri Probiotik
Melalui Pakan Buatan Untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan Udang
Windu (Penaeus monodon). Jurnal Sains Terapan, 2(1): 19–29.

Wulandari, T., N. Widyorini., dan P. Wahyu P. 2015. Hubungan Pengelolaan


Kualitas Air dengan Kandungan Bahan Organik, NO2, dan NH3 pada
Budidaya Udang Vannameii (Litopenaeus vannamei). Diponegoro Journal
of Maquares Management of Aquaculture. 4(3): 4 – 48.

WWF. 2014. Budidaya Udang Vannamei Tambak Semi Intensif dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). WWF-Indonesia: Jakarta Selatan

Wyban, J.A. dan J. N. Sweeny. 1991. Intensif Shrimp Production Technology. The
Oceanic Institute. Honolulu. Hawaii. USA.

Yanti, M. E. G., N. E. Herliany, B. FSP. Negara, dan M. A. F. Utami. 2017. Deteksi


Molekuler White Spot Syndrome Virus (VSSW) pada Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) di PT. Hafsam Inti Sentosa. Jurnal Enggano 2(2):
156-169.

Zainuddin, Z., Haryati, H., Aslamsyah, S., dan Surianti, S. 2014. Pengaruh level
karbohidrat dan frekuensi pakan terhadap rasio konversi pakan dan sintasan
juvenil Litopenaeus vannamei. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah
Mada, 16(1): 29-34.

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

71

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Praktik Kerja Lapang di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

(Sumber: BLUPPB Karawang, Jawa Barat – Google Maps)


(Diakses pada 20 Mei 2022, pukul 02.33 WIB)

71

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

72

Lampiran 2. Peta Kawasan Pengembangan Komoditas Budidaya di Balai Layanan


Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa
Barat.

BLOK A

BLOK D
BLOK B

BLOK C
BLOK E

BLOK H
BLOK F

BLOK G
BLOK I

BLOK J

(Sumber : Profil BLUPPB Karawang, 2022)


Keterangan
Kawasan Pengembangan Komoditas Budidaya di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang dibagi dalam 10 blok yaitu
Blok A, B, D, E, G dan J digunakan untuk kegiatan operasional BLUPPB
Karawang; Blok C, H dan F disewakan kepada pihak swasta; dan Blok I masih
dalam perbaikan lahan budidaya. Berikut merupakan komoditas budidaya yang
masuk dalam kegiatan operasional BLUPPB Karawang:
1. Lokasi budidaya Blok A: 5. Lokasi budidaya Blok G:
 Udang vannamei  Udang vannamei
 Ikan sidat  Udang windu
 Ikan lele 6. Lokasi budidaya Blok J:
 Hacthery Ikan Laut  Ikan sidat
2. Lokasi budidaya Blok B:  Ikan nila
 Udang Vannamei  Ikan mas
 Ikan bandeng
3. Lokasi budidaya Blok D
 Udang vannamei
 Ikan Patin
4. Lokasi budidaya Blok E:
 Udang vannamei
 Ikan kerapu
 Ikan bawal bintang
 Ikan kakap putih

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

73

Lampiran 3. Struktur Organisasi Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan


Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat

(Sumber: BLUPPB Karawang, 2022)

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

74

Lampiran 4. Data Pertumbuhan Udang Vannamei MSF Blok A BLUPPB


Karawang

DOC ABW ADG


30 2,967 0,137
40 4,476 0,163
50 6,245 0,189
60 8,274 0,215
70 10,563 0,241

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

75

Lampiran 5. Data Kualitas Air

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
1 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 7,95 7,3 28 24 0 0,8 0,19 0,011 140 140 38
Bak 2 8,06 7,4 27,9 25 0 0,7 0,36 0,027 169 169 36
Bak 3 8,1 7,4 28 25 0 0,2 0,19 0,016 123 123 41
Bak 4 8,11 7 28 25 0 0,6 0,19 0,019 122 122 44
Bak 5 8,1 7,8 28,1 25 0 0,8 0,23 0,013 129 129 36
Bak 6 8,13 7,3 28 25 0 0,9 0,16 0,019 133 133 45
Bak 7 8,14 7,3 28 24 0 0,7 0,22 0,024 115 115 40
Bak 8 8,17 7,2 28 25 0 0,8 0,27 0,021 136 136 37
Bak 9 8,17 7,4 28 25 0 1,2 0,22 0,041 131 131 33
Bak 10 8,21 7,3 28 24 0 1 0,09 0,009 133 133 44
Bak 11 8,23 7,5 27,8 25 0,08 0,9 0,59 0,062 147 147 32
Bak 12 8,23 7,1 27,7 25 0,01 0,9 0,64 0,067 126 126 34
Bak
8,24 7,4 28,2 27 0 0,6 0,09 0,01 130 130 30
Biofilter

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
2 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 8,01 7,1 28,8 25 0 0,7 0,2 0,013 142 142 39
Bak 2 7,89 7,2 27,9 24 0 0,6 0,33 0,029 165 165 35
Bak 3 8,14 7,3 28 24 0 0,7 0,15 0,018 132 132 36
Bak 4 8,15 7,3 28 25 0 0,7 0,17 0,022 125 125 41
Bak 5 8,02 7,0 28 25 0 0,6 0,21 0,015 125 125 37
Bak 6 8,03 7,5 28 24 0 0,8 0,17 0,018 134 134 43
Bak 7 8,14 7,1 28,3 23 0 0,8 0,22 0,024 115 115 45
Bak 8 8,15 7,8 28 25 0 0,8 0,25 0,024 136 136 33
Bak 9 8,17 7,1 27,9 25 0 1,1 0,23 0,039 137 137 37
Bak 10 8,21 7,2 27,8 25 0 1,2 0,08 0,008 138 138 44
Bak 11 8,22 7,1 28 24 0,07 0,8 0,59 0,056 148 148 35
Bak 12 8,19 7,3 28,1 25 0 1 0,45 0,049 122 122 40
Bak
8,2 7,2 28,2 26 0 1,2 0,08 0,011 133 133 31
Biofilter

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
3 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 7,88 7,2 27,9 25 0 0,7 0,18 0,012 145 145 35
Bak 2 7,96 7,1 27,8 24 0 0,5 0,22 0,023 163 163 36
Bak 3 7,91 7,2 27,8 25 0,01 0,3 0,18 0,018 133 133 35
Bak 4 8,01 7 28 24 0 0,4 0,18 0,018 120 120 41
Bak 5 7,89 7,5 28 24 0 0,7 0,19 0,014 125 125 36
Bak 6 7,87 7,1 28,1 24 0 0,8 0,17 0,012 128 128 44
Bak 7 7,92 7 27,9 25 0,02 0,5 0,23 0,022 116 116 44
Bak 8 7,98 7,1 28,1 23 0 0,7 0,22 0,019 143 143 35
75

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

76

Bak 9 8,01 7,2 28 24 0 1 0,2 0,033 139 139 33


Bak 10 8,05 7,1 27,7 23 0 0,9 0,07 0,011 132 132 45
Bak 11 8,09 7 27,8 24 0,04 0,4 0,45 0,008 144 144 36
Bak 12 8,06 7 27,5 24 0 0,7 0,52 0,042 129 129 43
Bak
8,11 7,1 28,1 26 0 0,6 0,06 0,011 127 127 31
Biofilter

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
4 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 7,65 6,9 27,8 20 0 0,5 0,06 0,002 105 105 34
Bak 2 7,73 7,4 27,7 20 0 0,6 0,36 0,013 118 118 35
Bak 3 7,76 7,3 27,7 20 0 0,6 0,32 0,012 106 106 35
Bak 4 7,83 6,9 27,7 22 0 0,8 0,27 0,012 109 109 43
Bak 5 7,82 7,3 27,9 22 0,19 0,9 0,8 0,035 118 118 36
Bak 6 7,85 6,8 27,8 24 0 0,6 0,48 0,022 110 110 45
Bak 7 7,86 6,9 27,7 23 0 0,9 0,27 0,013 121 121 46
Bak 8 7,88 6,8 27,7 24 0 1 0,52 0,025 116 116 33
Bak 9 7,89 6,7 27,8 23 0,16 1,1 0,73 0,037 121 121 35
Bak 10 7,89 6,7 27,8 24 0 1,4 0,28 0,014 137 137 45
Bak 11 7,91 7 27,9 25 0 1,1 0,35 0,019 110 110 37
Bak 12 7,93 6,9 27,8 25 0 0,8 0,13 0,007 111 111 36
Bak
8,09 7,1 27,9 20 0 0,7 0,08 0,006 125 125 33
Biofilter

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
5 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 7,88 6,8 27,6 23 0 0,7 0,18 0,013 116 116 35
Bak 2 7,89 6,9 27,6 25 0 0,8 0,35 0,012 121 121 36
Bak 3 7,89 6,8 27,9 24 0 0,6 0,18 0,012 137 137 36
Bak 4 7,91 6,8 27,8 24 0,17 0,5 0,15 0,035 110 110 43
Bak 5 7,93 6,9 27,7 24 0 0,4 0,18 0,022 111 111 37
Bak 6 7,73 7,1 27,9 23 0 0,7 0,15 0,022 106 106 41
Bak 7 7,76 7 27,6 23 0 0,6 0,21 0,019 109 109 43
Bak 8 7,83 6,9 27,5 24 0,05 0,5 0,23 0,033 118 118 36
Bak 9 7,82 6,8 27,6 24 0 0,9 0,21 0,011 110 110 33
Bak 10 7,85 6,7 27,8 23 0 1,1 0,08 0,008 121 121 39
Bak 11 7,86 7,1 27,7 23 0,01 1,2 0,45 0,056 144 144 40
Bak 12 7,88 6,8 27,6 24 0 0,9 0,56 0,063 123 123 46
Bak
7,82 6,9 27,6 25 0 0,6 0,11 0,015 129 129 31
Biofilter

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
6 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 7,96 6,9 27,5 23 0 0,7 0,15 0,008 144 144 37
Bak 2 8,09 6,8 27,4 24 0,01 0,8 0,21 0,056 123 123 35

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

77

Bak 3 7,87 6,7 27,3 23 0 0,8 0,23 0,063 129 129 36


Bak 4 7,88 7,1 27,5 24 0 0,5 0,21 0,015 110 110 44
Bak 5 7,88 6,8 27,5 23 0,15 0,7 0,08 0,022 121 121 38
Bak 6 7,49 6,7 27,4 22 0 0,7 0,16 0,019 144 144 46
Bak 7 7,46 6,5 27,6 23 0 0,9 0,18 0,033 111 111 37
Bak 8 7,56 6,6 27,4 23 0 0,7 0,35 0,011 106 106 43
Bak 9 7,73 6,7 27,4 22 0,05 0,9 0,18 0,033 109 109 36
Bak 10 7,76 6,5 27,5 24 0 0,8 0,15 0,011 118 118 33
Bak 11 7,83 6,7 27,8 23 0 1,1 0,18 0,061 147 147 36
Bak 12 8,17 6,4 27,7 23 0,02 1 0,55 0,055 122 122 45
Bak
8,09 6,5 27,6 24 0 0,7 0,11 0,015 126 126 30
Biofilter

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
7 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 8,2 6,1 27,7 24 0 0,5 0,54 0,022 116 116 39
Bak 2 8,17 6,3 27,8 23 0 0,9 0,32 0,019 114 114 37
Bak 3 8,09 6,3 27,9 24 0 1,1 0,18 0,033 110 110 33
Bak 4 8,07 6,2 27,9 25 0,04 1,2 1,14 0,011 118 118 40
Bak 5 8,02 6,3 28,1 22 0 0,9 1,12 0,008 118 118 37
Bak 6 8,01 6,3 28,1 23 0 0,6 0,81 0,019 122 122 47
Bak 7 7,34 6,1 28,2 23 0 0,7 0,19 0,033 109 109 45
Bak 8 7,96 6,2 28 22 0 0,8 0,49 0,011 121 121 35
Bak 9 7,92 6,2 28,2 24 0,05 0,8 0,68 0,033 124 124 41
Bak 10 7,87 6,4 28,2 23 0 0,5 0,23 0,012 119 119 45
Bak 11 7,88 6,6 28,1 22 0 1,1 0,28 0,014 113 113 43
Bak 12 7,88 6,4 28 23 0 0,8 0,22 0,011 114 114 32
Bak
8,23 6,7 28,1 22 0 0,9 0,16 0,017 119 119 31
Biofilter

Minggu Nitrit Nitrat Amonium Amonia Total


pH DO Suhu Salinitas HCO3 Kecerahan
8 (NO2) (NO3) (NH4) (NH3) Alkali
Bak 1 8,02 6,3 27,9 23 0 0,8 1,14 0,011 112 112 40
Bak 2 8,01 6,2 27,9 22 0 0,5 1,12 0,027 113 113 38
Bak 3 7,34 6,3 28,1 24 0 1,1 0,81 0,016 117 117 39
Bak 4 7,96 6,3 28,1 25 0,02 0,8 0,19 0,019 114 114 45
Bak 5 7,92 6,1 27,4 24 0 0,9 0,49 0,013 109 109 38
Bak 6 7,87 6,4 27,6 25 0 0,9 0,16 0,019 103 103 44
Bak 7 7,88 6,3 27,4 24 0 0,7 0,22 0,024 108 108 42
Bak 8 7,88 6,2 27,4 23 0 0,7 0,35 0,021 136 136 45
Bak 9 7,49 6,4 27,8 22 0,03 0,9 0,18 0,035 112 112 36
Bak 10 8,02 6,7 27,7 23 0 0,7 0,15 0,022 115 115 33
Bak 11 8,01 6,4 28 21 0,01 0,9 0,18 0,013 118 118 38
Bak 12 7,34 6,1 28,1 24 0 0,8 0,55 0,025 108 108 41

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

78

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatann PKL

No. Foto Keterangan


1. Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB)
Karawang, Jawa Barat

2. Millenial Shrimp Farm


(MSF) Blok A

Rumah Jaga Tambak


(RJT), Kantor dan
gudang penyimpanan
pakan

78

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

79

3. 5 tandon utama

4. 2 tandon biofilter

5. Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL)

6. Saluran inlet

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

80

7. Saluran outlet

8. Bak pembesaran Udang


Vannamei

9. Outlet bak pembesaran

10. Microbubble

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

81

11. Pakan Udang Vannamei

12. Pengadukan pakan dan


fermentasi pakan

13. Program
pakan/pemberian pakan

14. Aplikasi mineral

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

82

15. Monitoring kualitas air


(pH, DO, Suhu)

16. Penyiponan

17. Pengecekan sampel air


di Laboratorium

18. Sampling udang tiap 10


hari sekali dimulai DOC
30

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

83

19. Aplikasi pengapuran

20. Pengurangan volume air


bak 50%

21. Panen parsial

22. Penimbangan dan


Grading

PKL TEKNIK PEMBESARAN UDANG HENING WASKITA ANANDA

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai