Anda di halaman 1dari 80

1

ANALISIS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI PASAR


TRADISIONAL KOTAMADYA TEBING TINGGI

SKRIPSI

OLEH

SITI FADILLAH
140306012

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


2

ANALISIS PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI PASAR


TRADISIONAL KOTAMADYA TEBING TINGGI

SKRIPSI

Oleh:

SITI FADILLAH
140306012

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana


di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
2

Universitas Sumatera Utara


3

Judul : Analisis Pemasaran Telur Ayam Ras di Pasar Tradisional


Kotamadya Tebing Tinggi
Nama : Siti Fadillah
NIM : 140306012
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing

Ir. Iskandar Sembiring, MM Dr. Ir. Yunilas, MP.


Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS


Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal Acc : 2018

Universitas Sumatera Utara


4

ABSTRAK

SITI FADILLAH, 2018 “Analisis Pemasaran Telur Ayam Ras di Pasar


Tradisional Kotamadya Tebing Tinggi”, dibimbing oleh ISKANDAR
SEMBIRING dan YUNILAS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik lembaga-
lembaga pemasaran telur ayam ras, dan saluran pemasaran telur ayam ras,
menganalisis margin pemasaran, farmer share, rasio keuntungan, dan biaya telur
ayam ras, serta menganalisis efisiensi pemasaran telur ayam ras di Kotamadya
Tebing Tinggi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2018 – Agustus 2018.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah penarikan sample
pedagang pengecer dengan menggunakan rumus slovin, sedangkan sampel
peternak dan lembaga pemasaran lainnya dengan snowball sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner.
Analisis data meliputi biaya pemasaran, margin pemasaran, share peternak
dan rasio keuntungan biaya dari masing-masing saluran pemasaran. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada dua saluran pemasaran. Margin pemasaran
pemasaran terkecil diperoleh saluran pemasaran I, maka dari itu saluran
pemasaran I memiliki rasio keuntungan terhadap biaya terbesar. Farmer’s share
terbesar diperoleh pada saluran pemasaran I. Jadi dapat disimpulkan bahwa
saluran pertama adalah saluran yang paling efisien karena memiliki biaya terkecil
dan keuntungan yang besar. Kebutuhan telur ayam ras di Kotamadya Tebing
Tinggi (100%) dipasok dari luar kota.

Kata kunci : telur ayam ras, saluran pemasaran, efisiensi pemasaran

4i

Universitas Sumatera Utara


5

ABSTRACT

SITI FADILLAH, 2018 “Analyze the Marketing of Ras Chicken Eggs in the
Traditional Market of Tebing Tinggi Municipality”. Guided by ISKANDAR
SEMBIRING and YUNILAS.
This study aims to identify the characteristics of ras chicken egg
marketing institutions, and ras chicken egg marketing channels, analyze
marketing margins, farmer share, profit ratio, and cost of ras chicken egg, as well
as analyze the marketing efficiency of ras chicken eggs in Tebing Tinggi
Municipality. This research was conducted in June 2018 - August 2018. The
method used in data collection is the delivery of retailer's sample by using the
Slovin formula, while the sample of breeders and other marketing institutions with
snowball sampling. Data collection was carried out using interview questionnaire
techniques.
Data analysis includes marketing costs, marketing margins, farmer
share and cost benefit ratio of each marketing channel. The results of this study
indicate that there are two marketing channels. The smallest marketing marketing
margin is obtained by marketing channel I, therefore marketing channel I has the
largest ratio of profit to cost. Farmer’s biggest share is obtained in marketing
channel I. So it can be concluded that the first channel is the most efficient
channel because it has the smallest cost and a large profit. The need for ras
chicken eggs in the Municipality of Tebing Tinggi (100%) is supplied from outside
the city.

Keywords: ras chicken eggs, marketing channels, marketing efficiency

ii5

Universitas Sumatera Utara


6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 21 Januari 1997 dari Bapak

Achmad Yani dan Ibu Erni Sahari. Penulis merupakan putri pertama dari empat

bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2008 di SD Swasta

AL-Jama’iyah Medan, pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMP Nurul

Islam Indonesia pada tahun 2011 dan dilanjutkan ke pendidikan menengah atas

yang diselesaikan pada tahun 2014 di SMA Negeri 6 Medan. Pada tahun 2014

penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih

program studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan sekretaris umum Himpunan Mahasiswa

Muslim Peternakan USU (HIMMIP).

Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di Unit Peternakan

Koperasi Karyawan PT. Perkebunan Sumatera Utara Tanjung Kasau Kecamatan

Sei Suka Kabupaten Batubara dari tanggal 24 Juli 2017 sampai 3 September 2017.

iii
6

Universitas Sumatera Utara


7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik yang

berjudul “Analisis Pemasaran Telur Ayam Ras di Pasar Tradisional Kotamadya

Tebing Tinggi”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua atas doa, semangat,

dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku

ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Yunilas, MP selaku anggota komisi

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas

akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan

informasi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang

peternakan.

iv
7

Universitas Sumatera Utara


8

DAFTAR ISI

Hal.
ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ............................................................ 6
Product (Produk) .......................................................................................... 6
Telur Ayam Ras ....................................................................................... 6
Karakteristik Telur Ayam Ras ................................................................. 7
Price (Harga) ................................................................................................ 8
Promotion (Promosi) .................................................................................... 8
Place (Tempat) ............................................................................................. 8
Pasar ......................................................................................................... 9
Pemasaran ................................................................................................ 9
Fungsi-fungsi Pemasaran ......................................................................... 10
Distribusi Produk dari Produsen ke Konsumen ....................................... 11
Margin Pemasaran ....................................................................................... 13
Efisiensi Pemasaran ..................................................................................... 14
Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 15
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu ........................................................................................ 16
Metode Penelitian ......................................................................................... 16
Metode Penentuan Daerah Penelitian .......................................................... 16
Populasi dan Sampel .................................................................................... 17
Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 18
Metode Analisis Data ................................................................................... 18
Defenisi dan Batasan Operasional ............................................................... 20
Defenisi ................................................................................................... 20
Batasan Operasional ................................................................................ 22

v8

Universitas Sumatera Utara


vi
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 23


Letak dan Keadaan Geografis Kotamadya Tebing Tinggi ...................... 23
Lokasi Penelitian .......................................................................................... 24
Pedagang Pengecer Telur Ayam Ras ........................................................... 25
Profil Responden
Karakteristik Pedagang ........................................................................... 26
Karakteristik Peternak ............................................................................. 29
Lembaga Pemasaran ..................................................................................... 30
Saluran Pemasaran ....................................................................................... 33
Margin Pemasaran ........................................................................................ 34
Farmer’s Share ............................................................................................. 40
Rasio Keuntungan dan Biaya ....................................................................... 41
Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras .......................................................... 43
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 42
Saran ............................................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 43
LAMPIRAN ................................................................................................. 45

Universitas Sumatera Utara


10

DAFTAR TABEL

No. Hal.
1. Komposisi Kimia Telur Ayam Ras ........................................................ 7

2. Daftar Harga Telur Ayam Ras Tahun 2018 di Tingkat


Pedagang Pengecer Kotamadya Tebing Tinggi ...................................... 8

3. Pasar tradisional di Kotamadya Tebing Tinggi ...................................... 16

4. Jumlah Penduduk Kotamadya Tebing Tinggi per


Kecamatan menurut Jenis Kelamin ...................................................... 23

5. Jenis Kelamin Pedagang Pengecer Responden ...................................... 25

6. Usia Pedagang Pengecer ........................................................................ 26

7. Tingkat Pendidikan Formal Pedagang Pengecer .................................... 27

8. Pengalaman Usaha Pedagang Pengecer ................................................. 27

9. Jenis Kelamin Agen Telur Ayam Ras .................................................... 28

10. Umur Agen Telur Ayam Ras ................................................................. 28

11. Tingkat Pendidikan Formal Agen .......................................................... 29

12. Pengalaman Usaha Agen ........................................................................ 29

13. Jenis Kelamin Peternak .......................................................................... 30

14. Umur Peternak ....................................................................................... 30

15. Tingkat Pendidikan Peternak ................................................................. 31

16. Pengalaman Beternak ............................................................................ 31

17. Biaya Pemasaran Telur Ayam Ras pada Saluran Pemasaran I .............. 37

18. Biaya Pemasaran Telur Ayam Ras pada Saluran Pemasaran IIa ........... 38

19. Biaya Pemasaran Telur Ayam Ras pada Saluran Pemasaran IIb ........... 39

20. Margin Pemasaran ................................................................................. 41

21. Analisis Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Telur Ayam Ras ..... 42

vii
10

Universitas Sumatera Utara


viii
11

22. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya ........................................... 43

23. Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras pada setiap Saluran Pemasaran
dan Lembaga Pemasaran ........................................................................ 44

11

Universitas Sumatera Utara


12

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 14
2. Skema Saluran Pemasaran I .................................................................... 35
3. Skema Saluran Pemasaran II ................................................................... 35

ix
12

Universitas Sumatera Utara


13

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Profil Pedagang Pengecer Telur Ayam Ras ........................................... 49

2. Profil Agen Telur Ayam Ras .................................................................. 51

3. Profil Peternak Telur Ayam Ras ............................................................ 51

4. Data Pedagang Pengecer pada Saluran Pemasaran I .............................. 52

5. Data Pedagang Pengecer pada Saluran Pemasaran IIa .......................... 53

6. Data Pedagang Pengecer pada Saluran IIb ............................................. 55

7. Data Peternak Telur Ayam Ras .............................................................. 58

8. Data Agen Telur Ayam Ras ................................................................... 58

9. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 59

10. Kuisioner ................................................................................................ 63

13
x

Universitas Sumatera Utara


14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Telur sebagai sumber protein dengan segmentasi pasar seluruh lapisan

masyarakat dan ada kecendrungan dari waktu ke waktu permintaan telur selalu

meningkat karena adanya kebiasaan masyarakat kita yang gemar makan telur,

bahkan setiap ada perayaan hari besar selalu menghadirkan telur sebagai menu

lauk dalam hidangan mereka. Sikap masyarakat ini tentunya berimplikasi positif

pada perkembangan peternakan ayam ras petelur baik skala besar maupun skala

kecil. Kecenderungan selera masyarakat yang semakin menyukai telur ayam ras

dari lapisan perkotaan hingga masyarakat pedesaan. Meskipun permintaan

masyarakat terhadap telur ayam ras fluktuatif, tetapi pada saat-saat tertentu

permintaan masyarakat terhadap telur ayam ras sangat tinggi, misalnya untuk

keperluan hajatan, hari-hari besar dan sebagainya, karena adanya budaya dalam

masyarakat kita menjadikan telur sebagai lauk wajib setiap acara.

Rata-rata konsumsi telur dari masing-masing pulau di Indonesia

memperlihatkan variasi yang besar. Masyarakat di pulau Sumatera dan Jawa

mengkonsumsi telur lebih banyak dibandingkan dengan pulau-pulau lain,

terutama terhadap masyarakat di pulau Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua

(Nurmanaf, 2003). Sekretariat Ditjen PKH (2016) mengatakan bahwa rata-rata

konsumsi produk telur ayam ras per kapita per tahun di Indonesia mengalami

peningkatan pada tahun 2015 sebesar 97.398 butir dan pada tahun 2016 sebanyak

99.796 butir.

Marlina (2013) menyatakan konsumsi telur lebih tinggi dari pada

konsumsi hasil ternak lain, karena mudah diperoleh dan harganya relatif murah.
14
1

Universitas Sumatera Utara


2
15

Produksi telur secara agregat meningkat tajam khususnya di tahun-tahun 1980an

dan berlanjut secara kontinu hingga sekarang. Produksi telur dipengaruhi oleh

beberapa faktor terutama yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan

pendukung pengembangannya.

Dari data BPS Kota Tebing Tinggi tahun 2016 diketahui bahwa

Kotamadya Tebing Tinggi merupakan salah satu dari delapan kota yang ada di

Provinsi Sumatera Utara, letaknya berada di bagian tengah kecamatan Tebing

Tinggi kabupaten Serdang Bedagai. Kotamadya Tebing Tinggi memiliki luas

38,438 km² dengan jumlah penduduk mencapai 156.815 jiwa.

Rudianto (2006) menyatakan Kotamadya Tebing Tinggi memiliki peran

sebagai pusat pelayanan bagi wilayah belakang diantaranya Kecamatan Dolok

Masihul, Kecamatan Sipispis, Kecamatan Bandar Khalipah dan Kecamatan

Tebing Tinggi, dimana Kotamadya Tebing Tinggi cenderung sebagai kota

pengumpul dan distribusi, sedangkan wilayah belakang sebagai wilayah penyedia.

Kotamadya Tebing Tinggi ini memiliki 3 pasar tradisional besar (Pasar

Gambir, Pasar Inpres, dan Pasar Sakti) untuk memasarkan setiap produk pangan.

Pasar tradisional adalah salah satu tempat berlangsungnya aktivitas pemasaran

produk peternakan seperti telur ayam ras atau biasa disebut telur ayam Eropa.

Kotamadya Tebing Tinggi menurut BPS Kota Tebing Tinggi (2017)

bahwa pada tahun 2010 hingga tahun 2015 Kotamadya Tebing Tinggi tidak

memiliki produksi telur ayam ras dikarenakan tidak adanya populasi ayam ras

petelur di kota tersebut. Hal inilah yang mengakibatkan para pedagang di

Kotamadya Tebing Tinggi mensuplai telur ayam ras dari luar kota untuk

15

Universitas Sumatera Utara


3
16

memenuhi kebutuhan akan konsumsi telur ayam ras bagi masyarakat dengan

melakukan kegiatan pemasaran.

Pemasaran telur merupakan proses akhir dari suatu kegiatan usaha

peternakan telur ayam ras dimana peternak atau produsen menyampaikan hasil

produksinya kepada konsumen dengan bantuan lembaga pemasaran yang terdapat

satu atau lebih dari lembaga pemasaran yang terlibat, dimana setiap lembaga

pemasaran akan berhubungan dengan lembaga pemasaran lainnya. Peran lembaga

pemasaran sangat dibutuhkan oleh produsen agar produk yang dihasilkan oleh

produsen cepat sampai ke tangan konsumen. Saluran pemasaran akan terjadi pada

saat pedagang melakukan transaksi penjualan dengan berbagai lembaga

pemasaran (Pinto, et al, 2016).

Aktifitas pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang paling penting,

dimana pada kegiatan ini tujuannya adalah menyalurkan produk berupa telur

ayam ras dari peternak sampai ke tangan konsumen akhir yang melibatkan

beberapa lembaga pemasaran untuk memudahkan produsen dalam menyalurkan

telur. Pemeran penting yang dapat mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu

pemasaran adalah pihak penentu harga yang menerima harga yang dapat diartikan

bahwa orang tersebut adalah sebagai pelaku penting dalam pasar yang dapat

mempengaruhi harga telur ayam ras, apabila seorang investor hanya bertindak

sendiri maka tetap tidak bisa menentukan harga dari suatu sekuritas sehingga

margin pemasaran memiliki nilai tinggi.

Hal ini menyebabkan telur ayam ras memiliki potensi untuk terus

dikembangkan dan dipasarkan, sehingga perlu adanya kegiatan pemasaran yang

baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi telur ayam ras di wilayah Kotamadya

16

Universitas Sumatera Utara


4
17

Tebing Tinggi. Peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai “Analisis

Pemasaran Telur Ayam Ras di Pasar Tradisional Kotamadya Tebing Tinggi.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik lembaga-lembaga pemasaran yang telibat dalam

pemasaran telur ayam ras di pasar tradisional Kotamadya Tebing Tinggi?

2. Bagaimana bentuk saluran pemasaran telur ayam ras di pasar tradisional

Kotamadya Tebing Tinggi?

3. Bagaimana analisis pemasaran dilihat dari margin pemasaran, farmer share,

rasio keuntungan, dan biaya?

4. Apakah sistem saluran pemasaran telur ayam ras sudah efisien?

Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi karakteristik lembaga-lembaga pemasaran telur ayam

ras, dan saluran pemasaran telur ayam ras, menganalisis margin pemasaran,

farmer share, rasio keuntungan, dan biaya telur ayam ras, serta menganalisis

efisiensi pemasaran telur ayam ras di pasar tradisional Kotamadya Tebing Tinggi.

Manfaat Penelitian

1. Bahan informasi bagi para pelaku bisnis atau para pedagang mengenai

pemasaran telur ayam ras.

2. Bahan informasi bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan usaha pemasaran telur ayam ras.

3. Menjadi literatur untuk penelitian-penelitian yang sejenis.

17

Universitas Sumatera Utara


18

TINJAUAN PUSTAKA

Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran adalah perangkat pemasaran yang baik meliputi

produk, penentuan harga, promosi, dan distribusi digabungkan untuk

menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran (Kotler dan Amstrong, 2012).

Product (Produk)

Product adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk

dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Mengelola unsur produk termasuk

perencanaan dan pengembagan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan

(Bagus, 2002). Dalam hal ini produk yang akan diteliti adalah telur ayam ras.

a. Telur Ayam Ras

Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang

populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Hampir seluruh kalangan

masyarakat dapat mengonsumsi telur ayam ras untuk memenuhi kebutuhan

protein hewani. Hal ini karena telur ayam ras relatif murah dan mudah diperoleh

serta dapat memenuhi kebutuhan gizi yang diharapkan (Lestari, 2009).

Telur jenis ini diproduksi dari ayam ras petelur yang diternakkan dalam

jumlah besar dengan cara budidaya dan pemberian pakan yang modern dan

teratur, serta dengan produktivitas telur yang tinggi. Hampir setiap bagian telur

mempunyai unsur yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Bahan makan ini

mengandung protein sekitar 13 persen dan lemak sekitar 12 persen. Sebagian

protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Disamping itu, telur

5
18

Universitas Sumatera Utara


6
19

juga mengandung 10 macam asam amio esensial dari 18 macam asam amino yang

ada (Sarwono, 1994).

b. Karakteristik Telur Ayam Ras

Telur ayam ras adalah salah satu sumber pangan protein hewani yang

populer dan sangat diminati oleh masyarakat. Telur merupakan salah satu bahan

pangan yang paling lengkap gizinya. Selain itu, bahan pangan ini juga bersifat

serba guna karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Komposisinya

terdiri dari 11% kulit telur, 58% putih telur, dan 31% kuning telur. Telur

merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi

tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Sumber telur konsumsi yang paling

mudah diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang cukup adalah ayam petelur

(layer) (Sudaryani, 2003).

Tabel 1. Komposisi kimia telur ayam ras


Komposisi Kimia Telur Utuh
Air (%) 74,0
Protein (%) 12,8
Lemak (%) 11,5
Karbohidrat (%) 0,7
Kalsium (%) 54,0
Fosfor (%) 180,0
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1989).

Menurut Stadellman (1995), putih telur atau albumen mempunyai proporsi

yang tinggi dalam komposisi telur mencapai 60% dari total berat telur. Presentasi

putih telur pada ayam dan umur dari telur. Kuning telur merupakan bagian paling

penting bagi isi telur, sebab pada bagian inilah terdapat dan tempat tumbuh

embrio hewan, khususnya pada telur yang telah dibuahi. Bagian kuning telur ini

terbungkus semacam selaput tipis yang sangat kuat dan elastis yang disebut

19

Universitas Sumatera Utara


7
20

membrane vetelina, kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap

daripada putih telur dan terdiri dari air lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.

Price (Harga)

Price sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau

mengganti hak milik produk. Harga meliputi last price, discount, payment period,

credit terms, dan retail price (Bagus, 2002).

Tabel 2. Daftar harga telur ayam ras tahun 2018 di tingkat pedagang pengecer
Kotamadya Tebing Tinggi
Bulan Harga (Rp) Perubahan Harga Hari Satuan
Sebelumnya
Januari 1.250 - Butir
Februari 1.250 - Butir
Maret 1.250 - Butir
April 1.300 - Butir
Mei 1.350 - Butir
Juni 1.400 - Butir
Sumber: Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
(2018)

Promotion (Promosi)

Promotion adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk

mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Variabel

promosi meliputi antara lain sales promotion, advertising, sales force, public

relation, personal selling, dan direct marketing (Bagus, 2002).

Pedagang telur ayam ras melakukan promosi dengan berinteraksi secara

langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan

penjualan.

Place (Tempat)

Place merupakan berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk

yang dihasilkan atau dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran

(Bagus, 2002).
20

Universitas Sumatera Utara


8
21

a. Pasar

Pasar diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk

melakukan transaksi. Pasar memiliki tempat atau lokasi tertentu sehinga

memungkinkan pembeli dan penjual bertemu untuk melakukan transaksi jual beli

produk baik barang maupun jasa (Kasmir, 2010).

Dalam ilmu ekonomi pasar didefenisikan sebagai besarnya permintaan dan

penawaran pada suatu jenis barang atau jasa tertentu. Jadi, pasar merupakan

permintaan dan penawaran secara keseluruhan untuk barang dan jasa tertentu

(Ahman dan Rohmana, 2007).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan transaksi penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya

transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar

menawar. Kebanyakan penjual atau pengelola menjual kebutuhan sehari-hari

seperti bahanbahan makanan berupa ikan, sayuran, buah, telur, daging, kain,

pakaian, jasa dan lain-lain (Daryanto, 2010).

b. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang membuat individu

atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada

pihak lain atau segala kegiatan yang menyangkut penyampaian produk atau jasa

mulai dari produsen sampai konsumen (Shinta, 2011).

Menurut Kotler dan Amstrong (1994) pemasaran merupakan suatu proses

sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang

21

Universitas Sumatera Utara


22
9

mereka inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai

dengan pihak lain.

c. Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi dan peranan pemasaran adalah mengusahakan agar pembeli

memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang

tepat, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada barang yang ditawarkan.

Pemasaran mempunyai empat fungsi utama yaitu fungsi pengangkutan,

penyimpanan dan pengolahan serta fungsi pembiayaan (Mubyarto, 1989).

Proses pemasaran memiliki fungsi yang harus dilakukan oleh produsen

dan pelaku agribisnis. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi fungsi pertukaran, fungsi

fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran adalah tindakan memperlancar

pemindahan hak milik barang atau jasa (pembelian dan penjualan). Fungsi fisik

adalah tindakan penanganan, pemindahan, dan perubahan fisik komoditi

(penyimpanan, transportasi, dan pengolahan). Fungsi fasilitas yaitu

mempermudah fungsi pertukaran dan fungsi fisik (penanggungan resiko dan

penggolongan) (Kohls dan Uhls, 1985).

Fungsi pertukaran dalam pemasaran meliputi kegiatan yang menyangkut

pengalihan kepemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri

dari fungsi penjualan dan pembelian. Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang

secara langsung diperlakukan terhadap komoditi, sehingga komoditi tersebut

mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu. Berdasarkan definisi fungsi

fisik di atas, maka fungsi fisik ini meliputi pengangkutan dan penyimpanan.

Fungsi penyedia fasilitas, pada hakekatnya adalah untuk memperlancar fungsi

22

Universitas Sumatera Utara


10
23

pertukaran dan fungsi fisik, meliputi standarisasi, penanggungan resiko, informasi

harga, dan penyediaan dana (Sudiyono, 2002).

d. Distribusi Produk dari Produsen ke Konsumen

Distribusi memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dalam

masyarakat. Dengan adanya saluran distribusi yang baik dapat menjamin

ketersediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat. Tanpa ada distribusi

produsen akan kesulitan untuk memasarkan produknya dan konsumen pun harus

bersusah payah mengejar produsen untuk dapat menikmati produknya. Menurut

Warren J. Keegan (2003) Saluran Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh

produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen

atau pemakai industri.

Keputusan mengenai saluran distribusi dalam pemasaran adalah

merupakan salah satu keputusan yang paling kritis yang dihadapi manajemen.

Saluran yang dipilih akan mempengaruhi seluruh keputusan pemasaran yang

lainnya. Dalam rangka untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen kepada

konsumen maka perusahaan harus benar-benar memilih atau menyeleksi saluran

distribusi yang akan digunakan, sebab kesalahan dalam pemilihan saluran

distribusi ini dapat menghambat bahkan dapat memacetkan usaha menyalurkan

barang atau jasa tersebut (Nainggolan, 2017).

Kotler dan Keller (2007), membagi saluran distribusi produk atas empat

jalur, yaitu:

1.) Produsen Konsumen

23

Universitas Sumatera Utara


11
24

Bentuk saluran ini adalah bentuk yang paling pendek dan sederhana sebab

tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang

dihasilkan melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen.

2.) Produsen Pengecer Konsumen

Dalam saluran distribusi ini produsen menginginkan suatu lembaga lain,

maksudnya dalam hal ini pengecer yang menyampaikan produknya ke

konsumen, di mana penegecer langsung membeli produk tanpa melalui

pedagang besar dan menjualnya kembali kepada konsumen.

3.) Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen

Jenis saluran distribusi ini dilaksanakan oleh produsen yang tidak ingin

menjual secara langsung tetapi menginginkan suatu lembaga guna

menyalurkan produknya, sehingga dalam hal ini produsen menjual kepada

pedagang besar saja. Kemudian para pedagang besarlah yang menjual

kembali kepada pengecer dan meneruskannya ke tangan konsumen. Jadi

disini produsen hanya berhubungan dengan pedagang besar.

4.) Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen

Jenis saluran distribusi lainnya yang sering dipakai para produsen adalah

dengan melibatkan agen di dalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai

penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada saluran

pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ke tangan

konsumen.

5.) Produsen Agen Pengecer Konsumen

24

Universitas Sumatera Utara


12
25

Dalam saluran distribusi ini produsen memilih agen yang akan dipertemukan

produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan

selanjutnya pengecer kepada konsumen.

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses

pemasaran maka marjin pemasaran akan semakin besar. Semakin panjang tata

niaga semakin besar pula marjin pemasaran, dan akan mengindikasikan saluran

pemasaran tersebut semakin tidak efisien, sedangkan bila jumlah marjin

pemasaran semakin kecil semakin efisien saluran pemasaran yang ada

(Daniel, 2002).

Margin Pemasaran

Menurut Nainggolan (2017) margin pemasaran adalah perbedaan harga

yang diterima oleh peternak penghasil dengan harga yang dibayarkan oleh

konsumen akhir. Marjin pemasaran sebagai perbedaan antara harga dibayarkan

oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh lembaga pemasaran dan

(biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan

penawaran jasa-jasa pemasaran. Biaya dari jasa-jasa tersebut terdiri atas biaya

pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam

melakukan fungsi pemasaran dan keuntungan yang diperoleh sebagai imbalan jasa

melakukan fungsi pemasaran tersebut. Jadi komponen marjin pemasaran terdiri atas

biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran, sehingga secara sistematis margin dapat

ditulis sebagai berikut :

Marjin Pemasaran = Harga konsumen – Harga produsen

25

Universitas Sumatera Utara


13
26

Efisiensi Pemasaran

Efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total biaya dengan total nilai

produk yang dipasarkan (Soekartawi, 1989). Dapat dirumuskan dengan :

Efisiensi Pemasaran = Total Biaya Pemasaran x 100 %


Total Harga Produk

Dalam perhitungan total biaya transportasi dilakukan dengan menghitung

rata-rata transportasi yang dikeluarkan kemudian dibagi dengan rata-rata volume

pembelian. Untuk perhitungan total biaya produk dilakukan dengan menghitung

marjin pemasaran kemudian ditambahkan dengan harga jual produsen.

Masalah pemasaran komoditi pertanian pada dasarnya adalah bagaimana

menyalurkan produk-produk pertanian dari produsen kepada konsumen dengan

harga yang wajar dan biaya pemasaran minimal. Menurut Downey dan Erickson

(1992) bahwa sistem pemasaran dikatakan efisien kalau nilai efisiensi

pemasarannya adalah < 1.

26

Universitas Sumatera Utara


14
27

Kerangka Pemikiran

Analisis Pemasaran Telur


Ayam Ras

Peternak/Produsen Lembaga Pemasaran Konsumen


• Pedagang
Pengumpul
• Pedagang Besar
• Pedagang
Pengecer

Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif


• Karakteristik • Efisiensi Pemasaran
Lembaga Pemasaran • Margin Pemasaran
• Saluran Pemasaran • Share Biaya dan
Keuntungan
• Farmer’s Share
• Rasio Keuntungan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

27

Universitas Sumatera Utara


28

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Kotamadya Tebing Tinggi,

provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai

Agustus 2018.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

responden pedagang pengecer yang menjual telur ayam ras di pasar tradisional,

pedagang pengumpul, dan peternak. Survei adalah metode pengumpulan data

primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu

dalam bentuk kuesioner (Erlina, 2011).

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian kajian pemasaran telur ayam ras yaitu Kotamadya

Tebing Tinggi, dimana daerah ini merupakan salah satu tempat pemasaran telur

ayam ras yang ada di Sumatera Utara. Lokasi penelitian ditentukan secara

purposive (sengaja) di beberapa pasar tradisional yang ada di Kotamadya Tebing

Tinggi. Pasar tradisional yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Pasar

Gambir di Kecamatan Padang Hulu, Pasar Sakti di Kecamatan Bajenis, dan Pasar

Inpres di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Alasan memilih ketiga pasar tradisional

tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan ketiga pasar tradisional tersebut

menjual komoditi yang akan diteliti dan merupakan pasar besar di Kotamadya

Tebing Tinggi.

15
28

Universitas Sumatera Utara


16
29

Tabel 3. Pasar tradisional di Kotamadya Tebing Tinggi


Pasar Tradisional Daerah
Pasar Inpres Kec. Tebing Tinggi Kota
Pasar Gambir Kec. Padang Hulu
Pasar Kain Kec. Padang Hulu
Pasar Sakti Kec. Bajenis
Pasar Baru Kec. Bajenis
Sumber: Dinas Perdagangan Kota Tebing Tinggi (2017)

Kotamadya Tebing Tinggi memiliki 5 pasar tradisional yaitu pasar Inpres,

pasar Gambir, pasar Kain, pasar Sakti, dan pasar Baru. Diantara kelima pasar

tradisional tersebut hanya ada 3 pasar tradisional yang menjual komoditi yang

diteliti, sementara 2 pasar lainnya hanya menjual berbagai jenis barang tekstil

seperti kain-kain dan pakaian.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lembaga-lembaga pemasaran

yang terlibat pada pemasaran telur ayam ras di pasar tradisional Kotamadya

Tebing Tinggi, seperti pedagang pengecer telur ayam ras di pasar tradisional,

pedagang besar, agen, dan peternak/produsen.

Penentuan jumlah responden pedagang telur ayam ras dapat ditentukan

dengan rumus Slovin dalam Umar (2001) sebagai berikut :

N
n=
1 + N (e)2

Dimana :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat Kelonggaran (5%)

29

Universitas Sumatera Utara


30
17

Sedangkan peternak/produsen dan lembaga pemasaran lainnya seperti

pedagang besar dan agen ditentukan dengan snowball sampling dengan cara

mengikuti aliran pemasaran berdasarkan informasi yang didapatkan dari pedagang

pengecer telur sebelumnya.

Metode Pengumpulan Data

Data primer dan sekunder dikumpulkan pada saat penelitian berlangsung.

Data-data primer dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi langsung dan

wawancara dengan responden menggunakan angket atau kuisioner. Data-data

sekunder dikumpulkan dari data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Tebing Tinggi dan

dari instansi lain yang terkait dengan penelitian serta dari literatur, buku atau jurnal.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan

kuantitatif, dan disajikan dalam bentuk uraian dan tabulasi angka. Pengolahan

data dilakukan dengan metode deskriptif.

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui karakteristik lembaga

pemasaran, dan saluran pemasaran telur ayam ras.

1. Analisis margin pemasaran.

Menurut Soekartawi (1995), untuk mencari margin pemasaran dapat

digunakan rumus :

Mp = Pr - Pf
Keterangan:

MP : Margin pemasaran (Rp/kg)

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)

Pf : Harga di tingkat peternak (Rp/kg)

30

Universitas Sumatera Utara


18
31

2. Analisis Farmer’s Share yang diterima produsen

Menurut Sudiyono (2002), untuk mencari share harga yang diterima

produsen dapat digunakan rumus :

Spf = Pf x 100 %
Pr
Keterangan :

Spf : Farmer’s Share (%)

Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)

Pf : Harga di tingkat peternak (Rp/kg)

3. Analisis share biaya pemasaran dan share keuntungan lembaga pemasaran

Menurut Sudiyono (2002), untuk mencari share biaya pemasaran dan

share keuntungan lembaga pemasaran dapat digunakan rumus :

Ski = Kpi
x 100 %
(Pr – Pf)

Kbi
Sbi = x 100 %
(Pr – Pf)
Keterangan :

Ski : Share keuntungan lembaga pemasaran ke-i (i = 1) (Rp/kg)

Kpi : keuntungan lembaga pemasaran ke-i (Rp/kg)

Sbi : Share biaya pemasaran ke-i (Rp/kg)

Kpi : biaya pemasaran ke-i (Rp/kg)

Pr : harga di tingkat konsumen (Rp/kg)

Pf : harga di tingkat produsen (Rp/kg)

4. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi Pemasaran = Total Biaya Pemasaran x 100 %


Total Harga Produk

31

Universitas Sumatera Utara


19
32

Menurut Downey dan Erickson (1992) bahwa sistem pemasaran dikatakan

efisien kalau nilai efisiensi pemasarannya adalah < 1.

Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah

dengan melihat perbandingan share keuntungan dari masing-masing lembaga

pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dibandingkan dengan biaya

pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dengan kriteria

sebagai berikut :

1. Margin pemasaran

Pemasaran dikatakan efisien apabila margin pemasaran peternak lebih

besar dari margin pemasaran yang dierima oleh lembaga pemasaran secara

keseluruhan dan sebaliknya.

2. Berdasarkan share biaya dan share keuntungan

Pemasaran dikatakan efisien jika share keuntungan > dari share biaya dan

sebaliknya.

3. Berdasarkan farmer’s share

Dikatakan efisien jika farmer’s share > 50 %. Nilai farmer’s share

memiliki hubungan negatif dengan margin pemasaran artinya semakin tinggi

margin pemasaran maka farmer’s share semakin rendah.

4. Rasio keuntungan biaya

Dikatakan efisien jika rasio keuntungan biaya > 1 dan sebaliknya

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam menafsirkan

penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

32

Universitas Sumatera Utara


20
33

Defenisi

1. Telur ayam ras adalah telur yang diproduksi dari ayam ras petelur yang

diternakkan dalam jumlah besar dengan cara budidaya dan pemberian pakan

yang modern dan teratur, serta dengan produktivitas telur yang tinggi.

2. Produsen/Peternak adalah orang yang menghasilkan produk telur ayam ras dan

terlibat dalam saluran pemasaran telur ayam ras

3. Pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang membeli telur ayam ras

dari peternak dan menjual nya kembali dengan tingkat keuntungan tertentu.

4. Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran yang membeli telur ayam ras

dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan menjual nya kembali dengan

tingkat keuntungan tertentu.

5. Konsumen akhir adalah seseorang atau kelompok yang membeli telur ayam ras

dari pedagang telur ayam ras untuk dikonsumsi.

6. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan barang

dari produsen ke konsumen melalui perantara atau lembaga pemasaran.

7. Lembaga pemasaran adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam proses

pemasaran telur ayam ras di Kotamadya Tebing Tinggi.

8. Saluran pemasaran adalah penjualan barang-barang dan volume arus barang

pada setiap saluran dari peternak/produsen ke konsumen.

9. Margin pemasaran adalah selisih harga jual telur ayam ke lembaga pemasaran

berikutnya dengan harga beli dari lembaga pemasaran sebelumnya.

10. Harga jual peternak (Rp/butir) adalah harga rata-rata produk per butir yang

diterima peternak.

33

Universitas Sumatera Utara


21
34

11. Harga beli ditingkat pedagang (Rp/Butir) adalah harga rata-rata produk per

butir yang dibeli dari peternak atau dari pedagang perantara sebelumnya.

12. Farmer’s share adalah persentase harga telur ayam yang diterima oleh

peternak yaitu dengan membandingkan harga telur ayam dari peternak dengan

harga beli telur ayam pada konsumen akhir dikalikan 100%.

13. Efisiensi pemasaran adalah suatu ukuran dimana pembagian antar biaya yang

dikeluarkan untuk memasarkan tiap unit produk dengan harga produk yang

dipasarkan dan dinyatakan dalam persen.

Batasan operasional

1. Penelitian dilakukan di pasar tradisional Kotamadya Tebing Tinggi dan lokasi

asal telur ayam ras yang diperjual belikan.

2. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli – Agustus 2018

3. Objek penelitian adalah lembaga-lembaga pemasaran telur ayam ras yang

terlibat dalam pemasaran telur ayam ras di pasar tradisional Kotamadya Tebing

Tinggi.

4. Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis pemasaran telur ayam ras di pasar

tradisional Kotamadya Tebing Tinggi. Analisis pemasaran dilakukan dengan

melihat lembaga dan saluran pemasaran, analisis margin pemasaran, analisis

farmer’s share, share biaya pemasaran, dan share keuntungan, serta

menganalisis efisiensi pemasaran.

34

Universitas Sumatera Utara


35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Keadaan Geografis Kotamadya Tebing Tinggi

Kotamadya Tebing Tinggi berada pada jalur transportasi regional yang

menghubungkan Kota Medan dengan daerah Kabupaten/Kota lainnya di Sumatera

Utara. Wilayah administrasi Kotamadya Tebing Tinggi berjarak lebih kurang 80

km dari Kota Medan, diapit oleh empat perkebunan besar, yaitu PTPN III

Rambutan di sebelah Utara, PT. Socfindo Kebun Tanah Besi di sebelah Timur,

PTPN III Kebun Pabatu di sebelah Selatan, dan PTPN III Kebun Bandar Bejambu

di sebelah Barat.

Kotamadya Tebing Tinggi merupakan salah satu dari delapan kota yang

ada di Provinsi Sumatera Utara, letaknya berada di bagian tengah kecamatan

Tebing Tinggi kabupaten Serdang Bedagai. Kotamadya Tebing Tinggi memiliki

luas 38,438 km² dan yang terletak pada daerah dataran rendah Pulau Sumatera

dengan ketinggian 18 – 34 meter di atas permukaan laut

(BPS Kota Tebing Tinggi, 2016).

Letak astronomi Kotamadya Tebing Tinggi antara 3⁰ 19’00” - 3⁰ 21’00”

Lintang Utara dan 98⁰11’ - 98⁰21’ Bujur Timur. Luas wilayah Kotamadya Tebing

Tinggi sebesar 0,05 persen dari luas wilayah provinsi Sumatera Utara. Curah

hujan tertinggi di Kotamadya Tebing Tinggi tahun 2016 tercatat 229 mm dan hari

hujan sebanyak 14 hari. Waktu dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan

Mei dengan curah hujan 1 mm (BPS Kota Tebing Tinggi, 2016).

22
35

Universitas Sumatera Utara


23
36

Sejak otonomi daerah tahun 2001, Kotamadya Tebing Tinggi mengalami

perubahan yang diakibatkan karena pemekaran. Pemekaran Kotamadya Tebing

Tinggi terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Tebing Tinggi Nomor

15 Tahun 2006 tanggal 9 November 2006. Jumlah kecamatan bertambah dari tiga

kecamatan menjadi lima kecamatan dan jumlah kelurahan bertambah dari 27

kelurahan menjadi 35 kelurahan.

Jumlah penduduk Kotamadya Tebing Tinggi mencapai 158.902 jiwa yang

terdiri dari 78.582 laki-laki dan 80.320 perempuan.

Tabel 4. Jumlah penduduk Kotamadya Tebing Tinggi per kecamatan menurut


jenis kelamin
Rasio Jenis
Kecamatan Jenis Kelamin
Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Padang Hulu 14.594 14.933 29.482 97,43
2. Tebing Tinggi Kota 12.218 12.854 25.072 95,05
3. Rambutan 17.182 17.752 34.934 96,79
4. Bajenis 18.154 18.359 36.513 98,88
5. Padang Hilir 16.479 16.422 32.901 100,35
Kota Tebing Tinggi 78 582 80 320 158 902 97,84
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi 2017

Lokasi Penelitian

a. Pasar Inpres

Pasar Inpres merupakan salah satu pasar yang ada di Kotamadya Tebing

Tinggi. Pasar ini terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Kota, pasar ini terletak di

sebelah sungai. Luas pasar ini yaitu 25.000 m². Dikelola oleh Perusahaan Daerah

Tebing Tinggi Kota. Pasar ini berdiri pada tahun 1997 sebagai tempat bertransaksi

ekonomi masayarakat kecamatan Tebing Tinggi Kota. Pasar ini tidak memiliki

gedung dengan beberapa lantai, tetapi hanya berupa kios-kios kecil yang yang

menjual berbagai kebutuhan pokok.

36

Universitas Sumatera Utara


24
37

b. Pasar Sakti

Pasar Sakti berdiri pada tahun 1977 yang merupakan Pasar Daerah yang

dikelola oleh Pemko Tebing Tinggi. Pasar ini terletak di jalan F. Tandean

Kelurahan Bandar Sakti, Kecamatan Bajenis, Kotamadya Tebing Tinggi. Pasar ini

memiliki bangunan yang terdiri dari beberapa kios/stan. Ada bebrapa pedagang

yang berjualan dengan menggunakan tenda disekitar bangunan pasar yang ada.

Pasar ini memiliki luas ± 30.000 m².

c. Pasar Gambir

Pasar ini berdiri dari tahun 1970, dimana rata-rata pedagang yang

berjualan merupakan suku Thionghoa, sehingga dulunya pasar ini dikenal dengan

nama Pasar Thionghoa. Pasar ini terletak ini di jalan Iskandar Muda kecamatan

Padang Hulu. Bangunan berlantai tiga terdiri dari Pasar Gambir A, B, dan C,

tetapi masih banyak pedagang yang berjualan di badan jalan sehingga membuat

macet arus lalu lintas. Pasar Gambir dikelola oleh Dinas Pendapatan dan Dinas

Kouperindag Pemerintah Kota Tebing Tinggi.

Pedagang Pengecer Telur Ayam Ras

Pedagang pengecer telur ayam ras yang terdapat di pasar tradisional

memperoleh telur ayam ras dari luar kota untuk memenuhi kebutuhan akan

konsumsi telur. Di pasar Sakti ada 11 pedagang pengecer telur ayam ras yang

setiap harinya melakukan kegiatan pemasaran telur ayam ras, pedagang pengecer

telur ayam ras di pasar Gambir sebanyak 18 orang, sementara pedagang pengecer

di pasar Inpres sebanyak 6 orang yang menjual telur ayam ras.

37

Universitas Sumatera Utara


38
25

Profil Responden

Karakteristik Pedagang Pengecer

Dalam menyampaikan komoditi telur dari produsen hingga ke tangan

konsumen akan melalui beberapa lembaga pemasaran. Dalam penelitan ini

terdapat 35 orang responden pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional

Kotamadya Tebing Tinggi. Masing-masing pedagang pengecer dari ketiga pasar

tradisional yang terlibat memiliki sifat yang berpengaruh pada aktivitas

pemasaran yang dilakukan. Karakteristik pedagang pengecer yang meliputi jenis

kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman berdagang.

a. Jenis Kelamin Pedagang Pengecer

Tabel 5. Jenis kelamin pedagang pengecer responden


Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %
Pria 19 54,28
Wanita 16 45,71
Total 35 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Responden pedagang pengecer berjumlah 35 orang yang terdiri dari 19

orang pria (54,28%) dan 16 orang wanita (45,71%). Banyaknya jumlah pria

daripada wanita yang berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan dan

pengangkutan yang dilakukan pedagang dengan tenaga yang lebih besar. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachri (2017) yang menyatakan

bahwa banyaknya jumlah pedagang yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan

perempuan berkaitan dengan aktivitas fisik seperti pemesanan, pengangkutan dan

pemotongan yang dilakukan pedagang memerlukan waktu dan tenaga yang lebih

besar.

38

Universitas Sumatera Utara


26
39

b. Usia Pedagang Pengecer

Responden pedagang pengecer yang berjumlah 35 orang terdiri dari laki-

laki dan perempuan. Rata-rata umur responden adalah berumur 38 tahun dengan

pedagang termuda adalah berumur 20 tahun dan pedagang yang tertua adalah

berumur 54 tahun. Ini mengindikasikan bahwa pedagang responden yang dipilih

masih berusia produktif (36-50 tahun) dan masih memungkinkan untuk

mengembangkan usaha pada waktu yang lama.

Tabel 6. Usia pedagang responden


Jumlah Pedagang
Kelompok Umur %
(orang)
< 35 12 34,28
36-50 22 62,85
> 51 1 2,85
Total 35 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Pedagang responden pada umur produktif yaitu pada umur 36-50 tahun

adalah sebanyak 22 orang (62,85%) dan pedagang dengan umur dibawah 35 tahun

adalah sebanyak 12 orang (34,28%), sementara itu pada tingkat umur lebih besar

dari 51 tahun adalah sebanyak 1 orang (2,85%). Hal ini mengindikasikan bahwa

pedagang sebagian besar termasuk dalam umur yang produktif dan sudah cukup

berpengalaman.

c. Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer

Pada tabel 7 menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan

persentasi sebanyak 5 orang (14,28%) responden tamat SMP, sebanyak 26 orang

(74,28%) responden tamat SMA/SLTA, 3 orang (8,57%) responden tamat dari

D3, dan 1 orang (2,85%) responden tamat dari S1 perguruan tinggi. Hal ini

menunjukkan sebagian besar dari pedagang pengecer responden memiliki tingkat

39

Universitas Sumatera Utara


27
40

pendidikan yang cukup tinggi (di atas SLTA). Tingkat pendidikan menentukan

kecekatan dalam penyerapan informasi di pasar.

Tabel 7. Tingkat pendidikan formal pedagang pengecer


Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang %
(orang)
SMP 5 14,28
SMA/SLTA 26 74,28
D3 3 8,57
S1 1 2,85
Total 35 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

d. Pengalaman Usaha

Pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pedagang responden yang memiliki

pengalaman berusaha lebih kecil dari 10 tahun adalah sebesar 17 orang (48,57%),

dan pengalaman berusaha 10-20 tahun adalah sebesar 18 orang (51,42). Jadi hal

ini menunjukkan bahwa pedagang relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun.

Tabel 8. Pengalaman usaha pedagang pengecer


Pengalaman Usaha Jumlah Pedagang %
(tahun) (orang)
< 10 17 48,57
10-20 18 51,42
Total 35 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Adanya pedagang responden yang memiliki pengalaman berusaha di atas

10 tahun menunjukkan bahwa pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh

pelaku pemasaran telur ayam ras karena membutuhkan pengetahuan dan informasi

mengenai pemasaran telur ayam ras dan juga membutuhkan relasi. Dari

pengalaman berusaha ini terlihat bahwa umumnya setiap pelaku pasar

membangun hubungan kerja yang didasarkan atas kepercayaan dan lamanya

hubungan kerja yang terjalin diantara sesama pedagang. Semakin lama dia

40

Universitas Sumatera Utara


28
41

berusaha maka akan semakin mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari pihak

pelaku pasar yang lain.

Karakteristik Agen

Agen telur ayam ras dalam penelitian ini adalah pedagang yang berperan

sebagai penyalur telur ayam ras dari peternak hingga sampai ke pedagang

pengecer. Agen yang terlibat dalam pemasaran telur ayam ras ini adalah sebanyak

2 orang.

a. Jenis Kelamin Agen

Tabel 9. Jenis kelamin agen telur ayam ras


Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %
Pria 2 100
Wanita - -
Total 2 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Berdasarkan tabel 9, agen yang mengangkut telur ayam ras dari

Kecamatan Pantai Labu menuju Kotamadya Tebing Tinggi 100% berjenis

kelamin pria. Hal ini disebabkan pengangkutan telur ayam ras hendaklah

menggunakan tenaga yang maksimal dan menggunakan kecekatan dalam hal fisik

untuk mengurangi resiko dalam hal kerusakan produk pada masa pengangkutan.

b. Umur Agen

Tabel 10. Umur agen telur ayam ras


Kelompok Umur Jumlah Agen (orang) %
< 35 - -
36-50 2 100
> 51 - -
Total 2 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Berdasarkan tabel di atas agen telur ayam ras yang berjumlah 2 orang,

termasuk dalam golongan umur yang masih produktif (36-50 tahun) dan masih

41

Universitas Sumatera Utara


42
29

dalam kondisi yang bugar untuk melakukan proses pengangkutan telur ayam ras

ke Kotamadya Tebing Tinggi.

c. Tingkat Pendidikan Agen

Tabel 11. Tingkat pendidikan formal agen


Tingkat Pendidikan Jumlah Agen %
(orang)
SMP - -
SMA/SLTA 2 100
D3 - -
S1 - -
Total 2 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Berdasarkan tabel 11, menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk

jumlah dan persentasi sebanyak 2 orang (100%) agen tamat SMA. Hal ini

menunjukkan bahwa agen telur ayam ras memiliki tingkat pendidikan yang

cukup tinggi. Tingkat pendidikan menentukan kecekatan dalam penyerapan

informasi dalam memasarkan telur ayam ras yang diperoleh dari peternak.

d. Pengalaman Usaha Agen

Tabel 12. Pengalaman usaha agen telur ayam ras


Pengalaman Usaha Jumlah Agen %
(tahun) (orang)
< 10 - -
10-20 1 50
>20 1 50
Total 2 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Berdasarkan tabel di atas, bahwa masing-masing agen dengan pengalam

usaha antara 10-20 tahun dan > 20 tahun sebesar 50%. Jadi hal ini menunjukkan

bahwa agen relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun. Pengalaman berusaha

sangat dibutuhkan oleh pelaku pemasaran telur ayam ras karena membutuhkan

pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran telur ayam ras dan juga

membutuhkan relasi. Dari pengalaman berusaha ini terlihat bahwa umumnya


42

Universitas Sumatera Utara


30
43

setiap pelaku pasar membangun hubungan kerja yang didasarkan atas kepercayaan

dan lamanya hubungan kerja yang terjalin diantara sesama pedagang.

Karakteristik Peternak

Peternak responden dalam penelitian ini berasal dari luar Kotamadya

Tebing Tinggi yaitu di Kecamatan Pantai Labu. Peternak dari Kecamatan Pantai

Labu berjumlah 3 orang.

a. Jenis Kelamin Peternak

Tabel 13. Jenis Kelamin Peternak


Jenis Kelamin Jumlah Pedagang (orang) %
Pria 2 66,66
Wanita 1 33,33
Total 3 100
Sumber: Hasil Survei data diolah (2018)

Berdasarkan tabel 13, bahwa sebanyak 66,66% peternak (2 orang) berjenis

kelamin pria, sedangkan 33,33% peternak (1 orang) berjenis kelamin wanita. Hal

ini menunjukkan bahwa peternak berjenis kelamin pria lebih unggul dalam hal

tenaga fisik yang berhubungan dengan proses produksi telur ayam dan dalam hal

pengangkutan telur untuk dipasarkan.

b. Umur Peternak

Tabel 14. Umur peternak


Kelompok Umur Jumlah Peternak (orang) %
21-30 - -
31-40 - -
41-50 1 33,3
51-60 1 33,3
>60 1 33,3
Jumlah 3 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Berdasarkan tabel di atas persentase kelompok umur 41 - 50, 51 - 60, dan

> 60 tahun adalah sebesar 33,3%. Hal ini menunjukkan bahwa umur peternak

43

Universitas Sumatera Utara


31
44

tersebut dikatakan produktif (15-64 tahun) yang artinya tidak ada batasan umur

dalam beternak ayam ras petelur. Jumlah ternak yang diusahakan merupakan skala

peternakan yang besar dengan populasi 20.000 – 200.000 ekor.

c. Tingkat Pendidikan Peternak

Tabel 15. Tingkat pendidikan peternak


Jumlah
Tingkat Pendidikan
Peternak (orang) %
Tamat SMP - -
Tamat SMA 2 66,6
Tamat S1 1 33,3
Total 3 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Berdasarkan tabel tingkat pendidikan peternak paling banyak adalah

tamatan SMA yaitu sebanyak 2 orang (66,6%), dan diikuti dengan pendidikan S1

yaitu 1 orang (33,3%). Hal ini mengindikasikan dengan tingginya pendidikan

peternak, tingkat penerimaan mereka terhadap informasi mengenai telur ayam ras

adalah cepat.

d. Pengalaman Beternak

Tabel 16. Pengalaman beternak


Pengalaman Jumlah Peternak (orang) %
<15 tahun - -
>15 tahun 3 100
Total 3 100
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Pada tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa karakteristik peternak

responden berdasarkan pengalaman usaha beternak menunjukkan bahwa 100%

peternak responden memiliki pengalaman lebih besar dari 15 tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa peternak ayam ras sudah memiliki banyak pengalaman

beternak ayam ras, sehingga dapat menjalankan usaha dengan manajemen yang

baik untuk hasil yang maksimal.

44

Universitas Sumatera Utara


32
45

Lembaga Pemasaran

Kotamadya Tebing Tinggi tidak memproduksi telur ayam ras dikarenakan

tidak adanya peternakan ayam ras di daerah ini. Untuk memenuhi telur kebutuhan

akan konsumsi telur ayam ras di Kotamadya Tebing ini, telur ayam ras

didatangkan dari luar daerah yaitu Kecamatan Pantai Labu dari Kabupaten Deli

Serdang. Jadi, pemasaran telur ayam ras dalam jumlah besar berasal dari luar kota.

Dalam penelitian ini pedagang pengecer yang dipilih sebagai sampel

adalah pedagang yang berada di Pasar Gambir, Pasar Sakti, dan Pasar Inpres yang

ada di Kotamadya Tebing Tinggi. Pedagang pengecer pasar Gambir dan pasar

Sakti memperoleh telur dari agen, sedangkan pedagang pengecer pasar Inpres

memperoleh telur dari peternak di Kecamatan Pantai Labu secara langsung.

Frekuensi pembelian telur ayam ras oleh pedagang pengecer di pasar Sakti

sebanyak dua kali dalam seminggu, dengan jumlah telur yang masuk sebanyak

24.300 butir telur ayam ras dengan harga jual rata-rata Rp. 1.309,-/butir.

Frekuensi pembelian telur ayam ras oleh pedagang di pasar Gambir sebanyak

empat kali dalam seminggu, dengan jumlah telur yang masuk sebanyak 71.700

butir/minggu dengan harga jual rata-rata Rp. 1.337,-/butir. Sedangakan frekuensi

pembelian telur para pedagang pengecer di pasar Inpres sebanyak dua kali dalam

seminggu dengan jumlah telur yang masuk ke pasar sebanyak 15.900 butir dengan

harga jual rata-rata Rp. 1.328,-/butir.

Pedagang pengumpul atau agen adalah lembaga pemasaran yang bertindak

membeli telur ayam ras dari peternak dan menjual ke pedagang pengecer.

Pedagang pengumpul atau agen dalam penelitian ini adalah sebanyak 2 orang

yang membeli telur dari peternak langung. Agen mengambil telur dari peternak

45

Universitas Sumatera Utara


33
46

yang berada di Kecamatan Pantai Labu dengan menggunakan Pick up. Agen yang

menjual telur di pasar Sakti melakukan pengangkutan sebanyak dua kali dalam

seminggu dengan jumlah telur yang dijual sebanyak 48.000 butir dengan harga

jual Rp. 1.180,-/butir, tidak semua telur yang diangkut dalam pick up masuk ke

pasar Sakti, sebagian lagi telur dijual ke daerah lain. Sementara agen yang

menjual telur ayam ras ke pasar Gambir melakukan pengangkutan dengan pick up

sebanyak empat kali dalam seminggu, jumlah telur yang diangkut sebanyak

96.000 butir dengan harga jual Rp. 1.200,-/butir, telur yang diangkut tidak semua

dijual di pasar ini, karen sebagian lagi dijual ke pengecer kecil di luar pasar

Gambir.

Telur ayam yang diperjual belikan di pasar tradisional Kotamadya Tebing

Tinggi berasal dari peternak ayam ras petelur di Kecamatan Pantai Labu. Peternak

adalah produsen dari telur ayam ras yang memasarkan atau menjual telur ke

pedagang pengumpul atau agen. Peternak langsung menjual telur tanpa

melakukan penyortiran. Peternak ayam ras petelur menjual telur rata-rata Rp.

1.000/butir. Jumlah responden peternak adalah sebesar 3 orang di Kecamatan

Pantai Labu. Jadi peternak skala usaha menengah dan besar berada di Kecamatan

Pantai Labu dan merekalah yang mensuplai sebagian besar kebutuhan telur.

Dalam penelitian ini tergambar bahwa masing-masing peternak sudah mempunyai

langganan sendiri. Hasil penelitian menunjukkan telur yang berasal dari peternak-

peternak di Kecamatan Pantai Labu dibeli oleh pedagang pengumpul untuk

memenuhi kebutuhan telur di luar kota seperti Kotamadya Tebing Tinggi.

Pedagang pengumpul membeli telur dari peternak dan menjualnya ke pedagang

pengecer di Kotamadya Tebing Tinggi.

46

Universitas Sumatera Utara


34
47

Konsumen merupakan pihak terakhir di dalam saluran pemasaran telur

ayam ras yang terdiri dari dua jenis yaitu konsumen yang mengkonsumsi

langsung dan konsumen yang membeli telur untuk dijual kembali setelah diolah

(penjual makanan, penjual kue, dll).

Jumlah responden peternak adalah sebesar 3 orang di Kecamatan Pantai

Labu. Jadi peternak skala usaha menengah dan besar berada di Kecamatan Pantai

Labu dan merekalah yang mensuplai sebagian esar kebutuhan telur. Dalam

penelitian ini tergambar bahwa masing-masing peternak sudah mempunyai

langganan sendiri. Hasil penelitian menunjukkan telur yang berasal dari peternak-

peternak di Kecamatan Pantai Labu dibeli oleh pedagang pengumpul untuk

memenuhi kebutuhan telur di luar kota seperti Kotamadya Tebing Tinggi.

Pedagang pengumpul membeli telur dari peternak dan menjualnya ke pedagang

pengecer di Kotamadya Tebing Tinggi.

Pedagang pengecer adalah pedagang yang langsung berhubungan dengan

konsumen telur ayam ras di Kotamadya Tebing Tinggi. Pedagang pengecer

adalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang di pasar tradisional. Pedagang

pengecer di pasar tradional berada di Pasar Gambir, Pasar Sakti, dan Pasar Inpres.

Pengecer menjual ke konsumen, rumah makan, penjual burger, penjual kue,

bakso, dll.

Saluran Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran terdapat lembaga pemasaran yang merupakan

lembaga perantara yang menghubungkan produsen ke konsumen dalam

menyampaikan hasil produksi:

47

Universitas Sumatera Utara


35
48

Saluran Pemasaran I

Peternak Pedagang Konsumen


Pengecer

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran I

Berdasarkan gambar di atas adalah jenis pemasaran yang termasuk saluran

pemasaran satu tingkat karena saluran ini hanya menggunakan satu lembaga

perantara yaitu pedagang pengecer. Peternak telur ayam ras pada saluran ini

berasal dari Kecamatan Pantai Labu yang memproduksi telur dalam skala kecil

dan menjualnya langsung ke pedagang pengecer di pasar dengan menggunakan

pick up.

Saluran Pemasaran II

Peternak Agen Pedagang Konsumen


Pengecer

Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran II

Berdasarkan gambar di atas saluran pemasaran kedua merupakan saluran

pemasaran dua tingkat karena pemasaran telur dari peternak ke konsumen melalui

2 lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul atau agen dan pedagang

pengecer. Peternak berasal dari Kecamatan Pantai Labu dan menjual telur ayam

ras kepada agen yang datang ke peternak. Agen mengangkut telur menggunakan

pick up dan langsung dijual ke pedagang pengecer di pasar. Pada saluran

pemasaran II ini dibagi atas pemasaran IIa dan IIb. Kedua pemasaran tersebut

dibedakan dikarenakan ada dua pasar tradisional yang berada dalam satu saluran

ini sehingga biaya pemasaran akan berbeda jauh nantinya.

48

Universitas Sumatera Utara


49
36

Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan selisih harga yang diterima oleh peternak

telur ayam ras dengan harga ayang dikeluarkan oleh konsumen yang membeli

telur ayam ras. Margin pemasaran suatu komoditas terdiri dari biaya pemasaran

yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran serta keuntungan yang

diterima oleh peternak telur ayam ras dan lembaga-lembaga pemasaran. Untuk

dapat mengetahui besarnya keuntungan yang didapatkan pelaku pemasaran serta biaya-

biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran maka perlu dilakukan

analisis margin pemasaran pada setiap saluran pemasaran.

Saluran pertama yaitu melibatkan satu lembaga pemasaran, yaitu agen. Saluran

pemasaran ini meliputi Peternak Pedagang Pengecer Konsumen. Saluran

pemasaran kedua melibatkan dua lembaga pemasaran meliputi Peternak Agen

Pedagang Pengecer Konsumen.

Saluran pemasaran I terdiri dari peternak yang berasal dari Kecamatan

Pantai Labu dan pedagang pengecer yang berada di pasar tradisional di

Kotamadya Tebing Tinggi. Biaya pemasaran yang dikeluarkan peternak terdiri

dari biaya tray karton sebesar Rp. 1.280.000,- per bulan, tali sebesar Rp. 32.000,-

per bulan, dan biaya pengangkutan sebesar Rp. 1.200.000,- per bulan, sehingga

biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh peternak adalah sebesar Rp. 2.512.000,-

per bulan.

49

Universitas Sumatera Utara


37
50

Tabel 17. Biaya pemasaran telur ayam ras yang dikeluarkan oleh setiap
lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I
Biaya Saluran Pemasaran I

Jumlah Telur Biaya Biaya Rata-


No. Jenis Pemasaran
(Butir/Bulan) Rata (Rp)
(Rp)
1. Peternak (24.000 butir) 96.000
a. Tray Karton @400 1.280.000
b. Tali @8.000 32.000
c. Pengangkutan 1.200.000
Jumlah 2.512.000 26,16
2. Pedagang Pengecer (15.900) 63.600
a. Tenaga Kerja 166.000
b. Sewa Toko 85.000
c. Kebersihan 60.000
d. Tali dan Plastik 62.000
Jumlah 373.000 5,86
Total Biaya Pemasaran 2.885.000 32,03
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer pada saluran

pemasaran I ini adalah sebesar Rp. 373.000,- per bulan meliputi biaya tenaga

kerja sebesar Rp. 166.000,- per bulan, biaya tali dan plastik sebesar Rp. 62.000,-

per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 85.000,- per bulan, dan biaya kebersihan

sebesar Rp. 60.000,- per bulan dan jumlah telur yang diperoleh adalah sebesar

15.900 butir sehingga biaya rata-rata perbutir adalah sebesar Rp. 5,86 per butir.

Biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh peternak karena peternak

melakukan pengiriman keluar kota sehingga biaya pengangkutan lebih besar.

Sedangkan biaya pemasaran terkecil terdapat pada pedagang pengecer yaitu

sebesar Rp. 373.000,- per bulan.

Biaya saluran pemasaran IIa yang dikeluarkan oleh peternak antara lain

biaya tray karton sebesar Rp. 2.560.000,- per bulan dan biaya tali plastik sebesar

Rp. 30.000,- per bulan. Biaya pemasaran oleh agen terdiri dari biaya bensin

50

Universitas Sumatera Utara


38
51

sebesar Rp. 1.200.000,- per bulan, biaya konsumsi sebesar Rp. 320.000,- per

bulan, dan biaya tenaga kerja untuk 2 orag agen sebesar Rp. 2.000.000,- per

bulan. Total biaya adalah sebesar Rp. 3.520.000,- per bulan dan dengan jumlah

telur yang dipasarkan 192.000 butir maka biaya per butir adalah sebesar Rp.

18,33.

Tabel 18. Biaya pemasaran telur ayam ras yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran pada saluran pemasaran IIa
Biaya Saluran Pemasaran II

Jumlah Telur Biaya Biaya Rata-


No. Jenis Pemasaran
(Butir/Bulan) Rata (Rp)
(Rp)
1. Peternak (48.000) 192.000
a. Tray Karton @400 2.560.000
b.Tali @7.500 30.000
Jumlah 2.590.000 13,48
2. Agen (48.000) 192.000
a. Bensin 1.200.000
b. Konsumsi 320.000
c. Tenaga Kerja (2) 2.000.000
Jumlah 3.520.000 18,33
3. Pedagang Pengecer (24.300) 97.200
a. Tenaga Kerja 162.000
b. Sewa Toko 152.000
c. Kebersihan 28.000
d. Tali 24.000
e. Plastik 40.000
Jumlah 406.000 4,17
Total Biaya Pemasaran 6.516.000 35,99
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Biaya pemasaran pedagang pengecer sebesar Rp. 406.000,- per bulan

dengan jumlah penjualan adalah sebesar Rp. 97.200 butir maka biaya rata-rata per

butir adalah Rp. 4,17. Biaya pemasaran pedagang pengecer meliputi biaya tenaga

kerja sebesar Rp. 162.000,- per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 152.000, per

bulan, biaya kebersihan sebesar Rp. 28.000,- per bulan, biaya tali sebesar Rp.

51

Universitas Sumatera Utara


39
52

24.000,- per bulan, biaya plastik sebesar Rp. 40.000,- per bulan. Total biaya

pemasaran untuk saluran pemasaran II adalah sebesar Rp. 6.516.000,- per bulan

dan biaya per butir adalah Rp. 35,99.

Tabel 19. Biaya pemasaran telur ayam ras yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran pada saluran pemasaran IIb
Biaya Saluran Pemasaran IIb
Biaya Biaya
Jumlah Telur
No. Jenis Pemasaran Rata-Rata
(Butir/Bulan)
(Rp) (Rp)
1. Peternak (96.000) 384.000
a. Tray Karton @400 5.120.000
b.Tali @7.500 30.000
Jumlah 5.150.000 13,41
2. Agen (96.000) 384.000
a. Bensin 2.400.000
b. Konsumsi 640.000
c. Tenaga Kerja (2) 3.000.000
Jumlah 6.040.000 15,72
3. Pedagang Pengecer (71.700) 286.800
a. Tenaga Kerja 174.000
b. Sewa Toko 100.000
c. Kebersihan 40.000
d. Tali 22.000
e. Plastik 40.000
Jumlah 376.000 1,31
Total Biaya Pemasaran 11.566.000 30,45
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Biaya pemasaran IIb yang dikeluarkan oleh peternak antara lain biaya tray

karton adalah sebesar Rp. 5.120.000,- per bulan, dan biaya tali plastik sebesar Rp.

30.000,- per bulan, maka total biaya pemasaran peternak adalah sebesar

Rp. 5.150.000,- per bulan dengan jumlah telur yang dipasarkan 384.000 butir

maka jumlah biaya rata-rata adalah sebesar Rp. 13,41. Biaya yang dikeluarkan

oleh agen meliputi biaya bensin sebesar Rp. 2.400.000,- per bulan, biaya

konsumsi sebesar Rp. 640.000,- per bulan, dan biaya tenaga kerja untuk dua orang

52

Universitas Sumatera Utara


40
53

adalah sebesar Rp. 3.000.000,-per bulan. Total biaya pemasaran yang dikeluarkan

oleh agen adalah sebesar Rp. 6.040.000,- per bulan dengan jumlah penjualan

384.000 butir maka biaya rata-rata per butir adalah sebesar Rp. 15,72.

Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer antara lain biaya tenaga kerja

sebesar Rp. 174.000,- per bulan, biaya sewa toko sebesar Rp. 100.000,- per bulan,

biaya kebersihan adalah sebesar Rp. 40.000,- per bulan, biaya tali sebesar Rp.

22.000,- per bulan, dan biaya plastik sebesar Rp. 10.000,- per bulan. Sehingga

biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 376.000,- per

bulan dengan jumlah penjualan 286.800 butir maka biaya pemasaran rata-rata

adalah sebesar Rp. 1,31.

Margin pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran IIb yaitu sebesar

Rp. 337 karena jalur IIb merupakan rantai terpanjang dari pada jalur pemasaran I,

meskipun jalur pemasaran IIb memiliki rantai pemasaran yang sama dengan jalur

IIa tetapi margin keduanya memiliki perbedaan, hal ini dikarenakan pada jalur IIb

adanya perbedaan harga jual yang lebih tinggi mulai dari agen hingga pedagang

pengecer, serta konsumen akhir pada jalur IIb bukan hanya untuk dikonsumsi

langsung tetapi sebagian besar telur ayam ras dijual kembali dalam bentuk olahan

makanan dalam jumlah besar.

Margin pemasaran terkecil terdapat pada jalur pemasaran I yaitu sebesar

Rp. 178 dimana pada jalur ini peternak langsung menjual telur ayam ras kepada

pedagang pengecer. Selain itu pedagang pengecer menjual telur ayam ras hanya

dalam jumlah sedikit dan rata-rata konsumen yang membeli telur ayam ras adalah

untuk dikonsumsi secara langsung. Pada jalur ini terjalin hubungan yang sangat

dekat dan saling mempercayai sehingga peternak selalu menjaga kualitas telurnya

53

Universitas Sumatera Utara


54
41

yang dijual. Pada jalur I, IIa, dan IIb besar margin pemasaran ditentukan oleh

jarak distribusi dan panjang pendeknya rantai pemasaran.

Tabel 20. Margin pemasaran


Saluran Pemasaran
1 2a 2b
Uraian
Nilai (Rp/butir) Nilai (Rp/butir) Nilai (Rp/butir)

Peternak
Harga Jual 1.150 1.000 1.000
Biaya Pemasaran 26,16 13,48 13,41
Agen
Harga Beli 1.000 1.000
Biaya Pemasaran 18,33 15,72
Keuntungan 161,67 184,28
Harga Jual 1.180 1.200
Margin 180 200
Pedagang Pengecer
Harga Beli 1.150 1.180 1.200
Biaya Pemasaran 5,86 4,17 1,31
Keuntungan 172,14 124,83 135,69
Harga Jual 1.328 1.309 1.337
Margin 178 129 137
Total Biaya Pemasaran 32,03 35,98 30,44
Total Keuntungan 172,14 286,5 319,97
Total Margin 178 309 337
R/C Ratio 5,37 7,96 10,51
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Pada ketiga jalur pemasaran telur ayam ras, biaya terbesar ditanggung oleh

jalur pemasaran IIa yaitu Rp. 35,99. Hal ini karena rantai pemasaran yang melalui

dua lembaga pemasaran dan jumlah yang diperjualbelikan sangat banyak.

Sementara biaya terkecil terdapat pada pemasaran IIb, meskipun jalur pemasaran

IIb memiliki rantai yang sama dengan jalur pemasaran IIa, hal ini dikarenakan

pada jalur IIb biaya pemasaran pada pedagang pengecer lebih sedikit yang

disebabkan oleh biaya untuk sewa toko yang sedikit lebih murah. Sementara biaya

54

Universitas Sumatera Utara


42
55

yang ditanggung oleh jalur pemasaran I yaitu sebesar Rp. 32,03 yang merupakan

rantai pemasaran yang paling pendek.

Keuntungan pemasaran terbesar terdapataa pada jalur pemasaran IIa yaitu

sebesar Rp. 319,97 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta

konsumen yang membeli sebagian besar telur ayam ras dijual kembali dalam

bentuk olahan makanan dalam jumlah besar. Keuntungan terkecil terdapat pada

jalur pemasaran I yaitu sebesar Rp. 172,14, hal ini karena jumlah telur yang

disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang diberikan

kepada konsumen cukup tinggi.

Farmer’s Share

Tabel 21. Analisis famer’s share pada saluran pemasaran telur ayam ras di
Kotamadya Tebing Tinggi
Harga di Tingkat
Saluran Harga di Tingkat Farmer's Share
Konsumen
Pemasaran Peternak (Rp/butir) (%)
(Rp/butir)
I 1.150 1.328 86,59
IIa 1.000 1.309 76,39
IIb 1.000 1.337 74,79
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh

peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan pada umumnya

dinyatakan dalam persentase. Farmer’s share berhubungan terbalik dengan

margin pemasaran, artinya semakin tinggi margin pemasaran maka akan semakin

lebih rendah farmer’s share. Besarnya bagian yang diterima peternak telur ayam

ras dapat dilihat pada tabel 21.

Farmer’s share tertinggi pada saluran pemasaran ke satu yaitu sebesar

86,59%, artinya peternak menerima harga 86,59%, dari harga yang dibayarkan

55

Universitas Sumatera Utara


43
56

konsumen. Selain itu saluran pemasaran IIb memperoleh nilai farmer’s share

terendah yaitu sebesar 74,79%.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

dalam menyalurkan telur ayam ras dari peternak ke konsumen akhir yang

dinyatakan dalam rupiah per butir. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran

merupakan selisih antara margin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan

selama proses pemasaran. Analisis rasio keuntugan per biaya dapat digunakan

untuk mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang dilakukan memberikan

keuntungan kepada pelaku pemasaran

Tabel 22. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya


Keuntungan
Lembaga Pemasaran Biaya (Rp/Butir) π/C
(Rp/Butir)

Saluran I
Peternak 1.150
Pedagang Pengecer 172,14 5,86 29,37
Total 172,14 5,86 29,37
Saluran II a
Peternak 1.000
Agen 161,67 18,33 8,81
Pedagang Pengecer 124,83 4,17 29,93
Total 286,5 22,5 12,73
Saluran II b
Peternak 1.000
Agen 184,28 15,72 11,72
Pedagang Pengecer 135,69 1,31 103,58
Total 319,97 17,03 18,78
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Pada saluran I total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah

sebesar Rp. 5,86 per butir sedangkan keuntungan adalah sebesar Rp. 172,14 per

butir. Maka rasio keuntungan biaya adalah sebesar Rp. 29,37 per butir.
56

Universitas Sumatera Utara


44
57

Pada saluran IIa total biaya yang dikeluarkan per butir telur adalah sebesar

Rp. 22,5. Biaya terbesar ditanggung oleh agen yaitu sebesar Rp. 18,33 per butir,

biaya pemasaran terendah ditanggung ole pedagang pengecer adalah sebesar Rp.

4,17 per butir. Keuntungan terbesar diperoleh agen yaitu sebesar Rp. 161,67 per

butir, sedangkan keuntungan terendah diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar

Rp. 124,83per butir.

Pada saluran IIb biaya total yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 17,03 per

butir. Sedangkan biaya terbesar ditanggung oleh agen yaitu sebesar Rp. 15,72 per

butir,dan biaya terkecil diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp. 1,31 per

butir. Keuntungan terbesar diperoleh agen sebesar Rp. 184,28 per butir sedangkan

keuntungan pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 135,69.

Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras

Tabel 23. Efisiensi pemasaran telur ayam ras pada setiap saluran pemasaran dan
lembaga pemasaran
Nilai Produk Nilai Efisiensi
Lembaga Pemasaran Biaya (Rp/Buitr)
(Rp/Butir) (Rp/Butir)

Saluran I
Peternak 26,16 1.150 0,022
Pedagang Pengecer 5,86 1.328 0,004
Saluran II a
Peternak 13,48 1.000 0,013
Agen 18,33 1.180 0,015
Pedagang Pengecer 3,86 1.309 0,002
Saluran II b
Peternak 13,41 1.000 0,013
Agen 12,7 1.200 0,012
Pedagang Pengecer 1,2 1.337 0,003
Sumber: Hasil survei data diolah (2018)

Berdasarkan rumus Downey adan Erickson (1992) sistem pemasaran dapat

dikatakan efisien apabila nilai efisiensi pemasarannya adalah < 1, dengan melihat

57

Universitas Sumatera Utara


45
58

hasil analisis yang ada pada tabel 23, bahwa nilai efisiensi dari semua lembaga

pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran telur ayam ras di pasar

tradisional Kotamadya Tebing Tinggi adalah < 1 yang artinya efisien. Jadi dari

tiga lembaga pemasaran tersebut, maka lembaga pemasaran yang paling efisien

dibandingkan lembaga lainnya adalah pedagang pengecer. Hal ini ditunjukkan

oleh biaya pemasaran yang kecil, sedangkan nilai produk yang dipasarkan paling

besar.

58

Universitas Sumatera Utara


59

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemasaran telur ayam ras di pasar tradisional Kotamadya Tebing Tinggi

terdiri dari 2 saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran yang melibatkan satu

lembaga pemasaran dan saluran pemasaran yang melibatkan dua lembaga

pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat yaitu peternak sebagai produsen

telur, agen atau pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer.

Berdasarkan analisis margin pemasaran, farmer’s share, dan rasio

keuntungan terhadap biaya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Margin

pemasaran terkecil diperoleh oleh saluran I yaitu Rp. 178,- per butir. Rasio

keuntungan biaya terbesar adalah saluran pemasaran I, dari segi farmer’s share

maka saluran I menempati nilai tertinggi yaitu sebesar 86,59%, dan dilihat dari

efisiensi pemasarannya bahwa setiap saluran pemasaran sudah efisien dengan nilai

< 1.

Saran

Disarankan bagi peternak untuk memilih untuk memilih saluran

pemasaran yang sesuai agar mendapatkan keuntungan yang besar.dan disarankan

bagi peternak dan pelaku pasar telur ayam ras lainnya agar lebih jeli dalam

memahami informasi pasar untuk memahami aspek harga, jumlah, dan kualitas

produk.

46
59

Universitas Sumatera Utara


60

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, E., dan Rohmana, Y. 2007. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung:
Lab. Ekonomi dan Koperasi.

Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Daerah Kota Tebing Tinggi. Badan Pusat
Statistik Kota Tebing Tinggi.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kota Tebing Tinggi dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kota Tebing Tinggi.

Bagus, D. 2002. Strategi Pemasaran. Jurnal Manajemen. UI Press. Jakarta.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian untuk Perencanaan. UI Press.


Jakarta.

Daryanto, A. 2010. Revitalisasi Pasar Tradisional. Gramedia pustaka Utama.


Jakarta.

Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan. 2018. Harga Komoditas Pertanian dan
Peternakan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Peternakan dan Ketahanan
Pangan Provinsi Sumatera Utara.

Downey, D. dan Erikson, S. 1992. Manajemen Agribisnis. Penerbit Erlangga.


Jakarta.

Erlina. 2011. Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Fakultas
Ekonomi. USU. Medan.

Fachri, Y. 2017. Analisis Pemasaran Ayam Ras Gnigadep di Pasar Tradisional


Kota Medan. Fakultas Pertanian, USU. Medan.

Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Kencana Prenada Media Group.


Jakarta.

Kohls, R. L., and Uhls, J. N. 1985. Marketing of Agricultural Products. 9th Ed.
Mac Milan Co. New York.

Kotler, P., dan Amstrong, G. 1994. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi V. Jilid 1.


Intermedia. Jakarta.

Kotler, P., dan Keller, 2007. Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1, PT.Indeks,
Jakarta.

Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani.
Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

47
60

Universitas Sumatera Utara


48
61

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Edisi Ke-tiga, LP3S.

Nainggolan, J. D. 2017. Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras di Kota Medan.


Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Marlina, Y. 2013. Analisis Strategi Pemasaran Telur pada Peternakan Ayam Ras
di Kecamatan Bermani Ulu Raya Kabupaten Rejang Lebong.

Pinto, R. M., Hapsari, T. D., dan Hartadi, R. 2016. Kajian Pemasaran Telur Ayam
Ras dan Prospek Pengembangannya di Perusahaan Gracia Farm Timor-
Leste. Jurnal Ilmiah. Universitas Jember.

Rudianto. 2006. Pola Aliran Koleksi dan Distribusi Komoditas di Kota Tebing
Tinggi dan Wilayah Belakangnya. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang

Sekretariat Jendral-Kementerian Pertanian. 2016. Outlook Telur. Pusat Data dan


Sistem Informasi Pertanian.

Shinta, A. 2011. Manajemen Pemasaran. UB Press: Malang

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya.


Penerbit Rajawali. Jakarta.

1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta.

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Muhammadiyah University Press.


Malang

Warren, J. K. 2003. Manajemen Pemasaran Global. PT Indeks Gramedia. Jakarta.

61

Universitas Sumatera Utara


62

LAMPIRAN

Lampiran 1. Profil Pedagang Pengecer Telur Ayam Ras di Pasar Tradisonal Kotamadya Tebing Tinggi
Pengalaman Usaha
No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pendidikan Sumber Telur
(Tahun)
1. Nining W 39 SMA 5 Agen
2. Sinambela W 46 SMA 5 Agen
3. Rodesli W 37 SMA 12 Agen
4. Ani W 50 SMP 10 Agen
5. Yudi P 20 SMA 2 Agen
6. Erna W 54 SMP 16 Agen
7. Rudi P 28 SMP 2 Agen
8. Dewi W 43 SMA 12 Agen
9. Ramli P 35 SMA 8 Agen
10. Muis P 43 SMA 10 Agen
11. Richo P 28 SMA 9 Agen
12. Suryani W 40 SMA 10 Agen
13. Wetnes P 35 SMA 10 Agen
14. Iman P 39 SMA 6 Agen
15. Suratman P 37 D3 10 Agen
16. Ita W 42 SMA 17 Agen
17. Bu Ahong W 37 SMA 10 Agen
18. Dede P 35 SMA 5 Agen
19. M. Fadli P 30 SMA 5 Agen
20. Salim P 40 D3 6 Agen
21. Johan P 41 SMA 10 Agen

49
62

Universitas Sumatera Utara


50
63

22. Ameng P 38 SMA 6 Agen


23. Erlina W 49 SMP 10 Agen
24. Yasir P 45 SMA 15 Agen
25. Santi W 29 SMA 5 Agen
26. Juni W 24 S1 3 Agen
27. Niko P 41 SMP 6 Agen
28. M. Salim P 39 SMA 6 Agen
29. Fitri W 29 SMA 10 Agen
30. Tiohantio P 48 SMA 18 Peternak Pantai Labu
31. Ajir P 35 D3 7 Peternak Pantai Labu
32. Netty W 40 SMA 10 Peternak Pantai Labu
33. Tina W 38 SMA 11 Peternak Pantai Labu
34. Mutia W 32 SMA 7 Peternak Pantai Labu
35. Roma P 40 SMA 12 Peternak Pantai Labu

63

Universitas Sumatera Utara


64
51

Lampiran 2. Profil Agen Telur Ayam Ras


Pengalaman Usaha
No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pendidikan Sumber Telur
(Tahun)
1. Suprapto P 45 SMA 17 Peternak Pantai Labu
2. Wahid P 54 SMA 29 Peternak Pantai Labu

Lampiran 3. Profil Peternak Telur Ayam Ras


Pengalaman Usaha
No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) Pendidikan
(Tahun)
1. Cing Hong W 63 SMA 20
2. Pendi P 49 SMA 17
3. Lontiang P 56 S1 39

64

Universitas Sumatera Utara


52
65

Lampiran 4. Data Pedagang Pengecer pada Saluran


DATA PEDAGANG PENGECER PADA SALURAN I
Jumlah Telur
Jumlah Beli Terjual
Harga Beli Harga Jual
No. Nama Telur Ayam Ras Dari Biaya (minggu) (butir/minggu)
(Rp/butir) (Rp/butir)
(butir/minggu)

Sewa Toko : 21250, Tenaga


Tiohantio Peternak Kerja: 40000, Kebersihan :
1. 3300 1150 1325 3300
(48) Pantai Labu 15000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 21250, Tenaga


Peternak Kerja: 50000, Kebersihan :
2. Ajir (35) 2400 1150 1300 2400
Pantai Labu 15000, Tali : 5000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 21250, Tenaga


Peternak Kerja: 35000, Kebersihan :
3. Netty (40) 1800 1150 1370 1800
Pantai Labu 15000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 21250, Tenaga


Peternak Kerja: 40000, Kebersihan :
4. Tina (38) 3000 1150 1350 3000
Pantai Labu 15000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 21250, Tenaga


Peternak Kerja: 35000, Kebersihan :
5. Mutia (32) 1800 1150 1300 1800
Pantai Labu 15000, Tali : 5000, Plastik :
10000

65

Universitas Sumatera Utara


66
53

Sewa Toko : 21250, Tenaga


Peternak Kerja: 50000, Kebersihan :
6. Roma (40) 3600 1150 1325 3600
Pantai Labu 15000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Total 15900 6900 7970 15900

Rata-rata 1150 1328,33333

Lampiran 5. Data Pedagang Pengecer pada Saluran Pemasaran IIa


DATA PEDAGANG PENGECER PADA SALURAN IIa

Jumlah Beli Jumlah Telur


Harga Beli Harga Jual
No. Nama Telur Ayam Ras Dari Biaya (minggu) Terjual
(Rp/butir) (Rp/butir)
(butir/minggu) (butir/minggu)

Sewa Toko : 38000, Tenaga


1. Nining (39) 900 Agen 1180 Kerja : 48000, Kebersihan : 1300 900
7000, Tali : 5000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Sinambela Kerja : 40000, Kebersihan :
2. 3000 Agen 1180 1300 3000
(46) 7000, Tali : 5000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Rodesli Kerja : 50000, Kebersihan :
3. 2100 Agen 1180 1300 2100
(37) 7000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Kerja : 50000, Kebersihan :
4. Ani (50) 2100 Agen 1180 7000, Tali : 5000, Plastik : 1350 2100
10000

66

Universitas Sumatera Utara


54
67

Sewa Toko : 38000, Tenaga


Kerja : 37500, Kebersihan :
5. Yudi (20) 3000 Agen 1180 1300 3000
7000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 38000, Tenaga


Kerja: 35000, Kebersihan :
6. Erna (54) 600 Agen 1180 1250 600
7000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Kerja: 30000, Kebersihan :
7. Rudi (28) 1200 Agen 1180 1350 1200
7000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Kerja: 30000, Kebersihan :
8. Dewi (43) 4200 Agen 1180 1300 4200
7000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Kerja: 42000, Kebersihan :
9. Rika (35) 2100 Agen 1180 1300 2100
7000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Kerja: 35000, Kebersihan :
10. Muis (43) 3600 Agen 1180 1350 3600
7000, Tali : 5000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 38000, Tenaga
Kerja: 45000, Kebersihan :
11. Richo (28) 1500 Agen 1180 1300 1500
7000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Total 24300 12980 14400 24300

Rata-rata 1180 1309,09091

67

Universitas Sumatera Utara


68
55

Lampiran 6. Data Pedagang Pengecer pada Saluran Pemasaran IIb


DATA PEDAGANG PENGECER PADA SALURAN IIb
Jumlah Beli Jumlah Telur
Harga Beli Harga Jual
No. Nama Telur Ayam Ras Dari Biaya (minggu) Terjual
(Rp/butir) (Rp/butir)
(butir/minggu) (butir/minggu)
Sewa Toko : 25000, Tenaga
Kerja: 50000, Kebersihan :
1. Suryani (40) 10500 Agen 1200 1350 10500
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 25000,


2. Wetnes (35) 5400 Agen 1200 Kebersihan : 10000, Tali : 1325 5400
6000, Plastik : 10000

Sewa Toko : 25000, Tenaga


Kerja: 40000, Kebersihan :
3. Nur (39) 4500 Agen 1200 1375 4500
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 25000, Tenaga


Suratman Kerja: 30000, Kebersihan :
4. 3600 Agen 1200 1350 3600
(37) 10000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 25000, Tenaga
Kerja: 45000, Kebersihan :
5. Ita (42) 4200 Agen 1200 1375 4200
10000, Tali : 5000, Plastik :
10000
1200 Sewa Toko : 25000, Tenaga
Bu Ahong Kerja: 45000, Kebersihan :
6. 2400 Agen 1300 2400
(37) 10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

68

Universitas Sumatera Utara


56
69

Sewa Toko : 25000, Tenaga


Kerja: 40000, Kebersihan :
7. Dede (35) 2400 Agen 1200 1300
10000, Tali : 5000, Plastik : 2400
10000
Sewa Toko : 25000, Tenaga
M. Fadli Kerja: 40000, Kebersihan :
8. 1800 Agen 1200 1300 1800
(30) 10000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 28750, Tenaga
Kerja: 40000, Kebersihan :
9. Salim (40) 3000 Agen 1200 1300 3000
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000
Sewa Toko : 25000, Tenaga
Kerja: 35000, Kebersihan :
10. Johan (41) 3000 Agen 1200 1325 3000
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 28750, Tenaga


Kerja: 50000, Kebersihan :
11. Ameng (38) 3000 Agen 1200 1350 3000
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 28750, Tenaga


Kerja: 45000, Kebersihan :
12. Erlina (49) 3600 Agen 1200 1350 3600
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 28750, Tenaga


Kerja: 40000, Kebersihan :
13. Yasir (45) 2100 Agen 1200 1325 2100
10000, Tali : 5000, Plastik :
10000

69

Universitas Sumatera Utara


57
70

Sewa Toko : 25000, Tenaga


Kerja: 48000, Kebersihan :
14. Santi (29) 3600 Agen 1200 1350 3600
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 25000, Tenaga


Kerja: 45000, Kebersihan :
15. Juni (24) 4500 Agen 1200 1350 4500
10000, Tali : 6000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 25000, Tenaga


Kerja: 50000, Kebersihan :
16. Niko (41) 4800 Agen 1200 1325 4800
10000, Tali : 5000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 28750, Tenaga


M. Salim Kerja: 45000, Kebersihan :
17. 4500 Agen 1200 1370 4500
(39) 10000, Tali : 5000, Plastik :
10000

Sewa Toko : 25000, Tenaga


Kerja: 50000, Kebersihan :
18. Fitri (29) 4800 Agen 1200 1350 4800
10000, Tali : 5000, Plastik :
10000

Total 21600 24070

Rata-rata 1200 1337,22222

70

Universitas Sumatera Utara


58
71

Lampiran 7. Data Peternak Telur Ayam Ras


REKAPITULASI PETERNAK
Lama
No. Jumlah Produksi Produksi
Nama Umur Tempat Usaha Harga Jual
Responden Ternak Telur/Hari Telur/Minggu
(Tahun)
Cing
1. 63 Pantai Labu 20600 20 13700 95900 1150
Hong

2. Pendi 49 Pantai Labu 29560 17 18220 127540 1000

3. Lontiang 56 Pantai Labu 200000 39 90000 630000 1000

Lampiran 8. Data Agen Telur Ayam Ras


REKAPITULASI AGEN
Jumlah Beli
Lama Harga Harga Jumlah Telur
No. Telur Ayam Biaya
Nama Usaha Dari Beli Jual Terjual
Responden Ras (minggu)
(Tahun) (Rp/butir) (Rp/butir) (butir/minggu)
(butir/minggu)
Tenaga Kerja :
Peternak 250000, Bensin :
Suprapto
1. 45 48000 Pantai 1000 300000, 1180 36000
(45)
Labu Konsumsi :
80000
Teenaga Kerja :
Peternak 400000, Bensin :
Wahid
2. 49 96000 Pantai 1000 600000, 1200 72000
(54)
Labu Konsumsi :
160000

71

Universitas Sumatera Utara


72
59

Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pasar Tradisional Inpres

Gambar 2. Pasar Tradisional Sakti

72

Universitas Sumatera Utara


73
60

Gambar 3. Pasar Tradisional Gambir

Gambar 4. Pedagang Pengecer Telur Ayam Ras

73

Universitas Sumatera Utara


74
61

Gambar 5. Pengangkutan Telur Ayam Ras oleh Agen

Gambar 6. Peternakan Telur Ayam Ras

74

Universitas Sumatera Utara


75
62

Gambar 7. Produsen Telur Ayam Ras

75

Universitas Sumatera Utara


63

LEMBAR KUISIONER UNTUK PEDAGANG LEMBAR KUISIONER UNTUK PEDAGANG


TELUR AYAM RAS TELUR AYAM RAS

I. Biodata
1. No. Responden :
2. Lokasi :
3. Nama Toko :
4. Pemilik :
5. Umur :
6. Jlh Tanggungan :
7. Pendidikan Terakhir :
8. Lama Usaha :

II. Pertanyaan
1. Biaya Pemasaran
Keterangan Jumlah Biaya (Rp)
Sewa Toko
Tenaga Kerja
Transportasi
Kebersihan
Perlengakapan:
Tali
PROGRAM STUDI PETERNAKAN Papan Telur
FAKULTAS PERTANIAN Plastik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Total
2018

63

Universitas Sumatera Utara


64

2. Jumlah telur yang dibeli : ... (per hari / minggu) Jika ya


Berapa jumlah yang disimpan :
3. Harga beli telur :
Berapa lama penyimpanan :
4. Frekuensi pembelian : /bulan Berapa biaya penyimpanan :
Apakah anda menanggung resiko kebusukan :
5. Dari siapa dibeli :
6. Lokasi pembelian telur : Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang diisikan
di atas adalah benar.
7. Sistem pembayaran : cash /hutang
8. Jumlah telur yang terjual : ... (per hari / minggu) Kotamadya Tebing Tinggi, 2018
Disetujui Oleh :
9. Harga jual telur :
10. Menjual ke siapa :
11. Sistem penjualan : cash / hutang
( )
12. Apakah anda melakukan penyotiran
a. Bagus / Busuk
b. Besar / Kecil

13. Siapa yang menyortir :


a. Pegawai b. Keluarga c. Anda
14. Berapa upah :
15. Apakah anda juga berdagang telur lainnya
a. Ya b. Tidak
16. Bagaimana anda memperoleh informasi tentang harga jual :
17. Bagaimana saudara menentukan harga jual :
18. Apakah saudara melakukan penyimpanan

64

Universitas Sumatera Utara


65

LEMBAR KUISIONER UNTUK PETERNAK I. Biodata


TELUR AYAM RAS No, Sampel :
Lokasi :
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur :
Jlh tanggungan :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan lain :
Pendapatan : /Bulan
Frekuensi pembelian : /Bulan
Jumlah permintaan : /Bulan

II. Pertanyaan
1. Sejak kapan memulai usaha
2. Berapa jumlah ternak
3. Apakah punya perusahaan mitra
4. Kalau ada mitra, apa jenis kemitraan
a. agen b. dagang c. inti plasma d. bentuk lain
5. Apakah pernah menerima bantuan kredit
6. Jika pernah berapa dan dari siapa
7. Berapa bunganya
PROGRAM STUDI PETERNAKAN 8. Berapa banyak jumlah ayam yang dimiliki
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9. Berapa luas kandang
2018

65

Universitas Sumatera Utara


66

10. Apa status lahan yang diusahakan (sewa / milik sendiri / c. berapa jumlah penjualan
d. berapa harganya
garapan):
e. bagaimana sistem pembayaran (utang/cash)
11. Apakah menggunakan tenaga kerja :
16.5. Siapa yang menentukan harga jual :
12. Berapa upah tenaga kerja : Rp(per hari/bulan)
16.6.Apakah dilakukan penyortiran berdasarkan besar kecil:
13. Berapa produksi telur : butir/(hari/minggu)
16.7.Apakah pekerjaan sampingan lain yang anda lakukan :
14. Apakah saudara selalu mengikuti informasi mengenai
16.8.Berapa pendapatan dari hasil sampingan :
cara meningkatkan produksi telur ayam :
16.9.Apa hambatan dalam mengembangkan produksi :
15. jika pernah dari mana mendapatkannya :
16.10.Apa dukungan dalam mengembangkan produksi :
16. Aspek pemasaran
16.1. Kemana hasil produksi dijual :
Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang diisikan di atas
a. pedagang pengumpul c. melalui kelompok peternak
adalah benar.
b. pengusaha makanan d. lainnya
16.2. Biaya pemasaran yang ditanggung
Kotamadya Tebing tinggi, 2018
a. pengangkutan c. pungutan
Disetujui Oleh :
b. transportasi d. lainnya
16.3.Apakah saudara mengalami kesulitan dalam
memasarkan telur:
( ) ya, mengapa ................... ( )
( ) tidak, mengapa ...............
16.4. Kegiatan penjualan
a. berapa harga jual
b. kemana dijual
66

Universitas Sumatera Utara


67

67

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai