SKRIPSI
1
PERAMALAN PENJUALAN TEH HIJAU
DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING 1, KARANGANYAR,
JAWA TENGAH
Oleh :
MUTIARA OKTAVIANI TEGUH NUGROHO
11150920000085
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis
Data Diri
Nama : Mutiara Oktaviani Teguh Nugroho
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
E-mail : mutiaravianiokta@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Kerja
2015 : KlinikResy Derma Pro, Kemang, Jakarta Selatan
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
kenikmatan luar biasa besar tidak terkira. Shalawat serta salam penulis ucapkan
kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabat beliau, semoga kita
semua memperoleh syafa’at dari beliau dan berhasil sukses dunia maupun akhirat.
Atas dasar rasa syukur ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pada pembuatan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bantuan, doa dan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan
tersebut adalah :
1. Keluarga tercinta Bapak Agung Nugroho, Ibu Teguh Sudarsih, Rahayu Syafira
dan Bintang Putra Nur Alamin yang selalu berdoa dan mendukung penulis
2. Dosen pembimbing I, Bapak Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, M.M dan
Dosen pembimbing II, Ibu Puspi Eko Wiranthi, M.Si yang telah mencurahkan
sebagian waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan banyak arahan dan
4. Bapak Mukari, Bapak Panut Raharjo dan Bapak Priyanto selaku narasumber
Bapak Teten, Bapak Nyoman, Bapak Parno, Bapak Sugito, Bapak Dwi dan
6. Seluruh karyawan yang bekerja di PT. Rumpun Sari Kemuning 1 mulai dari
buruh petik, tenaga semprot, tenaga babat, Pekerja Harian Tetap (PHT) pabrik
dan Pekerja Harian Lepas (PHL) pabrik yang telah memberikan informasi-
SMAN 9 Tangerang Selatan dan SDN Benda Baru III yang selalu memberikan
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Penulis
vii
ABSTRAK
Tata kelola perawatan kebun yang kurang baik, usia tanaman teh tua dan
perubahan musim yang tidak menentu sepanjang tahun membuat produktivitas
tanaman teh semakin mengalami penurunan. Kondisi tersebut membuat penjualan
ke 6 jenis teh hijau menjadi tidak stabil yang berdampak pada kuantitas dan
kualitas teh hijau yang dihasilkan dan dijual nantinya. Adanya peran peramalan
diharapkan dapat membantu perusahaan agar, dapat mengambil keputusan yang
tepat bagi setiap departemen di PT. Rumpun Sari Kemuning 1, dengan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif sehingga,
peluang penjualan teh hijaudimasa mendatang dapat diraih.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis hubungan kointegrasi antar
jenis teh hijau chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang
selama periode Januari 2007-Juni 2019. (2) Menganalisis hasil peramalan
penjualan jenis teh hijau chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan
tulang dengan memperhatikan besarnya pengaruh antar jenis teh hijau periode Juli
2019-Desember 2020 mendatang. (3) Merekomendasikan implikasi manajerial
untuk PT. Rumpun Sari Kemuning 1 dari penggunaan metode kointegrasi dan
hasil peramalan penjualan antar jenis teh hijau.
Peramalan penjualan untuk 18 bulan ke depan periode Juli 2019-Desember
2020, menggunakan data time series berupa data penjualan chun mee, keringan
murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang periode Januari 2007-Juni 2019, yang
diperoleh dari PT. Rumpun Sari Kemuning 1, Karanganyar, Jawa Tengah. Data
penjualan bersifat kuantitatif diolah dengan menggunakan bantuan aplikasi
Microsoft Excel 2010 dan Eviews 10. Metode peramalan dilakukan dengan
menggunakan analisis VAR/VECM, yang didalamnya terdapat beberapa tahapan
analisis meliputi, uji stasioneritas ADF,uji lag optimum, uji stabilitas model VAR,
uji kointegrasi Johansen, uji kausalitas Granger, Impuls Response Function (IRF)
dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terjadi 5 hubungan kointegrasi antar
jenis teh hijau chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang
dalam proses penjualan. Hasil ramalan penjualan dengan menggunakan IRF untuk
periode Juli 2019-Desember 2020 mendatang menunjukkan bahwa, kenaikan
penjualan keringan murni cenderung direspon negatif hampir pada setiap jenis teh
hijau sehingga, terjadi penurunan penjualan sedangkan, memasuki musim
penghujan terjadi kenaikan penjualan chun mee, lokal 2 dan tulang yang
cenderung direspon positif hampir pada semua jenis teh hijau sehingga, penjualan
meningkat. Guncangan negatif berupa kemungkinan akan terjadi serangan hama
pada musim kemarau dan guncangan positif berupa kemungkinan akan memasuki
pergantian ke musim penghujan dengan curah hujan tinggi sehingga, produksi teh
meningkat. Hasil ramalan penjualan menggunakan FEVD untuk periode Juli
2019-Desember 2020 menunjukkan, penjualan jenis teh hijau chun mee, keringan
murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang cenderung mengalami penurunan yang
pengaruhnya didominasi oleh jenis teh hijau itu sendiri dan pengaruh jenis teh
hijau lain, untuk chun mee yang paling kuat adalah keringan murni, keringan
murni yang paling kuat adalah lokal 2, lokal 2 yang paling kuat adalah chun mee,
kempring yang paling kuat adalah lokal 2, dust yang paling kuat adalah chun mee
dan tulang yang paling kuat adalah lokal 2. Penurunan penjualan teh hijau dimasa
mendatang disebabkan oleh faktor internal perusahaan meliputi, usia tanaman teh
tua, pembibitan terakhir pada tahun 1994, terlambatnya tata kelola perawatan
kebun, mesin-mesin pengolahan berusia tua, tindakan-tindakan pekerja tidak
sesuai SOP perusahaan dan faktor eksternal perusahaan yakni, penurunan luas
areal perkebunan pada beberapa blok di afdeling B dataran rendah digunakan
sebagai area wisata.Implikasi manajerial yang diperoleh PT. Rumpun Sari
Kemuning 1, perusahaan dapat mengambil keputusan seperti, menyusun rencana
peningkatan produktivitas tanaman teh, dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada secara efisien dan efektif dan tetap memperhatikan pergantian musim yang
terjadi pada periode Juli 2019-Desember 2020 mendatang di kabupaten
Karanganyar. Rencana ramalan penjualan yang direkomendasikan pada
departemen tanaman adalah pembibitan stek teh, penanaman ulang, pemangkasan,
pemupukan, penanganan pasca panen, perubahan jam kerja kebun, meliburkan
PHL dan mengetahui tingkat kapasitas produksi teh basah. Departemen pabrik
perlu melakukan perubahan jam kerja dan shift kerja pabrik, meliburkan PHL dan
mengetahui jumlah mesin yang perlu digunakan. Departemen administrasi
melakukan pembelian sarana produksi pertanian dengan tepat waktu untuk
memenuhi kebutuhan departemen tanaman dan pabrik. Bagian pemasaran
melakukan promosi penjualan secara aktif kepada konsumen tetap agroindustri teh
sesuai jenis teh hijau yang tersedia.
Kata Kunci : Peramalan, Penjualan, Teh Hijau, Kointegrasi, VECM, IRF, FEVD.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
13. Hasil Uji Stabilitas Model VAR Penjualan 6 Jenis Teh Hijau
PT. Rumpun Sari Kemuning 1 Tahun 2007-2019 ................................... 84
17. Respon dan Guncangan Masing-Masing Jenis Teh Hijau ........................ 113
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
4. Tenaga Kerja PT. Rumpun Sari Kemuning 1 Tahun 2017 ....................... 145
13. Data Produksi Teh Basah dan Teh Kering Periode Januari 2007-
Desember 2018 ......................................................................................... 164
Terlihat dari rata-rata setiap rumah tangga selalu menyediakan minuman teh
dirumahnya dan teh menjadi salah satu minuman favorit yang selalu dinikmati
setiap saat, sebagai minuman penyegar bagi tubuh. Peluang bisnis yang sangat
menjanjikan tersebut, terus dimanfaatkan oleh para pelaku usaha agroindustri teh,
(PBN)dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Sebagai bahan baku utama dalam
pembuatan minuman teh, tentu ketersediaan bahan baku teh harus dijaga
70000
60000
50000
PR
Ton
40000
30000 PBN
20000
10000 PBS
0
2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Ketidakstabilan produksi teh ini, membuat para pelaku usaha agroindustri teh
dihadapkan pada kondisi ketidakpastian dalam penyediaan bahan baku teh untuk
masa mendatang. Ketiga perkebunan teh tersebut, tersebar pada sentra-sentra teh
berkontribusi, untuk Jawa Barat sebesar 66,93%, Jawa Tengah sebesar 6,90%,
Sumatra Utara sebesar 6,23%, Sumatra Barat sebesar 5,27% dan Jawa Timur
Jawa Timur;
Lainnya; 010%
004%
Sumatera Utara;
005%
Sumatera Barat; Jawa Barat;
006% 067%
Jawa Tengah;
007%
begitu, menurut Asosiasi Petani Teh Indonesia pada tahun 2014, dengan luas
lahan yang sama PBS teh di Jawa Barat hanya menghasilkan 7 kwintal pucuk
teh/Ha sedangkan,di Jawa Tengah dapat menghasilkan 2-3 ton pucuk teh/Ha.
Kondisi ini disebabkan oleh, kepadatan populasi tanaman teh di Jawa Barat
2
hanya mencapai 70% dan faktor keterlambatan rawat pada kebun teh
sehingga, berdampak pada penurunan produktivitas tanaman teh dan luas areal
tidak stabil sehingga, menuntut para pelaku usaha agroindustri teh untuk lebih
dimasa mendatang, terutama dalam penyediaan bahan baku teh. Karena sulit
peran peramalan dapat digunakan oleh manajemen perusahaan sebagai salah satu
Salah satu perusahaan yang mengelola PBS teh di Provinsi Jawa Tengah
adalah PT. Rumpun, dengan 2 perkebunan teh yang terletak pada kabupaten
produksi teh lebih tinggi sebesar 700 ton,dibandingkan dengan perkebunan teh
2017). Perkebunan teh Kemuning dikelola oleh PT. Rumpun Sari Kemuning 1
3
yang bergerak dalam bidang agroindustri teh hijau. Perkembangan agroindustri
teh yang cepat dan ketidakstabilan produksi teh, membuat PT. Rumpun Sari
baku teh dimasa mendatang. Kondisi tersebut akan berdampak pada kegiatan
penjualan teh hijau, baik dari kuantitas penjualan dan kapasitas produksi yang
akan disediakan sehingga, menuntut manajemen dari PT. Rumpun Sari Kemuning
menghasilkan 7 produk teh hijau, dengan bahan baku petikan pucuk teh yang
sama dan hanya dibedakan berdasarkan kualitas hasil pengolahannya. Produk teh
hijau yang dihasilkan/dijual yakni meliputi, chun mee yang partikel tehnya
tergulung sempurna berasal dari jarum teh (peko), keringan murni partikelnya
berupa teh yang tergulung sedikit renggang dan sedikit tulang kecil, lokal 2
partikelnya berupa teh yang tergulung sangat renggang dan sedikit tulang besar,
serpihan teh yang lebih kecil dari kempring, dust partikelnya berupa butiran halus
memproduksi jenis teh hijau faning sehingga, jenis teh hijau yang akan
kempring, dust dan tulang. PT. Rumpun Sari Kemuning 1 telah memasarkan 7
4
penjualan teh hijau PT. Rumpun Sari Kemuning 1 cenderung mengikuti produksi
teh hijau yang dihasilkan, secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.
60000
Chun Mee
50000
Keringan
40000 Murni
Lokal 2
Kg
30000
Kempring
20000
Dust
10000 Tulang
0
129
1
9
105
113
121
137
145
17
25
33
41
49
57
65
73
81
89
97
Periode Bulan
13 tahun terakhir sangat berfluktuasi. Jenis teh hijau keringan murni menunjukkan
penjualan tertinggi diantara 5 jenis teh hijau lainnya kemudian, diikuti dengan
jenis teh hijau tulang, lokal 2, dust, kempring dan chun mee. Penurunan
penjualan teh hijau tidak stabil. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi
penurunan produktivitas tanaman teh antara lain seperti, tata cara pengelolaan
kebun yang kurang baik, usia tanaman teh tua dan perubahan musim yang tidak
menentu sepanjang tahun. Karena sangat rendahnya kualitas pucuk teh, bagian
pucuk jarum (peko) tidak dapat tumbuh sehingga, dalam proses pengolahan tidak
dapat menghasilkan jenis teh hijau chun mee terutama ketika musim kemarau tiba.
5
Kandungan nutrisi dan kadar air yang minim dalam pucuk teh juga, akibat
jenis teh hijau keringan murni dan lokal 2 yang dihasilkan. Kondisi tersebut,
membuat pucuk teh yang selama dalam proses pengolahan sebagian kecil tidak
hijau tersebut dialokasikan untuk jenis teh hijau kempring dan dust. Produksi jenis
teh hijau keringan murni dan lokal 2 selama ini merupakan yang paling tinggi hal
ini, sejalan dengan penjualan kedua jenis teh hijau tersebut yang memiliki peminat
cukup besar dalam mendominasi pangsa pasar untuk home industry disekitar
membuat pucuk teh yang dipanen didominasi oleh pucuk teh tua dengan ukuran
tangkai yang besar sehingga, jenis teh hijau tulang berukuran besar yang
ke 6 jenis teh hijau tidak stabil. Apabila kondisi tersebut tidak diatasi pada masa
saat ini maka, tidak menutup kemungkinan PT. Rumpun Sari Kemuning 1 akan
memasarkan produk teh hijaunya. Mengingat realisasi penjualan yang selama ini
yang tepat sangat diperlukan bagi pihak manajemen PT. Rumpun Sari Kemuning
1,agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang mereka miliki saat ini dan
6
dapat berkelanjutan hingga dimasa mendatang. Realisasi Produksi dan penjualan 6
2017 2018
Jenis Teh Hijau
Produksi (kg) Penjualan (kg) Produksi (kg) Penjualan (kg)
Chun Mee 0 0 1.252 1.000
Keringan Murni 286.920 272.830 227.525 219.055
Lokal 2 84.433 68.200 97.155 96.598
Kempring 81.717 68.420 77.166 75.339
Dust 87.215 81.000 59.281 53.200
Tulang 106.052 99.700 102.003 98.800
Sumber : PT. Rumpun Sari Kemuning 1. 2019 (diolah)
2017 dan 2018 hanya memiliki selisih sedikit dari produksi teh yang
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif sehingga,
kointegrasi sesuai untuk digunakan pada 6 jenis teh hijau karena, dapat melihat
hubungan dan pengaruh antar jenis teh hijau dalam jangka panjang. Hubungan
dan pengaruh antar jenis teh hijau pada proses penjualan, terkadang dapat
7
teh hijau lainnya. Berdasarkan hal tersebut, penulis akan melakukan
1. Apakah terjadi hubungan kointegrasi antar jenis teh hijau chun mee, keringan
murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang selama periode Januari 2007-Juni
2019 ?
2. Bagaimana hasil peramalan penjualan jenis teh hijau chun mee, keringan
pengaruh antar jenis teh hijau periode Juli 2019-Desember 2020 mendatang ?
penggunaan metode kointegrasi dan hasil peramalan penjualan antar jenis teh
hijau ?
1. Menganalisis hubungan kointegrasi antar jenis teh hijau chun mee, keringan
murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang selama periode Januari 2007-Juni
2019.
8
2. Menganalisis hasil peramalan penjualan jenis teh hijau chun mee, keringan
pengaruh antar jenis teh hijau periode Juli 2019-Desember 2020 mendatang.
dari penggunaan metode kointegrasi dan hasil peramalan penjualan antar jenis
teh hijau.
3. Bagi Penulis, sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh selama masa
pendidikan perkuliahan dan sebagai syarat kelulusan sarjana strata satu dalam
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
berfokus membahas peramalan penjualan 6 jenis teh hijau yang terdiri dari chun
hubungan dan pengaruh antar jenis teh hijau pada proses penjualan dimasa
mendatang. Peramalan penjualan teh hijau dilihat berdasarkan data time series
yang diperoleh dari PT. Rumpun Sari Kemuning 1 mulai dari periode Januari
2007-Juni 2019.
penjualan 6 jenis teh hijau periode Juli 2019-Desember 2020 mendatang. Metode
analisis yang digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang antar jenis teh
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sumber daya alam. Semua teknologi yang digunakan sesuai dengan daya dukung
terlibat diarahkan untuk memenuhi kepentingan manusia pada masa sekarang dan
waktu yang relatif lama sehingga, memenuhi kebutuhan manusia pada masa
2. Sumber daya alam khususnya sumber daya alam pertanian, yang menghasilkan
bahan baku agroindustri dapat dipelihara dengan baik dan terus ditingkatkan
bahan baku.
3. Dampak negatif dari adanya pemanfaatan sumber daya alam dan adanya
Agroindustri berada pada subsistem ketiga (SS-III) dalam sistem agribisnis, yang
SS I SS II SS III SS IV
berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang
dihasilkan oleh SS-II. Tanda panah kedepan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan
bahwa subsistem pengolahan (SS-III) akan berhasil jika, menemukan pasar untuk
apabila hanya dikembangkan salah satu subsistem. Tidak ada subsistem yang
lebih penting dari subsistem lainnya dan setiap subsistem akan berfungsi dengan
baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem (Said dan Intan,
2001:21).
12
2.2 Tanaman Teh
seperti : Camellia theifera, Thea sinensis, Camellia thea dan Camellia sinensis
(Effendi dkk, 2010:3). Di Indonesia tanaman teh yang cocok untuk dibudidayakan
adalah jenis assamica. Tanaman teh sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat
Indonesia karena, memiliki nilai ekonomi tinggi dan multiguna yakni, sebagai
minuman penyegar yang memiliki antioksidan dan polifenol yang tinggi selain
itu, teh juga digunakan untuk bahan kosmetik serta bahan pelangsing tubuh.
Vitamin yang terkadung dalam teh adalah vitamin C, vitamin B dan vitamin A,
akan tetapi diduga sebagian rusak pada saat proses pengolahan namun sebagian
Teh di daerah tropis umumnya ditanam pada daerah dataran tinggi dengan
ketinggian sekitar 800-1.100 m dpl. Tanaman teh juga memberikan hasil dengan
kualitas yang baik di daerah ketinggian 700-1.000 m dpl. Curah hujan rata-rata
per tahun yang dikehendaki yaitu, 2.000-2.500 mm. Pada daerah tropis, tanaman
teh tidak tahan terhadap musim kemarau yang panjang. Curah hujan ideal > 100
13
Angin yang membawa udara panas tidak baik bagi pertumbuhan tanaman
teh. Apabila angin berhembus selama 3-4 hari secara berturut-turut, dapat
Suhu ideal bagi pertumbuhan tanaman teh berkisar 10-30˚C. Suhu diatas atau
cocok untuk menanam teh adalah tanah yang subur, tidak bercadas dan
2016). Organisme pengganggu tumbuhan ( OPT) pada tanaman teh adalah sebagai
1. Tungau Jingga
Hama ini menyerang daun tua pada bagian bawah daun. Pada awal
serangan terjadi becak-becak kecil pada pangkal daun, selanjutnya tungau akan
mengering. Serangan hama ini cenderung terjadi pada musim kemarau yang
14
cenderung diperkirakan akan terjadi pada bulan Juni-September disetiap tahunnya
2. Tungau Kuning
Tungau kuning adalah tungau dengan ukuran sangat kecil, dengan panjang
badan 0,25 mm. Tungau ini biasanya terlihat pada permukaan bawah dari pucuk
muda dan tunas, khususnya pada tanaman teh yang baru dipangkas. Serangan
hama ini cenderung terjadi pada musim hujan yang diperkirakan akan terjadi pada
3. Empoasca sp.
Hama empoasca menyerang pada pucuk dan daun muda dengan cara
Kepik pengisap daun menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk
Ulat penggulung daun membuat tempat berlindung untuk diri sendiri dari
daun teh caranya, dengan benang sutra atau dengan menggulung satu daun lalu
Ulat penggulung pucuk menyerang bagian tanaman teh yang akan dipanen,
hama ini memiliki potensi cukup besar untuk merugikan produksi teh yang
15
dihasilkan. Ulat tersebut menggulung daun pucuk dengan memakai benang-
7. Ulat Api
Ulat api badan berbulu dengan panjang sekitar 2,5 cm. Ulat ini menyerang
bagian daun yang muda dan tua. Serangan hama dapat menyerang sepanjang
tahun dan terberat pada musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi pada bulan
8. Cacar Daun
Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur E. vexans dapat
menurunkan produksi pucuk basah sampai 50% karena menyerang daun muda.
Pada umumnya serangan terjadi pada pucuk peko, daunpertama, kedua dan ketiga.
9. Penyakit Akar
Penyakit akar yang penting pada tanaman teh yaitu, akar merah anggur,
merah bata, hitam, leher akar, kanker belah. Kelima penyakit ini menular melalui
kontak akar sakit dengan akar sehat atau melalui benang jamur yang menjalar
bebas dalam tanah atau pada sampah-sampah di atas permukaan tanah (jamur
kanker belah). Gejala pada tanaman terserang adalah daun menguning, layu,
penyakit adalah ketinggian tempat, jenis/kondisi tanah dan jenis pohon pelindung.
16
Bibitterserang, timbul bercak-bercak coklat pada daun induknya,dimulai dari
menyerang tanaman terutama melalui luka ataubagian daun yang rusak. Gejala
tanaman teh yang lemahkarena, kekurangan unsur hara (N dan K), pemetikan
yang berat, kekeringan, angin kencang dan sinar matahari yang kuat.
bergantung dari cara budidaya yang dilakukan. Terdapat beberapa upaya yang
tanaman skala besar karena, keunggulannya sama dengan pohon induknya. Stek
teh yang diambil, kebun induknya harus dikelola khusus agar terjamin kemurnian
bahan tanaman dan mempunyai potensi produksi dan kualitas tinggi. Mutu
tanaman dengan cara pembibitan stek banyak dipengaruhi oleh kesehatan dan
17
Faktor lain pelaksanaan pembibitan harus tepat agar diperoleh bibit cukup umur
2. Penanaman Ulang
sebelumnya rendah karena, teh tua yang jumlahnya sudah cukup besar lebih dari
3. Pemangkasan
g. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa minus
(kemarau).
produktivitas tanaman yang sudah mulai menurun dan ketinggian bidang petik
18
(Effendi, dkk, 2010:32). Sebagai prakiraan, daur pangkasan
4. Pemupukan
adanya curah hujan di antara dua waktu pemupukan serta,waktu penyerapan oleh
hara dari pupuk belum dapat diserapdengan sempurna karena, belum terurai
berikut :
19
a. Pemetikan pucuk dilakukan secara taruk.
e. Isi waring penyimpanan pucuk jangan lebih 20 kg, jika terlalu berat mudah
rusak.
g. Jika waring banyak, dibuat rak-rak dalam bak angkutan agar tidak tumpang
tindih.
i. Keranjang dalam truk tidak boleh ditindih dengan barang lain termasuk orang
yang menumpang.
pengolahannya dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, teh fermentasi (teh
hitam), teh semi fermentasi (teh oolong dan teh kuning) dan teh tanpa fermentasi
(teh hijau dan teh putih). Istilah fermentasi sebenarnya bukanlah istilah yang tepat
menggunakan istilah oksidasi enzimatis. Teh hitam, teh hijau, teh putih maupun
teh oolong dan kuning dapat diolah dari bahan baku yang sama yaitu, daun teh
20
atau Camellia sinensis. Jenis teh berdasarkan cara pengolahaannya dapat dilihat
pada Tabel 3.
Teh hijau merupakan hasil olahan teh yang diproses tanpa menggunakan
seperti,catechin dan senyawa polifenol yang lainnya masih cukup tinggi dan
bermanfaat tersebut maka, proses pengolahan teh hijau harus dilaksanakan dengan
penuh ketelitian dan hati-hati. Proses menjaga kualitas pucuk segar harus dimulai
21
pengangkutan sampai proses pelayuan (Anggraini, 2017:67). Tahap-tahap
Pelayuan
Pendinginan
Penggulungan
Pengeringan Pertama
Pengeringan Kedua
Pengeringan Akhir
1. Pelayuan
mesin rotary panner. Pelayuan pada teh hijau bertujuan untuk menginaktifkan
enzim polifenol oksidasi dan menurunkan kandungan air dalam pucuk agar, pucuk
menjadi lentur dan mempermudah proses penggulungan. Pucuk yang sudah layu
optimal ditandai dengan melemasnya daun, bila dipegang daun terasa lengket,
menerus kedalam silinder mesin rotary panner yang sudah dipanasi secara
berlangsung dalam rotary panner, terjadi proses penguapan air baik yang terdapat
dipermukaan maupun yang terdapat didalam daun. Uap air yang terjadi harus
22
terhidrolisanya klorofil oleh uap asam-asam organik. Caranya adalah dengan
menghisap udara dari dalam mesin atau mengehembuskan udara segar kedalam
mesin dengan bantuan kipas (blower).Akibat dari tingginya harga BBM Solar,
saat ini bahan bakar yang biasa digunakan sebagai pemanas mesin rotary panner
adalah kayu bakar, cangkang sawit dan wood pellet yang dimasukkan kedalam
yaitu, pemasasan silinder yang bersinggungan secara langsung dengan pucuk yang
sedang dilayukan.
1. Pendinginan
pucuk layu yang masih panas kedalam silinder berputar yang permukaannya
terbuat dari kawat mesh berlubang. Kemudian kedalam mesin dihembuskan udara
2. Penggulungan
penggulung atau biasanya disebut open top roller. Tujuan dari proses ini adalah
mengeluarkan cairan dalam sel pucuk layu dan membentuk pucuk menjadi
gulungan-gulungan yang akan berpengaruh terhadap bentuk teh kering yang akan
dihasilkan. Pucuk layu dari mesin rotary panner akan berkurang beratnya -/+30%
dan pengurangan ini diperoleh dari berkurangnya kandungan air dari pucuk.Proses
penggulungan pada pengolahan teh hijau hanya dilakukan sekali dengan tujuan
agar pucuk yang sedang digulung tidak terlalu banyak yang hancur. Pucuk yang
23
hancur akan mengakibatkan teh kering menjadi bubuk, yang pada proses
layu pucuk, ukuran mesin serta tipe mesin penggulung. Lama penggulungan yang
3. Pengeringan Pertama
teh hijau berfungsi untuk menurunkan kandungan air dalam pucuk layu sekaligus
organoleptik ciri dari pengeringan pertama sudah layak adalah apabila bubuk teh
dipegang maka, akan terasa lengket di tangan mesin pengering I disebut ECP,
Pemanasan udara pada mesin ECPdilaksanakan dengan cara menarik udara segar
dari luar, kemudian udara tersebut disinggungkan dengan permukaan besi plat
yang sudah dipanaskan sehingga, suhu udara menjadi naik. Suhu udara yang
25 menit dengam kadar air output yang diinginkan sebesar 40-42%. Bahan bakar
24
pemanas yang biasa dipakai untuk mesin ECP adalah BBM solar, kayu bakar,
4. Pengeringan Kedua
tea. Pengeringan kedua ini berfungsi untuk menurunkan kandungan air bubuk teh
5-6 % dan proses pembentukan teh kering menjadi bulat atau terpilin. Mesin ball
memanjang yang berfungsi agar bentuk teh yang dihasilkan berbentuk bulat atau
memilin. Sama dengan mesin ECP, sistem pemanasan pada mesin ball tea juga
persyaratan harus dipenuhi, diantaranya suhu, kadar air bahan, kapasitas mesin,
bentuk/ukuran batten, RPM mesin dan lain-lain, tetapi yang lebih penting adalah
mutu bahan baku. Bahan bakar yang dipakai pada mesin ball tea dapat berupa
pemanasan dengan elemen listrik, gas, cangkang sawit dan kayu bakar.
5. Pengeringan Akhir
Pada dasarnya pengeringan pada pengolahan teh hijau terdiri dari 2 tahap,
yakni, efesiensi, keterbatasan kapasitas ball tea, bentuk teh kering yang
diharapkan dan lain-lain. Pengeringan tiga pada pengolahan teh hijau biasanya
memakai mesin rotary dryer. Prinsip pengeringan tiga menggunakan rotary dryer
adalah dengan pemanasan langsung, sama halnya dengan pemanasan pada rotary
25
panner dan bentuknya juga hampir sama yaitu, menggunakan silinder yang
terbuat dari besi plat. Pengeringan tiga bertujuan menurunkan kadar air bubuk teh
mutu bahan baku, suhu, RPM dan kapasitas. Bahan bakar yang dipakai oleh mesin
rotary dryer dapat berupa BBM Solar, cangkang saawit, gas maupun kayu bakar.
pengeringan sebesar 40-50kg teh kering sedangkan mesin yang memiliki ukuran
organisasi bisnis dalam setiap pengambilan keputusan. Peramalan adalah seni dan
dengan, suatu bentuk model matematis atau dapat juga dilakukan dengan prediksi
intuisi yang bersifat subjektif dari pendapat seorang manajer (Heizer dan Render,
2009:162).
lain sebagai alat bantu untuk merencanakan secara efisien dan efektif, untuk
menetapkan sumber daya pada masa yang akan datang dan untuk membuat
26
2.3.1 Peramalan Kualitatif
kualitatif bersifat subjektif sebab didasarkan atas perasaan dari seseorang yang
manajer atau pakar tingkat tinggi yang pada umumnya digabungkan dengan
kelompok.
2. Metode Delphi
sehingga, memungkinan para ahli membuat peramalan. Pada metode ini pihak
manajemen menggunakan kuisioner yang disebar kepada para responden dan hasil
dibuat.
dilakukan oleh para tenaga penjual diwilayahnya. Kemudian ramalan ini dikaji
27
pada tingkat wilayah dan nasional agar dapat memperoleh peramalan secara
menyeluruh.
Suatu teknik peramalan yang meminta input dari konsumen mengenai rencana pembelian
mereka dimasa depan. Survei konsumen dapat dilakukan melalui percakapan informal
menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel
tergantung pada data historis yang cukup lama agar dapat diuraikan secara
Model deret waktu dalam metode peramalan kuantitatif adalah model yang
didasarkan pada suatu urutan susunan waktu observasi berdasarkan jarak atau
interval reguler dari waktu seperti per jam, per hari, per minggu, per bulan
maupun per tahun. Deret waktu memprediksi dengan dasar asumsi bahwa, nilai
masa depan dari deret waktu dapat diestimasi atau merupakan fungsi dari nilai
masa lalu.
28
2. Model Assosiatif (Kausal)
kuantitas produk yang sedang diramalkan. Ketika variabel terkait ini ditentukan
penjualan dan promosi yang agresif artinya, harus menjual lebih banyak produk
2018:32). Perlu disadari bahwa semakin lama waktu ramalan, akan semakin besar
29
perlu melakukan pembaruan data setiap kali data baru sudah selesai dikumpulkan.
Para manajer pemasaran, membutuhkan laporan terkait informasi akurat dan tepat
kegiatan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan situasi masa depan maka, dapat
dibayangkan bahwa dalam waktu dekat perusahaan akan mengalami kerugian atau
produksi dapat dinyatakan dalam jam, orang dan mesin yang ditetapkan
sedangkan jika berlebihan akan berdampak pada biaya yang melonjak tajam
(Ahmad, 2018:41).
30
3. Departemen pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh bahan baku
akan dibuat, dijual dan dipasarkan sebagai dasar untuk membuat rencana
2.4 Kointegrasi
dikatakan berkointegrasi dalam orde d,b atau ditulis t ~CI (d,b) apabila berlaku
(a). Semua komponen dari t merupakan proses integrated order d atau I(d) dan
31
variabel yang tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara variabel tersebut dapat
menjadi stasioner.
mengandung akar unit karena, dengan konsep ini dapat diamati hubungan jangka
pendek akan tetapi, ada kecenderungan terjadinya hubungan jangka panjang. Ada
atau tidaknya hubungan jangka panjang dalam sebuah variabel ekonomi yang
Pada umumnya data time series adalah tidak stasioner. Data time series
merupakan sekumpulan nilai suatu variabel yang diambil pada waktu yang
berbeda. Setiap data dikumpulkan secara berkala pada interval waktu tertentu
seperti harian, mingguan, bulanan dan tahunan (Nachrowi dan Usman, 2006:339).
Data yang dikumpulkan pada interval waktu tertentu tersebut bersifat random
karena, merupakan data dari hasil proses stokastik. Suatu data dikatakan stasioner
jika memenuhi tiga kriteria yaitu,apabila rata-rata, varian dan kovarian pada setiap
lag adalah konstan sepanjang waktu. Apabila data time series tidak memenuhi
Pentingnya stasioneritas dalam analisis data time series adalah sebagai berikut
(Hakim, 2014:190) :
tersebut. Contoh, jika sebuah guncangan (shock) yang stasioner akan semakin
32
mengecil seiring berjalannya waktu maka, hal tersebut bisa diterima oleh nalar
(regresi palsu) atau hasil regresi meragukan. Regresi palsu adalah sebuah
secara statistik dan memiliki nilai determinasi yang tinggi, namum tidak saling
3. Apabila variabel yang ada dalam model regresi tidak stasioner, bisa dibuktikan
bahwa asumsi standar untuk analisis asymptotic tidak akan valid, atau dengan
kata lain nilai rasio t yang biasa tidak akan mengikuti distribusi t dan nilai F
Pada analisis time series, asumsi stasioneritas data merupakan sifat yang
penting. Pada model stasioner, sifat-sifat statistik dimasa yang akan datang dapat
diramalkan berdasarkan data historis yang telah terjadi dimasa lalu. Pengujian
stasioneritas data time series dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti,
Persondengan mengacu pada taraf kepercayaan 1%, 5%, 10% (Rosadi, 2012:38).
variabel yang diamati perlu diperlakukan sama sehingga, tidak ada lagi variabel
33
endogen dan eksogen konsep ini disebut Vector Autoregression (VAR). Model
VAR adalah model persamaan regresi dengan menggunakan data time series.
yang bertujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik maka,
dari itu model VAR disebut juga sebagai model non struktural atau tidak teoritis.
VAR merupakan salah satu model yang mampu menganalisis hubungan saling
ketergantungan dalam variabel time series. Kegunaan model VAR adalah untuk
analisis dinamis data time series meliputi analisis penting seperti peramalan,
2013:332). Pada model VAR yang perlu diperhatikan hanya ada dua hal yaitu :
untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap variabel yang lain
didalam model.
saling tergantung dengan yang lain. Pembentukan model VAR sangat erat
yang pada umumnya digunakan yaitu, VAR unrestricted dan restricted VAR atau
34
dikenal dengan Vector Error Correction Model (VECM), yang dijelaskan sebagai
berikut :
1. Unrestricted VAR
Terestriksi atau tidaknya bentuk VAR sangat erat kaitannya dengan ada
atau tidaknya kointegrasi didalam model VAR non struktural. Model VAR biasa
(unrestricted VAR) atau dikenal juga dengan VAR in level digunakan ketika data
sudah stasioner pada level dan tidak perlu melakukan uji kointegrasi. Namun,
apabila data tidak stasioner perlu melakukan uji stasioneritas data pada tingkat
deferensi dan jika data stasioner pada tingkat diferensi tetapi, variabelnya tidak
antar variabel didalam model. Model VECM digunakan dalam model VAR non
struktural apabila data time series tidak stasioner pada level tetapi, stasioner pada
panjang antar variabel yang ada agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi
Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai koreksi kesalahan karena, jika terjadi
2013:334).
35
2.7 Penelitian Terdahulu
dan Harga Kacang Tanah serta Analisis Integrasi Pasar Spasial Kacang Tanah di
produksi dan harga kacang tanah pada tahun 2015-2020, serta menganalisis
integrasi pasar spasial kacang tanah di provinsi Bengkulu. Panjang deret waktu
data produksi dan luas panen kacang tanah periode 1994-2014 di provinsi
Hasil analisis menunjukkan perkembangan produksi dan luas panen kacang tanah
meningkat dari tahun 2004-2013. Hasil peramalan produksi dan luas panen
kacang tanah di Provinsi Bengkulu untuk masa yang akan datang dengan
Bengkulu dan kabupaten yang saling mempengaruhi harga kacang tanah adalah
36
Bengkulu Selatan dengan Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan dengan Rejang
Lebong.
Kasus : Harga Bawang Merah di Provinsi Jawa Tengah). Panjang deret waktu
menunjukkan data stasioner pada level first difference. Hasil uji lag optimum
menunjukkan nilai AIC dan SIC yang terkecil terdapat pada lag 1 yaitu sebesar
model VECM nantinya akan menggunakan lag 1. Hasil uji kointegrasi Johansen
terhadap ke 4 wilayah yaitu kab. Pemalang, kota Semarang, kota Salatiga dan kota
Surakarta. Begitu juga cukup seignifikan pengaruh pasar di kota Tegal terhadap
ke-3 wilayah yaitu kota Semarang, kota Salatiga dan kota Surakarta. Hasil uji
terbentuk yaitu hubungan kausalitas satu arah dari harga bawang merah grosir ke
harga bawang merah konsumen. Hasil analisis model sudah memenuhi asumsi
(21,68% 24,87% 13,72% 23,74% 24,82% 21,71%) dimana model tersebut masih
dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dengan menggunakan Model
37
Vector Autoregressive (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM).
antara laju inflasi dan kurs dolar Amerika serta mengetahui peramalan dari laju
antara laju inflasi dan kurs. Hasil analisis uji stasioneritas menunjukkan data
stasioner pada level first difference. Panjang lag optimal yang digunakan pada
penelitian ini berada pada lag 1 dengan nilai AIC sebesar 7.31748 dan setelah
satu arah saja pada kedua variabel tersebut. Hasil uji kointegrasi menunjukkan
dalam jangka panjang yang artinya saling terkointegrasi sehingga, estimasi yang
peningkatan laju kurs sebesar satu satuan akan meningkatkan inflasi sebesar
0.000351 satu satuan, hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh, namun
pengaruh inflasi terhadap kurs sangat kecil. Model VECM memiliki nilai modulus
< 1 maka, model dikatakan stabil. Analisis IRF dan FEVD menunjukkan respon
dari masing-masing variabel terhadap guncangan yang berasal dari dirinya sendiri
cukup signifikan.
38
Rp/USD dan Return Pasar Saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini
dan jangka panjang dari data runtun waktu tingkat suku bunga simpanan,
perubahan nilai tukar Rp/USD dan return pasar saham di Bursa Efek Indonesia
sebelum dan sesudah krisis moneter Indonesia. Panjang deret waktu yang
PP dan KPSS menunjukkan semua data stasioner pada level first difference. Uji
terjadi diantara return saham, tingkat suku bunga simpanan dan kurs nilai tukar
pada Bursa Efek Indonesia. Return saham memiliki dampak jangka pendek dan
jangka panjang terhadap kurs nilai tukar di pasar modal Indonesia. Hasil estimasi
variabel tingkat suku bunga simpanan dan kurs nilai tukar terhadap return saham
menunjukkan respon cukup besar hubungan antara return saham, kurs nilai tukar
dan tingkat suku bunga simpanan selama 10 tahun kedepan terhadap guncangan
Jawa Timur). Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan pengadaan beras oleh
39
pengadaan beras, harga pembelian pemerintah, harga gabah kering giling dan juga
stok beras. Panjang deret waktu yang digunakan yaitu Januari 2011-Desember
2015 sebagai acuan untuk meramalkan selama 12 bulan kedepan periode Januari-
Desember 2016. Hasil uji stasioneritas ADF menunjukkan bahwa kelima variabel
tersebut telah stasioner pada tingkat first difference. Hasil uji kointegasi Johansen
dan hasil uji hipotesis nilai Eigen maksimum, nilai probability untuk masing-
masing hipotesis lebih besar dari α 5% ini menunju an bahwa berdasar an nilai
Eigen maksimum tidak ada persamaan kointegrasi yang terjadi, dari kedua
parameter uji tersebut ternyata menunjukkan hasil yang berbeda maka, metode
yang digunakan adalah VECM. Uji lag optimum menunjukkan lag optimum
kausalitas jangka pendek, diantaranya: harga dasar pembelian beras dengan harga
beras, stok dengan harga dasar pembelian beras, harga dasar pembelian beras
dengan harga gabah, harga dasar pembelian beras terhadap realisasi pengadaan
beras, harga dasar pembelian beras terhadap stok. Respon dari masing-masing
variabel terhadap guncangan yang berasal dari diri sendiri cukup signifikan karena
terjadi fluktuasi. Secara umum, analisis kedepan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang anatara harga beras, HDPB, harga gabah, realisasi
bahwa memiliki nilai MAPE <30%., artinya hasil ramalan akurat. Berikut ini
persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu yang penulis gunakan sebagai
40
Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan dengan Peneliti Terdahulu
41
2.8 Kerangka Pemikiran
yang termasuk dalam PBS teh di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Terdapat 7 jenis teh hijau yang dihasilkan oleh PT. Rumpun Sari Kemuning 1
yaitu chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, faning, dust dan tulang. PT.
Pekalongan, Karanganyar dan Ngawi. Realisasi penjualan teh hijau PT. Rumpun
Tata kelola perawatan kebun yang kurang baik, usia tanaman teh tua dan
ke 6 jenis teh hijau menjadi tidak stabil yang berdampak pada kuantitas dan
kualitas teh hijau yang dihasilkan dan dijual nantinya. Adanya peran peramalan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif sehingga,
Data penjualan chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, tulang dan
dust pada periode Januari 2007-Juni 2019 digunakan sebagai dasar dalam
dengan menggunakan uji akar unit Augmented Dickey Fuller (ADF) dan data
dikatakan stasioner pada taraf kepercayaan 1%, 5% dan 10%. Apabila data sudah
42
stasioner pada salah satu taraf kepercayaan tersebut maka,model yang digunakan
adalah VAR sedangkan, jika data stasioner pada first difference atau dengan kata
lain tidak stasioner perlu dilakukan uji kointegrasi untuk melihat apakah 6 jenis
teh hijau terlibat dalam hubungan keseimbangan jangka panjang. Apabila terdapat
kointegrasi maka, model yang tepat digunakan adalah VECM, jika tidak
selanjutnya sama yaitu,melakukan uji lag optimum, uji stabilitas model, uji
yang tepat bagi setiap departemen pada periode Juli 2019-Desember 2020
mendatang. Berikut ini kerangka pemikiran yang secara garis besar penulis
43
PT. Rumpun Sari Kemuning 1
Tata kelolaperawatankebunkurangbaik,
usiatanamantehtuadanperubahanmusimtidakmenentu
Menganalisis hubungan dan pengaruh antar jenis teh hijau dalam peramalan
penjualan 6 jenis teh hijau periode Juli 2019-Des 2020 mendatang, agar dapat
menyusun perencanaan pada depart. tanaman, pabrik, administrasi dan pemasaran
Ya Tidak
Implikasi Manajerial
44
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Pada penelitian ini tidak ada
populasi dan sampel dikarenakan data hanya berasal dari satu perusahaan.
agroindustri teh, yang termasuk dalam perkebunan besar swasta (PBS) teh di
November 2018 dan pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2019.
penjualan teh hijau, dengan panjang deret waktu 150 bulan dari periode Januari
Chun mee merupakan suatu variabel besarnya penjualan chun mee pada
suatu periode waktu. Besar penjualan chun mee diketahui dengan melihat data
murni pada suatu periode waktu. Besarpenjualan keringan murni diketahui dengan
mendatang (KMt+1).
3. Lokal 2 (LKL)
4. Kempring (KMP)
5. Dust (DST)
Dust merupakan suatu variabel besarnya penjualan dust pada suatu periode
waktu. Besarpenjualan dust diketahui dengan melihat data penjualan dust pada
46
6. Tulang (TLG)
secara data primer dan sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data
primer bersifat kualitatif berupa informasi dari hasil wawancara terkait proses
produksi kebun, pabrik dan penjualan 6 jenis teh hijau.Data sekunder bersifat
berupa data penjualan6 jenis teh hijau periode Januari 2007-Juni 2019 dan data
komoditi teh periode 2014-2019. Data sekunder bersifat kualitatif yaitu, berupa
47
3.4 Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan produksi teh hijau mulai dari kebun
2. Wawancara
kondisi perusahaan dengan baik. Wawancara dilakukan secara bebas atau tidak
penelitian ini adalah setiap kelapa departemen dari PT. Rumpun Sari Kemuning 1
meliputi, Bapak Mukari selaku kepala kebun afdeling B, Bapak Panut selaku
kepala pabrik, Bapak Priyanto selaku personalia umum dan Bapak Suroto selaku
kepala pemasaran.
3. Studi Pustaka
internet serta, publikasi direktorat jendral perkebunan terkait komoditi teh tahun
48
3.5 Metode Pengolahan Data
2010 danEviews 10. Tahap pengolahan data dimulai dari input data penjualan
chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang dari periodeJanuari
2007-Juni 2019 ke dalam bentuk tabel dengan aplikasi Microsoft Excel 2010, data
yang telah selesai diinput nantinya akan digunakan sebagai dasarpengolahan data
pada aplikasi Eviews 10. Langkah selanjutnya menggunakan aplikasi Eviews 10.
dari,uji stasioneritas data pada masing-masing 6 jenis teh hijau, apabila data sudah
stasioner pada level kepercayaan 1%, 5%, 10% maka, model yang digunakan
adalah VAR, sedangkan apabila data stasioner pada first difference (pembeda
pertama) maka, model yang digunakan adalah VECM. Setelah mengetahui model
pembentukan model VAR, uji lag optimum, uji stabilitas VAR. Setelah lag
optimum diperoleh dan model VAR stabil, gunakan lag optimum tersebut untuk
tahap analisis selanjutnya mulai dari uji kointegrasi Johansen jika model yang
hubungan dan pengaruh antar 6 jenis teh hijau dalam peramalan penjualan periode
49
Juli 2019-Desember 2020 mendatang. Langkah-langkah analisis dan pengolahan
stasioneritas data. Uji stasioneritas data penjualan 6 jenis teh hijau menggunakan
uji Augmented Dickey Fuller (ADF) pada Eviews 10. Pengujian dilakukan dengan
root). Persamaan regresi variabel chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring,
dust, tulang pada first difference dituliskan sebagai berikut (Rosadi, 2012:41) :
C t α + t+ C t-1+ j-1
j C t-j+et(1)
t α + t+ t-1+ j-1
j t-j+et(2)
t α + t+ t-1+ j-1
j t-j+et(3)
t α + t+ t-1+ j-1
j t-j+et(4)
S t α + t+ S t-1+ j-1
j S t-j+et(5)
t α + t+ t-1+ j-1
j t-j+et(6)
Keterangan :
keringan murni, lokal2, kempring, dust dan tulang) pada first difference
α = Konstanta, tren
= Lag (kelambanan)
50
Prosedur penentuan data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan
antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon.
Apabila nilai absolut statistik ADF > nilai kritis Mackinnon pada taraf
kepercayaan 1%, 5%, 10%, artinya data stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut
stastistik ADF < nilai kritis Mackinnon artinya data tidak stasioner. Data yang
tidak stasioner perlu dilakukan first difference (pembeda pertama) agar menjadi
stasioner, baik pada setiap variabel ataupun salah satu variabel chun mee,
keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang yang tidak stasioner pada taraf
kepercayaan 1%, 5%, 10% dan hal ini terus dilakukan sampai memperoleh data
Uji lag optimum digunakan untuk menentukan panjang lag yang optimum
chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang pada masa lalu
dengan membuat model VAR terlebih dahulu agar diperoleh lag optimum dan
stabilitas model VAR maka, model VECM dapat dibentuk. Selanjutnya untuk
menentukan panjang lag optimum, diketahui dengan melihat lag yang paling
(FPE) dengan nilai terkecil pada aplikasi Eviews 10. Salah satu kriteria yang
51
umumnya digunakan untuk menentukan panjang lag optimum adalah AIC yang
AIC = (7)
Keterangan :
e, = Residual
Uji stabilitas model VAR pada variabel chun mee, keringan murni, lokal 2,
kempring, dust dan tulang digunakan untuk mengetahui model yang digunakan
stabil atau tidak. Apabila model VAR yang digunakan sudah stabilmaka, hasil
estimasi model dapat dipercaya dan memiliki validitas data yang tinggi. Pada uji
stabilitas model VAR menggunakan lag optimum yang terpilih pada uji lag
optimum. Penentuan model VAR stabil apabila hasil estimasinya mendekati nol
dan inverse akar karakteristinya memiliki nilai modulus <1, apabilanilai modulus
menunjukkan angka1, > 1 dapat dipastikan bahwa model VAR tidak stabil atau
dengan kata lain hasilestimasiVAR diragukan. Hasil estimasi VAR yang akan
52
3.6.4 Uji Kointegrasi
chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang yang tidak stasioner
terkointegrasi, dengan syarat 6 jenis teh hijau yang tidak stasioner tersebut
kointegrasi menggunakan panjang lag optimum terpilih pada uji lag optimum.
pada aplikasi Eviews 10, diketahui dengan cara membandingkan nilai trace
statistic dengan nilai 0,05 critical value. Apabila salah satu variabel ataupun
setiap variabel chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang nilai
trace statistic> nilai 0,05 critical value artinya terdapat kointegrasi dan model
yang digunakan pada tahap selanjutnya adalah VECM, sedangkan jika sebaliknya
nilai trace statistic< nilai 0,05 critical value artinya tidak terkointegrasimaka,
hubungan kausalitas satu arah ataupun dua arah antar variabel chun mee, keringan
murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang dalam model VAR/VECM. Caranya
dengan melihat dari nilai probabilitas variabel chun mee, keringan murni, lokal 2,
53
kempring, dust dan tulang pada salah satu taraf kepercayaan yang digunakan
yakni < 1%, 5%, 10%, artinya terdapat hubungan kausalitas. Pada uji kausalitas
Granger harus dimasukkan lag optimum yang dari diperoleh dari uji lag length
murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang stasioner pada level kepercayaan 1%,
5%, 10% pada uji ADF, sedangkan estimasi VECM dapat digunakan apabila
variabel chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang stasioner
pada first difference dan terkointegrasi. Spesifikasi model VAR meliputi dua hal
teridentifikasi (under identified) terjadi jika jumlah informasi kurang dari jumlah
Model VECM memiliki satu persamaan untuk setiap variabel teh hijau
Variabel teh hijau yang terdiri dari 6 variabel mengandung unit root dan
2012:217) :
54
CMt = 1
+ 1t + 1 et-1 + 11
C t- + 1p t-p 1p t-p
KMt = + t + et-1 + 1
+
t-1 p t-p + p t-p
LKLt = 3
+ 3 t+ 3 et-1 + 31 t-1 + 3p + 3p t-p S t-p
DSTt = 5
+ 5t + 5 et-1 + 51
S t-1 + 5p + 5p C
t-p t-p
Keterangan :
CM = Chun Mee
KM = Keringan Murni
LKL = Lokal 2
KMP = Kempring
DST = Dust
TLG = Tulang
melakukan estimasi model VAR/VECM dengan lag optimum yang terpilih. IRF
digunakan untuk melacak respon dari variabel chun mee, keringan murni, lokal 2,
kempring, dust dan tulang pada periode Juli 2019-Desember 2020 mendatang
55
karena, adanya guncangan (shock)dari variabel itu sendiri maupun variabel yang
lain. Respon jangka panjang dari setiap variabel dapat dilihat apabila ada
guncangan (shock) tertentu sebesar satu standar deviasi (±) pada setiap persamaan.
relatif pentingnya setiap variabel didalam sistem VAR karena, adanya guncangan
variabel chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang karena,
adanya perubahan variabel teh hijau lain dalam sistem VAR sepanjang periode
berikut :
1. Teh hijau adalah teh setengah jadi yang diolah tanpa melalui proses fermentasi.
2. Chun mee adalah teh hijau dengan ciri-ciri partikel pucuk jarum tehnya
3. Keringan murni adalah teh hijau dengan ciri-ciri partikel daun tehnya tergulung
4. Lokal 2 adalah teh hijau dengan ciri-ciri partikel daun tehnya tergulung sangat
56
5. Kempring adalah teh hijau dengan ciri-ciri partikel tehnya berupa potongan-
6. Dust adalah teh hijau dengan ciri-ciri partikel tehnya berupa debu halus.
jenis chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang yang akan
8. Data time series adalah data penjualan masing-masing teh hijau yang
9. Data stasioner adalah data penjualan masing-masing teh hijau yang memiliki
penjualan teh hijau apabila data yang dimiliki tidak stasioner, dengan membuat
11. Hubungan antar jenis teh hijau adalah besarnya nilai salah satu teh hijau dalam
hubungan antar jenis teh hijau yang satu dengan teh hijau lain.
12. Pengaruh antar jenis teh hijau adalah besarnya nilai salah satu jenis teh hijau
57
BAB IV
GAMBARAN UMUM PT. RUMPUN SARI KEMUNING 1
bangsa Belanda. Nama PT. Rumpun Sari Kemuning 1 pada masa Belanda adalah
NV. Cultuur Masstschapij Kemuning dan pusat pengolahan teh hijau berada di
Undang-Undang Agraria tahun 1870 yang mengatur mengenai Hak Guna Usaha
(HGU) maka, pada tanggal 11 April 1925 pemerintah Belanda memberikan HGU
dalam jangka waktu 50 tahun kepada orang Belanda yang bernama Jonan De John
dan Van Mender Van yang tinggal di Den Hagg Belanda. Lahan HGU yang
keseluruhan mencapai 1051 Ha. Pada saat itu lahan tersebut ditanami kopi dan
teh, akan tetapi proses pengolahannya diserahkan pada Firma Watering dan
Jepang. Perkebunan teh dan kopi diambil alih oleh Jepang sampai tahun 1945.
mengakibatkan sebagian perkebunan teh dan kopi mati. Pada tahun 1945 Jepang
mengalami kekalahan oleh tentara sekutumaka, pengelolaan perkebunan
Kemuning dikelola oleh Mangkunegaran Surakarta dan dipimpin oleh Ir. Sarsito
sampai tahun 1948. Tahun 1948 sampai tahun 1950, perkebunan Kemuning
undang No. 3/1952/RI Hak Guna Usaha (HGU) kebun Kemuning, dicabut dari
Kodam Diponegoro dengan luas areal 546,868 Ha. Hal ini disebabkan karena,
adanya ancaman dari PKI untuk merebut sebagian area perusahaan. Berdasarkan
dan dibentuklah PT. Rumpun. Pada tahun 1980 PT. Rumpun dipecah menjadi 2
yaitu :
1. PT. Rumpun Antan dengan komoditi karet, kopi, kelapa, cengkeh dan randu
yaitu :
59
f. Perkebunan Kaligantung di Semarang
Pada bulan Maret 1990 PT. Rumpun bekerja sama dengan PT. Astra Agro
Lestari di Jakarta yang proses pengolahannya diserahkan kepada PT. Astra Agro
Lestari yang memiliki saham sebesar 60%. Setelah kerja sama ini ditetapkanlah
nama baru untuk perkebunan teh Kemuning, menjadi PT. Rumpun Sari Kemuning
1 yang kita ketahui sampai sekarang. Pada tahun 2004 kepemilikan PT. Rumpun
Sari Kemuning 1 beralih ke PT. Sumber Abadi Tirta Sentosa yang berakhir pada
bulan September 2018. Pada Oktober 2018 PT. Rumpun Sari Kemuning 1 resmi
dinaungi oleh PT. Tjandi Tunggal Wedari yang kantor pusatnya berada di Paragon
Solo, Jawa Tengah, yang hanya bertahan sampai Mei 2019. PT. Rumpun Sari
kepercayaan.
60
Misi dari PT. Rumpun Sari Kemuning 1 adalah :
konsumen.
keseluruhan sebesar 435,82 Ha dengan luas areal tanam 391,97 Ha, yang dibagi
menjadi 2 bagian ada afdeling A seluas 207,12 Ha dan afdeling B seluas 176,58
Ha. Peta kebun dan rincian luas areal perkebunan teh per bloknya dapat dilihat
pada lampiran 2. Lokasi kantor operasional, pabrik pengolahan teh dan faslitas
penunjang fisik lainnya berada pada satu lingkungan perusahaan yaitu, di jalan
61
Gambar 7. Penampakan Lokasi Perusahaan Melalui Google Earth
Sumber : Google Earth, 2019
2. Kondisi curah hujan sekitar 1.500-4.000 mm/tahun dengan rata rata 2.500-
3.000 mm/tahun.
rata 1 5 C.
5. Lahan perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning I berada pada ketinggian
1.200-1.800 m dpl.
62
6. Jenis tanah di PT. Rumpun Sari Kemuning 1 yaitu Laterit Tuuf Andesit dan
adalah struktur organisasi berbentuk lini atau garis. Sistem organisasi lini atau
urutan hubungan antara atasan dengan bawahan mulai dari manajemen puncak
pengolahan teh hijau pada PT. Rumpun Sari Kemuning 1 dipimpin oleh seorang
karyawan yang bekerja. Bagan struktur organisasi PT. Rumpun Sari Kemuning 1
1. Departemen Tanaman
dan penyakit.
63
c. Melakukan evaluasi pengelolaan tanaman setiap bulan untuk afdeling A dan
B.
sebelumnya.
2. Departemen Pabrik
3. Departemen Kantor/Administrasi
yang dilaksanakan.
departemen.
perusahaan.
64
Ketiga departemen ini memiliki karyawan yang memiliki tugas masing-masing :
1. Manajer
dengan tugasnya.
65
3. Kepala Tanaman
a. Mengawasi segala kegiatan yang ada pada kebun dan pengelolaannya sesuai
bagian afdelingnya.
kematian tanaman.
4. Kepala Pabrik
a. Melaksanakan kegiatan proses produksi teh dari pucuk segar sampai siap
dikirim.
5. Kepala Gudang
c. Mencatat dan memberikan laporan mengenai data masuk dan keluar produk
66
d. Mengelola jumlah produk siap kirim untuk memehuni pasar lokal maupun
nasional.
6. Kepala Teknik
b. Melakukan perawatan dan pengecekan rutin pada mesin dan peralatan yang
digunakan.
7. Personalia Umum
b. Menyusun jadwal dalam hal peraturan cuti, tata tertib perusahaan di kebun
dan pabrik.
8. Keuangan
b. Membuat laporan laba rugi perusahaan setiap bulan dan akhir tahun.
67
c. Membuat laporan kas mingguan, bukti penerimaan dan pengeluaran kas
9. Mandor Panen
pohon teh.
Tugas dan tanggung jawab mandor hama dan penyakit tanaman adalah :
tanaman teh.
68
13. Mandor Sortasi
a. Mengawasi proses kegiatan sortasi teh hijau kering agar sesuai dengan
jenis teh.
dahulu.
Tugas dan tanggung jawab kerani timbang di kebun dan pabrik adalah :
pemetikan.
69
17. Keamanan
dan kebun.
18. Pengemudi
d. Mengangkut buruh petik dan buruh semprot untuk keluar dari kebun.
4.6 Ketenagakerjaan
keseluruhan sebanyak 550 karyawan, yang terdiri dari staff, non staff, bulanan
lokal, pekerja harian tetap dan pekerja harian lepas. Karyawan staff dan non staff
diangkat berdasarkan surat keputusan dari direksi. Pekerja bulanan lokal dan
pekerja harian tetap diangkat oleh manajer atas persetujuan direksi, sedangkan
untuk pekerja harian lepas hanya berkerja apabila perusahaan memerlukan baik
dikebun maupun pabrik. Jam kerja untuk masing-masing karyawan berbeda sesuai
70
1. Karyawan Kantor
Jam kerja karyawan kantor dimulai pada pukul 08.00-15.00 WIB untuk
hari senin s/d jum’at dan pu ul 08.00-12.00 WIB untuk hari sabtu. Jam istirahat
2. Karyawan Kebun
Jam kerja untuk karyawan kebun dimulai dari pukul 06.00-11.00 untuk
timbang 1 kali bisanya dilakukan ketika musim kemarau dan jika musim hujan
pada pukul 09.00 WIB setelah itu istirahat 30 menit, kemudian lanjut petik
3. Karyawan Pabrik
dilakukan secara bergantian dengan karyawan lain yang bekerja pada shift yang
71
4.7 Sarana Produksi Pertanian
berupa mesin-mesin pengolahan teh dan alat-alat penunjang lainnya dalam proses
produksi teh hijau. Sarana produksi pertanian yang dibutuhkan bagi pekerja di
kebun dan pabrik berbeda-beda, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
72
4.9 Proses Produksi Teh Hijau
Proses Produksi
Teh Hijau
Pengeringan
Pelayuan Penggulungan Pengeringan 1 Pengeringan 2
akhir
Mesin Rotary Panner digunakan untuk proses pelayuan pucuk daun teh.
Rotary Panner terdiri dari bagian hong dan conveyor yang dipanaskan dari luar dan
menggunakan bahan bakar kayu. Berfungsi untuk mengurangi kadar air pada
pucuk sampai dengan 30-35% hingga pucuk daun teh menjadi layu dan
menonaktifkan enzim folivenol oksidasi. Cara kerja mulai dari memasukkan pucuk
daun teh yang sudah dihampar terlebih dahulu ke dalam mesin rotary panner, cara
kerja mesin pelayuan ini yaitu, mesin yang sudah mencapai panas 100-1 5˚C
masukkan pucuk ke dalam conveyor yang bergerak ke atas membawa pucuk daun
teh menuju hong yang berputar, membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk
berada di dalam hong kemudian pucuk daun teh yang sudah layu akan bergerak.
proses penggulungan. Mesin open top roller terdiri dari silinder dan meja.
73
air yang masih terkandung pada pucuk teh. Cara kerja mesin open top roller
yakni, pucuk yang sudah layu langsung dimasukkan ke dalam lubang input
silinder dan goyangan meja yang berputar dengan bantuan motor penggerak
utama untuk menggulung pucuk teh tergulung sekitar 15-20 menit, hasil
penggulungan akan keluar melalui lubang output yang berada ditengah meja
bagian bawah mesin tersebut yang dibuka dan jatuh ke dalam wadah
penampungan.
Mesin ECP digunakan dalam proses pengeringan awal untuk teh hijau.
air (tidak kering dan tidak basah) yang masih terkandung dalam pucuk daun teh
yang sudah tergulung hingga 25-30 %. Pucuk yang sudah terbentuk gulung-
gulungan siap untuk diantar ke mesin pengeringan pertama yang bernama ECP.
Cara kerjanya, mesin sudah mencapai panas 100-150˚C masu an teh yang sudah
digulung melalui trais yang bergerak miring ke atas, sisir perata akan meratakan
pembagian pucuk teh yang sudah tergulung dan masuk ke dalam oven pemanas
gulungan teh sampai turun ke trais paling bawah, kemudian keluar melalui
conveyor. Membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit untuk berada didalam oven
pemanas.
74
mengurangi kadar air 20–25 %. Hasil pengeringan pertama selanjutnya dibawa ke
mesin rotary dryer. Cara kerjanya mesin sudah mencapai panas 125–150˚C
masukkan hasil pucuk pengeringan pertama ke dalam hong, nyalakan mesin, gas
dan blower kemudian hong akan berputar, sirip yang berada didalam hong akan
mengatur pucuk teh ke bagian belakang hong sekitar 15–30 menit kemudian,
Mesin ball tea digunakan untuk pengeringan akhir teh hijau. Berfungsi
untuk mengeringkan teh hijau sampai kadar air yang masih terkandung mencapai
maksimal 4%. Hasil pengeringan kedua dibawa ke ball tea besar. Cara kerjanya,
pucuk terlebih dahulu berapa perkiraan waktu yang dibutuhkan sesuaikan dengan
kondisi pucuk kering atau basah, jika tidak pucuk akan hancur bila terlalu lama di
dalam mesin ball tea. Selanjutnya masukkan hasil pengeringan kedua ke mesin
ball tea, membutuhkan waktu 10–12 jam. Setelah itu dilakukan pemolesan yakni,
matikan api biarkan mesin tetap berputar selama 1 jam. Setelah 1 jam nyalakan
75
Tabel 6. Mesin Produksi Teh Hijau dan Spesifikasinya
Produk teh yang dihasilkan oleh PT. Rumpun Sari Kemuning 1 adalah teh
hijau. Teh hijau sendiri dikenal sebagai teh setengah jadi maka, dari itu disekitar
kualitas hasil pengolahannya. Terdapat 7 jenis teh hijau yang jual oleh PT.
76
Tabel 7. Jenis-Jenis Produk Teh Hijau PT. Rumpun Sari Kemuning 1
No Jenis Teh Hijau Keterangan Gambar
Jenis teh hijau yang memiliki ciri-
ciri, partikelnya tergulung padat,
terpilin memanjang, berwarna
1 Chun Mee hijau kehitaman, berukuran kecil.
Bahan chun mee berasal dari peko
jarum teh.
77
Jenis teh hijau yang memiliki ciri-
ciri, partikelnya berupa ranting
teh, berwarna hijau kecokelatan.
7 Tulang
teh hijau dan setiap jenis memiliki nomor sandi yang berbeda-beda. Rincian
PT. Rumpun Sari Kemuning 1 adalah pihak penyedia bahan baku saja,
pemasaran yang digunakan adalah sistem delivery order (DO) konsumen dapat
78
memesan dan ambil sendiri. Tahap–tahap transaksi pembelian teh hijau pada PT.
pembeli.
a. Produk ambil sendiri maka, pihak konsumen datang ke kebun, pihak kebun
hasilnya sama atau tidak. Jika sama proses transaksi dilanjutkan dengan
b. Perangko pembeli, produk yang sudah siap langsung dikirim sesuai dengan
DO yang dipesan. Surat jalan ditanda tangani oleh manajer kebun, kepala
tata usaha dan pengemudi. Surat jalan terdiri dari 3 rangkap lembar pertama
untuk kantor pusat, lembar kedua untuk kebun dan lembar ketiga untuk
produk. Jika sudah “ok” surat jalan ditanda tangani oleh konsumen dan 2
kebun.
hitam di pulau Jawa, yang sudah bekerja sama/pelanggan tetap dari PT. Rumpun
Sari Kemuning 1. Agroindustri teh hitam ini sudah mempercayakan PT. Rumpun
79
Sari Kemuning 1 sebagai supplier bahan baku teh hijau. Biasanya dalam 1 kali
Pendistribusian produk teh hijau dari PT. Rumpun Sari Kemuning 1, dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Pendistribusian Produk Teh Hijau PT. Rumpun Sari Kemuning 1 Tahun
2009-2019
Lokasi
No Daftar Perusahaan Jenis Produk
Pengiriman
1 Gunawan Keringan murni, Lokal 2 Karanganyar
2 PT. Indocempaka Chun mee Jakarta/Afganistan
3 Effendy Kempring, Lokal 2 Pekalongan
4 PT. Tri Bintang Inter Dust, Tulang Sukabumi
5 Uuk Supriyana Tulang Bandung
Keringan murni, Chun mee,
6 Liem Po Tjo Karanganyar
Lokal 2, Kempring
Keringan murni, Dust, Lokal
7 Imam Sutedi Bandung
2, Kempring, Tulang
8 Ismail Mansor Chun mee Jakarta/Afganistan
9 PT. Hendrawan Putra Chun mee Jakarta/Afganistan
10 Edy Setiono Lokal 2 Ngawi
11 Nur Hadi Kempring, Tulang, Lokal 2 Ngawi
12 Supono Dust, Lokal 2, Tulang Karanganyar
13 Wahyono Tulang, Lokal 2 Karanganyar
14 PT. KBP Cakhra Lokal 2 Bandung
15 Alber Guntur Tanoyo Kempring, Lokal 2 Pekalongan
16 Totok Jatmiko Lokal 2 Karanganyar
17 Sumaryana Lokal 2, Tulang Karanganyar
Keringan murni, Kempring,
18 PT. Gunung Subur Karanganyar
Lokal 2, Faning, Chun mee
19 PT. Teh 99 Lokal 2, Kempring Pekalongan
Sumber : PT. Rumpun Sari Kemuning 1, 2019 (diolah)
80
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hubungan jangka panjang antar 6 jenis teh hijau dalam proses penjualan
dapat diketahui dengan melakukan uji kointegrasi, yang terdapat pada analisis
itu, terdapat uji lainnya dalam analisis VAR/VECM yang perlu dilakukan sebagai
murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang. Variabel dikatakan stasioner jika nilai
ADF test Statistic>test critical values 5% dan memiliki nilai probabilitas < 0,05.
Hasil uji stasioner ADF pada level dengan test critical value 5% dapat dilihat
Tabel 10. Hasil Uji Stasioneritas Pada Level 5% Penjualan Chun Mee, Keringan
Murni, Lokal 2, Kempring, Dust dan Tulang PT. Rumpun Sari
Kemuning 1 Tahun 2007-2019
statisticnya < test critical values 5% yaitu sebesar -0.756084 dan nilai probalilitas
> 0,05 sebesar 0.8278, yang artinya variabel tidak stasioner. Pada variabel lainnya
yaitu keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang sudah stasioner pada
level kepercayaan 5%. Ketika salah satu variabel tidak stasioner pada derajat yang
sama maka, perlu dilakukan uji stasioneritas pada tingkat pembeda pertama (first
difference) agar semua variabel menjadi stasioner. Hasil uji stasioner pada tingkat
Tabel 11. Hasil Uji Stasioneritas Pada First Difference Penjualan Chun Mee,
Keringan Murni, Lokal 2, Kempring, Dust dan Tulang PT. Rumpun
Sari Kemuning 1 Tahun 2007-2019
probalititasnya < 0,05. Asumsi stasioneritas data telah terpenuhi karena semua
variabel sudah berada pada derajat yang sama, yaitu pada tingkat pembeda
pertama (first difference) maka, model yang digunakan untuk tahap analisis
82
5.1.2 Uji Lag Optimum
Panjang lag optimum yang diperoleh akan terus digunakan untuk tahap
lag yang paling banyak terdapat tanda bintang (*) pada masing-masing kriteria
Prediction Error (FPE) dengan nilai terkecil. Hasil uji lag optimum dapat dilihat
Tabel 12. Hasil Uji Lag Optimum Penjualan 6 Jenis Teh Hijau PT. Rumpun Sari
Kemuning 1 Tahun 2007-2019
lag 2 dengan melihat 2 tanda bintang (*) yang terdapat pada kriteria FPE sebesar
6.39e+41 dan AIC sebesar 113.2851. Artinya penjualan chun mee, keringan
murni, kempring, dust dan tulang pada masa mendatang dipengaruhi oleh
83
5.1.3 Uji Stabilitas Model VAR
Uji stabilitas model VAR pada variabel chun mee, keringan murni, lokal 2,
kempring, dust dan tulang digunakan untuk mengetahui model VAR yang
digunakan stabil atau tidak. Model VAR dianggap stabil apabila inverse akar
lingkaran. Hasil uji stabilitas model VAR dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Uji Stabilitas Model VAR Penjualan 6 Jenis Teh Hijau PT.
Rumpun Sari Kemuning 1 Tahun 2007-2019
Root Modulus
0.853172 0.853172
0.564661 0.564661
-0.457156 – 0.083527i 0.464724
-0.457156 + 0.083527i 0.464724
-0.456292 0.456292
-0.125388 – 0.430734i 0.448613
-0.125388 + 0.430734i 0.448613
0.334696 – 0.226406i 0.404081
0.334696 + 0.226406i 0.404081
-0.061536 – 0.347737i 0.353140
-0.061536 + 0.347737i 0.353140
-0.028355 0.028355
Sumber : Lampiran 7 (diolah)
bahwa model VAR stabil dengan semua nilai modulus < 1 dan dari penentuan
panjang lag dengan trial dan error, model VAR stabil hingga panjang lag ke 8
(dapat dilihat pada Tabel 12). Maka, model VAR yang dikombinasikan dengan
VECM dapat dipercaya dan memiliki validitas data yang tinggi, serta hasil
(FEVD)dianggap valid.
84
5.1.4 Uji Kointegrasi Johansen
bahwa variabel chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang
stasioner pada derajat yang sama yaitu pada first difference. Maka, perlu
melakukan uji kointegrasi Johansen, untuk melihat hubungan jangka panjang yang
terjadi dalam proses penjualan antar variabel periode Januari 2007-Juni 2019.
optimum 2. Hasil uji kointegrasi Johansen dengan lag optimum 2 dapat dilihat
Tabel 14. Hasil Uji Kointegrasi Johansen Pada Penjualan 6 Jenis Teh Hijau di PT.
Rumpun Sari Kemuning 1 Periode Januari 2007-Juni 2019
critical value yang mengindikasikan 5 kointegrasi terjadi pada 6 jenis teh hijau.
Artinya 6 jenis teh hijau terlibat hubungan keseimbangan dalam jangka panjang,
yang saling mempengaruhi kuantitas penjualan antar jenis teh hijau maka,model
yang tepat untuk digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM).
85
5.1.5 Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat hubungan satu arah atau
dua arah pada variabel chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan
kausalitas dapat dilihat dari nilai probabilitas pada level signifikansi < 5 %. Hasil
uji kausalitas Granger dengan lag optimum 2, dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Hasil Uji Kausalitas Granger Pada Penjualan 6 Jenis Teh Hijau PT.
Rumpun Sari Kemuning 1 Tahun 2007-2019
86
Dust does not Granger Cause Tulang 0.82849 0.4388
Sumber : Lampiran 9 (diolah)
taraf <5% terjadi pada variabel keringan murni berpengaruh terhadap penjualan
berpengaruh terhadap penjualan dust. Pada uji kausalitas Granger dua arah dengan
taraf <5% terjadi pada variabel lokal 2 yang berpengaruh terhadap penjualan chun
Pengaruh variabel teh hijau yang terkointegrasi terhadap variabel teh hijau
lain dalam jangka panjang dapat dilihat dalam analisis Vector Error Correction
kointegrasi dikatakan signifikan jika mutlak nilai t-statistic> nilai t tabel 1,96.
Hasil Estimasi model VECM dengan lag optimum 2 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil Estimasi VECM Penjualan 6 Jenis Teh Hijau PT. Rumpun Sari
Kemuning 1 Tahun 2007-2019
87
20112.68 -127239.7 9441.543 3828.858 -5309.176
C
[6.78696] [-7.12040] [5.56683] [2.82202] [-3.83417]
Sumber : Lampiran 10 (diolah)
hubungan chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang
yakni apabila penjualan keringan murni, lokal 2, kempring, dust meningkat satu
satuan maka tidak terjadi penurunan maupun peningkatan pada penjualan chun
mee akan tetapi, apabila penjualan tulang meningkat satu satuan maka
kedua yakni apabila penjualan lokal 2, kempring, dust meningkat satu satuan
maka tidak terjadi penurunan maupun peningkatan pada penjualan keringan murni
akan tetapi, apabila penjualan tulang meningkat satu satuan maka menurunkan
satu satuan maka tidak terjadi penurunan maupun peningkatan pada penjualan
lokal 2 akan tetapi, apabila penjualan tulang meningkat satu satuan maka
keempat yakni apabila penjualan dust meningkat satu satuan maka tidak terjadi
sebesar 1.052532 satu satuan. Kointegrasi kelima tidak signifikan dengan nilai t-
88
5.2 Peramalan Penjualan Chun Mee, Keringan Murni, Lokal 2, Kempring,
Dust dan Tulang
dari jenis teh hijau chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang
(shock) berupa kenaikan penjualan dari jenis teh hijau itu sendiri maupun jenis teh
hijau lainnya. Kenaikan penjualan yang akan terjadi pada 18 periode bulan
penjualan kepada para konsumen tetap, melihat produksi teh hijau yang sedang
melimpah. Pada umumnya produksi teh hijau yang dihasilkan oleh perusahaan
meningkat ketika musim penghujan tiba sedangkan, produksi teh hijau cenderung
89
Hasil grafik IRF model VECM dengan lag optimum 2 menunjukkan
pergerakan mendekati titik keseimbangan (nilai nol), yang artinya model VECM
lag 2 baik digunakan untuk peramalan penjualan chun mee, keringan murni, lokal
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
S.D.Response
Response to Cholesky One(a) to Cholesky
(d.f. adjusted) One(b)
Innovations S.D. Response
(d.f. adjusted) Innovations
to Cholesky One S.D.
(c) (d.f. adjusted) Innovations
Response of CHUN_MEE to KEMPRING Response of CHUN_MEE to DUST Response of CHUN_MEE to TULANG
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
guncangan dari chun mee itu sendiri. Berdasarkan Gambar 9 (a), respon yang
diberikan chun mee jika terjadi kenaikan penjualan pada chun mee sebesar satu
standar deviasi bernilai positif di sepanjang periode dan hanya pada periode ke 2
bernilai negatif. Respon chun mee pada periode ke 1 (Juli 2019) menunjukkan
peningkatan penjualan chun mee tertinggi sebanyak 2.387 kg, untuk periode ke 2
menurun sebanyak 105.558 kg. Pergerakan respon chun mee mengalami sedikit
90
fluktuasi peningkatan penjualan hingga akhir periode ke 18 (Des 2020). Dapat
disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan pada chun mee akan direspon
secara fluktuasi dengan nilai positif oleh chun mee itu sendiri, yang artinya
penjualan chun mee akan meningkat dan mengalami penurunan penjualan hanya
Respon kedua yang dianalisis adalah respon chun mee terhadap guncangan
dari keringan murni. Berdasarkan Gambar 9 (b), respon yang diberikan chun mee
jika terjadi kenaikan penjualan pada keringan murni sebesar satu standar deviasi
benilai negatif di sepanjang periode. Respon chun mee pada periode ke 1 (Juli
2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan nilai nol, respon
chun mee benilai negatif pada periode ke 2 (Agust 2019) yang menunjukkan
penjualan chun mee akan menurun sebanyak 199.130 kg. Pergerakan respon chun
mee terus mengalami sedikit fluktuasi penurunan penjualan hingga akhir periode
keringan murni akan direspon secara fluktuasi dengan nilai negatif oleh chun mee,
yang artinya penjualan chun mee akan menurun sepanjang 18 bulan mendatang.
Respon ketiga yang dianalisis adalah respon chun mee terhadap guncangan
dari lokal 2. Berdasarkan Gambar 9 (c), respon yang diberikan chun mee jika
terjadi kenaikan penjualan pada lokal 2 sebesar satu standar deviasi benilai positif
di sepanjang periode. Respon chun mee pada periode ke 1 (Juli 2019) berada pada
titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan nilai nol, respon positif pada periode
332.427 kg. Pergerakan respon chun mee terus mengalami sedikit fluktuasi
91
peningkatan penjualan hingga akhir periode ke 18 (Des 2020). Dapat disimpulkan
apabila terjadi kenaikan penjualan pada lokal 2 akan direspon secara fluktuasi
dengan nilai positif oleh chun mee, yang artinya penjualan chun mee akan
guncangan dari kempring. Berdasarkan Gambar 9 (d), respon yang diberikan chun
mee jika terjadi kenaikan penjualan pada kempring sebesar satu standar deviasi
benilai negatif hanya pada periode ke 2, 3, 5, 6, 8, 11, 13, 16 dan positif. Respon
chun mee pada periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang
ditunjukkan dengan nilai nol, respon chun mee pada periode ke 2-3 (Agust-Sep
111.745 kg dan 11.694 kg, periode ke 4 (Okt 2019) bernilai positif yang
respon chun mee terus mengalami sedikit fluktuasi penurunan (negatif) dan
secara fluktuasi dengan kecenderungan positif oleh chun mee, yang artinya
penjualan chun mee akan meningkat dan mengalami penurunan penjualan pada
periode 2, 3, 5, 6, 8, 11, 13, 16 (Agust, Sep, Nov Des 2019 dan Feb, Mei, Agust
2020).
guncangandari dust. Berdasarkan Gambar 9 (e), respon yang diberikan chun mee
jika terjadi kenaikan penjualan pada dust sebesar satu standar deviasi benilai
92
positif hanya pada periode 2, 3, 4, 6, 7 dan negatif. Respon chun mee pada periode
ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan nilai
nol, respon chun mee pada periode ke 2-4 (Agust-Okt 2019) bernilai positif yang
artinya penjualan chun mee meningkat, periode ke 5 (Nov 2019) respon chun mee
bernilai negatif dengan penurunan penjualan chun mee sebanyak 66.536 kg.
2020). Dapat disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan pada dust akan
direspon secara fluktuasi dengan kecenderungan negatif oleh chun mee, yang
artinya penjualan chun mee akan menurun dan mengalami peningkatan penjualan
guncangan dari tulang. Berdasarkan Gambar 9 (f), respon yang diberikan chun
mee jika terjadi kenaikan penjualan pada tulang sebesar satu standar deviasi
benilai positif dan negatif hanya pada periode ke 4. Respon chun mee terhadap
pada periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan
dengan nilai nol, respon chun mee bernilai positif pada periode ke 2-3 (Agust-Sep
2019) yang artinya penjualan chun mee akan meningkat sebanyak 111.683 kg dan
419.747 kg, periode ke 4 (Okt 2019) bernilai negatif dengan penurunan penjualan
chun mee sebanyak 123.239 kg. Pergerakan respon chun mee terus mengalami
Dapat disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan pada tulang akan direspon
secara fluktuasi dengan nilai positif oleh chun mee, yang artinya penjualan chun
93
mee akan meningkat dan mengalami penurunan penjualan hanya pada periode ke
4 (Okt 2019).
Response
Response to2.Cholesky of Keringan
One S.D. adjusted) Murni
(d.f. Response Innovations Response
to Cholesky One S.D. (d.f. adjusted) to Cholesky One S.D. (d.f. adjusted) Innovations
Innovations
Response of KERINGAN_MURNI to CHUN_MEE Response of KERINGAN_MURNI to KERINGAN_MURNI Response of KERINGAN_MURNI to LOKAL_2
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
S.D. Response
Response to Cholesky One(a) toInnovations
(d.f. adjusted) Cholesky One(b)
S.D. (d.f. adjusted)
Response Innovations
to Cholesky One S.D.
(c) (d.f. adjusted) Innovations
Response of KERINGAN_MURNI to KEMPRING Response of KERINGAN_MURNI to DUST Response of KERINGAN_MURNI to TULANG
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
guncangan dari chun mee. Berdasarkan Gambar 10 (a), respon yang diberikan
keringan murni jika terjadi kenaikan penjualan pada chun mee sebesar satu
standar deviasi benilai negatif di sepanjang periode. Respon keringan murni pada
periode ke 1 (Juli 2019) bernilai negatif yang artinya penjualan keringan murni
akan menurun sebanyak 126.396 kg. Pergerakan respon chun mee terus
2020). Dapat disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan pada chun mee akan
direspon secara fluktuasi dengan nilai negatif oleh keringan murni, yang artinya
94
Respon kedua yang dianalisis adalah respon keringan murni terhadap
guncangan dari keringan murni itu sendiri. Berdasarkan Gambar 10 (b), respon
yang diberikan keringan murni jika terjadi kenaikan penjualan pada keringan
murni itu sendiri sebesar satu standar deviasi benilai positif di sepanjang periode.
tertinggi keringan murni yang meningkat sebanyak 6.581 kg. Pergerakan respon
chun mee terus mengalami fluktuasi peningkatan penjualan hingga akhir periode
keringan murni jika terjadi kenaikan penjualan pada lokal 2 sebesar satu standar
deviasi benilai negatif di sepanjang periode. Respon keringan murni pada periode
ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan nilai
nol, untuk periode ke 2 (Agust 2019) respon keringan murni benilai negatif yang
artinya penjualan keringan murni akan menurun sebanyak 854.615 kg. Pergerakan
kenaikan penjualan pada lokal 2 akan direspon secara fluktuasi dengan nilai
negatif oleh keringan murni, yang artinya penjualan keringan murni akan
95
Respon keempat yang dianalisis adalah respon keringan murni terhadap
keringan murni jika terjadi kenaikan penjualan pada kempring sebesar satu
standar deviasi bernilai negatif dan positif hanya pada periode ke 8 dan 11.
Respon keringan murni pada periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik
respon keringan murni benilai negatif yang artinya penjualan keringan murni akan
2020). Dapat disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan dari kempring akan
direspon negatif oleh keringan murni, yang artinya penjualan keringan murni akan
guncangan dari dust. Berdasarkan Gambar 10 (e), respon yang diberikan keringan
murni jika terjadi kenaikan penjualan pada dust sebesar satu standar deviasi
bernilai positif dan negatif hanya pada periode ke 4. Respon keringan murni pada
periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan
nilai nol, untuk periode ke 2 (Agust 2019) menunjukkan penjualan keringan murni
akan meningkat sebanyak 402.361 kg, untuk periode ke 4 (Okt 2019) bernilai
negatif dengan penurunan penjualan chun mee 87.340 kg. Pergerakan respon
96
penjualan dari dust akan direspon secara fluktuasi dengan nilai positif oleh
keringan murni, yang artinya penjualan keringan murni akan meningkat dan
keringan murni jika terjadi kenaikan penjualan pada tulang sebesar satu standar
deviasi bernilai positif hanya pada periode ke 2 dan negatif di sepanjang periode.
Respon keringan murni pada periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik
sebanyak 797.760 kg. Pergerakan respon keringan murni terus mengalami sedikit
disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan dari tulang akan direspon secara
fluktuasi dengan nilai negatif oleh keringan murni, yang artinya penjualan
97
Response
Response to3.Cholesky One of Lokal
S.D. 2 to Cholesky
(d.f. adjusted)
Response Innovations
One S.D. (d.f. adjusted)toInnovations
Response Cholesky One S.D. (d.f. adjusted) Innovations
Response of LOKAL_2 to CHUN_MEE Response of LOKAL_2 to KERINGAN_MURNI Response of LOKAL_2 to LOKAL_2
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
(a)S.D.Response
Response to Cholesky One to Cholesky
(d.f. adjusted) (b)S.D.Response
One
Innovations to Cholesky
(d.f. adjusted) One S.D.
Innovations (c) (d.f. adjusted) Innovations
Response of LOKAL_2 to KEMPRING Response of LOKAL_2 to DUST Response of LOKAL_2 to TULANG
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
dari chun mee. Berdasarkan Gambar 11 (a), respon yang diberikan lokal 2 jika
terjadi kenaikan penjualan pada chun mee sebesar satu standar deviasi benilai
penjualan dari chun mee akan direspon secara fluktuasi dengan nilai positif oleh
98
lokal 2, yang artinya penjualan lokal 2 akan meningkat disepanjang 18 bulan
mendatang.
dari keringan murni. Berdasarkan Gambar 11 (b), respon yang diberikan lokal 2
jika terjadi kenaikan penjualan pada keringan murni sebesar satu standar deviasi
bernilai negatif di sepanjang periode. Respon lokal 2 pada periode ke 1 (Juli 2019)
dari keringan murni akan direspon secara fluktuatif dengan nilai negatif oleh lokal
dari lokal 2 itu sendiri. Berdasarkan Gambar 11 (c), respon yang diberikan lokal 2
jika terjadi kenaikan penjualan pada lokal 2 sebesar satu standar deviasi bernilai
terjadi kenaikan penjualan dari lokal 2 secara signifikan akan berpengaruh positif
dari kempring. Berdasarkan Gambar 11 (d), respon yang diberikan lokal 2 jika
terjadi kenaikan penjualan pada kempring sebesar satu standar deviasi bernilai
99
positif dan negatif hanya pada periode ke 7, 9, 10, 12, 15. Respon chun mee pada
periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan
nilai nol, untuk periode ke 2-6 (Agust-Des 2019) bernilai positif yang artinya
dengan penurunan penjualan lokal 2 sebanyak 99.795 kg. Pergerakan respon lokal
direspon secara fluktuasi dengan kecenderungan positif oleh lokal 2, yang artinya
dari dust. Berdasarkan Gambar 11 (e), respon yang diberikan lokal 2 jika terjadi
kenaikan penjualan pada dust sebesar satu standar deviasi bernilai positif hanya
pada periode ke 2-5, 8 dan negatif. Respon lokal 2 pada periode ke 1 (Juli 2019)
berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan nilai nol, untuk periode
ke 2-5 (Agust-Nov 2019) dan ke 8 (Feb 2020) bernilai positif yang artinya terjadi
penjualan lokal 2 sebanyak 5.044 kg dan 14.816 kg. Pergerakan respon lokal 2
terjadi kenaikan penjualan dari dust akan direspon secara fluktuatif dengan
kecenderungan nilai negatif oleh lokal 2, yang artinya penjualan lokal 2 akan
100
menurun dan mengalami peningkatan penjualan hanya pada periode ke 2-5, 8
(shock) dari tulang. Berdasarkan Gambar 11 (f), respon yang diberikan lokal 2
jika terjadi kenaikan penjualan pada tulang sebesar satu standar deviasi bernilai
positif di sepanjang periode. Respon lokal 2 pada periode ke 1 (Juli 2019) berada
pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan nilai nol, periode ke 2 bernilai
dari tulang akan direspon secara fluktuatif dengan nilai positif oleh lokal 2, yang
Response
Response to4.Cholesky One of Kempring
S.D. (d.f. adjusted)
Response Innovations
to Cholesky One S.D. (d.f. adjusted)toInnovations
Response Cholesky One S.D. (d.f. adjusted) Innovations
Response of KEMPRING to CHUN_MEE Response of KEMPRING to KERINGAN_MURNI Response of KEMPRING to LOKAL_2
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
(a)S.D.Response
Response to Cholesky One to Cholesky
(d.f. adjusted) One
(b)S.D.Response
Innovations (d.f. adjusted) Innovations
to Cholesky One S.D.
(c) (d.f. adjusted) Innovations
Response of KEMPRING to KEMPRING Response of KEMPRING to DUST Response of KEMPRING to TULANG
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
101
Respon pertama yang dianalisis adalah respon kempring terhadap
guncangan dari chun mee. Berdasarkan Gambar 12 (a), respon yang diberikan
kempring jika terjadi kenaikan penjualan pada chun mee sebesar satu standar
(Juli 2019) bernilai positif yang artinya terjadi peningkatan penjualan kempring
disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan dari chun mee akan direspon
secara fluktuatif dengan nilai positif oleh kempring, yang artinya penjualan
(shock) dari keringan murni. Berdasarkan Gambar 12 (b), respon yang diberikan
kempring jika terjadi kenaikan penjualan pada keringan murni sebesar satu
disimpulkan apabila terjadi kenaikan penjualan dari keringan murni akan direspon
secara fluktuatif dengan nilai negatif oleh kempring, yang artinya penjualan
dari lokal 2. Berdasarkan Gambar 12 (c), respon yang diberikan kempring jika
terjadi kenaikan penjualan pada lokal 2 sebesar satu standar deviasi bernilai
102
positif dan negatif hanya pada periode ke 3. Respon kempring pada periode ke 1
1.135 kg, periode ke 2 (Agust 2019) hanya meningkat sebanyak 642.610 kg,
Dapat disimpulkan, apabila terjadi kenaikan penjualan dari lokal 2 akan direspon
secara fluktuatif dengan nilai positif oleh kempring, yang artinya penjualan
3 (Sep 2019).
guncangan dari kempring itu sendiri. Berdasarkan Gambar 12 (d), respon yang
diberikan kempring jika terjadi kenaikan penjualan pada kempring sebesar satu
standar deviasi bernilai positif dan negatif hanya pada periode ke 7, 8, 10, 12, 14,
18. Respon kempring pada periode ke 1-6 (Juli-Des 2019) bernilai positif yang
bernilai negatif dengan penurunan kempring sebanyak 5.629 kg dan 18.207 kg.
2020). Dapat disimpulkan, apabila terjadi kenaikan penjualan dari kempring akan
pada periode ke 7, 8, 10, 12, 14, 18 (Jan, Feb, April, Juni, Agust 2019).
103
Respon kelima yang dianalisis adalah respon kempring terhadap
kempring jika terjadi kenaikan penjualan pada dust sebesar satu standar deviasi
bernilai positif hanya pada periode 2-6, 8 dan negatif. Respon chun mee pada
periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan
nilai nol, periode ke 2-6 (Agust 2019) bernilai positif yang artinya terjadi
penjualan dari dust akan direspon secara fluktuatif dengan kecenderungan negatif
oleh kempring, yang artinya penjualan kempring akan menurun dan mengalami
peningkatan penjualan hanya pada periode ke 2-6, 8 (Agust-Des 2019, Feb 2020).
kempring jika terjadi kenaikan penjualan pada tulang sebesar satu standar deviasi
bernilai negatif hanya pada periode ke 2, 6 dan positif. Respon kempring pada
periode ke 1 (Juli 2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan
nilai nol, untuk periode ke 2 (Agust 2019) bernilai negatif yang artinya terjadi
104
terjadi kenaikan penjualan dari tulang akan direspon secara fluktuatif dengan nilai
positif oleh kempring, yang artinya penjualan kempring akan meningkat dan
mengalami penurunan penjualan hanya pada periode ke 2 dan 6 (Agust dan Des
2019).
Response
Response to5.Cholesky One of Dust
S.D. Response to Cholesky
(d.f. adjusted) One S.D.Response
Innovations (d.f. adjusted) Innovations
to Cholesky One S.D. (d.f. adjusted) Innovations
Response of DUST to CHUN_MEE Response of DUST to KERINGAN_MURNI Response of DUST to LOKAL_2
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
dari chun mee. Berdasarkan Gambar 13 (a), respon yang diberikan dust jika
terjadi kenaikan penjualan pada chun mee sebesar satu standar deviasi bernilai
positif dan negatif hanya pada periode ke 4 dan 12. Respon dust pada periode ke
1-3 (Juli-Sep 2019) bernilai positif yang artinya terjadi peningkatan penjualan
dust, pada periode ke 4 (Okt 2019) bernilai negatif dengan penurunan penjualan
dust sebanyak 165.362 kg. Pergerakan respon dust terus mengalami sedikit
105
disimpulkan, apabila terjadi kenaikan penjualan dari chun mee akan direspon
secara fluktuatif dengan nilai positif oleh dust, yang artinya penjualan dust akan
Respon kedua yang dianalisis adalah respon dust terhadap guncangan dari
keringan murni. Berdasarkan Gambar 13 (b), respon yang diberikan dust jika
terjadi kenaikan penjualan pada keringan murni sebesar satu standar deviasi
bernilai negatif dan positif hanya pada periode ke 2-4, 6-7, 9, 11. Respon dust
pada periode ke 1 (Juli 2019) bernilai negatif yang artinya terjadi penurunan
apabila terjadi kenaikan penjualan dari keringan murni akan direspon secara
fluktuasi dengan kecenderungan negatif oleh dust, yang artinya penjualan dust
akan menurun dan akan mengalami peningkatan penjualan pada periode ke 2-4, 6-
Respon ketiga yang dianalisis adalah respon dust terhadap guncangan dari
lokal 2. Berdasarkan Gambar 13 (c), respon yang diberikan dust jika terjadi
kenaikan penjualan pada lokal 2 sebesar satu standar deviasi bernilai positif dan
negatif hanya pada periode ke 3-4, 6, 8, 11, 14, 16. Respon dust pada periode ke
1-2 (Juli-Agust 2019) bernilai positif yang artinya terjadi peningkatan penjualan
dust sebanyak 259.225 kg dan 748.910 kg, periode ke 3-4 bernilai negatif dengan
106
penurunan penjualan dust sebanyak 199.007 kg dan 48.019 kg. Pergerakan respon
apabila terjadi kenaikan penjualan dari lokal 2 akan direspon secara fluktuasi
dengan kecenderungan positif oleh dust, yang artinya penjualan dust akan
meningkat dan mengalami penurunan penjualan pada periode ke 3-4, 6, 8, 11, 14,
dari kempring. Berdasarkan Gambar 13 (d), respon yang diberikan dust jika
terjadi kenaikan penjualan pada kempring sebesar satu standar deviasi bernilai
positif dan negatif hanya pada periode ke 3, 5, 7, 10, 11, 13, 15, 18. Respon dust
pada periode ke 1-2 (Juli-Agust 2019) bernilai positif yang artinya terjadi
dan penurunan (negatif) penjualan hingga akhir periode ke 18 (Des 2020). Dapat
secara fluktuasi dengan kecenderungan positif oleh dust, yang artinya penjualan
10, 11, 13, 15, 18 (Sep, Nov 2019 dan Jan, April, Mei, Juli, Sep, Des 2020).
Respon kelima yang dianalisis adalah respon dust terhadap guncangan dari
dust itu sendiri. Berdasarkan Gambar 13 (e), respon yang diberikan dust jika
terjadi kenaikan penjualan pada dust sebesar satu standar deviasi bernilai positif
107
dan negatif hanya pada periode ke 2, 6, 7, 10, 14, 18. Respon chun mee pada
periode ke 1 (Juli 2019) bernilai positif yang artinya terjadi peningkatan penjualan
dust tertinggi sebanyak 2.488 kg, periode ke 2 bernilai negatif dengan penurunan
penjualan dust sebanyak 352.354,7 kg. Pergerakan respon dust terus mengalami
penjualan dari dust akan direspon secara fluktuasi dengan kecenderungan positif
oleh dust, yang artinya penjualan dust akan meningkat dan mengalami penurunan
penjualan pada periode ke 2, 6, 7, 10, 14, 18 (Agust, Des 2019 dan Jan, April,
dari tulang. Berdasarkan Gambar 13 (f), respon yang diberikan dust jika terjadi
kenaikan penjualan pada tulang sebesar satu standar deviasi bernilai positif dan
negatif hanya pada periode ke 3, 6, 9, 11, 14. Respon dust pada periode ke 1 (Juli
2019) berada pada titik keseimbangan yang ditunjukkan dengan nilai nol, periode
dari tulang akan direspon secara fluktuasi dengan kecenderungan positif oleh dust,
yang artinya penjualan dust akan meningkat dan mengalami penurunan penjualan
pada periode ke 3, 6, 9, 11, 14 (Sep, Des 2019 dan Mar, Mei, Agust 2020).
108
Response
Response to6.Cholesky One of Tulang
S.D. Response to Cholesky
(d.f. adjusted) One S.D. (d.f.
Innovations adjusted)toInnovations
Response Cholesky One S.D. (d.f. adjusted) Innovations
Response of TULANG to CHUN_MEE Response of TULANG to KERINGAN_MURNI Response of TULANG to LOKAL_2
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
(a)S.D.Response
Response to Cholesky One to Cholesky
(d.f. adjusted) (b)S.D.Response
One
Innovations to Cholesky
(d.f. adjusted) One S.D.
Innovations (c) (d.f. adjusted) Innovations
Response of TULANG to KEMPRING Response of TULANG to DUST Response of TULANG to TULANG
0 0 0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18
dari chun mee. Berdasarkan Gambar 14 (a), respon yang diberikan tulang jika
terjadi kenaikan penjualan dari chun mee sebesar satu standar deviasi bernilai
positif dan negatif hanya pada periode ke 4. Respon tulang pada periode ke 1-3
tulang sebanyak 44.331 kg. Pergerakan respon tulang terus mengalami sedikit
109
disimpulkan, apabila terjadi kenaikan penjualan dari chun mee akan direspon
secara fluktuasi dengan nilai positif oleh tulang, yang artinya penjualan tulang
(Okt 2019).
dari keringan murni. Berdasarkan Gambar 14 (b), respon yang diberikan tulang
jika terjadi kenaikan penjualan dari keringan murni sebesar satu standar deviasi
bernilai positif hanya pada periode ke 1-2 dan negatif. Respon tulang pada periode
penjualan tulang sebanyak 527.198 kg dan 13.544 kg. Pergerakan respon tulang
(Des 2020). Dapat disimpulkan, apabila terjadi kenaikan penjualan dari keringan
murni akan direspon secara fluktuasi dengan kecenderungan negatif oleh tulang,
dari lokal 2. Berdasarkan Gambar 14 (c), respon yang diberikan tulang jika terjadi
kenaikan penjualan dari lokal 2 sebesar satu standar deviasi bernilai positif dan
negatif hanya pada periode ke 4 (Okt 2019). Respon tulang pada periode ke 1-3
mee sebanyak 148.116 kg. Pergerakan respon tulang terus mengalami sedikit
110
disimpulkan, apabila terjadi kenaikan penjualan dari lokal 2 akan direspon secara
fluktuasi dengan nilai positif oleh tulang, yang artinya penjualan tulang akan
2019).
dari kempring. Berdasarkan Gambar 14 (d), respon yang diberikan tulang jika
terjadi kenaikan penjualan dari kempring sebesar satu standar deviasi bernilai
positif dan negatif hanya pada periode ke 3-4, 7-9, 11-12, 14. Respon tulang pada
periode ke 1-2 (Juli-Sep 2019) bernilai positif yang artinya terjadi peningkatan
dan 378.898 kg. Pergerakan respon tulang terus mengalami sedikit fluktuasi
tulang, yang artinya penjualan tulang akan meningkat dan mengalami penurunan
penjualan pada periode ke 3-4, 7-9, 11-12, 14 (Sep-Okt 2019 dan Jan, Mar, Mei,
dari dust. Berdasarkan Gambar 14 (e), respon yang diberikan tulang jika terjadi
kenaikan penjualan dari dust sebesar satu standar deviasi bernilai positif hanya
pada periode ke 1-3, 5 dan negatif. Respon tulang pada periode ke 1-3 (Juli-Sep
111
4 (Okt 2019) bernilai negatif dengan penurunan penjualan tulang sebanyak 72.957
kg, periode ke 5 (Nov 2019) penjualan tulang kembali bernilai positif dengan
peningkatan penjualan tulang sebanyak 36.013 kg. Pergerakan respon tulang terus
periode ke 18 (Des 2019 dan Des 2020). Dapat disimpulkan, apabila terjadi
kenaikan penjualan dari dust akan direspon secara fluktuasi dengan nilai negatif
oleh tulang, yang artinya penjualan tulang akan menurun dan mengalami
dari tulang itu sendiri. Berdasarkan Gambar 14 (f), respon yang diberikan tulang
jika terjadi kenaikan penjualan dari tulang sebesar satu standar deviasi bernilai
positif dan negatif hanya pada periode ke 2-3. Respon tulang pada periode ke 1
kg, periode ke 2-3 (Agust-Sep 2019) bernilai negatif yang dengan penurunan
penjualan tulang sebanyak 108.452 kg dan 46.725 kg. Pergerakan respon tulang
dari tulang akan direspon secara fluktuasi dengan nilai positif oleh tulang itu
sendiri, yang artinya penjualan tulang akan meningkat dan mengalami penurunan
murni cenderung direspon negatif oleh 5 jenis teh hijau lainnya kecuali keringan
murni itu sendiri. Kondisi ini sejalan dengan kuantitas penjualan keringan murni
112
yang selalu lebih tinggi dari pada chun mee, lokal 2, kempring, dust dan tulang.
Kenaikan penjualan dari chun mee, lokal 2 dan tulang cenderung direspon positif
hampir pada semua jenis teh hijau sehingga,terjadi peningkatan penjualan selama
18 periode bulan mendatang. Karena kenaikan penjualan dari chun mee, lokal 2
dan tulang cenderung bernilai positif hampir pada semua jenis teh hijau maka,
ketiga jenis teh hijau tersebut dapat dijadikan rekomendasi produk unggulan bagi
penjualan dari masing-masing 6 jenis teh hijau selama periode Juli 2019-
Respon
Guncangan Chun Keringan
Lokal 2 Kempring Dust Tulang
Mee Murni
Chun Mee Positif Negatif Positif Positif Positif Positif
Keringan Positif
Negatif Positif Negatif Negatif Negatif
Murni &Negatif
Positif
Lokal 2 Positif Negatif Positif Positif Positif
&Negatif
Positif Positif Positif & Positif Positif
Kempring Negatif
&Negatif &Negatif Negatif &Negatif &Negatif
Positif Positif Positif Positif Positif
Dust Positif
&Negatif &Negatif &Negatif &Negatif &Negatif
Positif
Tulang Positif Negatif Positif Positif Positif
&Negatif
Sumber : Lampiran 11 (diolah)
Keterangan :
dengan nilai negatif dan positif dari periode ke 1-8 sedangkan, dari periode ke 9
113
hingga akhir periode ke 18 cenderung stabil. Guncangan negatif pada bulan Juli-
September 2019 kemungkinan akan terjadi musim kemarau, dengan curah hujan
musim kemarau inilah tanaman teh cenderung lebih rentan terserang hama
sebesar > 390 mm sehingga, hanya beberapa jenis teh hijau yang mengalami
penghujan, tanaman teh masih berada dalam masa pemulihan dari serangan hama
yang terjadi pada musim kemarau bulan sebelumnya kemudian, tanaman teh akan
mengalami pertumbuhan pucuk-pucuk teh baru yang hampir merata pada setiap
blok perkebunan, yang dibantu juga dengan pemberian pupuk. Data curah hujan
memprediksi kontribusi persentase varian setiap jenis teh hijau karena, adanya
perubahan jenis teh hijau tertentu dan dapat dilihat kekuatan serta kelemahan
114
masing-masing jenis teh hijau dalam jangka panjang. Pada diagram FEVD di
bawah ini garis vertikal menunjukkan kontribusi persentase jenis teh hijau dan
Decomposition chun mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang
cukup banyak, yang dipengaruhi oleh penjualan keringan murni, lokal 2, dust dan
tulang. Pada periode periode ke 1 dan 2 (Juli-Agustus 2019) penjualan chun mee
dipengaruhi oleh penjualan chun mee itu sendiri dengan persentase varian sebesar
100% dan 96%. Mulai periode ke 3 hingga akhir periode ke 18 (Sept 2019-Des
2020) penurunan penjualan chun mee dipengaruhi oleh penjualan keringan murni
dengan persentase varian yang menguat sebesar 6%-29%, untuk lokal 2 menguat
sebesar 1%-8%, dust sangat lemah sebesar 1% dan hanya untuk periode ke 4-7
(Okt 2019-Jan 2020), serta tulang menguat sebesar 2-6%. Secara keseluruhan,
hasil FEVD penjualan chun mee untuk periode 18 bulan ke depan (Juli 2019-Des
2020) mengalami penurunan, yang pengaruhnya didominasi oleh chun mee itu
sendiri dan ketiga jenis teh hijau lain yakni keringan murni, lokal 2 dan tulang.
Keringan murni memberikan pengaruh penurunan penjualan chun mee yang lebih
kuat dibanding lokal 2 dan tulang, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Secara lebih jelas diagram FEVD chun mee dapat dilihat pada Gambar
15.
115
100%
90%
80%
70%
Persentase
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
TLG 0 0 2 2 3 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 6
DST 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KMP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
LKL 2 0 1 3 2 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8
KM 0 0 6 7 9 11 13 15 17 19 21 22 24 25 26 27 28 29
CM 100 96 86 85 81 78 75 72 70 68 65 63 62 60 58 57 55 54
penurunan yang dipengaruhi oleh penjualan chun mee, lokal 2 dan tulang. Pada
penjualan keringan murni itu sendiri dengan persentase varian sebesar 99%,
periode ke 2 (Agust 2019) penjualan keringan murni hanya dipengaruhi oleh lokal
2 dengan persentase varian sebesar 1%, periode ke 3 (Sep 2019) dipengaruhi oleh
lokal 2 dan tulang dengan persentase varian sebesar 1%. Mulai periode ke 4
dipengaruhi oleh penjualan chun mee dengan persentase varian yang menguat
sebesar 2-8%, lokal 2 menguat sebesar 3-11%, begitu juga dengan tulang menguat
sebesar 4-9%. Secara keseluruhan, hasil FEVD penjualan keringan murni untuk
periode 18 bulan ke depan (Juli 2019-Des 2020) akan mengalami penurunan, yang
pengaruhnya didominasi oleh keringan murni itu sendiri dan ketiga jenis teh hijau
116
lain yakni lokal 2, tulang dan chun mee. Lokal 2 memberikan pengaruh penurunan
penjualan keringan murni yang lebih kuat dibanding tulang dan chun mee baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Secara lebih jelas diagram FEVD
100%
90%
80%
Persentase
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
TLG 0 0 1 4 5 5 6 6 7 7 7 8 8 8 8 8 8 9
DST 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KMP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
LKL 2 0 1 1 3 5 6 7 7 8 9 9 9 10 10 10 10 11 11
KM 99 97 94 88 85 82 80 78 77 75 74 74 73 72 71 71 70 70
CM 0 0 0 2 2 4 5 5 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8
banyak, yang dipengaruhi oleh penjualan 5 jenis teh hijau lainnya. Pada periode
ke 1 (Juli 2019) penjualan lokal 2 dipengaruhi oleh penjualan chun mee sebesar
7%. Pada periode periode ke 2 (Agust 2019) penjualan lokal 2 dipengaruhi oleh
penjualan chun mee yang menguat sebesar 12% dan keringan murni hanya
sebesar 1%. Mulai periode ke 3 hingga akhir periode ke 18 (Sep 2019-Des 2020)
penjualan lokal 2 dipengaruhi oleh penjualan chun mee yang menguat sebesar
13%, keringan murni yang menguat sebesar 1-14%, kempring sebesar 1% hanya
pada periode ke 3 (Sep 2019) dan periode ke 5-12 (Nov 2019-Juni 2020), dust
117
sebesar 1-2% hingga periode ke 10 (April 2020) dan turun menjadi 1% pada
sebesar 4-5%. Secara keseluruhan, hasil FEVD penjualan lokal 2 untuk periode 18
bulan ke depan (Juli 2019-Des 2020) akan mengalami penurunan walaupun pada
awal periode masih berfluktuasi, yang pengaruhnya didominasi oleh lokal 2 itu
sendiri dan kelima jenis teh hijau lain yakni chun mee, keringan murni, kempring,
dust dan tulang. Keringan murni memberikan pengaruh penurunan penjualan lokal
2 yang lebih kuat dibanding kempring, dust dan tulang baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Secara lebih jelas diagram FEVD lokal 2 dapat dilihat
100%
90%
80%
Persentase
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
TLG 0 0 0 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
DST 0 0 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
KMP 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
LKL 2 92 83 81 77 75 75 73 72 71 70 69 68 67 67 66 65 64 63
KM 0 1 1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 11 12 13 14
CM 7 12 13 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
118
4. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Kempring
cukup banyak yang dipengaruhi oleh penjualan 5 jenis teh lainnya. Pada periode
lokal 2, dengan persentase varian yang kuat yakni 21%. Mulai periode ke 2
dipengaruhi oleh penjualan chun mee yang menguat sebesar 4-5%, keringan
murni menguat sebesar 2-8%, lokal 2 menguat sebesar 23% hingga periode ke 11
(Mei 2020) dan kembali melemah sebesar 22% hingga akhir periode ke 18 (Des
2020), dust menguat sebesar 3, 5-4% dan tulang menguat sebesar 2-4%. Secara
kempring itu sendiri, lokal 2 keringan murni, chun mee, dust dan tulang. Lokal 2
keringan murni, chun mee, dust dan tulang baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Secara lebih jelas diagram FEVD kempring dapat dilihat pada
Gambar 18.
119
100%
90%
80%
Persentase
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
TLG 0 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
DST 0 3 3 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
KMP 78 66 65 62 60 60 59 59 58 58 57 57 56 56 55 55 55 54
LKL 2 21 23 22 23 23 23 23 23 23 23 23 22 22 22 22 22 22 22
KM 0 0 2 2 2 2 3 4 4 4 5 5 6 6 7 7 7 8
CM 0 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
periode kedepan (Juli 2019-Des 2020) mengalami penurunan cukup banyak yang
dipengaruhi oleh penjualan 5 jenis teh lainnya. Pada periode ke 1 (Juli 2019)
penjualan dust dipengaruhi oleh penjualan chun mee sebesar 5% dan kempring
penjualan dust dipengaruhi oleh penjualan chun mee dengan persentase varian
yang semakin menguat sebesar 10-13%, keringan murni hanya sebesar 1%, lokal
2 menguat sebesar 7%, kempring menguat sebesar 4-5% dan tulang menguat
sebesar 3-5%. Secara keseluruhan, hasil FEVD penjualan dust untuk periode 18
didominasi oleh dust itu sendiri dan kelima jenis teh hijau lain yakni chun mee,
penurunan penjualan dust yang lebih kuat dibanding kempring, tulang dan
120
keringan murni baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Secara lebih
100%
90%
80%
Persentase
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
TLG 0 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
DST 89 73 69 68 68 68 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67 67
KMP 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
LKL 2 0 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
KM 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
CM 5 10 12 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13
banyak, yang dipengaruhi oleh penjualan 5 jenis teh lainnya. Mulai periode ke 1
oleh penjualan chun mee dengan persentase varian yang menguat sebesar 4-6%,
sebesar 10% hingga akhir periode ke 18 (Des 2020), serta dust melemah sebesar
7-6%. Secara keseluruhan, hasil FEVD penjualan tulang untuk periode 18 bulan
didominasi oleh tulang itu sendiri dan kelima jenis teh hijau lain yakni lokal 2,
121
kempring, keringan murni, dust dan chun mee. Lokal 2 memberikan pengaruh
penurunan penjualan tulang yang lebih kuat dibanding kempring, keringan murni,
dust dan chun mee baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Secara
lebih jelas diagram FEVD tulang dapat dilihat pada Gambar 20.
100%
90%
80%
Persentase
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
TLG 63 59 58 56 56 56 56 55 55 55 55 54 54 54 54 53 53 53
DST 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
KMP 9 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 10 10 10 10
LKL 2 11 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14
KM 3 2 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8
CM 4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
didominasi oleh jenis teh hijau itu sendiri dan jenis teh hijau lain. Jenis teh hijau
lain yang cenderung cukup kuat mendominasi hampir pada semua jenis teh hijau
adalah lokal 2. Kondisi tersebut sejalan dengan kuantitas penjualan lokal 2, yang
selama ini termasuk penjualan teh hijau tertinggi diurutan kedua setelah keringan
murni. Penurunan penjualan 6 jenis teh hijau dimasa mendatang, dipengaruhi oleh
tanaman teh yang terjadi di PT. Rumpun Sari Kemuning 1. Penyebabnya antara
122
lain seperti, usia tanaman teh yang tua karena peninggalan kolonial Belanda yang
masih terdapat pada beberapa blok di afdeling B serta, pembibitan tanaman teh
terakhir dilakukan pada tahun 1994. Tata kelola perawatan kebun yang terlambat
dalam pelaksanaan proses produksi teh hijau juga sering terhambat karena mesin-
mesin pengolahan yang rusak dan tindakan-tindakan pekerja yang tidak sesuai
kerusakan fisik seperti, daun teh patah. Mesin-mesin pengolahan yang digunakan
dalam proses produksi teh hijau, sudah berusia sangat tua karena peninggalan
Pada sisi eksternal perusahaan, dapat dilihat dari penurunan luas areal
lahan perkebunan teh kemuning yang terjadi pada beberapa blok di afdeling B
kawasan kemuning sebagai objek wisata alam. Terdapat beberapa objek wisata
alam yang terkenal sehingga, sangat menarik minat pengunjung dari luar kota
gunung Lawu, air terjun dan beberapa candi peninggalan agama Hindu. Adanya
untuk membuka objek wisata baru sebagai area berfoto dikawasan kebun teh
tersebut dengan syarat pengelola kebun tetap menjaga keamanan dan kebersihan
kebun teh.
123
5.3 Implikasi Manajerial
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif. Dengan
demikian, perusahaan dapat meraih peluang penjualan teh hijau yang sangat
terbuka dimasa mendatang dan dapat mempertahankan pangsa pasar yang mereka
miliki saat ini bahkan, dapat memperluas pemasaran teh hijau kemuning hingga
kuantitas dan kualitas teh hijau yang dihasilkan dan dijual nantinya maka, dengan
124
2500
2007
2008
2000
2009
2010
1500
2011
mm
2012
1000
2013
2014
500
2015
2016
0
2017
2018
Bulan
tahun. Curah hujan di kabupaten Karanganyar termasuk yang ideal untuk tanaman
teh tumbuh yaitu>100 mm/bulan sepanjang tahun dan lokasi perkebunan yang
sangat mendukung berada di area lereng gunung Lawu, dengan ketinggian 1.200-
1.800 m dpl sehingga, dapat memberikan hasil teh dengan kualitas yang baik.
akan melimpah dengan curah hujan > 390-860 mm sedangkan, pada bulan Juli-
125
Rencana peramalan penjualan yang direkomendasikan berdasarkan hasil
analisis IRF dan FEVD, juga diperkuat dengan hasil wawancara selama penelitian
keputusan bagi setiap departemen di PT. Rumpun Sari Kemuning 1adalah sebagai
1. Departemen Tanaman
tanaman karena, berhubungan langsung dengan sumber bahan baku pucuk teh.
kebutuhan bahan tanaman skala besar, yang sangat sesuai diterapkan pada
b. Penanaman Ulang
c. Pemangkasan
Penurunan produktivitas tanaman teh yang terjadi saat ini dan ketinggian
bidang petik yang sudah lebih dari 120-140 cm, menyulitkan tenaga panen ketika
126
sedang melakukan pemanenan. Perusahaan disarankan melakukan pemangkasan
dengan memperhatikan ketinggian lokasi kebun teh karena, setiap blok memiliki
Ketinggian Jangka
Blok Perkebunan
Tempat Waktu
Dataran Tinggi A5, A3, A6, A11, A12, A13, A14, A15, A16, A17 48-52 bulan
Dataran Sedang B2, B3, B4, B5, B6, A2, A4 36-42 bulan
Dataran Rendah A1, B7, B8, B9, B10, B11, B12, B13, B14, B15 30-36 bulan
Sumber : PT. Rumpun Sari Kemuning 1, 2019 (diolah)
d. Pemupukan
periode 1 tahun. Waktu pemupukan pertama yang tepat, disarankan pada bulan
Desember 2019 dan Desember 2020 karena, curah hujan telah memadai sebesar
memasuki pergantian ke musim kemarau yakni, pada bulan Mei 2020 guna
memberi kekuatan pada tanaman teh akibat curah hujan yang sangat rendah
Penanganan pasca panen pucuk teh perlu diperhatikan lebih oleh mandor-
produksi teh di kebun. Melihat kondisi aktual saat ini, perusahaan disarankan
untuk melakukan sosialisasi SOP kembali dan SOP telah yang disosialiasikan
127
Selain mengupayakan persediaan bahan baku teh untuk kebutuhan dimasa
manusia yang dimiliki secara efisien dan efektif mungkin maka, perusahaan perlu
melakukan :
periode bulan mendatang. Pembagian jam kerja di kebun berlaku bagi seluruh
pekerja kebun, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 19.
dan setiap mandor panen hanya membutuhkan 20 orang tenaga panen pada musim
kemarau, melihat produksi teh yang rendah sehingga, 86 orang tenaga panen perlu
diliburkan. Pada tenaga rawat, setiap mandor rawat hanya membutuhkan 25 orang
diliburkan. Ketika musim penghujan, tenaga panen dan rawat yang diliburkan
diperlukan untuk tenaga panen dan rawat karena memiliki jumlah tenaga kerja
yang paling banyak, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 19.
128
Tabel 19. Pembagian Jam kerja dan Jumlah Tenaga kerja Pada Departemen
Tanaman
Kapasitas produksi teh basah yang dihasilkan per bulan dan per hari, pada
musim kemarau dan musim penghujan dapat membantu departemen pabrik dalam
perawatan mesin. Rata-rata produksi teh basah per bulan dan per hari, dapat
2. Departemen Pabrik/Teknik
kemarau karena, kemungkinan produksi teh basah sangat rendah pada bulan
karena, kemungkinan hasil produksi teh akan melimpah sehingga, proses produksi
akan membutuhkan waktu selama 24 jam. Pembagian jam kerja di pabrik secara
terjadi musim kemarau, dengan cara meliburkan 29 orang tenaga olahan, 3 orang
129
tenaga sortasi dan 1 orang tenaga mekanik. Ketikadiperkirakan akan terjadi
tenaga sortasi dan tenaga mekanik yang diliburkan. Perubahan jam kerja dan
jumlah tenaga kerja di pabrik hanya perlu dilakukan pada tenaga olah, sortasi dan
mekanik karena memiliki jumlah tenaga kerja cukup banyak dan shift kerja yang
Tabel 20. Pembagian Jam Kerja dan Tenaga Kerja Pada Departemen Pabrik
Departemen Pabrik
Musim kemarau (Juli-September 2019 dan Juni-September 2020)
Tenaga Olah Tenaga Sortasi Tenaga Mekanik
Jam kerja 09.00-17.00 WIB 09.00-17.00 WIB
07.00-14.30 WIB
17.00-00.00 WIB 17.00-00.00 WIB
Jumlah TK 14 (PHT) 4 3
Musim Penghujan (Oktober 2019-Mei 2020 dan Oktober-Desember 2020)
Tenaga Olah Tenaga Sortasi Tenaga Mekanik
09.00-17.00 WIB 09.00-17.00 WIB
Jam kerja 07.00-14.30 WIB
17.00-00.00 WIB 17.00-00.00 WIB
14.30-22.00 WIB
00.00-06.00 WIB 00.00-06.00 WIB
Jumlah TK 43 (PHT+PHL) 7 4
Sumber : Lampiran 4 (diolah)
Keterangan :
perbulan dan perhari pada periode masa lalu. Tindakan pengurangan penggunaan
mesin ini, diharapkan dapat membantu perusahaan agar proses produksi dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Rata-rata kapasitas produksi teh kering
perbulan dan perhari, secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 21.
130
Tabel 21. Rata-Rata Produksi Basah dan Kering Perbulan (kg) Periode 2007-2018
Keterangan :
perbulan dan perhari dari periode 2007-2019 yang lalu maka, dapat diketahui
berapa jumlah mesin yang perlu digunakan ketika musim kemarau dan musim
penghujan akan tiba. Berdasarkan Tabel 21 dan Tabel 6 pada BAB IV, pada
mesin open top roller, 2 mesin endless chain pressure (ECP), 3 mesin rotary
131
dryer dan 1 mesin ball tea besar karena, perkiraan produksi teh kering sekitar
1.500-2.200 kg.
rotary panner, 2 mesin open top roller, 2 mesin endless chain pressure (ECP), 3
mesin rotary dryer dan untuk ball tea ada beberapa pilihan, untuk bulan Oktober-
Desember dapat menggunakan 1 ball tea besar dengan melihat produksi teh
kering sekitar 1.630-2.240 kg/hari, pada bulan Januari, Maret, April dapat
menggunakan 1 ball tea besar dan 1 ball tea kecil dengan melihat produksi teh
kering sekitar 2.350kg/hari, serta2 ball tea besar pada bulan Februari dan Mei
3. Departemen Administrasi/Pembelian
produksi yang dibutuhkan oleh departemen kebun dan pabrik secara tepat waktu
sehingga, tidak mengganggu jalannya proses produksi teh hijau. Kebutuhan yang
musim yang akan terjadi. Sarana produksi pertanian yang dibutuhkan oleh
4. Departemen Pemasaran
Pihak pemasaran dapat melakukan promosi secara aktif kepada konsumen tetap
melalui telepon, sesuai jenis teh hijau yang tersedia atau yang biasa dipesan.
Waktu promosi yang tepat dapat dilakukan ketika mengalami surplus produksi.
132
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Terjadi 5 kointegrasi pada jenis teh hijau chun mee, keringan murni, lokal 2,
kempring, dust dan tulang. Mengartikan ke 6 jenis teh hijau tersebut terlibat
2. Hasil ramalan penjualan dengan menggunakan IRF untuk periode Juli 2019-
murni cenderung direspon negatif hampir pada setiap jenis teh hijau
terjadi kenaikan penjualan chun mee, lokal 2 dan tulang yang cenderung
hama pada musim kemarau dan guncangan positif berupa kemungkinan akan
periode Juli 2019-Desember 2020 menunjukkan, penjualan jenis teh hijau chun
mee, keringan murni, lokal 2, kempring, dust dan tulang cenderung mengalami
penurunan yang pengaruhnya didominasi oleh jenis teh hijau itu sendiri dan
pengaruh jenis teh hijau lain, untuk chun mee yang paling kuat adalah keringan
murni, keringan murni yang paling kuat adalah lokal 2, lokal 2 yang paling
kuat adalah chun mee, kempring yang paling kuat adalah lokal 2, dust yang
paling kuat adalah chun mee dan tulang yang paling kuat adalah lokal 2.
internal perusahaan meliputi, usia tanaman teh tua, pembibitan terakhir pada
yang ada secara efisien dan efektif dan tetap memperhatikan pergantian musim
kebun, meliburkan PHL dan mengetahui tingkat kapasitas produksi teh basah.
Departemen pabrik perlu melakukan perubahan jam kerja dan shift kerja
pabrik, meliburkan PHL dan mengetahui jumlah mesin yang perlu digunakan.
134
pabrik. Bagian pemasaran melakukan promosi penjualan secara aktif kepada
konsumen tetap agroindustri teh sesuai jenis teh hijau yang tersedia.
6.2 Saran
Pada penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal kepada PT. Rumpun
135
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Rizky Aditya, Agus Rusgiyono dan Tarno. 2016. Analisis Integrasi Pasar
Bawang Merah menggunakan Metode Vector Error Correction Model
(VECM) (Studi Kasus : Harga Bawang Merah di Provinsi Jawa Tengah).
Jurnal Gaussian. Vol. 5 No. 6 Februari 2016. Hal 811-820.
Anggraini, Tuty. 2017. Proses dan Manfaat Teh. CV. Rumahkayu Pustaka Utama,
Padang.
Effendi, Dedi Soleh, M. Syakir, M. Yusron dan Wiratno. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Teh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
Bogor.
Heizer, Jay dan Barry Render. 2009. Manajemen Operasi, Edisi 9 Buku 1.
Salemba Empat. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2017. Outlook Teh. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Jakarta.
Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan keuangan. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Ni’mah Eva Naviatun dan Safa’at Yulianto. 017. eramalan aju nflasi dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dengan Menggunakan
Model vector autoregressive (VAR) dan Vector Error Correction Model
(VECM). Jurnal Urecol. Vol.3 No. 4 Januari 2017. Hal 481-490.
Pranyoto, Edi. 2017. Analisis Kointegrasi dan Kusalitas Engle Granger Tingkat
Suku Bunga Simpanan Perubahan Nilai Tukar Rp/USD dan Return Pasar
Saham di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Darmajaya. Vol. 3 No.2
Juli 2017. Hal 106-125.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika dan Analisis Runtut Waktu Terapan dengan
Eviews. CV. Andi Offset, Yogyakarta.
Said, E. Gumbira dan A. Harizt Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. PT. Ghalia
Indonesia dengan MMA-IPB, Bogor.
Sakinah, Fitri. 2016. Peramalan Produksi, Luas Panen dan Harga Kacang Tanah
serta Analisis Integrasi Pasar Spasial Kacang Tanah di Provinsi
Bengkulu. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Universitas, Bengkulu.
137
Sudjarmoko, Bedy. 2018. Perkembangan Pasar Teh di Pasar Domestik dan Pasar
Internasional. http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-t
eknologi/207-perkembangan-pasar-teh-indonesia-di-pasar-domestik-dan-
pasar-internasionalDiakses, 18 Mei 2019, Pukul 21.01 WIB.
138
.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penjualan Chun Mee, Keringan Murni, Lokal 2, Kempring, Dust dan
Tulang Periode Januari 2007–Juni 2019
Periode Jenis Teh Hijau (kg)
Tahun Bulan Chun Mee Keringan Murni Lokal 2 Kempring Dust Tulang
Januari 1000 16000 10000 10000 0 8000
Februari 0 10000 6000 3000 7000 8000
Maret 5000 12000 5500 2000 8000 7000
April 5000 14000 13000 7000 5000 6000
Mei 2000 12000 8500 5000 8500 8000
Juni 5000 13000 6500 7000 5500 12000
2007
Juli 3000 25000 7500 2000 4000 4000
Agustus 4000 5000 7000 10000 5000 8000
September 4000 3000 10000 5000 5000 4000
Oktober 2000 10000 3000 5000 4000 4000
November 2500 12500 5000 3000 2500 10000
Desember 3500 6500 6000 2000 2500 6500
Januari 2500 10000 7000 5000 9500 10000
Februari 500 10000 7500 10000 4000 9000
Maret 4750 10000 4000 2000 7000 7000
April 2500 10000 8500 5000 6000 8000
Mei 5000 10000 11500 11100 3000 10000
Juni 4500 20000 9500 11200 9000 14000
2008
Juli 5000 15000 14500 5000 5000 10000
Agustus 2500 15000 5000 6000 8000 6000
September 3500 10000 7500 3500 3000 6000
Oktober 1000 20000 7000 3000 6000 8500
November 3300 10000 6000 6500 3000 10000
Desember 0 9000 10000 5000 3000 2000
Januari 9500 12000 16500 9000 6000 16000
Februari 1000 10000 8000 7000 15000 13000
Maret 7000 10000 10000 4000 4000 9000
April 5500 10000 12000 6000 4000 9000
Mei 6000 6405 11250 4250 12000 11000
Juni 6000 13595 8750 7250 8000 10000
2009
Juli 4500 5000 7250 7250 4000 13000
Agustus 4500 10000 12250 9250 8750 10000
September 5000 0 2250 9250 7000 5000
Oktober 0 10000 9500 4500 0 8000
November 6500 13330 6100 5760 8000 6000
Desember 5500 16670 6400 6320 4000 9000
Januari 0 7420 11500 9205 12000 15000
Februari 7000 7580 7800 6065 8000 14000
Maret 7000 15000 10450 4400 4000 9000
April 0 15000 9325 10000 8000 10000
Mei 5500 0 11175 5000 8000 10000
Juni 1000 5000 9675 10500 4000 13000
2010
Juli 10500 7000 10225 1000 12000 11000
Agustus 1000 10000 10500 11500 4000 9000
September 1000 15000 6825 5000 8000 6000
Oktober 7250 10000 6925 3000 4000 9000
November 2000 7000 8475 4000 8000 6000
Desember 4500 12000 5200 12000 4000 17000
140
Lanjutan Lampiran 1.
Periode Jenis Teh Hijau (kg)
Tahun Bulan Chun Mee Keringan Murni Lokal 2 Kempring Dust Tulang
Januari 2500 5000 4375 3000 8000 14000
Februari 500 6365 7800 3000 4000 5000
Maret 7000 6050 14000 7000 8000 10000
April 0 5145 11434 7000 4000 9000
Mei 8250 17030 6900 6580 8000 14000
Juni 1000 12975 11875 6110 4000 9000
2011
Juli 4000 13670 7125 3220 5000 6500
Agustus 8150 9335 4800 5090 5000 6500
September 3000 9075 6700 5300 8000 9000
Oktober 500 8470 5275 4100 4000 5500
November 8300 9885 6675 4050 3550 5750
Desember 3250 9500 7850 7000 7000 12000
Januari 2500 17500 8950 6000 15500 16500
Februari 8000 11430 6125 4000 5000 9000
Maret 3000 7000 6475 6035 5000 9000
April 7000 17815 9125 6545 5000 9000
Mei 0 0 7125 6300 10000 10000
Juni 1000 5040 11175 6790 5000 9000
2012
Juli 11000 8060 6875 6325 5000 9000
Agustus 4000 5630 4650 3465 5100 5000
September 0 3360 4350 3220 5000 5000
Oktober 500 5002 4800 3395 0 8000
November 1000 7733 2950 3080 5050 5000
Desember 10000 6930 7695 5970 9000 11110
Januari 4000 10360 11875 4760 5100 9000
Februari 3000 11080 11550 7460 4500 10550
Maret 0 3920 7400 3600 5000 9050
April 2000 10990 8900 7795 10400 14000
Mei 1000 11185 9775 5670 5050 13350
Juni 12500 0 9600 3800 5400 9600
2013
Juli 2000 7630 13925 7750 10000 11575
Agustus 3500 5635 4000 2500 3500 6000
September 1925 14325 5750 2130 3300 4250
Oktober 1075 6035 5250 6000 4700 6250
November 1800 13500 5250 3875 3500 10200
Desember 3000 5600 7900 6950 8500 11250
Januari 2650 11830 7850 5550 4250 7200
Februari 2000 5940 4200 3700 4200 5700
Maret 2960 9450 3750 4400 1650 8475
April 2950 8835 8400 6250 9400 8400
Mei 2500 9520 6350 4500 5100 8150
Juni 1890 9100 6850 4035 5510 9650
2014
Juli 1425 11515 5650 5215 3900 4600
Agustus 2030 10745 5800 3000 5100 9100
September 2495 8745 4800 7995 6000 8300
Oktober 1300 5250 1950 4155 4850 8500
November 1150 7720 3050 3000 4850 5900
Desember 1650 8505 5100 5550 5800 6225
141
Lanjutan Lampiran 1.
Periode Jenis Teh Hijau (kg)
Tahun Bulan Chun Mee Keringan Murni Lokal 2 Kempring Dust Tulang
Januari 1600 10500 7000 7400 6000 9125
Februari 1600 12810 5700 3125 4950 8375
Maret 1725 14875 4050 4500 5300 8575
April 1085 14280 4775 5735 6100 8475
Mei 1200 10325 5200 5840 6700 8525
Juni 840 30695 5075 5455 4900 9050
2015
Juli 650 3255 6000 5550 4450 9650
Agustus 700 15925 3700 4225 5500 5725
September 300 10850 2300 1850 2100 4500
Oktober 350 0 3350 4400 4500 4350
November 490 10000 2500 3075 1350 1800
Desember 975 4970 2650 3250 4100 6875
Januari 1220 40000 1000 0 2100 12000
Februari 770 53700 0 3000 0 8000
Maret 0 40585 4000 0 6000 8500
April 26 31500 2750 655 6700 4250
Mei 0 35950 3400 0 6000 8300
Juni 0 37200 6000 0 6000 8000
2016
Juli 0 27800 2000 0 6000 8525
Agustus 0 33380 4500 1400 6000 8000
September 0 32500 8400 9945 6000 8700
Oktober 0 20000 2400 2500 12000 8100
November 0 20000 8000 5890 6000 12100
Desember 0 22000 5400 4200 6000 4400
Januari 0 14500 5700 6910 6000 9200
Februari 0 22655 11000 9500 6000 8300
Maret 0 17100 4200 10000 10000 8200
April 0 23500 4700 8630 6000 8200
Mei 0 25000 5900 4500 6000 13900
Juni 0 25000 3200 3000 10000 4200
2017
Juli 0 27470 10200 8370 6000 9500
Agustus 0 23000 4400 6050 8000 8800
September 0 20300 6500 3450 0 4800
Oktober 0 23255 4700 5000 6000 10000
November 0 30000 1000 0 11000 5000
Desember 0 21050 6700 3010 6000 9600
Januari 0 25000 10500 9990 12000 6600
Februari 63 30000 5800 5000 0 8550
Maret 270 22350 16100 7500 6000 5600
April 210 18300 10800 7000 6000 9800
Mei 105 25000 5750 3000 6000 10200
Juni 105 15000 3000 2800 100 900
2018
Juli 0 20000 7250 8400 6100 13800
Agustus 140 16400 11850 12200 6000 13800
September 0 12950 11575 4850 6000 9250
Oktober 0 10150 4250 4750 0 6500
November 0 10850 4500 4550 5000 5500
Desember 107 13055 5223 5299 0 8300
Januari 245 20150 5775 2405 5000 13500
Februari 250 10000 5520 5500 6010 9010
Maret 175 20200 5700 4005 5000 9500
2019
April 220 5000 8300 5540 0 5200
Mei 70 8200 7850 1040 1000 7850
Juni 0 0 1000 0 0 1000
142
Lampiran 2. Peta Kebun PT. Rumpun Sari Kemuning 1
143
Lampiran 4. Tenaga Kerja PT. Rumpun Sari Kemuning 1 2017
144
II. TANAMAN
- Ka. Afdeling 1 1
- Ass. Tanaman 1 1
- Koord. HPT 1 1
- Mandor Panen 11 11
- Mandor Rawat 4 4
- Kerani Timbang 2 2 4
- Tenaga Panen 306 306
- Tenaga Rawat 81 81
- EWS 0
Jumlah 3 17 2 387 409
III. PABRIK/TEKNIK
- Ka. Pabrik 1 1
- Mandor Olah 3 3
- Mandor Sortasi 0
- Kerani Timbang 1 1
- Kerani Gudang 1 1
- Kerani Pabrik/Teknik 1 1
- Tenaga Mekanik 3 3
- Driver 0
- Tenaga Olah 14 29 43
- Tenaga Sortasi 0
- Tenaga BM ( Bungkar Muat ) 6 3 9
- Helper Teknik 2 2
- Sortasi Mesin 8 8
- Packing 4 4
- Analisa Laborat 1 1
Jumlah 1 9 33 34 77
Jumlah 6 34 37 428 505
Lampiran 5. Uji Stasioner Penjualan Chun Mee, Keringan Murni, Lokal 2,
Kempring, Dust dan Tulang
a. Chun Mee
145
Chun Mee
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
t-Statistic Prob.*
Uji Stasioner
Augmented Penjualan
Dickey-Fuller Test Chun Mee Pada First Difference
Equation
Dependent Variable: D(CHUN_MEE)
Null Hypothesis:
Method: D(CHUN_MEE) has a unit root
Least Squares
Exogenous: Constant
Date: 08/20/19 Time: 18:57
Lag Length:
Sample 6 (Automatic
(adjusted): - based
2007M09 on SIC, maxlag=13)
2019M06
Included observations: 142 after adjustments
t-Statistic Prob.*
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.148418 0.0000
TestCHUN_MEE(-1)
critical values: 1% level
-0.080500 0.106469 -3.476805
-0.756084 0.4509
D(CHUN_MEE(-1)) 5% level
-1.146101 0.128691 -2.881830
-8.905824 0.0000
D(CHUN_MEE(-2)) 10% level
-1.155112 0.157189 -2.577668
-7.348534 0.0000
D(CHUN_MEE(-3)) -1.100082 0.174157 -6.316612 0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided
D(CHUN_MEE(-4)) p-values. 0.173861
-0.981652 -5.646179 0.0000
D(CHUN_MEE(-5)) -0.619225 0.161896 -3.824831 0.0002
D(CHUN_MEE(-6)) -0.336707 0.130288 -2.584327 0.0108
Lanjutan
Augmented Lampiran
D(CHUN_MEE(-7))
5. Test
Dickey-Fuller Equation 0.082261
-0.251132 -3.052877 0.0027
DependentCVariable: D(CHUN_MEE,2)
26.89065 314.0502 0.085625 0.9319
b. Keringan
Method: Murni
Least Squares
Date: 08/20/19 Time: 19:260.660749 Mean dependent var
R-squared -28.16901
Sample
Adjusted(adjusted):
R-squared2007M09 2019M06 S.D. dependent var
0.640342 3587.421
Included observations: 142 2151.429
S.E. of regression after adjustments
Akaike info criterion 18.24693
Sum squared resid 6.16E+08 Schwarz criterion 18.43428
Variable
Log likelihood Coefficient Std. Error
-1286.532 Hannan-Quinn t-Statistic
criter. Prob.
18.32306
F-statistic 32.37994 Durbin-Watson stat 1.962531 146
D(CHUN_MEE(-1))
Prob(F-statistic) -6.890443
0.000000 0.753184 -9.148418 0.0000
D(CHUN_MEE(-1),2) 4.670200 0.706391 6.611351 0.0000
D(CHUN_MEE(-2),2) 3.448818 0.608748 5.665433 0.0000
D(CHUN_MEE(-3),2) 2.292328 0.476785 4.807885 0.0000
Keringan Murni
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
t-Statistic Prob.*
Uji Stasioner
Augmented Penjualan
Dickey-Fuller Test Keringan
Equation Murni Pada First Difference
Dependent Variable: D(KERINGAN_MURNI)
Method:
Null Least Squares
Hypothesis: D(KERINGAN_MURNI) has a unit root
Date: 08/20/19
Exogenous: Time: 19:10
Constant
Sample (adjusted):
Lag Length: 2007M03
0 (Automatic 2019M06
- based on SIC, maxlag=13)
Included observations: 148 after adjustments
t-Statistic Prob.*
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -18.80717 0.0000
KERINGAN_MURNI(-1)
Test critical values: -0.243061
1% level 0.067225 -3.615662
-3.474874 0.0004
D(KERINGAN_MURNI(-1)) 5% -0.295669
level 0.079895 -3.700739
-2.880987 0.0003
C 3207.950
10% level 1060.216 3.025750
-2.577219 0.0029
R-squared
*MacKinnon (1996) one-sided0.242023
p-values. Mean dependent var -67.56757
Adjusted R-squared 0.231568 S.D. dependent var 7502.878
S.E. of regression 6577.043 Akaike info criterion 20.44062
Lanjutan
Sum
Augmented Lampiran
squared resid 5. Test6.27E+09
Dickey-Fuller Equation Schwarz criterion 20.50137
Log likelihood
Dependent -1509.606 Hannan-Quinn criter.
Variable: D(KERINGAN_MURNI,2) 20.46530
F-statistic
Method:
c. LokalLeast
2 Squares 23.14929 Durbin-Watson stat 2.045564
Prob(F-statistic)
Date: 08/20/19 Time: 19:30 0.000000
Sample (adjusted): 2007M03 2019M06
Included observations: 148 after adjustments
147
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
16,000
12,000
8,000
4,000
0
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
t-Statistic Prob.*
Uji Stasioner
Augmented Penjualan
Dickey-Fuller Test Lokal
Equation2 Pada First Difference
Dependent Variable: D(LOKAL_2)
Null Hypothesis:
Method: D(LOKAL_2) has a unit root
Least Squares
Exogenous: Constant
Date: 08/20/19 Time: 19:12
Lag Length:
Sample 3 (Automatic
(adjusted): - based
2007M02 on SIC, maxlag=13)
2019M06
Included observations: 149 after adjustments
t-Statistic Prob.*
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.40765 0.0000
Test critical values:
LOKAL_2(-1) 1% level
-0.653574 0.078166 -3.475819
-8.361351 0.0000
C 5% level
4512.189 598.8502 -2.881400
7.534754 0.0000
10% level -2.577439
R-squared 0.322306 Mean dependent var -60.40268
*MacKinnon (1996) one-sided
Adjusted R-squared p-values.S.D. dependent var
0.317696 3606.230
S.E. of regression 2978.807 Akaike info criterion 18.84977
Sum squared resid 1.30E+09 Schwarz criterion 18.89009
Lanjutan
Augmented
Lampiran
Log likelihood
5. -1402.307
Dickey-Fuller Test EquationHannan-Quinn criter. 18.86615
Dependent
F-statistic Variable: D(LOKAL_2,2)
69.91220 Durbin-Watson stat 2.049175
d. Kempring
Method: Least Squares
Prob(F-statistic) 0.000000
Date: 08/20/19 Time: 19:32
Sample (adjusted): 2007M06 2019M06
Included observations: 145 after adjustments
148
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
t-Statistic Prob.*
Uji Stasioner
Augmented Penjualan
Dickey-Fuller Test Kempring
Equation Pada First Difference
Dependent Variable: D(KEMPRING)
Null Hypothesis:
Method: D(KEMPRING) has a unit root
Least Squares
Exogenous: Constant
Date: 08/20/19 Time: 19:12
Lag Length:
Sample 2 (Automatic
(adjusted): - based
2007M02 on SIC, maxlag=13)
2019M06
Included observations: 149 after adjustments
t-Statistic Prob.*
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -12.36418 0.0000
Test KEMPRING(-1)
critical values: 1% level
-0.858002 0.081815 -3.475500
-10.48711 0.0000
C 5% level
4437.450 481.1904 -2.881260
9.221817 0.0000
10% level -2.577365
R-squared 0.427970 Mean dependent var -67.11409
*MacKinnon (1996) one-sided
Adjusted R-squared p-values.S.D. dependent var
0.424079 3488.750
S.E. of regression 2647.594 Akaike info criterion 18.61402
Sum squared resid
Lanjutan
Augmented
Lampiran 5. 1.03E+09
Dickey-Fuller Test
Schwarz criterion
EquationHannan-Quinn criter.
18.65434
Log likelihood -1384.745 18.63040
Dependent
F-statistic Variable: D(KEMPRING,2)
109.9795 Durbin-Watson stat 1.967278
e. Dust
Method: Least Squares
Prob(F-statistic) 0.000000
Date: 08/20/19 Time: 19:32
Sample (adjusted): 2007M05 2019M06
Included observations: 146 after adjustments
149
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
t-Statistic Prob.*
Uji Stasioner
Augmented Penjualan
Dickey-Fuller Test Dust Pada First Difference
Equation
Dependent Variable: D(DUST)
Null Hypothesis:
Method: D(DUST) has a unit root
Least Squares
Exogenous: Constant
Date: 08/20/19 Time: 19:13
Lag Length:
Sample 2 (Automatic
(adjusted): - based
2007M02 on SIC, maxlag=13)
2019M06
Included observations: 149 after adjustments
t-Statistic Prob.*
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -13.99829 0.0000
Test critical values:
DUST(-1) 1% level
-1.061915 0.082320 -3.475500
-12.89979 0.0000
C 5% level
5965.043 518.7905 -2.881260
11.49798 0.0000
10% level -2.577365
R-squared 0.530958 Mean dependent var 0.000000
*MacKinnon (1996) one-sided
Adjusted R-squared p-values.S.D. dependent var
0.527767 4177.765
S.E. of regression 2870.927 Akaike info criterion 18.77599
Sum squared
Lanjutan resid
Lampiran 5. 1.21E+09 Schwarz criterion 18.81631
Augmented
Log likelihoodDickey-Fuller Test EquationHannan-Quinn criter.
-1396.811 18.79237
Dependent
F-statistic Variable: D(DUST,2)
166.4046 Durbin-Watson stat 1.955811
f. Tulang
Method: Least Squares
Prob(F-statistic) 0.000000
Date: 08/20/19 Time: 19:33
Sample (adjusted): 2007M05 2019M06
Included observations: 146 after adjustments
150
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
16,000
12,000
8,000
4,000
0
07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
t-Statistic Prob.*
Uji Stasioner
Augmented Penjualan
Dickey-Fuller Test Tulang
Equation Pada First Difference
Dependent Variable: D(TULANG)
Null Hypothesis:
Method: D(TULANG) has a unit root
Least Squares
Exogenous:
Date: 08/20/19 Constant
Time: 19:14
Lag Length:
Sample 10 (Automatic
(adjusted): - based
2007M02 on SIC, maxlag=13)
2019M06
Included observations: 149 after adjustments
t-Statistic Prob.*
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.365893 0.0000
Test critical values:
TULANG(-1) 1% level
-0.883668 0.083735 -3.478189
-10.55310 0.0000
C 5% level
7535.928 759.4318 -2.882433
9.923113 0.0000
10% level -2.577990
R-squared 0.431044 Mean dependent var -46.97987
*MacKinnon (1996) one-sided
Adjusted R-squared p-values.S.D. dependent var
0.427174 3964.541
S.E. of regression 3000.575 Akaike info criterion 18.86433
Sum squared
Lampiran resid
6. Uji 1.32E+09 Schwarz criterion
Lag Optimum 18.90465
Augmented
Log likelihoodDickey-Fuller Test EquationHannan-Quinn criter.
-1403.392 18.88071
Dependent
F-statistic Variable: D(TULANG,2)
111.3680 Durbin-Watson stat 1.950398
Method: Least Squares
Prob(F-statistic) 0.000000
Date: 08/20/19 Time: 19:34
Sample (adjusted): 2008M01 2019M06
Included observations: 138 after adjustments
151
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
152
Roots of Characteristic Polynomial
Endogenous variables: CHUN_MEE
KERINGAN_MURNI LOKAL_2
KEMPRING DUST TULANG
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 2
Date: 08/22/19 Time: 10:31
Root Modulus
0.853172 0.853172
0.564661 0.564661
-0.457156 - 0.083527i 0.464724
-0.457156 + 0.083527i 0.464724
-0.456292 0.456292
-0.125388 - 0.430734i 0.448613
-0.125388 + 0.430734i 0.448613
0.334696 - 0.226406i 0.404081
0.334696 + 0.226406i 0.404081
-0.061536 - 0.347737i 0.353140
-0.061536 + 0.347737i 0.353140
-0.028355 0.028355
153
Date: 09/23/19 Time: 20:52
Sample (adjusted): 2007M04 2019M06
Included observations: 147 after adjustments
Trend assumption: No deterministic trend (restricted constant)
Series: CHUN_MEE KERINGAN_MURNI LOKAL_2 KEMPRING DUST TULANG
Lags interval (in first differences): 1 to 2
154
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 08/22/19 Time: 10:20
Sample: 2007M01 2019M06
Lags: 2
155
Vector Error Correction Estimates
Date: 09/20/19 Time: 14:32
Vector Error
Sample Correction
(adjusted): Estimates
2007M04 2019M06
Date: 09/20/19
Included Time: 14:32
observations: 147 after adjustments
Sample (adjusted):
Standard errors in ( 2007M04 2019M06
) & t-statistics in [ ]
Included observations: 147 after adjustments
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
Cointegrating Eq: CointEq1 CointEq2 CointEq3 CointEq4 CointEq5
Cointegrating Eq: CointEq1 CointEq2 CointEq3 CointEq4 CointEq5
CHUN_MEE(-1) 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
CHUN_MEE(-1) 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
KERINGAN_MURNI(-1) 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000
KERINGAN_MURNI(-1) 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000
LOKAL_2(-1) 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000
LOKAL_2(-1) 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000
KEMPRING(-1) 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000
KEMPRING(-1) 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000
DUST(-1) 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000
DUST(-1) 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000
TULANG(-1) -2.624981 13.32463 -1.910651 -1.052532 -0.027252
TULANG(-1) -2.624981 13.32463 -1.910651 -1.052532 -0.027252
(0.33761) (2.03581) (0.19322) (0.15457) (0.15775)
(0.33761) (2.03581) (0.19322) (0.15457) (0.15775)
[-7.77521] [ 6.54512] [-9.88842] [-6.80937] [-0.17275]
[-7.77521] [ 6.54512] [-9.88842] [-6.80937] [-0.17275]
C
C 20112.68
20112.68 -127239.7
-127239.7 9441.543
9441.543 3828.858
3828.858 -5309.176
-5309.176
(2963.43)
(2963.43) (17869.7)
(17869.7) (1696.04)
(1696.04) (1356.78)
(1356.78) (1384.70)
(1384.70)
[[ 6.78696]
6.78696] [-7.12040]
[-7.12040] [[ 5.56683]
5.56683] [[ 2.82202]
2.82202] [-3.83417]
[-3.83417]
D(KERINGAN_MURNI(-1))
D(KERINGAN_MURNI(-1)) 0.098581
0.098581 -0.408337
-0.408337 0.005543
0.005543 0.058945
0.058945 -0.092729
-0.092729 0.054395
0.054395
(0.03855)
(0.03855) (0.10628)
(0.10628) (0.04709)
(0.04709) (0.03995)
(0.03995) (0.04248)
(0.04248) (0.04908)
(0.04908)
[[ 2.55735]
2.55735] [-3.84197]
[-3.84197] [[ 0.11771]
0.11771] [[ 1.47552]
1.47552] [-2.18293]
[-2.18293] [[ 1.10838]
1.10838]
D(KERINGAN_MURNI(-2))
D(KERINGAN_MURNI(-2)) 0.006253
0.006253 -0.121598
-0.121598 0.045481
0.045481 0.030145
0.030145 -0.022146
-0.022146 0.031624
0.031624
(0.03516)
(0.03516) (0.09695)
(0.09695) (0.04296)
(0.04296) (0.03644)
(0.03644) (0.03875)
(0.03875) (0.04477)
(0.04477)
[[ 0.17783]
0.17783] [-1.25420]
[-1.25420] [[ 1.05878]
1.05878] [[ 0.82723]
0.82723] [-0.57152]
[-0.57152] [[ 0.70641]
0.70641]
D(LOKAL_2(-1))
D(LOKAL_2(-1)) -0.018902
-0.018902 -0.001585
-0.001585 -0.125730
-0.125730 0.076591
0.076591 0.209263
0.209263 -0.068241
-0.068241
(0.11760)
(0.11760) (0.32423)
(0.32423) (0.14365)
(0.14365) (0.12187)
(0.12187) (0.12959)
(0.12959) (0.14971)
(0.14971)
[-0.16074]
[-0.16074] [-0.00489]
[-0.00489] [-0.87522]
[-0.87522] [[ 0.62847]
0.62847] [[ 1.61482]
1.61482] [-0.45581]
[-0.45581]
D(LOKAL_2(-2))
D(LOKAL_2(-2)) 0.057424
0.057424 0.118320
0.118320 -0.137189
-0.137189 -0.101684
-0.101684 0.101876
0.101876 -0.020324
-0.020324
(0.08657)
(0.08657) (0.23869)
(0.23869) (0.10576)
(0.10576) (0.08972)
(0.08972) (0.09540)
(0.09540) (0.11021)
(0.11021)
[[ 0.66331]
0.66331] [[ 0.49570]
0.49570] [-1.29723]
[-1.29723] [-1.13338]
[-1.13338] [[ 1.06787]
1.06787] [-0.18440]
[-0.18440]
D(KEMPRING(-1))
D(KEMPRING(-1)) 0.112608
0.112608 -0.152600
-0.152600 0.112574
0.112574 -0.010544
-0.010544 -0.068071
-0.068071 0.260723
0.260723
(0.14409)
(0.14409) (0.39729)
(0.39729) (0.17602)
(0.17602) (0.14933)
(0.14933) (0.15879)
(0.15879) (0.18345)
(0.18345)
[[ 0.78149]
0.78149] [-0.38410]
[-0.38410] [[ 0.63954]
0.63954] [-0.07061]
[-0.07061] [-0.42869]
[-0.42869] [[ 1.42124]
1.42124]
D(KEMPRING(-2))
D(KEMPRING(-2)) -0.008119
-0.008119 -0.335902
-0.335902 0.102591
0.102591 0.050532
0.050532 -0.092505
-0.092505 0.170083
0.170083
(0.09545)
(0.09545) (0.26318)
(0.26318) (0.11661)
(0.11661) (0.09892)
(0.09892) (0.10519)
(0.10519) (0.12152)
(0.12152)
[-0.08506]
[-0.08506] [-1.27630]
[-1.27630] [[ 0.87980]
0.87980] [[ 0.51082]
0.51082] [-0.87941]
[-0.87941] [[ 1.39959]
1.39959]
D(DUST(-1))
D(DUST(-1)) -0.142579
-0.142579 -0.573563
-0.573563 -0.048885
-0.048885 -0.169137
-0.169137 -0.026685
-0.026685 0.076946
0.076946
(0.13118)
(0.13118) (0.36167)
(0.36167) (0.16024)
(0.16024) (0.13594)
(0.13594) (0.14455)
(0.14455) (0.16700)
(0.16700)
[-1.08694]
[-1.08694] [-1.58587]
[-1.58587] [-0.30507]
[-0.30507] [-1.24419]
[-1.24419] [-0.18461]
[-0.18461] [[ 0.46075]
0.46075]
D(DUST(-2))
D(DUST(-2)) -0.092707
-0.092707 -0.174159
-0.174159 0.030134
0.030134 -0.098111
-0.098111 -0.018214
-0.018214 0.056574
0.056574
(0.07949)
(0.07949) (0.21917)
(0.21917) (0.09711)
(0.09711) (0.08238)
(0.08238) (0.08760)
(0.08760) (0.10120)
(0.10120)
[-1.16623]
[-1.16623] [-0.79461]
[-0.79461] [[ 0.31031]
0.31031] [-1.19094]
[-1.19094] [-0.20792]
[-0.20792] [[ 0.55902]
0.55902]
D(TULANG(-1))
D(TULANG(-1)) -0.096862
-0.096862 1.008915
1.008915 -0.268918
-0.268918 -0.058771
-0.058771 0.086085
0.086085 0.040709
0.040709
(0.11993)
(0.11993) (0.33068)
(0.33068) (0.14651)
(0.14651) (0.12429)
(0.12429) (0.13217)
(0.13217) (0.15269)
(0.15269)
[-0.80762]
[-0.80762] [[ 3.05105]
3.05105] [-1.83549]
[-1.83549] [-0.47285]
[-0.47285] [[ 0.65134]
0.65134] [[ 0.26661]
0.26661]
D(TULANG(-2))
D(TULANG(-2)) 0.067789
0.067789 0.591942
0.591942 -0.193088
-0.193088 -0.086506
-0.086506 -0.001790
-0.001790 0.014370
0.014370
(0.08487)
(0.08487) (0.23399)
(0.23399) (0.10367)
(0.10367) (0.08795)
(0.08795) (0.09352)
(0.09352) (0.10805)
(0.10805)
[[ 0.79876]
0.79876] [[ 2.52973]
2.52973] [-1.86246]
[-1.86246] [-0.98357]
[-0.98357] [-0.01914]
[-0.01914] [[ 0.13300]
0.13300]
R-squared
R-squared 0.596778
0.596778 0.318976
0.318976 0.420761
0.420761 0.545797
0.545797 0.644738
0.644738 0.483541
0.483541
Adj.
Adj. R-squared
R-squared 0.547151
0.547151 0.235158
0.235158 0.349470
0.349470 0.489895
0.489895 0.601013
0.601013 0.419976
0.419976
Sum
Sum sq.sq. resids
resids 7.41E+08
7.41E+08 5.63E+09
5.63E+09 1.11E+09
1.11E+09 7.96E+08
7.96E+08 9.00E+08
9.00E+08 1.20E+09
1.20E+09
S.E. equation
S.E. equation 2387.375
2387.375 6582.382
6582.382 2916.396
2916.396 2474.123
2474.123 2630.850
2630.850 3039.378
3039.378
F-statistic
F-statistic 12.02518
12.02518 3.805565
3.805565 5.902026
5.902026 9.763483
9.763483 14.74543
14.74543 7.607115
7.607115
Log
Log likelihood
likelihood -1342.910
-1342.910 -1491.997
-1491.997 -1372.332
-1372.332 -1348.156
-1348.156 -1357.185
-1357.185 -1378.404
-1378.404
Akaike AIC
Akaike AIC 18.50217
18.50217 20.53058
20.53058 18.90248
18.90248 18.57355
18.57355 18.69640
18.69640 18.98509
18.98509
Schwarz
Schwarz SC SC 18.84800
18.84800 20.87641
20.87641 19.24831
19.24831 18.91939
18.91939 19.04223
19.04223 19.33092
19.33092
Mean
Mean dependent
dependent -34.01361
-34.01361 -81.63265
-81.63265 -30.61224
-30.61224 -13.60544
-13.60544 -54.42177
-54.42177 -40.81633
-40.81633
S.D.
S.D. dependent
dependent 3547.674
3547.674 7526.571
7526.571 3615.871
3615.871 3464.109
3464.109 4165.017
4165.017 3990.817
3990.817
Determinant
Determinant resid
resid covariance
covariance (dof
(dof adj.)
adj.) 3.40E+41
3.40E+41
Determinant
Determinant resid
resid covariance
covariance 1.62E+41
1.62E+41
Log likelihood
Log likelihood -8225.990
-8225.990
Akaike information criterion
Akaike information criterion 113.7822
113.7822
Schwarz
Schwarz criterion
criterion 116.5692
116.5692
Number
Number of of coefficients
coefficients 137
137
157
Lampiran 11. Impulse Response Function(IRF)of Chun Mee, Keringan Murni,
Lokal 2, Kempring, Dust and Tulang Periode Juli 2019-Desember
2020
Response of CHUN_MEE:
Period CHUN_MEE KERINGA... LOKAL_2 KEMPRING DUST TULANG
160
Lampiran 12. Variance Decomposition of Chun Mee, Keringan Murni, Lokal 2,
Kempring, Dust and Tulang Periode Juli 2019-Desember 2020
163
Lampiran 13. Data Produksi Teh Basah dan Teh Kering Periode Januari 2007-
Desember 2018
164
Lampiran 14. Hasil Wawancara dan Pengamatan Penelitian
165
Lanjutan Lampiran 14.
166
Lanjutan Lampiran 14.
167
Lanjutan Lampiran 14.
168