SKRIPSI
Oleh :
Herul Hidayat
NPM. 10.54231.144
i
ANALISA USAHA TELUR ASIN
(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Oleh :
Herul Hidayat
NPM. 10.54231.144
ii
ANALISA USAHA TELUR ASIN
(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Mengetahui Menyetujui
Progam Studi Peternakan
Ketua Dosen Pembimbing
iii
ANALISA USAHA TELUR ASIN
(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)
SKRIPSI
Herul Hidayat
NPM. 10.54231.144
Dosen Penguji 1:
Ir.Suparno,M. Agr
NIS. 710 413 106
Tanggal :
Dosen Penguji 2:
Ir. A. Yudi Heryadi, MMA
NIS. 710 048 232
Tanggal :
Mengetahui
Universitas Madura
Fakultas Pertanian
Dekan
Ir. Suparno,M.Agr
NIP: 710 413 106
Tanggal :
iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT DAN MEMALSUKAN DATA
Apabila pada kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, saya
bersedia menanggug resiko dan siap diperkarakan dengan aturan yang berlaku
Herul Hidayat
NPM. 10.54231.144
v
RIWAYAT HIDUP
kedua dari Bapak Zainal Bazar dengan Ibu Siti Fatimah. Pada tahun 2004 penulis
lulus SD Negeri Banyuanyar 1, tahun 2007 lulus SMP Negeri 3 Sampang dan
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis pajatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sehingga
dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Untuk itu juga sangat berterima kasih
Pamekasan
3. Desi Kurniati Agustina, S.Pt M.Agr. selaku Ketua Program Studi Ilmu
4. Ir. A. Yudi Heryadi, MMA selaku penguji atas masukan dan saran
produksi
Penulis
Herul Hidayat
vii
ANALISA USAHA TELUR ASIN
“(Studi Kasus Perusahaan Telur Asin H.Hamidah Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang)”
Herul Hidayat 1) , Desi Kurniati 2), Ir.Suparno,M. Agr2)
1)
Mahasiswa Parodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura
2)
Dosen Prodi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Madura
Email :Herulhidayat@Gmail.com
RINGKASAN
Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur
asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
Tujuan daripenelitian meliputi perbandingan antara penerimaan dengan biaya
produksi selama satu tahun (R/C Ratio), perbandingan antara pendapatan dengan
biaya produksi selama satu bulan (B/C Ratio), serta titik pertemuan antara biaya
dan penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung atau Break Event
Point (BEP).
Materi Penelitian Untuk menjawab permasalahan pertama, yaitu secara
sistematis R/C rasio dapat dirumuskan R/C Rasio = Total Penerimaan Penjualan
Total Biaya. Untuk menjawab permasalahan kedua, Secara sistematis B/C dapat
dirumuskan B/C Rasio = Total Keuntungan : Total Biaya. Sedangkan untuk
menjawab permasalahan kedua, yairu titik ampas dengan menggunakan analisis
BEP (Break Event Point) = Total Biaya (Rp) : Harga Jual Per Kg (Rp) :Total
Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai Nilai R/C Rasio adalah
perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi.
Hasil penelitian penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio atas
biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 Dengan rasio sebesar 1,09
menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan. nilai B/C rasio atas biaya
total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. maka usaha telur asin akan memperoleh
keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 9000,. Dengan B/C rasio sebesar 0,09
menunjukkan bahwa usaha telur asin menguntungkan untuk dijalankan. BEP
yang diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha telur asin
tersebut tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg, BEP harga
sebesar 151,8,- artinya usaha telur asn tidak untung dan tidak pula rugi pada harga
1.518 dan baru akan dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per
telur.Disimpulkan bahwa produksi telur asin yang dijalankan menguntungkan dan
wajib untuk dilanjutkan.
viii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
SURAT PERNYATAAN............................................................................... v
RIWAYAT HIDUP....................................................................................... vi
RINGKASAN .............................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 5
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum wilayah ......................................................... 18
4.2 Biaya Tetap ................................................................................ 19
4.3 Biaya Oprasional ........................................................................ 19
4.4 Pendapatan hasil usaha............................................................... 19
4.5 Analisa Usaha............................................................................. 20
LAMPIRAN.....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
Lampiran 1
Rincian Biaya Tetap Produksi Telur Asin
BIAYA TETAP
1 Orang x 12
Tenaga Kerja 100.000 12.000.000
Bulan
Total 9.906.000
Lampiran 2
Rincian Biaya Tidak Tetap Agustus 2016 Sampai Juli 2017
Produksi Telur Asin Bulan Agustus 2016
Pendapatam Produksi Telur Asin Bulan Agustus 2016 Sampai Juli 2017
PRODUKSI
BULAN HARGA/BUTIR PENDAPATAN
TELUR
BAB I
PENDAHULUAN
Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan
berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur
mentah. Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur
asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi
Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur
(Sutrisno, 2003).
vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif
lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa. Konsumen terbesar produk telur asin
adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan sumber
kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya.
tertinggi telur terdapat pada bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam
amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit
kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein dan semua lemak terdapat
pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60% dari seluruh
bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur
yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun
kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu
2003).
direbus setengah matang, daripada direbus matang atau dimakan mentah. Telur
yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi
atau rusak, berarti mutu protein akan menurun. Macam-macam telur adalah: telur
ayam (kampung dan ras), telur bebek, puyuh, dan lain-lain. Kualitas telur
ditentukan oleh Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi
kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning
telur) dan Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur,
pengolahan telur asin. telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari
dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan
pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak ). Kerusakan lain adalah akibat
udara dari dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain
karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta
putih telur encer, sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat juga
disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih
berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran
yang menempel pada kulit telur. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi oleh
Usaha telur asin sendiri merupakan salah satu mata pencarian yang
desa Taddan Kecamatan Camplong ada beberapa kepala rumah tangga yang
memproduksi telur asin. Telur asin yang telah diolah biasanya di kirim ke toko-
toko dan pasar-pasar untuk dijual. Harga yang dihasilkan dapat berubah-ubah
sesuai harga pemasaran dan hasil produksinya. Untuk mengetahui pemasaran telur
analisa telur asin yang meliputi perbandingan antara penerimaan dengan biaya
produksi selama satu tahun (R/C Ratio), perbandingan antara pendapatan dengan
biaya produksi selama satu bulan (B/C Ratio), serta titik pertemuan antara biaya
4
dan penerimaan dimana usaha tidak mengalami rugi atau untung atau Break Event
Point(BEP). Dari penelitian ini akan di ambil sampelnya terlebih dahulu. Sampel
akan diambil dari pengelola telur asin H.Hamidah di desa Taddan Kecamatan
sebagai berikut :
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan bekal bagi penulis untuk
3. Bagi Universitas
Penulis berharap hasil penelitian bisa menjadi bahan pustka yang layak
pemasaran
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan
berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur
mentah. Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur
asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi
Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur
(Sutrisno, 2003).
Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang
umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur
asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena
kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik.
merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi
(Sujionohadi, 2003)
7
telur. Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan
berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan
mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur
mentah. Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan
vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif
lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa. Konsumen terbesar produk telur asin
adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan sumber
kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya.
1. Syarat telur itik yang baik untuk di buat menjadi telur asin.
dikandang)
b. Garam yodium 3 kg
f. Sunlight 1 bungkus
i. Air secukupnya
cabe)
c. Pisau
d. Pawon batu
e. Blender
4. Proses Pembuatan
9
Cara-caranya:
selera si pembuat atau juga bisa sesuai denan pengalaman yang sudah
adonan yang kental agar dapat melekat pada kulit telur. Untuk
menempel pada kulit telur. Adonan yang mendapat air dalam jumlah
10
6. Peram dalam wadah selama 10-15 hari (setelah 15 hari telur akan
telur akan semakin tinggi sehingga telur akan semakin awet tetapi
rasanya akan semakin asin. Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di
tempat yang bersih dan terbuka. Dengan cara pemeraman ini, sebagian
kecil (5%-10%) dari garam akan terserap kedalam telur. Oleh karena
bongkar adonan pembalut pada telur. Agar tidak merusak telur pada
hingga adonan yang kering menjadi sedikit basah dan gembur. Dengan
Setelah itu, pisahkan telur yang baik dan telur yang kurang baik atau
8. Telur yang telah diperam selama 15 hari dicuci bersih dengan air
atas. Telur dalam panci direbus dengan api kecil dan jangan ditutup,
jika airnya telah panas maka api sedikit demi sedikit dibesarkan hingga
mendidih. Lama rebusan kurang lebih 45menit agar telur asin tahan
ditiriskan kembali.
9. Setelah semua proses berakhir, telur asin siap untuk dikonsumsi atau
Catatan:
untuk menambah aroma telur asin saat dimakan saja, sedangkan rasa
masih tetap sama dengan yang tidak dikasih tambahan bahan ini.
kadar
3. Telur asin yang baik, akan terlihat jika sudah dibelah. Tandanya,
Dalam Harmono dan Andoko (2005), R/C (Revenue Cost Ratio) adalah
pembagian antara penerimaan usaha dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini
digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha.
Jika nilai R/C ratio di atas satu rupiahyang dikeluarkan akan memperoleh
manfaat sehingga penerimaan lebih dari satu rupiah. Secara sistematis R/C rasio
usahatani. Usaha tersebut dikatakan menguntungkan jika nilai R/C rasio lebih
besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai rupiah yang
yang diperoleh. Total Biaya ditambahkan dengan upah minimum kerja sebesar
Dalam Harmono dan Andoko (2005), Analisis keuntungan dan biaya (B/C
ratio) adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total
biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat
apabila nilai B/C lebih besar dari nol. Semakin besar nilai B/C maka semakin
besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut (Rahardi dan Hartono,
hubunga antara biaya tetap, baiaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Break Event Point (BEP) merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP dapat
diketahui pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha telur asin tidak
Break Event Point (BEP) adalah suatu kondisi dimana pada periode tersebut
Artinya pada saat itu penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang
(Prawirasentono : 1997).
rumus :
BAB III
produsen
telur asin, yaitu : pemilik rumah pembuatan telur asin di desa Taddan Kecamatan
ambil adalah telur asin Bapak H.Hamidah di desa Taddan Kecamatan Camplong
Kabupaten Sampang.
Sampang. Adapun ada beberapa kesulitan yang dialami dari pembuatan telur asin
seperti produksi garam yang sekarang menonjak mahal dipasaran dan abu sekam
1. Interview
2. Observasi
3. Dokumentasi
objek penelitian.
BAB IV
terletak pada 113o08’ hingga 113o39’ Bujur Timur dan 06o05’ hingga
wilayah Kabupaten Sampang yang mencapai 1233,33 km2 habis dibagi menjadi
di sekitar garis khatulistiwa, maka seperti kabupaten lainya di Madura, wilayah ini
mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahun, musim kemarau dan
tropis, musim penghujan biasanya terjadi pada Oktober sampai Maret, musim
curah hujan tinggi terjadi pada Juli dan Desember, sedang bulan dengan curah
hujan paling rendah terjadi pada Juni dan Agustus.Area sawah di Kabupaten
Sampang diairi oleh tiga jenis sumber air yaitu air hujan, air sungai dan air tanah.
Sawah yang diairi oleh air hujan seluas 11.082 Ha, air sungai seluas 3.452 Ha dan
sawah yang diairi oleh air tanah seluas 226,70 Ha. Kecamatan yang menggunakan
sumber pengairan air tanah adalah Kecamatan Sampang, Omben, Jrengik dan
Sokobanah.
Biaya tetap yang terdiri dari biaya peralatan yang digunakan proses
produksi telur asin dan peralatan yang digunakan untuk hasil usaha. Besar
Biaya oprasional terdiri dari biaya telur bebek, garam, serbuk batu, sekam
Pola penjualan hasil produksi telur asin yaitu dengan pemasaran mengirim
sebagai berikut :
= 23.123 + 933.330
= 956.453
= 1.050.000 – 956.453
= 93.517
R/C Rasio, Analisa B/C Rasio, Analisa BEP (Break Event Point).
21
Uraian Nilai
produksi. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio
atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 dengan R/C sebesar 1,09
berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur asin
Berdasarkan teori yang ditemukan Harmono dan Andoko, bahwa jika nilai
R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap nilai
rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan membeikan manfaat sejumlah nilai
penerimaan yang diperoleh. Dari hasil perhitungan R/C rasio yang didapat sebesar
1,09. Hal tersebut menunjukkan bahwa R/C rasio > 1. Maka usaha telur asin
untuk dilanjutkan.
22
Uraian Nilai
produksi. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai B/C rasio
atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. Halini menunjukan bahwa
dengan B/C sebesar 0,06 berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan,
maka usaha telur asin akan memperoleh keuntungan atau pendapatan sebesar Rp.
9000,. Dengan B/C rasio sebesar 0,09 menunjukkan bahwa usaha telur asin
suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih
besar dari nol (B/C > 0). Semakin besar nilai B/C maka semakin besar nilai
manfaat yang diperoleh dari usaha tersebut. Dari hasil perhitungan nilai B/C rasio
usaha telur asin diH.Hamidah di Desa Taddan Kecamatan Camplong sebesar 0,09.
Dengan kata lain B/C > 0, berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan dan dapat
memberi manfaat.
23
diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha telur asin tersebut
tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg, usaha tersebut baru akan
mendapat keuntungan dari jika output lebih besar dari 478,2 kg. Usaha telur asin
harga sebesar 151,8,- artinya usaha telur asn tidak untung dan tidak pula rugi pada
harga 1.518 dan baru akan dimulai mendapat keuntungan dari selisih jumlah per
telur.
24
BAB V
5.1 Kesimpulan
bahwa :
1. Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai Nilai R/C Rasio
Berdasarkan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio atas
biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 dengan R/C sebesar 1,09
berarti untuk setiap Rp 100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur
nilai B/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 0,09. Hal ini
100.000 biaya yang dikeluarkan, maka usaha telur asin akan memperoleh
keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 9000,. Dengan B/C rasio sebesar
3. BEP yang diperoleh pada usaha telur asin sebesar 478,2 kg artinya usaha
telur asin tersebut tidak untung dan tidak rugi pada level output 478,2 kg,
usaha tersebut baru akan mendapat keuntungan dari jika output lebih besar
dari 478,2 kg. Usaha telur asin mendapat keuntungan dari selisih produksi
yang dihasilkan. Sedangkan BEP harga sebesar 151,8,- artinya usaha telur
25
asin tidak untung dan tidak pula rugi pada harga 1.518 dan baru akan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Harmono dan Agus Andoko. Budidaya dan Peluang Bisnis (Jakarta : Agromedia Pustaka,
2005)
Rahardi, F. Dan Hartono, Rudi. 2003. Agribisnis Peternakan. Jakarta : Penebar Swadaya.
Soekardono, 2007 Ekonomi agribisnis peternakan teori konsep dan aplikasi. Jakarta.
Akademika Pesindo
Sutrisno. 2003. Managemen keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi). Yogyakarta. Ekonisia