Anda di halaman 1dari 63

KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK ATSIRI DAUN

CENGKEH DI DESA KARANGSARI KECAMATAN CIKELET


KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Garut

Oleh :
RIFKI ROMDONI
24037119030

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GARUT

2023
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Rifki Romdoni
NPM 24037119030
Program Studi : Agribisnis
Alamat : Kp. Medong RT/RW: 05/02 Desa Sirnabakti Kecamatan
Pameungpeuk Kabupaten Garut
No HP 081572497376
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Materi ini tidak mengandung satu materi pun yang telah dipublikasikan atau
dituliskan orang lain, kecuali dalam penelitian ini sebagai referensi.
2. Jika diketahui ada bagian skripsi ini yang tidak sesuai dengan pernyataan di
atas saya bersedia menanggung segala risiko termasuk risiko administratif.

Garut, Oktober 2023


Yang membuat pernyataan

Rifki Romdoni

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK


ATSIRI DAUN CENGKEH DI DESA KARANGSARI
KECAMATAN CIKELET KABUPATEN GARUT
NAMA : RIFKI ROMDONI
NPM : 24037119030
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Garut, 28 Oktober 20233


Menyetujui dan Mengesahkan

Komisi Pembimbing

Dr. Tintin Febrianti, S.P., M.P Dr. Asep Permadi Gumelar, S.Pt., M.P
NIDN. 0416128901 NIDN. 0404127501

Mengetahui

Ketua Program Studi Agribisnis Dekan Fakultas Pertanian


Fakultas Pertanian Universitas Garut Universitas Garut

Muhamad Nu’man Adinasa, S.P., M.EP Dr. Tintin Febrianti, S.P., M.P
NIDN. 0402038902 NIDN. 0416128901

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT,


karena atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Kelayakan Usaha
Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh Di Desa Karangsari Kecamatan
Cikelet Kabupaten Garut” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Seminar
hasil (kolokium). Selama penyusunan Skripsi ini Penulis memperoleh bimbingan,
bantuan serta dukungan sebagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Tintin Febrianti, SP., MP. Sebagai Ketua Pembimbing sekaligus Dekan
Fakultas Pertanian Universitas Garut.
2. Dr. Asep Permadi Gumelar, S.Pt., M.P. sebagai Anggota Komisi Pembimbing
3. Muhamad Nu’man Adinasa, S.P., M.EP. sebagai Ketua Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Garut.
4. Dosen dan Staf Fakultas Pertanian Universitas Garut.
5. Ibu dan Ayah saya tercinta dan keluarga yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, semangat dan dorongan serta semua perjuangan dan pengorbanan yang
telah diberikan kepada penulis.
6. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan angkatan 2019 Fakultas Pertanian
Universitas Garut yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya bagi penulis yang sedang dalam proses melaksanakan
penelitian dalam penulisan Skripsi. Kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan, demi perbaikan dan kesempurnaan dari proposal usulan
penelitian ini.

iii
ABSTRAK

Rifki Romdoni. 2023. Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun


Cengkeh di Desa Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.
Dibimbing oleh Ibu Dr. Tintin Febrianti, S.P., M.P, sebagai Ketua Komisi
Pembimbing dan Bapak Dr. Asep Permadi Gumelar, S.Pt., M.P, sebagai
Anggota Komisi Pembimbing.

Minyak atsiri daun cengkeh merupakan salah satu komoditas agroindustri yang
memiliki potensi pasar yang besar. Daun cengkeh yang selama ini dianggap
sebagai limbah pertanian, dapat diolah menjadi minyak atsiri yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha
olahan minyak daun cengkeh di industri rumah tangga di Desa Karangsari
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut dilihat dari aspek finansial dan non finansial.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur dan
wawancara dengan pelaku usaha pengolahan minyak atsiri daun cengkeh dengan
metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan minyak
atsiri daun cengkeh memiliki potensi untuk dikembangkan, dari aspek non
finansial usaha pengolahan minyak atsiri ini memiliki nilai yang positif ditinjau
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,
budaya, dan ekonomi, dan aspek lingkungan menunjukan hasil yang layak untuk
dijalankan. Aspek finansial yang di tinjau dari kriteria investasi dengan indikator
Gross B/C 1,01, Net B/C 1,28, NPV Rp 12.953.547, IRR 20,71 %, dan Payback
Periode 7,5 tahun, hasil perhitungan ini dinilai layak secara indikator kelayakan
karena Gross B/C > 1, Net B/C >1, NPV >0, IRR >12 %, dan Payback Periode
<10 tahun.

Kata Kunci : Daun Cengkeh, Minyak Atsiri Daun Cengkeh, Kelayakan Usaha

iv
ABSTRACT

Rifki Romdoni. 2023. Feasibility of Clove Leaf Essential Oil Processing Business
in Karangsari Village, Cikelet District, Garut Regency. Supervised by Dr. Tintin
Febrianti, S.P., M.P, as Head of the Supervisory Commission and Dr. Asep
Permadi Gumelar, S.Pt., M.P, as Member of the Supervisory Commission.

Clove leaf essential oil is an agro-industrial commodity that has great market
potential. Clove leaves, which have been considered as agricultural waste, can be
processed into essential oil which has high economic value. This study aims to
analyze the feasibility of clove leaf oil processing business in the home industry in
Karangsari Village, Cikelet Subdistrict, Garut Regency from financial and non-
financial aspects. The data used in this study were obtained through literature
studies and interviews with clove leaf essential oil processing business actors
using the survey method. The results showed that the clove leaf essential oil
processing business has the potential to be developed, from the non-financial
aspects of this essential oil processing business has a positive value in terms of
market aspects, technical aspects, management and legal aspects, social, cultural,
and economic aspects, and environmental aspects show results that are feasible to
run. Then seen from the financial aspects analyzed from investment criteria with
indicators of Gross B / C 1.01, Net B / C 1.28, NPV Rp 12,953,547, IRR 20.71%,
and Payback Period 7.5 years, the results of this calculation are considered
feasible in terms of feasibility indicators because Gross B / C> 1, Net B / C> 1,
NPV> 0, IRR> 12%, and Payback Period < 10 years.

Keywords: Clove Leaf, Clove Leaf Essential Oil, Business Feasibility

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii


ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4 Kegunaan Penelitian.............................................................................. 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Morfologi Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum) ........................ 5
2.2 Minyak Atsiri Daun Cengkeh ............................................................... 5
2.3 Perkembangan Usaha Penyulingan Minyat Atsiri Daun Cengkeh........ 7
2.4 Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh ......................... 8
2.4.1 Aspek Non Finansial ................................................................. 9
2.4.2 Aspek Finansial ....................................................................... 10
2.5 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 11
2.6 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 14
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 15
3.1 Metode Penelitian................................................................................ 15
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 15
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 15
3.4 Metode Penarikan Sampel Penelitian.................................................. 15
3.5 Metode Pengolahan Data .................................................................... 16
3.6 Metode Analisis Data .......................................................................... 16
3.6.1 Kelayakan Usaha ..................................................................... 16
3.7 Operasionalisasi Variabel.................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 20
4.1 Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum .............................................. 20
4.2 Identitas Responden ............................................................................ 21
4.3 Sejarah Perusahaan.............................................................................. 21
4.4 Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Non Finansial .............. 22

vi
4.4.1 Aspek Pasar ............................................................................. 22
4.4.2 Aspek Teknis ........................................................................... 23
4.4.2.1 Lokasi Lahan Produksi ............................................................ 23
4.4.2.2 Proses Produksi ....................................................................... 24
4.4.3 Aspek Lingkungan .................................................................. 27
4.5 Aspek Finansial ................................................................................... 28
4.5.1 Arus Kas Masuk (Inflow) ........................................................ 28
4.5.2 Arus Kas Keluar (Outflow) ..................................................... 29
4.5.3 Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun
Cengkeh............................................................................................... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 32
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 32
3.2 Saran.................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 52

vii
DAFTAR TABEL

No Halaman
1. Data Produksi dan Luas Areal Tanaman Cengkeh di Jawa Barat Tahun 2020 1
2. Data Produksi Cengkeh Kabupaten Garut Tahun 2020 .................................... 2
3. Sifat Senyawa Eugenol Minyak Atsiri Daun Cengkeh ..................................... 6
4. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 11
5. Penerimaan Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh ....................... 29
6. Biaya Investasi ................................................................................................ 29
7. Biaya Tetap (Fixed Cost) ................................................................................ 30
8. Biaya Variabel................................................................................................. 31
9. Kriteria Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh
......................................................................................................................... 31

viii
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 14
2. Lokasi Produksi ............................................................................................... 23
3. Alur Proses Produksi Minyak Atsiri Daun Cengkeh ...................................... 24
4. Ketel Penyulingan ........................................................................................... 26
5. Dokumentasi Penelitian Lapangan .................................................................. 50
6. Penelitian Lapangan Peninjauan Proses Produksi........................................... 50
7. Penelitian Lapangan Proses Produksi ............................................................. 51
8. Penelitian Lapangan Bahan Baku Produksi .................................................... 51

ix
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1. Kuesioner Penelitian ......................................................................................... 35
2. Cashflow Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh ............................ 47
3. Dokumentasi Penelitian .................................................................................... 50

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Garut merupakan salah satu wilayah yang memiliki


perkebunan cengkeh cukup luas. Cengkeh yang terdapat di wilayah Kabupaten
Garut khususnya Kecamatan Cikelet Desa Karangsari, hampir setiap hari daun
cengkeh yang berguguran sangatlah banyak. Dalam mengatasi fluktuasi harga dan
meningkatkan nilai tambah pada tanaman cengkeh seharusnya para petani
memanfaatkan limbah daun cengkeh.Minyak atsiri atau disebut juga dengan
essensial oil, etherial oil, atau volatile oil adalah salah satu komoditas yang
memiliki potensi yang bisa dikembangkan di Kabupaten Garut. Minyak atsiri
adalah ektsrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, bunga,
kayu, biji-bijian, bahkan putikbunga. Minyak atsiri saat ini sudah dikembangkan
di Kabupaten Garut yang meliputi jenis minyak atsiri daun cengkeh.
Pada umumnya para petani hanya mengumpulkan daun cengkeh yang
berguguran untuk dijadikan pupuk organik, pada saat ini dengan adanya usaha
pengolahan minyak atsiri daun cengkeh ini petani mengumpulkan daun cengkeh
kemudian dijual kepada perusahaan penyulingan daun cengkeh yang berada di
Desa Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut (Hastutiningrum, 2019).

Tabel 1. Data Produksi dan Luas Areal Tanaman Cengkeh di Jawa Barat
Tahun 2020
Perkebunan Besar
Perkebunan Rakyat
Swasta
No Kabupaten
Luas Areal Produksi Luas Areal Produksi
(Hektar) (Ton) (Hektar) (Ton)
1 Sukabumi 6,663.00 1,644.00 1,038.00 105.00
2 Garut 3,434.00 803.00 - -
3 Sumedang 2,877.00 770.00 - -
4 Tasikmalaya 2,834.00 808.00 42.00 7.00
5 Kuningan 2,775.00 250.00 34.00 -
Sumber : (Dinas Perkebunan Jawa Barat, 2020)

Berdasarkan Tabel 2 data luas area dan produksi cengkeh di Jawa Barat
menunjukkan bahwa Kabupaten Garut menduduki peringkat kedua setelah
Sukabumi, dengan luas areal tanaman cengkeh mencapai 3.434 hektar dan
produksi sebesar 803 ton per tahun. Produksi cengkeh di Kabupaten Garut
menempati urutan ke 2 diikuti oleh tiga kabupaten lainnya, yakni Sumedang,
Tasikmalaya, dan Kuningan. Adapun data produksi cengkeh di Kabupaten Garut
dapat dilihap pada Tabel 3.

1
2

Tabel 2. Data Produksi Cengkeh Kabupaten Garut Tahun 2020


No Kecamatan Produksi (Kg)
1 Cikelet 282.750
2 Bungbulang 67.200
3 Pakenjeng 50.950
4 Talegong 41.100
5 Cibalong 28.250
Sumber : (BPS 2020).

Kecamatan Cikelet menempati peringkat pertama dengan total produksi


sebesar 282.750 kg/tahun, serta memiliki luas lahan cengkeh terluas, mencapai
945 hektar, di ikuti dengan kecamatan Bungbulang 67.200 kg/tahun, kecamatan
Pakenjeng 50.950 kg/tahun, Kecamatan Talegong 41.100 kg/tahun, dan
Kecamatan Cibalong 28.250 kg/tahun (BPS 2020). Kabupaten Garut memiliki
potensi untuk mengembangkan industri pengolahan minyak atsiri dari daun
cengkeh. Daun cengkeh yang diolah menjadi minyak atsiri memiliki nilai jual
yang lebih tinggi dibandingkan daun cengkeh yang belum diolah. Keuntungan
tersebut dapat meningkatkan hasil bagi para produsen, terutama bagi pelaku usaha
UMKM yang terlibat dalam pengolahan minyak daun cengkeh di Kabupaten
Garut.
Desa Karangsari merupakan daerah yang mengusahakan usaha pengolahan
minyak atsiri daun cengkeh di Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut. Desa
Karangsari memiliki perkebunan cengkeh yang sangat luas dan daun cengkeh
yang gugur belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
memproduksi minyak daun cengkeh. Industri penyulingan minyak daun cengkeh
di Desa Karangsari Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, merupakan inisiatif
individu yang mengelola produk olahan berbahan dasar daun cengkeh, seperti
minyak daun cengkeh. Produksi minyak daun cengkeh di Desa Karangsari,
Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, dimulai pada akhir Oktober 2015.
Meskipun demikian, pada tahap awal produksinya per bulan belum stabil karena
proses pemasakannya masih menggunakan kayu bakar. Produksi minyak daun
cengkeh di usaha penyulingan tersebut masih terbilang rendah karena kurangnya
pengetahuan dan keterampilan para pelaku usaha. Selain itu, mereka belum
mampu memenuhi seluruh permintaan konsumen karena biaya produksi yang
tinggi menjadi kendala utama dalam proses penyulingan minyak cengkeh.

1.2 Rumusan Masalah

Desa Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut memilih potensi


untuk mengembangkan jenis usaha penyulingan minyak atsiri daun cengkeh. Hal
ini dikarenakan untuk meningkatkan potensi petani tanaman cengkeh baik yang
dibudidayakan dan yang tumbuh liar di daerah Kabupaten Garut. Namun
3

demikian minyak daun cengkeh tersebut belum diolah secara maksimal oleh para
pelaku usaha penyulingan di wilayah Kabupaten Garut karena memerlukan
biaya investasi tinggi, sehingga permintaan minyak atsiri daun cengkeh
menjadi tinggi. Desa Karangsari merupakan satu satunya desa yang melakukan
pengolahan minyak atsiri daun cengkeh belum dapat memenuhi permintaan pasar
minyak atsiri daun cengkeh, dikarenakan jumlah produksi cenderung tidak stabil
setiap bulannya, terutama pada bulan penghujan produksi minyak atsiri daun
cengkeh selalu rendah sehingga alur pemasukan keungan fluktuatif.
Masyarakat Desa Karangsari memanfaatkan buah cengkeh yang harganya
tinggi untuk dijual ke pengepul. Sementara itu, daun cengkeh dijual ke tempat
penyulingan untuk diolah menjadi minyak daun cengkeh atau minyak atsiri.
Karena buah cengkeh hanya panen satu tahun sekali, sebagian masyarakat juga
memanfaatkan daun cengkeh yang melimpah setiap hari. Meskipun ketersediaan
daun cengkeh melimpah, tempat penyulingan daun cengkeh di Kecamatan Cikelet
masih sedikit, yaitu hanya 3 tempat. Padahal, harga minyak cengkeh cukup mahal.
Tingginya biaya investasi alat pengolahan ditambah biaya produksi menjadi
alasan kurangnya perhatian masyarakat terhadap penyulingan cengkeh ini. Daun
cengkeh memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga daun cengkeh memberikan
keuntungan bagi para petani. Biasanya, dalam seminggu produksi minyak
cengkeh dilaksanakan 3 kali dikarenakan pengumpulan daun cengkeh terbatas
tidak tiap hari dikumpulkan. Di Kecamatan Cikelet daun cengkeh sangat
melimpah, sehingga dapat diolah menjadi minyak atsiri yang memiliki nilai jual
yang sangat tinggi. Daun cengkeh di Desa Karangsari yang dulunya tidak
memiliki nilai jual dengan adanya penyulingan daun cengkeh dapat memiliki nilai
jual, sehingga para petani yang dulunya mengabaikan daun cengkeh karena tidak
mempunyai nilai jual dengan adanya penyulingan daun cengkeh menjadi berharga
dan ada nilai jualnya. Meskipun demikian didalamnya masih terdapat kekurangan,
yaitu belum tersedia informasi mengenai kelayakan usahanya.
Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah diatas, maka dapat
disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan usaha olahan minyak daun cengkeh di Desa Karangsari
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut dilihat dari aspek finansial dan non
finansial ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis kelayakan usaha olahan minyak daun cengkeh di industri


rumah tangga di Desa Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut dilihat
dari aspek finansial dan non finansial ?

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
ajaran untuk menambah wawasan tentang bagaimana kelayakan usaha pada
4

pengolahan daun cengkeh di industri rumah tangga di Desa Karangsari


Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.
2. Bagi perusahaan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan
bagi pengusaha minyak cengkeh dalam menganalisis kelayakan usahanya.
3. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan bahan
pertimbangan, sekaligus sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi usaha


pengolahan minyak daun cengkeh dari segi non-finansial dan finansial. Aspek
non-finansial meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi
dan budaya, serta lingkungan. Aspek finansial dianalisis dengan menggunakan
metode NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period. Responden dalam
penelitian ini adalah pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh yang memiliki
pengalaman selama 5 tahun.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Cengkeh merupakan tanaman perdu yang memiliki batang pohon besar


dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup sampai puluhan bahkan
ratusan tahun. Tinggi tanaman ini mencapai 20-30 meter. Cengkeh memiliki daun
tunggal yang berbentuk bulat telur sampai lancet memanjang, ujung runcing,
pangkal meruncing, tepi rata, tulang daunnya menyirip, permukaan atas daun
mengkilap, panjang daun 6-13,5 cm dengan kebar 2,5-5 cm, warna daunnya hijau
atau cokelat muda saat masih tua dan berubah menjadi hijau tua saat sudah tua
(Mustapa, 2020). Tanaman cengkeh memiliki akar tunggang yang berbentuk
seperti tombak (fusimormis) yang sangat kuat, sehingga mampu menahan pohon
tetap tegak hingga puluhan tahun (Muhdhar et al., 2018). Berikut adalah
klasifikasi dari cengkeh :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Syzygium aromaticum (L.)

2.2 Minyak Atsiri Daun Cengkeh

Penggunaan minyak essensial di Indonesia masih sangat terbatas dan


bersifat tradisional.Pulau Jawa menggunakan wewangian dari bunga-bunga
tertentu untuk perawatan tubuh yang dikenal dengan istilah ngadi-saliro.
Berbagai macam bunga tersebut juga digunakan pada acara pernikahan, tujuh
bulanan, dan lain-lain. Pemakaian minyak sari tumbuhan secara tradisional
dilakukan dengan cara merendam tanaman aromatik dengan air untuk keperluan
mandi kembang atau merendamnya dalam minyak kelapa sebagai ramuan untuk
perawatan rambut (Yuliani dan Satuhu, 2012).
Minyak cengkeh dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan bahan
bakunya, yaitu minyak daun cengkeh, minyak tangkai cengkeh, dan minyak bunga
cengkeh. Minyak cengkeh adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman
cengkeh, terutama daun dan bunga. Daun dan ranting cengkeh mengandung
eugenol dalam konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan bunga cengkeh.
Minyak daun cengkeh kering memiliki kandungan eugenol sekitar 82-88 persen.
Minyak cengkeh memiliki sifat sebagai minyak atsiri yang dapat dimanfaatkan
sebagai bentuk pengobatan alternatif. Minyak ini kaya akan berbagai zat,
termasuk antibiotik, antiviral, antijamur, dan antiseptik.

5
6

Selain itu, kandungan lainnya melibatkan zat mangan, asam lemak omega
3, magnesium, serat, zat besi, potasium, dan kalsium. Vitamin-vitamin yang
diperlukan oleh tubuh, terutama vitamin C dan vitamin K, juga terkandung dalam
minyak cengkeh. Minyak daun cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri
yang banyak dihasilkan di Indonesia melalui proses penyulingan air dan uap.
Minyak ini berbentuk cairan bening hingga kekuning-kuningan, memiliki rasa
pedas, keras, dan aroma cengkeh. Perubahan warna menjadi coklat atau ungu
dapat terjadi akibat kontak dengan besi atau karena proses penyimpanan.
(Hastutiningrum, 2010).
Minyak atsiri dari daun cengkeh, seperti Eugenol (C10H12O2),
merupakan suatu derivatif guaiakol yang mengalami penambahan rantai alil dan
dikenal sebagai IUPAC 2-metoksi 4 (2-propenil) fenol. Eugenol termasuk dalam
keluarga alilbenzena yang merupakan sekelompok senyawa fenol. Dengan berat
molekul sebesar 164,20 dan titik didih pada kisaran 250-255°C, minyak ini
memiliki tampilan yang jernih hingga kuning pucat dan kekentalan serupa
minyak. Meskipun Eugenol kurang larut dalam air, namun mudah larut dalam
pelarut organik seperti alkohol, eter, dan kloroform. Eugenol memberikan aroma
dan aroma yang khas pada minyak cengkeh, memberikan aroma yang tajam dan
memiliki rasa pedas. (Plantus, 2008). Sifat-sifat senyawa eugenol yang terdapat
pada minyak atsiri daun cengkeh menurut referensi dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat Senyawa Eugenol Minyak Atsiri Daun Cengkeh
No Spesifikasi Nilai
1 Warna Tidak berwarna-Kuning
2 Berat jenis 0,980 (gr/ml)
3 Indeks bias 1,527-1,535
4 Putaran opic 0-10
5 Eugenol total 80-95 persen
6 Kelarutan dalam etanol 90 persen
Sumber : (Ketaren S, 1985)

Sejak dahulu minyak atsiri telah banyak digunakan untuk berbagai


pengobatan. Pemanfaatan minyak atsiri sebagai obat sudah terbukti baik secara
empiris maupun ilmiah. Zat aktif yang terdapat minyak atsiri memiliki berbagai
kemampuan seperti antiinflamasi, antiseptik, antibakteri, perangsang selera
makan, karminatif, deodorant, akspektoran, insektisida, dan sedative (Yuliyani
dan Satuhu, 2018). Minyak atsiri merupakan zat anti mikroba alami yang dapat
bekerja terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah terbukti secra ilmiah oleh
banyak peneliti. Dari hasil penelitian sekitar 35 jenis minyak atsiri telah diketahui
memiliki kemampuan sebagai antimikroba dengan kekuatan yang berbeda-beda.
Terdapat beberapa jenis yang memiliki efetivitas paling tinggi diantaranya yaitu
minyak kayu manis, tea tree, minyak kayu putih, minyak cengkeh.
Pengembangan minyak dari daun cengkeh dimulai pada tahun 1960
sebagai sumber bahan baku untuk obat-obatan, pewangi sabun, dan deterjen.
7

Penggunaan minyak dari daun cengkeh juga melibatkan industri parfum dengan
standar mutu yang lebih tinggi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengekstrak minyak atsiri, termasuk minyak dari daun cengkeh. Sehubungan
dengan cara ekstraksi minyak atsiri menurut (Ruslan, 1987) menyatakan
Pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan
tiga cara yaitu :
a. Penyulingan menggunakan uap air (Steam distillation)
b. Ekstraksi menggunakan pelarut (SolventExtraction)
c. Pengempaan (Expression).
Dari tiga metode tersebut, penyulingan menggunakan uap air dan ekstraksi
menggunakan pelarut adalah dua teknik yang paling penting. Penyulingan dengan
uap air adalah metode ekstraksi minyak tertua dan tetap menjadi yang paling
umum digunakan. Meskipun demikian, metode ini hanya cocok untuk minyak
dari tanaman yang tidak mengalami kerusakan kualitasnya ketika terpapar panas
uap air, seperti minyak mawar, kenanga, selasih, cempaka, nilam, jahe, dan
cengkeh. Secara umum, pelaku usaha lebih cenderung menggunakan teknik
penyulingan tidak langsung (Indirect Distillation) untuk mendapatkan minyak
dari daun cengkeh. Dalam metode ini, bahan tumbuhan Ditempatkan di lokasi
terpisah yang menerima aliran uap udara, atau secara sederhana, bahan tumbuhan
diletakkan di atas udara yang sedang mendidih. Pendekatan ini dianggap lebih
menguntungkan karena dapat menghasilkan lebih banyak minyak dengan kualitas
yang lebih baik. Berbeda dengan teknik penyulingan langsung (Direct
Distillation) yang dapat menyebabkan oksidasi (pengasaman) dan hidrolisis ester
(persenyawaan zat ester dengan udara), serta menghasilkan produk sampingan
yang tidak diinginkan.

2.3 Perkembangan Usaha Penyulingan Minyat Atsiri Daun Cengkeh

Kehadiran pasar bebas di kawasan Asia Pasifik menjadi suatu tantangan


yang harus diatasi oleh negara-negara di wilayah tersebut, termasuk Indonesia.
Terdapat sejumlah aspek yang perlu diperbaiki oleh pemangku kepentingan di
dalam negeri ini, baik yang melibatkan pemerintah maupun sektor swasta.
Berbagai faktor seperti situasi sosial dan budaya masyarakat Indonesia,
infrastruktur, tingkat keamanan, kondisi geografis, dan berbagai aspek lainnya,
termasuk ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat,
mendorong pemerintah Indonesia untuk memberikan respons yang cepat. Tujuan
utamanya adalah agar stabilitas perekonomian dalam negeri tetap terjaga.
(Thomas, 2007). Pengembangan di sektor pertanian pada tahapan tertentu dapat
menciptakan peluang yang signifikan untuk pengembangan agribisnis. Ini terjadi
karena didasarkan pada keunggulan komparatif dalam produksi berbagai jenis
bahan mentah, termasuk komoditas perkebunan, hortikultura, peternakan, dan
perikanan. Selain itu, terbuka pula peluang pasar baik di dalam maupun di luar
negeri. (Suwartoe, 2014).
8

Munculnya peluang di sektor agribisnis akan mendorong dorongan untuk


berinvestasi di bidang tersebut, yang akan diikuti dengan didirikannya
perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya (Nuryanti, 2015). Pendirian
perusahaan-perusahaan di suatu wilayah memiliki dampak makro terhadap
kondisi ekonomi nasional dan juga mempengaruhi situasi sosial-ekonomi
masyarakat di sekitarnya. Sebagai bagian integral dari sistem ekonomi negara ini,
dunia usaha memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mencapai
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia
pada tahun 1997 seharusnya menjadi pembelajaran berharga bagi pemerintah dan
sektor swasta untuk membangun sistem perekonomian yang tangguh menghadapi
era pasar bebas.
Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
berakar pada kekayaan lokal mampu bertahan bahkan dalam situasi krisis
moneter. Ini seharusnya menjadi inspirasi bagi para pengusaha Indonesia untuk
mengembangkan bisnis yang berfokus pada produk lokal namun memiliki daya
jual yang mencapai pasar internasional. Contohnya, dalam industri minyak atsiri
seperti minyak daun cengkeh. (Sri & Danarti, 2003).
Pada tahun 1960, S. Arctander, sebagaimana disebutkan oleh (Ruslan,
1987) menyatakan bahwa minyak hasil penyulingan dari daun cengkeh kering dan
daun kayu manis mengandung eugenol dalam konsentrasi yang tinggi. Minyak
dari daun cengkeh sering digunakan sebagai obat gosok untuk meredakan nyeri
pada sendi, mengatasi gatal-gatal akibat gigitan serangga, dan keperluan lainnya.
Di industri negara-negara, eugenol yang terkandung dalam minyak tersebut
dipisahkan dan digunakan sebagai bahan baku untuk obat, pewangi, sabun teknis,
serta deterjen. Meskipun awalnya beberapa pengguna enggan, minyak daun
cengkeh kini mulai mendapat perhatian di industri wewangian.
Minyak dari daun cengkeh pernah menjadi penyelamat bagi pemilik
perkebunan cengkeh selama era Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh (BPPC).
Karena adanya monopoli pasar, harga bunga cengkeh mengalami penurunan
drastis, hanya mencapai Rp 2.500 per kg dibandingkan dengan harga pada tahun
2008 yang mencapai Rp 50.000 per kg. Untuk mengatasi kerugian dalam bisnis
bunga cengkeh, para petani memutuskan untuk melakukan penyulingan minyak
dari daun cengkeh yang gugur. Bahan baku diambil dari daun yang jatuh.
Ternyata, usaha sampingan tersebut cukup menguntungkan, memberikan hingga
50 persen dari total pendapatan. Meskipun harga bunga cengkeh kini terus
membaik, bisnis penyulingan minyak dari daun cengkeh tetap menarik, asalkan
lokasinya dekat dengan daerah pusat penanaman.

2.4 Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh

Studi kelayakan usaha merupakan sebuah analisis tentang suatu kegiatan


usaha yang akan dijalankan dan akan memberikan manfaat bagi yang
melaksanakannya. Studi kelayakan bisnis sudah banyak dikenali di kalangan
masyarakat, khususnya masyarakat yang menjalankan suatu usaha. Sejauh mana
9

kegiatan usaha tersebut menghasilkan manfaat bila usaha dijalankan. Menurut


Kasmir and Jakfar (2012) studi kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan usaha
yang di pelajari secara mendalam tentang usaha yang dijalankan untuk
mengidentifikasi usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis usaha
merupakan sebuah cara untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu jenis usaha
yang akan dilakukan, menilai kelangsungan usaha, stabilitas, profitabilitas, dari
suatu usaha, sub usaha ataupun proyek. Tindakanini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui seberapa tinggikah tingkat keuntungan yang dihasilkan dan
berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi
maupun titik impasnya. Melalui analisis usaha ini dapat dicari biaya produksi
yang diperlukan, penerimaan, pendapatan usaha dan layak atau tidaknya usaha
tersebut (Khozali A., 2012). Studi kelayakan bisnis memiliki beberapa tahapan
persiapan dan analisis sebagai pertimbangan dari berbagai aspek yang terlibat dan
saling memengaruhi antara satu dengan lainnya. Menurut Nurmalina et al (2019)
secara umum yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan
budaya, aspek lingkungan, dan aspek finansial.

2.4.1 Aspek Non Finansial

Aspek pasar merupakan bagian dari aspek non finansial yang paling utama
dikaji karena ada tidaknya pasar merupakan faktor utama dalam menentukan
usaha. Peluang pasar merupakan salah satu tolak ukur layaknya usaha yang akan
dijalankan. Pada komoditas Kopi Arabika, apabila saluran pemasaran kurang
efisien maka posisi tawar (bargaining position) petani Kopi Arabika akan lemah.
Hasil ini ditunjukan melalui penelitian Widyaningtyas, Raharto, dan Agustina
(2014) tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Kopi Arabika di Desa Karangpring
Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember hasil penelitian ini menunjukan 5
saluran pemasaran Kopi Arabika yang terlibat tanpa menerapkan fungsi-fungsi
pemasaran.
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan untuk memastikan
gagasan atau ide yang sudah dipilih berkaitan dengan pembangunan bisnis dan
pengoperasiannya. Aspek ini mempelajari tentang lokasi, luas produksi, proses
produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment. Menurut
penelitian Supriatna et al (2014) tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Kopi Luwak di UMKM Careuh Kopi Rancabali Ciwidey Bandung dalam
penelitian ini menjelaskan tentang aspek teknis merupakan aspek yang penting
untuk membangun sebuah lokasi bisnis yang strategis.
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan dan pengoperasian usaha atau bisnis, adapun tujuan dari aspek
manajemen ini yakni mengetahui implementasi kegiatan bisnis bisa direncanakan
dan dilaksanakan untuk membangun kerja sama tim dalam fungsi manajemen.
Menurut penelitian Maryani et al (2020) tentang Strategi Perkembangan Bisnis
Kedai Kopi Ai Coffee Di Desa Pakemitan Kecamatan Ciawi Kabupaten
10

Tasikmalaya dalam penelitian ini aspek manajemen dan hukum sangat penting
bagi kelangsungan usaha manajemen usaha yang baik akan membangun usaha
semakin maju, selain itu, aspek hukum legalitas usaha juga sangat penting untuk
kegiatan usaha yang dijalankan.
Aspek sosial, ekonomi, dan budaya ini dinilai dari seberapa besar
pengaruh bisnis pada keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang
berada sekitar lingkungan bisnis tersebut. Menurut penelitian Odelia dan
Sulistyowati (2020) tentang Analisis Kelayakan Usahatani Paprika dengan
Penggunaan Sistem Irigas Presisi menunjukan aspek sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat sekitar lokasi usaha terbantu dengan adanya lapangan kerja baru yang
dapat mengurangi pengangguran.
Aspek ini mempelajari tentang bagaimana dampak dari adanya bisnis
tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis tersebut menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin buruk Hufschmidt (2013). Menurut
penelitian Ridwan (2016) tentang Dampak Industri Terhadap Lingkungan dan
Sosial menjelaskan bisnis yang baik dilaksanakan merupakan bisnis yang bisa
memanfaatkan limbah dari hasil bisnis tersebut.
Aspek finansial yang dikaji selalu diperhitungkan biaya dan modal yang
diperlukan untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis, dana tersebut terdiri dari
jumlah tanah, gedung, mesin, kendaraan, dan aktiva tidak berwujud. Menurut
penelitian Hidayat et al. (2018) tentang Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri
Abon Ikan di Tanjung Karang Kota Mataram menjelaskan tentang aspek finansial
sangat berpengaruh terhadap kegiatan bisnis, analisis kelayakan usaha dalam
penelitian ini dinyatakan layak karena memenuhi kriteria kelyakan.

2.4.2 Aspek Finansial

Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan pertanian merupakan


suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-
barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-
manfaat setelah beberapa periode waktu. Kriteria investasi kelayakan bisnis dapat
dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau
tidak layak di jalankan. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk
menentukan urutan-urutan berbagai alternatif bisnis dari investasi yang sama
Nurmalina et al (2019). Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis
kelayakan usaha antara lain yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio, Gross
B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode. Ketiga kriteria
tersebut digunakan karena memiliki kesamaan yaitu dalam hal memperhatikan
aliran masuk keluar kas.
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara total nilai manfaat yang
sekarang (present value benefit) dengan total biaya yang dikeluarkan berdasarkan
nilai sekarang (present value cost). Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV
adalah dalam bentuk satuan mata uang (Rp). Suatu usaha akan dinyatakan layak
jika hasil NPV lebih besar atau sama dengan nol, artinya usaha tersebut telah
11

memberikan manfaat minimal yang setara dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Sebaliknya, jika suatu usaha menghasilkan NPV negatif atau kurang dari nol
makan usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Nurmalina et al 2019).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan atau rasio antara
manfaat bersih positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata
lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap
satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Net B/C telah memperhitungkan aliran
kas selama umur proyek investasi. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat
dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila
Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al 2019).
Gross B/C merupakan selisih antara jumlah present value benefit dan
present value cost. Dengan adanya kriteria ini akan lebih menggambarkan
pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima.
Kriteria ini memberikan pedoman bahwa usaha dapat dinyatakan layak jika
memperoleh Gros B/C>1 dan bisnis dinyatakan tidak layak untuk dijalankan bila
nilai Gross B/C<1 (Nurmalina et al 2019).
Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria investasi yang
menunjukkan seberapa besar pengembalian suatu usaha terhadap investasi yang
ditanamkan. Suatu usaha akan layak untuk dilaksanakan jika IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang digunakan, namun usaha tersebut akan berubah tidak
layak jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang digunakan (Nurmalina et
al 2019).
Analisis payback periode adalah metode sederhana dalam analisis
investasi yang digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai pengembalian modal atau investasi awal yang dikeluarkan.
Dengan kata lain, payback periode adalah lamanya waktu investasi mencapai titik
impas (Nurmalina et al 2019).

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya menjadi salah satu panduan bagi penulis dalam


melaksanakan penelitian ini, memungkinkan penulis untuk memperkaya kerangka
teoritis yang digunakan dalam menginvestigasi strategi pengembangan usaha.
Oleh karena itu, perlu dilakukan telaah terhadap jurnal, skripsi, atau tesis yang
relevan dengan judul penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang
dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan penelitian ini.

Tabel 4. Penelitian Terdahulu


Nama
No Judul Variabel Hasil
Tahun
Analisis Studi 1. Studi 1. Bentuk kegiatan bisnis,
Putra
Kelayakan Bisnis Kelayakn perusahaan langsung
1 Afrianto,
Dalam Tinjauan Bisnis dipasarkan langsung
2016 kepada konsumen dan
Islam Pada 2. Aspek
12

Nama
No Judul Variabel Hasil
Tahun
Perusahaan Pemasaran pengusaha local.
Penghasil Produk 3. Aspek 2. Aspek
Minuman Di Manajemen dan pemasaran, perusahaan
Makassar (Studi Operasional berhasil mengusai pasar
Aspek Pemasaran dengan mengelola dengan
Dan Manajemen baik target – target pasar
Operasional Pada yang
PT COCA – COLA akan dituju.
AMATIL
(INDONESIA)
Analisis Studi 1. Studi 1. Dari Aspek Pasar dan
Kelayakan Bisnis Kelayakan Bisnis Pemasaran usaha
Ikan Mas Dengan 2. Aspek budidaya ini layak untuk
Sistem Kolam Ikan Pasar dan di lanjutkan karena
Ditinjau Dari Pemasaran permintaan pasar
Aspek Pasar Dan mengalami peningkatan
3. Aspek permintaan akan pasar.
2 Nasrul, 2016 Pemasaran, Manajemen dan
Manajemen dan Keuangan
2. Dari Aspek Manajemen
keuangan DI usaha budidaya ini layak
Kecamatan XIII untuk diteruskan
disebabkan usaha ini
Koto Kampar
mudah dijalankan oleh
Kabupaten Kampar anggota
keluarga.
Analisis Studi 1. Studi 1. Yang
Kelayakan Bisnis Kelayakan Bisnis mempengaruhi kelayakan
Ayam Petelur di 2. Aspek bisnis adalah aspek pasar
Tinjau Dari Aspek Pasar dan dimana permintaan akan
Pasar dan Pemasara telur sangat bersifat
Helmi Febri, Pemasaran, 3. Aspek musiman.
3
2010 Manajemen dan Manajemen dan 2. Dari Aspek Manajemen
Finansial Pada Finansial UD. Gunung Bungsu
Usaha Dagang dikelola oleh seorang
Gunung Bungsu pimpilan dan merangkap
Pekanbaru jabatan sebagai
Manajer.
Studi Kelayakan 1.Studi kelayakn NPV sebesar
Bisnis bisnis Rp.131.346.268, IRR
Ahmad Afif
4 Pengembangan 2Aspek Pasar dan sebesar 29,9 persen dan PI
(2019)
Toko Indonesia di Pemasara sebesar 1,525 selama 6
Kota Bogor bulan.
Analisis Kelayakan 1.Studi kelayakn hasil penelitian tersebut
Usaha Restoran bisnis menghasilkan nila NPV
Ibrahim Sop Addict Rp.1.046.669.632. Net B/C
5
(2017) Cibubur sebesar 11,95, IRR sebesar
247 persen, dan Payback
period Selama 6 bulan 17
13

Nama
No Judul Variabel Hasil
Tahun
hari.
Analisis Studi Studi Kelayakan Kelompok Afinitas Tunas
Muhamad Kelayakan Bisnis usaha Harapan Baru ditinjau dari
Rifa’i, Totok Pada Kelompok aspek keuangan yaitu
Sasongko, Usaha Afinitas payback period, net present
6 Poppy Tunas Harapan value, internal rate of return
Indrihastut, Baru Kota Batu dan profitabilitas indeks
Feronnika dinyatakan layak untuk di
(2019) operasikan dan
dikembangkan.
Usaha Tani Kopi Kelayakan usaha pengembangan usahatani
Widya Robusta Di dan dan agroindustri kopi
Ariyanti, Any Kabupaten pengembangan robusta di Kabupaten
7 Tanggamus Kajian usaha Tanggamus adalah
Suryantini,
Strategi meminimalisir kelemahan
dan Jamhari
Pengembangan untuk memanfaatkan atau
(2018) Agrobisnis meraih peluang yang ada
Studi Kelayakan Kelayakan usaha usahatani kopi di OKUS
Usahatani Kopi dapat dikatakan layak
Dana Dan Karakteristik terutama pada aspek hukum,
8 Megayani Rumah Tangga sosial
Usahatani Kopi Di ekonomi dan finansial.
(2019)
Kabupaten Ogan
Komering Ulu
Selatan
Nabila Analisis Kelayakan Kelayakan Usaha kelayakan bisnis kedai kopi
Ananda Bisnis Kedai Kopi pada Agrowisata N8
Putri1 , Zumi (Studi Kasus Pada Malabar dapat disimpulkan
Saidah1, Agrowisata N8 Analisa dari aspek non-
9 Dika Malabar, finansial, kedai kopi
Supyandi 1, Pangalengan, Agrowisata N8 dapat
dikatakan layak untuk
Lucyana Kabupaten
dijalankan.
Trimo1 Bandung)
(2019)
Analisis Kelayakan Kelayakan Usaha Usahatani kopi rakyat di
Pada Usahatani Kabupaten
Kopi Rakyat Di Jember layak secara
Kabupaten Jember finansial. Aspek teknis
Apriyanto terkait penentuan lokasi,
Dwi luasan produksi,
Laksono, penggunaan teknologi dan
10 Joni Murti layout produksi serta
Mulyo Aji*, kegiatn on-farm kegiatan
Julian Adam usahatani kopi rakyat di
Ridjal (2018) Kabupaten Jember dalam
prakteknya rata-rata sudah
memenuhi standar minimal
dari kegiatan usahatani kopi
rakyat.
14

2.6 Kerangka Pemikiran

Peran sektor pertanian dapat diperkuat melalui strategi diversifikasi,


seperti pengembangan sektor pertanian menuju agroindustri, seperti
perkembangan industri agroindustri yang menggunakan tanaman cengkeh sebagai
bahan baku di Desa Karangsari, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut. Inisiatif
agroindustri ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan lokal dan meningkatkan
pendapatan daerah serta devisa negara melalui ekspor sebagian produk
agroindustri tanaman cengkeh ke berbagai negara. Mengingat pendapatan dari
sektor pertanian yang masih rendah, masyarakat di daerah pedesaan, terutama
rumah tangga petani, cenderung mencari sumber pendapatan tambahan di sektor
pertanian, dan salah satu alternatifnya adalah dengan bekerja di industri
penyulingan daun cengkeh. Pemasaran diidentifikasi sebagai salah satu faktor
yang berkontribusi pada perkembangan industri penyulingan daun cengkeh. Untuk
merumuskan permasalahan yang ada, dapat diformulasikan dalam kerangka
berpikir yang tercantum di bawah ini.

Analisis Kelayakan Usaha

ASPEK FINANSIAL ASPEK NON FINANSIAL


Kelayakan Investasi 1. Pasar
1. Net Present Value (NPV) 2. Teknis
2. Net B/C 3. Lingkungan
3. Gross B/C
4. Internal Rate of Return (IRR)
5. Payback Period

Evaluasi

Rekomendas kebijakan usaha pengolahan Minyak Daun Cengkeh


ngembangan usaha

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam metode pengambilan sampel ini menggunakan metode survei


dengan metode pengambilan sampel menggunakan sensus ke lapangan langsung.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data yang diperoleh pada awalnya, sehingga
mencari informan tambahan sebagai sumber data menjadi penting (Sugiyono
2015). Responden yang terlibat dalam penelitian ini akan datang langsung untuk
melakukan wawancara, dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah
disiapkan sebagai alat pengumpulan data di lapangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangsari Kecamatan Cikelet


Kabupaten Garut. Penentuan lokasi ini ditentukan secara (purposive) dengan
pertimbangan Kecamatan Cikelet merupakan penghasil Cengkeh terbesar di
Kabupaten Garut, kemudian Desa Karangsari merupakan salah satu desa yang
memiliki usaha pengolahan usaha minyak atsiri Daun Cengkeh. Penelitian ini
akan dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan yaitu mulai bulan Juli sampai
Agustus 2023.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Tipe data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh secara langsung dari responden melalui observasi dan
wawancara mendalam yang membahas gambaran umum usaha, proses
pengolahan, investasi, biaya operasional, dan harga jual minyak atsiri daun
cengkeh. Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui tinjauan literatur,
instansi terkait, dan sumber-sumber lainnya.

3.4 Metode Penarikan Sampel Penelitian

Pemilihan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan tujuan


untuk mengumpulkan informasi dari individu yang memiliki pengetahuan
mendalam atau data yang signifikan terkait objek penelitian tersebut (Suharsimi,
2013). Jumlah usaha penyulingan minyak atsiri daun cengkeh yang ada di Desa
Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut yaitu hanya satu yaitu
perusahaan yang dimiliki Bapak Dikdik selaku pemilik usaha.

15
16

Adapun sampel yang digunakan yaitu Informan, dalam penelitian ini yaitu
satu orang yang memiliki usaha penyulingan minyak daun cengkeh di Desa
Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.

3.5 Metode Pengolahan Data

Data serta informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan


menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010. data dan informasi tersebut
sebelumnya dikelompokan ke dalam biaya dan manfaat, kemudian dilakukan
analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk
mengidentifikasi aspek non finansial. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menilai
kelayakan usaha.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan penelitian kuantitatif deskriptif.


Penelitian ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya (Sugiyono
2015). Analisis data ini digunakan untuk mengidentifikasi Kelayakan usaha
pengolahan minyak atsiri daun Cengkeh di Desa Karangsari Kecamatan Cikelet
Kabupaten Garut.

3.6.1 Kelayakan Usaha

Analisis studi kelayakan suatu usaha ditetukan layak atau tidaknya dapat
dilihat dari berbagai aspek, aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non
finansial terdir dari Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi, dan budya, dan aspek lingkungan. Aspek finansial dapat
dihitung mengguankan Cashflow (Nurmalina et al, 2018).

3.6.1.1 Aspek Non Finansial

1. Aspek Pasar
Nurmalina et al (2018) aspek pasar merupakan salah satu aspek non
finansial yang menempati urutan pertama dalam analisis biaya dan manfaat.
Adapun definsi pasar menurut Kuntowijoyo (1994) adalah sebagai mekanisme
yang dapat menata kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan pihak
penjual.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan proses
pembangunan usaha secara teknis dan organisasinya dibangun setelah
pembangunan sesesai dibangun.
3. Aspek Lingkungan
17

Aspek lingkungan menganalisis tentang dampak langsung dari kegiatan


usaha yang dijalankan. Penilaian aspek lingkungan bisa dikatakan layak jika
memenuhi kriteria adanya penambahan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar
lokasi usaha, jika usaha menghasilkan limbah maka limbah tersebut tidak
berdampak mencemari lingkungan.

3.6.1.2 Aspek Finansial

1. Cash Flow
Cash flow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan
tahap-tahap kegiatan bisnis unsur-unsur tersebut terdiri dari : (1) Inflow (arus
penerimaan), (2) Outflow (arus pengeluaran), (3) NPV, (4) Gross B/C, (5) Net
B/C, (6) IRR, (7) Payback Period.

a. Net Present Value (NPV)


Net Present Value merupakan nilai sekarang manfaat bersih adalah selisih
antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah
present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. NPV
menunjukan kelebihan benefit sebanding dengan cost. Rumus untuk mengukur
nila NPV adalah sebagai berikut Nurmalina et al (2018) :
𝑛
𝑛 𝑛
𝐵𝑡 𝐶𝑡 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
NPV = ∑ − ∑ = ∑
(1 + i)𝑡 (1 + i)𝑡 (1 + i)𝑡
𝑡=0/1 𝑡=0/1
𝑡=0/1

Keterangan :
NPV : Net Present Value (Rp)
Bt : Benefit pada tahun t
Ct : Biaya pada tahun t
t : Tahun Kegiatan Bisnis ( t = 0, 1, 2, 3, ……., n ), tahun awal bisa
tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya
i : Tingkat DR ( persen)
Kriteria penilaian NPV :
a. NPV > 0 ( Layak)
b. NPV < 0 (Tidak Layak)

b. Gross Benefit Ratio (Gross B/C)


Gross B/C merupakan perbandingan antara present value benefit (PV
Benefit) dengan present value cost (PV Cost). Adapun rumus untuk menghitung
Gross B/C adalah sebagai berikut.
18

𝑛
∑𝑡=0/1 𝐵𝑡
(1 + i)𝑡
Gross B/C = 𝑛 𝐶𝑡
∑𝑡=0/1
(1 + i)𝑡
Keterangan :
Gross B/C : Gross benefit cost ratio
Bt : Benefit pada tahun t
Ct : Biaya pada tahun t
n : Umur bisnis
i : Discount rate ( persen)
Kriteria penilaian :
a. Bila nilai Gross B/C > 1 (Layak)
b. Bila nilai Gross B/C < 1 (Tidak Layak)
c. Bila nilai Gross B/C = 1 (Impas)

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara jumlah
NPV positif derngan jumlah NPV negatif. Net B/C tersebut menunjukan
gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan.
Adapun untuk menentukan Net B/C adalah sebagai berikut.

𝑛
∑𝑡=0/1 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
(1 + i)𝑡
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶 =
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
∑𝑛𝑡=0/1
(1 + i)𝑡

Keterangan :
Net B/C : Net Benefit Cost Ratio
Bt : Benefit pada tahun ke t
Ct : Biaya pada tahun ke t
i : Discount rate
t : Tahun
Kriteria Net B/C Ratio yaitu :
a. Jika Net B/C > 1 (Layak)
b. Jika Net B/C < 1 (Tidak Layak)
c. Jika Net B/C = 1 (Impas)

d. Internal Rate of Return (IRR)


Metode Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return, IRR)
merupakan cara untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari seluruh aliran kas masuk dan keluar dari suatu proyek. Kriteria
penerimaan investasi dengan menggunakan metode IRR adalah bahwa investasi
dianggap layak jika IRR melebihi tingkat bunga yang berlaku ketika proyek
19

tersebut dijalankan dengan meminjam dana dari bank pada nilai sekarang.
Sebaliknya, jika IRR yang diusulkan lebih rendah daripada tingkat bunga yang
berlaku saat proyek dijalankan, maka investasi tersebut dianggap tidak layak..
Adapun rumus untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑥 (i2 − i1)
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Keterangan :
i1 : Nilai Discount Rate yang memperoleh NPV positif
i2 : Nilai Discount Rate yang memperoleh NPV negatif
Kriteria penilaian :
a. IRR < (Tidak Layak)
b. IRR > (Layak)

e. Payback Period (PP)


Metode Payback Period adalah teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengambilan investasi suatu proyek usaha. Perhitungan ini dapat dilihat
dari perhitungan kas bersih (Procced) yang diperoleh setiap tahun. Perhitungan
payback period dapat dihitung mengghunakan dua metode yaitu net benefit
kumulatif, dan net benefit rata-rata setiap tahun.
I
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟i𝑜𝑑 =
𝐴𝑏
Keterangan :
I : Besarnya biaya investasi yang diperlukam
Ab : Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya
Kriteria penilaian
a. Jika Payback Period < waktu maksimum maka layak untuk diusahakan
Jika Payback Period > waktu maksimum maka tidak layak untuk diusahakan.

3.7 Operasionalisasi Variabel

Variabel yang ditanyakan dalam penelitian ini berkaitan dengan Evaluasi


Keberlanjutan dalam Proses Pengolahan Minyak Atsiri dari Daun Cengkeh. Untuk
mendapatkan informasi yang lebih rinci, operasionalisasi variabel dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Responden penelitian merupakan pengolah minyak atsiri daun Cengkeh di
Desa Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut yang memiliki
pengalaman usaha selama >10 tahun.
2. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analisis
Studi Kelayakan Usaha dilihat dari aspek finansial dan non finansial.
3. Analisis finansial terdiri dari Net present value (NPV), Gross B/C, Net B/C,
Internal Rate Off Return (IRR), dan Payback periode (PP).
4. Analisis non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dan aspek lingkungan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi dan Keadaan Umum

Desa Karangsari mempunyai luas wilayah sekitar 2.704.175 Ha, dengan


memiliki ketinggian antara 0-440 meter dari permukaan air laut (Mdpl) serta
memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Talagawangi, Kecamatan Pakenjeng
Sebelah Timur : Desa Linggamanik
Sebelah Selatan : Desa Karangsari
Sebelah Barat : Desa Kertamukti
Mata pencaharian masyarakat Desa Karangsari ini mayoritas adalah petani
dan nelayan. Petani di Desa Karangsari ini beragam ada yang melakukan
usahatani tanaman musiman dan tahunan. Tanaman musiman terdiri dari sayuran
(hortikultura) dan tanaman tahunan seperti tanaman perkebunan dan buah-buahan
(BPS 2019). Pembangunan di segala bidang selalu diarahkan untuk kepentingan
umum dan masyarakat, oleh karena itu, data kependudukan menjadi elemen dasar
yang sangat signifikan dalam perumusan kebijakan pembangunan.
Guna memperoleh data kependudukan yang akurat dan selalu up-to-date,
BPS telah melaksanakan berbagai metode, termasuk Sensus Penduduk (SP),
Survei Kependudukan, dan Survei Sosial Ekonomi Nasional. Pada tahun 2021,
populasi Desa Karangsari mencapai 3.771 jiwa, terdiri dari 1.902 jiwa pria dan
1.869 jiwa wanita (BPS 2020). Dengan luas wilayah sekitar 2.704.175 hektar,
setiap hektarnya dihuni oleh rata-rata 2,28 jiwa. Distribusi penduduk tidak merata
di setiap desa, dan Desa Awassagara mencatat tingkat kepadatan penduduk
tertinggi, mencapai 3,74 jiwa per hektar, sementara Desa Girimukti memiliki
tingkat kepadatan terendah, dengan sekitar 0,45 jiwa per hektar.
Dalam struktur perekonomian Kabupaten Garut, sektor pertanian
merupakan sektor yang sangat dominan termasuk Kecamatan Cikelet untuk sektor
pertanian merupakan sektor yang dominan. Untuk ulasan sektor pertanian ini data
dikelompokan dalam beberapa kelompok yakni sebagai berikut :
a. Pertanian Tanaman Pangan
b. Perkebunan
c. Kehutanan
d. Peternakan
e. Perikanan
Komoditas pertanian yang diklasifikasikan dalam kategori Pertanian
Tanaman Pangan mencakup pertanian padi (padi sawah dan padi ladang), tanaman
palawija, tanaman sayuran, dan tanaman buah-buahan. Sementara itu, komoditas

20
21

yang termasuk dalam kategori perkebunan meliputi Perkebunan Besar Negara,


Perkebunan Besar Swasta, dan Perkebunan Rakyat, seperti tanaman aren, bambu,
cengkeh, jahe, jambu mete, kakao, randu, kapolaga, kayu manis, kelapa, kencur,
kina, kopi, kunir, lada, pala, vanili, pinang, dan teh.
Hutan selain berfungsi secara biologis juga dapat berfungsi ekonomis
dimana fungsi hutan secara ekonomis sering dikaitkan dengan produksi hasil
hutan itu sendiri yaitu berupa kayu dan non kayu, produksi hutan yang berupa
kayu adalah kayu pinus dan kayu rimba sementara untuk produksi hutan yang
berupa non kayu adalah seperti rotan, arang, dan getah pinus.
Peternakan juga merupakan salah satu sumber penghidupan bagi penduduk
di Kecamatan Cikelet, yang melibatkan berbagai jenis ternak, baik besar maupun
kecil, serta unggas, termasuk produksi telur dan susu, serta daging. Selain itu,
wilayah ini juga menghasilkan produk-produk perikanan dari perikanan darat dan
laut. Kategori ternak mencakup sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing,
dan domba, sedangkan kategori unggas mencakup ayam ras, ayam buras, dan itik.

4.2 Identitas Responden

Petani Cengkeh di Desa Karangsari ini terbilang cukup banyak


berdasarkan data primer yang diperoleh dari lapangan pada tahun 2023 tercatat
ada lebih dari 60 petani cengkeh di Desa Karangsari ini, Namun pada penelitian
ini yang menjadi objek kajian merupakan pelaku usaha pengolahan minyak atsiri
daun Cengkeh yang hanya ada 1 responden yang menjalankan usaha ini. Adapun
identitas responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Nama : Bapak Dik-Dik
Alamat : Kp Cicalung RT/RW 01/03, Desa Karangsari, Kecamatan
Cikelet, Kabupaten Garut
Usia : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SLTP Sederajat
Pekerjaan
Utama : Petani Cengkeh
Sampingan : Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
Pengalaman : 5 Tahun

4.3 Sejarah Perusahaan

Sejarah perkembangan usaha penyulingan minyak atsiri daun cengkeh di


Desa Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut pada awalnya Bapak
Dikdik adalah seorang petani Cengkeh di Desa Karangsari, Bapak Dikdik ini
sudah menjadi petani Cengkeh sejak umur 30 tahun meneruskan usaha orang tua
nya sebagai petani cengkeh. Kepedulian terhadap lingkungan ini sudah terlihat
oleh Bapak Dikdik pada saat melakukan perawatan pada pohon cengkeh dan
melihat banyak daun cengkeh yang berserakan, pada saat itu muncul ide tentang
22

melakukan pengolahan daun cengkeh yaitu di buat pupuk organik. Pemanfaatan


limbah daun cengkeh menjadi pupuk organik tersebut bertahan hampir selama 3
bulan dan kemudian berakhir dinilai kurang efektif dan menghabiskan banyak
waktu. Pada saat itu bapak Dikdik ini mencari inspirasi lain untuk memanfaatkan
limbah daun cengkeh tersebut, pada saat browsing di internet bapak Dikdik ini
menemukan ide bahwa daun cengkeh bisa di buat minyak atsiri dengan beragam
manfaat. Tepat pada tahun 2015 akhir tahun bapak Dikdik mencoba investasi
mesin dan peralatan untuk mengolah limbah daun cengkeh tersebut dan tahun
2016 usaha ini berjalan sampai sekarang dan menghasilkan keuntungan yang
sangat besar.

4.4 Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Non Finansial

Aspek non finansial adalah aspek yang tidak berkaitan dengan kondisi
keuangan suatu usaha, baik dari investasi awal usaha dan keuntungan yang
diperoleh dari hasil penjualan. Aspek non finansial bersifat kualitatif dan
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelayakan
usaha, seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi dan
budaya, dan lingkungan. Aspek non finansial juga penting untuk dipertimbangkan
dalam studi kelayakan usaha, karena dapat mempengaruhi keberhasilan usaha
secara keseluruhan.

4.4.1 Aspek Pasar

Minyak atsiri dari daun cengkeh mendominasi pasar dengan cakupan yang
luas karena lingkup minyak atsiri tersebut diterapkan dalam beragam sektor.
Digunakan sebagai unsur dalam pembuatan parfum, memberikan cita rasa pada
makanan sebagai rempah-rempah, terlibat dalam formulasi obat gigi, dan menjadi
bagian integral dari obat-obatan dengan sifat antibakteri. Harganya pun bersaing,
berkisar antara Rp 120.000 hingga Rp 200.000 per kilogram. Minyak atsiri daun
cengkeh ini tiap bulan berproduksi selama 1 bulan dapat melakukan produksi 4-5
kali tergantung bahan baku yang tersedia, tiap 1 kali produksi dapat menghasilkan
minyak atsiri daun cengkeh sebesar 43,75 liter, jika dikalkukasikan setiap
bulannya mampu memproduksi sekitar 175 liter/bulan, kemudian setiaptahunnya
mampu memproduksi 2.100 liter/tahun.
Permintaan minyak atsiri hasil penyulingan daun cengkeh selalu ada
penjualan yang dilakukan oleh Bapak Dikdik ini biasanya dijual kepada
distributor Bintang Nusantara. Bapak Dikdik telah menjalin kerja sama dengan
Bintang Nusantara selama hampir 5 tahun, bukan hanya sebagai pembeli, tetapi
juga sebagai pemberi modal selama usaha ini beroperasi hingga sekarang. Dalam
lingkup domestik, produsen menjual produk mereka kepada pedagang pengumpul
atau agen eksportir, sebelum akhirnya mencapai eksportir. Sebagian besar
perdagangan minyak daun cengkeh berfokus pada ekspor. Untuk meningkatkan
pemasaran dan mendapatkan harga yang lebih tinggi, saran dari penelitian ini
23

adalah untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan besar dan memanfaatkan
pemasaran online guna memperluas jangkauan penjualan serta meningkatkan
pendapatan.

4.4.2 Aspek Teknis

Aspek teknis adalah aspek yang berkaitan dengan proses pembangunan


suatu perusahaan/bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah perusahaan
tersebut dibangun. Aspek ini bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan
dapat beroperasi secara efektif dan efisien, serta menghasilkan produk atau jasa
yang berkualitas.

4.4.2.1 Lokasi Lahan Produksi

Perusahaan yang mengolah minyak atsiri dari daun cengkeh beroperasi di


Desa Karangsari, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut. Pemilihan lokasi usaha
yang memiliki peran penting dalam kesinambungan suatu bisnis. Semakin dekat
usaha dengan sumber bahan baku atau input lainnya, peluang kesuksesan dan
profitabilitas yang semakin tinggi meningkat karena biaya transportasi dapat
diminimalkan. Beberapa persyaratan harus dipenuhi oleh industri pengolahan
minyak daun cengkeh agar dapat berkelanjutan, seperti lokasi yang dekat dengan
sumber bahan baku. Keberdekatan dalam konteks ini merujuk pada kemudahan
memperoleh bahan baku dengan harga yang wajar, tanpa biaya transportasi yang
tinggi. Selain itu, lokasi usaha juga perlu berdekatan dengan sumber udara,
mengingat udara merupakan input yang sangat dibutuhkan dalam jumlah besar
untuk proses pengolahan minyak daun cengkeh. Udara berperan sebagai
pendingin selama proses kondensasi dari uap menjadi cair, yang terdiri dari
minyak daun cengkeh dan air. Lokasi usaha pengolahan minyak atsiri daun
cengkeh ini dinilai strategis karena lokasi ini di dirikan di lahan pinggiran desa
perbatasan lahan cengkeh petani dan pemukiman masyarakat supaya para petani
jika ingin menjual daun cengkeh yang mereka kumpulkan sangat gampang. Jarak
antara kebun petani cengkeh ke lokasi usaha sekitar 100 meter – 1000 meter yang
memudahkan usaha untuk memperoleh bahan baku.

Gambar 2. Lokasi Produksi


24

Desain struktur bangunan usaha direncanakan dengan cara yang sederhana


dan semi permanen dengan tujuan mengurangi jumlah investasi yang dibutuhkan.
Fokus utama adalah memberikan kenyamanan kepada karyawan selama proses
produksi. Pada bagian ketel, platform dibuat dengan ketinggian sekitar 30-50 cm
dari tepi ketel untuk memudahkan proses pemuatan dan pengeluaran bahan baku.
Konstruksi ini terbuat dari kayu dan bambu, ditempatkan agak jauh dari
pemukiman warga. Untuk kapasitas penyulingan 1000 kg, dibutuhkan lahan
sekitar 100-150 m2, yang mencakup gudang untuk menyimpan bahan baku.
Walaupun tempat produksi dibuat secara sederhana tetapi untuk menjamin
kualitas minyak yang dihasilkan selalu menggunakan SOP penyulingan minyak.
Lokasi tersebut sangak efektif tentunya dari segi mendapatkan bahan baku, akan
tetapi dari segi penganggukutan minyak atsiri nya tentu sangat tidak strategis
karena dari lokasi usaha ke lokasi penjualan agak jauh dan memerlukan biaya
transportasi.

4.4.2.2 Proses Produksi

Bahan Baku Daun Ekstraksi Penyulingan Minyak Daun


Cengekh (Tenaga Uap) Cengekh

Pengemasan dan
Pemasaran
Penyimpanan
Gambar 3. Alur Proses Produksi Minyak Atsiri Daun Cengkeh

Secara singkat, langkah-langkah dalam proses penyulingan minyak daun


cengkeh dapat dijelaskan sebagai berikut 1) Bahan baku berupa daun cengkeh
dimasukkan ke dalam ketel suling. Jumlah bahan harus disesuaikan dengan
kapasitas ketel suling. Penting untuk menghindari pengisian bahan yang terlalu
padat karena dapat mengurangi efisiensi produksi minyak dan memperpanjang
waktu proses, sehingga meningkatkan biaya, tenaga, dan bahan bakar. Pengisian
ketel suling sebaiknya tidak terlalu penuh, tetapi harus ada ruang kosong. 2)
Bahan di dalam ketel suling dipanaskan dengan uap panas yang basah untuk
merangsang pelepasan minyak dari sel atau kelenjar di dalamnya. Uap yang telah
meresap ke seluruh bahan yang dikeluarkan melalui leher ketel suling menuju
kondensor atau alat pendingin. Komponen dalam uap yang telah melewati bahan
dan kondensor berisi udara yang mengandung minyak. 3) Selanjutnya, di dalam
kondensor, uap yang mengandung udara dan minyak mengalami kondensasi
menjadi fase cair. Hal ini dapat diamati dari keluarnya destilat berupa cairan dari
kondensor. Destilat yang dikeluarkan melalui alat pendingin akan dikumpulkan
25

dalam wadah udara dan minyak. Dengan demikian, udara dan minyak secara
alami terpisah. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan berat jenis,
memudahkan pengambilan minyak yang berada di bagian bawah karena berat
jenis minyak cengkeh lebih besar daripada udara. 4) Proses penyulingan dianggap
selesai jika destilat atau hasil penyulingan yang dikumpulkan tidak lagi
mengandung minyak. Waktu penyulingan minyak daun cengkeh biasanya berkisar
antara 6-8 jam. Dari bahan baku 500 kg daun cengkeh menghasilkan 43,75 liter
minyak daun atsiri. Langkah-langkah penyulingan minyak atsiri daun cengkeh
adalah sebagai berikut.
1. Siapkan bahan baku daun cengkeh yang sudah gugur, kering, masih utuh, dan
bersih. Daun cengkeh yang digunakan harus sudah kering dan bersih agar
minyak yang dihasilkan tidak terkontaminasi. Daun cengkeh yang masih
basah dapat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan atau dijemur.
2. Siapkan ketel suling dan buang sisa air bekas penyulingan. Ketel suling harus
dibersihkan dari sisa air bekas penyulingan agar tidak mengkontaminasi
kualitas minyak yang dihasilkan.
3. Isi daun cengkeh kering ke dalam ketel suling. Daun cengkeh kering tidak
perlu dihancurkan dan dapat dimasukkan langsung ke dalam ketel suling.
Pengisian dilakukan secara bertahap, dan daun diinjak-injak atau ditekan
untuk meningkatkan kepadatan di dalam ketel.
4. Mulai proses penyulingan. Proses penyulingan daun cengkeh basah
membutuhkan waktu sekitar 7-8 jam, sedangkan penyulingan daun kering
memakan waktu sekitar 6-7 jam.
5. Pendinginkan uap. Uap yang dihasilkan dari proses penyulingan didinginkan
dengan unit kondensasi. Pendinginan dilakukan dengan pipa pendingin model
multi-tubular atau spiral yang dipasang dalam tabung atau direndam dalam
bak air pendingin.
6. Pisahkan minyak dari air destilat. Minyak dan air destilat dipisahkan
berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Minyak akan mengendap di bagian
bawah unit peringkat minyak, sedangkan air berada di atasnya.
7. Saring minyak. Minyak yang dihasilkan masih terlihat keruh dan mengandung
sejumlah kecil udara dan kotoran yang terdispersi di dalam minyak.
8. Pucatkan minyak cengkeh. Minyak cengkeh yang dihasilkan masih berwarna
kuning coklat atau coklat gelap yang mungkin mengandung logam besi dari
ketel suling.
26

Gambar 4. Ketel Penyulingan

Peralatan dan alat produksi yang diperlukan dalam proses pengolahan


minyak atsiri dari daun cengkeh melibatkan fasilitas produksi utama berupa ketel
dari plat besi (plateser), tungku, dan kondensor. Berkaitan dengan fasilitas-
fasilitas ini, dapat diuraikan sebagai berikut.
Ketel penyulingan dan segala perlengkapannya termasuk di dalamnya
adalah ketel suling itu sendiri, kondensor/pendingin, sistem pemisahan minyak
dan air, serta sistem perpipaan. Ketel ini bisa terbuat dari stainless steel atau dari
carbon steel (besi biasa). Untuk produksi minyak cengkeh, sudah cukup
digunakan penyulingan sistem kukus alias satu ketel untuk air dan bahan baku,
secara umum cukup dengan hanya menggunakan carbon steel supaya harga
belinya jauh lebih murah. Jika menggunakan carbon steel, warnanya minyak
hitam pekat, tetapi tidak menjadi masalah karena untuk minyak cengkeh yang
dilihat kebanyakan bukan masalah warna tetapi kadar eugenol dari minyak
cengkeh yang dihasilkan, sedangkan pada ketel suling stainless steel, akan
memperoleh minyak cengkeh berwarna kuning bening, jika tidak mendapatkan
pembeli khusus untuk minyak cengkeh kuning bening ini dengan harga yang
spesial pula, maka tentunya harga jualnya akan sama dengan minyak cengkeh
hitam untuk kadar eugenol yang standar. Dengan pertimbangan nilai ekonomi,
kapasitas minimum penyulingan minyak daun cengkeh biasanya sekitar 500-600
kg bahan baku per batch penyulingan.
Sumber energi untuk penyulingan minyak cengkeh berasal dari
pembakaran bahan bakar, terutama kayu bakar, dengan fokus utama pada ampas
daun cengkeh yang telah disuling. Oleh karena itu, diperlukan dapur pembakaran
yang efektif agar proses pembakaran dapat berjalan dengan optimal dan
mendekati kesempurnaan. Kualitas pembakaran dan konstruksi pipa-pipa api di
dasar ketel suling merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi jumlah
27

minyak yang dihasilkan. Tungku pembakaran dibuat menggunakan batu bata


merah, semen, dan pasir.
Kolam pendingin berperan dalam menjalankan proses pendinginan atau
kondensasi, mengubah uap air atau minyak menjadi bentuk cair. Apabila terdapat
sumber udara yang cukup mengalir, dimensi kolam pendingin dapat disesuaikan
dengan ukuran kondensornya dan mungkin menjadi lebih kecil. Dalam pembuatan
kolam pendingin ini, perlu berhati-hati. Disarankan untuk menggunakan tenaga
tukang yang memiliki pengalaman dalam pembuatan kolam agar kolam mini tidak
mengalami kerusakan di tengah jalan karena tidak mampu menahan beban udara.
Beberapa kejadian seperti ini telah terjadi saat saya melakukan uji coba
penyulingan di beberapa lokasi.

4.4.2.3 Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Dalam aspek teknis dan teknologi produksi minyak atsiri dari daun
cengkeh, pemilik usaha memutuskan untuk membeli bahan baku dari para petani
daun cengkeh. Peralatan yang digunakan telah memenuhi standar untuk
penyulingan minyak atsiri, termasuk tungku pemasakan, garpu besar, penjepit,
sekop, drigen besar dan kecil, pipa penyulingan, pipa pendingin udara, sablon
screen, drum titrasi minyak, bak pendingin, corong, ember, alat pengecekan
minyak di drum titrasi, pompa penyedot, bak pembuangan limbah cair, gayung,
ketel uap, dan tutup ketel uap. Proses penyulingan telah sesuai dengan persyaratan
pembuatan dan prosedur penyulingan untuk menjamin kualitas yang baik. Sebagai
rekomendasi perbaikan, bak pendingin dapat ditingkatkan dengan memperpanjang
proses pendinginan dari 17 m menjadi 34 m. Tujuan dari perubahan ini adalah
untuk mempercepat konversi uap minyak atsiri daun cengkeh menjadi bentuk cair.
Selain itu, disarankan untuk membuat sumur air baru untuk proses pendinginan
guna memastikan pasokan udara yang memadai. Penambahan satu ketel uap baru
juga direkomendasikan untuk menjaga kualitas ketel uap dan mencegah
kerusakan. Hasil perbaikan pada proses pendinginan menunjukkan peningkatan
rata-rata hasil minyak atsiri daun cengkeh setelah perbaikan menjadi 43 Kg,
dibandingkan dengan hasil sebelumnya yang rata-rata 39-40 Kg. Hal ini
mengindikasikan bahwa perubahan pada proses pendingin mempunyai pengaruh
pada panjang pipa destilasi dan suhu udara pendingin.

4.4.3 Aspek Lingkungan

Manajemen limbah dalam operasional bisnis penyulingan ini telah diatur


dengan baik. Limbah yang berasal dari bahan baku yang tidak terpakai
dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses pemasakan. Abu hasil
pembakaran tersebut juga dimanfaatkan sebagai pupuk tambahan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman cengkeh itu sendiri. Selain itu,
limbah udara yang telah digunakan dalam proses penyulingan dipergunakan untuk
penyiraman tanaman cengkeh dan keperluan lainnya, memberikan manfaat positif
28

dalam meningkatkan kesuburan tanaman tersebut. Dari bidang dampak


lingkungan dan sosial, penyulingan ini memberikan kontribusi positif. Pembukaan
lapangan pekerjaan untuk petani daun cengkeh yang terlibat dalam pengumpulan
daun cengkeh yang berguguran, serta penciptaan lapangan kerja untuk pekerja di
fasilitas penyulingan, merupakan upaya yang berdampak positif dalam
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan sekitar masyarakat.

4.5 Aspek Finansial

Analisis finansial usaha ini dikaji dengan menghitung manfaat, biaya, dan
kriteria investasinya. Analisis manfaat dan biaya dilakukan untuk
mengidentifikasi manfaat yang akan diterima dan biaya yang akan dikeluarkan
selama usaha dijalankan. Hasil tersebut diolah dan dianalisis dengan
menggunakan cashflow. Dasar perhitungan investasi diperoleh dari hasil cashflow
yang dibuat. Hasil dari analisis kelayakan usaha pengolahan minyak atsiri daun
Cengkeh ini dapat dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan investasi yang meliputi
NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR, dan PP. Penelitian usaha pengolahan minyak
atsiri daun Cengkeh ini arus kas diproyeksikan selama 5 tahun sesuai dengan
umur ekonomis investasi bangunan produksi yang memiliki jangka waktu yang
paling lama. Bangunan produksi ini memiliki umur ekonomis 5 tahun karena
bangunan produksi ini dibuat dari kayu yang memiliki umur ekonomis lebih
singkat dibanding dengan bangunan produksi yang terbuat dari tembok yang
memiliki umur ekonomis lebih penjang yaitu sekitar 10 tahun.

4.5.1 Arus Kas Masuk (Inflow)

Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari
suatu usaha yang dijalankan. Komponen inflow pada usaha ini adalah penerimaan
hasil penjulan minyak atsiri daun Cengkeh pada setiap tahun. Penerimaan dalam
usaha adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, hasil
produksi minyak atsiri daun cengkeh sehingga penerimaan ditentukan oleh besar
kecilnya jumlah produksi minyak atsiri daun cengkeh selama proses produksi dan
harga jual yang berlaku saat itu di wilayah penelitian (Soekartawi, 1994). Dalam
satu kali penyulingan membutuhkan 500-800 kg daun cengkeh dan menghasilkan
35 liter minyak daun cengkeh dalam 1 kali proses produksi. Jumlah banyaknya
penyulingan juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Harga jual rata-rata untuk satu
liter minyak atsiri daun cengkeh yaitu sebesar Rp 120.000/liter. Dalam satu
kali produksi perusahaan mampu memproduksi 43,75 liter dari 500 kg bahan
baku, dalam satu bulan mampu memproduksi 4-5 kali produksi rata-rata perbulan
mencapai 175 liter/bulan, jadi dalam 1 tahun mampu menghasilkan minyak atsiri
2.100 liter/tahun. Adapun data penerimaan usaha pengolahan minyak atsiri daun
Cengkeh adalah sebagai berikut.
29

Tabel 5. Penerimaan Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh


Jenis Harga (Rp)Per
Jumlah (Liter) Total (Rp)
Penerimaan Liter
Minyak Atsiri 120.000 2.100 252.000.000
Sumber : Data Primer Diolah (2023)

4.5.2 Arus Kas Keluar (Outflow)

Outflow merupakan aliran kas yag dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow
berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun
atau usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri dari biaya investasi, biaya
tetap, dan biaya variabel.

4.5.2.1 Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung


untuk waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan
lebih dari satu tahun, batas waktu satu tahun ditetapkan atas dasar kebisaan
merencanakan dan merealisasikan anggaranuntuk jangka waktu satu tahun. Biaya
investasi dapat mempengaruhi tingkat pengembalian investasi. Oleh karena itu,
investor perlu mempertimbangkan biaya investasi sebelum memutuskan untuk
berinvestasi. Adapun biaya investasi pada usaha pengolahan minyak atsiri daun
Cengkeh ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6. Biaya Investasi


Barang Umur Harga Total Biaya
No Unit Satuan Nilai Sisa
Investasi Ekonomis Satuan Biaya Penyusutan
1 Bangunan 10 1 Unit 30,000,000 30,000,000 3,000,000 2,700,000
2 Ketel 5 1 Unit 8,000,000 8,000,000 - 1,600,000
3 Kondesor 5 1 Unit 5,023,000 5,023,000 1,004,600 803,680
4 Tungku 5 1 Unit 3,063,000 3,063,000 612,600 490,080
Penampungan
5 5 1 Unit 1,630,000 1,630,000 326,000 260,800
Minyak
6 Pompa Air 4 1 Unit 760,000 760,000 190,000 142,500
7 Timbangan 3 1 Unit 1,467,000 1,467,000 489,000 326,000
8 Drum Plastik 2 2 Unit 520,000 1,040,000 520,000 260,000
9 Corong Minyak 1 3 Unit 15,000 45,000 45,000 -
10 Sekop 2 2 Unit 68,000 136,000 68,000 34,000
11 Jerigen 3 25 Pcs 42,500 1,062,500 354,167 236,111
12 Kain Penyaring 3 3 Lembar 125,000 375,000 125,000 83,333
13 Pipa 5 20 Lente 36,400 728,000 145,600 116,480
14 Motor 5 1 Unit 7,900,000 7,900,000 1,580,000 1,264,000
TOTAL 31,229,500 5,459,967 5,616,984
Sumber : Data Primer Diolah (2023)
30

Berdasarkan data primer yang diperoleh dalam usaha pengolahan daun


Cengkeh menjadi minyak atsiri biaya investasi meliputi bangunan, katel,
kondesor, tungku, penampungan minyak, pompa air, timbangan, drum plastik,
corong minyak, sekop, jerigen, kain penyaring, pipa, dan motor. Total biaya
investasi yang dikeluarkan dalam usaha ini sebesar Rp 31.229.500, nilai sisa Rp
5.807.033, dan biaya penyusutan pertahunnya adalah Rp 5.578.949.

4.5.2.2 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam rentang
waktu tertentu, berapa pun besaran penjualan atau produksinya. Biaya tetap sering
disebut sebagai pengeluaran tambahan karena tidak terkait langsung dengan
produksi barang atau jasa. Soekartawi (1994), biaya tetap merupakan biaya-biaya
yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah apablia tingkat kegiatan produksi
berubah. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan
jumlah daun yang dimasak untuk dijadikan minyak atsiri, dengan kata lain biaya
ini harus dibayar tanpa melihat apakah produksi ini menghasilkan atau tidak.
Biaya tetap (fixed cost) adalah biayayang dikeluarkan secara tetap pada unit usaha
penyulingan minyak atsiri daun cengkeh dalam jangka waktu tertentu atau dalam
setiap produksi. Berikut biaya tetap yang dikaluarkan dalam usaha ini dapat
dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Biaya Tetap (Fixed Cost)


No Biaya Tetap Unit Interval Satuan Harga/Satuan 1 Bulan 1 Tahun
1 Biaya Air 1 12 Bulan 20,000 20,000 240,000
2 Biaya PBB 1 1 Tahun 78,000 78,000 78,000
3 Biaya Listrik 1 12 Bulan 35,000 35,000 420,000
4 Biaya Transportasi 1 48 Hari 50,000 50,000 2,400,000
5 Kwitansi 1 2 Buah 14,500 14,500 29,000
6 Alat Tulis 1 2 Set 10,000 10,000 20,000
TOTAL 207,500 3,187,000
Sumber : Data Primer Diolah (2023)

Berdasarkan data primer yang diperoleh biaya tetap pada usaha ini
meliputi Biaya air, biaya PBB, biaya listrik, biaya transportasi, kwitansi, dan alat
tulis. Total biaya tetap usaha ini selama 1 bulan adalah sebesar Rp 207.500
kemudian jika dikalkulasikan pertahun maka total biaya tetapnya adalah Rp
3.187.000.

4.5.2.3 Biaya Variabel (Variabel Cost)

Soekartawi (1994), Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang
secara langsung berkaitan dengan jenis tanaman yang diusahakan dan dengan
input variabel yang dipakai. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara
31

berangsur-angsur atau dapat berubah-ubah sewaktu-waktu sehingga tidak dapat


dipastikan dan sesuai dengan keadaan pada saat aktivitas usaha penyulingan
minyak atsiri daun cengkeh dalam proses produksi. Adapun biaya variabel dapat
dilihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Biaya Variabel


No Biaya Variabel Unit Interval Satuan Harga 1 Bulan 1 Tahun
1 Daun Cengkeh 500 4 Kg 3,500 7,000,000 84,000,000
2 Kayu Bakar 10 4 Ikat 17,000 850,000 10,200,000
3 Tenaga Kerja 3 48 Hari 80,000 11,520,000 138,240,000
4 Bensin 2 48 Liter 10,000 60,000 720,000
TOTAL 19,430,000 233,160,000
Sumber : Data Primer Diolah (2023)

Berdasarkan data primer yang diperole biaya variabel dalam usaha ini
terdiri dari daun cengkeh, kayu bakar, tenaga kerja, dan bensin. Total biaya
variabel tiap bulan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 19.430.000 jika
dikalkulasikan pertahun maka sebesar Rp 233.160.000.

4.5.3 Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh

Kelayakan suatu usaha dapat dinilai dengan kriteria investasi. Kriteria


investasi tersebut terdiri dari NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR, dan PP. Discount
factor juga digunakan untuk mencari nilai sekarang dan nilai yang akan datang.
Analisis tersebut bisa dilihat pada lampiran 2.

Tabel 9. Kriteria Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Minyak Atsiri


Daun Cengkeh
Kriteria Investasi Nilai Indikator Kelayakan Keterangan
NPV (Rp) Rp 12.953.547 >0 Layak
Gross B/C 1,01 >1 Layak
Net B/C 1,28 >1 Layak
IRR (Persen) 20,71 % > 12 % Layak
Payback Period (Tahun) 8,5 Tahun < 10 Layak
Sumber : Data Primer Diolah (2023)

Berdasarkan hasil perhitungan analisis kriteria kelayakan usaha


pengolahan minyak atsiri ini secara analisis finansial sangat layak di jalankan
karena hasil dari perhitungan tersebut NPV Rp 12.953.547 artinya layak karena
lebih dari 0, Gross B/C 1,01 artinya layak karena > 1, Net B/C 1,28 artinya layak
karena > 1, IRR 20,71 % artinya layak karena > 12 % tingkat suku bunga bank,
dan payback period 8,5 tahun artinya layak karena < 10 tahun.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, aspek non finansial pengolahan daun


cengkeh menjadi minyak atsiri memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,
jika di tinjau dari aspek non finansial tersebut, usaha pengolahan minyak atsiri
daun cengkeh memiliki prospek yang sangat bagus dan layak untuk dijalankan.
Usaha ini dapat memberikan manfaat bagi petani cengkeh, lingkungan, dan
masyarakat secara umum. Dari aspek finalsial dapat disimpulkan bahwa usaha
pengolahan minyak atsiri daun cengkeh secara finansial layak untuk dijalankan.
Hal ini dapat dibuktikan melalui nilai Net Present Value (NPV) yang positif,
tinggi Internal Rate of Return (IRR) yang melebihi 12%, dan Payback Period (PP)
yang relatif singkat, yaitu 8,5 tahun. Nilai NPV yang positif menunjukkan bahwa
usaha ini memiliki potensi untuk memberikan keuntungan di masa depan.
Tingginya nilai IRR menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi usaha
ini tinggi. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa kelayakan usaha ini juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti ketersediaan bahan baku, harga minyak
atsiri daun cengkeh, dan persaingan di pasar.

3.2 Saran

Berikut adalah saran penelitian tentang usaha pengolahan minyak atsiri


dari daun Cengkeh jika dilihat dari aspek non finansialnya dan finansial layak
dijalankan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menajdi rekomendasi untuk
meningkatkan efisiensi produksi, sehingga biaya produksi dapat dikurangi,
meningkatkan kualitas minyak atsiri daun cengkeh dengan kualitas yang tinggi
yang dapat menghasilkan harga jual yang lebih tinggi. Meningkatkan kemitraan
dengan petani cengkeh dapat membantu usaha pengolahan minyak atsiri daun
cengkeh untuk mendapatkan bahan baku dengan harga yang lebih murah.
Melakukan promosi dan pemasaran promosi dan pemasaran yang efektif dapat
membantu meningkatkan permintaan pasar dan pendapatan usaha.

32
DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2020). Data Luas Areal Perkebunan Cengkeh di Kabupaten Garut. Badan
Pusat Statistik/BPS-Statistic Indonesia.
Dinas Perkebunan Jawa Barat. (2020). Data Luas Areal dan Produksi Cengkeh di
Jawa Barat.
Direktorat Jendral Perkebunan. (2021a). Data Produksi Cengkeh Indonesia.
Direktorat Jendral Perkebunan. (2021b). Perkembangan Cengkeh Di Indonesia.
Food and Agricultural Organization (FAO). (2021). Data Produksi Cengkeh
Terbesar Dunia 2021.
Hastutiningrum. (2010). Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles Aconitus. 43, 15–18.
Hidayat, A. F., Baskara, Z. W., Werdiningsih, W., & Sulastri, Y. (2018). Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Agroindustri Abon Ikan di Tanjung Karang, Kota
Mataram. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 6(1), 69–75.
Hufschmidt. (2013). Studi Kelayakan Bisnis. Analisis Aspek Lingkungan Dalam
Aspek Non Finansial Studi Kelayakan Bisnis, 4, 3.
Kasmir, & Jakfar. (2012). Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media
Group.
Ketaren S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka.
Kuntowijoyo. (1994). Definis dan Jenis-Jenis Pasar.
Maryani, D. Y., Rochdiani, D., & Setia, B. (2020). Strategi Pengembangan Bisnis
Kedai Kopi“Ai Coffee” Di Desa Pakemitan Kecamatan Ciawi Kabupaten
Tasikmalaya. 739–748.
Nurmalina, R., Sarianti, T., & Karyadi, A. (2018). Studi Kelayakan Bisnis.
Institute Pertanian Bogor.
Nurmalina, R., Sariantii, T., & Karyadi, A. (2018). Studi Kelayakan Bisnis.
Nuryanti. (2015). Sejarah dan Manfaat Cengkeh. 45, 10–14.
Odelia, H., & Sulistyowati, L. (2020). Analisis Kelayakan Usahatani Paprika
Dengan Penggunaan Sistem Irigas Presisi (Studi Kasus di Paprici Segar
Barokah, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua). Jurnal Pemikiran
Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 6(1), 433–447.
Plantus. (2008). Tanaman Obat.
Ridwan, I. R. (2016). Dampak Industri Terhadap Lingkungan Dan Sosial. Jurnal
Geografi Gea, 7(2). https://doi.org/10.17509/gea.v7i2.1716
Ruslan, H. (1987). Perhitungan Rendemen. Penebar Swadaya.
Sri, N., & Danarti. (2003). Budi Daya dan Penaganan Pascapanen. Penebar
Swadaya.

33
Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Suharsimi, A. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta.
Supriatna, S., Manajemen, D., Ekonomi, F., & Manajemen, D. (2014). Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Kopi Luwak (Studi Kasus UMKM Careuh
Coffee Rancabali-Ciwidey Bandung) Mimin Aminah. Journal.Ipb.Ac.Id,
V(3), 227–243. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmo/article/view/12171
Suwartoe. (2014). Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya.
Thomas. (2007). Tanaman Obat Tradisional. Kanisius.
Widyaningtyas, D., Raharto, S., & Agustina, T. (2014). Analisis Efisiensi
Pemasaran Kopi Arabika di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi
Kabupaten Jember. Berkala Ilmiah Pertanian, x, 1–10.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/69101/DEWINA
WIDYANINGTYAS.pdf?sequence=1&isAllowed=y

34
35

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian


1. Identitas Responden
Nama :

:
Alamat

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan Utama :

Sampingan :

Kelompok Tani/Nama Usaha :

: Minggu/Bulan/Tahun
Pengalaman
Coret yang tidak perlu

2. Bagaimana sejarah perusahaan usaha pengolahan minyak atsiri daun Cengkeh


ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Bagaimana struktur organisasi perusahaan usaha pengolahan minyak atsiri
daun Cengkeh ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Dari mana bahan baku yang diperoleh dalam usaha pengolahan ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
36

5. Berapa kapasitas produksi dalam usaha pengolahan minyak atsiri daun


Cenghek ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
6. Berapa harga bahan baku yang di beli dalam usaha pengolahan ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
7. Berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan dari mana asal tenaga
kerjanya ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
8. Berapa upah tenaga kerja per hari ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
9. Apa saja kendala dalam melakukan proses peroduksi ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
10. Apa saja biaya operasional dalam usaha pengolahan minyak atsiri daun
Cengkeh ini ?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
37

Aspek Finansial
Tahun
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW
1

Total Inflow

OUTFLOW

I. BIAYA INVESTASI
1

10

11

12

13

14
38

Tahun
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Total Biaya Investasi

II. BIAYA TETAP

Total Biaya Tetap

III. BIAYA VARIABEL

Total Biaya Variabel

Total Outflow

NET BENEFIT

DISCOUNT FACTOR 12%

PV/TAHUN
1 NPV

4 IRR

PV POSITIF
39

Tahun
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PV NEGATIF

3 NET B/C

PV NET BENEFIT/TAHUN

PV BENEFIT/TAHUN

PV COST/TAHUN

JUMLAH PV BENEFIT

JUMLAH PV COST
2 GROSS B/C

5 PAY BACK PERIOD


40

Aspek Non Finansial


Petunjuk pengisian isilah titik-titik dengan jawaban yang sesuai !
1. Aspek Pasar
a. Dari mana saja permintaan minyak atsiri daun cengkeh yang sering Bapak/Ibu
supply dan kemana saja minyak atsiri daun cengkeh ini dipasarkan ?
Jawaban :...................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
....................................................................................................................
b. Apakah minyak atsiri daun cengkeh yang Bapak/Ibu tawarkan ke konsumen
sudah memenuhi standar harga yang dapat tepat dan mampu bersaing dengan
usaha pengolahan lainnya dan bagaimana standarnya menurut bapak ?
Jawaban :...................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
c. Bagaimana strategi penjualan minyak atsiri daun cengkeh yang akan
Bapak/Ibu terapkan ?
Jawaban :...................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
41

.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
d. Berapa harga minyak daun cengkeh dari awal pendirian usaha sampai dengan
sekarang ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
e. Dalam periode 1 tahun Bapak/Ibu mampu menjual berapa liter minyak atsiri
daun cengkeh yang di produksi sendiri ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
f. Apa kendala pemasaran yang di alami ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
42

2. Aspek Teknis
a. Apakah lokasi usaha yang Bapak/Ibu jalankan memiliki lokasi yang strategis
misalnya ketersediaan bahan baku, letak pasar, tenaga listrik dan air, tenaga
kerja, dan fasilitas transportasi ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
b. Berapa luas lokasi produksi yang Bapak/Ibu miliki sekarang ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
c. Apakah alat/teknologi produksi sudah tersertifikasi/terstandar atau belum ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
43

d. Bagaimana tahapan proses pengolahan/produksi minyak atsiri daun cengkeh


yang Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memenuhi GMP ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
e. Bagaimana tata letak tempat Produksi Bapak/Ibu dalam proses
pengolahan/produksi minyak atsiri daun cengkeh ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
f. Jenis Teknologi seperti apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam proses produksi
pengolaha daun cengkeh ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
44

3. Aspek Lingkungan
a. Apakah dampak positif terhadap lingkungan dari bisnis yang Bapak/Ibu
jalankan ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
b. Apakah dampak negatif terhadap lingkungan dari bisnis yang Bapak/Ibu
jalankan ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
c. Apakah limbah yang dihasilkan bagaimana cara pengolahannya ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
45

4. Aspek Finansial
a. Bagaimana Bapak/Ibu merencanakan sumber pendanaan untuk memulai atau
mengembangkan usaha?

Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

b. Dari mana saja Bapak/Ibu memperoleh modal usaha yang dijalankan ?


Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
c. Apahak Bapak/Ibu sudah melakukan pencatatan usaha ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
46

..................................................................................................................
..................................................................................................................
d. Apakah Bapak/Ibu memiliki rencana pengelolaan kas yang jelas untuk
menghadapi fluktuasi pendapatan dan biaya ?

Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
47

Lampiran 2. Cashflow Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh


Tahun
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

INFLOW

1 Minyak Atsiri 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000

2 Nilai Sisa

Total Inflow 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000

OUTFLOW

I. BIAYA INVESTASI
1 Bangunan 30,000,000

2 Ketel 8,000,000 8,000,000

3 Kondesor 5,023,000 5,023,000

4 Tungku 3,063,000 3,063,000

5 Penampungan Minyak 1,630,000 1,630,000

6 Pompa Air 760,000 760,000 760,000

7 Timbangan 1,467,000 1,467,000 1,467,000 1,467,000

8 Drum Plastik 1,040,000 1,040,000 1,040,000 1,040,000 1,040,000

9 Corong Minyak 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000

10 Sekop 136,000 136,000 136,000 136,000 136,000

11 Jerigen 1,062,000 1,062,000 1,062,000 1,062,000

12 Kain Penyaring 375,000 375,000 375,000 375,000

13 Pipa 728,000 728,000

14 Motor 7,900,000 7,900,000


48

Total Biaya Investasi 61,229,000 45,000 1,221,000 2,949,000 1,981,000 26,389,000 4,125,000 45,000 1,981,000 2,949,000

II. BIAYA TETAP


1 Biaya Air 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000 240,000

2 Biaya PBB 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000

3 Biaya Listrik 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000

4 Biaya Transportasi 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000

5 Kwitansi 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000

6 Alat Tulis 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000

Total Biaya Tetap 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000

III. BIAYA VARIABEL


1 Daun Cengkeh 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000 84,000,000

2 Kayu Bakar 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000

3 Tenaga Kerja 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000

4 Bensin 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000

Total Biaya Variabel 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000

Total Outflow 297,576,000 236,392,000 237,568,000 239,296,000 238,328,000 262,736,000 240,472,000 236,392,000 238,328,000 239,296,000

NET BENEFIT (45,576,000) 15,608,000 14,432,000 12,704,000 13,672,000 (10,736,000) 11,528,000 15,608,000 13,672,000 12,704,000
DISCOUNT FACTOR
0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 0.40 0.36 0.32
12%
PV/TAHUN (40,692,857) 12,442,602 10,272,413 8,073,622 7,757,860 (5,439,192) 5,214,682 6,303,809 4,930,260 4,090,348

1 NPV 12,953,547
4 IRR 20.71%

PV POSITIF 59,085,596

PV NEGATIF (46,132,049)
49

3 NET B/C 1.28


PV NET
(40,692,857) 12,442,602 10,272,413 8,073,622 7,757,860 (5,439,192) 5,214,682 6,303,809 4,930,260 4,090,348
BENEFIT/TAHUN
PV BENEFIT/TAHUN 225,000,000 200,892,857 179,368,622 160,150,556 142,991,568 127,671,043 113,992,002 101,778,573 90,873,726 81,137,256

PV COST/TAHUN 265,692,857 188,450,255 169,096,210 152,076,934 135,233,708 133,110,234 108,777,321 95,474,764 85,943,466 77,046,908
JUMLAH PV
1,423,856,203
BENEFIT
JUMLAH PV COST 1,410,902,656
2 GROSS B/C 1.01
8 Tahun 5
5 PAY BACK PERIOD 8.5 Bulan
50

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Dokumentasi Penelitian Lapangan

Gambar 6. Penelitian Lapangan Peninjauan Proses Produksi


51

Gambar 8. Penelitian Lapangan Bahan Baku Produksi

Gambar 7. Penelitian Lapangan Proses Produksi


52

RIWAYAT HIDUP

Rifki Romdoni dilahirkan di Kabupaten Garut Jawa Barat


pada tanggal 23 Desember 1999. Penulis merupakan anak
ke 4 dari Bapak Ajid Sajidin dan Ibu Enung Nurhayati.
Penulis dibesarkan dikeluarga petani. Penulis
menyelesaikan pendidikan di MI At-Taufik pada tahun
2012 dan lulus pada tahun 2015. Kemudian pada tahun
2015 penulis melanjutkan pendidikan di IT Sirnasari yang
berada di Kampung Citerep Desa Sirnabakti Kecamatan
Pameungpeuk Kabupaten Garut dan lulus pada tahun
2018. Penulis diterima menjadi mahasiswa pada program
studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Garut.
Selama mengikuti perkuliahan di Universitas Garut penulis aktif dalam UKM
Voli Fakultas Pertanian. Kemudian ada beberapa kewajiban matakuliah untuk
mahasiswa berwirausaha penulis menjalankan matakuliah tersebut dengan baik
bahkan mendapat keuntungan yang lebih besar pada saat kuliah dan
menyelessaikan mata kuliah tersebut dan penulis juga sering mengikuti webinar
online yang sering dilaksanakan di kampus dimasa pandemi Covid 19.

Anda mungkin juga menyukai