SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Garut
Oleh :
RIFKI ROMDONI
24037119030
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2023
SURAT PERNYATAAN
Rifki Romdoni
i
LEMBAR PENGESAHAN
Komisi Pembimbing
Dr. Tintin Febrianti, S.P., M.P Dr. Asep Permadi Gumelar, S.Pt., M.P
NIDN. 0416128901 NIDN. 0404127501
Mengetahui
Muhamad Nu’man Adinasa, S.P., M.EP Dr. Tintin Febrianti, S.P., M.P
NIDN. 0402038902 NIDN. 0416128901
ii
KATA PENGANTAR
iii
ABSTRAK
Minyak atsiri daun cengkeh merupakan salah satu komoditas agroindustri yang
memiliki potensi pasar yang besar. Daun cengkeh yang selama ini dianggap
sebagai limbah pertanian, dapat diolah menjadi minyak atsiri yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha
olahan minyak daun cengkeh di industri rumah tangga di Desa Karangsari
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut dilihat dari aspek finansial dan non finansial.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur dan
wawancara dengan pelaku usaha pengolahan minyak atsiri daun cengkeh dengan
metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha pengolahan minyak
atsiri daun cengkeh memiliki potensi untuk dikembangkan, dari aspek non
finansial usaha pengolahan minyak atsiri ini memiliki nilai yang positif ditinjau
dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial,
budaya, dan ekonomi, dan aspek lingkungan menunjukan hasil yang layak untuk
dijalankan. Aspek finansial yang di tinjau dari kriteria investasi dengan indikator
Gross B/C 1,01, Net B/C 1,28, NPV Rp 12.953.547, IRR 20,71 %, dan Payback
Periode 7,5 tahun, hasil perhitungan ini dinilai layak secara indikator kelayakan
karena Gross B/C > 1, Net B/C >1, NPV >0, IRR >12 %, dan Payback Periode
<10 tahun.
Kata Kunci : Daun Cengkeh, Minyak Atsiri Daun Cengkeh, Kelayakan Usaha
iv
ABSTRACT
Rifki Romdoni. 2023. Feasibility of Clove Leaf Essential Oil Processing Business
in Karangsari Village, Cikelet District, Garut Regency. Supervised by Dr. Tintin
Febrianti, S.P., M.P, as Head of the Supervisory Commission and Dr. Asep
Permadi Gumelar, S.Pt., M.P, as Member of the Supervisory Commission.
Clove leaf essential oil is an agro-industrial commodity that has great market
potential. Clove leaves, which have been considered as agricultural waste, can be
processed into essential oil which has high economic value. This study aims to
analyze the feasibility of clove leaf oil processing business in the home industry in
Karangsari Village, Cikelet Subdistrict, Garut Regency from financial and non-
financial aspects. The data used in this study were obtained through literature
studies and interviews with clove leaf essential oil processing business actors
using the survey method. The results showed that the clove leaf essential oil
processing business has the potential to be developed, from the non-financial
aspects of this essential oil processing business has a positive value in terms of
market aspects, technical aspects, management and legal aspects, social, cultural,
and economic aspects, and environmental aspects show results that are feasible to
run. Then seen from the financial aspects analyzed from investment criteria with
indicators of Gross B / C 1.01, Net B / C 1.28, NPV Rp 12,953,547, IRR 20.71%,
and Payback Period 7.5 years, the results of this calculation are considered
feasible in terms of feasibility indicators because Gross B / C> 1, Net B / C> 1,
NPV> 0, IRR> 12%, and Payback Period < 10 years.
v
DAFTAR ISI
vi
4.4.1 Aspek Pasar ............................................................................. 22
4.4.2 Aspek Teknis ........................................................................... 23
4.4.2.1 Lokasi Lahan Produksi ............................................................ 23
4.4.2.2 Proses Produksi ....................................................................... 24
4.4.3 Aspek Lingkungan .................................................................. 27
4.5 Aspek Finansial ................................................................................... 28
4.5.1 Arus Kas Masuk (Inflow) ........................................................ 28
4.5.2 Arus Kas Keluar (Outflow) ..................................................... 29
4.5.3 Kriteria Investasi Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun
Cengkeh............................................................................................... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 32
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 32
3.2 Saran.................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 52
vii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Data Produksi dan Luas Areal Tanaman Cengkeh di Jawa Barat Tahun 2020 1
2. Data Produksi Cengkeh Kabupaten Garut Tahun 2020 .................................... 2
3. Sifat Senyawa Eugenol Minyak Atsiri Daun Cengkeh ..................................... 6
4. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 11
5. Penerimaan Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh ....................... 29
6. Biaya Investasi ................................................................................................ 29
7. Biaya Tetap (Fixed Cost) ................................................................................ 30
8. Biaya Variabel................................................................................................. 31
9. Kriteria Kelayakan Investasi Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh
......................................................................................................................... 31
viii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 14
2. Lokasi Produksi ............................................................................................... 23
3. Alur Proses Produksi Minyak Atsiri Daun Cengkeh ...................................... 24
4. Ketel Penyulingan ........................................................................................... 26
5. Dokumentasi Penelitian Lapangan .................................................................. 50
6. Penelitian Lapangan Peninjauan Proses Produksi........................................... 50
7. Penelitian Lapangan Proses Produksi ............................................................. 51
8. Penelitian Lapangan Bahan Baku Produksi .................................................... 51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Kuesioner Penelitian ......................................................................................... 35
2. Cashflow Usaha Pengolahan Minyak Atsiri Daun Cengkeh ............................ 47
3. Dokumentasi Penelitian .................................................................................... 50
x
BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1. Data Produksi dan Luas Areal Tanaman Cengkeh di Jawa Barat
Tahun 2020
Perkebunan Besar
Perkebunan Rakyat
Swasta
No Kabupaten
Luas Areal Produksi Luas Areal Produksi
(Hektar) (Ton) (Hektar) (Ton)
1 Sukabumi 6,663.00 1,644.00 1,038.00 105.00
2 Garut 3,434.00 803.00 - -
3 Sumedang 2,877.00 770.00 - -
4 Tasikmalaya 2,834.00 808.00 42.00 7.00
5 Kuningan 2,775.00 250.00 34.00 -
Sumber : (Dinas Perkebunan Jawa Barat, 2020)
Berdasarkan Tabel 2 data luas area dan produksi cengkeh di Jawa Barat
menunjukkan bahwa Kabupaten Garut menduduki peringkat kedua setelah
Sukabumi, dengan luas areal tanaman cengkeh mencapai 3.434 hektar dan
produksi sebesar 803 ton per tahun. Produksi cengkeh di Kabupaten Garut
menempati urutan ke 2 diikuti oleh tiga kabupaten lainnya, yakni Sumedang,
Tasikmalaya, dan Kuningan. Adapun data produksi cengkeh di Kabupaten Garut
dapat dilihap pada Tabel 3.
1
2
demikian minyak daun cengkeh tersebut belum diolah secara maksimal oleh para
pelaku usaha penyulingan di wilayah Kabupaten Garut karena memerlukan
biaya investasi tinggi, sehingga permintaan minyak atsiri daun cengkeh
menjadi tinggi. Desa Karangsari merupakan satu satunya desa yang melakukan
pengolahan minyak atsiri daun cengkeh belum dapat memenuhi permintaan pasar
minyak atsiri daun cengkeh, dikarenakan jumlah produksi cenderung tidak stabil
setiap bulannya, terutama pada bulan penghujan produksi minyak atsiri daun
cengkeh selalu rendah sehingga alur pemasukan keungan fluktuatif.
Masyarakat Desa Karangsari memanfaatkan buah cengkeh yang harganya
tinggi untuk dijual ke pengepul. Sementara itu, daun cengkeh dijual ke tempat
penyulingan untuk diolah menjadi minyak daun cengkeh atau minyak atsiri.
Karena buah cengkeh hanya panen satu tahun sekali, sebagian masyarakat juga
memanfaatkan daun cengkeh yang melimpah setiap hari. Meskipun ketersediaan
daun cengkeh melimpah, tempat penyulingan daun cengkeh di Kecamatan Cikelet
masih sedikit, yaitu hanya 3 tempat. Padahal, harga minyak cengkeh cukup mahal.
Tingginya biaya investasi alat pengolahan ditambah biaya produksi menjadi
alasan kurangnya perhatian masyarakat terhadap penyulingan cengkeh ini. Daun
cengkeh memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga daun cengkeh memberikan
keuntungan bagi para petani. Biasanya, dalam seminggu produksi minyak
cengkeh dilaksanakan 3 kali dikarenakan pengumpulan daun cengkeh terbatas
tidak tiap hari dikumpulkan. Di Kecamatan Cikelet daun cengkeh sangat
melimpah, sehingga dapat diolah menjadi minyak atsiri yang memiliki nilai jual
yang sangat tinggi. Daun cengkeh di Desa Karangsari yang dulunya tidak
memiliki nilai jual dengan adanya penyulingan daun cengkeh dapat memiliki nilai
jual, sehingga para petani yang dulunya mengabaikan daun cengkeh karena tidak
mempunyai nilai jual dengan adanya penyulingan daun cengkeh menjadi berharga
dan ada nilai jualnya. Meskipun demikian didalamnya masih terdapat kekurangan,
yaitu belum tersedia informasi mengenai kelayakan usahanya.
Berdasarkan pemaparan identifikasi masalah diatas, maka dapat
disimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan usaha olahan minyak daun cengkeh di Desa Karangsari
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut dilihat dari aspek finansial dan non
finansial ?
1. Bagi penulis diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
ajaran untuk menambah wawasan tentang bagaimana kelayakan usaha pada
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Selain itu, kandungan lainnya melibatkan zat mangan, asam lemak omega
3, magnesium, serat, zat besi, potasium, dan kalsium. Vitamin-vitamin yang
diperlukan oleh tubuh, terutama vitamin C dan vitamin K, juga terkandung dalam
minyak cengkeh. Minyak daun cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri
yang banyak dihasilkan di Indonesia melalui proses penyulingan air dan uap.
Minyak ini berbentuk cairan bening hingga kekuning-kuningan, memiliki rasa
pedas, keras, dan aroma cengkeh. Perubahan warna menjadi coklat atau ungu
dapat terjadi akibat kontak dengan besi atau karena proses penyimpanan.
(Hastutiningrum, 2010).
Minyak atsiri dari daun cengkeh, seperti Eugenol (C10H12O2),
merupakan suatu derivatif guaiakol yang mengalami penambahan rantai alil dan
dikenal sebagai IUPAC 2-metoksi 4 (2-propenil) fenol. Eugenol termasuk dalam
keluarga alilbenzena yang merupakan sekelompok senyawa fenol. Dengan berat
molekul sebesar 164,20 dan titik didih pada kisaran 250-255°C, minyak ini
memiliki tampilan yang jernih hingga kuning pucat dan kekentalan serupa
minyak. Meskipun Eugenol kurang larut dalam air, namun mudah larut dalam
pelarut organik seperti alkohol, eter, dan kloroform. Eugenol memberikan aroma
dan aroma yang khas pada minyak cengkeh, memberikan aroma yang tajam dan
memiliki rasa pedas. (Plantus, 2008). Sifat-sifat senyawa eugenol yang terdapat
pada minyak atsiri daun cengkeh menurut referensi dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat Senyawa Eugenol Minyak Atsiri Daun Cengkeh
No Spesifikasi Nilai
1 Warna Tidak berwarna-Kuning
2 Berat jenis 0,980 (gr/ml)
3 Indeks bias 1,527-1,535
4 Putaran opic 0-10
5 Eugenol total 80-95 persen
6 Kelarutan dalam etanol 90 persen
Sumber : (Ketaren S, 1985)
Penggunaan minyak dari daun cengkeh juga melibatkan industri parfum dengan
standar mutu yang lebih tinggi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengekstrak minyak atsiri, termasuk minyak dari daun cengkeh. Sehubungan
dengan cara ekstraksi minyak atsiri menurut (Ruslan, 1987) menyatakan
Pengambilan (ekstraksi) minyak atsiri dari tumbuh-tumbuhan dilakukan dengan
tiga cara yaitu :
a. Penyulingan menggunakan uap air (Steam distillation)
b. Ekstraksi menggunakan pelarut (SolventExtraction)
c. Pengempaan (Expression).
Dari tiga metode tersebut, penyulingan menggunakan uap air dan ekstraksi
menggunakan pelarut adalah dua teknik yang paling penting. Penyulingan dengan
uap air adalah metode ekstraksi minyak tertua dan tetap menjadi yang paling
umum digunakan. Meskipun demikian, metode ini hanya cocok untuk minyak
dari tanaman yang tidak mengalami kerusakan kualitasnya ketika terpapar panas
uap air, seperti minyak mawar, kenanga, selasih, cempaka, nilam, jahe, dan
cengkeh. Secara umum, pelaku usaha lebih cenderung menggunakan teknik
penyulingan tidak langsung (Indirect Distillation) untuk mendapatkan minyak
dari daun cengkeh. Dalam metode ini, bahan tumbuhan Ditempatkan di lokasi
terpisah yang menerima aliran uap udara, atau secara sederhana, bahan tumbuhan
diletakkan di atas udara yang sedang mendidih. Pendekatan ini dianggap lebih
menguntungkan karena dapat menghasilkan lebih banyak minyak dengan kualitas
yang lebih baik. Berbeda dengan teknik penyulingan langsung (Direct
Distillation) yang dapat menyebabkan oksidasi (pengasaman) dan hidrolisis ester
(persenyawaan zat ester dengan udara), serta menghasilkan produk sampingan
yang tidak diinginkan.
Aspek pasar merupakan bagian dari aspek non finansial yang paling utama
dikaji karena ada tidaknya pasar merupakan faktor utama dalam menentukan
usaha. Peluang pasar merupakan salah satu tolak ukur layaknya usaha yang akan
dijalankan. Pada komoditas Kopi Arabika, apabila saluran pemasaran kurang
efisien maka posisi tawar (bargaining position) petani Kopi Arabika akan lemah.
Hasil ini ditunjukan melalui penelitian Widyaningtyas, Raharto, dan Agustina
(2014) tentang Analisis Efisiensi Pemasaran Kopi Arabika di Desa Karangpring
Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember hasil penelitian ini menunjukan 5
saluran pemasaran Kopi Arabika yang terlibat tanpa menerapkan fungsi-fungsi
pemasaran.
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan untuk memastikan
gagasan atau ide yang sudah dipilih berkaitan dengan pembangunan bisnis dan
pengoperasiannya. Aspek ini mempelajari tentang lokasi, luas produksi, proses
produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment. Menurut
penelitian Supriatna et al (2014) tentang Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Kopi Luwak di UMKM Careuh Kopi Rancabali Ciwidey Bandung dalam
penelitian ini menjelaskan tentang aspek teknis merupakan aspek yang penting
untuk membangun sebuah lokasi bisnis yang strategis.
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan dan pengoperasian usaha atau bisnis, adapun tujuan dari aspek
manajemen ini yakni mengetahui implementasi kegiatan bisnis bisa direncanakan
dan dilaksanakan untuk membangun kerja sama tim dalam fungsi manajemen.
Menurut penelitian Maryani et al (2020) tentang Strategi Perkembangan Bisnis
Kedai Kopi Ai Coffee Di Desa Pakemitan Kecamatan Ciawi Kabupaten
10
Tasikmalaya dalam penelitian ini aspek manajemen dan hukum sangat penting
bagi kelangsungan usaha manajemen usaha yang baik akan membangun usaha
semakin maju, selain itu, aspek hukum legalitas usaha juga sangat penting untuk
kegiatan usaha yang dijalankan.
Aspek sosial, ekonomi, dan budaya ini dinilai dari seberapa besar
pengaruh bisnis pada keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang
berada sekitar lingkungan bisnis tersebut. Menurut penelitian Odelia dan
Sulistyowati (2020) tentang Analisis Kelayakan Usahatani Paprika dengan
Penggunaan Sistem Irigas Presisi menunjukan aspek sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat sekitar lokasi usaha terbantu dengan adanya lapangan kerja baru yang
dapat mengurangi pengangguran.
Aspek ini mempelajari tentang bagaimana dampak dari adanya bisnis
tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis tersebut menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin buruk Hufschmidt (2013). Menurut
penelitian Ridwan (2016) tentang Dampak Industri Terhadap Lingkungan dan
Sosial menjelaskan bisnis yang baik dilaksanakan merupakan bisnis yang bisa
memanfaatkan limbah dari hasil bisnis tersebut.
Aspek finansial yang dikaji selalu diperhitungkan biaya dan modal yang
diperlukan untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis, dana tersebut terdiri dari
jumlah tanah, gedung, mesin, kendaraan, dan aktiva tidak berwujud. Menurut
penelitian Hidayat et al. (2018) tentang Analisis Kelayakan Finansial Agroindustri
Abon Ikan di Tanjung Karang Kota Mataram menjelaskan tentang aspek finansial
sangat berpengaruh terhadap kegiatan bisnis, analisis kelayakan usaha dalam
penelitian ini dinyatakan layak karena memenuhi kriteria kelyakan.
memberikan manfaat minimal yang setara dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Sebaliknya, jika suatu usaha menghasilkan NPV negatif atau kurang dari nol
makan usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Nurmalina et al 2019).
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan atau rasio antara
manfaat bersih positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata
lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap
satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Net B/C telah memperhitungkan aliran
kas selama umur proyek investasi. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat
dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila
Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al 2019).
Gross B/C merupakan selisih antara jumlah present value benefit dan
present value cost. Dengan adanya kriteria ini akan lebih menggambarkan
pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima.
Kriteria ini memberikan pedoman bahwa usaha dapat dinyatakan layak jika
memperoleh Gros B/C>1 dan bisnis dinyatakan tidak layak untuk dijalankan bila
nilai Gross B/C<1 (Nurmalina et al 2019).
Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria investasi yang
menunjukkan seberapa besar pengembalian suatu usaha terhadap investasi yang
ditanamkan. Suatu usaha akan layak untuk dilaksanakan jika IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang digunakan, namun usaha tersebut akan berubah tidak
layak jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang digunakan (Nurmalina et
al 2019).
Analisis payback periode adalah metode sederhana dalam analisis
investasi yang digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai pengembalian modal atau investasi awal yang dikeluarkan.
Dengan kata lain, payback periode adalah lamanya waktu investasi mencapai titik
impas (Nurmalina et al 2019).
Nama
No Judul Variabel Hasil
Tahun
Perusahaan Pemasaran pengusaha local.
Penghasil Produk 3. Aspek 2. Aspek
Minuman Di Manajemen dan pemasaran, perusahaan
Makassar (Studi Operasional berhasil mengusai pasar
Aspek Pemasaran dengan mengelola dengan
Dan Manajemen baik target – target pasar
Operasional Pada yang
PT COCA – COLA akan dituju.
AMATIL
(INDONESIA)
Analisis Studi 1. Studi 1. Dari Aspek Pasar dan
Kelayakan Bisnis Kelayakan Bisnis Pemasaran usaha
Ikan Mas Dengan 2. Aspek budidaya ini layak untuk
Sistem Kolam Ikan Pasar dan di lanjutkan karena
Ditinjau Dari Pemasaran permintaan pasar
Aspek Pasar Dan mengalami peningkatan
3. Aspek permintaan akan pasar.
2 Nasrul, 2016 Pemasaran, Manajemen dan
Manajemen dan Keuangan
2. Dari Aspek Manajemen
keuangan DI usaha budidaya ini layak
Kecamatan XIII untuk diteruskan
disebabkan usaha ini
Koto Kampar
mudah dijalankan oleh
Kabupaten Kampar anggota
keluarga.
Analisis Studi 1. Studi 1. Yang
Kelayakan Bisnis Kelayakan Bisnis mempengaruhi kelayakan
Ayam Petelur di 2. Aspek bisnis adalah aspek pasar
Tinjau Dari Aspek Pasar dan dimana permintaan akan
Pasar dan Pemasara telur sangat bersifat
Helmi Febri, Pemasaran, 3. Aspek musiman.
3
2010 Manajemen dan Manajemen dan 2. Dari Aspek Manajemen
Finansial Pada Finansial UD. Gunung Bungsu
Usaha Dagang dikelola oleh seorang
Gunung Bungsu pimpilan dan merangkap
Pekanbaru jabatan sebagai
Manajer.
Studi Kelayakan 1.Studi kelayakn NPV sebesar
Bisnis bisnis Rp.131.346.268, IRR
Ahmad Afif
4 Pengembangan 2Aspek Pasar dan sebesar 29,9 persen dan PI
(2019)
Toko Indonesia di Pemasara sebesar 1,525 selama 6
Kota Bogor bulan.
Analisis Kelayakan 1.Studi kelayakn hasil penelitian tersebut
Usaha Restoran bisnis menghasilkan nila NPV
Ibrahim Sop Addict Rp.1.046.669.632. Net B/C
5
(2017) Cibubur sebesar 11,95, IRR sebesar
247 persen, dan Payback
period Selama 6 bulan 17
13
Nama
No Judul Variabel Hasil
Tahun
hari.
Analisis Studi Studi Kelayakan Kelompok Afinitas Tunas
Muhamad Kelayakan Bisnis usaha Harapan Baru ditinjau dari
Rifa’i, Totok Pada Kelompok aspek keuangan yaitu
Sasongko, Usaha Afinitas payback period, net present
6 Poppy Tunas Harapan value, internal rate of return
Indrihastut, Baru Kota Batu dan profitabilitas indeks
Feronnika dinyatakan layak untuk di
(2019) operasikan dan
dikembangkan.
Usaha Tani Kopi Kelayakan usaha pengembangan usahatani
Widya Robusta Di dan dan agroindustri kopi
Ariyanti, Any Kabupaten pengembangan robusta di Kabupaten
7 Tanggamus Kajian usaha Tanggamus adalah
Suryantini,
Strategi meminimalisir kelemahan
dan Jamhari
Pengembangan untuk memanfaatkan atau
(2018) Agrobisnis meraih peluang yang ada
Studi Kelayakan Kelayakan usaha usahatani kopi di OKUS
Usahatani Kopi dapat dikatakan layak
Dana Dan Karakteristik terutama pada aspek hukum,
8 Megayani Rumah Tangga sosial
Usahatani Kopi Di ekonomi dan finansial.
(2019)
Kabupaten Ogan
Komering Ulu
Selatan
Nabila Analisis Kelayakan Kelayakan Usaha kelayakan bisnis kedai kopi
Ananda Bisnis Kedai Kopi pada Agrowisata N8
Putri1 , Zumi (Studi Kasus Pada Malabar dapat disimpulkan
Saidah1, Agrowisata N8 Analisa dari aspek non-
9 Dika Malabar, finansial, kedai kopi
Supyandi 1, Pangalengan, Agrowisata N8 dapat
dikatakan layak untuk
Lucyana Kabupaten
dijalankan.
Trimo1 Bandung)
(2019)
Analisis Kelayakan Kelayakan Usaha Usahatani kopi rakyat di
Pada Usahatani Kabupaten
Kopi Rakyat Di Jember layak secara
Kabupaten Jember finansial. Aspek teknis
Apriyanto terkait penentuan lokasi,
Dwi luasan produksi,
Laksono, penggunaan teknologi dan
10 Joni Murti layout produksi serta
Mulyo Aji*, kegiatn on-farm kegiatan
Julian Adam usahatani kopi rakyat di
Ridjal (2018) Kabupaten Jember dalam
prakteknya rata-rata sudah
memenuhi standar minimal
dari kegiatan usahatani kopi
rakyat.
14
Evaluasi
Tipe data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh secara langsung dari responden melalui observasi dan
wawancara mendalam yang membahas gambaran umum usaha, proses
pengolahan, investasi, biaya operasional, dan harga jual minyak atsiri daun
cengkeh. Sementara itu, data sekunder diperoleh melalui tinjauan literatur,
instansi terkait, dan sumber-sumber lainnya.
15
16
Adapun sampel yang digunakan yaitu Informan, dalam penelitian ini yaitu
satu orang yang memiliki usaha penyulingan minyak daun cengkeh di Desa
Karangsari Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.
Analisis studi kelayakan suatu usaha ditetukan layak atau tidaknya dapat
dilihat dari berbagai aspek, aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non
finansial terdir dari Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi, dan budya, dan aspek lingkungan. Aspek finansial dapat
dihitung mengguankan Cashflow (Nurmalina et al, 2018).
1. Aspek Pasar
Nurmalina et al (2018) aspek pasar merupakan salah satu aspek non
finansial yang menempati urutan pertama dalam analisis biaya dan manfaat.
Adapun definsi pasar menurut Kuntowijoyo (1994) adalah sebagai mekanisme
yang dapat menata kepentingan pihak pembeli terhadap kepentingan pihak
penjual.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berhubungan dengan proses
pembangunan usaha secara teknis dan organisasinya dibangun setelah
pembangunan sesesai dibangun.
3. Aspek Lingkungan
17
1. Cash Flow
Cash flow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan
tahap-tahap kegiatan bisnis unsur-unsur tersebut terdiri dari : (1) Inflow (arus
penerimaan), (2) Outflow (arus pengeluaran), (3) NPV, (4) Gross B/C, (5) Net
B/C, (6) IRR, (7) Payback Period.
Keterangan :
NPV : Net Present Value (Rp)
Bt : Benefit pada tahun t
Ct : Biaya pada tahun t
t : Tahun Kegiatan Bisnis ( t = 0, 1, 2, 3, ……., n ), tahun awal bisa
tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya
i : Tingkat DR ( persen)
Kriteria penilaian NPV :
a. NPV > 0 ( Layak)
b. NPV < 0 (Tidak Layak)
𝑛
∑𝑡=0/1 𝐵𝑡
(1 + i)𝑡
Gross B/C = 𝑛 𝐶𝑡
∑𝑡=0/1
(1 + i)𝑡
Keterangan :
Gross B/C : Gross benefit cost ratio
Bt : Benefit pada tahun t
Ct : Biaya pada tahun t
n : Umur bisnis
i : Discount rate ( persen)
Kriteria penilaian :
a. Bila nilai Gross B/C > 1 (Layak)
b. Bila nilai Gross B/C < 1 (Tidak Layak)
c. Bila nilai Gross B/C = 1 (Impas)
𝑛
∑𝑡=0/1 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
(1 + i)𝑡
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶 =
𝐵𝑡 − 𝐶𝑡
∑𝑛𝑡=0/1
(1 + i)𝑡
Keterangan :
Net B/C : Net Benefit Cost Ratio
Bt : Benefit pada tahun ke t
Ct : Biaya pada tahun ke t
i : Discount rate
t : Tahun
Kriteria Net B/C Ratio yaitu :
a. Jika Net B/C > 1 (Layak)
b. Jika Net B/C < 1 (Tidak Layak)
c. Jika Net B/C = 1 (Impas)
tersebut dijalankan dengan meminjam dana dari bank pada nilai sekarang.
Sebaliknya, jika IRR yang diusulkan lebih rendah daripada tingkat bunga yang
berlaku saat proyek dijalankan, maka investasi tersebut dianggap tidak layak..
Adapun rumus untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑥 (i2 − i1)
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2
Keterangan :
i1 : Nilai Discount Rate yang memperoleh NPV positif
i2 : Nilai Discount Rate yang memperoleh NPV negatif
Kriteria penilaian :
a. IRR < (Tidak Layak)
b. IRR > (Layak)
20
21
Aspek non finansial adalah aspek yang tidak berkaitan dengan kondisi
keuangan suatu usaha, baik dari investasi awal usaha dan keuntungan yang
diperoleh dari hasil penjualan. Aspek non finansial bersifat kualitatif dan
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelayakan
usaha, seperti aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial, ekonomi dan
budaya, dan lingkungan. Aspek non finansial juga penting untuk dipertimbangkan
dalam studi kelayakan usaha, karena dapat mempengaruhi keberhasilan usaha
secara keseluruhan.
Minyak atsiri dari daun cengkeh mendominasi pasar dengan cakupan yang
luas karena lingkup minyak atsiri tersebut diterapkan dalam beragam sektor.
Digunakan sebagai unsur dalam pembuatan parfum, memberikan cita rasa pada
makanan sebagai rempah-rempah, terlibat dalam formulasi obat gigi, dan menjadi
bagian integral dari obat-obatan dengan sifat antibakteri. Harganya pun bersaing,
berkisar antara Rp 120.000 hingga Rp 200.000 per kilogram. Minyak atsiri daun
cengkeh ini tiap bulan berproduksi selama 1 bulan dapat melakukan produksi 4-5
kali tergantung bahan baku yang tersedia, tiap 1 kali produksi dapat menghasilkan
minyak atsiri daun cengkeh sebesar 43,75 liter, jika dikalkukasikan setiap
bulannya mampu memproduksi sekitar 175 liter/bulan, kemudian setiaptahunnya
mampu memproduksi 2.100 liter/tahun.
Permintaan minyak atsiri hasil penyulingan daun cengkeh selalu ada
penjualan yang dilakukan oleh Bapak Dikdik ini biasanya dijual kepada
distributor Bintang Nusantara. Bapak Dikdik telah menjalin kerja sama dengan
Bintang Nusantara selama hampir 5 tahun, bukan hanya sebagai pembeli, tetapi
juga sebagai pemberi modal selama usaha ini beroperasi hingga sekarang. Dalam
lingkup domestik, produsen menjual produk mereka kepada pedagang pengumpul
atau agen eksportir, sebelum akhirnya mencapai eksportir. Sebagian besar
perdagangan minyak daun cengkeh berfokus pada ekspor. Untuk meningkatkan
pemasaran dan mendapatkan harga yang lebih tinggi, saran dari penelitian ini
23
adalah untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan besar dan memanfaatkan
pemasaran online guna memperluas jangkauan penjualan serta meningkatkan
pendapatan.
Pengemasan dan
Pemasaran
Penyimpanan
Gambar 3. Alur Proses Produksi Minyak Atsiri Daun Cengkeh
dalam wadah udara dan minyak. Dengan demikian, udara dan minyak secara
alami terpisah. Pemisahan ini terjadi karena adanya perbedaan berat jenis,
memudahkan pengambilan minyak yang berada di bagian bawah karena berat
jenis minyak cengkeh lebih besar daripada udara. 4) Proses penyulingan dianggap
selesai jika destilat atau hasil penyulingan yang dikumpulkan tidak lagi
mengandung minyak. Waktu penyulingan minyak daun cengkeh biasanya berkisar
antara 6-8 jam. Dari bahan baku 500 kg daun cengkeh menghasilkan 43,75 liter
minyak daun atsiri. Langkah-langkah penyulingan minyak atsiri daun cengkeh
adalah sebagai berikut.
1. Siapkan bahan baku daun cengkeh yang sudah gugur, kering, masih utuh, dan
bersih. Daun cengkeh yang digunakan harus sudah kering dan bersih agar
minyak yang dihasilkan tidak terkontaminasi. Daun cengkeh yang masih
basah dapat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan atau dijemur.
2. Siapkan ketel suling dan buang sisa air bekas penyulingan. Ketel suling harus
dibersihkan dari sisa air bekas penyulingan agar tidak mengkontaminasi
kualitas minyak yang dihasilkan.
3. Isi daun cengkeh kering ke dalam ketel suling. Daun cengkeh kering tidak
perlu dihancurkan dan dapat dimasukkan langsung ke dalam ketel suling.
Pengisian dilakukan secara bertahap, dan daun diinjak-injak atau ditekan
untuk meningkatkan kepadatan di dalam ketel.
4. Mulai proses penyulingan. Proses penyulingan daun cengkeh basah
membutuhkan waktu sekitar 7-8 jam, sedangkan penyulingan daun kering
memakan waktu sekitar 6-7 jam.
5. Pendinginkan uap. Uap yang dihasilkan dari proses penyulingan didinginkan
dengan unit kondensasi. Pendinginan dilakukan dengan pipa pendingin model
multi-tubular atau spiral yang dipasang dalam tabung atau direndam dalam
bak air pendingin.
6. Pisahkan minyak dari air destilat. Minyak dan air destilat dipisahkan
berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Minyak akan mengendap di bagian
bawah unit peringkat minyak, sedangkan air berada di atasnya.
7. Saring minyak. Minyak yang dihasilkan masih terlihat keruh dan mengandung
sejumlah kecil udara dan kotoran yang terdispersi di dalam minyak.
8. Pucatkan minyak cengkeh. Minyak cengkeh yang dihasilkan masih berwarna
kuning coklat atau coklat gelap yang mungkin mengandung logam besi dari
ketel suling.
26
Dalam aspek teknis dan teknologi produksi minyak atsiri dari daun
cengkeh, pemilik usaha memutuskan untuk membeli bahan baku dari para petani
daun cengkeh. Peralatan yang digunakan telah memenuhi standar untuk
penyulingan minyak atsiri, termasuk tungku pemasakan, garpu besar, penjepit,
sekop, drigen besar dan kecil, pipa penyulingan, pipa pendingin udara, sablon
screen, drum titrasi minyak, bak pendingin, corong, ember, alat pengecekan
minyak di drum titrasi, pompa penyedot, bak pembuangan limbah cair, gayung,
ketel uap, dan tutup ketel uap. Proses penyulingan telah sesuai dengan persyaratan
pembuatan dan prosedur penyulingan untuk menjamin kualitas yang baik. Sebagai
rekomendasi perbaikan, bak pendingin dapat ditingkatkan dengan memperpanjang
proses pendinginan dari 17 m menjadi 34 m. Tujuan dari perubahan ini adalah
untuk mempercepat konversi uap minyak atsiri daun cengkeh menjadi bentuk cair.
Selain itu, disarankan untuk membuat sumur air baru untuk proses pendinginan
guna memastikan pasokan udara yang memadai. Penambahan satu ketel uap baru
juga direkomendasikan untuk menjaga kualitas ketel uap dan mencegah
kerusakan. Hasil perbaikan pada proses pendinginan menunjukkan peningkatan
rata-rata hasil minyak atsiri daun cengkeh setelah perbaikan menjadi 43 Kg,
dibandingkan dengan hasil sebelumnya yang rata-rata 39-40 Kg. Hal ini
mengindikasikan bahwa perubahan pada proses pendingin mempunyai pengaruh
pada panjang pipa destilasi dan suhu udara pendingin.
Analisis finansial usaha ini dikaji dengan menghitung manfaat, biaya, dan
kriteria investasinya. Analisis manfaat dan biaya dilakukan untuk
mengidentifikasi manfaat yang akan diterima dan biaya yang akan dikeluarkan
selama usaha dijalankan. Hasil tersebut diolah dan dianalisis dengan
menggunakan cashflow. Dasar perhitungan investasi diperoleh dari hasil cashflow
yang dibuat. Hasil dari analisis kelayakan usaha pengolahan minyak atsiri daun
Cengkeh ini dapat dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan investasi yang meliputi
NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR, dan PP. Penelitian usaha pengolahan minyak
atsiri daun Cengkeh ini arus kas diproyeksikan selama 5 tahun sesuai dengan
umur ekonomis investasi bangunan produksi yang memiliki jangka waktu yang
paling lama. Bangunan produksi ini memiliki umur ekonomis 5 tahun karena
bangunan produksi ini dibuat dari kayu yang memiliki umur ekonomis lebih
singkat dibanding dengan bangunan produksi yang terbuat dari tembok yang
memiliki umur ekonomis lebih penjang yaitu sekitar 10 tahun.
Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari
suatu usaha yang dijalankan. Komponen inflow pada usaha ini adalah penerimaan
hasil penjulan minyak atsiri daun Cengkeh pada setiap tahun. Penerimaan dalam
usaha adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, hasil
produksi minyak atsiri daun cengkeh sehingga penerimaan ditentukan oleh besar
kecilnya jumlah produksi minyak atsiri daun cengkeh selama proses produksi dan
harga jual yang berlaku saat itu di wilayah penelitian (Soekartawi, 1994). Dalam
satu kali penyulingan membutuhkan 500-800 kg daun cengkeh dan menghasilkan
35 liter minyak daun cengkeh dalam 1 kali proses produksi. Jumlah banyaknya
penyulingan juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Harga jual rata-rata untuk satu
liter minyak atsiri daun cengkeh yaitu sebesar Rp 120.000/liter. Dalam satu
kali produksi perusahaan mampu memproduksi 43,75 liter dari 500 kg bahan
baku, dalam satu bulan mampu memproduksi 4-5 kali produksi rata-rata perbulan
mencapai 175 liter/bulan, jadi dalam 1 tahun mampu menghasilkan minyak atsiri
2.100 liter/tahun. Adapun data penerimaan usaha pengolahan minyak atsiri daun
Cengkeh adalah sebagai berikut.
29
Outflow merupakan aliran kas yag dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow
berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun
atau usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri dari biaya investasi, biaya
tetap, dan biaya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak berubah dalam rentang
waktu tertentu, berapa pun besaran penjualan atau produksinya. Biaya tetap sering
disebut sebagai pengeluaran tambahan karena tidak terkait langsung dengan
produksi barang atau jasa. Soekartawi (1994), biaya tetap merupakan biaya-biaya
yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah apablia tingkat kegiatan produksi
berubah. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan
jumlah daun yang dimasak untuk dijadikan minyak atsiri, dengan kata lain biaya
ini harus dibayar tanpa melihat apakah produksi ini menghasilkan atau tidak.
Biaya tetap (fixed cost) adalah biayayang dikeluarkan secara tetap pada unit usaha
penyulingan minyak atsiri daun cengkeh dalam jangka waktu tertentu atau dalam
setiap produksi. Berikut biaya tetap yang dikaluarkan dalam usaha ini dapat
dilihat pada Tabel 8.
Berdasarkan data primer yang diperoleh biaya tetap pada usaha ini
meliputi Biaya air, biaya PBB, biaya listrik, biaya transportasi, kwitansi, dan alat
tulis. Total biaya tetap usaha ini selama 1 bulan adalah sebesar Rp 207.500
kemudian jika dikalkulasikan pertahun maka total biaya tetapnya adalah Rp
3.187.000.
Soekartawi (1994), Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah biaya yang
secara langsung berkaitan dengan jenis tanaman yang diusahakan dan dengan
input variabel yang dipakai. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara
31
Berdasarkan data primer yang diperole biaya variabel dalam usaha ini
terdiri dari daun cengkeh, kayu bakar, tenaga kerja, dan bensin. Total biaya
variabel tiap bulan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 19.430.000 jika
dikalkulasikan pertahun maka sebesar Rp 233.160.000.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
BPS. (2020). Data Luas Areal Perkebunan Cengkeh di Kabupaten Garut. Badan
Pusat Statistik/BPS-Statistic Indonesia.
Dinas Perkebunan Jawa Barat. (2020). Data Luas Areal dan Produksi Cengkeh di
Jawa Barat.
Direktorat Jendral Perkebunan. (2021a). Data Produksi Cengkeh Indonesia.
Direktorat Jendral Perkebunan. (2021b). Perkembangan Cengkeh Di Indonesia.
Food and Agricultural Organization (FAO). (2021). Data Produksi Cengkeh
Terbesar Dunia 2021.
Hastutiningrum. (2010). Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) Terhadap Mortalitas Larva Anopheles Aconitus. 43, 15–18.
Hidayat, A. F., Baskara, Z. W., Werdiningsih, W., & Sulastri, Y. (2018). Analisis
Kelayakan Finansial Usaha Agroindustri Abon Ikan di Tanjung Karang, Kota
Mataram. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 6(1), 69–75.
Hufschmidt. (2013). Studi Kelayakan Bisnis. Analisis Aspek Lingkungan Dalam
Aspek Non Finansial Studi Kelayakan Bisnis, 4, 3.
Kasmir, & Jakfar. (2012). Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media
Group.
Ketaren S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka.
Kuntowijoyo. (1994). Definis dan Jenis-Jenis Pasar.
Maryani, D. Y., Rochdiani, D., & Setia, B. (2020). Strategi Pengembangan Bisnis
Kedai Kopi“Ai Coffee” Di Desa Pakemitan Kecamatan Ciawi Kabupaten
Tasikmalaya. 739–748.
Nurmalina, R., Sarianti, T., & Karyadi, A. (2018). Studi Kelayakan Bisnis.
Institute Pertanian Bogor.
Nurmalina, R., Sariantii, T., & Karyadi, A. (2018). Studi Kelayakan Bisnis.
Nuryanti. (2015). Sejarah dan Manfaat Cengkeh. 45, 10–14.
Odelia, H., & Sulistyowati, L. (2020). Analisis Kelayakan Usahatani Paprika
Dengan Penggunaan Sistem Irigas Presisi (Studi Kasus di Paprici Segar
Barokah, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua). Jurnal Pemikiran
Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 6(1), 433–447.
Plantus. (2008). Tanaman Obat.
Ridwan, I. R. (2016). Dampak Industri Terhadap Lingkungan Dan Sosial. Jurnal
Geografi Gea, 7(2). https://doi.org/10.17509/gea.v7i2.1716
Ruslan, H. (1987). Perhitungan Rendemen. Penebar Swadaya.
Sri, N., & Danarti. (2003). Budi Daya dan Penaganan Pascapanen. Penebar
Swadaya.
33
Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Suharsimi, A. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta.
Supriatna, S., Manajemen, D., Ekonomi, F., & Manajemen, D. (2014). Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Kopi Luwak (Studi Kasus UMKM Careuh
Coffee Rancabali-Ciwidey Bandung) Mimin Aminah. Journal.Ipb.Ac.Id,
V(3), 227–243. http://journal.ipb.ac.id/index.php/jmo/article/view/12171
Suwartoe. (2014). Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya.
Thomas. (2007). Tanaman Obat Tradisional. Kanisius.
Widyaningtyas, D., Raharto, S., & Agustina, T. (2014). Analisis Efisiensi
Pemasaran Kopi Arabika di Desa Karangpring Kecamatan Sukorambi
Kabupaten Jember. Berkala Ilmiah Pertanian, x, 1–10.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/69101/DEWINA
WIDYANINGTYAS.pdf?sequence=1&isAllowed=y
34
35
:
Alamat
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan Utama :
Sampingan :
: Minggu/Bulan/Tahun
Pengalaman
Coret yang tidak perlu
Aspek Finansial
Tahun
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1
Total Inflow
OUTFLOW
I. BIAYA INVESTASI
1
10
11
12
13
14
38
Tahun
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total Outflow
NET BENEFIT
PV/TAHUN
1 NPV
4 IRR
PV POSITIF
39
Tahun
No URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PV NEGATIF
3 NET B/C
PV NET BENEFIT/TAHUN
PV BENEFIT/TAHUN
PV COST/TAHUN
JUMLAH PV BENEFIT
JUMLAH PV COST
2 GROSS B/C
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
d. Berapa harga minyak daun cengkeh dari awal pendirian usaha sampai dengan
sekarang ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
e. Dalam periode 1 tahun Bapak/Ibu mampu menjual berapa liter minyak atsiri
daun cengkeh yang di produksi sendiri ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
f. Apa kendala pemasaran yang di alami ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
42
2. Aspek Teknis
a. Apakah lokasi usaha yang Bapak/Ibu jalankan memiliki lokasi yang strategis
misalnya ketersediaan bahan baku, letak pasar, tenaga listrik dan air, tenaga
kerja, dan fasilitas transportasi ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
b. Berapa luas lokasi produksi yang Bapak/Ibu miliki sekarang ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
c. Apakah alat/teknologi produksi sudah tersertifikasi/terstandar atau belum ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
43
3. Aspek Lingkungan
a. Apakah dampak positif terhadap lingkungan dari bisnis yang Bapak/Ibu
jalankan ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
b. Apakah dampak negatif terhadap lingkungan dari bisnis yang Bapak/Ibu
jalankan ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
c. Apakah limbah yang dihasilkan bagaimana cara pengolahannya ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
45
4. Aspek Finansial
a. Bagaimana Bapak/Ibu merencanakan sumber pendanaan untuk memulai atau
mengembangkan usaha?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
d. Apakah Bapak/Ibu memiliki rencana pengelolaan kas yang jelas untuk
menghadapi fluktuasi pendapatan dan biaya ?
Jawaban : ..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
47
INFLOW
1 Minyak Atsiri 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000
2 Nilai Sisa
Total Inflow 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000 252,000,000
OUTFLOW
I. BIAYA INVESTASI
1 Bangunan 30,000,000
9 Corong Minyak 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000 45,000
Total Biaya Investasi 61,229,000 45,000 1,221,000 2,949,000 1,981,000 26,389,000 4,125,000 45,000 1,981,000 2,949,000
2 Biaya PBB 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000 78,000
3 Biaya Listrik 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000 420,000
4 Biaya Transportasi 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
5 Kwitansi 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000 29,000
6 Alat Tulis 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
Total Biaya Tetap 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000 3,187,000
2 Kayu Bakar 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000 10,200,000
3 Tenaga Kerja 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000 138,240,000
4 Bensin 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000 720,000
Total Biaya Variabel 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000 233,160,000
Total Outflow 297,576,000 236,392,000 237,568,000 239,296,000 238,328,000 262,736,000 240,472,000 236,392,000 238,328,000 239,296,000
NET BENEFIT (45,576,000) 15,608,000 14,432,000 12,704,000 13,672,000 (10,736,000) 11,528,000 15,608,000 13,672,000 12,704,000
DISCOUNT FACTOR
0.89 0.80 0.71 0.64 0.57 0.51 0.45 0.40 0.36 0.32
12%
PV/TAHUN (40,692,857) 12,442,602 10,272,413 8,073,622 7,757,860 (5,439,192) 5,214,682 6,303,809 4,930,260 4,090,348
1 NPV 12,953,547
4 IRR 20.71%
PV POSITIF 59,085,596
PV NEGATIF (46,132,049)
49
PV COST/TAHUN 265,692,857 188,450,255 169,096,210 152,076,934 135,233,708 133,110,234 108,777,321 95,474,764 85,943,466 77,046,908
JUMLAH PV
1,423,856,203
BENEFIT
JUMLAH PV COST 1,410,902,656
2 GROSS B/C 1.01
8 Tahun 5
5 PAY BACK PERIOD 8.5 Bulan
50
RIWAYAT HIDUP