Tabel 4.
Frekuensi Unit Analisis Tiap Responden
Responden Total
Indikasi
Kode Unit
G1 G2 G3 M1 M2 S analisis Faktor
V1 1 1 1 1 1 1 6 P
V2 1 1 1 1 1 1 8 P
V3 1 1 1 2 1 2 8 P
V4 1 1 1 1 1 1 6 P
V5 1 1 1 2 1 1 7 P
V6 2 1 1 1 1 1 7 P
V7 1 1 1 1 1 1 6 P
V8 3 5 1 4 1 2 16 P
V9 2 2 1 1 1 1 8 P
V10 1 1 1 1 1 1 6 P
V11 1 1 1 1 1 1 6 P
V12 1 1 1 1 1 1 6 P
V13 1 1 1 1 1 1 6 P
V14 1 1 1 1 1 1 6 P
V15 1 1 1 1 1 1 6 P
V16 1 1 1 1 1 1 6 P
V17 - 1 1 1 - 1 4 P
V18 1 1 1 1 1 1 6 P
V19 1 1 1 1 2 1 7 P
V20 1 - 1 - 2 - 4 Pb
*Keterangan:
P : Faktor Berpengaruh
Pb : Faktor Berpengaruh Baru
Gambar 2. Lahan Buah Naga di Pekarangan Masyarakat. Gambar 4. Atraksi Alam Berupa Hamparan Lahan Buah Naga.
Gambar 3. Pemasaran Buah Naga Melalui Kios-Kios Milik Masyarakat. Gambar 5. Objek Wisata Rembangan.
Gambar 6. Atraksi Ludruk Sebagai Salah Satu Atraksi Budaya Gambar 8. Sarana Penginapan Dalam Desa.
Setempat.
Gambar 7. Toko Kelontong Sebagai Sarana Perbelanjaan Dalam Desa. Gambar 9. Warung Lesehan Di Pinggir Jalan Desa.
2) Coding Terhadap Variabel
yang menyatakan faktor ini tidak berpengaruh antara lain
Variabel yang digunakan pada penelitian ini didapatkan
Dinas Pertanian Kabupaten Jember (G2), Gapoktan Desa
dari sintesa teori pada tinjauan pustaka. Variabel yang ada
Kemuning Lor (M1) dan Pengelola kebun buah naga di Desa
didapatkan dari indikator temuan yang disusun selama sintesa
Kemuning Lor (S). Selain itu, pada hasil analisis penelitian
teori dilakukan. Adapun variabel yang digunakan pada
didapatkan bahwa faktor pengelolaan merupakan faktor yang
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
paling banyak muncul dan disebutkan oleh responden terpilih
3) Frekuensi Unit Analisis Tiap Responden
yaitu sebanyak 16 kali. Kemudian, didapatkan variabel baru
Berdasarkan table sebelumnya, dapat diperoleh jumlah
yang muncul yaitu kualitas SDM yang disebutkan sebanyak
frekuensi unit analisis tiap responden untuk mendapatkan
3 kali atau setengah dari jumlah total responden yakni oleh
variabel dengan total iterasi/pengulangan terbanyak. Unit
Dinas Pariwisata Kabupaten Jember (G1), Pemerintah Desa
analisis yang digunakan berupa unit kata hingga kalimat,
Kemuning Lor (G3) dan Pokdarwis Desa Kemuning Lor
bergantung pada makna yang telah dijelaskan pada definisi
(M2).
operasional tiap variabel. Frekuensi unit analisis tiap
Berikut merupakan penjelasan dari setiap faktor yang
responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. dan Gambar
berpengaruh terhadap pengembangan agrowisata berbasis
1. Variabel berpengaruh didasari oleh distribusi jumlah
buah naga di Desa Kemuning Lor:
setengah dari stakeholder kunci yang mendukung terkait
1) Lahan Buah Naga
pengaruh variabel penelitian terkait. Pada hasil analisis,
Kondisi lahan pertanian di Desa Kemuning Lor seperti
didapatkan temuan berupa variabel baru, yaitu kualitas SDM
dalam Gambar 2. cocok untuk mengembangkan tanaman
(V20).
buah naga karena memiliki agroklimat yang sesuai, dimana
B. Faktor yang Berpengaruh Pada Pengembangan mayoritas masyarakat sudah memanfaatkan lahan
Agrowisata Berbasis Komoditas Buah Naga di Desa pekarangannya sebagai lahan buah naga. Lahan pertanian
Kemuning Lor buah naga terutama dengan kondisi lahan yang baik dan luas
Berdasarkan Tabel 4. dan Gambar 1. diatas dapat yang bertambah akan berpengaruh terhadap jumlah tanam
disimpulkan bahwa hampir seluruh stakeholder pohon pada suatu lahan dan dapat mempengaruhi jumlah
mengkonfirmasi faktor yang berpengaruh pada produksi yang dihasilkan pada lahan tersebut. Selain itu
pengembangan agrowisata kecuali pada faktor letak geografis semakin luas lahan maka semakin banyak pohon yang dapat
dan kualitas SDM. Dimana pada faktor letak geografis, ditampilkan dan dinikmati oleh wisatawan.
stakeholder yang menyatakan bahwa faktor ini tidak 2) Produksi buah naga
berpengaruh adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Produksi pertanian buah naga adalah peningkatan atau
Kabupaten Jember (G1) dan Pokdarwis Desa Kemuning Lor penutunan produksi buah naga. Produksi buah naga Desa
(M2). Sedangkan, untuk faktor kualitas SDM stakeholder Kemuning Lor cenderung mengalami peningkatan setiap
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D171
Gambar 10. Sarana Social Berupa Masjid. Gambar 11. Kondisi Jalan di Desa Kemuning Lor.
tahunnya, dengan puncak panen berada di bulan Februari. Hal berpengaruh dalam pengembangan agrowisata berbasis
ini juga disebabkan karena adanya penggunakan teknologi komoditas buah naga seperti dalam Gambar 4. Hal ini
penyinaran untuk mempercepat laju produksi buah naga. dikarenakan atraksi alam bersifat sebagai pendukung atraksi
Produksi buah naga berpengaruh pada pengembangan utama yang berfungsi untuk menarik wisatawan agar datang
agrowisata karena agrowisata mengandalkan pertanian ke tempat wisata tersebut.
sebagai daya tarik utama. Sehingga berkaitan dengan tujuan 6) Atraksi Buatan
pengembangan menjadi agrowisata, produksi pertanian buah Faktor atraksi buatan dalam penelitian diartikan dengan
naga haruslah melimpah terutama dalam memenuhi adanya atraksi buatan manusia dalam bentuk tempat rekreasi
kebutuhan wisatawan. buatan seperti taman agro buatan, area outbound, pelatihan
3) Pengolahan buah naga budidaya buah naga. Atraksi buatan di Desa Kemuning Lor
Pengolahan pasca panen diartikan sebagai adanya jenis berupa obyek wisata Rembangan yang sudah berdiri sejak
pengolahan pasca panen dari produksi buah naga. Sejauh ini, jaman belanda. Atraksi buatan seperti dalam Gambar 5.
belum terdapat pengolahan pasca panen dari buah naga di berpengaruh dalam pengembangan agrowisata berbasis
Desa Kemuning Lor karena terbatasnya SDM dan Modal komoditas buah naga. Hal ini dikarenakan atraksi buatan
yang tersedia. Padahal, pengolahan pasca panen berpengaruh bersifat sebagai pendukung atraksi utama yang berfungsi
pada pengembangan agrowisata berbasis komoditas buah untuk menarik wisatawan agar datang ke tempat wisata
naga. Hal ini dikarenakan pengembangan buah naga menjadi tersebut, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat serta
produk olahan akan menjadi media dalam mempromosikan mendukung pengembangan kegiatan pertanian setempat.
desa, membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat, 7) Atraksi Budaya
meningkatkan nilai jual buah naga, mengurangi hasil panen Atraksi budaya diartikan sebagai adanya budaya khas
yang terbuang percuma, dan memberikan keuntungan bagi setempat yang masih dilestarikan khususnya terkait pertanian
desa. Selain itu dengan adanya proses pengolahan ini juga buah naga, upacara dan kesenian lokal. Pada lokasi studi
bisa menjadi daya tarik sehingga wisatawan tidak hanya atraksi budaya yang ada seperti dalam Gambar 6. berupa
datang melihat atau memetik buah naga namun juga bisa ludruk, jaranan dan tradisi macapatan yang diselenggarakan
melihat proses pengolahannya. ketika hari-hari besar nasional maupun acara hajatan. Atraksi
4) Pemasaran buah naga budaya berpengaruh terhadap pengembangan agrowisata
Pemasaran yang dimaksudkan adalah metode yang dikarenakan adanya kesenian lokal seperti ludruk dan jaranan
digunakan masyarakat dalam memasarkan buah naga. juga dapat ditampilkan sebagai atraksi pendukung untuk
Pemasaran buah naga mayoritas dijual langsung oleh mengembangkan agrowisata, menarik minat wisatawan,
masyarakat ke konsumen melalui kios-kios didepan rumah sekaligus cara untuk melestarikan budaya daerah.
dan sebagian kecil dijual melalui tengkulak seperti dalam 8) Pengelolaan
Gambar 3. Pemasaran produk berpengaruh pada Faktor Pengelolaan yang dimaksud adalah Adanya
pengembangan agrowisata berbasis komoditas buah naga. kerjasama antar stakeholder (Masyarakat, Pemerintah, dan
Hal ini dikarenakan metode pemasaran mempengaruhi swasta) dalam mengelola dan mengembangkan agrowisata
kemudahan dalam proses pemasaran produk. Menurut buah naga di desa kemuning lor. Pengelolaan berpengaruh
Stakeholder, metode pemasaran yang inovatif dan terhadap pengembangan agrowisata berbasis komoditas buah
menggunakan sentuhan teknologi seperti social media naga. Hal ini diperkuat dengan frekuensi unit analisis yang
maupun website (online marketing) dapat meningkatkan mengalami iterasi sebanyak 16 kali. Hal ini dikarenakan
minat beli konsumen dan penjualan produk sehingga produk keberadaan orang – orang yang mengetahui kondisi pertanian
buah naga dalam desa lebih dikenal masyarakat luas. dan potensi desa untuk dikembangkan menjadi wisata sangat
5) Atraksi Alam penting. Selain itu, dengan adanya kerjasama antar
Atraksi alam dalam penelitian ini diartikan sebagai adanya stakeholder dalam mengelola agrowisata dapat
panorama alam di dalam desa yang dapat dinikmati oleh mempermudah pengembangan agrowisata. Pada lokasi studi
wisatawan seperti pemandangan alam berlatar belakang masih belum terdapat penanggungjawab beserta struktur
pertanian, seperti kebun buah naga Atraksi alam yang ada di organisasi yang jelas terhadap pengelolaan agrowisata buah
Desa Kemuning Lor berupa hamparan lahan buah naga, areal naga, sehingga pengembangan agrowisata masih belum
perkebunan kopi, air terjun dan view perkotaan. Atraksi alam berjalan secara optimal.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D172
dan kenyamanan wisatawan dalam menuju lokasi wisata. sarana penginapan, sarana rumah makan, sarana social,
Selain itu juga kondisi jalan yang baik dapat mempermudah jaringan air bersih, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik,
pengangkutan hasil panen desa seperti dalam Gambar 11. letak geografis, moda transportasi dan kondisi jalan. Selain
20) Kualitas SDM itu didapatkan faktor baru yang berpengaruh yaitu kualitas
Faktor Kualitas SDM merupakan faktor temuan dari hasil SDM.
analisis konten sebagai faktor yang memengaruhi
pengembangan agrowisata berbasis komoditas buah naga di
DAFTAR PUSTAKA
Desa Kemuning Lor. Hal ini diperkuat dengan frekuensi unit
[1] S. Zoto, E. Qirici, and E. Polena, “Agrotourism-a sustainable
analisis yang mengalami iterasi sebanyak 3 kali. Hal ini
development for rural area of Korca,” Eur. Acad. Res., vol. 1, no. 2, pp.
dikarenakan kualitas SDM mempengaruhi inovasi dan kreasi 209–223, 2013.
yang dapat diciptakan dalam mengembangkan produk wisata. [2] S. Abdullah, “Rekayasa sistem pengembangan agrowisata berbasis
Disisi lain, pada faktanya kualitas SDM setempat masih masyarakat,” Bogor Inst. Pertan. Bogor, 2012.
[3] I. P. J. Winata and H. Idajati, “Karakteristik desa berdasarkan kriteria
tergolong rendah, dibuktikan dengan jumlah penduduk community based tourism di Desa Wisata Kamasan, Kabupaten
setempat yang mayoritas masih berupa tamatan SD/ tidak Klungkung,” J. Tek. ITS, vol. 8, no. 2, pp. C194-C199, 2020.
lulus SD. [4] N. S. Kurnia and et al., “Pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan
buah naga menjadi dragon candy sebagai produk wisata Rembangan
(studi kasus pada ibu rumah tangga di Desa Kemuning Lor, Kecamatan
Arjasa, Kabupaten Jember),” 2016.
IV. KESIMPULAN [5] B. P. S. K. Jember, “Kecamatan Arjasa dalam angka 2014.” Jember:
Berdasarkan hasil analisis konten yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Jember, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jember, 2014.
didapatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap [6] B. P. Statistiik, “Kecamatan Arjasa dalam angka 2018,” Jember Badan
pengembangan agrowisata berbasis komoditas buah naga di Pus. Stat., 2018.
desa Kemuning Lor. Dimana faktor berpengaruh antara lain [7] K. H. Annisa and P. Suharso, “Pemberdayaan perempuan melalui
pengolahan buah naga merah menjadi selai sebagai produk
faktor lahan buah naga, produksi buah naga, pengolahan buah pengembangan agrowisata Rembangan Kabupaten Jember,” J.
naga, pemasaran buah naga, atraksi alam, atraksi buatan, Pendidik. Ekon. J. Ilm. Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekon. dan Ilmu Sos., vol.
atraksi budaya, pengelolaan, hospitality, sarana perbelanjaan, 10, no. 1, 2016.