Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 1 2014

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT


DI KAWASAN RAWA PENING, KABUPATEN SEMARANG

Dhayita Rukti Tanaya¹ dan Iwan Rudiarto²


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email : tanaya.dr@gmail.com

Abstrak: Ekowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan pedesaan melalui sektor
pariwisata, yang tidak hanya menyuguhkan sumber daya wisata yang masih alami, namun juga berkontibusi
terhadap konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam pengembangannya. Rawa
Pening merupakan sebuah danau alami di Kabupaten Semarang yang terbentang di empat kecamatan, dan
mulai dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, namun masih memiliki banyak permasalahan, baik dari
aspek lingkungan, aspek pengelolaan, hingga aspek sumberdaya manusia, sehingga aktivitas wisata di
kawasan tersebut belum berkembang. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk menganalisis potensi-
potensi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di kawasan Rawa Pening, dan untuk mencapai tujuan
tersebut, dilakukan analisis pada semua aspek, yaitu analisis pada aspek objek dan daya tarik wisata, aspek
kemasyarakatan, aspek pengelolaan, hingga aspek penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat. Dalam
pengumpulan data, metode yang digunakan adalah studi literatur, observasi lapangan, wawancara pada
narasumber yang ditentukan dengan purposive sampling, dan kuesioner pada responden yang ditentukan
dengan random sampling. Analisis data menggunakan metode kuantitatif, yaitu dengan metode analisis
statistik deskriptif, analisis skoring untuk memetakan potensi objek dan daya tarik wisata secara spasial, serta
deskriptif kualitatif. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan
dalam mengembangkan konsep ekowisata berbasis masyarakat di kawasan Rawa Pening.
Kata Kunci : Ekowisata, Ekowisata Berbasis Masyarakat, Kawasan Rawa Pening.

Abstract: Community-based ecotourism is a rural development effort through tourism sector, which not only
serves the natural tourism resources, but also contributes to the ecological conservation, and the community is
the main controller in the development. Rawa Pening is a natural lake in Semarang Regency which is laid in four
subdistricts, and started to be developed as an ecotourism region, but still has some problems from the
ecological aspect, management aspect, and human resources aspect, so the tourism activities in Rawa Pening
region hasn’t been developed well. Thus, a research is needed to analyze the community-based ecotourism
potentials in that region, and to reach that goal, analysis is done in the tourism’s object & attraction aspect,
community aspect, management aspect, and the implementation of community empowerment aspect. Method
used in data collection are literature study, field observation, interview on the informants determined by
purposive sampling, and questionnaire on the respondents determined by random sampling. Method used in
data analysis is qualitative descriptive method and quantitative method using statistical description analysis
method and scoring method to spatially describe the tourism’s object & attraction potentials and also the
community potentials. Hopefully, the results of those analysis could be a recommendation and consideration in
developing the community-based ecotourism concept in Rawa Pening region.
Keywords: Ecotourism, Community-Based Ecotourism, Rawa Pening Region.

PENDAHULUAN
Pariwisata mulai dilirik sebagai salah sa- dengan perkembangannya, muncul konsep
tu sektor yang sangat menjanjikan bagi per- ekowisata berbasis masyarakat, yaitu wisata
kembangan wilayah di skala global. Seiring yang menyuguhkan segala sumber daya

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 71


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

wilayah yang masih alami, yang tidak hanya Pening merupakan reservoir alami, yang terle-
mengembangkan aspek lingkungan dalam hal tak di lokasi yang sangat strategis, yaitu di se-
konservasi saja, namun juga memberikan ke- gitiga pertemuan Semarang, Solo, dan Yog-
untungan bagi masyarakat sekitar, sebagai sa- yakarta. Hal tersebut menjadikan danau Rawa
lah satu upaya pengembangan pedesaan un- Pening sangat poten-sial untuk dikembangkan
tuk meningkatkan perekonomian lokal, dima- sebagai landmark Jawa Tengah (KLH, 2011).
na masyarakat di kawasan tersebut meru- Danau Rawa Pening terbentang di 4 ke-
pakan pemegang kendali utama. camatan, yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan
Rawa Pening merupakan salah satu ka- Ambarawa, Kecamatan Banyubiru, dan Keca-
wasan wisata di Kabupaten Semarang yang matan Tuntang. Oleh karena itu, wilayah studi
mulai dikembangkan sebagai kawasan ekowi- penelitian ini dibatasi pada 12 desa yang ber-
sata, yang terletak di Kabupaten Semarang, batasan langsung dengan danau tersebut, yai-
dan menyajikan pemandangan yang masih a- tu Desa Asinan, Bejalen, Tambakboyo, Pojok-
lami. Danaunya termasuk dalam 15 danau sari, Banyubiru, Kebondowo, Rowoboni, Tun-
prioritas nasional yang ditetapkan dalam Kese- tang, Lopait, Kesongo, Candirejo, dan Rowo-
pakatan Bali 2009, dengan dasar bahwa Rawa sari, yang ditunjukkan pada peta berikut.

Sumber: Google Earth, 2013

GAMBAR 1.
DELINIASI WILAYAH STUDI

Karakter kawasan Rawa Pening sesuai tersebut belum berkembang dengan baik, dan
dengan karakter kawasan yang dapat dikem- masyarakat sekitar belum mendapatkan keun-
bangkan sebagai kawasan ekowisata, yaitu tungan dari adanya wisata tersebut. Permasa-
kondisinya yang masih alami dan masih ber- lahan di kawasan Rawa Pening secara umum
cirikan pedesaan, serta memiliki banyak pote- adalah kurang signifikannya pengembangan
nsi wisata yang dapat dikembangkan. Akan te- pedesaan di kawasan tersebut, yang terlihat
tapi, kawasan tersebut masih memiliki banyak dari kurangnya pengolahan dan pemanfaatan
permasalahan, baik dari aspek lingkungan, as- potensi kawasan, salah satunya adalah potensi
pek pengelolaan, hingga aspek sumberdaya pariwisata. Keduanya sangat berkaitan, karena
manusia, sehingga aktivitas wisata di kawasan apabila pengembangan wisata di kawasan

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 72


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

Rawa Pening dilakukan secara optimal, maka kitarnya. Ketidaktahuan mereka mengenai po-
pengembangan pedesaannya juga akan op- tensi-potensi wisata di kawasan mereka mem-
timal. Permasalahan tersebut menyebabkan buat mereka tidak peduli terhadap lingku-
terhambatnya pengembangan ekowisata ber- ngannya, sehingga hal tersebut membuat ka-
basis masyarakat di Kawasan Rawa Pening. wasan Rawa Pening sangat memerlukan pem-
Keinginan masyarakat untuk mengem- binaan dalam upaya pengembangan pedesa-
bangkan wilayahnya yang masih sangat kurang an, yang dilakukan dengan cara mengem-
serta kurangnya rasa memiliki (sense of bangkan kegiatan wisata di kawasan tersebut.
belonging) di kawasan Rawa Pening menjadi Dengan dikembangkannya kegiatan wisata di
hambatan dalam mengembangkan konsep kawasan Rawa Pening, diharapkan akan mun-
ekowisata berbasis masyarakat di kawasan cul keinginan masyarakat untuk memberda-
tersebut, karena sebagian besar masyarakat yakan diri mereka, sehingga pengembangan
masih belum mengetahui potensi apa saja ekowisata berbasis masyarakat di kawasan
yang terdapat di kawasan mereka, masyarakat tersebut dapat terwujud.
masih acuh tak acuh terhadap lingkungan se-

KAJIAN LITERATUR sektor pariwisata dapat menyediakan keun-


Dowling (1996, dalam Hill & Gale, 2009) tungan ekonomis bagi masyarakat, pariwisata
menyatakan bahwa ekowisata dapat dilihat dapat menciptakan berbagai keuntungan so-
berdasarkan keterkaitannya dengan 5 elemen sial maupun budaya, serta pariwisata dapat
inti, yaitu bersifat alami, berkelanjutan secara membantu mencapai sasaran konservasi ling-
ekologis, lingkungannya bersifat edukatif, kungan (Inskeep, 1991; dalam Phillips, 2009),
menguntungkan masyarakat lokal, dan men- serta berprinsip derajat kontrol masyarakat
ciptakan kepuasan wisatawan. Berdasarkan yang tinggi, dan masyarakat memegang porsi
definisi-definisi dari berbagai tokoh, Fennell besar dari keuntungannya (Jones, 2005). Pe-
(2003) kemudian merangkum pengertian eko- ngembangan masyarakat yang diperlukan ada-
wisata sebagai sebuah bentuk berkelanjutan lah dengan memberdayakan masyarakat lokal
dari wisata berbasis sumberdaya alam yang untuk lebih mengenal dan memahami perma-
fokus utamanya adalah pada pengalaman dan salahan di wilayahnya, dan menemukan solusi
pembelajaran mengenai alam, yang dikelola yang tepat untuk mengatasi permasalahan
dengan meminimalisir dampak, non-konsum- tersebut (Phillips, 2009). Dengan memberda-
tif, dan berorientasi lokal (kontrol, keun- yakan masyarakat lokal, akan terwujud partisi-
tungan dan skala). Goeldner (1999, dalam pasi yang baik antara masyarakat setempat
Butcher, 2007), menyatakan bahwa ekowisata dengan industri wisata di kawasan tersebut,
merupakan bentuk perjalanan menuju kawa- dan dengan melibatkan masyarakat dalam
san yang masih alami yang bertujuan untuk pengambilan keputusan diharapkan akan ter-
memahami budaya dan sejarah alami dari ling- wujud bentuk kerjasama yang lebih baik
kungannya, menjaga integritas ekosistem, antara masyarakat setempat dengan industri
sambil menciptakan kesempatan ekonomi un- pariwisata.
tuk membuat sumber daya konservasi dan Konsep ekowisata berbasis masyarakat
alam tersebut menguntungkan bagi masyara- merupakan salah satu upaya pengembangan
kat lokal. Terlihat jelas bahwa perlu adanya pedesaan dalam sektor pariwisata. Lane dan
keuntungan yang didapatkan oleh masyarakat Sharpley (1997, dalam Chuang, 2010) menya-
lokal, sehingga ekowisata harus dapat menjadi takan bahwa pariwisata pedesaan dapat mun-
alat yang potensial untuk memperbaiki peri- cul jika ada perilaku wisata yang muncul di wi-
laku sosial masyarakat untuk tujuan konser- layah pedesaan, dan Roberts dan Hall (2001,
vasi lingkungan (Buckley, 2003). dalam Chuang, 2010) menambahkan bahwa
Sebagai konsep ekowisata berbasis ma- dalam pariwisata pedesaan harus ada karak-
syarakat, pendekatan pengembangannya pasti teristik khusus yang dapat berupa budaya
melibatkan masyarakat, dengan alasan bahwa tradisional, budaya pertanian, pemandangan

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 73


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

alam, dan gaya hidup yang sederhana. objek dan daya tarik wisata (potensi eko-
Universal Consensus (dalam Fernando, 2008) wisata) di kawasan Rawa Pening, yang dila-
menegaskan bahwa tujuan pengembangan kukan dengan metode statistik deskriptif dan
pedesaan adalah untuk meningkatkan kualitas skoring. Hasil dari analisis ini adalah berupa
masyarakat pedesaan (inclusiveness of rural deskripsi dan peta potensi objek dan daya
development), yang konsep pengembangan- tarik wisata di wilayah studi.
nya terbagi menjadi 3 dimensi yang terinte- - Analisis kemasyarakatan bertujuan untuk
grasi, yaitu dimensi ekonomi, sosial, dan po- mengetahui potensi dari aspek kemasyara-
litik. Kontribusi dari pengembangan ekowisata katan di kawasan Rawa Pening, yang dila-
berbasis masyarakat terhadap pengembangan kukan dengan metode statistik deskriptif dan
pedesaan seharusnya merata dan nyata pada skoring. Hasil dari analisis ini adalah berupa
ketiga dimensi tersebut. deskripsi dan peta potensi kemasyarakatan
di wilayah studi.
METODE PENELITIAN - Analisis pengelolaan bertujuan untuk me-
Metode penelitian terbagi menjadi me- ngetahui aspek pengelolaan kegiatan wisata
tode pengumpulan data, metode pengambilan di kawasan Rawa Pening terkait dengan pe-
sampel, dan metode analisis. Metode pe- ngembangan ekowisata berbasis masyarakat
ngumpulan data terbagi menjadi metode pe- di kawasan tersebut, yang dilakukan dengan
ngumpulan data primer dan sekunder, dimana metode statistik deskriptif untuk menggam-
data primer dikumpulkan dengan metode ob- barkan potensi aspek pengelolaan di wilayah
servasi, wawancara, dan kuesioner, sedangkan studi.
data sekunder dikumpulkan dengan metode - Analisis pemberdayaan masyarakat bertu-
wawancara dengan instansi terkait dan telaah juan untuk mengetahui aspek pemberda-
dokumen. Dalam pengambilan sampel, digu- yaan masyarakat di kawasan Rawa Pening,
nakan metode purposive sampling untuk me- terkait dengan pentingnya hal tersebut ter-
nentukan narasumber wawancara, yaitu kepa- hadap pengembangan ekowisata berbasis
da Kepala Desa, Kepala Badan Lingkungan Hi- masyarakat, yang dilakukan dengan metode
dup (BLH), dan Kepala Bidang Pariwisata di deskriptif kualitatif berdasarkan hasil wa-
Disporabudpar Kabupaten Semarang, karena wancara untuk menggambarkan potensi as-
diasumsikan menguasai materi, serta diguna- pek pemberdayaan masyarakat di wilayah
kan metode random sampling untuk menen- studi.
tukan responden kuesioner, yaitu sejumlah 10 Hasil dari keseluruhan analisis adalah
responden dari masing-masing desa, sehingga peta potensi ekowisata berbasis masyarakat,
jumlah responden untuk kuesioner adalah 120 yang merupakan hasil overlay peta potensi
responden. objek dan daya tarik wisata dan peta potensi
Metode analisis yang digunakan dalam kemasyarakatan, yang menunjukkan kategori
penelitian ini adalah metode kuantitatif, yang desa berdasarkan potensi ekowisata berbasis
dilakukan dengan metode analisis statistik masyarakatnya, dan deskripsi kualitatif dari
deskriptif untuk hasil kuesioner, analisis keseluruhan potensi ekowisata berbasis ma-
skoring terhadap aspek objek dan daya tarik syarakat di kawasan Rawa Pening dan kontri-
wisata dan aspek kemasyarakatan, dan ana- businya terhadap pengembangan pedesaan di
lisis deskriptif kualitatif untuk penilaian akhir kawasan tersebut.
potensi ekowisata berbasis masyarakat di
kawasan Rawa Pening. HASIL PEMBAHASAN
Untuk mencapai tujuan penelitian, pro- Aspek Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
ses analisis dilakukan sesuai dengan sasaran- Analisis potensi ODTW dalam penelitian
sasaran penelitian, yaitu dengan jenis-jenis ini dilakukan pada 8 variabel, yaitu atraksi wi-
analisis berikut. sata, aksesibilitas, penyedia transportasi, ke-
- Analisis objek dan daya tarik wisata ber- tersediaan kuliner, akomodasi, kondisi ling-
tujuan untuk mengetahui potensi dari aspek

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 74


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

kungan, infrastruktur penunjang, dan fasilitas wa masing-masing desa memiliki warung ma-
pendukung kegiatan wisata. kan, yang didukung oleh data BPS (2013) bah-
Untuk menilai atraksi wisata, digunakan wa terdapat 159 warung atau kedai makan
3 indikator, yaitu jenis objek wisata yang yang tersebar di 12 desa. Adapun untuk ako-
atraktif, jumlah objek wisata, dan tradisi/bu- modasi, baru ada rintisan penginapan di Desa
daya setempat yang masih dipelihara. Peman- Kebondowo dan sebuah wisma ABRI di Desa
dangan alam merupakan jenis objek wisata Banyubiru.
yang ada di seluruh desa di wilayah studi, de- Kondisi lingkungan dinilai dengan 4 indi-
ngan panorama alam berupa danau Rawa kator, yaitu aturan desa mengenai lingkungan,
Pening serta pegunungan yang mengelilingi- sanksi lingkungan, bentuk kesadaran lingku-
nya, yang menjadikan kawasan Rawa Pening ngan, dan nilai ekonomi dari lingkungan. Seba-
memiliki nilai jual wisata yang baik. Selain itu, nyak 59,17% responden menyatakan bahwa
37,5% responden menyatakan bahwa area aturan paling dominan adalah untuk menjaga
rekreasi merupakan jenis objek wisata yang kebersihan lingkungan, namun penerapannya
atraktif di beberapa desa, seperti Warung belum tegas, karena tidak ada sanksi lingku-
Apung di Desa Asinan, Kampoeng Rawa di ngan yang diberlakukan di wilayah studi. Ben-
Desa Bejalen, Bukit Cinta di Desa Kebondowo, tuk kesadaran lingkungan di wilayah studi
Langen Tirta Muncul, Candi Brawijaya, dan adalah diselenggarakannya kerja bakti secara
beberapa pemancingan di Desa Rowoboni, rutin. Sedangkan untuk nilai ekonomi yang di-
Agrowisata Tlogo di Desa Tuntang, dan Rawa peroleh masyarakat, sebanyak 60,83% respon-
Permai di Desa Lopait. Rata-rata terdapat 1–3 den menyatakan mereka mendapatkan nilai
objek wisata pada masing-masing desa, yaitu ekonomi dari lingkungan, yaitu berupa peker-
berdasarkan jawaban dari 82,5% responden. jaan, seperti penyedia kuliner dan lain-lain.
Karena masih tergolong kawasan tradisional, Kondisi air bersih, energi (kelistrikan),
masih terdapat beberapa upacara adat dan telekomunikasi (sinyal), dan sanitasi di seluruh
kesenian daerah yang dilestarikan dan masih desa dalam kondisi baik, sedangkan kondisi ja-
dilangsungkan di setiap desa. lan yang baik hanya terdapat di 7 desa, kon-
Aksesibilitas dinilai dengan indikator ja- disi drainase yang baik hanya terdapat di 10
rak dari jalan utama dan jarak tempuh dari pu- desa, dan kondisi persampahan yang baik ha-
sat kota. 40% responden menyatakan bahwa nya terdapat di 4 desa. Hal tersebut berarti se-
desa mereka berjarak lebih dari 1 km dari ja- banyak 66,67% desa di kawasan Rawa Pening
lan utama, yaitu di Desa Banyubiru, Kebon- tersebut memiliki permasalahan dalam per-
dowo, Candirejo, Rowosari, dan setengah res- sampahan. Sedangkan untuk fasilitas pen-
ponden dari Desa Rowoboni, sedangkan dukung terbanyak, 70,83% berupa toko/
36,67% menyatakan bahwa desa mereka sa- warung kelontong dan 26,55% berupa masjid/
ngat dekat dengan jalan utama, yaitu di Desa mushola (BPS, 2013).
Asinan, Bejalen, Tuntang, Lopait, dan Kesongo. Analisis skoring dilakukan pada aspek
Untuk jarak tempuh dari pusat kota, Desa Asi- ODTW, yang kemudian penjumlahan skoring
nan merupakan yang terdekat, yaitu 19 km, pada masing-masing desa dapat digunakan
dan Desa Rowosari merupakan yang terjauh, untuk melakukan kategorisasi desa berdasar-
yaitu 40 km. Rata-rata jarak ke pusat kota kan potensi ODTW. Berdasarkan hasil skoring,
adalah 25,60 km, dengan akses yang cukup skor 1460–1500 dikategorikan sebagai desa
mudah dijangkau. dengan potensi ODTW rendah, skor 1501–
Penyedia transportasi umum dari dan 1812 dikategorikan sebagai desa dengan po-
menuju wilayah studi terbanyak adalah ang- tensi ODTW sedang, dan skor 1813–1880 di-
kutan umum, yang dinyatakan oleh 69,17% kategorikan sebagai desa dengan potensi
responden. Sisanya menjawab bus dan sarana ODTW tinggi. Berdasarkan kategorisasi ter-
transportasi umum lainnya, seperti angkutan sebut, dapat diketahui bahwa desa dengan
desa dan ojek. Sedangkan untuk ketersediaan potensi ODTW tinggi adalah Desa Asinan, Desa
kuliner, 98,33% responden menyatakan bah- Kebondowo, dan Desa Lopait.

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 75


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

Muncul), dan larungan (ke Danau Rawa


Aspek Kemasyarakatan Pening). Kesenian terbanyak adalah di Desa
Analisis pada aspek kemasyarakatan di- Tambakboyo, yang telah sering menyelengga-
lakukan pada 4 variabel, yaitu karakter masya- rakan pagelaran seni di berbagai daerah.
rakat, bentuk partisipasi masyarakat, peluang Kegiatan rutin yang dominan dilakukan
usaha, serta kualitas wisata dan kesiapan di wilayah studi adalah pertemuan warga, ari-
masyarakat. san, pengajian, dan forum masyarakat, dima-
Karakter masyarakat dinilai dengan 7 in- na dalam kegiatan rutin tersebut masyarakat
dikator, yaitu mata pencaharian, tingkat pen- sering bertukar pendapat dan gagasan, ter-
didikan, perilaku, adat istiadat, tradisi, kebia- masuk gagasan dalam mengembangkan wila-
saan, dan kesadaran terhadap potensi wisata. yahnya. Sedangkan untuk kesadaran wisata,
Berdasarkan data BPS (2013), mata pencaha- seluruh responden menyatakan bahwa objek
rian paling dominan di wilayah studi terbagi ke wisata paling dominan di kawasan mereka
dalam 5 sektor, yaitu 20,20% pada sektor in- adalah Danau Rawa Pening, dan 23,13% me-
dustri, 19,03% pada sektor jasa, 17,80% pada nyatakan pemancingan, karena terdapat ba-
sektor pertanian, 17,33% pada sektor perda- nyak pemancingan liar di tepian danau yang
gangan, 4,70% pada sektor perikanan, dan si- belum dikelola dengan baik. Masyarakat su-
sanya pada sektor lain. Sedangkan untuk ting- dah cukup memahami potensi wisata di desa
kat pendidikan di wilayah studi, 71,67% pendi- mereka, namun masih cenderung pesimis dan
dikan terakhir masih SMP dan atau dibawah- pasif untuk mengembangkannya.
nya, 23,53% pendidikan terakhir SMA, dan si- Sebanyak 55,85% responden menyata-
sanya Perguruan Tinggi. Data BPS (2013) ter- kan telah berpartisipasi dalam kegiatan wisa-
sebut menunjukkan bahwa rata-rata pendidi- ta, yaitu dalam bentuk perawatan lingkungan
kan di wilayah studi masih cenderung rendah. dan penyedia kuliner, dan sebanyak 60,29%
Berdasarkan perilaku atau gaya hidup, telah berpartisipasi lebih dari 4 tahun. Alasan
karakter masyarakat bersifat heterogen. Ma- dalam berpartisipasi terbagi menjadi 3 alasan
syarakat di beberapa desa cukup antusias ter- dominan, yaitu sebagai bentuk tanggung ja-
hadap kegiatan wisata dan kegiatan lain yang wab, sebagai upaya memajukan desa, dan un-
berkaitan dengan pengembangan desanya, tuk mencari nafkah. Belum ada warga yang
dan cukup peduli terhadap lingkungannya. Te- berpartisipasi dalam pengelolaan wisata di
tapi masyarakat di beberapa desa lainnya cen- kawasan Rawa Pening. Namun, sebanyak
derung malas, pesimis, dan tidak peduli ter- 91,67% responden menyatakan bahwa ter-
hadap pengembangan desanya. Karakter ma- dapat usaha ekonomi mikro sebagai bentuk
syarakat yang cukup homogen adalah kecen- peluang usaha untuk mendukung kegiatan wi-
derungannya untuk membuang sampah ke sata, yang sebagian besar adalah berupa wa-
sungai. Kepedulian masyarakat terhadap rung kuliner, dan sisanya berupa makanan
lingkungan masih kurang, ditambah dengan khas dan kerajinan tradisional, seperti kera-
kurangnya prasarana persampahan di hampir jinan eceng gondok, di Desa Kebondowo, Desa
seluruh desa. Belum ada masyarakat yang Rowoboni, dan Desa Lopait.
mempelopori terbentuknya bank sampah atau Kualitas wisata dinilai dengan indikator
pemungutan sampah secara swadaya, se- kunjungan yang berkesinambungan di wilayah
hingga mengurangi jumlah sampah yang di- tersebut, dan kesiapan masyarakat dinilai de-
buang ke sungai ataupun dibakar. ngan menganalisis seberapa siap masyarakat
Adat istiadat di wilayah studi masih ter- jika wilayahnya dijadikan kawasan ekowisata.
jaga dengan baik, yang terbukti dengan masih Berdasarkan hasil kuesioner, sebanyak 62,81%
lestarinya merti dusun dan sedekah rawa, ser- responden menyatakan bahwa terdapat kun-
ta masih lestarinya beberapa tradisi seperti jungan wisata yang berkesinambungan di de-
kesenian daerah, gotong royong, nyadran, pe- sanya, terutama di Desa Asinan, Desa Kebon-
ngajian, merti dusun, syukuran, wayang, sede- dowo, Desa Rowoboni, Desa Tuntang, dan
kah rawa, padusan (berendam di Sungai Desa Lopait, yang memiliki area rekreasi yang

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 76


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

sering dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan baik langsung dijual maupun dijual sebagai
untuk kesiapan masyarakat, seluruh respon- bahan setengah jadi untuk kerajinan eceng
den sangat setuju jika kawasan Rawa Pening gondok. Terdapat pula kelompok sadar wisata
dijadikan sebagai kawasan ekowisata berbasis (Pokdarwis) di dua desa di wilayah studi, yaitu
masyarakat. Desa Kebondowo dan Desa Rowoboni, yang
Analisis skoring dilakukan pada aspek berperan aktif dalam pengelolaan kegiatan wi-
kemasyarakatan, yang kemudian penjumlahan sata di kedua desa tersebut. Pengusaha wa-
hasil skoring tersebut digunakan untuk mela- rung juga dinyatakan berperan dalam kegiatan
kukan kategorisasi desa berdasarkan potensi wisata oleh 14,93% responden, dengan me-
kemasyarakatannya. Berdasarkan hasil sko- nyediakan berbagai kebutuhan wisatawan,
ring, skor 1027–1225 dikategorikan sebagai terutama kuliner.
desa dengan potensi kemasyarakatan rendah, Transparansi pengelolaan dinilai dengan
skor 1226–1396 dikategorikan sebagai desa 3 indikator, yaitu manfaat yang didapatkan
dengan potensi kemasyarakatan sedang, dan masyarakat, pendistribusian keuntungan, dan
skor 1397–1502 dikategorikan sebagai desa keluhan masyarakat atas kegiatan wisata di
dengan potensi kemasyarakatan tinggi. Ber- wilayahnya. Berdasarkan hasil kuesioner, 80%
dasarkan kategorisasi tersebut, diketahui bah- responden menyatakan bahwa manfaat yang
wa desa dengan potensi kemasyarakatan ter- didapatkan adalah dalam bentuk upaya me-
tinggi adalah Desa Banyubiru, Desa Kebon- majukan perekonomian wilayah. Meskipun
dowo, dan Desa Rowoboni. demikian, masih ada 12,31% yang menyatakan
belum merasakan manfaat dari kegiatan wi-
Aspek Pengelolaan sata. Selain itu, 85,83% responden menyata-
Sebagian besar kegiatan wisata yang te- kan belum ada sistem pendistribusian keun-
lah berjalan di kawasan Rawa Pening dikelola tungan dari pihak pengelola kegiatan wisata
oleh swasta, dengan kurang melibatkan ma- terhadap desa mereka, hanya 12,5% yang te-
syarakat, sehingga masyarakat kurang merasa- lah melakukan sistem bagi hasil, yaitu di Desa
kan manfaatnya. Hanya sedikit kegiatan wisa- Rowoboni, terutama oleh Langen Tirta Mun-
ta yang memiliki sistem pendistribusian cul. Sedangkan keluhan terbanyak adalah ku-
keuntungan terhadap wilayahnya. Pengelola- rangnya pelibatan masyarakat dalam kegiatan
an kegiatan wisata akan sangat baik jika meli- wisata di kawasan Rawa Pening.
batkan masyarakat di sekitar daerah wisata Kebijakan dan program pemerintah ter-
tersebut. Dengan memberdayakan masyara- kait pengembangan kawasan Rawa Pening te-
kat sekitar, keuntungan yang diperoleh tidak lah banyak diatur, seperti dalam RTRW Kabu-
hanya dirasakan oleh pengelola kegiatan wi- paten Semarang, Gerakan Penyelamatan Da-
sata, namun juga masyarakat di sekitarnya, nau (Germadan) Danau Rawa Pening oleh Ba-
sehingga dapat membantu meningkatkan dan Lingkungan Hidup (BLH) dan Kementerian
ekonomi wilayah pedesaan di lokasi wisata Lingkungan Hidup (KLH), serta dalam Rencana
tersebut. Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Analisis aspek pengelolaan wisata dila- (Ripparda) Kabupaten Semarang, namun pe-
kukan dalam 3 variabel, yaitu partisipasi ma- laksanaan dan implementasi dari program-
syarakat, transparansi, serta kebijakan dan program dan kebijakan tersebut belum sepe-
program pemerintah. Kelompok masyarakat nuhnya terealisasi, karena memerlukan keter-
yang paling banyak terlibat dalam kegiatan libatan penuh dari masyarakat dan totalitas
wisata di kawasan Rawa Pening adalah kelom- kerja dari institusi terkait agar penerapannya
pok nelayan, yang dinyatakan oleh sebanyak lebih optimal dan berkelanjutan.
38,81% responden. Kelompok nelayan tidak
hanya mengambil ikan saja, namun juga ber- Aspek Pemberdayaan Masyarakat
peran dalam mengurangi eceng gondok di Aspek penyelenggaraan pemberdayaan
danau Rawa Pening. Banyak nelayan yang me- masyarakat dalam penelitian ini dinilai dengan
motong eceng gondok untuk kemudian dijual, 3 indikator, yaitu badan, peran, dan bentuk

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 77


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

kegiatan penyelenggaraan pemberdayaan ma- yang telah memiliki objek wisata yang sudah
syarakat. Terdapat beberapa badan yang per- cukup berkembang.
nah menyelenggarakan kegiatan pemberda- PNPM Mandiri juga pernah beberapa
yaan masyarakat di kawasan Rawa Pening, an- kali menyelenggarakan program pemberda-
tara lain Dinas Sosial, Kelompok Sadar Wisata yaan masyarakat mengenai wisata, yaitu di
(Pokdarwis), PNPM Mandiri, serta Dinas Peter- Desa Kebondowo. Kegiatan yang diselenggara-
nakan dan Dinas Perikanan. kan sangat berperan dalam memajukan ke-
Dinas Sosial rutin melakukan pemberda- giatan wisata di desa tersebut, sehingga pe-
yaan di seluruh desa, yang berperan dalam ngelolaannya lebih teratur dan lebih teror-
berupaya meningkatkan kesejahteraan masya- ganisir dengan baik, perahu-perahu wisata
rakat dengan mengembangkan potensi yang lebih rapi dengan pemeliharaan dermaga, ser-
ada di desa sekitar wilayah Rawa Pening. Ben- ta warga desa menjadi semakin peduli dan sa-
tuk kegiatan yang dilakukan antara lain adalah ling membantu dalam mengembangkan wi-
mengadakan penyuluhan dan pelatihan me- sata di desa tersebut. Bentuk kegiatan yang
ngenai pemanfaatan eceng gondok sebagai dilakukan PNPM Mandiri antara lain adalah
bahan baku kerajinan tangan, pemanfaatan perubahan penataan di beberapa tempat, ter-
barang bekas seperti kain perca ataupun utama di dermaga perahu wisata, pelatihan
limbah plastik menjadi produk yang mempu- kerajinan, pembangunan showroom kerajinan
nyai nilai jual lebih. Kegiatan paling menonjol eceng gondok, pengembangan kesenian, pe-
adalah pemanfaatan eceng gondok, karena ningkatan sarana dan prasarana penunjang
banyaknya eceng gondok di Rawa Pening se- wisata, serta pengemasan keripik ikan sebagai
hingga memungkinkan masyarakat untuk me- kuliner khas dari Desa Kebondowo.
ngolahnya. Walaupun sebagian besar desa ha- Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan
nya mengolah eceng gondok menjadi bahan juga pernah membantu pengembangan pari-
baku kerajinan, namun di desa Kebondowo su- wisata di kawasan Rawa Pening, yaitu di Desa
dah ada sentra kerajinan eceng gondok yang Asinan, dengan membantu pembangunan Wa-
pemasaran produknya sampai luar negeri. rung Apung, dan memperbaiki prasarana jalan
Bahkan pemiliknya sudah sering menjadi men- menuju objek tersebut. Objek wisata tersebut
tor dalam pelatihan kerajinan eceng gondok di sudah cukup berkembang, dan sangat ber-
berbagai daerah di Indonesia. Di Desa Kebon- peran dalam pengembangan pedesaan di desa
dowo juga dilakukan pemberdayaan dalam u- tersebut. Masyarakat Desa Asinan cenderung
paya peningkatan produksi pangan melalui terbuka, sehingga mempermudah dalam me-
pertanian dan perkebunan, dan sudah cukup nyelenggarakan pemberdayaan masyarakat.
dikembangkan di desa tersebut. Status desa tersebut sebagai desa vokasi juga
Beberapa desa memiliki kelompok sadar sangat mencerminkan kondisi kemasyarakatan
wisata (Pokdarwis), seperti Desa Kebondowo di desa tersebut.
dan Desa Rowoboni, yang berperan dalam u-
saha memajukan kegiatan wisata yang sudah Potensi Ekowisata Berbasis Masyarakat
ada di beberapa desa serta mengembangkan Hasil overlay dari skoring aspek ODTW
potensi wisatanya. Bentuk kegiatan yang dila- dan aspek kemasyarakatan digunakan untuk
kukan adalah pelibatan masyarakat dalam pe- memetakan potensi ekowisata di kawasan
ngelolaan kegiatan wisata, mencetuskan gaga- Rawa Pening secara spasial, yaitu dengan
san pelatihan pemandu wisata, mengembang- kategori desa dengan potensi ekowisata ter-
kan promosi wisata, membuka lapangan pe- tinggi pada Desa Asinan, Banyubiru, Kebon-
kerjaan dengan melibatkan masyarakat dalam dowo, Rowoboni, Tuntang, dan Lopait.
kegiatan wisata, menampung gagasan pe- Dalam konsep “berbasis masyarakat”
ngembangan wisata, dan sebagainya. Semen- atau “community-based”, aspek pengelolaan
tara hanya dua desa tersebut yang memiliki dan aspek penyelenggaraan pemberdayaan
Pokdarwis, karena hanya dua desa tersebut masyarakat menjadi pertimbangan utama, ka-
rena konsep tersebut menekankan pada kon-

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 78


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

trol masyarakat yang tinggi. Berdasarkan hasil ngan ekowisata berbasis masyarakat adalah
analisis, untuk aspek pengelolaan, masyarakat masyarakat yang cenderung malas dan tidak
masih banyak mengeluh mengenai kurangnya peduli terhadap lingkungannya. Berdasarkan
pelibatan masyarakat dalam kegiatan wisata, hasil analisis, potensi community-based me-
serta masih belum ada mekanisme pendis- nonjol pada empat desa, yaitu Desa Asinan,
tribusian keuntungan yang jelas terhadap desa Banyubiru, Kebondowo, dan Rowoboni.
dan masyarakat di sekitar objek wisata. Ma- Berdasarkan hasil analisis, potensi eko-
syarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata wisata berbasis masyarakat di kawasan Rawa
di kawasan Rawa Pening hanya sebagai pe- Pening terbagi ke dalam empat kategori desa,
lengkap saja, seperti pengusaha warung, pe- yaitu desa dengan potensi ekowisata, desa de-
kerja, petugas parkir, dan beberapa pekerjaan ngan potensi berbasis masyarakat, desa de-
lain yang sifatnya hanya sebagai pelengkap. ngan potensi ekowisata berbasis masyarakat,
Sedangkan dalam aspek penyelenggaraan dan desa yang belum memiliki potensi-potensi
pemberdayaan masyarakat, sebenarnya tidak tersebut, yang secara spasial dipetakan pada
ada kekurangan dalam penyelenggaraannya, Gambar 2.
namun hambatan utama dalam pengemba-

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

GAMBAR 2.
PETA POTENSI EKOWISATA KAWASAN RAWA PENING
Berdasarkan potensi-potensi ekowisata san Rawa Pening memiliki kontribusi terhadap
berbasis masyarakat di kawasan Rawa Pening pengembangan pedesaan di kawasan terse-
yang telah dipaparkan, hubungan antara eko- but, baik dalam dimensi ekonomi, sosial, mau-
wisata berbasis masyarakat dengan pengem- pun politik, namun kontribusinya belum mak-
bangan pedesaan di kawasan Rawa Pening di- simal. Dalam dimensi ekonomi, kegiatan wi-
jelaskan pada Gambar 3, dimana seluruh po- sata di beberapa desa sudah berkontribusi
tensi ekowisata berbasis masyarakat di kawa- langsung terhadap perekonomian daerahnya,

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 79


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

seperti di Desa Asinan, Desa Kebondowo, dan


Desa Rowoboni, sedangkan di 9 desa lainnya
masih bersifat perseorangan atau kelompok.
Dalam dimensi sosial, kontribusi kegiatan
wisata terhadap pengembangan masyarakat
sudah cukup terlihat, terutama di Desa Asinan,
Banyubiru, Kebondowo, dan Rowoboni, se-
dangkan kontribusi terhadap dimensi politik
dilihat dari kebijakan dan program pemerintah
terkait dengan pengembangan pedesaan di
kawasan Rawa Pening, terutama pada sektor
wisata, yang untuk saat ini belum menyeluruh.

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

GAMBAR 3.
PENGARUH EKOWISATA BERBASIS
MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN
PEDESAAN DI KAWASAN RAWA PENING
KESIMPULAN & REKOMENDASI sa dengan potensi ekowisata berbasis masya-
Kesimpulan rakat, serta desa yang belum memiliki potensi-
Berdasarkan hasil analisis, dapat disim- potensi tersebut. Pengembangan ekowisata
pulkan bahwa kawasan Rawa Pening yang di- ditujukan di Desa Asinan, Banyubiru, Kebon-
wakili oleh 12 desa yang mengelilingi Danau dowo, Rowoboni, Tuntang, dan Lopait. Pe-
Rawa Pening memiliki potensi yang cukup baik ngembangan berbasis masyarakat ditujukan
untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowi- pada Desa Asinan, Banyubiru, Kebondowo,
sata berbasis masyarakat, karena tidak hanya dan Rowoboni. Pengembangan ekowisata ber-
memiliki sumberdaya wisata berupa wisata basis masyarakat ditujukan pada Desa Asinan,
alam dan budaya, namun juga memiliki sum- Banyubiru, Kebondowo, dan Rowoboni. Se-
berdaya masyarakat yang potensial untuk di- dangkan 8 desa lain yang belum memiliki po-
berdayakan dalam kegiatan wisata tersebut, tensi ekowisata maupun potensi berbasis ma-
serta juga sudah terdapat beberapa program syarakat perlu kajian lebih lanjut mengenai
dan kebijakan pemerintah untuk mengem- potensi pengembangan pedesaannya.
bangkan ekowisata di kawasan tersebut. Ada- Secara keseluruhan, potensi ekowisata
nya potensi pemandangan alam, pemanci- berbasis masyarakat belum berkontribusi se-
ngan, wisata religi, kerajinan, kesenian dae- cara maksimal terhadap pengembangan pede-
rah, wisata budaya, kuliner, serta area rekreasi saan di kawasan Rawa Pening, sehingga 3 di-
menjadikan kawasan tersebut memiliki kera- mensi pengembangan pedesaan di kawasan
gaman sumber daya wisata yang dapat tersebut perlu berintegrasi, agar pengem-
dikembangkan, serta berkontribusi terhadap bangan pedesaan pada sektor pariwisata di
livelihood pedesaan di kawasan tersebut seca- kawasan Rawa Pening memiliki keberlanjutan
ra inklusif, meskipun belum maksimal. (sustainable development).

Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan ada- DAFTAR PUSTAKA
lah untuk mengembangkan konsep ekowisata Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan
berbasis masyarakat berdasarkan potensi de- Ambarawa Dalam Angka 2013.
sanya, yaitu desa dengan potensi ekowisata, Semarang.
desa dengan potensi berbasis masyarakat, de-

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 80


Potensi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Tanaya dan Iwan Rudiarto
Dalam Pengembangan Pedesaan di Kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang

. 2013. Kecamatan Banyubiru Dalam


Angka 2013. Semarang.
. 2013. Kecamatan Bawen Dalam Angka
2013. Semarang.
. 2013. Kecamatan Tuntang Dalam
Angka 2013. Semarang.
Buckley, Ralf. 2003. Case Studies in
Ecotourism. Cambridge: CABI.
Butcher, Jim. 2007. Ecotourism, NGO’s, and
Development: A Critical Analysis. New
York: Routledge.
Chuang, Shu-Tzu. 2010. “Rural Tourism:
Perspective from Social Exchange
Theory”. Social Behavior and Personality
Journal. Volume 38, Nomor 10,
Halaman 1313. Taiwan: Society for
Personality Research (Inc.).
Fennell, David A. 2003. Ecotourism: An
Introduction. Edisi Kedua. New York:
Routledge.
Fernando, Nimal A. 2008. Rural Development
Outcomes and Drivers: An Overview and
Some Lessons. Phillipines: Asian
Development Bank.
Hill, Jennifer dan Gale, Tim (Eds.). 2009.
Ecotourism and Environmental
Sustainability: Principles and Practice.
Burlington: Ashgate.
Jones, Samantha. 2005. “Community-Based
Ecotourism: The Significance of Social
Capital”. Annals of Tourism Research.
Volume 32, Nomor 2, Halaman 303 – 324.
Great Britain: Pergamon, Elsevier.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2011.
Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN) Danau Rawa Pening.
Jakarta.
Phillips, Rhonda dan Pittman, Robert H. (Eds.).
2009. An Introduction to Community
Development. New York: Routledge.

Teknik PWK; Vol. 3; No. 1; 2014; hal. 71-81 | 81

Anda mungkin juga menyukai