Anda di halaman 1dari 11

PERANCANGAN BUKU ESAI FOTO PENGRAJIN ENCENG GONDOK

DI DESA WISATA RAWA PENING KABUPATEN SEMARANG

Mikhael Albertinus L1, Bramantijo2, Ryan Pratama Sutanto3


13
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra Surabaya
2
Program Studi Seni Rupa, STK Wilwatikta Surabaya
mikhael.liem2@gmail.com

Abstrak
Mikhael Albertinus L ;
Perancang Grafis
Perancangan Buku Esai Foto Pengrajin Enceng Gondok Di Desa Wisata Rawa
Pening Kabupaten Semarang

Rawa Pening merupakan daerah wisata yang mempunyai potensi berkembang yang sangat luar biasa. Karena
Rawa Pening memiliki dua potensi luar biasa yaitu keindahan alamnya dan juga potensi manusianya. Namun
sayang kurangya publikasi serta pemeliharaan pemerintah membuat tempat tersebut kurang di kenal masyarakat.
Oleh karena itu, perancangan buku ini dibuat agar memberi wawasan mengenai tempat wisata Rawa Pening.

Kata Kunci : Perancangan, Buku, Rawa Pening, Alam, Manusia, Fotografi

Abstract
Photo Essay Book of The Craftmen of Water Hyacinth in the Wisata Rawa Pening Village Semarang
District

Rawa Pening is the tourist which has very wonderful potential developed. Because Rawa Pening has two
tremendous potential that is its natural beauty as well as its human potential.But unfortunately the lack of
publications as well as the maintenance of Government make those places less known society. Therefore, the
design of this book was made to give insights of Rawa Pening tourist.

Key Word : Planning, Book, Rawa Pening, Nature, Human, Photograhpy

Pendahuluan dan pendayagunaan sember daya dan potensi


pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi pembangunan ekonomi.
Indonesia adalah negara yang terkenal kaya Pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang
akan budaya, historikal, serta alamnya. Karena mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses
kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangat banyak pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata
maka munculah daerah atau tempat - tempat wisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik
yang beragam, seperti Bali, Gunung Bromo, (Spillane,14). Hal tersebut sejalan dengan yang
Jogjakarta, serta banyak lagi tempat wisata di tercantum dalam Undang ± Undang Nomor 10 tahun
Indonesia. Sektor pariwisata merupakan sektor yang 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan
berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditunjukan
sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam
pendapatan asli daerah, maka program pengembangan
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran enceng gondok yang terdapat di desa Rawa Pening ini
rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat di
berusaha dan lapangan kerja, mendorong sekitar tempat Rawa Pening tersebut, terutama di luar
pembangunan daerah, memperkenalkan dan negeri tepatnya di Negara Eropa. Dengan adanya
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di potensi besar yang berupa keindahan alam serta
Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan potensi human interestnya sangat disayangkan jika
mempererat persahabatan antar bangsa. bangsa Indonesia tidak mengenal lebih baik tentang
keindahan alam dan kerajinan enceng gondok yang
Selama berwisata, wisatawan akan terdapat di desa Rawa Pening ini. Karena selama ini
melakukan belanjaannya, sehingga secara langsung masyarakat Indonesia juga kurang mengenal apa itu
menimbulkan permintaan (Tourism Fina Demand) Rawa Pening, serta Pemerintah pun masih kurang
pasar barang dan jasa. Selanjutnya Final Demand mempublikasikan kerajinan enceng gondok di
wisatawan secara tidak langsung menimbulkan kawasan Rawa Pening ini.
permintaan akan barang modal dan bahan baku
(Investment Derived Demand) untuk berproduksi Desa wisata sendiri adalah sebuah kawasan
memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik
jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata. Ini sangat
wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi berkaitan sekali dengan desa wisata Rawa Pening
dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, karena di desa ini yang selain menawarkan keindahan
industri kerajinan dan industri produk konsumen, alamnya, desa wisata Rawa Pening juga memiliki sisi
industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain kehidupan masyarakatnya yang unik yaitu sebagai
(Spillane, 20) pengrajin enceng gondok. Banyak pengrajin enceng
gondok di desa ini karena terdapat sebuah telaga yang
Jawa Tengah sebagai salah satu tujuan wisata di permukaan telaga tersebut banyak ditumbuhi
turut menikmati maraknya perkembangan industri tanaman enceng gondok tersebut. Sangat disayangkan
pariwisata baik dalam bentuk kunjungan wisatawan, jika tanaman tersebut yang berjumlah banyak dibuang
usaha pariwisata serta penerimaan devisa dan sia-sia maka oleh masyarakat tanaman tersebut
perputaran kegiatan ekonomi dari kegiatan pariwisata. dijadikan berguna yaitu menjadi sebuah kerajinan
Sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata, dalam tangan.
rangka mendukung tercapainya tujuan pengembangan
kepariwisataan Indonesia, Jawa Tengah telah Enceng gondok adalah salah satu jenis
melakukan berbagai kegiatan pembangunan tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan
pariwisata, pemasaran pariwisata, dan juga usaha nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia
pengembangan kegiatan wisata sesuai dengan potensi enceng gondok mempunyai nama lain seperti di
pariwisata yang dimiliki baik berupa sumber daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di
keanekaragaman objek dan atraksi wisata sehingga Lampung dikenal dengan nama Ringgak,dll. Enceng
dapat meningkatkan daya tarik pariwisata Jawa gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
Tengah. sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang
dapat merusak lingkungan perairan. Di Indonesia
Salah satu wilayah di Jawa Tengah yang sendiri banyak terdapat pengrajin enceng gondok
perlu dikembangkan dan mempunyai potensi tinggi seperti di Bandung, Surabaya, Kalimantan, dll.
adalah Kawasan Rawa Pening di Kabupaten Meskipun jumlah pengrajin enceng gondok cukup
Semarang dengan basis pengembangan pada daya banyak di Indonesia masyarakat masih tetap kurang
tarik dan potensi lokal. Hal ini didukung dengan akan pengetahuan akan pengrajin tersebut.
adanya kebijaksaanan Pemerintah Daerah pusat
Pariwisata Jawa Tengah, khususnya pengembangan Sedikit menyinggung tentang apa itu esai
ke arah pariwisata alam. Keberadaan kawasan Rawa foto, karena peneliti menggunakan tehnik ini dalam
Pening di tengah segitiga Yogya-Semarang-Solo perancangan buku. Dalam dunia tulis menulis, esai
membuat kawasan ini memiliki kekuatan strategis dan adalah tulisan yang mengangkat suatu masalah tanpa
potensial untuk dikembangkan melalui kegiatan harus memberikan penyelesaian pada suatu persoalan,
pariwisata. Rawa Pening sendiri terletak pada namum opini penulis sangat menonjol dengan segala
Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan kandungan pikirannya, gaya bahasanya bahkan sering
Banyubiru Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Rawa dilengkapi ide. Dalam foto, esai foto secara umum
Pening ini berada di cekungan terendah lereng mempunyai sifat yang sama dengan esai tulisan yaitu
Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Gunung mengandung opini dari suatu sudut pandang. Namun
Ungaran. dalam prakteknya mempunyai kekhasan karena esai
foto di samping terdiri dari tulisan juga terdiri dari
Selain dikenal dengan cerita rakyat tentang foto. Pada intinya esai foto merupakan gabungan dari
Baru Klinthing, Rawa Pening juga dikenal akan hasil foto berita dan foto features.
buminya yaitu kerajinan enceng gondok. Kerajinan
Oleh karena itu dengan kemampuan yang
dimiliki peneliti dalam hal ini adalah fotografi maka
peneliti membuat buku esai foto tentang pengrajin
enceng gondok di desa wisata Rawa Pening dan dari
latar belakang tersebut, perancang mengangkat judul
³Perancangan Buku Esai Foto Pengrajin Enceng
Gondok di Desa Wisata Rawa Pening Kabupaten
Semarang ³

Metode Perancangan

Metode pengumpulan data


Sebagai sumber data, penulis menggunakan sumber Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)
data primer yaitu informasi mengenai Rawa Pening
dan kerajinan eceng gondok, yang langsung didapat Gambar 1. Suasana kehidupan masyarakat
dari informan. Selain itu juga menggunakan sumber sedang mencari enceng gondok
data sekunder yaitu data yang didapat dari buku,
internet dan informasi lainnya. Pada proses
pengumpulan data penulis menggunakan beberapa
teknik yaitu :

- Observasi lapangan secara langsung


dilakukan tidak terbatas baik itu perilaku kehidupan
sehari ± hari, serta tempat ± tempat yang dianggap
menunjang dalam pengambilan gambar fotografi.
Peneliti juga menggunakan metode observasi
partisipan yang dimana peneliti terjun langsung dan
ikut membaur dengan nara sumber. Obsevasi yang
dilakukan adalah mengunjungi langsung tempat
perancangan dengan menemui pengrajin dan kepala
Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)
desa tempat tersebut.
- Wawancara, dengan cara ini kita mampu
Gambar 2. Menyapu di pagi hari
mengetahui dengan jelas dan lebih mendetail hal-hal
yang perlu kita ketahui. Selain itu kebenaran dan
kepastiannya kita dapatkan langsung dari sumber.
Wawancara ini dilaksanakan dengan struktur bebas
dalam arti pertanyaannya tidak tersusun secara
sistematis dan formal. Sumber yang diwawancara
adalah para pengrajin enceng gondok serta kepala
desa. Wawancara yang dilakukan kepada kepala desa
adalah pertanyaan mengenai bagai mana keadaan desa
wisata tersbut, serta adakah potensi lain yang terdapat
di dalam desa tersebut selain pengrajin enceng
gondok serta keindahan alamnya. Sedangkan
wawancara yang dilakukan kepada pengrajin adalah Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)
bagaimana mendapatkan ide untuk membuat
kerajinan enceng gondok tersebut, kemudian proses - Gambar 3. Suasana jalan menuju desa
proses apa saja yang diperlukan sang pengrajin dari
mulai awal sampai akhirnya enceng gondok menjadi
suatu barang yang mempunyai nilai jual tinggi.
- Pengambilan foto merupakan komponen Alat Pengumpulan Data
utama pada metode pengumpulan data ini, karena
buku yang akan dibuat ini sebagian besar Alat pengumpulan data yang digunakan perancang
menggunakan tenik foto bukan komputer. Yang adalah kamera dan alat ± alat pendukung lainya
diambil dalam pengambilan gambar ini adalah seperti alat recorder, buku, atau kamera vide
suasana alam di desa Rawa Pening serta kehidupan Analisis Data
para masyarakatnya khususnya masyarakat pengrajin
enceng gondok. Menggunakan metode kualitatif, Berdasarkan sifat
masalahnya, penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, dimana dalam pendekatanya
mempertimbangkan suatu peristiwa yang mempunyai wilayah Rawa Pening dari enceng gondok dengan
makna dan arti tertentu yang tidak bisa diungkap cara mencabutnya. Namun usaha ini kurang
secara kuantitatif atau dengan angka ± angka. membuahkan hasil karena pertumbuhan enceng
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif gondok yang sangat cepat dan pesat. Bahkan
sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan pemerintah (tahun 2009) berusaha lebih giat lagi
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari memusnahkan pertumbuhan enceng gondok dengan
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. cara menggunakan kapal bermesin yang dijalankan
Pendekatan ini diarahkan pada individu dan diatas enceng gondok dengan tujuan menggilas
lingkungannya secara holistik (menyeluruh). Corak tumbuhan tersebut agar patah dan mati, namun hasil
penelitian dengan metode kualitatif memiliki sifat itu nihil karena justru patahan yang tersisa dari
kasuistik dalam menelaah dan mempelajari suatu tumbuhan enceng gondok semakin berkembang biak
kontak fenomena yang berasal dari kenyataan hidup dan bertumbuh lebih banyak dari sebelumnya.
seseorang dengan segala dinamika permasalahannya. Pemerintah kembali mengupayakan penanggulangan
(dikutip Moleong, 3) pembrantasan enceng gondok dengan mengerahkan
tenaga para tentara untuk mencabut enceng gondok
Pada tahap ini, dilakukan analisa terhadap data dengan harapan Rawa Pening tersebut akan menjadi
kegiatan yang akan dilakukan. Analisa ini bersih, tapi usaha ini pun tidak berhasil. Pertumbuhan
dilaksanakan dengan cara mengelompokkan data enceng gondok lebih cepat daripada usaha
berdasarkan variable dan jenis responded, mentabulasi pemusnahan yang dilakukan oleh para tentara.
data, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, (Narasumber : Bapak Slamet-wawancara)
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah. Dengan berbagai permasalahan yang
diakibatkan adanya tumbuhan tersebut, Slamet
Tinjauan Enceng gondok Triamanto selaku perintis pengrajin enceng gondok
mencoba memanfaatkannya sebagai bahan baku
Tumbuhan enceng gondok (Eichornia kerajinan. Disamping bisa mengurangi tumbuhan
cressipes SOLM) merupakan tumbuhan atau hama enceng gondok, beliau juga berharap bisa membuka
penggangu. Tumbuhan tersebut banyak tumbuh peluang kerja bagi masyarakat sekitar wilayah Rawa
didaerah rawa-rawa, suatu contoh enceng gondok Pening. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan
(Eichornia cressipes SOLM) banyak tumbuh di Rawa taraf hidup dan kesejahteraan bagi masyarakat
Pening Kabupaten Semarang - Jawa Tengah, sekitarnya. Dengan demikian, tumbuhan enceng
Indonesia. Dengan banyaknya tumbuhan tersebut gondok (Eichornia cressipes SOLM) yang tadinya
masyarakat sekitar Rawa Pening sangat dirugikan, menjadi sumber permasalahan kini menjadi sumber
terlebih bencana banjir yang sering kali terjadi akibat penghasilan dan daya jual wisata Rawa Pening.
rawa yang seharusnya sebagai penampungan air
dengan tumbuhan enceng gondok. Suyudi dalam Teori Fotografi
blognya menuliskan, dampak negatif keberadaan
enceng gondok ini yang perlu kita perhatikan .DWD IRWRJUDIL EHUDVDO GDUL NDWD ³IRWR´
diantaranya adalah: \DQJ EHUDUWL FDKD\D GDQ ³JUDIL´ \DQJ EHUDUWL PHQXOLV
1. Menurunnya jumlah cahaya matahari yang atau melukis, jadi dapat dikatakan bahwa fotografi
masuk ke dalam perairan, sehingga tingkat adalah seni menggambarkan sesuatu dengan bantuan
kelarutan oksigen dalam air berkurang. cahaya. Di sini kehadiran cahaya adalah mutlak. Kita
2. Meningkatnya evapotranspirasi yaitu baru dapat membuat foto bila terdapat cahaya di
penguapan dan hilangnya air, melalui daun, lingkungan kita saat membuat foto (Leonardi 8).
karena ukuran daun enceng gondok yang
lebar dan cepat tumbuhnya. Sepeti definisi diatas, fotografi berarti
3. Enceng gondok yang mati akan turun ke menggambarkan sesuatu, maka disini fotografi
dasar perairan sehingga mempercepat proses sangatlah vital untuk menggambarkan, merekam, apa
pendangkalan. yang kita lihat untuk kemudian diproses sebagai
4. Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit informasi yang akan disebarkan kepada khalayak
pada manusia, misalnya nyamuk dan tikus. ramai. Foto yang baik mampu menjelaskan suatu detil
5. Menurunnya estetika, tingkat keindahan kejadian dengan baik, jelas, dan terstuktur.
lingkungan
6. Menghambat transportasi, perahu maupun Sejarah fotografi, Dalam buku The History of
aliran air yang sering tersumbat. Photography karya Alma Davenport, terbitan
University of New Mexico Press tahun 1991 hal 132,
Masyarakat dan pemerintah setempat sudah disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi
berupaya menanggulangi tumbuhnya enceng gondok (SM), seorang lelaki bangsa Cina bernama Mo Ti
agar tidak semakin berkembang biak. Salah satu sudah mengamati sebuah gejala fotografi. Apabila
usahanya dengan cara bekerja bakti membersihkan pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang
kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu Esai adalah tulisan berupa prosa yang menguraikan
pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan suatu masalah secara sepintas dari sudut pandang
secara terbalik lewat lubang tadi. Selang beberapa SHQXOLVDQ\D )DMUL ³HVDL´ 6HEXDK HVDL DGDODK
abad kemudian, banyak ilmuwan menyadari mencba sebuah komposisi prosa singkat yang
menjabarkan fenomena pinhole tadi. Bahkan pada mengekspresikan opini penulis tentang subyek
abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian:
fenomena pinhole tadi dengan gejala ide yang ia pendahuluan yang berisi latar belakang informasi
miliki, lalu memperkenalkannya kepada khalayak yang mengindentifikasi subjek bahasan dan pengantar
ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh
lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan informasi tentang subyek; dan terakhir adalah
memberinya jarak untuk menangkap bayangan konklusi yang memberikan kesumpulan dengan
matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh
menembus dan memantul di atas tanah sehingga esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang
gerhana matahari dapat diamati. Khalayak pun dibuat VXE\HN ³$SDNDK´ SDUD
terperangah.
Menurut model penalaran ala Edward de Bono,
Percobaan-demi percobaan terus berlanjut, sampai penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama,
akhirnya William Henry Talbott dari Inggris pada 25 model penalaran vertikal (memusatkan perhatian dan
Januari 1839 memperkenalkan lukisan fotografi yang mengesampngkan dan pengaruh). Dari pembagian
juga menggunakan kamera obscura, tapi ia membuat model penalaran ini, esai cenderung lebih
foto positifnya pada sehelai kertas chloride perak. mengamalkan penalran lateral karena esai cenderung
Kemudian, pada tahun yang sama Talbot menemukan tidak analitis dan acak, melainkan dapat melompat-
cikal bakal film negatif modern. Proses ini diebut lompat dan provokatif. Sebab, esai menurut makna
Calotype yang kemudian dikembangkan menjadi asal katanya adalah sebuah upaya atau percobaan
Talbotypes. Untuk menghasilkan gambar positif, yang tidak harus menjawab suatu persoalan secara
Talbot menggunakan proses Saltprint. Gambar dengan final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut Francis
film negatif pertama yang dibuat Talbot pada Agustus Bacon, esai lebih sebagai butir garam pembangkit
1835 adalah pemandangan pintu perpustakaan di selera ketimbang sebuah makanan yang
rumahnya di Harcock Abbey,Wiltshire, Inggris. mengenyangkan.

Pada tahun 1839 di Perancis menyatakan secara resmi Esai ekspositori merupakan esai yang menjelaskan
bahwa fotografi adalah suatu terobosan teknologi. subjek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan
Saat itu, rekaman dua diemensi seperti yang dilihat penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal,
mata sudah bisa dibuat permanen. Penemu fotografi identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan
dengan pelat logam Louis Jacques Mande Daguerre, dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan,
sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, atau mengidentifikasikan. Urutan penjelasannya
pemerintahan Perancis, dengan dilandasi berbagai sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai ekspositori
pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu yang dibuat. Esai proses akan menyajikan urutan yang
sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma ± bersifat kronologis (berdasarkan waktu); esai yang
cuma. Fotografi kemudian berkembang dengan sangat membandingkan akan menjelaskan dengan contoh-
cepat. Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu contoh; esai perbandingan atau klasifikasi akan
kilat pun telah menjadi sebuah aliran tersendiri dalam menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai
fotografi. Cahaya yang dinamai sinar-X kemudian yang tak penting,atau sebaliknya); esai sebab-akibat
membuat fotografi menjadi berguna dalam bidang mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan
kedokteran. meramalkan akibat, atau sebaliknya, mulai dengan
akibat dan mencari sebabnya.
Fotografi masuk ke Indonesia sejak sekitar 150 tahun
yang lalu dan mulai berkembang pesat sejak tahun Esai naratif merupakan esai yang menggambarkan
1930. Pada masa Perang Dunia II, fotografi di suatu ide dengan cara bertutur. Kejadiaan yang
Indonesia berhenti berkembang, tetapi pada tahun diceritakan biasanya disajikan sesuai urutan waktu.
1960 mulai berkembang lagi, terutama pada akhir Esai persuasif berusaha mengubah perilaku pembaca
dasawarsa ini dimana peralatan fotografi yang ada dan atau memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam
dijual di pasaran sudah semakin canggih. Fotografi di suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu
Indonesia tidak hanya sebatas dokumentasi saja. emosi atau dampak emosional. Rincian pendukung
Tetapi sudah meningkat ke media komunikasi, biasanya disajikan berdasarkan urutan
jurnalistik, bidang seni foto, foto produk, interior, dan kepentingannya.
periklanan.
Esai dokumentatif adalah esai yang memberikan
Tinjauan Esai informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu
institusi atau otoritas tertentu. Esai ini mengikuti
panduan dari MLA, APA. Atau panduan Turabian. dan berlimpah. Tanah untuk perkebunan sangat cocok
³$SDNDK´ SDUD di desa kebondowo.

Pengertian Esai Foto

Esai adalah tulisan berupa prosa yang


menguraikan suatu masalah secara sepintas dari sudut
pandang penulisanya. Sebuah esai adalah sebuah
komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini
penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar
dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi
latar belakang informasi yang mengindentifikasi
subjek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh
esai yang menyajikan seluruh informasi tentang
subyek; dan terakhir adalah konklusi yang
memberikan kesumpulan dengan menyebutkan Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)
kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau
menambahkan beberapa observasi tentang subyek. Gambar 4. Suasana desa di Kebondowo
Esai naratif merupakan esai yang Kesimpulan Analisa
menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur.
Kejadiaan yang diceritakan biasanya disajikan sesuai Dari data-data yang telah diperoleh perancang, dapat
urutan waktu. Esai persuasif berusaha mengubah disimpulkan bahwa desa wisata tepatnya desa
perilaku pembaca atau memotivasi pembaca untuk Kebondowo ini memiliki banyak potensi yang
ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat tersembunyi. Karena di desa wisata ini selain
menyatakan suatu emosi atau dampak emosional. menawarkan keindahan alam yang luar biasa, di desa
Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan wisata ini juga menawarkan kehidupan
urutan kepentingannya. masyarakatnya yang luar biasa sebagai pengrajin
enceng gondok. Oleh sebab itu sangat disayangkan
Esai dokumentatif adalah esai yang jika masyarakat Indonesia tidak mengetahui potensi
memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di yang luar biasa dari desa wisata Kebondowo ini.
bawah suatu institusi atau otoritas tertentu. Esai ini
mengikuti panduan dari MLA, APA. Atau panduan
Turabian.
Konsep Desain

Pengertian foto esai adalah, laporan yang Bagaimana merancang buku foto esai untuk
mengandung opini pemotret dari suatu sudut pandang mempromosikan desa wisata Rawa Pening khususnya
tanpa penyelesaian dari peristiwa yang diangkat. Foto di desa Kebondowo dan mengangkat sisi kehidupan
esai terdiri dari beberapa foto disertai dengan narasi masyarakatnya sebagai pengrajin enceng gondok,
yang memperkuat foto tersebut baik panjang maupun serta dapat menghimbau masyarakat dan pemerintah
pendek. untuk lebih bisa memperhatikan tempat wisata
tersebut. Pesan yang ingin dicapai peneliti dalam
pembuatan buku esai ini adalah agar masyrakat dapat
Tinjauan desa wisata Rawa Pening
mengenal apa itu Rawa Pening.
Rawa Pening merupakan suatu tempat yang terletak Konsep penyajian dari buku ini pertama
tepat di antara Solo, Jogja, serta semarang, tepatnya dilihat dari segi isi, buku ini akan bercerita bagaimana
terletak pada kabupaten Semarang. Rawa Pening kehidupan di desa wisata Rawa Pening yang berfokus
sendiri terletak di desa Kebondowo yang merupakan pada kehidupan pengrajin serta keindahan alamnya.
dataran tinggi yang sangat subur yang dikitari oleh
bukit yang hijau, yang dialiri oleh satu sungai klegung Konsep Tipografi
yang menjadi batas wilayah dengan desa Banyubiru.
Tanah berwarna merah kemerah ±merahan dan Tipografi menggunakan font Didot dan cambria.
berlempung, tanah jenis ini mempunyai tekstur liat Karena font ini dirasa sangat cocok dalam pembuatan
dan subur. Pada keadaan umum tanah aslinya adalah buku dan font tersebut memiliki karakter yang tegak
subur tapi cara memanfaatkan tanahnya yang masih tetapi tidak berkesan kasar sehingga sangat cocok
kurang. Pada dasarnya desa kebondowo cocok untuk untuk font dalam buku.
ditumbuhi pohon kopi,padi untuk persawahan,dan
lain-lain. Konsep Layout
Untuk tanaman yang membutuhkan pengairan seperti
padi sangat subur karena pengairannya sangat baik
Layout pada pembuatan buku esai foto ini Sangatlah biasa bagi masyarakat desa
menggunakan layout yang simple. Karena perancang Kebondowo untuk bangun pagi dan melakukan
tidak ingin membuat pembaca pusing karena terlalu banyak aktivitas mereka. Seperti pada gambar di atas
banyak gambar di dalam melihat suatu gambar. seorang bapak yang sedang menggiling padi - padinya
dimana waktu masih sangat pagi bagi masyarakat
Visualisasi Kehidupan kota.

Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)

Gambar 5. Mesin Penggiling padi

Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)

Gambar 8. Petani enceng gondok

Gambar diatas merupkan lahan dari para


petani enceng gondok untuk mendapat rejeki. Mereka
Sumber: Foto oleh Mikhael (2013) bekerja keras spagi, siang , sore untuk mendapat hasil
yang memuaskan. Enceng gondok ini sangatlah
Gambar 6. Menjaga padi gilingan banyak sehingga tidak sulit masyarakat untuk
menemukan tetapi tempat untuk mengambil enceng
gondok tersebutlah yang cukup sulit karena berada di
tengah - tengah rawa.

Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)

Gambar 7. Bersiap memasukan gerabah


Danau ini mengalami pendangkalan yang
pesat. Pernah menjadi tempat mencari ikan, kini
hampir seluruh permukaan rawa ini tertutup eceng
gondok. Gulma ini juga sudah menutupi Sungai
Tuntang, terutama di bagian hulu. Usaha
mengatasi spesies invasif ini dilakukan dengan
melakukan pembersihan serta pelatihan pemanfaatan
eceng gondok dalam kerajinan, namun tekanan
populasi tumbuhan ini sangat tinggi.

Menurut legenda, Rawa Pening terbentuk dari


muntahan air yang mengalir dari bekas
Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)
cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinthing.
Cerita Baru Klinthing yang berubah menjadi anak
Gambar 9. Ibu dan bapak pengangkat jerami
kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak
diterima masyarakat dan akhirnya ditolong janda tua
Seorang ibu yang sedang mengangkat jerami
ini sudah berlalu.
untuk diberikan pada ternak mereka. Meski sudah
tidak muda lagi ibu ini masih tetap semangat untuk
Buku Esai Fotografi Desa Wisata Rawa Pening
mencari jerami sendiri dan menempuh jalan yang
tidak dekat.
Penggunaan media buku esai fotografi terhadap suatu
peristiwa atau tempat meiliki kekuatan tersendiri.
Setiap foto dapat menjelaskan lebih baik daripada
seribu kata apalagi ketika berbicara mengenai alam,
pemandangan dan peninggalan sejarah. Kekuatan
bisual dari foto yang dipadukan dengan esai dimana
disertai dengan pengolahan kata yang baik akan
memberi makna yang kuat. Sehingga dapat tercipta
komunikasi antara penulis lewat karya esai fotonya
dapat benar - benar tersampaikan kepada audience.

Visualisasi terhadap desa wisata Rawa Pening ini


bukan hanya melalui foto keindahan alam, tetapi juga
kehidupan masyarakat dari desa wisata Rawa Pening.
Petikan potret dari kehidupan serta keindahan alam
Rawa Pening menunjukkan bahwa ada keindahan
yang selama ini terabaikan dan tidak mendapat
perhatian. Bahwa kemajuan zaman telah membuat
mereka tertutup oleh tingginya kemewahan kota.

Visualisasi Layout

Sumber: Foto oleh Mikhael (2013)

Gambar 10. Suasana Rawa Pening

Rawa Pening ("pening" berasal dari "bening")


adalah danau sekaligus tempat wisata air
di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dengan luas
2.670 hektare tempat ini menempati wilayah
Kecamatan Ambarawa,Bawen,Tuntang,
dan Banyubiru. Rawa Pening terletak di cekungan Gambar 11. Cover buku
terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung
Telomoyo, dan Gunung Ungaran.
Gambar 12. Beberapa layout buku
Kesimpulan dan Saran 4. Friska dan teman-teman yang dengan
bantuan dan semangat kalian berikan, maka
Rawa Pening adalah tempat wisata yang selesailah buku perancangan ini.
merupakan salah satu aset wisata dari Indonesia. 5. Bapak Yani selaku kepala lurah di desa
Sangat disayangkan jika aset ini tidak dikenal dan Kebondowo, yang telah membantu banyak
dikembangkan oleh masyarakat Indonesia. Maka dari dalam memberikan petunjuk letak keadaan
itu informasi sangat dibutuhkan untuk masyarakat desa.
agar masyarakat dapat mengetahui dan ikut merawat 6. Bapak Slamet selaku empunya tempat
aset ± aset seperti Rawa Pening. pengrajin enceng gondok yang telah
memperbolehkan kami untuk mengambil
Diharapkan dengan buku tentang Rawa gambar.
Pening ini pembaca bisa mendapat informasi dan 7. Para warga desa yang telah kami repotkan.
menambah wawasan mengenai tempat wisata di 8. Teman-teman kelompok bimbingan Tugas
Indonesia, serta masyarakat dapat ikut Akhir untuk bantuannya dalam memberikan
memperkenalkan pada dunia luar. Penulis berharap ide, masukan, serta dukungan positif kalian
Indonesia dapat dikenal oleh mancan negara selain itu dalam setiap asistensi.
nama Indonesia akan kembali berjaya.
Bila ada, ucapan terima kasih dapat dituliskan pada
bagian akhir sebelum daftar pustaka.
Di dalam merancang suatu buku diperlukan
pemahaman yang luas mengenai topik yang dipilih di
dalam buku tersebut, dalam buku ini khususnya
Daftar Pustaka
tentang desa wisata Rawa Pening yang menjadi
pokok bahasan. Memahami pokok bahasan serta
memiliki semua data yang berkaitan sangatlah Davenport,Alma.1991. The History of Photograohy.
penting bagi penulis karena dengan semua itu penulis Mexico : University of New Mexico Press
bisa menyampaikan semua kepada pembaca dengan
Freeman, Michael. 1993. Complete Guide to
benar.
Photography. Glasgow: Harper Collins
Penulis berharap dengan disusu nya buku ini
Publi-sher.
dapat memberi wawasan kepada pembaca dan
menyadarkan akan adanya potensi t potensi di Heller, Fink.- ³Low-Budget/High-quality design´
Indonesia. Agar para masyarakat dapat turut
melestarikan serta mengetahui tempat wisata di Leonardi, Lillie.- ³In The Shadow of a Badge´
Indonesia khusunya Rawa Pening.
Moleong, L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Ucapan Terima Kasih Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Pusat Penelitian Kepariwisataan Lembaga Penelitian
Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya penulis ITB, 1997, Pariwisata
dapat menyelesaikan tugas akhir Desain Komunikasi
Visual ini dengan baik. Serta dengan bimbingan-Nya Indonesia, Berbagai Aspek dan Gagasan
penulis dapat meraih gelar sarjana. Pembangunan, ITB, Bandung.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari Prosiding Pelatihan dan Lokakarya, 1997,
berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan hingga Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, ITB, Bandung.
masa tugas akhir ini sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu penulis Profil desa Kebondowo
berterima kasih kepada:
5RFNZHO NHQ ³7KH $UW RI 3KRWRJUDSK\´ QHZ
1. Bapak Bramantya, selaku pembimbing satu edition
yang telah membantu memberikan banyak
ide serta masukan yang berarti dalam Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat
pembuatan perancangan ini. Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius.
2. Bapak Ryan Pratama S, selaku pembimbing Yogyakarta.
dua yang juga ikut berkontribusi dalam
meberikan ide serta masukan yang membuat W.J.S. Poerwadrminta,Kamus bahasa Indonesia.
karya ini dapat berjalan hingga selesai.
3. Keluarga yang luar biasa memberikan 2007. http://www.duniaesai.com/panduan2.htm
semangat dan dukungan doa.
http://moel30.multiply.com/journal/item/1/Arti-
Pariwisata

http://digital-photography-school.com/author/darren

-.2006. http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi

Anda mungkin juga menyukai