Disusun Oleh:
Akhmad Fajarudin
14512134
Dosen Pembimbing :
Supriyanta, Ir, Msi.
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018
ABSTRAK
Desa wisata Kasongan merupakan salah satu desa wisata yang berada di
Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Mayoritas masyarakat di Desa Kasongan bermata pencaharian sebagai pengrajin
gerabah. Seiring perkembangannya barang kerajinan dari Kasongan telah
menembus pasar nasional maupun internasional dengan banyaknya barang
kerajinan yang diekspor ke luar negri. Hal ini mengundang wisatawan dari dalam
maupun luar negeri untuk berkunjung ke desa ini dan terus meningkat jumlahnya
dari tahun ke tahun. Sebagai sebuah kawasan wisata, Kasongan memiliki potensi
sungai bernama sungai Bedog, yang melewati bagian Selatan desa yang juga
memiliki potensi untuk menjadi objek wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan tiap
tahunnya membuat kebutuhan akan fasilitas penginapan semakin meningkat.
Penerapan fasilitas penginapan dengan penerapan arsitektur tropis pada desa
Kasongan merupakan pilihan yang cukup baik. Dengan material desain utama batu
bata ekspos. Material bangunan tropis ini pun akan menjadi icon baru bagi desa
Kasongan yang juga merupakan desa yang sangat dekat dengan tanah liat pada
kerajinannya. Sasaran dari perancangan ini adalah dengan mengolah kawasan
bantaran sungai menjadi kawasan homestay dengan implementasi arsitektur tropis
dengan fungsi tambahan berupa galeri gerabah. Sungai yang menjadi salah satu
elemen penting pada desa ini, masih belum cukup baik sebagai identitas sebuah
kawasan wisata karena masih belum terawat dengan baik dan terkesan kumuh.
Perancangan riverwalk ini bertujuan untuk menciptakan sungai Bedog desa
Kasongan menjadi sebuah identitas baru dan menjadikannya sebagai objek wisata
yang menarik bagi Kasongan. Perancangan kawasan Homestay dan Riverwalk
dengan pendekatan Arsitektur Tropis ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang
berarti bagi masyarakat dan lingkungan desa Kasongan. Sehingga mampu
memaksimalkan peningkatan kualitas pariwisata yang ada pada desa Kasongan.
Tabel 1.1 Tabel Kontribusi PAD dari Pariwisata Bantul Tahun 2012-2013
No Tahun Jumlah Wisatawan PAD
c. kerajinan kayu,
1. topeng di Dusun Pucung Desa
Pendowoharjo Kecamatan Sewon;
2. wayang klithik di Dusun Krebet Desa
Sendangsari Kecamatan Pajangan;
3. topeng di Dusun Kebangputihan Desa
Guwosari Kecamatan Pajangan;
Tabel 1.4 Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bantul, 2014-2015
Gerabah Kasongan
Kasongan merupakan Sentra Kerajinan yang paling terkenal
di Bangunjiwo, dan juga menjadi aset berharga dari Kabupaten
Bantul. Bahkan nama Kasongan mungkin lebih terkenal
dibandingkan nama desanya, yaitu Bangunjiwo. Disini kita dapat
menemukan sentra kerajinan gerabah, yang menghasilkan ratusan
bahkan ribuan keramik dengan berbagai jenis, bentuk dan ukuran.
Dimotori oleh lebih dari 300 pengrajin, yang menyerap seribu lebih
tenaga kerja membuat sentra kerajinan ini mampu menembus pasar
gerabah internasional. Showroom yang berjajar rapi di kanan-kiri
jalan, dipadukan dengan workshop para pengrajin, dimana kita
dapat ikut langsung membuat keramik, dan festival seni Kasongan
yang rutin diadakan setiap tahunnya, membuat Kasongan menjadi
sebuah wisata kerajinan yang berkesan bagi siapapun yang
mengunjunginya.
Tidak dapat diragukan lagi, keramik Kasongan telah dikenal
oleh banyak orang di berbagai tempat di nusantara dan di belahan
dunia yang lain. Produk-produk nya telah di ekspor ke Eropa, Asia
dan Amerika. Di Indonesia sendiri, Kasongan merupakan salah
satu pemasok kebutuhan gerabah & keramik penduduknya. Calon
pembeli sebagian besar memilih untuk datang langsung ke
Kasongan. Setiap harinya, tidak kurang dari 50 orang yang
berkunjung ke Kasongan. Jumlah tersebut akan bertambah banyak
ketika akhir pekan dan hari libur. Biasanya, mereka datang secara
rombongan, dengan menggunakan mobil pribadi maupun bus.
(Web Desa Bangunjiwo, 2015)
1.2.3 Tujuan
Tujuan Umum
Merancang homestay dan riverwalk dengan implementasi arsitektur
tropis.
Tujuan Khusus
1. Merancang kawasan homestay berdasarkan kaidah arsitektur tropis
agar kawasan menjadi lebih produktif.
2. Merancang fasade homestay sesuai dengan kaidah arsitektur tropis.
3. Merancang riverwalk yang sesuai dengan implementasi arsitektur
tropis, dan mampu menjadi gathering space dan objek wisata baru
bagi Kasongan.
1.2.4 Sasaran
Untuk mencapai tujuan diatas, maka sasaran yang perlu dicapai
adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan konsep Arsitektur Tropis kedalam proses desain
kawasan homestay dengan menyediakan desain bangunan yang
mempunyai fungsi optimal demi kenyamanan pengguna dan
pengunjung homestay.
2. Menerapkan konsep Arsitektur Tropis pada perancangan tata
ruang homestay yang dipadukan dengan galeri gerabah agar
menjadi rancangan yang nyaman bagi pengguna dan pemilik
rumah.
3. Menerapkan rancangan Riverwalk pada sungai desa yang masih
belum terawat dengan baik oleh masyarakat kasongan.
a. Arsitektur Tropis
Terdapat 4 kriteria perencanaan pada iklim tropis lembab yang
akan digunakan dalam pengembangan perancangan Homestay yaitu
Orientasi dan Bentuk Bangunan terhadap Arah Matahari, Aliran
Udara Melalui Bangunan, Material sesuai Iklim Tropis.
b. Riverwalk
Perancangan riverwalk menggunakan 2 kriteria perencanaan
meliputi Recreational Waterfront dan Residential Waterfront dimana
kriteria ini berkaitan dengan pengembangan Riverwalk yang bisa
digunakan untuk menciptakan kawasan sungai yang lebih baik dan
dapat difungsikan untuk objek wisata.
1. Pencarian Isu
Tahap ini berisi tentang pencarian isu yang berkaitan dengan
Arsitektur Tropis, Homestay, dan Riverwalk
2. Pendalaman Isu
Pendalaman isu terkait Arsitektur Tropis, Homestay dan Riverwalk
serta konteks kawasan, lingkungan dan identitas kawassan.
3. Pengkajian Teori
Tahap ini mengkaji tentang Arsitektur Tropis, Homestay dan
Riverwalk beserta kajian-kajian lain yang terkait. Tahap ini juga
mulai menentukan Preseden bangunan yang di kaji serta metode dan
variabel untuk menganalisis preseden yang akan digunakan dalam
merancang.
4. Analisis Preseden
Pada Tahap ini analisis preseden yang menggunakan variabel-
variabel yang telah ditentukan berupa Bentuk, Sirkulasi, Orientasi,
Bukaan dan Material. Dari analisisi ini akan diperoleh beberapa
acuan dasar untuk melakukan tahap perancangan.
5. Desain
Tahap Desain adalah tahap mendesain dengan memerhatikan
variabel-variabel yang sudah ditemukan (dengan eksplorasi desain)
dalam analisis preseden menggunakan Arsitektur Tropis, Homestay
dan Riverwalk. Sehingga menjadi sebuah desain yang baru bagi
kawasan Kasongan.
6. Pengujian Desain
Tahap Pengujian desain dilakukan dengan membuktikan hasil
rancangan pada hal-hal yang berkaitan dengan Arsitektur Tropis,
Homestay dan Riverwalk. Dengan parameter berupa kajian teori,
hasil analisis preseden, serta penggunaan software terkait. Pada
kasus ini software yang dapat digunakan adalah Grasshopper dan
perangkat Ladybug.
1.5 Skema Tahap Perancangan
- Kamar Tidur
Menyediakan perabotan atau fasilitas dasar di dalam kamar
wisatawan.
Maksimum empat kamar dari total jumlah kamar di rumah
yang tidak digunakan oleh anggota keluarga host
dialokasikan untuk wisatawan.
Menyediakan tipe ranjang yang standar dan tepat dalam
berbagai ukuran seperti single bed dan double bed dengan
kasur dan bantal.
- Kamar Mandi/Toilet
Menyediakan tipe kloset duduk atau jongkok di dalam rumah
(bila di luar harus dekat dengan rumah) dengan fasilitas
kamar mandi standar seperti pintu dan kunci dalam.
Air bersih dan memadai harus disediakan setiap saat.
3. Activities (aktivitas)
- Aktivitas Desa dan Komunitas
Sebaiknya mengoptimalkan dan menampilkan sumber
daya lokal, seperti:
Warisan budaya lokal setempat.
Usaha lokal (usaha mikro, perkebunan, kerajinan tangan,
dll).
Sumber daya alam (hutan, sungai, air terjun, gunung).
Perancangan dan pelaksanaan kegiatan harus mendorong
partisipasi interaktif antara masyarakat lokal dengan
wisatawan.
- Aktivitas Sekitar
Kunjungan ke atraksi wisata popular di area sekitar
diintegrasikan ke dalam paket homestay dengan homestay
sebagai basisnya.
Berkolaborasi dengan desa/kampong yang lain di area sekitar
untuk menambah variasi aktivitas sekaligus menciptakan
efek ganda.
- Orisinalitas
Komunitas homestay mempertahankan identitas, nilai dan
budaya untuk menggambarkan pengalaman yang berbeda
dan otentik.
Mempersilahkan dan melibatkan tamudalam aktivitas
komunitas untuk menunjukkan semangat komunitas dan
kesatuan social.
Menjaga kerajinan lokal dan menunjukkan pertunjukan seni
dengan mendirikan kelompok dan asosiasi budaya.
1. Kamar Tidur
Kamar tidur merupakan ruang yang akan disewa oleh
wisatawan. Perlu ada standar merancang ruang ini agar tercipta
keamanan dan kenyamanan. Berikut adalah beberapa standar ruang
dan properti kamar tidur:
2. Ruang Tamu
Ruang tamu merupakan ruang yang menjadi pusat dari
hubungan antar ruang lain. Interaksi antar pengguna rumah biasanya
berlangsung di ruang ini. Terutama bagi karakter bangunan berbasis
homestay perlu ada keterkaitan kuat antara satu ruang dengan yang
lain. Hal ini bertujuan untuk membantu menciptakan keakraban
antara pemilik dan pengguna homestay. Beberapa standar dari
merancang ruang tamu yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
2. Dapur
a. Kenyamanan Thermal
Kenyamanan termal adalah keadaan yang berhubungan
dengan alam yang memengaruhi manusia dan bisa dikendalikan
oleh Arsitektur. (Snyder, 1989)
Sereorang bisa disebut nyaman secara termal jika tidak
meningkatkan atau mnurunkan suhu dalam ruangan. Ruangan
tersebut bisa dikatakan sebagai zona kenyamanan manusia. Zona
kenyamanan adalah zona dimana manusia bisa mereduksi dan
mengadaptasi tubuhnya di lingkungannya (Olgyay. 1963).
Standar internasional mengenai kenyamanan thermal “ ISO
7730 : 1994” menyatakan bahwa sensasi thermal yang dialami
manusia merupakan fungsi dari 4 faktor iklim yaitu : suhu udara,
radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin, serta faktor-faktor
individu lainnya.
- Temperatur efektif sekitar 200C – 260C
- Kelembaban udara sekitar 60%
- Kecepatan Angin 0,25 – 0,5 m/s
Bagian atap adalah bagian bangunan yang paling besar
menerima panas sehingga bahan atap harus menggunakan
material yang bisa mengurangi radiasi panas. Cara untuk
mengatasi hal ini salah satunya adalah menggunakan rongga di
langit-langit atau ruang etik, penggunaan material pemantul
panas atau peredam panas. (Huda, 2012)
Selain itu cara lain juga bisa digunakan seperti berikut :
- Luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat di
perkecil.
- Dinding dilindungi dengan bahan pelindung (tanaman,
insulasi termal dll).
- Warna-warna terang yang bersifat memantulkan panas
matahari/terik matahari.
- Overhang untuk mencegah air dan sinar matahari
berlebih.
c. Radiasi Matahari
Radiasi panas matahari adalah panas yang dihasilkan dari
panas matahari yang menuju ke permukaan bumi. Pada kasus
hunian atau bangunan radiasi mengenai bagian atap dan
permukaan sekitar bangunan yang tidak terhalangi oleh atap.
Pancaran panas ini akan memengaruhi kenyamanan termal bagi
pengguna. Penggunaan material yang sifatnya memantulkan
panas tidak disarankan untuk bangunan karena akan berdampak
pada bangunan disekitarnya.
d. Orientasi Bangunan
Untuk orientasi bangunan dan perlindungan dan terhadap
cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar berikut:
Sebaiknya fasade terbuka menghadap ke selatan atau utara,
agar meniadakan radiasi matahari langsung dari cahaya
matahari pada posisi rendah.
Di daerah iklim tropis perlu adanya pelindung untuk semua
lubang bangunan terhadap cahaya langsung maupun tidak
langsung.
a. Balok Beton
Semakin menyebar disemua Negara tropis dengan
meningkatnya produksi semen setempat.
Reaksi terhadap iklim: Tanpa plester akan tembus air
bila terkena hujan dan terus menerus, kemampuan penghantar
panas kecil, penyerapan panas sedang tergantung pada beratnya.
Keawetan dan resiko: Tahan api, daya tahan terhadap
gempa kecil untuk konstruksi pemikul yang tidak memiliki
rangka, kekuatan berkurang bila menggunakan semen aluminat.
Masalah utama apabila terjadi pemuaian dan penyusutan yang
diakibatkan oleh perbedaan temperature dan suhu.
b. Bata
Tersebar diberbagai Negara-negara Tropis. Bata
rnerupakan bahan bangunan tua yang sudah digunakan sejak
dulu. Ukurannya bervariasi , bentuk sederhana, dan dapat
diproduksi pada lokasi pembangunan.
Reaksi terhadap iklim: Tahan terhadap cuaca, tekstur
berpori untuk pemapasan, penyerapan panas yang cukup baik,
kemampaun penyaluran panas rendah. Bisa tembus bila terkena
hujan terus menerus atau pada kelernbaban tinggi.
Ketahanan dan resiko: Tahan terhadap kerusakan
mekanis, stabilitas retak konstruksi yang tidak semestinya atau
keahlian kerja yang tidak bermutu jika berhadapan dengan
tekanan angin atau gempa bumi.
c. Bambu
Sifatnya yang murah, mudah dikerjakan dan diperbaiki
dengan ruang Iingkup penggunaan yang luas. Memiliki garis
tengah batang 1-30cm. Batang bambu raksasa untuk konstruksi
pemikul beban. Barnbu tipis bulat atau dibelah untuk konstruksi
dinding.
Reaksi terhadap iklim: Permukaan sangat tahan terhadap
air. Penghawaan baik, sedikit menyerap panas, kemampuan pe-
mantulan sekitar 20%.
Ketahanan dan resiko: Tidak tahan terhadap serangga,
jamur dan api. Tanpa pengolahan lapuk setelah 2-3 tahun. Agar
bambu tahan lama, bambu harus betul-betul kering setelah
dipotong.
d. Kayu
Sifatnya murah dan mudah didapat, digunakan untuk
konstruksi rangka dan balok. Jenis kayu yang digunakan sebagai
elemen bangunan seperti kayu lapis yang di pernis untuk pelapis
dinding dan lantai.
Reaksi terhadap iklim: Kemampuan pengisolasian panas
sedang, penyerapan panas keeil, tahan terhadap angin, dan
kemampuan pemantulan sekitar 50%.
Ketahanan dan resiko: Tidak tahan terhadap rayap.
Mudah terbakar, kerusakan terbesar oleh rayap perusak kayu
yang menyebabkan kebusukan kering pada kayu.
e. Batu Alam
Digunakan untuk lapisan dinding dekoratif seperti dinding
pasangan batu. Seperti pasangan bata, lantai dan relief dekoratif.
Juga digunakan sebagai perkerasan jalan untuk pendestrian.
Reaksi terhadap iklim: Tahan terhadap angin dan cuaca,
kemampuan penyerapan panas tinggi, bahan berpori memiliki
kemampuan pengisolasian panas seperti batu vulkanik dan koral.
Ketahanan dan resiko: perubahan warna dan permukaan
oleh perusak organik (ganggang, jamur, lumut) kerusakan oleh
genangan air dan akar.
a. Pengertian
Sun shading adalah peredam atau penghalang cahaya
matahari agar cahaya matahari tidak secara langsung masuk ke
dalam ruangan. Bentuk dan penerapan dari sun shading sendiri
ada berbagai macam, mulai dari besaran, bentuk dan juga
material yang digunakan. Berdasarkan teori sun shading, ada 3
dasar cara perletakkan dan perancangan sun shading pada
fasade bangunan, yaitu vertical shading device, horizontal
shading device, dan eggcrate shading type device. (Watson,
1993)
Perangkat shading yang ideal akan memblokir maksimum
radiasi matahari sementara masih memungkinkan pandangan
dan angin masuk ke jendela. Tabel 2.1 menunjukkan beberapa
yang paling umum untuk perangkat shading.
6. Teori Balkon
Balkon merupakan salah satu elemen yang sering difungsikan
sebagai ruang untuk menikmati dan memperluas visual pemandangan
sekitar. Balkon juga mampu menjadi penghalang bagi cahaya matahari
langsung.
a. Pengertian Balkon
b. Fungsi Balkon
7. Penghawaan Alami
Konsep desain dengan sistem penghawaan alami yang
memaksimalkan kecepatan angin, selain memperhatikan pergerakan
aliran angin, juga mempertimbangkan pengaruh lingkungan dan
bangunan sekitar terhadap aliran angin tersebut (Allard, 1998).
b. Cross Ventilation
1. Kawasan yang dinamis dan unik dari suatu kota (dengan segala
ukuran) di mana daratan dan air (sungai, danau, laut, teluk) bertemu
(kawasan tepian air) dan harus dipertahankan keunikannya.
2. Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak
harus secara langsung berada di atas air, akan tetapi terikat secara
visual atau historis atau fisik atau terkait dengan air sebagai bagian
dari "scheme" yang lebih luas.
2.4.1 Jenis-jenis Waterfront
Berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. mixed-used waterfront, adalah waterfront yang merupakan gabungan
dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau
tempat-tempat yang mengandung kebudayaan.
2. recreational waterfront, adalah semua kawasan waterfront yang
menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi,
seperti taman, area bermain, wahana pemancingan, dan fasilitas untuk
kapal pesiar.
3. residential waterfront, adalah perumahan, apartemen, dan resort yang
dibangun di pinggir perairan.
4. working waterfront, adalah tempat-tempat penangkapan ikan
komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi
pelabuhan. (Breen, 1996).
Rumah Komunitas Swallow ini menjadi ikon desa yang baru yang
menunjukkan semangat berinovasi tetapi tidak melupakan identitas lokal.
Lipatan atap menirukan sayap burung walet karena kepercayaan
masyarakat pada burung walet bahwa burung walet akan membawakan
keberuntungan. Rancangan atap tersebut juga membuat ruang dalam
terlihat penuh dengan cahaya.
Rumah yang memiliki 2 lantai ini digunakan sebagai tempat
pertemuan, acara kegiatan tradisional, museum kecil dan 5 kamar tidur.
Selama menginap, wisatawan tidak hanya sekedar menginap tetapi juga
mengikuti tradisi seperti mandi di bak herbal dan mengikuti festival
dengan menggunakan baju adat.
Gambar 2.26 First Floor Nam Dam Homestay and Community House
Sumber : Archdaily, 2017
Gambar 2.27 Second Floor Nam Dam Homestay and Community House
Sumber : Archdaily, 2017
Gambar 2.27 Section and Material Nam Dam Homestay
Sumber : Archdaily, 2017
Ruang Tamu 8
Ruang Makan 8
Dapur 8
Pengunjung & Pemilik
Lavatory 4
Galeri 12
R.Workshop Gerabah 12
Rooftop 15
Pengunjung Jembatan 10
Foodcourt 30
Taman Bermain 25
Gazebo 20
Jumlah Asumsi Pengguna Homestay (per unit) 75
Jumlah Asumsi Pengunjung Riverwalk & Landscape 200
Jumlah Asumsi Total Pengguna Area Rancangan 275
Sumber : Analisis Penulis, 2019
Pusat
Informasi & 4 2 12 3,6 27,6
Administrasi
Storage - 1 25 - 25
Pos 1,5 21,5
2 2 10
Keamanan
Pos 6 46
10 1 40
Kesehatan
Total Luas Bangunan Pendukung 200
Sumber : Analisis Penulis,2019
Parkiran yang tersedia pada kawasan rancangan ada dua. Pada sisi utara
yang hanya difungsikan untuk mobil, motor dan kendaraan dalam skala kecil
lainnya. Dan untuk parkiran di sisi selatan dimaksimalkan fungsinya untuk
kendaraan dengan skala yang lebih besar seperti bis-bis wisata yang sering
berkunjung ke desa wisata Kasongan.
Transformasi sirkulasi site plan diambil dari 3 bentuk air yaitu arus,
embun, dan hujan. Bentuk arus menciptakan bentuk sirkulasi lengkung
yang berpadu dengan bentuk embun yang menciptakan pusat dari sirkulasi
berbentuk lingkaran. Dari bentuk hujan ditransformasikan menjadi garis
lurus tegas dan menciptakan kontras antar sirkulasi untuk menciptakan
batas ruang yang jelas antar zonasi.
Material utama facade yaitu kayu dan dinding bata. Kayu menjadi
facade yang berfungsi menjadi shading untuk meminimalisir cahaya
matahari langsung. Penggunanaan desain yang mengadaptasi lingkungan
sekitar diterapkan pada bata ekspos pada dinding dan juga penggunanan
genting pada atap bangunan.
✔
1 Orientasi masa
bangunan
menghadap utara
dan selatan untuk
mengurangi panas
pada bangunan,
namun juga harus
memaksimalkan
Luas permukaan bangunan
potensi view yang
lantai 1 menghadap ke arah
berada di timur site.
utara untuk mengurangi
panas yang diterima
bangunan sepanjang hari.
Dan lantai 2 menghadap ke
arah timur untuk mendapat-
kan view maksimal dari site.
✔
2 Memaksimalkan
arah angin yang
datang dari selatan.
✔
3 Parkir yang mampu
menampung
kendaraan dengan
skala besar.
Menyesuaikan
kebutuhan yang ada
di kawasan wisata
seperti Kasongan.