Anda di halaman 1dari 107

PROYEK AKHIR SARJANA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Perancangan Kawasan Homestay


dan Riverwalk Kasongan
(Desain Kawasan Homestay dan Riverwalk
dengan Implementasi Arsitektur Tropis)

Design Homestay Area


and Riverwalk Kasongan
(Design Homestay Area and Rivegrwalk
with Tropical Architecture Implementation)

Disusun Oleh:
Akhmad Fajarudin
14512134

Dosen Pembimbing :
Supriyanta, Ir, Msi.

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018
ABSTRAK

Desa wisata Kasongan merupakan salah satu desa wisata yang berada di
Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Mayoritas masyarakat di Desa Kasongan bermata pencaharian sebagai pengrajin
gerabah. Seiring perkembangannya barang kerajinan dari Kasongan telah
menembus pasar nasional maupun internasional dengan banyaknya barang
kerajinan yang diekspor ke luar negri. Hal ini mengundang wisatawan dari dalam
maupun luar negeri untuk berkunjung ke desa ini dan terus meningkat jumlahnya
dari tahun ke tahun. Sebagai sebuah kawasan wisata, Kasongan memiliki potensi
sungai bernama sungai Bedog, yang melewati bagian Selatan desa yang juga
memiliki potensi untuk menjadi objek wisata. Meningkatnya jumlah wisatawan tiap
tahunnya membuat kebutuhan akan fasilitas penginapan semakin meningkat.
Penerapan fasilitas penginapan dengan penerapan arsitektur tropis pada desa
Kasongan merupakan pilihan yang cukup baik. Dengan material desain utama batu
bata ekspos. Material bangunan tropis ini pun akan menjadi icon baru bagi desa
Kasongan yang juga merupakan desa yang sangat dekat dengan tanah liat pada
kerajinannya. Sasaran dari perancangan ini adalah dengan mengolah kawasan
bantaran sungai menjadi kawasan homestay dengan implementasi arsitektur tropis
dengan fungsi tambahan berupa galeri gerabah. Sungai yang menjadi salah satu
elemen penting pada desa ini, masih belum cukup baik sebagai identitas sebuah
kawasan wisata karena masih belum terawat dengan baik dan terkesan kumuh.
Perancangan riverwalk ini bertujuan untuk menciptakan sungai Bedog desa
Kasongan menjadi sebuah identitas baru dan menjadikannya sebagai objek wisata
yang menarik bagi Kasongan. Perancangan kawasan Homestay dan Riverwalk
dengan pendekatan Arsitektur Tropis ini diharapkan dapat memberi kontribusi yang
berarti bagi masyarakat dan lingkungan desa Kasongan. Sehingga mampu
memaksimalkan peningkatan kualitas pariwisata yang ada pada desa Kasongan.

Kata kunci: Homestay, Riverwalk, Arsitektur Tropis, Kasongan


JUDUL | Title

Perancangan Kawasan Homestay dan Riverwalk Kasongan


(Desain Kawasan Homestay dan Riverwalk dengan Implementasi Arsitektur
Tropis)

Design Homestay Area and Riverwalk Kasongan


(Design Homestay Area and Riverwalk with Tropical Architecture
Implementation)

PREMIS PERANCANGAN | Design Premis

Hal Yang Ingin Dipelajari selama Kegiatan PAS


Pembelajaran selama proses PAS merupakan implementasi teori dan praktik
studio 1 sampai 7 dan Karya Tulis Ilmiah diharapkan dapat menjadi bekal yang
cukup untuk menunjang karir penulis pada saat berhadapan dengan dunia pekerjaan
nantinya, dalam hal ini khususnya aspek perancangan Homestay, Arsitektur Tropis
dan Riverwalk.

Mengapa Memilih Tema Homestay, Arsitektur Tropis dan Riverwalk


Perancangan Kawasan Homestay dan Riverwalk Kasongan (Desain
Kawasan Homestay dan Riverwalk dengan Implementasi Arsitektur Tropis)
merupakan pengembangan kawasan desa wisata kasongan dalam aspek desain
kawasan homestay yang dilengkapi dengan desain riverwalk untuk mewujudkan
kenyamanan bagi pengguna bangunan dan sungai, yaitu dengan menciptakan
homestay yang juga merupakan galeri kerajinan gerabah, dimana kerajinan tersebut
telah menjadi identitas Kasongan. Serta pengembangan konsep riverwalk yang
menjadi salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan kekumuhan diarea
sungai. Dengan terciptanya kawasan yang lebih bersih dan juga memiliki potensi
wisata baru yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran warga dalam menjaga
lingkungan terutama sungai. Perancangan ini berfokus pada penerapan aristektur
tropis dimana alternatif ini sesuai dengan iklim yang ada di Indonesia.
Kasongan adalah sentra industri kerajinan gerabah paling popular di
Yogyakarta. Untuk daerah industri, sebagian besar warganya menggantungkan
hidup dengan menghasilkan kerajinan gerabah. Maka tak heran bila lokasi yang dari
dahulu dikenal untuk pemukiman beberapa kundi (pembuat kendi, kuali, dan lain-
lain) itu jadi satu diantara tujuan wisata unggulan yang dapat menyedot wisatawan
domestik serta mancanegara. Hal ini yang membuat Kasongan memerlukan fasilitas
penginapan bagi para wisatawan-wisatawan tersebut.
Kurangnya jumlah dan kualitas dari fasilitas penginapan yang ada di
Kasongan, membuat wisatawan-wisatawan tersebut lebih memilih untuk menginap
di pusat kota Yogyakarta seperti di Malioboro ketimbang di Kasongan karena
kurangnya pengalaman ruang dan fasilitas yang ada pada penginapan tersebut.
Sebagai kawasan yang sudah dikenal sebagai desa wisata, Kasongan
memiliki sungai yang tidak mendukung value dari sebuah desa wisata. Sungai
tersebut memiliki aliran air yang jernih, namun bantaran sungainya masih sangat
kumuh karena banyaknya tumpukan sampah dan kurangnya kepedulian masyarakat
pada lingkungan sungai. Perancangan riverwalk juga bertujuan untuk menciptakan
lingkungan sungai yang lebih bersih, sehat, dan nyaman, serta menjadikan
lingkungan sungai sebagai public gathering space baru bagi kawasan tersebut yang
juga kekurangan tempat untuk berkumpul dan juga sebagai objek wisata dengan
konsep baru di Kasongan.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


1.1.1 Yogyakarta sebagai Kota Wisata
Luas propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, lebih kurang 3.185,81
km2 dengan penduduk 3.762.167 orang (data dari BPS tahun 2017).
Terletak pada posisi 7,30 - 8,15 derajat lintang selatan dan 100 - 110 derajat
bujur timur. Dengan ketinggian antara 0 - 2911 m diatas permukaan laut,
Yogyakarta memiliki kelengkapan relief daratan. Dari pantai hingga
gunung ada di Yogyakarta.
Yogyakarta merupakan sebuah kota wisata dengan budaya yang khas
selalu meninggalkan kesan dihati dan tidak pernah sepi dari turis, baik turis
domestik maupun mancanegara. Sebagai sebuah kota yang cukup besar di
Pulau Jawa, Yogyakarta memiliki berbagai tempat wisata dan budaya yang
punya daya tarik yang kuat dan mampu terus-menerus meningkatkan
kunjungan wisata setiap tahunnya.

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Wisata Tahun 2013-2017


Sumber : Data statistik Kepariwisataan DIY tahun 2017
Sampai sekarang di Yogyakarta masih memegang teguh tatanan
kehidupan masyarakat Jawa pada kegiatan adat-istiadat, bahasa, sosial
kemasyarakatnya, keseniannya dsb. Masyarakat Yogyakarta menjaga
kelestarian alam dan kebudayaan sendiri. Namun demikian Yogyakarta
tidak menutup diri terhadap tumbuhnya budaya kontemporer maupun
budaya lainnya. Yogyakarta mendapat sebutan sebagai Daerah Tujuan
Wisata Terkemuka karena disamping banyak dan ragamnya pesona Obyek
Wisata juga telah tersedianya sarana dan prasarana sebagai penunjang
pariwisata seperti akomodasi, restoran/rumah makan, telekomunikasi,
tempat hiburan, toko souvenir, dsb.
Seiring dengan perkembangan pariwisata di Yogyakarta yang terus
meningkat, mempengaruhi jumlah dari wisatawan nusantara maupun
mancanegara yang menggunakan jasa akomodasi yang terus meningkat tiap
tahunnya. Tercatat perkembangan dari tahun 2013 wisatawan mancanegara
yang menggunakan jasa akomodasi sebesar 56.489 orang dan wisatawan
nusantara sebesar 179.404 orang. Terus meningkat tiap tahunnya, hingga
pada tahun 2017angka wisatawan mancanegara yang menggunakan jasa
akomodasi mencapai 2.556.711 orang dan wisatawan nusantara sebesar
2.274.636 orang. Angka wisatawan mancanegara yang melampaui jumlah
wisatawan nusantara dalam kebutuhan jasa akomodasi, membuktikan
betapa besarnya magnet Yogyakarta sebagai destinasi wisata internasional.

Gambar 1.2 Grafik Jumlah Wisatawan Pengguna Jasa Akomodasi di Yogyakarta


Sumber : Data statistik Kepariwisataan DIY tahun 2017
1.1.2 Potensi Wisata Kabupaten Bantul
Kabupaten Bantul bisa dikenal salah satunya karena obyek wisata
yang dapat memikat para wisatawan. Obyek-obyek Kabupaten Bantul
mempunyai potensi obyek wisata yang cukup besar, yang meliputi obyek
wisata alam, wisata budaya/sejarah, pendidikan, taman hiburan dan sentra
industri kerajinan. Dengan keanekaragaman potensi wisata tersebut
diharapkan Kabupaten Bantul dapat secara optimal mendukung
pengembangan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata
utama di Indonesia, dimana pada tahun 1996 Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta menempati urutan ke-3 dalam hal kunjungan wisatawan
mancanegara.
Pengelolaan obyek wisata secara profesional akan mendorong tumbuh
kembangnya industri pariwisata secara menyeluruh yang diharapkan dapat
menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat, memperluas dan
memeratakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, mendukung perolehan PAD
(Pendapatan Asli Daerah) secara optimal, serta membawa citra daerah di
mata masyarakat di luar Daerah Istimewa Yogyakarta. (Disbudpar
Kabupaten Bantul, 2014)

Tabel 1.1 Tabel Kontribusi PAD dari Pariwisata Bantul Tahun 2012-2013
No Tahun Jumlah Wisatawan PAD

1 2012 2.356.578 8.640.795.150

2 2013 2.153.404 9.120.764.400

Sumber : Disbudpar Kabupaten Bantul, 2014

Untuk mengoptimalkan pengembangan obyek wisata daerah Bantul,


telah ditempuh program diversifikasi (penganekaragaman) produk wisata.
Selain itu juga ditingkatkannya promosi wisata baik domestik maupun
mancanegara dengan tidak henti-hentinya.
Data sektor pariwisata selengkapnya terdapat berbagai objek wisata
pada kabupaten Bantul yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.
(Disbudpar Kabupaten Bantul, 2014)
Tabel 1.2 Tabel Data Obyek Wisata Bantul

Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata

Obyek dan daya tarik wisata


1.
alam

a. Pantai 1. pantai Parangtritis di Desa Parangtritis,


Kecamatan Kretek;
2. pantai Parangkusumo di Desa Parangtritis,
Kecamatan Kretek;
3. pantai Depok di Desa Parangtritis,
Kecamatan Kretek
4. pantai Samas di Desa Srigading,
Kecamatan Sanden;
5. pantai Patehan di Desa Gadingharjo,
Kecamatan Sanden;
6. pantai Pandansimo di Desa Poncosari,
Kecamatan Srandakan;
7. pantai Kuwaru di Desa Poncosari,
Kecamatan, Srandakan.

b. Pegunungan dan Hutan : 1. pegunungan Hargodumilah di Desa


Srimulyo, Kecamatan Piyungan;
2. Tugu Pandang Nganjir di Desa
Mangunan, Kecamatan Dlingo;
3. hutan Wanagama di desa Mangunan
Kecamatan Dlingo;

c. Gua : 1.goa Gajah di Desa Mangunan, Kecamatan


Dlingo;
2. goa Cerme di Desa Selopamioro,
Kecamatan Imogiri;
3. goa Jepang di Desa Seloharjo, Kecamatan
Pundong;
4. goa Sunan Mas (Surocolo) di Desa
Seloharjo, Kecamatan Pundong;
5. goa Nogobumi di Desa Seloharjo,
Kecamatan Pundong;
6. goa Payaman di Desa Argorejo,
Kecamatan Sedayu;
7. goa Lawa di Desa Selopamioro,
Kecamatan Imogiri;

e. Agrowisata 1. Pabrik Gula (PG) Madukismo di Desa


Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan;
2. AGROWISATA, ARGOREJO, Sedayu,
Bantul.

2. Obyek dan daya tarik wisata Budaya

a. Petilasan / Ziarah 1. Petilasan Goa Selarong di Desa Guwosari,


Kecamatan Pajangan;
2. Petilasan Ki Ageng Mangir di Desa
Sendangsari, Kecamatan Pajangan;
3. Petilasan Pandansari di Desa Poncosari,
Kecamatan Srandakan;
4. Petilasan Pandan Payung di Desa
Poncosari, Kecamatan Srandakan;
5. Petilasan dan ziarah Pandansimo di Desa
Poncosari, Kecamatan Srandakan;
6. Petilasan dan ziarah Parangkusumo di
Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek;
7. Petilasan Ambarbinangun di Desa
Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan;
8. Sendang Kasihan di Desa Tamantirto,
Kecamatan Kasihan;
9. Sendang Semanggi di Kasongan, Desa
Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan;
10. Sumber Air Bengkung di Desa
Mangunan, Kecamatan Dlingo;
11. Sumur Bandung di Desa Srimulyo,
Kecamatan Piyungan;
12. Sendang Manikmoyo di Desa
Sendangsari, Kecamatan Pajangan; dan lain-
lain.

b. Monumen: 1. Monumen Segoroyoso, di Desa


Segoroyoso, Kecamatan Pleret;
2. Monumen Bibis di Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan;
3. Monumen TNI-AU Ngoto di Desa
Tamanan Kecamatan Banguntapan;
4. Monumen Brimob di Desa Argomulyo
Kecamatan Sedayu;
5. Monumen KB/APSARI di Desa
Bangunjiwo Kecamatan Kasihan;
6. Monumen Panglima Besar Jenderal
Sudirman di Desa Parangtritis Kecamatan
Kretek;
7. Monomen Panglima Besar Jenderal
Sudirman di Desa Srimartani Kecamatan
Piyungan;

c. Makam / Ziarah 1. Makam Raja-raja Mataram di Desa


Girirejo Kecamatan Imogiri;
2. Makam Kotagede di Desa Jagalan
Kecamatan Banguntapan;
3. Makam Sunan Cirebon di Desa Wukirsasi
Kecamatan Imogiri;
4. Makam Sewu di Desa Wijirejo Kecamatan
Pandak;
5. Makam Seniman di Dusun Karang Kulon,
Kecamatan Imogiri;
6. Makam Pahlawan di Desa Patalan
Kecamatan Jetis;
7. Makam Syeh Belabelu di Desa Parangtritis
Kecamatan Kretek;
8. Makam Syeh Maulana Maghribi di Desa
Parangtritis Kecamatan Kretek;
9. Makam Pangeran Pekik di Desa Girirejo
Kecamatan Imogiri;
10. Makam P. Pekik, di Dusun Banyu
sumurup, Girirejo, Imogiri;
11. Makam Sunan Geseng di Desa Srimulyo
Kecamatan Piyungan;
12. Makam Dipokusumo di Desa Parangtritis
Kecamatan Kretek;
13. Makam Selohening di Desa Parangtritis
Kecamatan Kretek;
14. Makam Barat Ketigo di Desa Parangtritis
Kecamatan Kretek;

d. Museum 1. museum wayang kekayon di Desa


Baturetno, Kecamatan Banguntapan;
2. museum batik di Dusun Ketandan Tengah,
Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri; dan lain-
lain.

e. Padepokan 1. Padepokan seni Bagong Kusudiharjo di


Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan;

f. Situs 1. situs Kraton Kerto di Desa Pleret


Kecamatan Pleret;
2. situs Watu Wedhok di Desa Selopamioro
Kecamatan Imogiri;
3. situs Batu Songkamal di Desa Sitimulyo
Kecamatan Piyungan;
4. situs Watu Lindung di Desa Sitimulyo
Kecamatan Piyungan;
5. situs Payak di Desa Sitimulyo Kecamatan
Piyungan;
6. situs Pleret di Kecamatan Pleret;
7. situs Kotagede di Desa Jagalan Kecamatan
Banguntapan;
8. situs Watu Cantheng di Desa Jagalan
Kecamatan Banguntapan;
9. situs Watu Gilang di Desa Jagalan
Kecamatan Banguntapan;
10. situs Segoroyoso di Desa Segoroyoso
Kecamatan Pleret;
11. situs watugilang di Desa Gilangjharjo,
Kecamatan Pandak;
12. situs candi Ganjuran di Desa
Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro;

3. Obyek dan Daya Tarik Wisata Buatan/ Minat Khusus

Wisata taman rekreasi dan a. pemandian Parangwedang di Desa


Pemandian : Parangtritis Kecamatan Kretek;
b. kolam renang Parangtritis di Desa
Parangtritis Kecamatan Kretek;
c. kolam renang Tirtotamansari di Desa
Trirenggo Kecamatan Bantul;
d. Kid Fun Park di Desa Sitimulyo
Kecamatan Piyungan;
e. Bendung Tegal di Desa Kebonagung,
Kecamatan Imogiri
f. Balong Waterpark di Desa Potorono,
Kecamatan Banguntapan
g. Grand Puri Waterpark di Gabusan,
Kecamatan Sewon

Wisata pendidikan a. Kampus Institut Seni Indonesia (ISI)


Yogyakarta di Desa Panggungharjo
Kecamatan Sewon;
b. Rumah Budaya di Desa Timbulharjo
Kecamatan Sewon;
c. Bangunan Jawa Antik di Desa Jagalan
Kecamatan Banguntapan;
d. Gumuk pasir di Parangtritis, Kecamatan
Kretek;
e. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di
Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon

Sentra Industri Kerajinan a. tatah sungging, antara lain :


1. dusun Pucung Desa Wukirsari Kecamatan
Imogiri;
2. dusun Gendeng Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan;
3. dusun Cabean Desa Timbulharjo
Kecamatan Sewon;

b. gerabah, antara lain :


1. gerabah Kasongan Desa Bangunjiwo
Kecamatan Kasihan;
2. gerabah Panjangrejo Kecamatan Pundong;

c. kerajinan kayu,
1. topeng di Dusun Pucung Desa
Pendowoharjo Kecamatan Sewon;
2. wayang klithik di Dusun Krebet Desa
Sendangsari Kecamatan Pajangan;
3. topeng di Dusun Kebangputihan Desa
Guwosari Kecamatan Pajangan;

d. kerajinan bambu di Desa Munthuk


Kecamatan Dlingo;

e. keris di Dusun Banyusumurup Desa


Girirejo Kecamatan Imogiri;

f. batik, antara lain :


1. dusun Pajimatan Desa Girirejo Kecamatan
Imogiri;
2. dusun Pijenan Desa Wijirejo Kecamatan
Pandak;
3. dusun Paliyan Desa Sidomulyo Kecamatan
Bambanglipuro; dan lain-lain.
4. Giriloyo, Wukirsari, Imogiri

g. sulaman di Desa Trimulyo Kecamatan


Jetis;

h.kulit, antara lain :

1. dusun Manding Desa Sabdodadi


Kecamatan Bantul;
2. dusun Tembi Desa Timbulharjo
Kecamatan Sewon;

i. kriya logam antara lain :


1. Desa Argosari Kecamatan Sedayu
2. Jodoq, Desa Gilangharjo, Kecamatan
Pandak; dan lain-lain.
j. perak dan emas antara lain :
1. Desa Jagalan Kecamatan Banguntapan;
2. Desa Singosaren Kecamatan Banguntapan;
dan lain-lain.

k. kerajinan tempurung antara lain :


1. Dusun Santan Desa Guwosari Kecamatan
Pajangan;
2. dusun Piring, Desa Murtigading,
Kecamatan Sanden;

l. kerajinan gamelan antara lain :


1. dusun Pelemsewu, Desa Panggungharjo,
Kecamatan Sewon;
2. dusun Peleman, Kecamatan Banguntapan;
m. kerajinan pandan di Desa Caturharjo,
Kecamatan Pandak;

n. kerajinan tangan daur ulang:


1. dusun Sawungan Desa Sumbermulyo
Kecamatan Bambanglipuro;
2. desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan;
3. desa Segoroyoso Kecamatan Pleret;

Sumber : Disbudpar Kabupaten Bantul, 2014

1.1.3 Desa Wisata dan Akomodasi Kabupaten Bantul


Bantul adalah kabupaten yang sejarahnya tak dapat terlepas dari
Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada
umumnya. Pantai Parangtritis merupakan objek wisata yang paling terkenal
di kabupaten ini. Selain itu terdapat beberapa objek wisata berupa pantai
yang terkenal seperti: Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Pantai Samas,
Pantai Pandansimo, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Kuwaru. Sementara itu,
terdapat berbagai desa wisata di Kabupaten Bantul yang umumnya
merupakan desa penghasil kerajinan. Desa-desa tersebut antara lain adalah
Kasongan (penghasil gerabah), Pundong (penghasil gerabah), Pucung
(penghasil kerajinan kulit), Gendeng (penghasil kerajinan kulit terutama
wayang), dan Krebet (penghasil kerajinan kayu termasuk topeng batik).
Tabel 1.3 Jumlah Pengunjung Desa Wisata di Kabupaten Bantul
Tahun 2017 (per Bulan)
Sumber : Data statistik Kepariwisataan DIY tahun 2017
Dari Tabel 1.3 dapat ditarik kesimpulan bahwa total wisatawan
mancanegara dan total wisatawan nusantara pada seluruh desa wisata di
kabupaten Bantul paling banyak saat bulan Juli dan bulan Desember. Untuk
dusun Jipangan yang juga merupakan dusun yang dekat dengan Kasongan,
memiliki jumlah wisatawan nusantara sebesar 6.391 orang pada tahun 2017
tanpa ada kunjungan wisatawan mancanegara. Dari semua desa wisata yang
ada dibantul, desa Manding yang merupakan sentra kerajinan kulit, jumlah
kunjungan wisatawannya pada tahun 2017 paling banyak sebesar 920.530
orang dengan jumlah wisatawan nusantara 917.771 orang dan wisatawan
mancanegara 2.759 orang.
Desa Bangunjiwo yang memiliki beberapa dusun seperti Jipangan,
Gendeng, Lemahdadi, dan lain-lain, juga salah satu sentra gerabah yang ada
di Bangunjiwo yaitu Kasongan, memiliki potensi untuk menjadi objek
wisata yang lebih berkembang. Dengan kondisi alam dan juga industri yang
sudah menjadi ciri khas dan sudah cukup dikenal hingga mancanegara,
perlu adanya inovasi dan alternatif baru seperti pengemasan objek wisata
dan penatannya yang lebih baik, agar pencapaian angka jumlah kunjungan
wisatawan bisa lebih meningkat.

Tabel 1.4 Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bantul, 2014-2015

Sumber : Kabupaten Bantul dalam Angka 2016


Tabel 1.5 Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bantul, 2015-2016

Sumber : Kabupaten Bantul dalam Angka 2017

Tabel 1.4 dan 1.5 menjelaskan ketersediaan akomodasi beserta jumlah


kamar dan tempat tidur yang ada di Kabupaten Bantul yang meningkat dari
tahun 2014 sampai tahun 2016. Kecamatan Kretek yang berada dekat
dengan daerah pantai memiliki jumlah akomodasi paling besar dikarenakan
objek wisata jenis ini memang yang paling banyak diminati oleh wisatawan
terutama wisatawan mancanegara. Jumlah akomodasi di Kecamatan Kretek
sejumlah 183 dengan jumlah kamar 1.411 dan jumlah tempat tidur 1.490.
Untuk Kecamatan Kasihan memiliki jumlah terbanyak kedua setelah
Kecamatan Kretek, dengan 18 jumlah akomodasi, 319 jumlah kamar, dan
489 jumlah tempat tidur. Kasihan menjadi terbanyak kedua karena di
kecamatan ini terdapat objek-objek wisata dan desa wisata yang terkenal
seperti monumen, museum, dan desa bangunjiwo yang terkenal dengan
gerabah Kasongan. Kecamatan-kecamatan ini masih memiliki potensi
wisata yang akan terus berkembang tiap tahunnya, begitu juga dengan
jumlah akomodasi yang juga bisa terus bertambah jumlahnya di kawasan-
kawasan berpotensi wisata tinggi seperti dua kecamatan tersebut.
Tabel 1.6 Jumlah Industri, Hotel dan Obyek Wisata menurut Desa
di Kecamatan Kasihan, 2015-2016

Sumber : Kecamatan Kasihan dalam Angka 2016-2017

Untuk Kecamatan Kasihan sendiri terbagi menjadi 4 desa. Desa dengan


industri dan obyek wisata terbanyak ada pada Desa Bangunjiwo sedangkan untuk
hotel paling banyak berada di Desa Ngestiharjo. Bangunjiwo memang cukup
terkenal dengan industri-industrinya. Beberapa yang terkenal seperti industri tas
kulit Dusun Tirto, patung batu Dusun Lemahdadi, dan yang paling terkenal industri
gerabah Kasongan yang berada di daerah Dusun Kajen, Tirto, Gedongan dan
sekitarnya. Hotel pada Desa Bangunjiwo blum begitu banyak, bahkan hanya
berjumlah dua hotel. Hal ini dikarenakan lingkungan sosial dan ekonomi
dari Desa Bangunjiwo sendiri yang belum mendukung. Suasana tradisional
dengan bangunan-bangunan sederhana dari desa ini juga kurang cocok bila
disandingkan dengan hotel. Akomodasi yang cocok lebih ke arah bangunan-
bangunan yang tradisional dan sederhana. Salah satunya seperti homestay
dengan konsep tradisional khas desa bangunjiwo dengan material lokalnya
yaitu batu bata.

1.1.4 Desa Bangunjiwo dan Potensi Wisata


Bangunjiwo adalah sebuah desa yang terletak di bagian selatan
kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa
ini berjarak dari kota Yogyakarta sekitar 7 km dengan menyusuri Jalan
Bantul, dan masuk melalui Gerbang Wisata Kasongan.
Luas wilayah Bangunjiwo sebesar 1.077,78 hektare (66.80%)
diperuntukan bagi permukiman dan perumahan penduduk sedangkan
sisanya untuk sawah sebesar 322 hektare (19.96 %) dan untuk jalan sebesar
95.84 hektare (5.94 %). Secara geografis wilayah Desa Bangunjiwo,
kecamatan Kasihan, Bantul tidak diuntungkan karena sebagian besar
wilayahnya adalah pegunungan.
Desa Bangunjiwo berdiri tanggal 6 Desember 1946 sebagai gabungan
dari desa Paitan, Sribitan, Bangen dan Kasongan. Saat ini terdiri dari 19
pedukuhan (kampung) dan 135 RT dengan jumlah penduduk yang terdaftar
di buku register penduduk sebanyak 19.809 jiwa tediri dari 4.466 KK.
Desa ini memiliki dusun (kampung) kerajinan gerabah atau keramik
yang sangat terkenal yakni Kasongan. Selain itu masih terdapat kerajinan
lain seperti Batu di Lemahdadi, Wayang Kulit di Gendeng, Kerajinan
Bambu di Jipangan, Tanaman Hias di Kalangan dan aneka kerajinan bunga
kering yang dikerjakan di berbagai desa. Kantor Balai Desa terletak di dusun
Gendeng. (bantul.kpt, n.d.)
Tiap-tiap dusun di desa Bangunjiwo memiliki kerajinan-kerajinan
khasnya masing-masing yang menjadikannya sebagai identitas wisata bagi
desa Bangunjiwo. Berikut adalah beberapa dusun yang terkenal dengan
berbagai macam kerajinannya:

 Kipas Bambu Dusun Jipangan


Pelopor kerajinan kipas bambu di Jipangan adalah Bapak
Alifa. Sebenarnya, kerajinan ini bukanlah asli dari Pedukuhan
Jipangan, melainkan dibawa oleh Pak Alifa dari daerah Ndowo,
yang lokasinya tak jauh dari Pedukuhan Jipangan.Akan tetapi,
seiring perkembangan jaman, Kerajinan Kipas Bambu di Jipangan
jauh lebih pesat berkembang daripada di daerah aslinya.
Mulai sekitar tahun 1987, kerajinan kipas bambu mulai
dibawa & diproduksi di Dusun Jipangan. Dari awalnya yang hanya
satu pengrajin, sekarang telah ada lebih dari 30 pengrajin yang
menyerap lebih dari 250 tenaga pekerja untuk menggerakkan
Sentra Kerajinan ini. (Web Desa Bangunjiwo, 2015)

Gambar 1.3 Kipas Bambu Dusun Jipangan


Sumber : Web Desa Bangunjiwo, 2015

 Tas Kulit Dusun Tirto


Bantul sebagai bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta
memanglah pantas dijuluki sebagai daerah sentra kerajinan, karena
banyak sekali usaha kerajinan baik skala kecil maupun menengah
di kabupaten Bantul. Salah satu hasil kerajinannya adalah kerajinan
kulit manding, dimana kerajinan kulit manding namanya didapat
dari nama desa sentra produksinya, yaitu desa Manding. Desa
Bangunjiwo juga terdapat tempat produksi kerajinan kulit yang
tidak kalah dengan pengrajin yang ada di desa manding, yaitu
terletak di Dusun Tirto Desa Bangunjiwo Kasihan Bantul. (Web
Desa Bangunjiwo, 2018)

Gambar 1.4 Tas Kulit Dusun Tirto


Sumber : Web Desa Bangunjiwo, 2018

 Pisau Batik Dusun Krengseng


Pisau batik adalah produk unggulan para pengrajin di
Krengseng. Dan salah satu letak keunggulan dan keunikan pisau
batik terletak pada tangkai /gagang pisaunya. Di tangan pengrajin,
tangkai yang biasanya hanya berbentuk bulat atau gepeng diganti
dengan berbagai macam bentuk yang membuat anda tertarik untuk
membawanya pulang. Diantaranya seperti bentuk wayang Rama &
Shinta, penari bali, dan Punokawan.
Hal lain yang menjadikan pisau batik banyak dicari adalah
corak batik itu sendiri. Lebih dari 200 motif & corak batik yang
dimiliki pengrajin membuat pisau batik tetap eksklusif . Parang
Gondosuli, Parang baris, parang centhong, parang curiga, parang
pancing adalah beberapa motif yang sering dipakai pengrajin.
Dalam perkembangannya, kreasi corak batik tidak hanya
ditemukan di gagang pisau. Kita dapat menemukan nya di seluruh
bagian pisau, termasuk logam pisau nya . Ya, logam pisau yang
biasa dipakai untuk mengiris tak luput dari tangan-tangan kreatif
para pengrajin. Kepala merpati, sunduk maru, nyungit kuwawung,
patimura dll. Tentunya pisau jenis ini lebih cocok sebagai souvenir
& cinderamata daripada fungsi asli pisau sendiri,yaitu untuk
mengiris. (Web Desa Bangunjiwo, 2017)

Gambar 1.5 Pisau Batik Dusun Krengseng


Sumber : Web Desa Bangunjiwo, 2017

 Patung Batu Dusun Lemahdadi


Di Sentra Kerajinan Patung Lemahdadi, Patung Buddha
adalah patung yang paling banyak dipesan para pembeli. Berbagai
macam bentuk patung batu, seperti buddha bertapa, buddha tidur,
dan pose-pose lain. Ukurannya pun beraneka ragam. Mulai dari
yang paling kecil, seukuran tangan manusia, sampai yang tingginya
hampir sama dengan atap rumah.
Itu baru dilihat dari segi bentuk & ukuran. Masih ada satu
aspek lagi yang perlu anda cermati, yaitu finishing. Terdapat
belasan jenis sentuhan akhir yang makin memanjakan pilihan anda.
Mulai dari warna hitam,yang paling banyak digunakan. Kemudian
ada warna batu alam, warna kuning emas, putih, dan masih banyak
pilihan warna lainnya.
Dalam perkembangannya, tentu bukan hanya patung buddha
maupun patung tokoh pewayangan kuno saja yang diproduksi di
Sentra Kerajinan Patung Lemahdadi ini. Terdapat model-model
patung yang mulai mengikuti permintaan pasar & perkembangan
zaman.
Saat ini, berdasarkan Pendataan Industri Kecil dan menengah
yang dibuat awal tahun 2012, terdapat 8 Pengrajin Patung Batu
yang telah mampu menyerap ratusan pekerja, baik dari dalam
dusun Lemahdadi maupun dari dusun sekitarnya, seperti Salakan
dan Kenalan. Dalam satu bulan, para pengrajin patung batu di
Lemahdadi rata – rata mampu mengeksport 8 sampai 9 kontainer
kepasar dalam negeri (Solo, Bali) dan luar negeri (Eropa,
Australia, Amerika, Timteng). (Web Desa Bangunjiwo, 2015)

Gambar 1.6 Patung Batu Dusun Lemahdadi


Sumber : Web Desa Bangunjiwo, 2015

 Wayang Kulit Dusun Gendeng


Produk unggulan dari Sentra Kerajinan Tatah Sungging
Gendeng ini adalah wayang kulit. Lebih spesifik, wayang kulit
dengan gaya Yogyakarta. Pengrajin wayang di dusun Gendeng
mampu membuat karya yang benar-benar berkualitas. Bahkan
sampai saat ini, masih ada beberapa pengrajin yang hanya mau
menghasilkan wayang kulit berkualitas tinggi saja. Karena realita
yang ada, sekarang orang cenderung tidak mengerti & tidak bisa
membedakan mana wayang dengan kualitas yang baik dan yang
buruk. Karena jika dilihat sekilas, bagi orang awam tentu memang
susah untuk menilai kualitas suatu wayang kulit.

Sehingga kemudian banyak bermunculan wayang-wayang


yang hanya diperuntukkan sebagai souvenir, dengan kualitas biasa
atau rendah. Banyak orang yang mencari wayang di Sentra
Kerajinan Gendeng ini. Kebanyakan adalah para kolektor seni,
yang faham betul tentang kualitas dan nilai dari sebuah wayang.
(Web Desa Bangunjiwo, 2015)

Gambar 1.7 Wayang Kulit Dusun Gendeng


Sumber : Web Desa Bangunjiwo, 2015

 Gerabah Kasongan
Kasongan merupakan Sentra Kerajinan yang paling terkenal
di Bangunjiwo, dan juga menjadi aset berharga dari Kabupaten
Bantul. Bahkan nama Kasongan mungkin lebih terkenal
dibandingkan nama desanya, yaitu Bangunjiwo. Disini kita dapat
menemukan sentra kerajinan gerabah, yang menghasilkan ratusan
bahkan ribuan keramik dengan berbagai jenis, bentuk dan ukuran.
Dimotori oleh lebih dari 300 pengrajin, yang menyerap seribu lebih
tenaga kerja membuat sentra kerajinan ini mampu menembus pasar
gerabah internasional. Showroom yang berjajar rapi di kanan-kiri
jalan, dipadukan dengan workshop para pengrajin, dimana kita
dapat ikut langsung membuat keramik, dan festival seni Kasongan
yang rutin diadakan setiap tahunnya, membuat Kasongan menjadi
sebuah wisata kerajinan yang berkesan bagi siapapun yang
mengunjunginya.
Tidak dapat diragukan lagi, keramik Kasongan telah dikenal
oleh banyak orang di berbagai tempat di nusantara dan di belahan
dunia yang lain. Produk-produk nya telah di ekspor ke Eropa, Asia
dan Amerika. Di Indonesia sendiri, Kasongan merupakan salah
satu pemasok kebutuhan gerabah & keramik penduduknya. Calon
pembeli sebagian besar memilih untuk datang langsung ke
Kasongan. Setiap harinya, tidak kurang dari 50 orang yang
berkunjung ke Kasongan. Jumlah tersebut akan bertambah banyak
ketika akhir pekan dan hari libur. Biasanya, mereka datang secara
rombongan, dengan menggunakan mobil pribadi maupun bus.
(Web Desa Bangunjiwo, 2015)

Gambar 1.8 Gerabah Kasongan


Sumber : Web Desa Bangunjiwo, 2015

1.1.5 Homestay Tropis Kasongan


Pada dasarnya homestay adalah rumah biasa yang disewakan kamar-
kamarnya untuk turis yg memerlukan penginapan selama beberapa waktu
dan mereka tinggal satu rumah dengan pemiliknya. Pemilik rumah
umumnya tidak menyediakan fasilitas lain selain kamar tidur dan
perlengkapannya, ditambah air minum atau sekedar ikut sarapan pagi.
(Pambagio, 2017)
Kasongan yang merupakan industri yang sudah terkenal dan memiliki
kunjungan dari wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara belum
memiliki akomodasi yang cukup terkenal dan menggambarkan identitas
wisata pada kasongan. Hotel-hotel yang berada di Desa Bangunjiwo hanya
ada dua, dan merupakan hotel yang tidak berbintang. Pada kondisi wilayah
seperti desa akan lebih cocok jika menggunakan tipe akomodasi yang lebih
sederhana dan memiliki konsep yang lebih menggambarkan suasana dari
desa tersebut. Perancangan sebuah homestay mampu memenuhi hal tersebut
karena Kasongan sendiri memiliki rumah-rumah sederhana yang menyatu
dengan industri gerabah. Jika rumah-rumah sederhana ini disandingkan
dengan homestay dengan material lokal Kasongan yaitu batu bata, homestay
baru yang tercipta menjadi lebih menyatu dengan lingkungan, menjadi
arsitektur yang berkelanjutan, serta mampu memperkuat identitas kawasan
Kasongan itu sendiri.
Arsitektur Tropis merupakan sebuah konsep desain yang beradaptasi
dengan lingkungan yang memiliki iklim tropis. Pemahaman arsitektur tropis
di Indonesia diperlukan untuk menciptakan bangunan dan ruang yang
nyaman dan sehat. Arsitektur tropis sangat dibuthkan untuk menunjang
kehidupan manusia, dimana arsittektur tropis ini bisa sangat hemat energi
dan ramah lingkungan (Frick, Heinz, 1998).

Gambar 1.9 Mayoritas Bangunan Kasongan


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2017

Bangunan kasongan mayoritas menggunakan batu bata dan dengan


atap genteng. Mayoritas bangunan di desain untuk merespon iklim. Namun,
respon iklim yang diterapkan masih kurang maksimal. Jika bicara tentang
material kawasan ini yang menggunakan batu bata dan atap genteng maka
salah satu konsep bangunan yang cocok diterapkan adalah konsep tropis.
Terutama untuk merespon matahari dan juga curah hujan di
Kabupaten Bantul yang memiliki curah hujan rata-rata 1961 mm. (Climate-
Data.org)

1.1.6 Riverwalk Kasongan


Riverwalk merupakan jalur atau trotoar sepanjang sungai yang identik
dengan ruang terbuka hijau. Riverwalk sering kali dijadikan sebagai daya
tarik wisata yang juga sekaligus menciptakan lingkungan sungai yang lebih
tertata. Sungai Bedog yang menjadi sasaran desain ini masih berada dalam
kondisi yang cukup memprihatinkan dimana sungai ini telah dipenuhi oleh
banyak sampah dan juga sebagai MCK umum bagi masyarakat. Sungai yang
memiliki air yang jernih ini lebih baik jika dimaksimalkan dan mampu
menjadi identitas baru bagi kawasan wisata Kasongan.

Gambar 1.10 Sungai Bedog Kasongan


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018
Sungai ini akan sangan bernilai jual jika dijadikan area riverwalk
mengingat sungai ini berada di kawasan wisata. Konsep rancangan
pengembangan riverwalk ini bisa menjadi daya tarik wisata baru lalu
meningkatkan kualitas wisata Kasongan di mata para wisatawan.

1.2 Pernyataan Persoalan Perancangan Dan Batasannya


1.2.1 Peta Permasalahan

Gambar 1.11 Peta Permasalahan


Sumber : Penulis, 2018
1.2.2 Rumusan Masalah
 Permasalahan Umum
Bagaimana merancang homestay dan riverwalk dengan implementasi
arsitektur tropis?
 Permasalahan Khusus
1. Bagaimana merancang kawasan homestay berdasarkan kaidah
arsitektur tropis agar kawasan menjadi lebih produktif ?
2. Bagaimana merancang fasade homestay sesuai dengan kaidah
arsitektur tropis?
3. Bagaimana merancang riverwalk yang sesuai dengan implementasi
arsitektur tropis, dan mampu menjadi gathering space dan objek
wisata baru bagi Kasongan?

1.2.3 Tujuan
 Tujuan Umum
Merancang homestay dan riverwalk dengan implementasi arsitektur
tropis.
 Tujuan Khusus
1. Merancang kawasan homestay berdasarkan kaidah arsitektur tropis
agar kawasan menjadi lebih produktif.
2. Merancang fasade homestay sesuai dengan kaidah arsitektur tropis.
3. Merancang riverwalk yang sesuai dengan implementasi arsitektur
tropis, dan mampu menjadi gathering space dan objek wisata baru
bagi Kasongan.

1.2.4 Sasaran
Untuk mencapai tujuan diatas, maka sasaran yang perlu dicapai
adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan konsep Arsitektur Tropis kedalam proses desain
kawasan homestay dengan menyediakan desain bangunan yang
mempunyai fungsi optimal demi kenyamanan pengguna dan
pengunjung homestay.
2. Menerapkan konsep Arsitektur Tropis pada perancangan tata
ruang homestay yang dipadukan dengan galeri gerabah agar
menjadi rancangan yang nyaman bagi pengguna dan pemilik
rumah.
3. Menerapkan rancangan Riverwalk pada sungai desa yang masih
belum terawat dengan baik oleh masyarakat kasongan.

1.2.5 Batasan Masalah


Batasan permasalahan dalam merancang Homestay yang
menerapkan konsep Arsitektur tropis dengan batasan lingkup
perancangan yang akan dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1. Orientasi dan bentuk bangunan terhadap arah matahari.
2. Aliran angin pada masa bangunan.
3. Material yang sesuai untuk iklim tropis.
Batasan permasalahan dalam merancang Riverwalk dengan batasan
lingkup perancangan sebagai berikut :
1. Recreational Waterfront, adalah semua kawasan waterfront
yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan
rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan,
dan fasilitas untuk kapal pesiar.
2. Residential Waterfront, adalah perumahan, apartemen, dan
resort yang dibangun di pinggir perairan.

1.3 Metode Pemecahan Persoalan


1.3.1 Metode Pengambilan Data
1. Data Primer
Data primer didapatkan melalui survey lapangan untuk mengetahui
secara langsung kondisi existing desa kasongan terkhusus pada
permukiman yang menghadap sungai. Berikut metode survey yang
dilakukan :
a. Pengamatan Visual
- Pengamatan bentuk mayoritas bangunan di desa Kasongan.
- Pengamatan luas kawasan, sirkulasi, landamark, dan kondisi
eksisting sungai.
- Wawancara pengrajin gerabah dan warga sekitar.
- Survey dan pengambilan data dari web desa dan web kabupaten
2. Data Sekunder
a. Pengumpulan data kawasan
- Jumlah wisatawan Jogja
- Jumlah wisatawan Bantul
- Data akomodasi Bantul dan Kasihan
- Data objek wisata Bantul dan Bangunjiwo
b. Tinjauan Arsitektur Tropis
c. Tinjauan Riverwalk
3. Pelaksanaan Survey
a. Lokasi Lokasi survey berada di Jl. Raya Kasongan, Kajen,
Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kawasan ini merupakan desa wisata yang
memiliki ciri khas pada industri gerabahnya yang sudah mencapai
pasar internasional.

Gambar 1.12 Lokasi Kawasan yang akan dirancang


Sumber : Google Maps diakses tahun 2018

b. Alat yang digunakan


- Surat Pengantar Survey
- Kamera
- Alat tulis
1.3.2 Pendekatan Perancangan
Perancangan menggunakan tolak ukur dan kriteria berdasarkan
landasan teori dan masing-masing kajian. Variabel dari masing-masing
teori tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan perancangan kemudian
diaplikasikan kedalam konsep dan elemen-elemen perancangan.

a. Arsitektur Tropis
Terdapat 4 kriteria perencanaan pada iklim tropis lembab yang
akan digunakan dalam pengembangan perancangan Homestay yaitu
Orientasi dan Bentuk Bangunan terhadap Arah Matahari, Aliran
Udara Melalui Bangunan, Material sesuai Iklim Tropis.
b. Riverwalk
Perancangan riverwalk menggunakan 2 kriteria perencanaan
meliputi Recreational Waterfront dan Residential Waterfront dimana
kriteria ini berkaitan dengan pengembangan Riverwalk yang bisa
digunakan untuk menciptakan kawasan sungai yang lebih baik dan
dapat difungsikan untuk objek wisata.

1.4 Metode Perancangan


Metode Perancangan mengginakan metode preseden sebagai alat untuk
menganalisis preseden yang sudah ada dengan mengambil potongan-
potongan puzzle (hal-hal yang baik untuk desain terminal bandar udara)
sehingga menjadi sebuah desain yang baru. Metode desain terdidiri dari
beberapa tahapan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pencarian Isu
Tahap ini berisi tentang pencarian isu yang berkaitan dengan
Arsitektur Tropis, Homestay, dan Riverwalk

2. Pendalaman Isu
Pendalaman isu terkait Arsitektur Tropis, Homestay dan Riverwalk
serta konteks kawasan, lingkungan dan identitas kawassan.
3. Pengkajian Teori
Tahap ini mengkaji tentang Arsitektur Tropis, Homestay dan
Riverwalk beserta kajian-kajian lain yang terkait. Tahap ini juga
mulai menentukan Preseden bangunan yang di kaji serta metode dan
variabel untuk menganalisis preseden yang akan digunakan dalam
merancang.

4. Analisis Preseden
Pada Tahap ini analisis preseden yang menggunakan variabel-
variabel yang telah ditentukan berupa Bentuk, Sirkulasi, Orientasi,
Bukaan dan Material. Dari analisisi ini akan diperoleh beberapa
acuan dasar untuk melakukan tahap perancangan.

5. Desain
Tahap Desain adalah tahap mendesain dengan memerhatikan
variabel-variabel yang sudah ditemukan (dengan eksplorasi desain)
dalam analisis preseden menggunakan Arsitektur Tropis, Homestay
dan Riverwalk. Sehingga menjadi sebuah desain yang baru bagi
kawasan Kasongan.

6. Pengujian Desain
Tahap Pengujian desain dilakukan dengan membuktikan hasil
rancangan pada hal-hal yang berkaitan dengan Arsitektur Tropis,
Homestay dan Riverwalk. Dengan parameter berupa kajian teori,
hasil analisis preseden, serta penggunaan software terkait. Pada
kasus ini software yang dapat digunakan adalah Grasshopper dan
perangkat Ladybug.
1.5 Skema Tahap Perancangan

Gambar 1.13 Skema Tahap Perancangan


Sumber : Penulis, 2018
1.6 Kerangka Berfikir

Gambar 1.14 Kerangka Berfikir


Sumber : Penulis, 2018
1.7 Orisinalitas Tema
Penulis memastikan bahwa karya yang ditulis berbeda dengan
karya-karya yang telah ada sebelumnya. Berikutini beberapa karya yang
memiliki tema yang sama dan menjadi bahan dan rujukan bagi penulis.

1. Perancangan Homestay di Desa Wisata Nglinggo dengan Pendekatan


Arsitektur Tropis dan Penerapan Konsep Edukatif dan Komunikatif
Oleh : Gina Afidati Nabilah
Pembahasan : Perancangan homestay dengan pendekatan tropis
menggunakan konsep edukatif dan komunikatif pada
ruang
Persamaan : Homestay dengan pendekatan Arsitektur Tropis
Perbedaan : Konsep Edukatif dan Komunikatif
2. Pusat Belanja Kuantan Riverwalk (K-WALK)
Oleh : Immamul Izzah
Pembahasan : Pusat belanja sebagai area rekreasi yang mengguna-
kan potensi visual sungai dan berbagai area rekreatif
pinggir sungai sebagai daya tarik
Persamaan : Perancangan Riverwalk
Perbedaan : Pusat Belanja
3. Resort Di Daerah Wisata Senggigi, Lombok Barat Dengan Pendekatan
Desain Arsitektur Tropis
Oleh : Reza Regipta Pradana
Pembahasan : Perancangan Resort dengan pendekatan Arsitektur
Tropis
Persamaan : Perancangan dengan pendekatan Arsitektur Tropis
Perbedaan : Resort
Daftar Pustaka
Data statistik Kepariwisataan DIY tahun 2017. https://visitingjogja.com/
downloads/Buku-Statistik-Kepariwisataan-DI-Yogyakarta-tahun-
2017.pdf (diakses pada Oktober 2018)
Evans, Martin. 1980. Housing, Climate and Comfort. London: The
Architectural Press.
id.climate-data.org diakses tahun 2018. https://id.climate data.org/asia/
indonesia/special-region-of-yogyakarta/bangunjiwo-610365/#
temperature-graph (diakses tanggal Desember 2018)

Jenis-jenis Waterfront. https://archilia.wordpress.com/waterfront/jenis-jenis


waterfront/ (diakses tanggal 3 Oktober 2018)
Kriteria Waterfront. https://archilia.wordpress.com/waterfront/kriteria-water
front/ (diakses pada Desember 2018)
Lippsmeier, G. 1994. Batas Kenyamanan Thermal. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Manley, G. 2009. Climate and House Design. Riba Journal Vol. 156, p. 317-
323.
Nidlom, Ahmad. (2001). Bangunan Arsitektur yang Ramah Lingkungan
Menurut Konsep Arsitektur Tropis. https://www.academia.edu/10086
595/4 f8f0e6099589ARSITEKTUR_TROPIS (diakses November,
2018)
Pambagio, (2017). Pemahaman Homestay dan Pengaturannya. Juli 11, 2017,
from https://kumparan.com/agus-pambagio/pemahaman-homestay-
dan-pengaturannya.
Raharjo, Hum, (2009). Historisitas Desa Gerabah Kasongan.
http://digilib.isi.ac.id/1071/1/Pages%20from%20B2-Historitas%20
Desa%20Gerabah%20Kasongan.pdf (diakses Desember, 2018)
Shirvani, (1985). The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold: New
York.
Tiffa Nur Latiffa (2015), Aplikasi Ventilasi Silang Pada Bangunan.
Web Desa Bangunjiwo. http://bangunjiwo-
bantul.desa.id/index.php/first/ kategori/2 (diakses pada Oktober 2018)
Badan pusat statistik d.i yogyakarta 2017
Data statistik Kepariwisataan tahun 2016
Sumber: Disbudpar Kabupaten Bantul (2014),
https://bantulkab.go.id/datapokok/0702_obyek_wisata.html
http://bantul.kpt.co.id/ind/108-2/Gendeng_97988_stiebbank_bantul-kpt.html,
diakses tahun 2018
Web Desa Bangunjiwo
Kabupaten Bantul dalam Angka 2016, bps bantul
Kabupaten Bantul dalam Angka 2017, bps bantul
Kecamatan Kasihan dalam Angka 2016, bps bantul
Kecamatan Kasihan dalam Angka 2017, bps bantul
http://www.bpkp.go.id/diy/konten/836/Profil-Kabupaten-Bantul
Frick, Heinz, dan Suskiyatno, Bambang. FX. 1998. Dasar-Dasar Eko Arsitektur.
Yogyakarta: Kanisius
Climate-Data.org https://id.climate-data.org/asia/indonesia/special-region-of-
yogyakarta/bantul-620343/
id.climate-data.org diakses tahun 2018
https://id.climate-data.org/asia/indonesia/special-region-of-
yogyakarta/bangunjiwo-610365/#temperature-graph
https://www.meteoblue.com/en/weather/forecast/modelclimate/kasihan_indonesia
_2005237 Data wind rose kecamatan Kasihan
http://andrewmarsh.com/apps/staging/sunpath3d.html 3d sunpath diagram
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 05 TAHUN
2011
http://e-journal.uajy.ac.id/12854/3/TA150762.pdf kajian homestay
http://www.pantaisawarna.com/standar-usaha-homestay.html kajian homestay
(Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan, 2009) kajian
homestay
Asean Homestay Standard, 2015
Time Saver Standards for Building Types, Joseph De Chiara,
John Callender 1983
Lippsmeier, Georg (1994), Tropenbau Building in the Tropics, Bangunan
Tropis (terj.), Jakarta: Erlangga.
Kajian Waterfront http://repository.unpas.ac.id/29004/2/BAB%20II.pdf
diakses pada Desember 2018
Jenis-jenis Waterfront https://archilia.wordpress.com/waterfront/jenis-
jeniswaterfront/ diakses pada Desember 2018
https://studylibid.com/doc/57383/2.3-teori-sun-shading di akses pada
Desember 2018
Wirajaya (2018), Redesain Pasar Tradisional Kolombo Di Condongcatur, Sleman,
Yogyakarta Dengan Penambahan Fungsi Kuliner Dan Penekanan Pada
Pencahayaan & Penghawaan Pada Bangunan
BAB 2
PENELUSURAN PERSOALAN PERANCANGAN DAN
PEMECAHANNYA

2.1 Data Lokasi Perancangan


2.1.1 Profil Kasongan
Kasongan adalah salah satu daerah desa tujuan wisata di
Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Terkenal dengan hasil kerajinan
gerabah keramiknya. Berada di Pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo,
Kecamatan Kasihan Bantul, Yogyakarta. Desa Bangunjiwo adalah
salah satu dari empat desa yang berada di Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul. Jarak desa ini lebih kurang 4 km dari ibukota Kecamatan Kasihan
, dan sekitar 8 km dari ibukota Kabupaten Bantul. (Web Desa Bangunjiwo,
2013)
Kasongan dan Desa Bangunjiwo merupakan bagian dari
Kecamatan Kasihan yang merupakan satu dari 17 Kecamatan di wilayah
Kabupaten Bantul. Kecamatan ini berada di lokasi paling utara, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Sleman
Timur : Kec. Sewon & Kota Yogyakarta
Selatan : Kec. Sewon & Pajangan
Barat : Kec. Pajangan & Sedayu

Gambar 2.1 Peta Perbatasan Kecamatan pada Kabupaten Bantul


Sumber : Kabupaten Bantul dalam Angka 2017
Topografi Kecamatan Kasihan merupakan daerah dataran
sekaligus perbukitan. Ada tiga desa yang merupakan dataran rendah yaitu,
Desa Tirtonirmolo, Desa Tamantirto, dan Desa Ngestiharjo. Sementara
Desa Bangunjiwo merupakan daerah perbukitan meskipun ada beberapa
pedukuhan yang berada di daerah dataran rendah. Terdapat beberapa aliran
sungai yang mengalir di wilayah Kecamatan Kasihan. Ada dua sungai
yang terbesar dan berpotensi sebagai objek wisata yaitu sungai Winongo
dan sungai Bedhog, yang banyak dimanfaatkan warga untuk irigasi dan
keperluan lain bagi penduduk Kecamatan Kasihan.

2.1.2 Data Iklim Kasongan


Bangunjiwo beriklim tropis. Di musim dingin, terdapat lebih sedikit
curah hujan daripada di musim panas. Suhu rata-rata tahunan yang ada di
Desa Bangunjiwo adalah 26.6°C. (id.climate-data.org diakses tahun 2018)

Gambar 2.2 Grafik Iklim Desa Bangunjiwo


Sumber : id.climate-data.org diakses tahun 2018

Bulan terkering dengan persipitasi terendah adalah Agustus, dengan


19 mm curah hujan. Hampir semua presipitasi jatuh pada Januari, dengan
rata-rata 357 mm curah hujan.
Gambar 2.3 Grafik Suhu Desa Bangunjiwo
Sumber : id.climate-data.org diakses tahun 2018

Suhu terhangat pada Desa Bangunjiwo sepanjang tahun adalah


April, dengan suhu rata-rata 27.4°C. Di Juli, suhu rata-rata menjadi 25.5°C
ini adalah suhu rata-rata terendah yang ada di sepanjang tahun.

Gambar 2.4 Perkembangan Iklim Desa Bangunjiwo


Sumber : id.climate-data.org diakses tahun 2018

Terdapat perbedaan dalam presipitasi yang ada di Desa Bangunjiwo


antara bulan terkering dan bulan terbasah yaitu 338 mm. Sedangkan suhu
rata-rata bervariasi sepanjang tahun dengan selisih yang berbeda-beda tiap
bulannya.
Gambar 2.5 Wind Rose Kecamatan Kasihan
Sumber : meteoblue.com diakses tahun 2018

Angin yang berhembus pada Kecamatan Kasihan berasal dari arah


yang beragam. Kekuatan hembusan angin paling besar dari arah selatan
dengan kekuatan rata-rata 15 sampai 20 km/h di sepanjang tahun.

Gambar 2.6 Sun Path Diagram Kasongan


Sumber : andrewmarsh.com diakses tahun 2018

Kasongan terletak pada koordinat 7°50'42.5"LS 110°20'10.1"BT.


Dengan posisi terendah matahari di sisi utara pada tanggal 22 Juni yaitu
altitude 33°. Dan pada posisi terendah matahari di sisi selatan pada tanggal
21 Desember yaitu altitude 39°. Sedangkan untuk rentang azimuth
sepanjang tahun ada pada angka -161° hingga 117°.

2.1.3 Data Lokasi Perancangan

Gambar 2.7 Peta Lokasi Perancangan


Sumber : Google Maps diakses tahun 2018

Lokasi site perancangan berada di Kasongan tepatnya di Jl. Raya


Kasongan, Kec. Kasihan, Kabupaten Bantul. Luas site 13.762m2 berada
persis disebelah Sungai Bedog. Kondisi eksisting site terdapat 26 rumah,
dengan 6 rumah digunakan sebagai industri gerabah, dan 1 digunakan
untuk mebel kayu.

Gambar 2.8 View Eksisting Site


Sumber : Google Maps diakses tahun 2018
View barat site adalah rumah-rumah warga yang sebagian juga
memiliki kios gerabah dan yang lain hanya sebagai rumah tinggal. View
timur site mengarah pada Sungai Bedog. Daerah sungai masih dominan
oleh hutan eksisting. Air sungai jernih hanya saja bantaran sungai yang
masih terlihat belum bersih oleh sampah-sampah rumah tangga.

Gambar 2.9 Sirkulasi Jalan Utama


Sumber : Google Maps diakses tahun 2018

Site yang berada di kawasan Desa Kasongan memiliki jalur akses


pada jalan utama yaitu jalan dua arah sehingga kendaraan dapat dengan
mudah melewati jalan ini. Selain itu terdapat pertigaan yang searah
mengikuti arus sirkulasi. Site terlihat ramai tidak hanya oleh penduduk
sekitar namun juga oleh para pengunjung yang mendatangi Desa Wisata
Kasongan. Jalur sirkulasi ini merupakan salah satu isu juga yang ada di
Kasongan. Dimana jalur sirkulasi ini sering kali digunakan untuk parkir
kendaraan bermuatan besar seperti truk dan bis wisata. Belum adanya
parkir untuk kendaraan terkhususnya kendaraan wisata yang sering ada di
hari libur merupakan salah satu hal yang perlu dibenahi juga di Kasongan.
2.1.4 Regulasi Bangunan
Peraturan bangunan yang akan digunakan dalam desain ini yaitu
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 05 Tahun 2011 tentang
ketentuang membangun bangunan. Ketentuan-ketentuan yang menjadi
acuan dalam proses perancangan di kawasan Kasongan meliputi:
 Bangunan yang dibangun dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
lebih dari 60% (enam puluh persen).
 Bangunan yang dibangun dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
antara 20% (dua puluh persen) sampai dengan 60% (enam puluh
persen).
 Bangunan yang dibangun dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
lebih dari 60 % (enam puluh persen).
 Pemanfaatan ruang terbuka hijau pekarangan (RTHP) ditetapkan
sesuai dengan peruntukan dalam rencana tata ruang yang telah
ditetapkan setiap bidang paling rendah 10% (sepuluh persen) pada
daerah sangat padat/padat.
 Sempadan di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-
kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
 Mempertahankan karakter dan citra kawasan diwujudkan dengan
penampilan bangunan dengan desain arsitektur bangunan jawa dan
atau dengan modifikasi bangunan arsitektur jawa.

2.2 Kajian Homestay


2.2.1 Pengertian Umum Homestay
Homestay memiliki beberapa pengertian yang dapat dijadikan
sebagai acuan dasar seperti berikut:
1. Homestay adalah rumah tinggal yang sebagian kamarnya disewakan
kepada tamu atau wisatawan untuk jangka waktu tertentu agar
pengguna dapat memperlajari budaya setempat atau suatu rutinitas
tertentu. Bangunan homestay biasanya berada dekat dengan
kawasan wisata yang berfungsi untuk disewakan kepada wisatawan
yang secara langsung para wisatawan dapat melihat kehidupan
masyarakat sehari-hari, melihat pemandangan, bahkan menjalani
kehidupan seperti penduduk lokal. (e-journal.uajy diakses tahun
2018)
2. Homestay adalah penyediaan jasa akomodasi berupa bangunan
rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan digunakan sebagian
untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada
wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari
pemiliknya dan lingkungan sekitar homestay tersebut. (Sawarna,
2012)
3. Homestay merupakan rumah tinggal pribadi sebagai tempat
wisatawan menginap dengan kelebihan yaitu wisatawan bisa
mendapatkan kesempatan untuk mengenal pemilik dan keluarganya.
Mereka bisa juga mengenal lebih jauh tentang alam dan sosial
budaya sekitar terutama bila si pemilik rumah memiliki banyak
pengetahuan tentang itu. (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Nias Selatan, 2009)

2.2.2 Kriteria dan Persyaratan Homestay


Berikut ini akan diuraikan kriteria dan persyaratan homestay
berdasarkan ASEAN Homestay Standard pada tahun 2015 yang
berhubungan dengan kajian potensi dan konsep perancangan, yaitu:
1. Location (lokasi dan aksesibilitas)
 Lokasi homestay dapat dicapai oleh moda transportasi yang
tersedia.
 Penanda (signage) yang jelas sebaiknya disediakan untuk
memandu wisatawan menuju ke lokasi homestay.
2. Accommodation (akomodasi)
- Rumah
 Struktur rumah (atap, dinding, pintu, lantai dan sebagainya)
harus dalam keadaan yang benar-benar baik, stabil dana
aman kondisinya.
 Desain dan material bangunan merefleksikan arsitektur
vernakuler dan identitas lokal kawasan.
 Kamar tidur untuk tamu/wisatawan harus terpisah dari kamar
tidur lain di rumah tersebut.
 Harus ada minimal satu kamar mandi untuk wisatawan di
dalam rumah atau di dalam kamar wisatawan.
 Memiliki suplai listrik dan air bersih yang memadai.

- Kamar Tidur
 Menyediakan perabotan atau fasilitas dasar di dalam kamar
wisatawan.
 Maksimum empat kamar dari total jumlah kamar di rumah
yang tidak digunakan oleh anggota keluarga host
dialokasikan untuk wisatawan.
 Menyediakan tipe ranjang yang standar dan tepat dalam
berbagai ukuran seperti single bed dan double bed dengan
kasur dan bantal.

- Kamar Mandi/Toilet
 Menyediakan tipe kloset duduk atau jongkok di dalam rumah
(bila di luar harus dekat dengan rumah) dengan fasilitas
kamar mandi standar seperti pintu dan kunci dalam.
 Air bersih dan memadai harus disediakan setiap saat.

3. Activities (aktivitas)
- Aktivitas Desa dan Komunitas
Sebaiknya mengoptimalkan dan menampilkan sumber
daya lokal, seperti:
 Warisan budaya lokal setempat.
 Usaha lokal (usaha mikro, perkebunan, kerajinan tangan,
dll).
 Sumber daya alam (hutan, sungai, air terjun, gunung).
 Perancangan dan pelaksanaan kegiatan harus mendorong
partisipasi interaktif antara masyarakat lokal dengan
wisatawan.

- Aktivitas Sekitar
 Kunjungan ke atraksi wisata popular di area sekitar
diintegrasikan ke dalam paket homestay dengan homestay
sebagai basisnya.
 Berkolaborasi dengan desa/kampong yang lain di area sekitar
untuk menambah variasi aktivitas sekaligus menciptakan
efek ganda.

- Orisinalitas
 Komunitas homestay mempertahankan identitas, nilai dan
budaya untuk menggambarkan pengalaman yang berbeda
dan otentik.
 Mempersilahkan dan melibatkan tamudalam aktivitas
komunitas untuk menunjukkan semangat komunitas dan
kesatuan social.
 Menjaga kerajinan lokal dan menunjukkan pertunjukan seni
dengan mendirikan kelompok dan asosiasi budaya.

4. Host (tuan rumah/penyedia dan komunitas)


- Desa/Kampung dan Komunitas
 Homestay terletak tidak jauh dengan atraksi wisata alam dan
budaya yang ada di sekitarnya.
 Ada pusat/area komunitas untuk digunakan sebagai basis
operasi homestay dan aktivitas seperti acara penyambutan,
pertunjukan budaya, dll.
- Penyedia Homestay (tuan rumah)
 Penyedia homestay harus bersih dari catatan kriminal dan
dalam kondisi sehat (tidak menderita penyakit menular).
 Penyedia homestay harus menghadiri dan menyelesaikan
kursus atau workshop basic homestay (perihal kemampuan
hospitability dan skill communication).

5. Sustainability Principles (prinsip-prinsip berkelanjutan)


- Prinsip Economic Sustainability
 Employment
Pengelola homestay harus merekrut dan
mempekerjakan stafnya dari masyarakat sekitar,
mengalokasikan insentif dan bonus kepada staf dengan
kinerja/tingkat layanan yang baik sebagao motivasi untuk
staf, menyediakan donasi untuk usaha-usaha mikro untuk
masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam aktivitas bisnis
yang terkait dengan homestay.
 Purchasing
Merekomendasikan pengelola homestay untuk
membeli produk-produk dari usaha mikro lokal, meminta
wisatawan. membeli produk lokal, dan mengatur area
penjualan kerajinan tangan di sekitar homestay.
 Local Product/Attraction
Mempromosikan festival lokal dan mengunjungi pasar
tradisional terdekat, menawarkan kerajinan tradisional,
makanan dan pertunjukan seni budaya kepada wisatawan.

- Prinsip Enviromental Sustainability


Mengurangi dan membatasi dampak fisik dari wisatawan
terutama lingkungan alam dan budaya yang sensitive/rentan,
tidak mendukung wisatawan yang dapat merusak flora dan
fauna lokal, menjaga kebersihan pantai, hutan, sungai dan
taman, memastikan masyarakat setempat sudah teredukasi
tentang pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati, dan
memastikan bahwa desain konstruksi fasilitas dan pelayanan
pariwisata yang ramah lingkungan.
- Prinsip Sociocultural Sustainability
Membuat pusat informasi dan display tentang kebudayaan
lokal di pusat homestay dan di area-area umum, menginformasi-
kan kepada wisatawan tentang pentingnya menghormati adat
istiadat, kebiasaan, budaya dan perilaku setempat, memastikan
masyarakat setempat sudah teredukasi tentang pentingnya
melestarikan budaya lokal dan secara aktif melarang partisipasi
atau pengesahan aktivitas seksual komersial dan obat-obatan
terlarang.

2.2.3 Standar Perancangan Ruang Homestay


Sebagai sebuah rumah tinggal dan juga akan digunakan untuk
keperluan akomodasi bagi wisatawan, ada standar ruang yang perlu
diperhatikan untuk memenuhi kenyamanan ruang dari homestay tersebut.
Beberapa standar ruang yang perlu digunakan antara lain:

1. Kamar Tidur
Kamar tidur merupakan ruang yang akan disewa oleh
wisatawan. Perlu ada standar merancang ruang ini agar tercipta
keamanan dan kenyamanan. Berikut adalah beberapa standar ruang
dan properti kamar tidur:

Gambar 2.10 Standar Jenis dan Ukuran Tempat Tidur


Sumber : Time Saver Standards for Building Types, 1983
Tempat tidur tipe single bed berukuran 91,5cm x 208cm.
Tempat tidur dengan tipe twin bed memiliki panjang 208cm dengan
lebar 1m. Kemudia double bed dengan dimensi 137cm x 208cm.
Dalam penempatan properti kamar ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Seperti ukuran ruang, ukuran properti, serta
dimensi ruang gerak bagi pengguna kamar tidur. Kamar biasanya
memiliki properti utama yaitu, tempat tidur, meja, kursi, dan juga
lemari. Perlu adanya acuan rancangan dalam berbagai kondisi kamar
tidur, seperti contoh-contoh standar plotting kamar tidur berikut ini:

Gambar 2.11 Standar Plotting Properti Kamar Tidur


Sumber : Time Saver Standards for Building Types, 1983
Gambar 2.12 Standar Plotting Properti Kamar Tidur 2
Sumber : Time Saver Standards for Building Types, 1983

2. Ruang Tamu
Ruang tamu merupakan ruang yang menjadi pusat dari
hubungan antar ruang lain. Interaksi antar pengguna rumah biasanya
berlangsung di ruang ini. Terutama bagi karakter bangunan berbasis
homestay perlu ada keterkaitan kuat antara satu ruang dengan yang
lain. Hal ini bertujuan untuk membantu menciptakan keakraban
antara pemilik dan pengguna homestay. Beberapa standar dari
merancang ruang tamu yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:

Gambar 2.13 Standar Plotting Ruang Tamu


Sumber : Time Saver Standards for Building Types, 1983

Standar perancangan ruang tamu mengedepankan hubungan


antar properti ruang seperti kursi, meja, dan sofa yang letakkan
dalam ruang tamu dengan memperhatikan fungsi dan juga jalur
sirkulasi ruang tersebut.
3. Ruang Makan
Ruang makan merupakan salah satu esensi yang paling penting
di dalam rumah. Tidak saja karena fungsinya sebagai tempat makan,
ruang makan juga digunakan sebagai tempat bagi penghuni untuk
saling bercengkerama antar anggota keluarga atau menjamu tamu
yang datang berkunjung.

Dalam perancangan homestay penting untuk dapat


menghadirkan suasana ruang makan yang membuat setiap orang
merasa nyaman.Beberapa elemen yang perlu diperhatikan seperti
pemilihan warna, elemen interior dan pemilihan lampu dapat
mempengaruhi kualitas ruang makan. Selain itu hal yang tak kalah
penting adalah ukuran standar ruang yang diperlukan dalam
merancang ruang makan yang baik seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2.14 Tipe Plotting Meja dan Kursi Ruang Makan


Sumber : Time Saver Standards for Building Types, 1983

Dari gambar diatas terdapat beberapa ukuran meja makan


menyesuaikan dengan jumlah kursinya. Meja makan dengan 2 kursi
berukuran 76cm x 76cm. Meja makan dengan 4 kursi berukuran
76cm x 96,5cm. Meja dengan 6 kursi dengan dimensi 101cm x
182cm. Meja dengan 8 kursi memiliki 2 tipe ukuran. Yang pertama
101cm x 122cm, dan yang kedua 101cm x 182cm atau 122cm x
122cm. Standar ini merupakan acuan dasar yang dapat digunakan
untuk melakukan pertimbangan desain terutama pada pemilihan
bentuk dan ukuran properti ruang makan.

Gambar 2.14 Standar Ruang Gerak pada Area Makan


Sumber : Data Arsitek Jilid 1, 1996

Terdapat standar dimensi yang perlu diperhatikan dalam


pemberian ukuran ruang gerak pada area makan. Seperti jarak
minimal antara meja dan dinding, jarak antar meja, dan juga jarak
antar properti yang mampu memberikan ruang gerak bagi pengguna
ruang.

2. Dapur

Gambar 2.15 Standar Ruang Dapur


Sumber : Data Arsitek Jilid 1, 1996
Gambar 2.16 Standar Ruang Dapur 2
Sumber : Data Arsitek Jilid 1, 1996

Standar dapur ini dibuat untuk memudahkan pekerjaan dapur.


Dari kiri ke kanan terdapat kompor, tempat menyiapkan sayuran,
dan bak cuci. Yang harus dipenuhi adalah adanya ruang gerak dari
ukuran minimal 1.2m antar deret berdasarkan pemakaian peralatan
dan perabot. Ruang dapur ini biasanya juga bersebelahan dengan
ruang makan untuk memudahkan mobilitas ruang.

3. Kamar Mandi dan Toilet


Perancangan kamar mandi perlu dipikirkan dengan seksama.
Ini perlu, karena sangat terkait kenyamanan dan seluruh elemen yang
berperan penting dalam mengakomodasi aktivitas dalam ruang.
Perancangan kamar mandi yang merupakan sarana sanitasi berkaitan
dengan perabot seperti bak mandi, kloset, wastafel dan lain-lain.
Penentuan layout dari perabot yang dimensinya telah diatur oleh
pabrik, menjadi salah satu kunci perancangan kamar mandi.
Pemberian ruang yang cukup untuk bergerak bebas juga menentukan
keberhasilan sebuah konfigurasi kamar mandi.

Gambar 2.17 Standar Ruang Kamar Mandi


Sumber : Data Arsitek Jilid 1, 1996

Gambar diatas merupakan beberapa referensi penataan prabot


dalam kamar mandi yang sesuai dengan standar ruang gerak
manusia. Dengan perhitungan antara kebutuhan ruang wastafel,
kloset, bak mandi dan bukaan pintu.
2.3 Kajian Arsitektur Tropis
Arsitektur tropis merupakan konsep rancangan arsitektur yang
diadaptasi dari kondisi daerah beriklim tropis. Indonesia termasuk salah satu
daerah yang beriklim tropis. Ada dua musim di Indonesia yaitu musim panas
dan musim hujan. Keadaan iklim ini juga yang mempengaruhi bangunan-
bangunan tradisional yang ada di Indonesia.

1. Pengertian Iklim Tropis


Awalnya kata tropis dipakai pada zaman Yunani kuno dengan
sebutan tropikos yang berarti garis balik. Sekarang ini pengertian
tersebut berlaku untuk daerah antara kedua garis balik ini yang meliputi
sekitar 40% dari luas seluruh permukaan bumi. Daerah tersebut adalah
daerah yang beriklim tropis, yang didefinisikan sebagai daerah yang
terletak di antara garis isotherm 200°C di sebelah bumi utara dan
selatan. Sedangkan kedua garis balik yang dimaksud adalah garis
lintang 230°27’ utara dan selatan (Lippsmeier, 1994).

2. Ciri-ciri Iklim Tropis


Ciri-ciri iklim tropis lembab dan pengaruhnya pada masalah
umum mengenai bangunan yang dihadapi seperti dikatakan oleh
Lippsmeier, 1994: 18. Adalah sebagai berikut:
 Landscape merupakan daerah hutan hujan dataran rendah.
 Permukaan tanah merah atau coklat.
 Vegetasi yang lebat, dan beraneka ragam.
 Perbedaan kondisi musim bulan terpanas dan bulan terdingin
kecil.
 Berawan dan berkabut sepanjang tahun.
 Curah hujan tahunan 500-1250 mm.
 Kelembaban relatif berkisar 20 – 85%, tergantung musim.
 Aliran angin kuat dan konstan.
3. Faktor-faktor Iklim Tropis
Ada beberapa faktor – faktor spesifik yang hanya dijumpai secara
khusus pada iklim tersebut. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi
yang berpengaruh dalam perancangan bangunan iklim tropis lembab
adalah :

a. Kenyamanan Thermal
Kenyamanan termal adalah keadaan yang berhubungan
dengan alam yang memengaruhi manusia dan bisa dikendalikan
oleh Arsitektur. (Snyder, 1989)
Sereorang bisa disebut nyaman secara termal jika tidak
meningkatkan atau mnurunkan suhu dalam ruangan. Ruangan
tersebut bisa dikatakan sebagai zona kenyamanan manusia. Zona
kenyamanan adalah zona dimana manusia bisa mereduksi dan
mengadaptasi tubuhnya di lingkungannya (Olgyay. 1963).
Standar internasional mengenai kenyamanan thermal “ ISO
7730 : 1994” menyatakan bahwa sensasi thermal yang dialami
manusia merupakan fungsi dari 4 faktor iklim yaitu : suhu udara,
radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin, serta faktor-faktor
individu lainnya.
- Temperatur efektif sekitar 200C – 260C
- Kelembaban udara sekitar 60%
- Kecepatan Angin 0,25 – 0,5 m/s
Bagian atap adalah bagian bangunan yang paling besar
menerima panas sehingga bahan atap harus menggunakan
material yang bisa mengurangi radiasi panas. Cara untuk
mengatasi hal ini salah satunya adalah menggunakan rongga di
langit-langit atau ruang etik, penggunaan material pemantul
panas atau peredam panas. (Huda, 2012)
Selain itu cara lain juga bisa digunakan seperti berikut :
- Luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat di
perkecil.
- Dinding dilindungi dengan bahan pelindung (tanaman,
insulasi termal dll).
- Warna-warna terang yang bersifat memantulkan panas
matahari/terik matahari.
- Overhang untuk mencegah air dan sinar matahari
berlebih.

b. Aliran Udara Melalui Bangunan


Brown (1987:123) menyebutkan bahwa prinsip terjadinya
aliran udara adalah mengalirnya arus udara dari daerah
bertekanan tinggi kearah daerah yang bertekanan rendah.
Penghawaan alami dapat memungkinkan adanya perpindahan
panas pada bangunan. Aliran udara berpengaruh dalam
menciptakan kenyamanan thermal pengguna ruang. Untuk area
dengan iklim tropis lembab, penggunaan ventilasi silang sangat
diutamakan untuk kenyamanan ruang. Efektivitas penghawaan
alami dipengaruhi oleh letak dan besarnya, jenis bangunan di
sekitarnya, penempatan lubang masuk dan keluar udara. (Sari,
2016)

c. Radiasi Matahari
Radiasi panas matahari adalah panas yang dihasilkan dari
panas matahari yang menuju ke permukaan bumi. Pada kasus
hunian atau bangunan radiasi mengenai bagian atap dan
permukaan sekitar bangunan yang tidak terhalangi oleh atap.
Pancaran panas ini akan memengaruhi kenyamanan termal bagi
pengguna. Penggunaan material yang sifatnya memantulkan
panas tidak disarankan untuk bangunan karena akan berdampak
pada bangunan disekitarnya.
d. Orientasi Bangunan
Untuk orientasi bangunan dan perlindungan dan terhadap
cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar berikut:
 Sebaiknya fasade terbuka menghadap ke selatan atau utara,
agar meniadakan radiasi matahari langsung dari cahaya
matahari pada posisi rendah.
 Di daerah iklim tropis perlu adanya pelindung untuk semua
lubang bangunan terhadap cahaya langsung maupun tidak
langsung.

4. Material Daerah Tropis


Penggunaan materia-material yang sesuai tidak hanya dapat
merespon kondisi iklim tetapi bagaimana perawatan pemeliharaan dan
mudah didapatkan. Beberapa bahan-bahan material sebagai pendukung
konsep tropis yang biasa digunakan adalah:

a. Balok Beton
Semakin menyebar disemua Negara tropis dengan
meningkatnya produksi semen setempat.
Reaksi terhadap iklim: Tanpa plester akan tembus air
bila terkena hujan dan terus menerus, kemampuan penghantar
panas kecil, penyerapan panas sedang tergantung pada beratnya.
Keawetan dan resiko: Tahan api, daya tahan terhadap
gempa kecil untuk konstruksi pemikul yang tidak memiliki
rangka, kekuatan berkurang bila menggunakan semen aluminat.
Masalah utama apabila terjadi pemuaian dan penyusutan yang
diakibatkan oleh perbedaan temperature dan suhu.
b. Bata
Tersebar diberbagai Negara-negara Tropis. Bata
rnerupakan bahan bangunan tua yang sudah digunakan sejak
dulu. Ukurannya bervariasi , bentuk sederhana, dan dapat
diproduksi pada lokasi pembangunan.
Reaksi terhadap iklim: Tahan terhadap cuaca, tekstur
berpori untuk pemapasan, penyerapan panas yang cukup baik,
kemampaun penyaluran panas rendah. Bisa tembus bila terkena
hujan terus menerus atau pada kelernbaban tinggi.
Ketahanan dan resiko: Tahan terhadap kerusakan
mekanis, stabilitas retak konstruksi yang tidak semestinya atau
keahlian kerja yang tidak bermutu jika berhadapan dengan
tekanan angin atau gempa bumi.

c. Bambu
Sifatnya yang murah, mudah dikerjakan dan diperbaiki
dengan ruang Iingkup penggunaan yang luas. Memiliki garis
tengah batang 1-30cm. Batang bambu raksasa untuk konstruksi
pemikul beban. Barnbu tipis bulat atau dibelah untuk konstruksi
dinding.
Reaksi terhadap iklim: Permukaan sangat tahan terhadap
air. Penghawaan baik, sedikit menyerap panas, kemampuan pe-
mantulan sekitar 20%.
Ketahanan dan resiko: Tidak tahan terhadap serangga,
jamur dan api. Tanpa pengolahan lapuk setelah 2-3 tahun. Agar
bambu tahan lama, bambu harus betul-betul kering setelah
dipotong.

d. Kayu
Sifatnya murah dan mudah didapat, digunakan untuk
konstruksi rangka dan balok. Jenis kayu yang digunakan sebagai
elemen bangunan seperti kayu lapis yang di pernis untuk pelapis
dinding dan lantai.
Reaksi terhadap iklim: Kemampuan pengisolasian panas
sedang, penyerapan panas keeil, tahan terhadap angin, dan
kemampuan pemantulan sekitar 50%.
Ketahanan dan resiko: Tidak tahan terhadap rayap.
Mudah terbakar, kerusakan terbesar oleh rayap perusak kayu
yang menyebabkan kebusukan kering pada kayu.

e. Batu Alam
Digunakan untuk lapisan dinding dekoratif seperti dinding
pasangan batu. Seperti pasangan bata, lantai dan relief dekoratif.
Juga digunakan sebagai perkerasan jalan untuk pendestrian.
Reaksi terhadap iklim: Tahan terhadap angin dan cuaca,
kemampuan penyerapan panas tinggi, bahan berpori memiliki
kemampuan pengisolasian panas seperti batu vulkanik dan koral.
Ketahanan dan resiko: perubahan warna dan permukaan
oleh perusak organik (ganggang, jamur, lumut) kerusakan oleh
genangan air dan akar.

5. Teori Sun Shading


Penggunaan sun shading yang sesuai mampu menjadi penghalang
sinar matahari langsung untuk mengurangi radiasi dan mengurangi
kemungkinan terjadinya suhu ekstrim dalam bangunan.

a. Pengertian
Sun shading adalah peredam atau penghalang cahaya
matahari agar cahaya matahari tidak secara langsung masuk ke
dalam ruangan. Bentuk dan penerapan dari sun shading sendiri
ada berbagai macam, mulai dari besaran, bentuk dan juga
material yang digunakan. Berdasarkan teori sun shading, ada 3
dasar cara perletakkan dan perancangan sun shading pada
fasade bangunan, yaitu vertical shading device, horizontal
shading device, dan eggcrate shading type device. (Watson,
1993)
Perangkat shading yang ideal akan memblokir maksimum
radiasi matahari sementara masih memungkinkan pandangan
dan angin masuk ke jendela. Tabel 2.1 menunjukkan beberapa
yang paling umum untuk perangkat shading.

Tabel 2.1 Tabel Perangkat Shading


Orientasi
No Deskripsi Nama Keterangan
Terbaik
1  Perangkap udara
panas
Selatan,
Timur, Barat  Dapat dimuat oleh
Overhang angin
Horizontal panel
2
 Gerakan udara
Selatan, bebas
Timur, Barat
Overhang  Beban angin kecil
Horizontal louvers
in horizontal plane
3  Mengurangi
panjang overhang
 Pembatasan
Selatan, penglihatan
Timur, Barat
Overhang  Tersedia jalur
Horizontal louvers
in vertical plane hiasan pada
jendela
4  Gerakan udara
bebas
Selatan,
Timur, Barat  Pembatasan
Overhang penglihatan
Vertical panel
5  Membatasi
penglihatan
Selatan, untuk fasade utara
Timur, Barat
pada hanya iklim
Vertical fin
panas
6  Miring ke arah
Utara

Timur, Barat  Membatasi


penglihatan secara
Vertical fin slanted
signifikan
7  Untuk iklim yang
sangat panas
 Penglihatan sangat
Timur, Barat
terbatas

Eggcrate  Perangkap udara


panas
8  Miring ke arah
Utara
 Penglihatan sangat
terbatas
Timur, Barat
 Perangkap udara
Eggcrate with panas
slanted fins
 Untuk iklim yang
sangat panas
Sumber: Lechner, 2001

6. Teori Balkon
Balkon merupakan salah satu elemen yang sering difungsikan
sebagai ruang untuk menikmati dan memperluas visual pemandangan
sekitar. Balkon juga mampu menjadi penghalang bagi cahaya matahari
langsung.
a. Pengertian Balkon

Berdasarkan penelitian Gon Kim, Wonwoo Kim, dan Jeong


Tai Kim dalam Role of Healthy Light to Embody Healthy
Buildings (2009) menyatakan bahwa balkon dapat menjadi suatu
solusi desain yang tepat dalam menghalangi masuknya radiasi
matahari secara langsung. Selain mampu berperan sebagai
penghubung ruang dalam dan luar, balkon bisa menjadi desain
shading yang baik dan multi fungsi.

b. Fungsi Balkon

Menurut Rasantika M. Seta (2009), balkon pada bangunan


memiliki 8 fungsi yaitu:

1. Balkon sebagai perluasan ruang, dikarenakan letaknya


berada tepat disamping ruang dalam.
2. Balkon memperlebar pandangan, dikarenakan balkon
memiliki jendela pandang yang lebih luas sehingga dapat
menjadi tempat yang tepat untuk menikmati pemandangan
di sekitar.
3. Balkon sebagai penegas level lantai.
4. Balkon sebagai elemen percantikan, dengan adanya balkon,
tampilan fasad dapat menjadi lebih menarik.
5. Balkon menambah tinggi nilai desain sebuah bangunan dan
organisasi ruangnya.
6. Balkon menjadi ungkapan selera pemilik atau penghuninya.
7. Balkon mereduksi dampak iklim, berfungsi untuk
melindungi ruang di bawahnya dari radiasi panas matahari.
8. Balkon sebagai penanda atau pembeda rumah dari rumah
lainnya.

7. Penghawaan Alami
Konsep desain dengan sistem penghawaan alami yang
memaksimalkan kecepatan angin, selain memperhatikan pergerakan
aliran angin, juga mempertimbangkan pengaruh lingkungan dan
bangunan sekitar terhadap aliran angin tersebut (Allard, 1998).

a. Berdasarkan SNI 03 6572--2001

Berdasarkan SNI 03-- 6572-- 2001 Ciptakarya Pekerjaan


Umum, Kriteria kenyamanan temperatur pada udara kering
sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya kalor yang
dilepaskan melalui penguapan dan melalui konveksi.
Berikut merupakan standar kenyamanan termal suhu ruang
pada daerah tropis :
 Sejuk nyaman, antara temperatur efektif 20,5oC-22,8oC
 Nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,8oC-25,8oC
 Hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,8oC-27,1oC

b. Cross Ventilation

Ventilasi silang atau cross ventilation adalah dua bukaan


berupa jendela atau pintu yang letaknya saling berhadapan di
dalam satu ruangan tertutup. Ventilasi ini bekerja dengan
memanfaatkan perbedaan zona bertekanan tinggi dan rendah
yang tercipta oleh udara. Perbedaan tekanan pada kedua sisi
bangunan akan menarik udara segar memasuki bangunan dari
satu sisi dan mendorong udara pengap keluar ruangan dari sisi
ruang yang lain.

Gambar 2.18 Cross Ventilation


Sumber : Manley, 2009
Salah satu elemen penting dari sistem ventilasi silang
adalah rasio dari bukaan atau lubang dari ventilasi tersebut.
Lubang atau bukaan untuk mengalirkan angin ke dalam bangunan
sebagai pendingin ruang yang menyebabkan penghuni merasakan
nyaman (Manley, 2009)

Sistem Cross Ventilasi


 Pengertian sistem ventilasi silang Ventilasi adalah proses
penyediaan udara segar ke dalam ruangan dan pengeluaran
udara kotor dari ruang tertutup, baik secara alamiah
maupun dengan cara mekanis.
 Orientasi lubang ventilasi Lubang ventilasi sebaiknya
diorientasikan untuk menghadap arah dimana arah angin
utama menuju bangunan yang di rancang.
 Posisi lubang ventilasi.

Gambar 2.19 Posisi Inlet dan Outlet Berpengaruh di


dalam Ruangan/ Bangunan
Sumber: Manley, 2009
c. Kecepatan Angin dan Ketinggian Tanah

Penurunan kecepatan aliran udara pada daerah deat


permukaan tanah (rendah) terjadi akibat pengaruh stagnasi udara
pada permukaan tanah. Karena itulah banyak bangunan di daerah
tropis (seperti Indonesia) dibangun cukup tinggi untuk
memperoleh ventilasi silang yang baik (Lippsmeier, 1994:89).

Gambar 2.20 Grafik Hubungan Ketinggian dengan Kecepatan Aliran


Udara untuk Desa, Suburban dan Pusat Kota
Sumber: Evans, 1980

2.4 Kajian Riverwalk


Kawasan tepi air adalah area yang di batasi oleh air dari komunitasnya
yang dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu
kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami (Carr, 1992). Disamping itu
secara lebih luas kawasan tepi air dapat dimaknai dengan beberapa hal seperti
berikut:

1. Kawasan yang dinamis dan unik dari suatu kota (dengan segala
ukuran) di mana daratan dan air (sungai, danau, laut, teluk) bertemu
(kawasan tepian air) dan harus dipertahankan keunikannya.
2. Kawasan yang dapat meliputi bangunan atau aktivitas yang tidak
harus secara langsung berada di atas air, akan tetapi terikat secara
visual atau historis atau fisik atau terkait dengan air sebagai bagian
dari "scheme" yang lebih luas.
2.4.1 Jenis-jenis Waterfront
Berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. mixed-used waterfront, adalah waterfront yang merupakan gabungan
dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau
tempat-tempat yang mengandung kebudayaan.
2. recreational waterfront, adalah semua kawasan waterfront yang
menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi,
seperti taman, area bermain, wahana pemancingan, dan fasilitas untuk
kapal pesiar.
3. residential waterfront, adalah perumahan, apartemen, dan resort yang
dibangun di pinggir perairan.
4. working waterfront, adalah tempat-tempat penangkapan ikan
komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi
pelabuhan. (Breen, 1996).

2.4.2 Kriteria Waterfront


Kriteria umum dari penataan dan pendesainan waterfront adalah
(Prabudiantoro, 1997):
1. Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut,
danau, sungai, dan sebagainya).
2. Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau
pariwisata.
3. Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman,
industri, atau pelabuhan.
4. Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.
5. Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horizontal.
2.5 Kajian Tipologi dan Preseden Perancangan Bangunan
Sejenis
2.5.1 Long An House

Gambar 2.21 Long An House


Sumber : Archdaily, 2018

Architects : Tropical Space


Location : Mỹ Hạnh Nam, Vietnam
Principal Architects : Nguyen Hai Long, Tran Thi Ngu Ngon
Design Team : Nguyen Anh Duc, Nguyen Thu Hoai, Nguyen
Tuan Dang
Area : 300.0 m2
Project Year : 2017
Photographs : Hiroyuki Oki

Gambar 2.22 Long An House, exterior and interior


Sumber : Archdaily, 2018

Para arsitek terinspirasi oleh rumah tradisional yang ingin mendesain


rumah dengan struktur tradisional disertai dengan 3 ruang terpisah dan
atap miring, dengan menggunakan bahasa arsitektur modern dan kuat.
Pada saat yang sama, memaksimalkan efisiensi ventilasi dengan membagi
atap menjadi dua bagian dan memiliki halaman; kemudian
mengalokasikan dua koridor untuk menghubungkan atap. Cara ini
menciptakan sebuah halaman dan dinding-dinding besar. Ini adalah
dinding berpori yang dapat membawa angin ke dalam rumah.

Gambar 2.23 Long An House, Ground Plan


Sumber : Archdaily, 2018

Gambar 2.24 Long An House, Section


Sumber : Archdaily, 2018

Batas-batas ruang pada bangunan ini dimasuki oleh cahaya dengan


intensitas dan kegelapan yang berbeda. Tata letak mempertimbangkan arah angin
dari daerah setempat di musim yang berbeda. Halaman depan yang dibuat
dengan bata tanah liat berlubang, yang dapat menyerap hujan itu sendiri
dan mengurangi panas di lantai.
Penerapan konsep bangunan ini cocok untuk diterapkan pada daerah
beriklim tropis dan pada daerah Kasongan yang juga merupakan salah satu
identitasnya adalah kerajinan dari tanah liat. Bangunan-bangunan bertema
seperti ini mampu menghadirkan citra kawasan Kasongan.
2.5.2 Nam Dam Homestay and Community House

Gambar 2.25 Nam Dam Homestay and Community House


Sumber : Archdaily, 2017

Architects : 1+1>2 Architects


Location : Quản Bạ District, Ha Giang, Vietnam
Area : 300.0 m2
Project Year : 2015
Photographs : Vu Xuan Son

Rumah Komunitas Swallow ini menjadi ikon desa yang baru yang
menunjukkan semangat berinovasi tetapi tidak melupakan identitas lokal.
Lipatan atap menirukan sayap burung walet karena kepercayaan
masyarakat pada burung walet bahwa burung walet akan membawakan
keberuntungan. Rancangan atap tersebut juga membuat ruang dalam
terlihat penuh dengan cahaya.
Rumah yang memiliki 2 lantai ini digunakan sebagai tempat
pertemuan, acara kegiatan tradisional, museum kecil dan 5 kamar tidur.
Selama menginap, wisatawan tidak hanya sekedar menginap tetapi juga
mengikuti tradisi seperti mandi di bak herbal dan mengikuti festival
dengan menggunakan baju adat.
Gambar 2.26 First Floor Nam Dam Homestay and Community House
Sumber : Archdaily, 2017

Gambar 2.27 Second Floor Nam Dam Homestay and Community House
Sumber : Archdaily, 2017
Gambar 2.27 Section and Material Nam Dam Homestay
Sumber : Archdaily, 2017

Homestay ini menggunakan material-material lokal seperti kayu,


batu dan bambu sebagai bahan bangunan. Konstruksinya mengintegrasi-
kan teknik konstruksi modern dengan tradisional, penggunaan konstruksi
kayu, beton dan juga finishing dinding dengan warna yang juga natural
menyatu dengan tapak dan lingkungan.

Gambar 2.28 Climate Responses in Nam Dam Homestay


Sumber : Archdaily, 2017

Bukaan pada homestay merupakan penerapan pencahayaan alami


untuk siang hari dan penghawaan alami. Atap double layer yang digunakan
adalah untuk mereduksi panas dan menjaga suhu dalam ruang, sangat
cocok untuk rumah di daerah tropis. Secara keseluruhan, bangunan ini
sangat sesuai untuk dijadikan acuan untuk mendesain homestay di wilayah
Kasongan. Poin-poin yang akan menjadi acuan seperti pertimbangan
budaya, iklim, dan material lokal yang bersifat natural untuk hasil
rancangan yang mampu menggambarkan citra kawasan yang lebih baik.

2.5.3 Waterfront Kopaszi Dam

Gambar 2.29 Waterfront Kopaszi Dam


Sumber : Archdaily, 2012

Architects : T2.a Architects


Location : Budapest, Hungría
Architects : Gábor Turányi, Bence Turányi, Tamás Mórocz
Landscape Design : Garten Stúdió Ltd.
Landscaper : István Steffler, György Szloszjár, Gabriella V.
Area : 50000.0 m2 Project
Year : 2005

Gambar 2.30 Waterfront Kopaszi Dam 2


Sumber : Archdaily, 2012
Gambar 2.31 Waterfront Kopaszi Dam 3
Sumber : Archdaily, 2012

Tim desain mengusulkan membangun paviliun baru di tempat yang


persis sama dengan struktur lama dan menggunakan tipologi bangunan
kayu di tepi pantai. Jadi rangka baja dihiasi dengan struktur dinding ringan
dan fasad kayu. Dengan bentuk dan detailnya yang sederhana, dan ringan.

Perancangan riverwalk pada rancangan ini sesuai dengan keadaan


Sungai Bedog yang akan dimanfaatkan sebagai ruang wisata dan identitas
baru di Kasongan bersamaan dengan bangunan homestay yang
orientasinya menitik beratkan pada keadaan sungai tersebut.
BAB 3
HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIAN

3.1 Spesifikasi Proyek


1) Lokasi Proyek : Jalan Kasongan, Kajen, Bangunjiwo, Bantul Regency,
Special Region of Yogyakarta.
2) Deskripsi : Homestay dan Riverwalk Kasongan ini merupakan kawasan
homestay yang dilengkapi dengan beberapa fasilitas penunjang kegiatan
wisata seperti galeri gerabah, riverwalk, foodcourt, jembatan dan taman-
taman. Site terletak di utara pintu masuk Desa Kasongan di sebelah barat
Sungai Bedog dengan luas site ± 13.762m2.
3) Kapasitas Kawasan: ± 300 Pengunjung
4) Kapasitas Akomodasi: ± 50 Pengunjung
5) KDB 60% pada peraturan daerah Bantul
6) Kawasan rancangan :
a. Luas Lahan : 13.762m2
b. KDB : 8.257m2
c. KLB : 2 lantai

3.2 Analisis Perhitungan Kapasitas Pengguna


Pelaku kegiatan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
pengunjung dan kelompok pengelola /pemilik. Kawasan Homestay dan
Riverwalk dirancang dengan tujuan untuk menampung kebutuhan akomodasi
bagi wisatawan yang ada di Kabupaten Bantul terutama untuk daerah sekitar
Kasongan, juga sebagai destinasi wisata baru bagi Kasongan, dan juga sebagai
alternatif mengangkat citra kawasan.

Tabel 3.1 Asumsi Perhitungan Kapasitas Bangunan

Pelaku Kegiatan Keterangan Jumlah


Orang
Bagian Administrasi 6
Pengelola
Bagian Operasional 8
Bagian Servis 10
Pemilik 40
Jumlah Asumsi Pengelola 24

Pelaku Kegiatan Keterangan Jumlah


Orang
Homestay
Kamar Tidur 8

Ruang Tamu 8

Ruang Makan 8

Dapur 8
Pengunjung & Pemilik
Lavatory 4

Galeri 12

R.Workshop Gerabah 12

Rooftop 15

Riverwalk & Landscape Pendukung


Pedestrian 75
Taman 40

Pengunjung Jembatan 10

Foodcourt 30

Taman Bermain 25

Gazebo 20
Jumlah Asumsi Pengguna Homestay (per unit) 75
Jumlah Asumsi Pengunjung Riverwalk & Landscape 200
Jumlah Asumsi Total Pengguna Area Rancangan 275
Sumber : Analisis Penulis, 2019

3.3 Analisis Alur Aktivitas


Sebagai sebuah kawasan yang cukup besar ada beberapa alur aktivitas
yang bisa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu alur aktivitas pengelola, pengunjung
dan servis.
1. Alur Aktivitas Pengelola

Gambar 3.1 Alur Aktivitas Pengelola


Sumber : Analisis Penulis, 2018

2. Alur Aktivitas Pengunjung

Gambar 3.2 Alur Aktivitas Pengunjung


Sumber : Analisis Penulis, 2019
3. Alur Aktivitas Servis

Gambar 3.3 Alur Aktivitas Servis


Sumber : Analisis Penulis, 2019

3.4 Analisis Kebutuhan Ruang


Analisis kegiatan dilakukan berdasarkan analisis dari pelaku dalam
bangunan yang terdiri dari pelaku kegiatan di kawasan homestay yaitu pemilik,
pengelola dan pengunjung homestay. Analisis kegiatan dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan ruang dalam perancangan homestay.

Tabel 3.2 Kebutuhan Ruang Pengguna Bangunan

Pengguna Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang Sifat Ruang

 Bekerja  Ruang Kerja  Privat


 Makan dan Minum  Pantry  Publik
 Buang air  Toilet  Privat
 Ibadah  Mushola  Publik
Pemilik
 Menerima tamu  Ruang Tamu  Publik
 Tidur  Kamar Tidur  Privat
 Edukasi Gerabah  Ruang Workshop  Publik

 Bekerja  Ruang Kerja


 Privat
 Makan dan Minum  Pantry
 Publik
 Buang air  Toilet
 Privat
Pengelola  Ibadah  Mushola
 Publik
 Perawatan homestay  Ruang Servis
 Privat
 Memasak  Pantry
 Publik
 Memberi Informasi  Ruang Informasi
 Makan dan Minum  Pantry  Publik
 Buang air  Toilet  Privat
Pengunjung  Ibadah  Mushola  Publik
 Istirahat  Kamar Tidur  Privat
 Belajar Gerabah  Ruang Workshop  Publik

 Divisi Kebersihan  Storage  Privat


 Divisi Keamanan  Pos Jaga  Privat
Servis
 Food Service  Foodcourt  Publik
 Divisi Kesehatan  Pos Kesehatan  Publik

Sumber : Analisis Penulis,2019

3.5 Analisis Besaran Ruang


3.5.1 Homestay
Besaran ruang disesuaikan dengan kebutuhan ruang yang terbagi
menjadi tiga yaitu untuk pemilik, pengelola dan pengunjung. Masing-
masing memiliki luasan yang sesuai dengan pola aktivitasnya. Program
ruang akan diterapkan di tiap unit homestay dengan fasilitas 8 tempat tidur
difungsikan kepada pengunjung 4 orang dan tuan rumah 4 orang.

Tabel 3.3 Tabel Besaran Ruang Homestay


Nama Kapasitas Jumlah Dimensi Sirkulasi Luas Total
Ruang (orang) Ruang (m2) (15%) (m2)
Ruang 7x4 4,2 32,2
4-8 1
Tamu (28)
Ruang 4,5 x 4 2,1 24,6
6-10 1
Makan (22,5)
Kamar 3,5 x 3 1,6 60,5
8 5
Tidur (10,5)
Kamar 1,5 x 2 0,45 10,35
1 3
Mandi (3)
4 x 4,5 2,7 20,7
Dapur 8 1
(18)
Ruang 5 x 4,5 3,3 25,8
6-10 1
Workshop (22,5)
5x6 4,5 34,5
Galeri 5-10 1
(30)
8x6
Rooftop 6-8 1 7,2 56,2
(48)
Total Luas Homestay (per unit) 208,65
Sumber : Analisis Penulis,2019

3.5.2 Bangunan Pendukung


Bangunan pendukung berfungsi sebagai pelengkap fungsi bagi
kawasan Homestay dan Riverwalk ini. Bangunan pendukung ini terdiri dari
Loket, Pusat Informasi, Mushola, dan Pendopo/Gazebo.

Tabel 3.4 Tabel Besaran Ruang Bangunan Pendukung


Luas
Nama Kapasitas Jumlah Dimensi Sirkulasi
Total
Ruang (orang) Ruang (m2) (15%)
(m2)

Loket 4 2 10,5 1,6 43,6

Pusat
Informasi & 4 2 12 3,6 27,6
Administrasi

Mushola 152 1 110 16,5 126,5

Pendopo/ 1,5 7,5


5 6 10
Gazebo
Total Luas Bangunan Pendukung 205,2
Sumber : Analisis Penulis,2019

3.5.3 Ruang Servis


Ruang servis berfungsi sebagai ruang yang mewadahi dan men-
dukung aktivitas servis yang ada pada rancangan ini. Terbagi menjadi ruang
Storage, Pos Keamanan, Foodcourt, dan Pos Kesehatan.

Tabel 3.5 Tabel Besaran Ruang Servis


Nama Kapasitas Jumlah Dimensi Sirkulasi Luas Total
Ruang (orang) Ruang (m2) (15%) (m2)

Storage - 1 25 - 25
Pos 1,5 21,5
2 2 10
Keamanan

Foodcourt 15 2 50 7,5 107,5

Pos 6 46
10 1 40
Kesehatan
Total Luas Bangunan Pendukung 200
Sumber : Analisis Penulis,2019

3.6 Analisis Pola Hubungan Ruang


Pola hubungan ruang di Kawasan Homestay ini menggambarkan
hubungan antar ruang yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu, hubungan ruang
dalam homestay, hubungan ruang pada riverwalk dan hubungan ruang pada
bangunan pendukung.
Homestay

Gambar 3.4 Pola Hubungan Ruang Homestay


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Gambar 3.5 Pola Hubungan Ruang Riverwalk


Sumber : Analisis Penulis, 2019
Gambar 3.6 Pola Hubungan Ruang Bangunan Pendukung
Sumber : Analisis Penulis, 2019

3.8 Analisis Data Kawasan


3.8.1 Bangunan Eksisting
Bangunan eksisting site rancangan terdiri dari 26 rumah yang
diantaranya difungsikan sebagai toko meubel dan juga toko gerabah oleh
pemilik rumah. Kondisi bangunan menghadap ke arah jalan raya dan
membelakangi sungai Bedog.

Gambar 3.7 Data Bangunan Eksisting


Sumber : Analisis Penulis, 2019
3.8.2 Iklim, dan Lingkungan
Dalam merancang arsitektur tropis, analisis terhadap iklim menjadi
hal yang diprioritaskan, karena ini yang akan membuat desain tersebut
mampu dikatakan berhasil atau tidak.
Site rancangan ini memiliki posisi matahari terendah di utara pada
tanggal 21 Juni dengan altitude 33o. Sedangkan untuk sisi selatan posisi
matahari terendah tanggal 21 Desember dengan altitude 39 o. Azimuth
matahari sepanjang tahun dari -116 o sampai 117 o. Arah hembusan angin
paling kuat dari arah selatan dengan kecepatan 15km/h sampai 20km/h
sepanjang tahun. Suhu rata-rata 26,5 oC sepanjang tahun dengan curah hujan
rata-rata 200mm-300mm. Pada site ini ada beberapa titik kebisingan yang
cukup kuat dari arah selatan, utara, dan barat.

Gambar 3.8 Data Iklim dan Lingkungan


Sumber : Analisis Penulis, 2019
3.8.2 View Eksisting
View eksisting site paling berpotensi berada disebelah timur karena
menghadap sungai dan hutan. Namun, karena menghadap timur, ini menjadi
salah satu pertimbangan tersendiri mengingat jika fasad menghadap ke
timur maka akan membuat bangunan terkena sinar matahari langsung dalam
waktu yang lebih panjang. Sedangkan untuk view dari arah yang lain kurang
berpotensi seperti rumah warga, dan jalan raya.

Gambar 3.9 Data View Eksisting


Sumber : Analisis Penulis, 2019

3.8 Analisis Zonasi Siteplan


Zonasi terbagi menjadi 2 bagian utama, yaitu zona Parkir, area Homestay
dan bangunan pendukung. Kemudian zonasi dibuat lebih spesifik menjadi
beberapa bagian seperti Parkir, Bangunan Pengelola, Servis, Taman Bermain,
Homestay, Mushola, Riverwalk Area, dan Foodcourt.
Gambar 3.10 Zonasi Siteplan
Sumber : Analisis Penulis, 2019

3.9 Analisis Entrance, dan Sirkulasi


Jalan di lingkungan site memiliki beberapa titik persilangan kritis
kendaraan. Terutama bagi kendaraan-kendaraan angkutan seperti bis, membuat
titik ini menjadi salah satu pertimbangan utama dalam merancang area parkir
dan entrance. Terdapat 2 area parkir yang berada di utara dan selatan site.
Tujuannya adalah untuk membagi 2 arus kendaraan agar tidak terjadi
penumpukan pada 1 titik persilangan kritis.
Sirkulasi dalam area homestay terbagi menjadi 2 yaitu jalur kendaraan
dan jalur pejalan kaki. Jalur pejalan kaki dibuat dekat dengan sungai dan tata
landscape yang teduh untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung.
Jalur kendaraan dalam kawasan homestay dibuat untuk kendaraan roda 2
terutama sepeda. Dan di kawasan homestay ini juga menyediakan sepeda untuk
sebagai sarana pemenuhan kebutuhan alat transportasi yang lebih ramah
lingkungan dalam kawasan rancangan dan juga sebagai salah satu wahana yang
bisa dinikmati di area riverwalk bagi para pengunjung.
Gambar 3.11 Diagram Sirkulasi
Sumber : Analisis Penulis, 2019

3.9 Analisis Orientasi dan Gubahan Masa


3.9.1 Masa Bangunan Terhadap Matahari
Orientasi gubahan masa dibentuk berdasarkan arah matahari pagi
hingga sore. Luas permukaan terbesar menghadap utara dan selatan untuk
mengurangi panas yang diserap oleh bangunan. Lantai 1 berbentuk zig-zag
untuk menciptakan ruang transisi yang besar di tengah masa bangunan dan
juga sebagai tumpuan bagi lantai 2 yang orientasi permukaannya lebih
menghadap ke arah timur untuk memaksimalkan potensi view yang dapat
dirasakan oleh pengunjung.

Gambar 3.12 Orientasi Masa terhadap Matahari


Sumber : Analisis Penulis, 2019
Salah satu elemen penting dalam perancangan yang mempertimbang-
kan arah matahari adalah shading. Penggunaan shading mampu menghalau
cahaya matahari langsung dan dapat menjadi variasi pada facade. Gambar
dibawah ini merupakan shading yang akan digunakan dalam rancangan.

Gambar 3.13 Shading terhadap Matahari


Sumber : Analisis Penulis, 2019

3.9.2 Masa Bangunan Terhadap Angin


Masa bangunan menerapkan jenis ruang single banked untuk
memaksimalkan proses cross ventilation. Bukaan-bukaan utama pada
bangunan juga berada pada sisi utara dan selatan agar angin dapat bergerak
leluasa dan pertukaran lebih cepat dalam bangunan.

Gambar 3.14 Orientasi Masa terhadap Angin


Sumber : Analisis Penulis, 2019
3.9.3 Masa Bangunan Terhadap Aktivitas
Pembagian zona waktu pada aktivitas bertujuan untuk menciptakan
ruang yang berfungsi maksimal dan lebih terperinci dalam pengelompok-
kannya. Dan juga sebagai cara untuk mengatasi luas permukaan yang
menghadap kearah timur pada lantai 2. Pada lantai 2 ini, aktivitas ruang
lebih diprioritaskan untuk ruang-ruang yang digunakan saat sore dan malam
hari, seperti kamar tidur dan juga balkon untuk bersantai di sore hari.

Gambar 3.15 Orientasi Masa terhadap Aktivitas


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Ruang utama pada lantai 1 terdiri dari Galeri, Studio Workshop


Gerabah, Ruang Makan, dan Dapur. Ruang untuk istirahat dan bersantai
dikelompokkan di lantai 2.

Gambar 3.16 Pembagian Ruang menurut Aktivitas


Sumber : Analisis Penulis, 2019
3.11 Analisis Kelengkapan Landscape
Perancangan landscape berperan penting dalam mendukung ke-
berhasilan bangunan utama yang dirancang. Beberapa kelengkapan
landscape yang diterapkan pada desain kawasan homestay dan riverwalk ini
adalah sebagai berikut:

Gambar 3.17 Konseptual Potongan Kawasan


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Yang pertama landscape yang menjadi bagian ground floor pada


homestay. Terbagi menjadi Taman Privat dan Ruang Terbuka Serbaguna
yang berfungsi sebagai tempat yang fleksibel untuk melakukan kegiatan-
kegiatan outdoor. Juga terdapat jembatan yang berperan sebagai penguat
identitas riverwalk.

Gambar 3.15 Gazebo


Sumber : Analisis Penulis, 2019
Salah satu fasilitas yang mendukung area riverwalk adalah tersedianya
gazebo-gazebo dibeberapa titik kawasan. Berfungsi sebagai ruang istirahat
dan berkumpul bagi pengunjung.

Gambar 3.16 Gazebo


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Parkiran yang tersedia pada kawasan rancangan ada dua. Pada sisi utara
yang hanya difungsikan untuk mobil, motor dan kendaraan dalam skala kecil
lainnya. Dan untuk parkiran di sisi selatan dimaksimalkan fungsinya untuk
kendaraan dengan skala yang lebih besar seperti bis-bis wisata yang sering
berkunjung ke desa wisata Kasongan.

Gambar 3.18 Taman Bermain


Sumber : Analisis Penulis, 2019
Taman bermain menjadi wahana yang dibuat untuk menciptakan ruang
yang menyenangkan bagi pengunjung terutama untuk anak-anak yang
biasanya berkunjung dan menginap di homestay bersama keluarga saat
sedang libur sekolah.

3.12 Konsep Rancangan


3.12.1 Rancangan Skematik Site plan dan Denah

Gambar 3.19 Transformasi Sirkulasi Site Plan


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Transformasi sirkulasi site plan diambil dari 3 bentuk air yaitu arus,
embun, dan hujan. Bentuk arus menciptakan bentuk sirkulasi lengkung
yang berpadu dengan bentuk embun yang menciptakan pusat dari sirkulasi
berbentuk lingkaran. Dari bentuk hujan ditransformasikan menjadi garis
lurus tegas dan menciptakan kontras antar sirkulasi untuk menciptakan
batas ruang yang jelas antar zonasi.

Gambar 3.20 Site Plan


Sumber : Analisis Penulis, 2019
Konsep rancangan site plan mempertimbangkan analisis zonasi
ruang yang telah dibuat sebelumnya. Transformasi sirkulasi dari ’3 konsep
air’ berperan penting dalam membagi zonasi-zonasi konseptual memiliki
batas yang lebih jelas antar 1 dan yang lain.
Terdapat pedestrian disepanjang sungai, taman bermain di sisi utara,
gazebo di sisi utara dan selatan, Mushola yang berada di tengah kawasan,
foodcourt yang juga berada di 2 sisi untuk memudahkan pelayanan,
jembatan sungai, serta 3 zonasi homestay yang masing-masing zonanya
terdapat 4 unit homestay.

Gambar 3.21 Denah


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Denah per lantai mempertimbangkan 2 kelompok aktivitas dan


waktu. Aktivitas yang pertama yaitu produksi, dan galeri gerabah pada
lantai 1. Waktu pada zonasi pertama dengan rentang aktivitas pagi hingga
siang. Aktivitas yang kedua yaitu istirahat dan santai. Berada pada lantai
2 dengan waktu utama aktivitas pada sore dan malam hari. Lantai 2
menghadap ke arah timur dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi
view sisi timur bagi pengunjung.
Ruang lantai 1 terbagi menjadi Galeri, Ruang Tamu, Dapur dan
Ruang Makan dalam 1 ruang, Kamar Mandi, 3 Kamar Tidur, serta Ruang
Workshop dan Produksi.
Ruang Lantai 2 terbagi menjadi 2 kamar tidur, area rooftop, dapur
dan ruang makan, dan 2 kamar mandi.

3.12.2 Rancangan Skematik Facade

Gambar 3.22 Facade


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Material utama facade yaitu kayu dan dinding bata. Kayu menjadi
facade yang berfungsi menjadi shading untuk meminimalisir cahaya
matahari langsung. Penggunanaan desain yang mengadaptasi lingkungan
sekitar diterapkan pada bata ekspos pada dinding dan juga penggunanan
genting pada atap bangunan.

3.12.3 Rancangan Skematik Interior

Gambar 3.23 Interior Ruang Makan dan Kamar Tidur


Sumber : Analisis Penulis, 2019
Dapur dan ruang makan menjadi 1 ruang dan berdekatan dengan
ruang tamu dan kamar tidur. Dapur utma berada di lantai 1 sedangkan
untuk lantai 2 tersedia pantry. Ruang makan hanya ada satu yang utama di
lantai 1 berfungsi sebagai ruang berkumpul dan bersosialisasi antara
pemilik dan pengunjung homestay. Ruang kamar tidur, dapur dan ruang
makan menggunakan dinding bata ekspos dan beberapa elemen kayu pada
interior ruangannya.

3.12.4 Rancangan Skematik Struktur

Gambar 3.24 Skematik Struktur


Sumber : Analisis Penulis, 2019
Sistem struktur bangunan ini menggunakan system struktur rangka,
dimana kolom dan balok menggunakan material beton. Pondasi
menggunakan pondasi menerus. Dengan konstruksi dua lantai yang
menggunakan kolom dengan dimensi 25cm x 25cm dan balok berdimensi
50cm x 25cm.
3.12.5 Rancangan Skematik Barrier Free Design

Gambar 3.25 Ramp pada riverwalk


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Terdapat ramp di area riverwalk yang memiliki perbedaan elevasi


dengan sirkulasi utama pada kawasan. Penggunaan ramp ini untuk
memudahkan akses bagi seluruh pengguna riverwalk.

3.12.6 Rancangan Skematik Detail Arsitektural

Gambar 3.26 Detail Tangga


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Arsitektural tangga menggunakan handling kayu dengan diameter


5cm dan menggunakan railing besi untuk keamanan dengan dimensi 3cm.
Tinggi tangga 4,6m, tinggi railing 1,25m, dengan 18 anak tangga dan 1
bordes.

Gambar 3.27 Shading Kayu


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Material pada shading ini menggunakan kayu dengan tinggi 3,62m.


Perangkat shading ini tidak menyatu dengan bangunan melainkan sebagai
komponen terpisah yang berada di taman.

3.12.6 Rancangan Skematik Utilitas

Gambar 3.28 Skematik Distribusi Air Bersih


Sumber : Analisis Penulis, 2019

Rencana distribusi air pada bangunan menggunakan sistem down


feed. Sumber air berasal dari PDAM yang disalurkan menuju pompa lalu
ke upper tank dan didistribusikan ke setiap fixture pipa air bersih.
3.13 Uji Desain
Keberhasilan
Desain
No Permasalahan Solusi / Penyelesaian Desain
Kurang
Sesuai
Sesuai


1 Orientasi masa
bangunan
menghadap utara
dan selatan untuk
mengurangi panas
pada bangunan,
namun juga harus
memaksimalkan
Luas permukaan bangunan
potensi view yang
lantai 1 menghadap ke arah
berada di timur site.
utara untuk mengurangi
panas yang diterima
bangunan sepanjang hari.
Dan lantai 2 menghadap ke
arah timur untuk mendapat-
kan view maksimal dari site.


2 Memaksimalkan
arah angin yang
datang dari selatan.

Masa bangunan menerapkan


jenis ruang single banked
untuk memaksimalkan proses
cross ventilation. Bukaan-
bukaan utama pada bangunan
juga berada pada sisi utara
dan selatan agar angin dapat
bergerak leluasa dan
pertukaran lebih cepat dalam
bangunan.


3 Parkir yang mampu
menampung
kendaraan dengan
skala besar.
Menyesuaikan
kebutuhan yang ada
di kawasan wisata
seperti Kasongan.

Tersedia 2 zona parkir di


utara dan selatan dengan
kapasitas parkir dan skala
kendaraan yang berbeda. Sisi
utara untuk kendaraan mobil
dan motor. Dan untuk sisi
selatan difungsikan untuk bis-
bis wisata yang sering datang
ke Kasongan.

4 Pembagian
aktivitas yang
sesuai dengan
waktu.

Pembagian zona waktu pada


aktivitas bertujuan untuk
menciptakan ruang yang
berfungsi maksimal dan lebih
terperinci dalam
pengelompokkannya. Dan
juga sebagai cara untuk
mengatasi luas permukaan
yang menghadap kearah
timur pada lantai 2. Pada
lantai 2 ini, aktivitas ruang
lebih diprioritaskan untuk
ruang-ruang yang digunakan
saat sore dan malam hari,
seperti kamar tidur dan juga
balkon untuk bersantai di
sore hari. Sedangkan untuk
produksi gerabah dilakukan
di lantai 1 dengan zonasi
waktu pagi hingga siang hari.
5 Ketersediaan
ruang terbuka
private disetiap
homestay untuk
memenuhi Tersedia di masing-masing
kebutuhan unit homestay beberapa
pengunjung. ruang terbuka seperti
taman privat dan juga
ruang terbuka serbaguna.

Anda mungkin juga menyukai