Anda di halaman 1dari 10

JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 9 No 2 Agustus 2022

ANALISIS NILAI TAMBAH UNTUK MENINGKATKAN


KEBERLANJUTAN RANTAI PASOK AGROINDUSTRI KOPI
MENGGUNAKAN HAYAMI

1 1 2
Iphov K. Sriwana1, Budi Santosa , Wawan Tripiawan , Nida F. Maulanisa
1
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom
Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung 40257
E-mail: iphovkumala@telkomuniversity.ac.id

ABSTRAK
Index keberlanjutan rantai pasok agroidustry kopi di Indonesia mempunyai indikasi
tidak memiliki nilai keberlanjutan yang tinggi. Hal ini diakibatkan karena terjadinya banyak
persoalan, salah satu diantaranya adalah rendahnya pendapatan petani yang menunjukkan
terjadinya ketidakseimbangan distribusi nilai tambah. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah
untuk melakukan analisis besarnya nilai tambah yang diperoleh oleh para aktor dan merancang
usulan strategi untuk meningkatkan index keberlanjutan pada rantai pasok agroindustry kopi.
Analisis nilai tambah dilakukan dengan menggunakan Hayami. Tahapan yang dilakukan adalah
analisis konversi, identifikasi aktor yang terlibat dalam rantai pasok dan melakukan
perhitungan keuntungan setiap aktor. Besarnya nilai keuntungan yang diperoleh oleh para aktor
pada rantai pasok yang ada, cukup beragam, dimana keuntungan terbesarnya diperoleh oleh
pengumpul (81,04%), sedangkan keuntungan terkecilnya diperoleh oleh petani yaitu 57,77%.
Rendahnya keuntungan petani akan berdampak terhadap rendahnya kualitas biji kopi dan terhadap
produktivitas, sehingga diusulkan untuk dirancang sebuah kelembagaan untuk menghapus sistem
ijon dan mendorong petani untuk dapat berinteraksi dengan bank dan pasar, serta terbuka
kesempatan petani untuk menentukan harga.

Kata kunci: Kopi, Hayami, Nilai Tambah, Rantai Pasok

ABSTRACT
The supply agroindustry index in Indonesia has an indication that it does not have a high
value. This is due to the occurrence of many problems, one of which is the low income of farmers
which shows an imbalance in the distribution of added value. The purpose of this research is to
analysis of the value obtained from the actors and to design strategies to improve the supply chain
of the coffee agroindustry. Calculation of added value is done using Hayami. The steps taken are
conversion analysis, the actors involved in the supply chain and calculating the value added of each
actor. The value of the profits obtained by the actors in the existing supply chain varies, where the
largest profit is obtained from collectors (81.04%), while the profits are obtained by farmers
(57.77%). Low farmer profits will have an impact on low productivity and quality of coffee beans
produced by farmers, so it is proposed to design an institution to track the bondage system and
encourage farmers to be able to interact with banks and markets, and open up opportunities for
farmers to determine prices.

Keyword: Coffee, Hayami, Value Added, Supply chain.

1. PENDAHULUAN Kontribusi komoditas perkebunan kopi


Indonesia adalah negara keempat cukup baik, tetapi belum mampu meningkatkan
produsen kopi terbesar di dunia. Kontribusi kesejahteraan petani sehingga apabila hal ini
lapangan usaha terhadap PDB dari sektor tidak diperbaiki, akan berdampak terhadap
perkebunan adalah sebesar 12,81% (Direktorat rendahnya keberlanjutan rantai pasok
Jenderal Perkebunan, 2019). agroindustri kopi dan berdampak terhadap
produktivitas.

DOI: https://dx.doi.org/10.24853/jisi.9.2.113-122
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

Berdasarkan data (Direktorat Jenderal Besarnya nilai tambah yang seimbang,


Perkebunan, 2019), diketahui bahwa tingkat sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan dari
produktivitas Jawa Barat paling rendah (hanya suatu aktivitas rantai pasok, sehingga sangat
49%), dibandingkan dengan Jatim (54%) dan bermanfaat untuk semua pelaku rantai pasok
Jateng (51%). Rendahnya produktivitas kopi di agroindustri kopi.
Jawa Barat tersebut, dapat diakibatkan karena
berbagai faktor sehingga harus dilakukan
analisis faktor penyebabnya dengan 2. TINJAUAN PUSTAKA
menganalisis aktivitas di sepanjang rantai 2.1. Rantai Pasok
pasok. Chopra and Meindl, 2016
Van Der Vorst, 2006 menyampaikan menyampaikan bahwa rantai pasok
bahwa rantai pasok merupakan serangkaian merupakan kegiatan yang terintegrasi dari
kumpulan aktivitas perusahaan yang mulai perencanaan sampai pengiriman ke
bekerjasama atau berkolaborasi untuk konsumen dengan biaya termurah.
mengendalikan, mengelola dan memperbaiki
arus barang, uang dan informasi. Adapun 2.2. Analisis Nilai Tambah
rantai pasok agraindustri kopi adalah Menurut (Hidayat et al., 2012), nilai
serangkaian aktivitas yang melakukan tambah merupakan salah satu ukuran kinerja
pendistribusian uang, kopi dan informasi dari perusahaan dan rantai pasok. (Aramyan et al.,
mulai petani- kelompok tani- industri 2006) menyampaikan beberapa metode untuk
pengolahan sampai ke konsumen. menentukan nilai tambah, diantaranya ytiatu :
Peran rantai pasok menurut Activity-based Costing (ABC), Life-Cycle
(Janiver, 2012) dan (Siswandi, Suryawan Analysis (LCA), Economic Value Added
Wiranatha and Hartiati, 2019) adalah untuk (EVA) dan Metoda Hayami.
memberikan nilai tambah, karena nilai tambah Metode Hayami merupakan salah satu
rantai pasok agroindustry kopi harus dapat metode yang baik dan dapat digunakan untuk
dirasakan oleh semua pelaku rantai pasok. menentukan besarnya nilai tambah yang
Ketidakseimbangan nilai tambah, akan sangat diperoleh para pelaku rantai pasok,
berdampak terhadap ketidakberlanjutan menentukan nilai output dan produktivitas.
rantai pasok agroindustry kopi, sehingga Perolehan nilai tambah dihitung berdasarkan
produktivitas kopi pun akan mengalami besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
penurunan. mengolah suatu input dengan perolehan
Untuk mengatasi permasalahan yang pendapatan.
terjadi, maka penelitian ini dibuat dengan Proses pengolahan nilai tambah
tujuan untuk melakukan analisis besarnya nilai menggunakan Hayami dilakukan melalui tiga
tambah yang diperoleh para aktor rantai pasok kelompok perhitungan. Kelompok 1 yaitu
agroindustry kopi dan memberikan usulan perhitungan output, input dan harga.
untuk perbaikannya apabila ditemukan Kelompok 2 melakukan perhitungan
ketidakseimbangan dalam perolehan nilai pendapatan dam keuntungan. Kelompok 3
tambah tersebut. menghitungan balas jasa dan factor produksi.
Urgensi dilakukannya analisis nilai Besarnya nilai tambah dapat dianalisis melalui
tambah karena menurut Bapeda, 2018, Sektor besarnya nilai presentasi keuntungan atau
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan besarnya nilai rupiah. Besarnya nilai tambah
merupakan sektor dasar dan merupakan dengan mengunakan Hayami, dapat dihitung
kontributor utama pada PDRB, namun untuk semua actor yang terlibat di dalam suatu
pertumbuhannya sangat lambat, disebabkan aktivitas rantai pasok.
antara lain penguasaan lahan yang sempit
(77% rumah tangga pertanian gurem) dan 2.3. Kelembagaan
rendahnya nilai tambah karena 92% petani Kelembagaan merupakan hal yang
menjual hasil pertanian tanpa diolah. berbeda dengan organisasi. Kelembagaan
Penguasaan lahan yang sempit disebabkan oleh adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan
beberapa faktor, diantaranya adalah rendahnya lembaga, sedangkan organisasi merupakan
harga biji kopi juga penurunan produktivitas social group, yang dibentuk dengan tujuan
biji kopi di tingkat petani (Maryanto, Nabiu tertentu, yang
and Widiono, 2012).

114
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 9 No 2 Agustus 2022

mempunyai aturan yang tegas. Beberapa keuntungan, kemudian dilakukan perhitungan


contoh organisasi diantaranya adalah koperasi, dan analisis nilai tambah. Perhtingan nilai
kelompok tani, dll ((Syahyuti, 2011). tambah dilakukan dengan menggunakan
Fungsi lembaga menurut Syahyuti Hayami dan menghasilkan keluaran berupa
(2011) dibentuk untuk menjaga stabilitas dan
keteraturan dalam masyarakat dan untuk perhitungan nilai tambah untuk setiap aktor
memberikan pedoman bagi petani sebagai yang terlibat dalam rantai pasok tersebut.
salah satu pelaku rantai pasok dalam Tahapan penelitian dilakukan melalui tiga
menjalankan aktivitasnya. Lembaga dapat tahapan, seperti yang dapat dilihat pada
menentukan dan membentuk bagaimana Gambar 1.
proses pertukaran dan interaksi sosial, politik,
kultural dan ekonomi berlangsung. Lembaga
Mulai
juga menetapkan batasan pilihan, pengaturan
risiko dan ketidakpastian serta menentukan
biaya transaksi dan produksi. Lembaga juga
dapat mempengaruhi keuntungan dalam Identifikasi Masalah
aktivitas ekonomi dan menentukan bagaimana
insentif akan terbagi dalam masyarakat.
Lembaga juga merupakan framework yang Pemilihan proses
Analisis Rantai Pasok
pengolahan biji kopi
merupakan pedoman semua anggota
masyarakat yang berada dalam organisasi
maupun di luar organisasi. Identifikasi pelaku
Analisis Konversi
rantai pasok

3. METODE PENELITIAN
Penentuan nilai tambah diselesaikan
menggunakan metode Hayami. Penentuan input, proses
Tahapan pertama adalah pemilihan dan output
proses pengolahan biji kopi, yang pada
umumnya terdiri dari 3 teknik pengolahan Perhitungan pendapatan
yaitu Teknik basah, Teknik semi basah dan dan keuntungan
Teknik kering. Output dari pemilihan proses
pengolahan kopi tersebut, dapat diketahui
besarnya analisis konversi biji kopi. Salah Analisis Nilai Tambah
Satu faktor yang berpengaruh terhadap
konversi pada rantai pasok agroindustry kopi
adalah besarnya penyusutan biji basah Selesai
menjadi biji kering. Besarnya konversi
perolehan biji kering sangat dipengaruhi oleh
pemilihan proses pengolahan biji kopi
Gambar 1. Tahapan penelitian
tersebut.
Tahapan kedua yaitu melakukan
analisis jaringan rantai pasok agroindustry HASIL DAN PEMBAHASAN
kopi. Analisis jaringan dilakukan dengan Pemilihan proses pengolahan biji kopi
menggambarkan aktivitas rantai pasok (Kementerian Perindustrian, 2017),
tersebut. Gambaran rantai pasok tersebut menyampaikan bahwa biji kopi adalah biji kopi
dilakukan dari mulai hulu sampai ke hilir. yang kadar air nya sudah berkurang banyak
Berdasarkan pemetaan jaringan rantai pasok (sudah kering) dan sudah terlepas dari daging
tersebut, maka dapat diketahui aktor yang buah, kulit tanduk maupun kulit arinya.
terlibat dalam rantai pasok tersebut. Untuk menghasilkan perolehan biji kopi
Tahapan ketiga adalah melakukan kering sesuai dengan kualitas yang diinginkan,
analisis nilai tambah. Perhitungan nilai maka harus memahami proses pengolahan biji
tambah diawali dengan penentuan besarnya kopi. Pemilihan proses pengolahan kopi yang
input dan output yang dihasilkan, diikuti
dengan perhitungan pendaatan dan

115
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

benar, berdampak terhadap perolehan kemudian diolah menjadi biji kering. Kopi
keuntungan para aktor di dalam rantai pasok. bubuk dihasilkan dari biji kopi kering.
Pemilihan proses pengolahan biji kopi Gambaran lengkap mengenai proses
dilakukan untuk mempertahankan nilai-nilai pengolahan biji kopi tersebut, dapat dilihat
penting yang ada dalam kopi, yaitu mulai dari pada Gambar 3.
kualitas, cita rasa, kesehatan, rendemen dan
juga efisiensi produksi karena merupakan bahan
baku yang dipergunakan untuk berbagai keperluan
proses di industri hilir. Produk hilir yang dihasilkan Gambar 3. Perbedaaan proses pengolahan
sangat banyak, seeperti yang dapat dilihat pada biji kopi untuk cara kering dan cara basah.
Gambar 2.

Gambar 2. Pohon industry kopi

Salah satu proses pengolahan kopi yang


berdampak terhadap kualitas adalah proses Proses awal untuk ketiga teknik
sangrai. Proses sangrai juga sangat pengolahan kopi tersebut adalah dengan sortasi
berpengaruh terhadap penyusutan jumlah buah dan diikuti oleh proses pengupasan buah
biji kopi. Proses sangrai tersebut harus untuk proses pengolahan kopi basah maupun
mendapatkan perhatian yang ketat seperti yang semi basah. Proses fermentasi hanya dilakukan
disampaikan oleh (Kementerian Perindustrian, untuk pengolahan kopi basah. Tahap akhir
2017). sebelum dilakukan proses pengepakan,
Menurut (Kementerian Perindustrian, dilakukan kembali proses sorting. Hal ini
2017) untuk mendapatkan pengolahan biji dilakukan untuk menjaga kualitas biji kopi.
kopi, dapat dilakukan dengan menggunakan Salah satu proses penting yang harus dilakukan
beberapa teknik pengolahan biji kopi yaitu untuk mendapatkan kualitas kopi yang baik
Teknik basah, semi basah dan Teknik kering. adalah dilakukan proses sangrai (Kementerian
Perbedaan pokok dari Teknik pengolahan Perindustrian, 2017).
tersebut terdapat pada proses pengupasan Proses berikutnya yang harus
daging buah, kulit tanduk maupun kulit ari diperhatikan adalah proses sangrai. Proses
yang dilakukan setelah kering atau pada saat sangrai dapat berpengaruh terhadap aspek
masih basah. Secara umum, proses pengolahan citarasa maupun aroma. Proses sangrai diawali
biji kopi diawali dengan biji basah yang

116
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 9 No 2 Agustus 2022

Proses Penyusutan Presentasi pengolahan yang baik, sementara proses


pengolahan Biji Kopi penyusutan pengolahan yang tidak maksimal hanya
menghasilkan dua ons per pohon. Untuk
Bahan baku biji 1 kg 100% lebih lengkapnya mengenai besarnya konversi
Roasting 0,9 kg 10% biji kopi, dapat dilihat pada Tabel 1.
Penyimpanan 0,9 kg 0
Penghalusan 0,8 kg 20% Tabel 1. Persentase Penyusutan Kopi Biji
Pengemasan 0,8 kg 0 Menjadi Kopi Bubuk (1Kg bahan)
adanya penguapan air yang kemudian diikuti
dengan reaksi pirolisis. Pada proses sangrai,
dilakukan proses pengulangan pengeringan
apabila kadar air hasil pengolahan tersebut
tidak mencapai 12%.
Proses sangrai secara kimiawi, ditandai
dengan evolusi sejumlah tertentu untuk gas CO2.
Kriteria pirolosis secara fisik, ditandai dengan
perubahan warna biji kopi dari warna awal
kehijauan yang berubah warna menjadi Sumber : (Kementerian Perindustrian, 2017)
kecoklatan.
Pada umumya, besarnya suhu
penyangraian adalah antara 195 - 205oC. Analisis Jaringan Rantai Pasok
Waktu sangrai yang dilakukan cukup Agroindustri kopi
bervariasi, yang dimulai dari 10 sampai 15 Analisis jaringan rantai pasok
menit. Hal ini dipengaruhi oleh suhu, tingkat dilakukan berdasarkan hasil pengamatan di
sangrai yang diinginkan dan kadar air yang perkebunan kopi Manglayang Jawa Barat.
terkandung dalam biji kopi. Umumnya, kisaran Gambar jaringan rantai pasok, dapat dilihat
suhu penyangraian terbagi menjadi 3 pada Gambar 4.
kelompok, yaitu tingkat sangrai ringan,
medium dan tinggi. Tingkat sangrai ringan
(190 - 195oC) akan mendapatkan warna Eksportir
coklat muda, tingkat sangria medium (200–
205oC) akan mendapatkan warna coklat agak Pengumpul
gelap, sedangkan tingkat sangrai tinggi, suhu
Industri
di atas 205oC. (Kementerian Perindustrian, pengolahan
Kelompok
2017). Petani
Tani
Berdasarkan penjelasan mengenai
proses sangrai, diketahui bahwa proses
Kafe/Kedai
sangrai dan pemilihan proses yang tepat dapat Gapoktan
Kopi
berpengaruh terhadap jumlah produktivitas
yang dihasilkan.
Pengecer
Analisis konversi biji kopi
Perhitungan produktivitas, dapat
dipengaruhi juga oleh umur tanaman dan Konsumen
tingkat pemeliharaan tanaman. Satu pohon
kopi bisa menghasilkan 1,7 kg green bean,
2,4 kg green bean dan beberapa diantaranya Gambar 4. Jaringan Rantai Pasok Agroindustri
ada yang bisa menghasilkan 2,5-3 kilogram kopi di Manglayang.
untuk 1 pohonnya.
Satu batang kopi berusia 5 tahun bisa Berdasarkan analisis dari jaringan
menghasilkan 10 kilogram buah merah rantai pasok agroindustry kopi tersebut, aktor
pertahun. Tanaman kopi yang berusia di atas yang terlibat diantaranya adalah petani,
lima tahun dapat menghasilkan rata-rata 15 kelompok tani, pedagang, eksportir, pengecer,
kilogram per tahun, bila dilakukan proses pemilik café, industry pengolahan dan

117
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

konsumen. Sistem distribusi dan penjualan biji Beberapa data yang diperlukan untuk
kopi dari petani ada yang dikirim ke kelompok perhitungan metode hayami adalah harga beli
tani dan ada juga yang dijual ke pedagang. dan harga jual produk, volume penjualan, nilai
Pedagang atau pengumpul, pada umumnya penjualan, tenaga kerja langsung, upah tenaga
mendistribusikan biji kopi ke eksportir, kerja, biaya input produksi dan non produksi
industri pengolahan dan kafe. Kelompok tani serta sumbangan input lainnya. Tahapan
melakukan pengolahan biji kopi menjadi kopi akhir yang dianalisis dari Metode Hayami
bubuk, yang hasilnya di distribusikan ke adalah porsi nilai tambah per kg produk.
gapoktan, industri pengolahan, kafe, pedagang (Hayami et al., 1987) juga
pengecer dan konsumen akhir di dalam negeri. menyampaikan bahwa analisis nilai tambah
Setelah diketahui aktor yang ada dapat digunakan untuk mengitung faktor
dalam jaringan rantai pasok tersebut, Langkah konversi, dengan cara membuat perbandingan
berikutnya adalah menentukan besarnya nilai antara jumlah kebutuhan bahan baku dan
tambah. jumlah produk yang dihasilkan serta membuat
perbandingan antara hasil dengan bahan yang
Analisis Nilai tambah dipakai.
Analisis nilai tambah dilakukan untuk Untuk mengetahui besarnya biaya
menghitung besarnya keuntungan yang proses produksi, maka perlu diketahui proses
diterima aktor yang tergabung dalam satu pengolahan kopi tersebut. Proses pengolahan
rantai pasok agroindustry kopi. Pada penelitian biji kopi diawali sortasi buah hasil panen,
ini dilakukan perhitungan nilai tambah hanya kemudian dilanjutkan proses pengupasan kulit
dibatasi sampai 3 aktor, yaitu petani, kelompok buah merah. fermentasi dan pencucian,
tani dan pengumpul yang terkait dengan proses penjemuran. Tahapan berikutnya adalah
tanam pada area perkebunan sampai ke pengupasan kulit cangkang, penjemuran biji,
pembuatan kopi powder. Penentuan analisis sortasi dan pengemasan serta menyimpan
nilai tambah dilakukan dengan menggunakan hasil sortasi tersebut. Adapun proses
Metode Hayami. pengolahannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Luwak

Pengupasan Fermentasi Penjemuran, Pengupasan Penjemuran Penyimpanan


Panen buah Sortasi Sortasi dan
kulit buah dan 1-2 hari kulit biji dan
masak buah pengemasan
merah pencucian (KA 40%) cangkang (KA 11-13%) penggudangan

Gambar 4. Proses pengolahan kopi (Dinas perkebunan kota Bandung, 2016).

Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui Setelah diketahui actor yang terlibat


bahwa terjadi penyusutan dengan jumlah yang dalam rantai pasok, langkah berikutya adalah
berbeda untuk setiap tahapan. Besarnya melakukan analisis nilai tambah menggunakan
penyusutan yang dihasilkan, akan sangat Metode Hayami seperti yang dapat dilihat
berpengaruh terhadap produktivitas biji kopi, oada Tabel 2.
sehingga harus mampu menentukan proses
pengolahan biji kopi yang terbaik.

118
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 9 No 2 Agustus 2022

Tabel 2. Perhitungan Metode Hayami

Tahapan pertama yang dilakukan dalam tani atau ke pengumpul. Harga jual ke
perhitungan Hayami adalah pengumpulan data pengumpul, pada umumnya lebih murah
yang terkait dengan biaya dan ketersediaan dibandingkan bila dijual ke kelompok tani.
sumber daya. Data pertama yang diperlukan Luas Lahan yang diusahakan untuk
untuk melakukan proses perhitungan hayami perkebunan kopi adalah sebesar 15 Ha
adalah jumlah petani yang terlibat sebagai (Hapsari, H., Djuwendah, E., 2014).
actor pertama dalam rantai pasok agroindustry Tahapan kedua dalam perhitungan
kopi. Menurut (Direktorat Jenderal Hayami adalah memahami proses
Perkebunan, 2019), bahwa pada Tabun perhitungannya, yang terbagi ke dalam 3
2018. Jumlah petani di Bandung Barat kelompok. Untuk melakukan perhitungan pada
adalah sebesar 10.122 KK, dan nilai rata- kelompok I (output, input dan harga),
rata produksi adalah sebesar 1.050 Kg/Ha. memerlukan beberapa variabel yang
Jumlah kelompok tani yang tergabung ke diperlukan untuk data terkait sumber daya
dalam kelompok tani manglayang adalah 120 manusia, biaya maupun bahan baku.
orang. Kopi Manglayang untuk jenis honey Perhitungan pada kelompok 2 (pendapat
dijual sebesar Rp120 ribu/kg. Data lainnya dan keuntungan), adalah penentuan harga
yang diperlukan untuk perhitungan metode input bahan baku maupun input lainnya, nilai
nilai tambah Hayami adalah harga jual kopi output, perhitungan nilai tambah, pendapatan
dari petani. tenaga kerja dan perhitungan keuntungan.
Petani pada umumnya menjual hasil Perhitungan pada kelompok 3 (balas jasa
panennya dalam bentuk biji basah dengan faktor produksi), perhitungan marjin dan
harga rata-rata Rp 3.000,-/Kg, sementara harga keuntungan setiap aktor yang ada dalam rantai
biji kopi (kering) sebesar Rp 18.000,-/Kg dan pasok. Hal ini dilakukan untuk menentukan
di tingkat eksportir sebesar Rp 50.000,-/Kg. besarnya keuntungan dari setiap pelaku rantai
Petani seringkali menjual biji kopi tanpa pasok.
mengalami proses pengolahan lanjutan. Petani
dapat menjual hasil panennya ke kelompok

119
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

Tahapan ketiga yang harus dipahami diketahui besarnya nilai tambah untuk setiap
adalah perolehan output atau keluaran yang actor. Hasil perhitungan Hayami dapat dilihat
dihasilkan. pada Tabel 3
Setelah mengetahui proses perolehan
output pada perhitungan Hayami, maka dapat

Tabel 3. Analisis perhitungan nilai tambah kopi manglayang

Petani Kelompok tani Pengumpul


1 Harga beli Bahan Rp/kg 5.000 13.000 40 000
2 Harga jual Produk Rp/kg 13.000 40.000 120.000

Total Nilai Tambah per kg


120.000
3 Output, Input, dan Harga Rp/kg 8.000 27.000 80.000

4 a. Output (volume penjualan) kg 25.500 20.400 16.320

b. Output (nilai penjualan) Rp 331.500.000 816.000.000 215.600.000

5 Bahan Baku Pokok Rp 127.500.000 265.200.000 15.100.000

6 Tenaga Kerja Langsung HOK 1.000 120 20

7 Faktor Konversi 2,60 3,08 14,28

8 Koefisien T. Kerja Langsung Rp/HOK 127.500 2.210.000 755.000

9 Upah Tenaga Kerja Langsung Rp 1.800.000 2.000.000 5.000.000


Penerimaan dan Nilai Tambah

10 a. Biaya Input lain - Produksi Rp 9.507.500 2.000.000 15.100.000


b. Biaya Input lain - Non Rp 3.000.000 1.000.000 10.678.649
Produksi

11 a. Nilai Tambah Rp 191.492.500 547.800.000 174.721.351


b. Rasio Nilai Tambah % 57,77 67,13 81,04

Berdasarkan tabel perhitungan perhitungan Selisih nilai tambah petani dengan


yang ada pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa kelompok tani, tidak terlalu besar yaitu hanya
rasio nilai tambah petani lebih kecil sebesar 10,64%, dimana nilai tambah petani
dibandingkan dengan kelompok tani dan sebesar 57,77%, sedangkan kelompok tani
pengumpul, sehingga apabila kondisi ini tidak adalah 67,13%. Adapun selisih nilai tambah
diperbaiki, maka akan mengganggu petani dengan pengumpul sangat jauh, yaitu
keberlanjutan rantai pasok agroindustry kopi kurang lebih sebesar 24%.
seperti yang disampaikan oleh menurut Secara umum diketahui bahwa risiko
(Sriwana et al., 2017), bahwa petani yang dihadapi petani dalam mengolah lahan
merupakan pemegang pekerbunan kopi sangat besar, dimana salah
kunci utama dalam rantai pasok satunya adalah gagal panen karena terkena
agroindustry perkebunan. hama atau penyakit tanaman. Berdasarkan

120
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 9 No 2 Agustus 2022

kondisi tersebut, maka keberadaan petani memadai. GAP (Good Agriculture Practices
harus mendapat perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu,
jumlah pasokan dan harga jual biji kopi.
perlindungan dan bantuan yang besar Kelembagaan petani merupakan salah
baik dalam pengetahuan untuk menangani satu hal penting yang harus diwujudkan
permasalahan yang menyebabkan gagal karena sesuai dengan defisini kelembagaan
panen, meningkatkan produktivitas hasil petani berdasarkan Permentan No. 82 Tahun
panen, bantuan untuk pengadaan dan 2013 UU No 19 Tahun 2013, yaitu Lembaga
penggunaan pupuk yang dapat berdampak yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan
terhadap kualitas hasil produksi maupun untuk petani guna memperkuat dan
untuk perolehan dana pinjaman yang bisa memperjuangkan kepentingan petani.
digunakan untuk mengolah lahan Keberadaan kelembagaan akan sangat
perkebunannya dengan baik, sehingga petani membantu petani untuk mendapatkan nilai
dapat menghasilkan biji kopi yang tambah yang tinggi.
berkualitas dan kuantitas yang banyak Kelembagaan akan sangat bermanfaat
sehingga mampu meningkatkan untuk mengatur mengenai pembiayaan
keuntungannya. maupun bantuan terhadap petani dan system
Permasalahan keuntungan petani tersebut penjualan yang harus dilakukan oleh petani
menjadi suatu faktor besar yanfg harus agar tidak dilakukan oleh pengumpul. Hal ini
diperhatikan dan diperbaiki karena petani disampaikan oleh (I.K. Sriwana et al., 2017)
merupakan pelaku awal pada rantai pasok bahwa petani memegang peranan yang sangat
agroindutri kopi. Rendahnya keuntungan penting dan kelembagaan sangat diperlukan
yang diterima petani, dapat berdampak untuk menghapus sistem ijon dan mendorong
terhadap rendahnya kualitas biji kopi dan petani untuk dapat berinteraksi dengan bank
rendahnya produktivitas. Kondisi seperti ini, dan pasar, serta terbuka kesempatan petani
akan memperburuk kinerja rantai pasok untuk menentukan harga.
agroindustry kopi. Berdasrkan kondisi tersebut, Implementasi kelembagaan dapat
maka kesejahteraan petani seharusnya menjadi memberikan nilai tambah yang tinggi bagi
perhatian penting yang selalu dijaga. keberlanjutan agroindustri kopi apabila
Hasil perhitingan nilai tambah yang ada didukung oleh pemerintah dan diwujudkan
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pengumpul dalam bentuk regulasi untuk bisa
mempunyai nilai tambah yang jauh lebih besar, diimplementasikan.
sementara pengumpul tidak mempunyai risiko
berat seperti yang dialami oleh petani. Hal ini KESIMPULAN
menunjukkan bahwa terjadinya Berdasarkan hasil analisis nilai
ketidakseimbangan perolehan nilai tambah para tambah, diketahui bahwa keuntungan petani
pelaku rantai pasok agroindustri kopi, jauh lebih rendah dibandingkan dengan
Untuk mengatasi hal tersebut, harus keuntungan aktor lainnya yaitu hanya sebesar
dirancang sebuah strategi yang mampu 57,77%, sementara pengumpul mempunyai
meningkatkan keuntungan petani. Untuk keuntungan sebesar 81,04% atau lebih tinggi
memperbaiki kondisi tersebut, maka sebesar kurang lebih 24%. Hal ini sangat
dilakukan usulan berupa perancangan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi
kelembagaan untuk membantu mengurangi petani untuk menanam biji kopi maupun
risiko petani dalam melakukan kegiatan dan untuk meningkatkan kualitas biji kopi, yang
membantu proses pendanaan yang dapat berdampak terhadap rendahnya keberlanjutan
membantu petani dalam melakukan Good rantai pasok agroindustry kopi. Untuk
Agricultural practices (GAP) dan Good mengatasi hal tersebut, maka diusulkan untuk
Manufaturing Practices. merancang kelembagaan yang dapat
Implementasi GAP dapat menjadi membantu mengatur peroleh dana,
jaminan bagi konsumen kopi karena kopi melakukan Good Agricultural Practices
yang dipasarkan merupakan hasil dari (GAP) maupun Good Handling Practices
serangkaian proses yang efisien, produktif (GHP). Kelembagaan akan mampu
dan ramah lingkungan, sehingga petani akan memperbaiki keberlanjutan agroindustry kopi
mendapatkan nilai tambah berupa insentif karena mampu menghapus sistem ijon dan itu
peningkatan harga dan jaminan pasar yang mendorong petani untuk dapat berinteraksi

121
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X

dengan bank dan pasar, serta terbuka Janiver, J. (2012) ‘A new introduction to
kesempatan petani untuk menentukan harga. supply chain and supply chain
management : Definition and
UCAPAN TERIMA KASIH theories perspectives’, International
Penulis mengucapkan banyak terimakasih Business Research, 5(1), pp. 194–207.
kepada Universitas Telkom yang telah Kementerian Perindustrian (2017) peluang
memberikan dukungan dana penelitian internal usaha IKM Kopi, Kementerian
dan memberikan ijin dalam melakukan Perindustrian. Jakarta.
penelitian sehingga penelitian ini dapat Maryanto, M. A., Nabiu, M. and Widiono, S.
terselesaikan. (2012) ‘Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Petani Dalam Alih
DAFTAR PUSTAKA Sumatera Selatan Influenced Factors
BPS (2020) Statistik kopi Indonesia. Jakarta: To Farmers In Converting Coffee (
Badan Pusat Statistik. Coffee Sp ) TO CACAO ( Theobrroma
Chopra, S. and Meindl, P. (2016) Supply Cacao L .) In Tertap Village ,
Chain Management: Global Edition, Subdistrict Jarai District Of Lahat ,
Supply Chain Management: Global South Sumatera M . Agus Maryanto’,
Edition. AGRISEP, 11(2), pp. 133–144.
Direktorat Jenderal Perkebunan (2019) Siswandi, T. O., Suryawan Wiranatha, A. A.
Statistik perkebunan Kopi Indonesia P. A. and Hartiati, A. (2019)
2018-2020. ‘Pengembangan Manajemen Rantai
Hapsari, H., Djuwendah, E., dan Y. Pasok Kopi Arabika Kintamani Bali’,
(2014)‘Pemberdayaan Kelompok Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Tani Hutan Melalui Pengembangan Agroindustri, 7(1), p. 113. doi:
Agribisnis Kopi, Jurnal Aplikasi 10.24843/jrma.2019.v07.i01.p12.
Ipteks untuk Masyarakat, 3(2), pp. 51– Van Der Vorst, J. G. (2006) ‘Chapter 2:
56. Performance Measurement in Agri-
Hayami, Y. et al. (1987) Agricultural Food Supply Chain Networks, An
Marketing and Processing in Overview’, Quantifying the agri-food
Upland Java. A Perspective From A supply chain, pp.
Sunda Village. 13–24. doi: 10.1007/1-4020-4693-6

122

Anda mungkin juga menyukai