Anda di halaman 1dari 23

PLAGIARISM SCAN REPORT

Date April 16, 2023

Exclude URL: NO

Unique Content 14 Word Count 4344

am
Plagiarized Content 86 Records Found 0

CONTENT CHECKED FOR PLAGIARISM:

Volume 22, Nomor 1 Tahun 2022, pp.166-176


Ex
https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan

metode analytical hierarchy process


ck

Hary Fandeli1)*, Irmayani2), Tri Ernita3), Melliana4) Adi Saputra5)

125Teknik Industri, Universitas Ekasakti, Jl. Veteran Dalam No. 26B Padang, Indonesia.
Ki

3Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang, Jl. Hamka No.121 Tabing Padang, Indonesia.

4Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Dumai, Jl. Utama Karya, Bukit Batrem II, Dumai, Indonesia.

haryfandeli@unespadang.ac.id*; irmayani@unespadang.ac.id; triernita@yahoo.co.id;

mellianna52@gmail.com;

adi381110@gmail. com

*Penulis Koresponden

ABSTRAK

Industri kecil dan menengah (IKM) berbasis agroindustri bekontribusi besar dalam perekenomian

nasional. IKM
harus meningkatkan kinerja dan dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang ketat. Pemasok bahan

baku

menjadi salah satu komponen penting dalam peningkatan kinerja IKM karena menjadi komponen hulu

dari

sistem rantai pasok. Permasalahan IKM terjadi pada beberapa faktor seperti transportasi dan harga.

IKM sering

mengalami penundaan produksi akibat terlambatnya kedatangan bahan baku sehingga berpotensi

kerugian.

Model penilaian kinerja dapat membantu pelaku IKM dalam mengidentifikasi dan mengambil keputusan

am
dalam

memilih pemasok. Penelitian ini mengidentifikasi kriteria pemilihan pemasok bahan baku agroindustri

tahu dan

mengusulkan kerangka kerja untuk mengevaluasi kinerja pemasok mereka. Penelitian ini memiliki tiga

tahap
Ex
utama. Pertama, identifikasi key performance indicators (KPIs) untuk kinerja pemasok pada IKM tahu

yang

bersumber dari studi literatur. Kedua, melakukan validasi KPIs kepada praktisi agroindustri. Terakhir,

mengevaluasi kinerja pemasok IKM tahu berdasarkan KPIs yang dikembangkan menggunakan model
ck

analytic

hierarchy process (AHP). Hasil penelitian mengusulkan 6 kriteria dan 18 indikator kinerja yang perlu

dipertimbangkan oleh pelaku IKM agroindustri dalam memilih pemasok. Semua kriteria dan indikator

kinerja
Ki

dievaluasi menggunakan AHP untuk memperoleh kriteria dan indikator prioritas. Kriteria kualitas bahan

baku,

layanan pelanggan dan perhatian terhadap aspek sustainability menjadi tiga faktor utama yang

dipertimbangkan.

Model kinerja pemasok juga diaplikasikan pada salah satu agroindustri tahu di Kota Padang untuk

mengevaluasi

4 alternatif pemasok bahan baku mereka. Hasilnya setiap pemasok memiliki keunggulan, namun

secara

keseluruhan pemasok 1 terpilih sebagai pemasok utama. Pemasok 1 unggul pada kriteria agility,

kualitas,

koordinasi dan kolaborasi serta efisiensi dalam rantai pasokan.


Kata kunci : analytic hierarchy process, industri kecil dan menengah, kinerja pemasok, rantai pasokan

ABSTRACT

Agroindustry Small and medium-sized enterprises (SMEs) have a large contribution for national

economy.

SMEs are required to always improve their performance and survive in increasingly business

competition. Raw

material suppliers become one of the important components to improving SMEs performance. It

becomes an

am
upstream component of supply chain system. SMEs problems occur in some factors such as

transportation and

prices. Sometimes SMEs have production delays due to the late arrival of raw materials. Performance

assessment model help SMEs to identifying and making decisions for supplier selection. This study

identified
Ex
supplier selection criteria of tofu raw materials and provided a framework to help SMEs to evaluate

performance their suppliers. This study has three main stages. First, identify key performance

indicators (KPIs)

for supplier performances. Second, validate KPIs to agroindustry practitioners. Finally, evaluate the
ck

performance of SMEs suppliers based on KPIs developed using analytic hierarchy process (AHP) models.

The

results of the study propose 6 criteria and 18 performance indicators that need to be considered by

agroindustry
Ki

SMEs for choosing raw material suppliers. All criteria and performance indicators are evaluated using

AHP to

select priority criteria and indicators. Raw material quality, customer service and attention to

sustainability

aspects are the three main factors considered. Supplier performance model was also applied to one of

tofu

agroindustry in Padang to evaluate their four alternative raw material suppliers. As a result, each

supplier has

166
its own advantages, but overall supplier 1 was selected as the main supplier. Supplier 1 excels at

agility,

quality, coordination and collaboration criteria as well as the supply chain efficiency.

Keywords : Analytic hierarchy process, small and medium-sized enterprises, supplier performance,

supply

chain

diunggah : Juni 2022, direvisi : Juni 2022, diterima : Juni 2022, dipublikasi : Juni 2022

am
Copyright (c) 2022 Hary Fandeli, Irmayani,Tri Ernita, Melliana, Adi Saputra

This is an open access article under the CC–BY license

PENDAHULUAN

Industri kecil dan menengah (IKM) berperan besar dalam perekonomian nasional.
Ex
IKM berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) dan mampu menyerap tenaga

kerja lebih banyak dibandingkan industri besar. Penelitian Arshad & Arshad (2018)

menyebutkan bahwa IKM menjadi kontributor utama dalam pembangunan ekonomi

nasional khususnya di negara-negara berkembang. IKM memiliki tugas besar untuk


ck

menyusun strategi bisnis dengan baik agar dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang

semakin ketat (Liputra, Santoso, & Susanto, 2018).

Salah satu komponen keberhasilan IKM adalah mampu memproduksi produk yang

berkualitas, tepat waktu dan harga terjangkau. Sistem rantai pasok yang baik menjadi faktor
Ki

utama untuk mencapai keberhasilan tersebut (Hamdala, Azlia, & Swara, 2017). Rantai

pasok adalah suatu jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja

untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan

tersebut biasanya terdiri dari pemasok, pabrik, distributor, toko dan ritel serta perusahaan-

perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Pujawan, 2010). Semua komponen

dalam rantai pasok harus bekerja dengan baik, terstruktur dan sinergis (Sriwana, Hijrah,

Suwandi, & Rasjidin, 2021).

Gambar 1. Rantai pasokan agroindustri tahu

Keterangan:

Aliran produk
Aliran keuangan

Aliran informasi

IKM sektor pertanian merupakan kontributor penting bagi ekonomi dunia seiring

dengan meningkatnya populasi dan perubahan gaya hidup manusia (Sufiyan, Haleem,

Khan, & Khan, 2019). Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi hasil pertanian

yang besar. Agroindustri merupakan usaha pengolahan hasil pertanian yang jumlahnya

cukup besar di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Barat. Salah satu produk olahan

hasil pertanian adalah tahu yang berbahan baku kedelai. Pemangku kepentingan di sektor ini

am
terdiri dari petani, koperasi, industri kimia, pusat penelitian dan inovasi, agroindustri,

pedagang makanan, penyedia logistik, distributor, toko makanan dan jaringan supermarket,

lembaga keuangan, pemerintah dan kementerian terkait, peraturan dan administrasi, serta

organisasi (Jaffee, Siegel, & Andrews, 2010).

Jaringan pemangku kepentingan pada sektor pertanian sangat kompleks dan harus
Ex
memastikan tercapainya tujuan bersama. Kinerja sistem rantai pasok dari sektor ini

tergantung pada kinerja masing-masing pemangku kepentingan yang terlibat, termasuk

kinerja pemasok (supplier) yang merupakan bagian hulu dari sistem rantai pasok. Ada

banyak kriteria untuk mengevaluasi kinerja pemasok yang diukur dengan bantuan indikator
ck

kinerja yang saling terintegrasi (Sufiyan et al., 2019). Pengukuran kinerja pemasok

167
Ki

digunakan untuk membantu IKM dalam mengidentifikasi dan membuat keputusan terkait

pemilihan pemasok yang tepat. Dengan menentukan kriteria, IKM dapat dipandu untuk lebih

terarah dalam memilih pemasok. Kriteria ini ditunjukkan dengan bantuan indikator kinerja

yang bersifat kualitatif dan kuantitatif (Sufiyan et al., 2019).

Menurut Chopra & Meindl (2016), strategi sistem rantai pasok adalah menekankan

adanya efisiensi dan ketepatan merespon permintaan konsumen yang diwujudkan dalam

aplikasi kebijakan dalam menangani enam faktor pendorong kinerja rantai pasokan, yaitu

fasilitas, persediaan, transportasi, informasi, sumber daya dan harga. Permasalahan IKM

terjadi pada beberapa faktor seperti transportasi dan harga. IKM sering mengalami

penundaan produksi akibat terlambatnya kedatangan bahan baku. Akibatnya terjadi kegurian

dari Rp. 25 juta sampai Rp 40 juta dalam satu bulan.


Mengevaluasi kinerja pemasok adalah aktivitas kompleks karena melibatkan beberapa

pemangku kepentingan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan strategis. Evaluasi

menjadi sangat penting dalam situasi di mana pemasok menjadi faktor kunci keberhasilan

IKM (Estampe, Lamouri, Paris, & Brahim-Djelloul, 2013). Menurut Wahyuni (2017),

preferensi penggunaan karakteristik kedelai untuk berbagai industri pangan olahan relatif

berbeda. Industri tahu menginginkan kedelai berukuran sedang hingga besar, berkadar pati

tinggi, berwarna kuning, dan berkulit tipis. Industri tahu menyukai kedelai yang berukuran

besar, berwarna kuning, dan berkulit tebal. Setiap pemasok memiliki karakteristik kedelai

yang berbeda, sehingga industri tahu dituntut untuk selektif dalam memilih pemasok yang

am
tepat.

Metode analytic hierarchy process (AHP) digunakan untuk mengevaluasi dan

memilih pemasok kedelai sesuai karakteristik bahan baku yang diperlukan. AHP menjadi

alat bantu yang tepat untuk mengambil keputusan dengan banyak kriteria (multicriteria

decision making). Penggunaan AHP dilakukan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari
Ex
beberapa proses rantai pasok dalam menganalisis kriteria-kriteria sebagai pendukung

keputusan (Saragih, Pujianto, & Ardiansah, 2021).

Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengidentifikasi kriteria pemilihan pemasok

bahan baku agroindustri tahu dan memberikan kerangka kerja untuk membantu IKM
ck

memilih model yang mereka butuhkan. Kerangka kerja yang diusulkan menjadi model bagi

salah satu IKM di Kota Padang untuk mengevaluasi kinerja pemasok mereka.

METODE
Ki

Penelitian ini memiliki tiga tahap utama. Pertama, identifikasi awal key performance

indicators (KPI) untuk kinerja pemasok pada IKM tahu yang bersumber dari studi literatur.

Kedua, melakukan validasi KPI awal ke praktisi di industri. Terakhir, mengevaluasi kinerja

pemasok IKM tahu berdasarkan KPI yang dikembangkan menggunakan model analytic

hierarchy process (AHP). Aplikasi AHP digunakan dalam banyak pengambilan keputusan,

salah satunta untuk evaluasi dan pemilihan pemasok agroindustri tahu. Badan Pangan

Nasional (BPN) mengungkapkan, keperluan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan

tahun 2022 mencapai 2,84 juta ton. Salah satu penyebab terjadinya peningkatan permintaan

kedelai karena banyaknya permintaan kedelai di Indonesia yang digunakan sebagai bahan

baku utama pada industri olahan.


Identifikasi key performance indicators

KPI menjadi penentu derajat keberhasilan sebuah kinerja organisasi/perusahaan dalam

mencapai tujuan tertentu. Tahapan ini dimulai dengan mengidentifikasi indikator kinerja

pemasok yang diperoleh dari studi literatur. Hasilnya terdapat 6 kriteria kinerja pemasok

yang terdiri dari 20 indikator seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

168

am
Definisi setiap kriteria kinerja pemasok adalah sebagai berikut:

1. Agility

Ada peningkatan pola permintaan dan fluktuasi dalam perilaku pelanggan di

agroindustri sehingga pemasok dituntut untuk fleksibel dan mudah beradaptasi

terhadap guncangan pasar dan lingkungan (Folke, 2006).


Ex
2. Sustainability (Keberlanjutan)

Meningkatnya konsumsi produk agroindustri menyebabkan peningkatan produksi dan

distribusi di seluruh dunia yang mengakibatkan masalah ekonomi, sosial dan

lingkungan global yang parah (Tilman, Cassman, Naylor, & Polasky, 2012). Dengan
ck

demikian, ada persyaratan produksi dan distribusi berkelanjutan.

3. Kualitas

Fokus utama adalah ketersediaan bahan baku, kualitas bahan baku, keamanan bahan

baku, kualitas proses, dan kualitas kemasan yang semuanya dipertimbangkan untuk
Ki

kepentingan kinerja dalam rantai pasokan

4. Layanan kepada pelanggan

Layanan yang lebih baik memberikan peningkatan kepuasan pelanggan, seperti

pengiriman tepat waktu, kecepatan pengiriman dan respon cepat ke pelanggan dapat

menjadi prioritas kompetitif yang penting (Gunasekaran, Patel, & Tirtiroglu, 2011).

5. Koordinasi dan kolaborasi

Semua stakeholders harus berkolaborasi terkait isu penting dalam jangka panjang

untuk memastikan kualitas, keamanan, dan rantai pasokan bahan baku yang

berkelanjutan.

6. Efisiensi rantai pasokan

Efisiensi rantai pasokan adalah pemanfaatan sumber daya yang tepat dalam rantai yang
dapat diukur mengenai berbagai biaya dan keuntungan yang terlibat dalam rantai

pasokan (Karkkainen, 2013).

Tabel 1. Key performance indicators kinerja pemasok bahan baku

Kriteria Indikator Referensi Deskripsi

Aramyan,

Fleksibilitas produk Lansink, van der Kemampuan untuk memberikan variabilitas dalam

(A1) Vorst, & van produk yang dikirimkan sesuai kebutuhan IKM

Kooten (2007)

Agility (A) Fleksibilitas volume (Aramyan et al., Kemampuan untuk mengubah jumlah bahan baku

am
(A2) 2007) yang dikirimkan.

(Gellynck,

Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman

Lead time (A3) Molnár, &

bahan baku tertentu.


Ex
Aramyan, 2008)

(Allaoui, Guo,

Aspek ini melibatkan perlindungan lingkungan

Lingkungan (B1) Choudhary, &


ck

dan menjaga keseimbangan ekologi.

Bloemhof, 2018)

Aspek ini mempertimbangkan aspek sosial

Allaoui et al. manajemen seperti kepuasan, risiko yang tidak


Ki

Sustainability Sosial (B2)

(2018) disengaja, perdagangan yang adil, kesetaraan

(B) sosial atau pelatihan keselamatan.

Aspek ini termasuk faktor biaya yang

(Allaoui et al., berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

Ekonomi (B3)

2018) seperti harga bahan baku, investasi keberlanjutan,

biaya pelatihan, nilai tambah, dan produktivitas.

Kualitas bahan baku (Aramyan et al., Atribut bahan baku yang diinginkan IKM seperti

Kualitas (C)

(C1) 2007) umur simpan, rasa, penampilan, tingkat nutrisi.


169

Menunjukkan risiko yang terkait dengan

Keamanan bahan baku (Gellynck et al., organisme patogen atau racun kimia dan bahaya

(C2) 2008) fisik seperti mikrobiologis, kontaminan kimia

dalam produk, mikroorganisme.

Mencakup atribut seperti keterlacakan,

Aramyan et al. penyimpanan dan kondisi transportasi, kebersihan

am
Kualitas proses (C3)

(2007) lokasi, aspek lingkungan yang terkait dengan

metode pemrosesan.

Kepuasan pelanggan Aramyan et al. Sejauh mana pelanggan puas dengan bahan baku

(D1) (2007) dan layanannya.


Ex
Haleem, Khan, Kecepatan dan ketepatan dalam mengelola keluhan

Responsif (D2)

& Khan (2019) dari pelanggan tentang bahan baku atau layanan.

Layanan (D) Pengiriman tepat Fattahi, Pengiriman dalam waktu dan periode yang
ck

Nookabadi, &

waktu (D3) ditentukan.

Kadivar (2013)

Fattahi et al. Tersedianya gudang sebagai pusat untuk


Ki

Pusat distribusi (D4)

(2013) penyaluran bahan baku

Berbagi informasi Gellynck et al., Jumlah informasi yang dibagikan di antara

(E1) 2008) berbagai mitra rantai pasokan

Koordinasi

Kepuasan kemitraan Fattahi et al. Sejauh mana mitra rantai pasokan merasakan

dan kolaborasi

(E2) (2013) kepuasan.

(E)

Perencanaan Allaoui et al. Ini menunjukkan tingkat kerja sama dan kolaborasi

kerjasama (E3) (2018) di antara mitra rantai pasokan.


Biaya manajemen Sufiyan et al. Mengukur semua jenis biaya yang terlibat selama

rantai pasok (F1) (2019) aliran produk dari pemasok ke pabrik,

Inventory turnover Sufiyan et al. Jumlah persediaan bahan baku yang digunakan

Efisiensi rantai (F2) (2019) selama satu periode.

pasokan (F) Reverse logistics Sufiyan et al. Mengukur efisiensi pergerakan terbalik dari bahan

(F3) (2019) baku

Sufiyan et al. Efisiensi dalam penggunaan mesin dan peralatan

Efisiensi aset (F4)

(2019) untuk aktivitas rantai pasok

am
Validasi key performance indicators

Untuk memvalidasi indikator kinerja awal, dilakukan survei kepada pelaku IKM yang

memproduksi tahu di Kota Padang, Sumatera Barat. Responden diminta untuk menilai

tingkat kepentingan setiap kriteria dan indikator dalam pemilihan pemasok. Skala likert lima
Ex
poin mulai dari 1 (sangat tidak penting) hingga 5 (sangat penting) digunakan untuk menilai

perspektif responden terhadap tingkat kepentingan kriteria dan indikator tersebut. Terdapat 5

pelaku IKM yang memberikan penilaian untuk validasi KPI. Tingkat kepentingan rata-rata

(mean) berkisar dari 2,6 hingga 5,0 seperti yang disajikan dalam Tabel 2.
ck

Tabel 2. Tingkat kepentingan indikator kinerja pemasok bahan baku

Indikator Mean Indikator Mean

Fleksibilitas produk (A1) 3,6 Responsif (D2) 4,4

Fleksibilitas volume (A2) 4,0 Pengiriman tepat waktu (D3) 5,0


Ki

Lead time (A3) 4,8 Pusat distribusi (D4) 2,6

Lingkungan (B1) 4,4 Berbagi informasi (E1) 3,8

Sosial (B2) 4,6 Kepuasan kemitraan (E2) 4,6

Ekonomi (B3) 5,0 Perencanaan kerjasama (E3) 4,0

Kualitas bahan baku (C1) 5,0 Biaya manajemen rantai pasok (F1) 4,6

Keamanan bahan baku (C2) 5,0 Inventory turnover (F2) 3,2

Kualitas proses (C3) 4,6 Reverse logistics (F3) 3,6

Kepuasan pelanggan (D1) 5,0 Efisiensi aset (F4) 2,8

170
Hasilnya menunjukkan bahwa indikator ekonomi (B3), kualitas bahan baku (C1),

keamanan bahan baku (C2), kepuasan pelanggan (D1), dan pengiriman tepat waktu (D3)

adalah kriteria utama yang sangat penting bagi pelaku IKM. Indikator tersebut merupakan

kriteria kinerja sustainability (B), kualitas (C) dan layanan (D). Di sisi lain, dua indikator

pusat distribusi (D4) dan efisiensi aset (F4) dianggap sebagai indikator yang kurang penting

sehingga dihapus dari KPI awal. Hasilnya terdapat 6 kriteria kinerja dengan total 18 indikator

yang diusulkan sebagai KPI untuk evaluasi kinerja pemasok bagi IKM agroindustri tahu.

Mengembangkan model evaluasi kinerja pemasok bahan baku

am
Model evaluasi untuk kinerja peamsok di agroindustri tahu dikembangkan berdasarkan

langkah-langkah berdasarkan metode analytic hierarchy process (Saaty, 2008). Langkah-

langkah pengembangan model terdiri dari membangun hierarki, menghitung perbandingan

berpasangan, menentukan urutan prioritas kriteria, dan menghitung skor pemasok.


Ex
HASIL DAN PEMBAHASAN

Membangun hierarki analytic hierarchy process

Evaluasi kinerja pemasok dilakukan dengan membangun hierarki yang terdiri dari

kriteria dan indikator pemilihan. Dalam hierarki, mengevaluasi kinerja pemasok bahan baku
ck

agroindustri ditetapkan menjadi tujuan. Tingkat berikutnya terdiri dari 6 kriteria kinerja, yaitu

agility, sustainability, kualitas, layanan, koordinasi dan kolaborasi, serta efisiensi rantai

pasokan. Pada tingkat ketiga, ada 18 indikator sebagai rincian dari masing-masing kriteria

kinerja. Terakhir, terdapat alternatif pemasok yang dievaluasi oleh pembuat keputusan.
Ki

Hierarki keseluruhan digambarkan pada Gambar 1.

Kinerja pemasok

Koordinasi dan Efisiensi sistem rantai

Agility Sustainability Kualitas Layanan

Kolaborasi pasokan

Fleksibilitas Kepuangan Biaya manajemen

Lingkungan Kualitas produk Berbagi informasi

produk pelanggan rantai pasok

Fleksibilitas Kepuasan

Sosial Kualitas proses Responsif Inventory turnover

volume kerjasama
Pengiriman tepat Kerjasama yang

Lead time Ekonomi Keamanan produk Reverse logistics

waktu luas

Gambar 1. Hierarki pemilihan pemasok bahan baku

Menghitung perbandingan berpasangan

Langkah berikutnya adalah menentukan bobot ukuran kinerja pemasok dengan

merancang kuesioner perbandingan berpasangan. Kuesioner diisi oleh 3 orang responden

am
yang merupakan pemilik dan karyawan salah satu pabrik agroindustri tahu di Kota Padang.

Penilaian untuk setiap pertanyaan dirata-ratakan secara geometris (persamaan 1) sebelum

menghitung bobot kepentingan masing-masing kriteria dan indikator. Penilaian pada

kuesioner perbandingan berpasangan menggunakan skala 1 hingga 9 (tabel 3) dengan cara

membandingkan antarkriteria dan indikator yang dirancang (Saaty, 1994).


Ex
√( )( ) ( ) …(1)

171
ck

Keterangan:

GM = Rata-rata geometris

x1 = Penilaian responden ke-1


Ki

x2 = Penilaian responden ke-2

xn = Penilaian responden ke-n

n = Jumlah penilai

Tabel 3. Skala penilaian perbandingan berpasangan

Tingkat

Defenisi Keterangan

Kepentingan

1 Sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama

Agak lebih penting yang Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu penting

3
satu atas lainnya yang elemen dibandingkan dengan pasangannya

Pengalaman dan kesukaan menunjukkan atas satu aktifitas

5 Cukup penting

lebih dari yang lain

Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan yang

7 Sangat penting

kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain

Satu elemen mutlak lebih disukai jika dibandingkan

9 Mutlak lebih pening penting dengan pasangannya, pada tingkat keyakinan

am
tertinggi

Nilai tengah diantara dua

2,4,6,8 nilai keputusan yang Jika kompromi dibutuhkan

berdekatan
Ex
Tes konsistensi dilakukan untuk semua matriks perbandingan berpasangan. Rasio

konsistensi (CR) digunakan untuk memeriksa konsistensi perbandingan berpasangan pada

setiap responden. Nilai CR kurang dari 0,1 yang berarti semua responden memberikan bobot

penilaian dengan konsisten untuk setiap kriteria dan indiaktor. Jika belum konsisten,
ck

perbandingan harus diulang lagi (Saaty, 2008).

Analisis kinerja pemasok bahan baku agroindustri

Gambar 2 menunjukan hasil kombinasi penilaian perbandingan berpasangan oleh


Ki

semua responden tentang tingkat kepentingan kriteria kinerja pemasok. Berdasarkan hasil

penilaian, kriteria kualitas menjadi prioritas utama (0,394), diikuti oleh kriteria layanan

(0,190), sustainability (0,142), agility (0,113), koordinasi dan kolaborasi (0,094) dan terakhir

adalah efisiensi rantai pasokan (0,067).

Gambar 2. Kombinasi penilaian perbandingan berpasangan untuk kriteria pemilihan

pemasok

Pada tingkat indikator, keamanan produk, kualitas proses, kepuasan pelanggan dan

kualitas produk menjadi 4 indikator utama dalam pemilihan pemasok bahan baku

agroindustri tahu. Tiga dari 4 indikator tersebut merupakan kriteria kualitas. Artinya kualitas
menjadi prioritas utama bagi perusahaan dalam menentukan pemasok bahan baku untuk

proses produksi. Hal ini juga berlaku di berbagai jenis agroindustri seperti industri catering

172

(Fadlulloh & Mu’tamar, 2019), agorindustri tempe (Wahyuni, 2017) dan industri pengolahan

buah (Saragih et al., 2021). Konsumen agroindustri tahu memiliki bargaining power yang

besar sehingga bisa beralih produsen dengan mudah jika kualitas produk dianggap tidak

memadai.

am
Kriteria berikutnya adalah sustainability, layanan, dan koordinasi dan kolaborasi.

Meskipun tidak semua indikator dari tiga kriteria tersebut berada di posisi yang prioritas,

namun beberapa indikaor perlu diperhatikan oleh pelaku IKM dalam memilih pemasok,

diantaranya ekonomi berkelanjutan, leadtime, kepuasan dan keluasan dalam bekerjasama.

Penelitian dari Hamdala et al. (2017) dan Liputra et al. (2018) juga menyimpulkan perlunya
Ex
kerjasama dan kinerja berkelanjutan bagi IKM berbasis agroindustri. Hal ini menjadi penting

bagi IKM untuk bisa bersaing secara kompetetif melalui sinergitas dengan pihak-pihak terkait

secara berkelanjutan (Sultan, Furqon, & Wijaya, 2021).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan beberapa indikator yang dianggap kurang
ck

penting untuk dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok bagi IKM. Indikator tersebut

diantaranya reverse logistics, inventory turnover, berbagi informasi antarkomponen rantai

pasokan dan adanya fleksibilitas dalam variasi produk. IKM dengan skala produksi yang

relatif kecil dan terbatas tentu tidak memprioritaskan sebagian dari indikator tersebut. Fokus
Ki

mereka adalah mengoptimalkan kinerja yang berkaitan dengan peningkatan kualitas,

perluasan pasar dan kolaborasi kemitraan (Citraresmi & Haryati, 2021). Hasil penilaian

kombinasi untuk masing-masing indikator melalui perbandingan berpasangan dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil penilaian perbandingan berpasangan kriteria kinerja dan indikator

Kriteria kinerja Bobot Indikator Bobot Prioritas

Fleksibilitas produk (A1) 0.019 15

Agility (A) 0,113 Fleksibilitas volume (A2) 0.038 9

Lead time (A3) 0.062 6

Lingkungan (B1) 0.024 11

Sustainability (B) 0,142 Sosial (B2) 0.021 13


Ekonomi (B3) 0.078 5

Kualitas bahan baku (C1) 0.081 4

Kualitas (C) 0,394 Keamanan bahan baku (C2) 0.216 1

Kualitas proses (C3) 0.144 2

Kepuasan pelanggan (D1) 0.104 3

Layanan (D) 0,190 Responsif (D2) 0.020 14

Pengiriman tepat waktu (D3) 0.021 12

Berbagi informasi (E1) 0.014 16

Koordinasi dan

am
0,094 Kepuasan kemitraan (E2) 0.052 7

kolaborasi (E)

Perencanaan kerjasama (E3) 0.049 8

Biaya manajemen rantai pasok (F1) 0.037 10

Efisiensi rantai
Ex
0,067 Inventory turnover (F2) 0.010 17

pasokan (F)

Reverse logistics (F3) 0.009 18


ck

Evaluasi kinerja pemasok: studi kasus

Model pemilihan pemasok bahan baku agroindustri tahu diaplikasikan ke salah satu

IKM berbasis agroindustri di Kota Padang, Sumatera Barat. IKM tersebut memproduksi tahu

dengan bahan baku utama adalah kedelai. Tiga orang responden (pemilik dan dua karyawan)
Ki

diminta untuk mengevaluasi pemasok bahan baku di pabrik mereka. Responden memberikan

penilaian untuk setiap pemasok berdasarkan kriteria dan indikator yang diusulkan (Tabel 4).

Nilai skor pemasok terdiri dari skor keseluruhan dan skor dari setiap kriteria dan indikator.

Hasil evaluasi dari empat pemasok yang dibandingkan ditunjukkan pada Gambar 3. Dari

173

hasil tersebut, IKM dapat mengetahui kinerja masing-masing pemasok serta kekuatan dan

kelemahannya.

Gambar 3. Kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu


Berdasarkan Gambar 3, setiap pemasok (kecuali pemasok 2) memiliki keunggulan

masing-masing. Pemasok 1 unggul pada kriteria agility, kualitas, koordinasi dan kolaborasi

serta efisiensi dalam rantai pasokan. Pemasok 3 memiliki kelebihan dalam memberikan

layanan kepada pelanggan, tetapi dalam hal agility, kualitas dan efisien masih kurang baik

dibandingkan pemasok 1. Hal yang sama juga dialami pemasok 4 yang unggul pada kriteria

sustainability, namun tidak lebih baik untuk kriteria-kriteria lainnya. Dengan demikian secara

keseluruhan, pemasok 1 menjadi prioritas untuk dipertimbangkan sebagai pemasok utama

bahan baku di IKM. Akan tetapi pemasok 1 juga harus memperbaiki beberapa aspek terutama

pada kriteria sustainability dan layanan yang belum maksimal.

am
Sistem rantai pasok agroindustri tahu sangat kompleks, namun terdapat dua faktor

penting yang harus dipertimbangkan, yaitu efisiensi biaya dan ketepatan merespon

permintaan konsumen. Aplikasi dari dua faktor tersebut harus didukung berbagai kriteria

seperti adanya fasilitas yang memadai, persediaan bahan baku yang optimal, transportasi

yang baik, informasi yang terintegrasi, sumber daya dan harga yang terjangkau (Chopra &
Ex
Meindl, 2016).

SIMPULAN

IKM berbasis agroindustri memiliki potensi dalam peningkatan kinerja sehingga


ck

bekontribusi dalam perekenomian nasional. Kinerja pemasok bahan baku menjadi salah satu

komponen penting dalam peningkatan kinerja IKM. Hasil penelitian ini mengusulkan 6

kriteria dan 18 indikator kinerja yang perlu dipertimbangkan oleh pelaku IKM agroindustri

dalam memilih pemasok bahan baku. Semua kriteria dan indikator kinerja dievaluasi
Ki

menggunakan analytical hierarchy process untuk mendapatkan kriteria dan indikator

prioritas sehingga dapat menjadi acuan bagi pelaku IKM dalam memilih pemasok yang tepat.

Kriteria kualitas bahan baku, layanan pelanggan dan perhatian terhadap aspek sustainability

menjadi tiga faktor utama yang dipertimbangkan.

Model kinerja pemasok juga diaplikasikan di salah satu agroindustri tahu di Kota

Padang untuk mengevaluasi empat alternatif pemasok bahan baku mereka. Hasilnya setiap

pemasok memiliki keunggulan masing-masing, namun secara keseluruhan dipilih satu

alternatif (pemasok 1) sebagai pemasok utama. Pemasok 1 unggul pada kriteria agility,

kualitas, koordinasi dan kolaborasi serta efisiensi dalam rantai pasokan.

174
Para pelaku IKM agroindustri dapat mengevaluasi kekuatan dan kekurangan masing-

masing pemasok berdasarkan model kriteria dan indikator yang diusulkan. Melihat

perkembangan binsis agroindustri yang semakin kompetitif, dimungkinkan terjadinya

perubahan pada tingkat kepentingan kriteria dan indikator kinerja pemasok pada bidang

agroindustri lainnya. Untuk itu disarankan adanya penelitian lanjutan dengan studi kasus di

berbagai jenis agroindustri dan adanya analisis sensitivitas yang mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Allaoui, H., Guo, Y., Choudhary, A., & Bloemhof, J. (2018). Sustainable agro-food supply

am
chain design using two-stage hybrid multi-objective decision-making approach.

Computers & Operations Research, 89, 369–384.

Aramyan, L. H., Lansink, O. A. G. J. M., van der Vorst, J. G. A. J., & van Kooten, O. (2007).

Performance measurement in agri‐food supply chains: a case study. Supply Chain


Ex
Management, 12(4), 304–315.

Arshad, M. Z., & Arshad, D. (2018). INTELLECTUAL CAPITAL AND SMES

PERFORMANCE IN PAKISTAN : THE ROLE OF ENVIRONMENTAL


ck

TURBULENCE. International Journal of Entrepreneurship, 22(I), 1–14.

Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management: Strategy,. Planning, and

Operation (6th ed.). Pearson Education Inc.


Ki

Citraresmi, A. D. P., & Haryati, N. (2021). The strategy of business model development in

mushroom agroindustry. International Conference on Green Agro-industry and

Bioeconomy, 1–8. https://doi.org/10.1088/1755-1315/924/1/012057

Estampe, D., Lamouri, S., Paris, J., & Brahim-Djelloul, S. (2013). A framework for analysing

supply chain performance evaluation models. Intern. Journal of Production Economics,

142(2), 247–258. https://doi.org/10.1016/j.ijpe.2010.11.024

Fadlulloh, K., & Mu’tamar, M. F. F. (2019). PEMILIHAN ALTERNATIF PEMASOK

BERAS INDUSTRI CATERING MENGGUNAKAN ANALYTICAL NETWORK


PROCESS (Studi Kasus di PT. AXC). AGROINDUSTRIAL TECHNOLOGY JOURNAL,

03(01), 1–10.

Fattahi, F., Nookabadi, A. S., & Kadivar, M. (2013). A model for measuring the performance

of the meat supply chain. British Food Journal, 115(8), 1090–1111.

Folke, C. (2006). Resilience: the emergence of a perspective for social-ecological systems

analyses. Global Environ. Change, 16(1), 253–267.

am
Gellynck, X., Molnár, A., & Aramyan, L. (2008). Supply chain performance measurement:

the case of the traditional food sector in the EU. Journal on Chain and Network Science,

8(1), 47–58.

Gunasekaran, A., Patel, C., & Tirtiroglu, E. (2011). Performance measures and metrics in a
Ex
supply chain environment. Int. J. Oper. Prod. Management, 21(1), 71–87.

Haleem, A., Khan, S., & Khan, M. (2019). Traceability implementation in food supply chain:

175
ck

a grey-DEMATEL approach. Information Processing In Agriculture.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.inpa.2019.01.003
Ki

Hamdala, I., Azlia, W., & Swara, S. E. (2017). Evaluasi kinerja rantai pasok sari apel untuk

meningkatkan kinerja perusahaan. Journal of Industrial Engineering Management, 2(2),

48–55.

Jaffee, S., Siegel, P., & Andrews, C. (2010). Rapid Agricultural Supply Chain Risk

Assessment: A Conceptual Framework (Agriculture and Rural Development Discussion

Paper 47). Washington D.C. US: The World Bank.

Karkkainen, M. (2013). Increasing efficiency in the supply chain for short shelf life goods

using RFID tagging. Int. J. Retail Distrib. Management, 31(10), 529–536.


Liputra, D. T., Santoso, & Susanto, N. A. (2018). Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Dengan

Model Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan Metode Perbandingan

Berpasangan. Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 7(2), 119–125.

Pujawan, I. N. (2010). Supply Chain Management Edisi Kedua. Surabaya: Guna Widya.

Saaty, T. L. (1994). Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the Analytic

Hierarchy Process. USA.: RWS Publications : Pittsburgh.

am
Saaty, T. L. (2008). Decision making with analytic hierarchy process. International journal

of services sciences, 1(1), 83–98.

Saragih, S., Pujianto, T., & Ardiansah, I. (2021). Pengukuran Kinerja Rantai Pasok pada PT.

Saudagar Buah Indonesia dengan Menggunakan Metode Supply Chain Operation


Ex
Reference (SCOR). Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA), 5(2), 520–532.

Sriwana, I. K., Hijrah, N., Suwandi, A., & Rasjidin, R. (2021). PENGUKURAN KINERJA

RANTAI PASOK MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE


ck

( SCOR ) DI UD . ANANDA. JISI: Jurnal Integrasi Sistem Industri, 8(2), 13–24.

Sufiyan, M., Haleem, A., Khan, S., & Khan, M. I. (2019). Evaluating food supply chain

performance using hybrid fuzzy MCDM technique. Sustainable Production and


Ki

Consumption, 20, 40–57. https://doi.org/10.1016/j.spc.2019.03.004

Sultan, M. A., Furqon, C., & Wijaya, F. (2021). Triple Layer Business Model Canvas Design

of Arabica Coffee Agroindustry Supply Chain in Bandung Regency. International

Journal of Entrepreneurship and Sustainability Studies (IJEASS), 1(2), 19–23.

Tilman, D., Cassman, R., Naylor, K. G., & Polasky, S. (2012). Agricultural sustainability and

intensive production practices. Nature, 418, 671–677.

Wahyuni, D. (2017). ANALISIS PREFERENSI AGROINDUSTRI TEMPE DALAM


PEMILIHAN KEDELAI (Agroindustri Tempe Di Kota Tasikmalaya Kota

Tasikmalaya). Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH, 4(3), 444–453.

176

MATCHED SOURCES:

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan ...

https://www.researchgate.net/publication/367614345_EVALUASI_....

am
EVALUASI MODEL KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU AGROINDUSTRI TAHU DENGAN ...

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/v....
Ex
Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu ... - STTIND

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/d....
ck

PENGEKALAN KATA PANGGILAN KEKELUARGAAN DALAM KALANGAN KELUARGA KAHWIN ...

https://ejournal.ukm.my/jmelayu/article/download/44396/11402
Ki

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan ...

https://www.researchgate.net/publication/367614345_EVALUASI_....

EVALUASI MODEL KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU AGROINDUSTRI TAHU DENGAN ...

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/v....

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu ... - STTIND

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/d....

PENGEKALAN KATA PANGGILAN KEKELUARGAAN DALAM KALANGAN KELUARGA KAHWIN ...


https://ejournal.ukm.my/jmelayu/article/download/44396/11402

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan ...

https://www.researchgate.net/publication/367614345_EVALUASI_....

EVALUASI MODEL KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU AGROINDUSTRI TAHU DENGAN ...

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/v....

am
Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu ... - STTIND

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/d....

PENGEKALAN KATA PANGGILAN KEKELUARGAAN DALAM KALANGAN KELUARGA KAHWIN ...


Ex
https://ejournal.ukm.my/jmelayu/article/download/44396/11402

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan ...
ck

https://www.researchgate.net/publication/367614345_EVALUASI_....

EVALUASI MODEL KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU AGROINDUSTRI TAHU DENGAN ...
Ki

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/v....

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu ... - STTIND

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/d....

PENGEKALAN KATA PANGGILAN KEKELUARGAAN DALAM KALANGAN KELUARGA KAHWIN ...

https://ejournal.ukm.my/jmelayu/article/download/44396/11402

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan ...
https://www.researchgate.net/publication/367614345_EVALUASI_....

EVALUASI MODEL KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU AGROINDUSTRI TAHU DENGAN ...

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/v....

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu ... - STTIND

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/d....

am
PENGEKALAN KATA PANGGILAN KEKELUARGAAN DALAM KALANGAN KELUARGA KAHWIN ...

https://ejournal.ukm.my/jmelayu/article/download/44396/11402

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan ...
Ex
https://www.researchgate.net/publication/367614345_EVALUASI_....

EVALUASI MODEL KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU AGROINDUSTRI TAHU DENGAN ...
ck

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/v....

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu ... - STTIND
Ki

https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/d....

PENGEKALAN KATA PANGGILAN KEKELUARGAAN DALAM KALANGAN KELUARGA KAHWIN ...

https://ejournal.ukm.my/jmelayu/article/download/44396/11402

Evaluasi model kinerja pemasok bahan baku agroindustri tahu dengan ...

https://www.researchgate.net/publication/367614345_EVALUASI_....

EVALUASI MODEL KINERJA PEMASOK BAHAN BAKU AGROINDUSTRI TAHU DENGAN ...
https://ojs.sttind.ac.id/sttind_ojs/index.php/Sain/article/v....

Report Generated on April 16, 2023 by check-plagiarism.com

am
Ex
ck
Ki

Anda mungkin juga menyukai