Anda di halaman 1dari 7

E-ISSN : 2614-8382

Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri)


Vol. 5 No. 1 (2022)

METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)


SEBAGAI ANALISIS KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK
DI PABRIK GULA PANDJIE

Farhandhika Akbar Romanto1), Fourry Handoko2), Kiswandono3)


1,3)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
2)
Program Studi Teknik Industri S-2, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Nasional Malang
Email : farhandhika99@gmail.com

Abstrak, Pabrik Gula Pandjie merupakan salah satu dari empat pabrik gula yang ada di Kabupaten Situbondo.
Masalah yang sedang dihadapi oleh Pabrik Gula Pandjie saat ini adalah penurunan output produksi akibat
menurunnya jumlah lahan pertanian yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja manajemen rantai
pasok menggunakan metode supply chain operation reference dan memberikan alternatif solusi dari permasalahan
yang ada. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa nilai kinerja manajemen rantai pasok di Pabrik Gula
Pandjie adalah 75,5 dimana hal tersebut masuk dalam kategori good.

Kata Kunci : Pabrik Gula Pandjie, Manajemen Rantai Pasok, Supply Chain Operation Reference

PENDAHULUAN Pandjie mulai dari luas lahan, lokasi, varietas


Gula merupakan komoditas penting bagi tebu, dan masa tanam.
masyarakat Indonesia, bahkan bagi masyarakat Dalam satu tahun PG. Pandjie dapat
global. Selain beras, jagung dan umbi-umbian, menghabiskan lebih dari 170 ribu ton tebu dan
manfaat gula sebagai sumber kalori masyarakat menghasilkan lebih 12 ribu ton gula kristal.
menjadikan gula sebagai salah satu makanan
pokoknya. Permintaan gula dari masing-masing Tabel 1 Data pengunaan bahan baku dan hasil
negara bukan hanya karena memenuhi produksi
kebutuhan pokok, tetapi juga karena gula
merupakan pemanis utama yang digunakan Jumlah Bahan Baku Jumlah Hasil
sebagai bahan baku industri makanan dan Tahun Tebu (ton) Produksi Gula (ton)
Realisasi Target Realisasi Target
minuman. 2018 263.045 273.369,6 19.698,4 21.936,5
Di Indonesia, industri gula tebu sudah 2019 194.369,7 177.902 14.826,8 14.198
ada sejak jaman kolonial Belanda dan 2020 174.336,7 212.529 12.276,2 16.927,3
diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16. (Sumber : PG Pandjie, 2021)
Industri gula Indonesia berkembang pesat pada
tahun 1930-an dengan berhasil mengoperasikan Masalah rantai pasok adalah masalah
sebanyak 179 Pabrik Gula (PG). Puncak yang kompleks dan unik karena merupakan
produksi mencapai 3 juta ton dan ekspor gula salah satu efektifitas perusahaan yang sudah
mencapai 2,4 juta ton. cukup lama dijalankan bahkan mungkin seusia
PG. Pandjie imerupakan0isalah isatu perusahaan itu sendiri. Masalah rantai pasok
anak perusahaan dari PT. Perkebunan berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi
Nusantara XI (Persero) yang memproduksi gula pengelolaannya haruslah secara profesional.
kristal dari bahan baku tebu. Dalam proses Kesadaran akan pentingnya profesionalisme
produksinya pabrik ini mendapatkan supply dalam manajemen rantai pasok ini juga dipicu
bahan baku tebu dari lahan milik perusahaan oleh tuntutan efektivitas pelayanan pelanggan
maupun dari petani tebu yang ada di daerah yang sekarangiini menjadi segala-galanya bagi
Situbondo danisekitarnya. Petani yang akan perusahaan.
mengirim bahan baku tebu ke PG. Pandjie harus Supply Chain Management (SCM)
mendaftar kontrak pada kantor Koperasi0Unit merupakan salah satu strategi penting dalam
Desa (KUD) yang telah bekerjasama dengan membangun keunggulan suatu perusahaan
PG. Pandjie, pada proses pendaftaran kontrak dalam bersaing dengan perusahaan kompetitor.
lahan akan disurvei oleh petugas dari PG. Mengingat pentingnya SCM, pihak manajemen

107
E-ISSN : 2614-8382
Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri)
Vol. 5 No. 1 (2022)
perusahaan harus mampu melakukan berlangsung dan dapat menjadikan bahan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian informasi dan pertimbangan bagi manajemen
atas proses SCM. Perusahaan menerapkan perusahaan dalam membuat strategi rantai
konsep SCM dengan menyediakan produk yang pasok di masa yang akan datang.
sesuai permintaan pasar, dimana peran dari
semua pihak sangat dibutuhkan, mulai dari METODE
supplier yang mengolah bahan baku dari alam Pengumpulani datai padai penelitian ini
menjadi komponen, pabrik yang merubah dilakukani dengan carai wawancara,
komponen dengan nilai tambah atau finished penyebaran kuesioner, dan studi lapangan.
goods, perusahaan transportasi mengirimkan Wawancara dilakukan secara langsung pada
bahan baku dari supplier ke pabrik, serta pihak manajemen perusahaan tentang
jaringan distribusi yang menyampaikan produk permasalahan yang sering terjadi pada aliran
ke tangan customer (Pujawan & rantai pasok PG Pandjie maupun data-data
Mahendrawathi, 2017). pendukung yang lainnya, kuesioner diberikan
Masalah rantai pasok perlu diperhatikan kepada beberapa responden untuk memberikan
karena berhubungan dengan produktifitas skala kepentingan yang nantinya akan
perusahaan, jika pengelolaan rantai pasok digunakan untuk perbandingan berpasangan,
sebuah perusahaan berjalan dengan baik maka dan studi lapangan dilakukan untuk
tujuan perusahaan akan tercapai, dan mendapatkan data-data yang berupa dokumen
sebaliknya, jika rantai pasok perusahaan dan data pendukung dari manajemen
terhambat atau bermasalah maka akan perusahaan yang penulis perlukan untuk
berdampak terhadap produktifitas perusahaan. penelitian ini. Variabel penelitian ini meliputi
Sebagai upaya untuk melakukan pengawasan, kelima proses inti supply chain yang terdiri dari
pengendalian, dan menentukan arah perbaikan plan, source, make, deliver, dan return.
untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing, Sumberidataipadaipenelitianiini ada dua
perlu dilakukan pengukuran kinerja rantai jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data
pasok. Penilaian kinerja SCM pada perusahaan primer berupa informasi yang diperoleh dari
dapat dilakukan dengan menggunakan model hasil wawancara dan penyebaran kuesioner
Supply Chain Operation0Reference (SCOR). karyawan PG Pandjie sedangkan data sekunder
SCOR merupakan suatu metode merupakan data yang diperoleh secara tidak
sistematis yang mengkombinasikan unsur- langsung dari perusahaan seperti data evaluasi
unsur seperti Teknik bisnis, benchmarking, dan giling.
best practice untuk diterapkan dalam rantai Instrumen penelitian ini menggunakan
pasokan yang diwujudkan kedalam suatu kuesioner. Kuesioner yang digunakan disini
kerangka kerja yang komprehensif sebagai adalah kuesioner perbandingan berpasangan,
referensi untuk meningkatkan kinerja rantai kuesioner ini digunakan untuk menentukan
pasokan perusahaan tertentu (Marimin dan bobot tiap KPI atau sub kriteria. Kuesioner ini
Maghfiroh, dalam Rakhman A 2018). diisi oleh 3 responden yang terdiri dari
Berdasarkan latar belakang yang telah karyawan bagian pengadaan, quality
dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan assurance, dan pengolahan.
bahwa hasil produksi gula berada di bawah Hasil kuesioner yang telah didapatkan
target produksi dan juga terjadi penurunan nantinya diolah menggunakan metode AHP.
jumlah produksi selama tiga tahun terakhir. Langkah selanjutnya adalah menentukan skor
Tujuan penelitian adalah menganalisis kinerja manajemen rantai pasok perusahaan
kinerja manajemen rantai pasok yang ada pada dengan cara mengalikan skor dengan bobot
PG Pandjie serta memberikan alternatif- pada masing – masing KPI. Nantinya diambil
alternatif solusi dari masalah yang ada setelah 20% dari jumlah KPI dengan nilai terkecil
diketahui pengukuran beserta saran dari untuk dilakukan perbaikan.
kegiatan pengukuran dan analisis terhadap
supply chain di PG Pandjie. HASIL DAN PEMBAHASAN
Manfaat dari penelitian pada PG Pandjie Proses Bisnis
diharapkan bisa menjadikan penelitian ini Tahap awal adalah perencanaan atau
sebagai bahan evaluasi kinerja manajemen planning, proses ini melibatkan peran General
rantai pasok perusahaan yang sedang Manager dan beberapa divisi yang ada di PG.

108
E-ISSN : 2614-8382
Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri)
Vol. 5 No. 1 (2022)
Pandjie. Pada tahap perencanaan, Bagian AKU terakhir yaitu packaging, gulai kemudian
akan membuat rencana produksi berdasarkan dikemas dalam karung berukuran 50 kg dan 25
data historis perusahaan. Setelah itu, rancangan kg.
tersebut akan dievaluasi oleh beberapa divisi Tahap keempat adalah pengiriman atau
lain yang terkait supaya dapat mengetahui deliver. Proses pengiriman dilakukan oleh
kemampuan tiap divisi dalam melakukan pihak Gudang. Distribusi gula kepada
produksi. Setelah rencana tersebut diperiksa, konsumen dilakukan menggunakan transportasi
maka bagian AKU akan menghitung biaya- darat. Tahap terakhir adalah proses
biaya yang dibutuhkan selama proses produksi pengembalian atau return. Sistem
dan membuat laporan anggaran produksi yang pengembalian yang dimiliki PG. Pandjie adalah
kemudian akan diserahkan kepada General setiap kali ada complain dari pelanggan, maka
Manager. Apabila rancangan tersebut mendapat bagian Gudang akan melakukan pengecekan,
persetujuan, maka bagian AKU akan apabila iproduk tersebut memenuhi syarat
memberikan informasi kepada Bagian untuk diganti, maka pabrik akan mengganti
Pabrikasi dan Instalasi. Apabila tidak disetujui sesuai dengan barang yang rusak.
maka laporan tersebut akan disusun ulang. Lalu
proses selanjutnya adalah pembuatan jadwal PenyusunaniKuesioneriKonstruki
produksi, maintenance, dan penentuan jadwal Pemahaman dan kesepakatan yang tepat
untuk tebang tebu. dengan lokasi penelitian harus dicapai sebelum
Tahap kedua adalah tahap pengadaan mendapatkan kriteria, atribut, dan subkriteria
atau source. Proses pengadaan bahan baku yang sesuai untuk menilai kinerja rantai
khususnya tebu pada PG. Pandjie dilaksanakan pasokan. Peneliti menggunakan kuesioner
selama + 6 bulan masa produksi. Pengadaan konstruk untuk mengetahui validitas kuesioner
bahan baku tersebut dilakukan bersama dan untuk mengidentifikasi kriteria, atribut, dan
pemasok yang telah memenuhi kontrak dan subkriteria yang sesuai untuk penilaian rantai
syarat yang telah disepakati oleh kedua belah pasokan. Dalam penelitian ini, kuesioner
pihak. Setelah dilakukan pengadaan bahan konstruk diserahkan kepada PG. Pandjie untuk
baku, dilanjutkan dengan penerimaan bahan memberi peneliti dan responden pemahaman
baku dalam Gudang. Akan tetapi, perusahaan yang lebih baik tentang penilaian rantai
akan menghindari proses penyimpanan bahan pasokan. Harapannya adalah didapatkan
baku utama yaitu tebu untuk tetap menjaga kesepakatani dalam menentukan kriteria,
kualitasnya. atribut, dan sub kriteria pada penelitian ini.
Tahap ketiga yaitu tahap produksiigula Seluruh responden dalam penelitian ini dipilih
atau make. Proses pembuatan gula di PG. secara sengaja (purposive sampling).
Pandjie berjalan selama + 6 bulan per tahun (24 Kriteria, atributi dan isub kriteria yang
jam/hari), dan 60bulan berikutnya digunakan digunakan dalam penyusunan kuesioner
untuk pemeliharaan mesin pabrik. Setelah0itu, konstruk diperoleh dari teori, pihak0pabrik, dan
sekitar bulan Mei0hingga Oktober tebu akan penelitian terdahulu. Kuesioner diberikan
dipanen karena pada masa itu merupakan waktu kepada 3 responden, yaitu bagian pengadaan,
yang tepat untuk memanen tebu. Waktu yang bagian pengolahan, dan bagian quality
tepat untuk memanen tebu adalah saat musim assurance. Hasilnya, terdapat beberapa
kering. Tebu yang sudah dipanen kemudian subkriteria yang tidak sesuai dengan kondisi
diangkut menuju pabrik menggunakan truk. real di pabrik, sehinggaidiperlukan adanya
Selanjutnya tebu tersebut akan dibawa ke penyesuaian dalam kuesioner konstruk.
stasiun penggilingan untuk diambil nira
mentahnya, kemudian lanjut ke proses Tabel 2 KuesioneriKonstruk
pemurnian nira mentah menjadi nira jernih, lalu
nira jernih tersebut diuapkan hingga Proses inti / Key Performance
menghasilkan nira kental. Nira ikental kriteria Atribut (Lv.2) Indicator / Sub
(Lv.1) Kriteria (Lv.3)
kemudian diproses kembali di stasiun Perencanaan
kristalisasi untuk mendapatkan wujud gula penggunaan bahan
Reliability
berupa kristal putih. Setelah itu, gula akan baku (PR-1)
Plan (P) (P-R)
dibawa ke stasiun pemutaran untuk dipisahkan Perencanaan tingkat
antara gula dengan larutannya (stroop). Proses produksi (PR-2)
Asset Tingkat
109
E-ISSN : 2614-8382
Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri)
Vol. 5 No. 1 (2022)
Proses inti / Key Performance rantai pasok dilakukan dengan cara
kriteria Atribut (Lv.2) Indicator / Sub mengevaluasi kinerja rantai pasok berdasarkan
(Lv.1) Kriteria (Lv.3)
(P-A) pengembalian
atribut0penilaian yang telah dibuat dan
modal (PA) dilakukan pada subkriteria. Setiap subkriteria
Reliability Kualitas bahan baku memiliki skala ukuran yang berbeda-beda. Oleh
(S-R) (SR) karena itu diperlukan adanya proses
Source (S) Jangka waktu normalisasi dengan rumus normalisasi Snorm
Responsiveness
pengadaan bahan
(S-Re)
baku (SRe)
De Boer. Normalisasi memiliki peranan cukup
Reliability Kualitas produksi penting demi tercapainya nilai akhir dari
(M-R) (MR) pengukuran performansi dengan bobot yang
Make (M)
Fleksibility Volume produksi sama. Berikut adalah rumus normalisasi yang
(M-F) (MF) dipakai:
Responsiveness Jangka waktu Si−Si min
(M-Re) produksi (MRe) 0Snorm = S max−s min x 100
Keakuratan
Reliability
(D-R)
dokumentasi Dimana:
Deliver (D) pengiriman (DR) Si = Nilai aktual
Responsiveness Jangka waktu
(D-Re) pengiriman (DRe)
Smin = Nilai terendah
Reliability Tingkat penanganan Smax = Target / sasaran
(R-R) keluhan (RR)
Return (R)
Responsiveness
Jangka waktu Setiap sub kriteria akan memiliki satuan
(R-Re)
penanganan keluhan dan keterangan rumus yang berbeda – beda,
(RRe)
disesuaikan dengan kebutuhan dan bidang yang
(Sumber: Chotimah, 2018 (disesuaikan)) diteliti.
PenilaianiKinerjaiRantaiiPasok
Menurut Albertus (2021), penilaian kinerja

Tabel 3 Hasil Penilaian Akhir

Sub Bobot Nilai Penilaian


No Kriteria Bobot Atribut Bobot Bobot
Kriteria Global Kinerja Kinerja
PR-1 0,219 0,048 69,36 3,363
P-R 0,712
1 Plan 0,311 PR-2 0,781 0,173 66 11,438
P-A 0,288 PA 1 0,090 100 8,9
S-R 0,167 SR 1 0,075 92,6 6,977
2 Source 0,451
S-Re 0,833 SRe 1 0,376 66,67 25,046
M-R 0,62 MR 1 0,078 94,16 7,356
3 Make 0,126 M-F 0,195 MF 1 0,025 82,3 2,022
M-Re 0,185 MRe 1 0,023 102,9 2,399
D-R 0,5 DR 1 0,027 100 2,700
4 Deliver 0,054
D-Re 0,5 DRe 1 0,027 33,33 0,900
R-R 0,631 RR 1 0,028 100 2,776
5 Return
R-Re 0,369 RRe 1 0,016 100 1,624
Total Penilaian Kinerja 75,5
(Sumber: Hasil Perhitungan Ms. Excel 2016)

Tabel 4 Sistem Monitoring Indikator Sistem monitoring Indikator kinerja


Performansi > 90% Excellent
(Sumber: Rakhman A, 2018)
Sistem monitoring Indikator kinerja
< 40% Poor Berdasarkan data yang ada pada tabel 3,
40 – 50% Marginal hasil penilaian kinerja manajemen rantai pasok
50 – 70% Average pada PG Pandjie didapat sebesar 75,5. Nilai
70 – 90% Good tersebut masuk ke dalam kategori good menurut
110
E-ISSN : 2614-8382
Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri)
Vol. 5 No. 1 (2022)
sistem monitoring indikator performansi yang maka akan ikut mempengaruhi 80% dari
ada pada tabel 4. masalah yang ada.
Terdapat 12 subkriteria yang ada pada
PrioritasiPerbaikan penelitian ini, dan jika diambil 20 % dari total
Dilihat dari hasil penilaian kinerja keseluruhan maka akan didapatkan sebanyak 2
manajemen rantaiipasok, kinerja manajemen sub kriteria terpilih. Menurut Albertus (2021),
rantai pasok PG. Pandjie termasuk dalam pemilihan sub kriteria dilakukan berdasarkan
kategori bagus meskipun masih terdapat nilai bobot x nilai ketidakmampuan manajemen
beberapa kekurangan. Maka dari itu perlu rantai pasok perusahaan. Semakin besar bobot
diadakan evaluasi dan0perbaikan0untuk menandakan semakin0pentingnya0subkriteria
meningkatkan0nilai yang berarti kinerja tersebut bagi perusahaan. Sementara semakin
manajemen rantai pasok akan menjadi lebih besar nilai ketidakmampuan maka menandakan
baik. Perbaikan tidak dapat langsung dilakukan semakin buruknya kinerja manajemen rantai
terhadap seluruh aspek yang ada. Untuk itu pasok perusahaan. Berikut merupakan hasil
digunakan prinsip 20/80 atau yang biasa disebut perhitungan antara bobot dengan nilai
prinsip pareto, dimana dengan hanya berfokus ketidakmampuan:
untuk memperbaiki 20% dari masalah yang ada

Tabel 5 PrioritasiPerbaikan

Sub Bobot Persentase


No Nilai Nilai x Bobot Global Persentase
Kriteria Global Kumulatif
1 Sre 0,376 66,667 25,046 33,148 33,148
2 PR-2 0,173 66,141 11,438 15,139 48,286
3 PA 0,090 100 8,957 11,854 60,141
4 MR 0,078 94,162 7,356 9,736 69,876
5 SR 0,075 92,632 6,977 9,234 79,110
6 PR-1 0,048 69,353 3,363 4,451 83,561
7 RR 0,028 100 2,776 3,675 87,236
8 DR 0,027 100 2,700 3,573 90,809
9 Mre 0,023 102,913 2,399 3,175 93,984
10 MF 0,025 82,294 2,022 2,676 96,660
11 Rre 0,016 100 1,624 2,149 98,809
12 Dre 0,027 33,333 0,9 1,191 100
(Sumber: Hasil Perhitungan Ms. Excel 2016)

Dari hasil penilaian pada tabel 5, 2 sub untuk diproses. Selain itu, keterlambatan
kriteria teratas yang akan akan diambil sebagai pengiriman bahan baku juga berpotensi
subkriteria prioritas perbaikan adalah SRe yaitu menyebabkan berhentinya proses produksi
jangka waktu pengadaan bahan baku, dan PR-2 dalam jangka pendek, dimana hal ini bisa
yaitu perencanaan tingkat produksi. Untuk sangat merugikan perusahaan.
meningkatkan nilai kinerja manajemen rantai Langkah yang bisa diambil oleh
pasok, perlu dilakukan perbaikan internal, hal perusahaan adalah mengadakan koordinasi
ini dikarenakan kedua sub kriteria yang terpilih dengan supplier mengenai jadwal panen tebu,
merupakan kinerja perusahaan sendiri. dimana hal ini harus memperhitungkan waktu
yang diperlukan supplier untuk memanen tebu
Usulan Perbaikan dan juga jarak antara supplier dengan pabrik.
Sub kriteria SRe membahas tentang Sub kriteria PR-2 membahas tentang
waktu yang diperlukan supplier untuk kesesuaian antara jumlah produk yang harus
menyelesaikan pesanan bahan baku dengan diproduksi yang telah direncanakan dengan
ketentuan perusahaan. Tebu sebagai bahan aktualisasi hasil produksi. Permasalahan yang
utama pembuatan gula harus dipanen di waktu sedang dihadapi saat ini adalah PG Pandjie
yang tepat, hal ini dikarenakan kualitas tebu hanya mampu memproduksi sebanyak 66%
dapat menurun apabila menunggu terlalu lama saja dari jumlah yang telah direncanakan.
111
E-ISSN : 2614-8382
Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri)
Vol. 5 No. 1 (2022)
Untuk meningkatkan output produksi, baku, langkah yang bisa diambil oleh
PG Pandjie bisa menambah supply tebu, namun perusahaan adalah mengadakan koordinasi
hal ini cukup sulit untuk dilakukan mengingat dengan supplier mengenai jadwal panen
adanya fenomena penurunan lahan pertanian tebu, dimana hal ini harus memperhitungkan
yang ada merupakan hal yang berada di luar waktu yang diperlukan supplier untuk
kendali perusahaan dan persaingan harga yang memanen tebu dan juga jarak antara
ada juga berpotensi menurunkan efisiensi supplier dengan pabrik. Sedangkan untuk
penggunaan modal perusahaan. Langkah lain subkriteria perencanaan tingkat produksi
yang bisa diambil oleh perusahaan adalah perusahaan bisa memberikan edukasi
memberikan edukasi kepada mitra petani kepada mitra petani tentang budidaya
supaya dapat meningkatkan kualitas tebu tanaman tebu sehingga mereka dapat
mereka, sehingga nantinya mitra petani dapat meningkatkan kualitas ataupun kuantitas
menghasilkan tebu yang lebih baik dalam segi hasil panen tebu dengan jumlah lahan yang
kualitas maupun kuantitas. sama seperti sebelumnya, sehingga hasil
produksi gula nantinya juga akan
KESIMPULAN DAN SARAN meningkat.
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, Saran
maka dapat diambil kesimpulan sebagai Saran yang diberikan kepada PG Pandjie
berikut: serta perbaikan dalam penelitian yang akan
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur datang dari hasil penelitian ini yaitu sebagai
kinerja manajemen rantai pasok yang ada berikut:
pada PG. Pandjie menggunakan metode 1. Penilaian kinerja manajemen rantai pasok
Supply Chain Operation Reference (SCOR). dapat dilaksanakan setiap tahunnya supaya
Langkah pertama dalam mengukur kinerja kegiatan evaluasi dan perbaikan dapat
manajemen rantai pasok dimulai dengan dipantau dan akan terus membaik setiap
penyusunan kuesioner konstruk yang tahunnya.
disesuaikan dengan kondisi di perusahaan. 2. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan
Kemudian dilanjutkan dengan pembobotan dengan menambahkan benchmarking
berpasangan dengan metode analytical sehingga penerapan model SCOR dapat
hierarchy process. Hasil penilaian kinerja dilakukan secara lebih lengkap.
manajemen rantai pasok di PG. Pandjie 3. Sebaiknya perusahaan jangan hanya
secara0keseluruhan adalah 75,5 dan dapat berfokus pada kinerja atribut pada proses
dikategorikan sebagai good. Proses yang belum sesuai saja,0namun juga tetap
terpenting bagi PG. Pandjie adalah source memperhatikan prosesiyangosudah sesuai
atau pengadaan dengan bobot sebesar 0,451. agar dapat terus dikembangkan lagi untuk
Setiapoprosesomemiliki atribut dengan menjaga daya saing perusahaan.
tingkat kepentingan yang berbeda – beda,
Proses Plan lebih mementingkan Reliability, DAFTAR PUSTAKA
Source lebih mementingkan Anindita, Ambarawati, Dewi. 2020. Kinerja
Responsiveness, Make lebih mementingkan Rantai Pasok Di Pabrik Gula
Flexibility, dan Return yang lebih Madukismo Dengan Metode Supply
mementingkan Reliability. Chain Operation Reference-Analytical
2. Dari dua belas subkriteria yang ada Hierarchy Process (SCOR-AHP).
kemudian dipilih sebanyak 2 sub kriteria Chotimah, Purwanggono, Susanty. 2018.
dengan tingkat prioritas tertinggi dimana
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
urutan prioritas didasarkan pada nilai bobot
Menggunakan Metode SCOR dan AHP
sub kriteria tersebut dikali dengan nilai
ketidakmampuan manajemen rantai pasok. Pada Unit Pengantongan Pupuk Urea
Pada penelitian ini, sub0kriteria PT. Dwimatama Multikarsa Semarang.
yang0menjadi0prioritas perbaikan adalah Nurhandayani & Noor. 2018. Pengukuran
jangka waktu pengadaan bahan baku dan Kinerja Rantai Pasok CV. Vio Burger
perencanaan tingkat produksi. Untuk Dengan Menggunakan Model Supply
subkriteria jangka waktu pengadaan bahan Chain Operation Reference (SCOR) dan

112
E-ISSN : 2614-8382
Jurnal Valtech (Jurnal Mahasiswa Teknik Industri)
Vol. 5 No. 1 (2022)
Metode Analytical Hierarchy Process Supply Chain Operation Reference
(AHP). (SCOR).
Pujawan & Mahendrawati. 2017. Supply Chain Wahyuniardi. Syarwani. Anggani. 2017.
Management. Edisi 3. Pengukuran Kinerja Supply Chain
Rakhman, Machfud, Arkeman. 2017. Kinerja Dengan Pendekatan Supply Chain
Manajemen Rantai Pasok Dengan Operation Reference (SCOR).
Menggunakan Pendekatan Metode

113

Anda mungkin juga menyukai