Anda di halaman 1dari 12

JURNAL MANAJEMEN INDUSTRI DAN LOGISTIK VOL. 03 NO.

01 (2019) 45-56

Available online at : http://jurnal.poltekapp.ac.id/

Jurnal Manajemen Industri dan Logistik


| ISSN (Print) 2622-528X | ISSN (Online) 2598-5795 |

PERHITUNGAN EFEKTIFITAS LINTASAN PRODUKSI


MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING
THE CALCULATION OF EFFECTIVENESS PRODUCTIO
PRODUCTION LINE
USING THE LINE BALANCING METHOD

Indrani Dharmayanti1), dan Hafif Marliansyah2)


1, 2)
Politeknik APP Jakarta, Jl. Timbul 34 Jakarta Selatan, 12630, Indonesia
*)
Penulis korespondensi : iindh522@gmail.com

DOI Number : 10.30988/jmil.v3i1.63


Diterima: 14 02 2019 Disetujui: 28 04 2019 Dipublikasi
publikasi: 09 05 2019

Abstract

This study aims to determine how effective


effective and efficient the production line and calculate the
optimal time to process a candy product. The data was measured by stopwatch watch, then tested for
uniformity and adequacy to t obtain a value to do line balancing analysis using the Killbridge and
Wester methods
ods and Rank Position Weight, then performance of the initial line is compared with
the results of analysis. The
he results of analysis using both line balancing methods, show that line
efficiency were 76.1%, increasing by 43.1% from the efficiency of the initial
initial line by 33%. The
result of the balance delay (BD) calculation is 23.92% decreased by 53%, and the smoothness
index 17.79 fell by 74.988 from the initial line which means that the proposed production line are
more efficient than the initial line.
line Thee optimum time needed for production start from sugar
tipping to the packaging are 91,29 minutes.

Keywords: line balancing;


balancing line efficiency; Killberg & Wester; Rank Position Weight

Abstrak

Penelitian bertujuan
tujuan untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien
efisien lintasan produksi yang
digunakan pada proses produksi permen, serta menghitung waktu optimal yang dibutuhkan dalam
produksi. Pengambilan
engambilan data primer dilakukan dengan metode pengukuran langsung menggunakan
jam henti yang selanjutnya diuji keseragaman, dan kecukupan datanya sehingga diperoleh
sebuah nilai untuk kemudian dilakukan analisis
analis keseimbangan lini dengan menggunakan metode
Killbridge dan Wester dan Rank Position Weight.Weight Selanjutnya performansi lintasan awal
dibandingkan dengan hasil analisis
analis keseimbangan lini. Dari hasil analisis menggunakan kedua
metode line balancing tersebut diperoleh hasil efisiensi lini sebesar 76,1%, meningkat sebesar
43,1% dari efisiensi keadaan lintasan awal sebesar 33%.
33% Hasil perhitungan bbalance delay (BD)
adalah sebesar 23,92% turun 53% dari kondisi awal; dan smoothness index 17,79 turun sebesar
74,98 yang artinya hasil analisis
analis lintasan usulan lebih efisienn dibandingkan dengan keadaan
lintasan awal. Hasil analisis waktu
w optimum yang dibutuhkan untuk produksi mulai dari tipping
gula sampai proses pengemasan adalah 91,29 menit.
menit

Kata kunci: efisiensi lini produksi, keseimbangan lintasan; Killberg & Wester
Wester; Rank Position
Weight

Page | 45
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

1. PENDAHULUAN perusahaan industri manufaktur lebih


baik.PT. ABC merupakan industri yang
Perkembangan industri saat ini dalam memproduksi makanan dan minuman. Pada
bidang makanan dan minuman mengalami penelitian ini dianalisis lintasan produksi
perkembangan pesat. Perkembangan ini untuk produk permen X. Tingkat
membuat industri di bidang makanan dan permintaan akan produk yang tinggi
minuman harus menjalankan sistem menuntut perusahaan meningkatkan
produksi dengan efektif dan efisien, melalui produktivitas agar bisa memenuhi
penggunaan operator dan jumlah mesin yang permintaan dengan tepat waktu. Oleh
minim, tetapi dapat menghasilkan produksi karena itu perusahaan perlu
yang tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tahun mengimplementasikan manajemen
2015, pertumbuhan industri makanan operasionalnya yang efektif efisien.
minuman di Indonesia adalah sebesar
8,16%. Pertumbuhan ini lebih tinggi jika Tingginya permintaan terhadap produk
dibanding dengan pertumbuhan industri non permen X membuat perusahaan harus
migas yaitu 5,21%. Kemudian tahun 2016 mengoptimalkan kinerja karyawan dan
pertumbuhannya meningkat lagi menjadi mesinnya agar target dapat tercapai.
8,2-8,5%, tahun 2017 sebesar 9,23%, dan Berbagai upaya telah dilakukan oleh
tahun 2018 pertumbuhannya 9,26% . Pada perusahaan untuk mengoptimalkan kinerja
tahun 2019 industri makanan dan minuman mesin dan meningkatkan produktifitas,
diprediksikan mengalami pertumbuhan tetapi tidak memperhatikan efisiensi lintasan
yang relatif stagnan, sebesar 8% - 9% [1]. pada proses pembuatan produk permen X.
Sementara tanpa disadari adanya kendala
Pesatnya perkembangan industri memaksa
pada salah satu proses dalam pembuatan
perusahaan industri untuk terus berkembang
permen X dapat memperlambat waktu
dan berinovasi. Perusahaan yang mampu
proses secara keseluruhan. Alasan inilah
berkembang dan berinovasi tentu akan
yang melatarbelakangi untuk dilakukannya
senantiasa meningkatkan keunggulannya
analisis efektifitas lintasan produksi pada
dalam persaingan di dunia industri.
proses pembuatan permen X di PT. ABC
Keunggulan persaingan hanya dapat dicapai
serta memberikan usulan lintasan produksi
apabila perusahaan memiliki manajemen
yang lebih optimal dengan menggunakan
operasi yang efektif. Efektifitas operasi
metode line balancing.
ditentukan oleh jumlah pekerja juga
keseimbangan pekerjaan yang ditentukan 2. METODE PENELITIAN
faktor kinerja manpower dan faktor efisiensi
waktu produksi. Pada akhirnya hal ini dapat Penelitian ini dilakukan di PT. ABC yang
mengurangi pemborosan waktu dan biaya berlokasi Jl. Raya Serang, Bitung, Cikupa,
yang bisa merugikan perusahaan. Dukuh, Tangerang, Banten, 15710.

Peningkatkan produktivitas dan daya saing Pelaksanaan penelitian ini mengikuti


salah satunya ditentukan oleh efisiensi kerangka pemikiran seperti terlihat pada
produksi, dimana keseimbangan lintasan Gambar 1. Data yang terkumpul yaitu waktu
produksi merupakan faktor penentunya. proses, stasiun kerja, target produksi, waktu
Untuk mencapai lintasan produksi yang kerja efektif, proses produksi permen X
seimbang, waktu tunggu antar stasiun kerja selanjutnya diuji tingkat kecukupan data, uji
harus minimal agar tidak terjadi keseragaman data, perhitungan efisiensi
penumpukan pekerjaan yang berakibat keadaan lintasan awal, menentukan jumlah
proses produksi terhambat. Sehingga stasiun kerja minimum, menerapkan
penyeimbangan lintasan produksi perlu perhitungan menggunakan Metode Killberg
dilakukan agar sistem produksi di
Page | 46
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

& Wester dan Metode Ranked Positional Menurut Gasperz [2], line balancing yaitu
Weight, yang selanjutnya melakukan analisis penyeimbangan penugasan elemen tugas
performansi lini produksi dengan line dari suatu assembly line ke stasiun kerja
balancing. untuk meminimalkan stasiun kerja dan idle
time di semua stasiun pada output tertentu.
Tahapan penelitian digambarkan pada Waktu proses per unit produk di tiap tugas
kerangka penelitian berikut : dan hubungan sekuen perlu diketahui.

Dalam menghitung efisiensi lintasan


produksi, dilakukan penghitungan idle time/
waktu menganggur yaitu selisih station time
(ST) dan cycle time (CT), menghitung waktu
senggang/balance delay, efisiensi stasiun
kerja, efisiensi lintasan produksi/line
efficiency), juga smoothet indeks [3].

Terdapat 10 tahap penyelesaian masalah line


balancing [2], yaitu :
1. Identifikasi tugas/aktivitas individual
yang dilakukan.
2. Tentukan waktu pengerjaan tiap tugas.
3. Tetapkan precedence constraints (apabila
terdapat keterkaitan tugas).
4. Tentukan output dari assembly line yang
dibutuhkan.
5. Tentukan waktu total untuk
produksi output.
6. Hitung waktu siklus/cycle time.
7. Berikan penugasan pada pekerja/mesin.
8. Tetapkan jumlah stasiun kerja (work
stations) minimum.
9. Lakukan penilaian efektivitas dan
efisiensi solusi.
10. Lakukan perbaikan proses terus-menerus
(continuous process improvement ).[2]

Metode-metode yang digunakan dalam


penyelesaian masalah line balancing
diantaranya: 1) Metode heuristik seperti
metode Ranked Positional Weight
(Hegelson and Birine) dan metode Region
Approach (Kilbridge`s and Waste); 2)
Metode analitik atau matematis dan 3)
Metode simulasi. Pada penelitian ini
digunakan metode Killberg & Wester dan
Ranked Positional Weight [4] dengan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
pertimbangan ketersedia data, serta simple,
lebih cepat dan mudah diterapkan untuk
mendapatkan solusi terbaik dari solusi

Page | 47
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

sebelumnya dibanding metode analitik, stasiun menyebabkan waktu total semua


matematik dan simulasi. Meskipun metode tugas melebihi waktu siklus, maka
ini tidak optimal, tetapi setidaknya
mendekati optiomal. tempatkan tugas tersebut di stasiun kerja
berikutnya. Hapus tugas-tugas yang telah
Metode Ranked Positional Weight diusulkan ditempatkan dari kelompoknya.
oleh Helgeson dan Birnie. Malave [5] 3. Jika terdapat tugas-tugas yang belum
menyebutkan bahwa pada metode ini ditempatkan di suatu stasiun kerja dan
penentuan jumlah stasiun kerja dan waktu totalnya berjumlah kurang dari
pembagian tugas dilakukan dengan waktu siklus, lanjutkan penggabungan
pembobotan posisi pada tiap tugas hingga dengan tugas setelahnya (kelompok 2).
tugas-tugas ditempatkan pada semua stasiun. 4. Lakukan kembali langkah 2 dan 3 hingga
Tahapan metode ini adalah [4]: semua tugas telah tergabung dalam suatu
1. Hitung bobot posisi setiap tugas yaitu stasiun kerja.
bobot suatu tugas ditambah bobot tugas- Langkah selanjutnya adalah pengukuran
tugas berikutnya. utilisasi yang merupakan pengukuran hasil
2. Urutkan tugas sesuai bobot posisi, yaitu suatu lini perakitan. Pengukuran dilakukan
dari yang terbesar sampai terkecil. dengan menghitung efisiensi lini produksi,
3. Tempatkan tugas berbobot terbesar ke balance delay, dan smoothness index.
suatu stasiun tanpa melanggar
precedence constraint dan waktu stasiun Beberapa penelitian sebelumnya yang
tidak melebihi waktu siklus. menggunakan metode line balancing pada
4. Lakukan penempatan sampai semua berbagai bidang [6], seperti pada produksi
tugas ditempatkan pada stasiun kerja. gearbox [7] ; air minum dalam kemasan [8];
produksi keramik [9]; proses produksi
Metode Kilbridge Wester dirancang oleh sepatu [10]; proses perakitan body bus pada
M.Kilbridge dan L.Wester. Pada metode ini, karoseri [11]; produksi furniture [12] juga
dilakukan pengelompokan tugas-tugas ke pada proses produksi alat musik [13] .
dalam sejumlah kelompok yang mempunyai Penelitian-penelitian tersebut menggunakan
tingkat keterhubungan yang sama. berbagai metode yang berbeda, sehingga
Langkah-langkah yang digunakan metode bisa menjadi referensi bagi penelitian ini.
Kilbridge Wester adalah sebagai berikut ini
[4]:
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kelompokan beberapa tugas dalam satu
kelompok. Misal kelompok ke-n adalah
3.1. Proses Produksi
tugas-tugas yang tidak ada tugas
sebelumnya, kelompok ke-n+1 terdiri Penelitian ini mengambil studi kasus proses
tugas-tugas yang punya tugas produksi permen X di PT ABC Factory
sebelumnya di kelompok ke-n, kelompok Cikupa. Saat melakukan penelitian tentang
ke-n+2 terdiri dari tugas-tugas yang lini produksi, tentu hal yang harus dilakukan
punya tugas sebelumnya di kelompok ke- adalah memetakan peta operasi (Operation
n+1, seterusnya sampai semua tugas Planning Chart/OPC), yaitu diagram yang
dikelompokkan. menggambarkan tahap demi tahap produksi
2. Tempatkan tugas di suatu kelompok. dari raw material hingga menjadi komponen
Mulai kelompok 1, ke dalam stasiun kerja atau produk jadi sesuai urutan operasi. Pada
yang sama. Hasil gabungan terbaik produksi permen X, terdapat enam belas
adalah waktu total semua tugas aktivitas proses, yaitu proses tipping gula,
mendekati atau sama dengan waktu dua kali pengadukan, tiga kali proses
siklus. Jika penempatan tugas pada suatu penurunan kadar air, penyimpanan gula,

Page | 48
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

pemindahan, pencetakan permen, inspeksi, kemasan dan pengemasan akhir. Peta proses
naked production, pembungkusan, pengisian operasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta operasi produk X

Peta proses operasi produk X memuat 3.2. Uji kecukupan data


informasi mengenai waktu siklus yang
Pengujian dilakukan untuk melihat
dibutuhkan, material yang digunakan, dan
keterwakilan populasi dari data yang
tempat atau alat atau mesin yang dipakai.
diambil. Bila hasil perhitungan yang
Sebelum melakukan perhitungan, maka
diperoleh (N’) kurang dari jumlah
dilakukan dulu uji kecukupan dan
pengamatan (N) yang dilakukan, maka data
keseragaman data. Uji kecukupan data dapat
telah mencukupi. Pengujian kecukupan data
dilakukan untuk melakukan proses operasi
ini menggunakan tingkat ketelitian sebesar
produk X.
Page | 49
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliannsyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

(S) 5% dan tingkat keyakinan sebesar (K) Dimana :


95% . Berikut ini adalah contoh perhitungan BKA = Batas Kontrol Atas
kecukupan data. BKB = Batas Kontrol Bawah
̅x = Nilai Data Rata
Rata-Rata
Berikut ini adalah contoh perhitungan σ = Standar Deviasi
kecukupan data pada stasiun tipping.
tipping k = Tingkat Keyakinan
Hasil uji keseragaman data pada stasiun
(1) tipping dapat dilihat pada Gambar 3.

40 10(3922)-(39204
39204)
N′ =
198
N = 0,653
Dimana:
k = Tingkat Keyakinan
s = Derajat Ketelitian
N = Jumlah Data Pengamatan
N’ = Jumlah Data Teoritis
x = Data Pengamatan
Gambar 3. Peta Kontrol Uji Keseragaman Data
Karena 0,653 < 10, maka pengamatan yang
Data grafik diatas terlihat bahwa waktu
dilakukan di stasiun tipping dianggap
di cukup.
sampling berada pada daerah antara BKA
Dari hasil perhitungan kecukupan data di
dan BKB.. Demikian juga untuk stasiun kerja
semua stasiun terlihat bahwa data telah
yang lainnya
cukup memenuhi.
3.4. Efisiensi keadaan lintasan awal
3.3. Uji keseragaman data
Setelah data diketahui cukup dan seragam
Pengujian dilakukan untuk melihat apakah
selanjutnya kelompokan stasiun kerja
terdapat data (waktu siklus)
siklus pengamatan
berdasarkan data hasil pengamatan stasiun
yang berada diluar batas kontrol. Pengujian
kerja awal.
ini berdasarkan tingkat keyakinan 95%.
Pengujian keseragaman data waktu siklus Tabel 1. Pembagian Stasiun Kerja Lintasan Awal
untuk Operasi-11 adalah sebagai berikut:
berikut
Stasiun Elemen Ti Jumlah Waktu Efisiensi
Kerja
I O-1 19.8 19.8 43 %
(2) II O-2 29.6 45.62 100 %
O-3 2
O-4 10
(20-19,8)2 + (20 19,8))2 + (20 19,8)2 O-5 1
O-6 1
+ … … + (19 19,8))2 + (20 19,8)2 O-7 1
σ=
10 1 O-8 1
σ = 0,42 O-9 0.017

BKA = x + kσ III O-10 15 15.02 33%


= 19,8 + (2 x 0,42)
0, I-1 0.017
= 20,64 IV O-11 6.4 6.4 14%
V O-12 1.77 3.77 8%
BKB = x - kσ O-13 2
= 19,8 – (2 x 0,42)
0, VI O-14 0.342 0.69 2%
=18,96 O-15 0.347
Page | 50
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

1. Line Efficiency (LE) Dimana :


STmax = waktu maks di stasiun kerja
Line efficiency atau efisiensi lintasan
STi = waktu stasiun di stasiun kerja ke-i.
menunjukan ukuran tingkat efisiensi
suatu lintasan yang dinyatakan dalam
3.5. Perhitungan cycle time
presentase. ƩST adalah total waktu untuk
Waktu siklus (cycle time) yaitu batas waktu
menyelesaikan proses adalah 91,29
kerja maksimum dari setiap workstation.
menit. Pada lintasan awal terdapat 6
Waktu maksimum pada Tabel 1 adalah 29,6
stasiun kerja, dan waktu maksimal
menit.
stasiun kerja adalah 45,617. Perhitungan
efisiensi lini adalah sebagai berikut: Karena C ≥ t max ,
C = waktu siklus
(3) t max = waktu terbesar dari keseluruhan
elemen kerja
t max = 29,6 menit ≈ 30 menit,
sehingga waktu siklus adalah 30 menit.
Dimana :
STi = Waktu stasiun kerja ke-i. 3.6. Menentukan jumlah stasiun kerja
k = Jumlah stasiun kerja. minimum
Wmaks = waktu stasiun kerja paling
maksimal Setelah menentukan interval waktu siklus,
maka jumlah stasiun kerja yang efisien
2. Balance Delay (D) dapat ditetapkan. Berdasar data dari Tabel 1
Balance Delay merupakan ukuran dari dilakukan perhitungan jumlah stasiun kerja
ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan minimal sesuai persamaan 6 berikut:
dari waktu menganggur sebenarnya yang (6)
disebabkan karena pengalokasian yang
kurang sempurna di antara stasiun stasiun
kerja. Perhitungannya sebagai berikut :
(4)
Dimana :
Twc = total waktu proses
Tws = waktu siklus
3. Smoothest Index (SI) Berdasar perhitungan di atas, diketahui
Smoothest index merupakan indeks yang bahwa jumlah stasiun kerja dapat dikurangi
menunjukkan kelancaran relatif atau cara dari 6 stasiun menjadi 4 stasiun.
untuk mengukur tingkat waktu tunggu
relatif dari penyeimbangan lini perakitan
3.7. Menerapkan perhitungan dengan
tertentu. Untuk lintasan awal data
menggunakan metode Killberg & Wester
mengacu pada Tabel 1. Perhitungannya
sebagai berikut: Pada prinsipnya metode ini berusaha
membebankan tugas terlebih dahulu pada
SI = ( )² operasi yang memiliki tanggung jawab
pendahuluan (precedence) yang besar,
sehingga sebelum melakukan perhitungan,
langkah pertama yang perlu dilakukan
(5) adalah menetapkan precedence constraints,
SI = 92,78 sebagaimana terlihat pada Gambar 4.
Page | 51
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Gambar 4. Pembagian Region Pada Precedence Diagram Killbridge & Wester

Tabel 2. Pengelompokan Region Elemen Berdasarkan Tabel 3 maka dapat dilakukan


Kerja perhitungan performansi untuk metode
Stasiun Elemen Ti Jumlah Predece- Killbrige & Wester berikut :
Kerja Waktu ssor
I Tipping 19.8 19.8 O-1 1. Line Efficiency
II Coolmix 29.6 29.6 O-2 Line efficiency atau efisiensi lintasan
III Plate Heat Exchanger 2 2 O-3
IV Reservor tank 10 10 O-4 menunjukan ukuran tingkat efisiensi
V Cooker 1 1 1 O-5 suatu lintasan yang dinyatakan dalam
VI Cooker 2 1 1 O-6 presentase, untuk perhitungannya sebagai
VII Static mixer 1 1 O-7
VIII Depositor 1 1 O-8 berikut:
IX Molding 0.017 0 O-9
X Cooling 15 15 O-10
XI Metal detector 0.017 0.017 I-1 (7)
XII Naked production 6.4 6.4 O-11
XIII Wrapping 1.77 1.8 O-12
XIV Transport to filling 2 2 O-13
XV Filling 0.342 0.3 O-14
XVI Packaging 0.347 0.3 O-15
2. Balance Delay
Setelah didapat jumlah stasiun kerja teoritis, Balance delay merupakan ukuran dari
maka dapat dilakukan pengelompokkan ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan
stasiun kerja berdasarkan tugas-tugasnya. dari waktu menganggur sebenarnya yang
Total dalam satu stasiun harus lebih kecil disebabkan karena pengalokasian yang
dari waktu siklusnya (30 menit), sedangkan kurang sempurna di antara stasiun-stasiun
efisiensi diambil dari (jumlah waktu pada kerja. untuk perhitungannya sebagai
setiap stasiun kerja/waktu maksimal) dan berikut:
dinyatakan dalam presentase.
(8)
Tabel 3. Pembagian stasiun kerja Killbridge
dan Wester

Stasiun Elemen Ti Jumlah CT - ST Efisiensi 3. Smoothest Index


Kerja Waktu
I O-1 19.8 19.8 10.2 66 % Smoothest index merupakan indeks yang
II O-2 29.6 29.6 0.4 99 % menunjukkan kelancaran relatif atau cara
III O-3 2 16.02 13.98 53 % untuk mengukur tingkat waktu tunggu
O-4 10
Elemen Ti relatif dari penyeimbangan lini perakitan
O-5 tertentu. Untuk perhitungannya sebagai
O-6 1 berikut:
O-7 1
O-8 1 (9)
O-9 0.017
IV O-10 15 25.88 4.12 86%
I-1 0.017
O-11 6.4
O-12 1.77
O-13 2
O-14 0.342
O-15 0.347

Page | 52
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

3.8. Perhitungan dengan menggunakan dengan menggunakan metode RPW dapat


metode Ranked Positional Weight dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan precedence diagram awal pada
Tabel 5. Pembagian Stasiun Kerja Ranked
Gambar 4, maka tiap-tiap elemen kerja Positional Weight
dapat dihitung bobot posisinya. Dimana
Stasaiun Elemen Ti Jumlah CT - ST
bobot posisi elemen kerja adalah waktu Kerja Waktu
baku elemen kerja tersebut ditambah waktu I O-1 19.8 19.8 10.20
baku elemen-elemen kerja yang II O-2 29.6 29.6 0.40
III O-3 2 16.08 13.98
mengikutinya. Setelah mencari bobot O-4 10
posisi, kemudian elemen kerja diurutkan O-5 1
dari bobot posisi yang paling besar sampai O-6 1
O-7 1
yang paling kecil, sebagaimana terlihat pada
O-8 1
Tabel 4. O-9 0.017
IV O-10 15 25.88 4.12
Tabel 4. Pengurutan Operasi Berdasarkan I-1 0.017
Metode Ranked Positional Weights O-11 6.4
O-12 1.77
RPW-i Bobot Waktu Proses Rangking O-13 2
(menit) O-14 0.342
RPW-1 91.293 19.8 1 O-15 0.347
RPW-2 71.493 29.6 2
RPW-3 41.893 2 3 Berdasarkan tabel diatas maka didapatkan
RPW-4 39.893 10 4 pehitungan performansi lintasan produksi
RPW-5 29.893 1 5 untuk metode Ranked Positional Weights,
RPW-6 28.893 1 6 sebagai penjelasan berikut dibawah ini :
RPW-7 27.893 1 7
RPW-8 26.893 1 8
RPW-9 25.893 0.017 9
RPW-i Bobot Waktu Proses Rangking 1. Line Efficiency
(menit) Line efficiency atau efisiensi lintasan
RPW-10 25.876 15 10 menunjukan ukuran tingkat efisiensi
RPW-11 10.876 0.017 11 suatu lintasan yang perhitungannya
RPW-12 10.859 6.4 12 sebagai berikut:
RPW-13 4.459 1.77 13
RPW-14 3 2 14
(10)
RPW-15 0.689 0.342 15
RPW-16 0.347 0.347 16

Langkah selanjutnya adalah berdasarkan


urutan bobot RPW (Ranked Positional
Weights), maka elemen-elemen kerja
2. Balance Delay
disusun ke dalam stasiun kerja. Jumlah
Balance delay/ketidakefisienan lintasan
stasiun minimal berdasar perhitungan
dari waktu menganggur yang disebabkan
sebelumnya adalah 4 stasiun kerja.
pengalokasian yang kurang sempurna
antara stasiun-stasiun kerja. Dari hasil
Penyusunan stasiun kerja memperhatikan
perhitungan pada persamaan 10, dapat
waktu proses (Ti), jumlah waktu-waktu
dihitungan ketidakefisienan lintasan
proses pada tiap stasiun kerja (ST) dan
sebagai berikut:
waktu siklus (CT). Pembagian stasiun kerja
Page | 53
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

(11) yang efektif pada masing-masing stasiun


kerja. Dengan meningkatnya efesiensi lini,
menyebabkan penurunan Balance Delay
(BD) dari 67% menjadi 23,92% .
3. Smoothest Index Keseimbangan beban kerja yang terjadi
Smoothest index/indeks yang menyebabkan Smootness Index (SI) yang
menunjukkan kelancaran relatif atau cara semakin baik, yaitu dari 92,78 menjadi
untuk mengukur tingkat waktu tunggu 17,79. Dengan melihat performasi di atas,
relatif dari penyeimbangan lini perakitan maka dengan metode line balancing, maka
tertentu. Untuk perhitungannya sebagai proses produksi dapat lebih efisien, dan
berikut: harapannya dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.
(12)

4. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengolahan data dan


SI = 17,79
analisa, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
3.9. Analisis performansi lini produksi 1. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa
saat ini dengan hasil performansi line efesiensi yang terjadi pada keadaan
balancing lintasan awal lantai produksi permen x
cukup rendah. Hal ini ditunjukkan
Berikut adalah perbandingan performansi melalui perhitungan Line Efficiency (LE)
keseimbangan lini produksi pada lintasan sebelum dilakukan keseimbangan lini
awal dengan hasil perhitungan dengan adalah 33% . Sedangkan untuk Balance
metode Killbridge & Wester dan Ranked Delay (BD) sebesar 77% dan Smoothing
Positional Weights: Index sebesar 92,78. Metode
keseimbangan lini yang digunakan dalam
Tabel 6. Hasil Perhitungan Keseimbangan Lini perhitungan efisiensi lintasan adalah
Produksi metode Killbridge & Wester dan metode
Keseimbangan Line Balance Smoothing Ranked Positioned Weight, dimana
Lini Efficiency Delay Index dengan menggunakan ke dua metode ini
Lintasan awal 33% 67% 92.78 didapatkan nilai Line Effeciency (LE)
sebesar 76,08%, dengan Balance Delay
Killbridge & 76.08 % 23.92% 17.79
Wester (BD) 23,92% dan Smoothing Index (SI)
17,79. Sehingga didapatkan jumlah
Ranked 76.08 % 23.92% 17.79
Positioned
stasiun kerja yang diusulkan sebanyak
Weight empat stasiun kerja, berkurang tiga
stasiun kerja dari sebelumnya memiliki
Metode keseimbangan lini yang dapat di tujuh stasiun kerja . Hal ini bertujuan
pertimbangkan adalah metode Killbridge & untuk menyeimbangkan beban kerja
Wester dan Metode Ranked Positioned antara setiap stasiun kerja yang ada
Weight. Pada kondisi saat ini, efesiensi lini sehingga meningkatkan efesiensi serta
yang didapatkan hanya sebesar 33% , namun efektifitas pada lintasan produksi.
setelah dilakukan perbaikan maka efesensi 2. Dari hasil perhitungan dapat diketahui
lini meningkat menjadi 76,08% . waktu optimum yang dibutuhkan dalam
Peningkatan efesiensi lini ini disebabkan memproduksi permen x mulai dari
karena proses pengerjaan tiap-tiap operasi tipping gula sampai proses pengemasan
Page | 54
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

adalah 91,29 menit. Penelitian ini dapat Industri, vol.1, no.2, Juni, hal 107-
mengefisienkan lintasan produksi dan 113, 2013.
mengurangi waktu tunggu dari stasiun
kerja ke stasiun kerja selanjutnya. [9] Sinaga dan T. Sarma, “Pengukuran
Keseimbangan Lintasan Produksi
5. DAFTAR PUSTAKA Keramik Dengan Metode Helgeson
Dan Birnie di PT.XYZ”, Jurnal
[1] Kementerian Perindustrian, Analisis Teknologi Technoscientia, vol. 7, no.
Perkembangan Industri, Pusdatin 1, Agustus , 2014.
Kemenperin, 2019.
[10] I. Purnamasari dan A.S. Cahyana,
[2] V. Gaspersz, Production Planning & “Line Balancing Dengan Metode
Inventory Control, Jakarta: Ranked Position Weight (RPW)”,
Gramedia Pustaka Utama, 2004. Spektrum Industri, vol. 13, no. 2, hal.
115 – 228, 2015.
[3] T. Baroto, Perencanaan dan
Pengendalian Produksi, Jakarta: [11] M. Djunaidi dan Angga, “Analisis
Ghalia Indonesia, 2002. Keseimbangan Lintasan (Line
Balancing) Pada Proses Perakitan
[4] A.H. Halim, Perencanaan dan Body Bus Pada Karoseri Guna
Pengendalian Produksi : Keseim- Meningkatkan Efisiensi Lintasan”,
bangan Lintasan, Bandung : Institut Jurnal Ilmiah Teknik Industri, vol. 5,
Teknologi Bandung, 2003. no. 2, hal. 77 – 84, 2017.

[5] C. Malave, Approach to Line [12] Ekoanindiyo, F. Ardiansyah dan L.


Balancing Comsoal & RPW, Texas Helmy, “Meningkatkan Efisiensi
A&M University, 2000. Lintasan Kerja Menggunakan
Metode RPW dan Killbridge-
[6] Pachghare, Vrittika, R. S. Dalu, Western”, Dinamika Teknik, vol. X,
“Assembly Line Balancing Methods no. 1, Januari, hal 16 – 26, 2017.
– A Case Study”, International
Journal of Science and Research [13] Pratama dan F. Yoga, “Analisis
(IJSR), volume 3, issue 5, May, hal. Keseimbangan Lintasan Produksi
1901-1905, 2014. Pada Kelompok Kerja Backpost And
Rib Menggunakan Metode Ranked
[7] Hamza, R.M. Ali and J.Y. Al- Positional Weight (Studi Kasus Pada
Manaa, “Selection of Balancing PT. Yamaha Indonesia)”, skripsi,
Method for Manual Assembly Line Universitas Islam Indonesia,
of Two Stages Gearbox”, Global Yogyakarta, 2018.
Perspectives on Engineering
Management, vol. 2, issue 2, May, Biografi Penulis
hal. 70-81, 2013.
Penulis yaitu Dr. Indrani
[8] Daelima,V. Fiesta, E. Febianti, dan Dharmayanti, merupakan
M.A. Ilhami, “Analisis Keseim- dosen Politeknik APP
bangan Lintasan untuk Jakarta. Pendidikan S1
Meningkatkan Kapasitas Produksi ditempuh di IPB (2009)
dengan Pendekatan Line Balancing pada program studi
dan Simulasi”, Jurnal Teknik Agribisnis. Kemudian
melanjutkan master pada Sekolah
Pascasarjana IPB dengan program studi
Page | 55
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved
Indrani Dharmayanti , Hafif Marliansyah / Jurnal Manajemen Industri dan Logistik – Vol. 03 No. 01, Mei 2019

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan


Lautan (2006) dan melanjutkan program
doktor di Teknologi Industri Pertanian
(2015) IPB. Pengalaman sebagai pengajar
di Lembaga Pendidikan negeri dan
swasta sejak tahun 2009 pada bidang
pengadaan barang dan jasa, riset operasi,
metode penelitian, ekonomi teknik,
sistem manufaktur dan psikologi industri.
Pada bidang penelitian yang menjadi
minat penulis yaitu bidang sosial
ekonomi, procurement, manajemen
operasi, dan riset operasi (optimasi dan
simulasi). Dalam penelitian ini penulis
bekerjasama dengan Hafif Marliansyah.

Hafif Marliansayah, Amd.


adalah lulusan Politeknik
APP.Dilahirkan di Cirebon,
2 Maret 1996. Lulus dari
Politeknik APP pada tahun
2017 dari jurusan
manajemen produksi. Mempunyai
pengalaman bekerja pada perusahaan
pergudangan, garmen, sparepart, dan food
& beverage.

Page | 56
Attribution 4.0 International (CC BY 4.0) some rights reserved

Anda mungkin juga menyukai