Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PEMELIHARAAN MESIN GUNA

MENINGKATKAN KELANCARAN PROSES PRODUKSI


PADA PT SUGIZINDO

Anastasia Novitasari 1), Sri Hidajati Ramdani 2), Doni Wihartika3)

1)
Mahasiswi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan
2)
Dosen, Ketua Komisi Pembimbing, Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan
3)
Dosen, Anggota Komisi Pembimbing, Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan

e-mail : anastasianovita.nguza@gmail.com

Abstrak

Setiap proses produksi yang dilakukan perusahaan pastinya membutuhkan mesin-mesin agar
produksi agar berjalan dengan lancar Untuk menunjang kelancaran proses produksinya PT Sugizindo
melakukan kegiatan pemeliharaan mesin dengan Standar Operasi Produksi agar mesin-mesin selalu
dalam kondisi yang stabil ketika dioperasikan. Namun permasalahan yang terjadi pemeliharaan mesin
tidak terlalu mempengaruhi kelancaran proses produksi. Penelitian ini ditunjukkan untuk memberikan
rekomendasi terkait penerapan pemeliharaan mesin guna meningkatkan kelancaran proses produksi
pada PT Sugizindo. Menggunakan data primer dan sekunder dengan metode wawancara, observasi
langsung di lapangan dan mengumpulkan data dari teori teori dan sumber data yang relevan. Metode
analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, probabilitas, dan kelancaran produksi. Hasil
penelitian mengungkapkan sebaiknya perusahaan menggunakan metode probabilitas karena hasil
perhitungan biaya yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan dengan biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan juga sebaiknya dilakukan
11 bulan sekali, karena setelah diuji dengan metode probabilitas diperoleh biaya pemeliharaan terendah
bulan ke sebelas yaitu dengan biaya sebesar Rp 71.521.481,-. Meskipun sering terjadi ketidak stabilan
produksi antara target dan yang terealisasikan namun tingkat kelancaran proses produksi pada PT
Sugizindo sudah bejalan cukup lancar dengan kelancaran tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar
99,56%

Kata Kunci : Pemeliharaan Mesin, Kelancaran Proses Produksi

Abstract

Every production process carried out by past companies required machines for production to run
smoothly. To support the smooth production process, PT Sugizindo carries out machine maintenance
activities with Production Operation Standards so that machines are always in a stable condition when
operated. However, the problems that occur in machine maintenance do not really affect the
smoothness of the production process. Machine research is shown to provide recommendations for the
application of smooth process maintenance at PT Sugizindo. Using primary and secondary data with the
interview method, direct observation in the field and collecting data from theoretical theories and
relevant data sources. The data analysis method used is descriptive analysis, probability, and smooth
production. The research results reveal that the probability method should be used because the
calculation of costs incurred is lower than the maintenance costs incurred by the company. Maintenance
carried out by the company must be carried out every 11 months, because after being tested with the
eleven month maintenance probability method, it costs Rp 71.521.481, -. Although there is frequent
instability of production between targets and what is realized, the level of smoothness of the production
process at PT Sugizindo is quite smooth with the smoothness that occurred in July, namely 99.56%

Keywords: MachineMaintenance,Smooth Production Process


berperan dalam menjaga sumber tenaga listrik agar
PENDAHULUAN terus berjalan, water treatment process, sumber
air dingin, sebagai sumber uap air (steam), dan
Pembangunan industri yang semakin luas saat sumber kompresi udara (Air Compressor). Pada
ini khususnya industri produksi makanan dan sektor Material Handling berperan dalam
minuman masih menjadi sektor andalan penopang penanganan penerimaan dan persiapan bahan
pertumbuhan manufaktur dan ekonomi di baku serta penyimpanan hasil produksi Sementara
Indonesia sehingga perkembangannya saat ini sektor Manufacturing merupakan sektor utama
menuntut industri yang bergerak dalam bidang dalam proses produksi base powder. Sektor ini
pangan untuk meningkatkan teknologi dalam terdiri dari 1 line produksi yang saling terhubung.
pengolahan pangan menjadi produk yang memiliki Dalam 1 line teridiri dari 2 sub proses yang terdiri
nilai tambah dan berkualitas. Membahas tentang dari wet process 74 mesin dan spry dryer 93 mesin
produksi, salah satu faktor untuk menunjang serta 1 sub proses untuk menampung hasil
kegiatan tersebut dapat berjalan adalah mesin. produksi yaitu bag filling 97 mesin. PT Sugizindo
Karena dengan menggunakan mesin, hasil produksi sendiri telah melakukan pemeliharaan secara rutin
yang didapat jauh lebih banyak dan lebih efisien berdasarkan jadwal yang telah dibuat perusahaan
dalam waktu dan biaya yang digunakan. Maka dari terhadap 264 mesin tersebut yang dilakukan oleh
itu, dibutuhkan aktivitas pemeliharaan teknisi bagian mesin maupun operator produksi
(maintenance) agar kinerja mesin yang digunakan terhadap mesin-mesin yaitu dibagi ke dalam 5 garis
dapat terus optimal. Pelaksanaan pemeliharaan besar yaitu cleaning, calibration, impaction,
terdapat dua jenis pemeliharaan yang dapat dipilih lubricating, dan PM. Hampir semua mesinnya
oleh perusahaan yaitu pemeliharaan preventif dan dilakukan 5 kegiatan pemeliharaan rutin tersebut
pemeliharaan kerusakan. dengan frekuensi pemeliharaan yang dilakukan
mulai dari seminggu sekali, 4 minggu sekali, 8,
PT Sugizindo yang tergabung dalam Danone ELN hingga 52 minggu sekali. Hal ini yang membuat
( Early Life Nutrition) Indonesia merupakan biaya pemeliharaan korektif menjadi lebih besar
perusahaan yang memproduksi susu bubuk dalam dibandingkan dengan biaya pemeliharaan rutin
bentuk base powder yang akan diproses lebih yaitu dalam satu tahun periode PT Sugizindo
lanjut menjadi susu formula bayi bernutrisi. PT mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan preventif
Sugizindo sendiri merupakan perusahaan yang sebesar Rp 4.016.110.489,- dan pemeliharaan
target produksinya mencapai ratusan ribu kilogram korektif hanya sebesar Rp 4.489.428.730,-.
pada setiap bulannya, sehingga mesin-mesin yang
digunakan harus mendapatkan pemeliharaan yang Namun stabilitas kelancaran produksi masih
tepat agar selalu siap dioperasikan saat proses kurang yang disebabkan karena belum efektif nya
produksi berlangsung. Kenyataannya proses pemeliharaan mesin sebagai penunjang produksi
produksi di PT Sugizindo sering menghadapi walaupun PT Sugizindo sendiri telah memberikan
kendala. Kendala ini disebabkan oleh mesin memberikan Standar Operasi Produksi khususnya
produksi atautertentu yang direncanakan tercapai. pada departemen Engineering yaitu mendukung
Namun dalam kenyataannya masalah kehandalan produksi dengan
pemeliharaan sering tidak konsisten ketika jumlah mengimplementasikan preventive maintenance dan
pemesanan meningkat, sehingga terjadilah pada departemen produksi yaitu yang pertama
kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur dan memastikan jadwal produksi yang efisien &
mengakibatkan terhambatnya realisasi pada memenuhi standar urutan produksi dan yang kedua
produksi atau faktor -faktor pendukung proses memastikan proses produksi seperti standar dan
lainnya yang mengalami downtime. PT Sugizindo memenuhi kebutuhan/permintaan. Namun pada
sendiri memiliki tiga plant sector. Ketiganya praktiknya proses produksi yang dilakukan oleh PT
memiliki peran masing-masing dalam menunjang Sugizindo sering dihadapkan dengan berbagai
proses produksi base powder. Pada sektor Utilty permasalahan yang timbul akibat adanya hambatan
pada mesin-mesin produksi yang digunakan pada
saat produksi sedang berlangsung dan pada
akhirnya menyebabkan terhambatnya kelancaran
proses produksi. data kerusakan mesin, frekuensi
pemeliharaan dan target serta realisasi produksi
pada plant sector manufacturing selama tahun
2017 dan tahun 2018.

Tabel 1.1 Data Kerusakan Mesin, Frekuensi


Pemeliharaan dan Target serta Realisasi Produksi
Plant Sector Manufacturing PT Sugizindo periode
2017

Sumber: PT Sugizindo tahun 2018


Berdasarkan data pada tabel di atas, pada
tahun 2018 dapat dilihat meskipun tidak terjadi
kenaikan maupun penurunan yang mencapai
hampir dari setengah target produksi seperti yang
terjadi pada tahun 2017, namun realisasi produksi
di tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun
2017. Dengan target produksi yang jumlahnya sama
banyak pada tahun 2017 dan 2018 yaitu sebesar
6.967.710 kilogram, PT Sugizindo tidak mampu
mencapai target yang diharapkan pada tahun 2018
Sumber: PT Sugizindo tahun 2017 yaitu sebesar 6.624.679 kilogram. Sementara itu,
meskipun frekuensi pemeliharaan rutin yang
Melihat tabel di atas, pada tahun 2017
dilakukan juga sama di tahun 2017 dan 2018,
pencapaian produksi pada PT Sugizindo tidak namun jumlah kerusakan mesin di tahun 2018
mengalami masalah karena hal ini dapat dilihat dari mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
hasil proses produksi pada tahun 2017 yang
Dalam penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari
mampu mencapai lebih dari target yang diharapkan
Sefly Ruftyaz (2017) pada hasil penelitian yang
yaitu sebesar 7.055.425 kilogram meskipun
berjudul Analisis pemeliharaan mesin
realisasi produksi pada tahun 2017 di setiap
(maintenance) Dalam meningkatkan efisiensi biaya
bulannya mengalami kenaikan maupun penurunan.
Pemeliharaan pada Ciwawa cake & bakery
Namun sekarang mari kita melihat data kerusakan
berdasarkan hasil penelitian analisis biaya prefentif
mesin, frekuensi pemeliharaan dan target serta
lebih tinggi dengan yang dihasilkan perusahaan,
realisasi produksi pada plant sector manufacturing
sedangkan biaya korektif sangat jauh lebih rendah
selama tahun 2018.
dibandingkan yang dilakukan perusahaan.
Tabel 1.2 Data Kerusakan Mesin, Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah
Frekuensi Pemeliharaan dan Target serta Realisasi sebagai berikut :
Produksi Plant Sector Manufacturing PT Sugizindo 1) Untuk mengetahui pemeliharaan mesin
periode 2018 yang dilakukan PT Sugizindo;
2) Untuk menjelaskan kelancaran proses
produksi pada PT Sugizindo;
3) Untuk memberikan rekomendasi terkait
penerapan pemeliharaan mesin guna
meningkatkan kelancaran proses produksi
pada PT Sugizindo.
metode tertentu untuk menghasilkan keluaran
TELAAH TEORI DAN LITERATUR yang ditentukan sebelumya”.
Pemeliharaan merupakan fungsi di dalam
Menurut Assauri (2016) menyatakan jenis-
suatu perusahaan yang sama pentingnya dengan
jenis proses produksi;1) Proses produksi yang terus
fungsi produksi. Manajemen pemeliharaan adalah
menerus; 2) Proses produksi yang terputus-putus
pengelolaan peralatan dan mesin-mesin tetap siap
(intermitten processes).
produksi” (Tampubolon, 2018). Menurut Heizer
dan Reinder (2015) mengatakan, pemeliharaan biaya pengeluaran dan memperoleh laba
(maintenance) meliputi seluruh aktivitas yang dari hasil proses produksi. Diperkuat dari hasil
terlibat dalam mempertahankan perlengkapan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anshar
sistem agar berjalan dengan baik. mengenai “Analisis Pemeliharaan (Maintenance)
Mesin Dalam Rangka Kelancaran Proses Produksi
Menurut Heizer dan Reinder (2015)
Pada PT. Faco Global Engineering” menunjukkan
terdapat dua jenis pemeliharaan yaitu
bahwa hasil penelitian dengan menggunakan
pemeliharaan pencegahan (preventive
metode probabilitas menunjukkan bahwa
maintenance) mencakup pelaksanaan inspeksi rutin
kelancaran proses produksi yang dihasilkan
dan perbaikan serta menjaga tempat fasilitas
perusahaan selama 12 bulan yaitu sebesar 77% dan
dengan melakukan perbaikan yang tepat.
berdasarkan perhitungan penelitian meningkat
Pemeliharaan pencegahan lebih dari sekadar
menjadi 92% kelancaran proses produksi, sehingga
memantau mesin dan perlengkapan berfungsi
memenuhi target dikatakan cukup lancar
dengan baik. Dia juga mencakup merancang sistem
teknis dan sistem manual yang akan menjaga
proses bekerja secara produktif dalam batas yang Konstelasi Penelitian
dapat ditoleransi; hal ini memungkinkan bagi
sistem untuk berjalan sesuai dengan yang telah Gambar 2.1 Konstelasi Penelitian
dirancang, Pemeliharaan kerusakan (breakdown Mengenai pemeliharaan mesin terhadap
maintenance) terjadi ketika perlengkapan kelancaran proses produksi PT Sugizindo.
mengalami kegagalan dan harus diperbaiki
berdasarkan pada keadaan darurat atau prioritas.

Kelancaran menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia (2016) adalah “Lancar, melaju dengan
cepat atau bergerak maju dengan cepat” dengan
arti lain kelancaran merupakan suatu keadaan di
mana sesuatu berjalan dengan lancar, bergerak Gambar 2.1 Konstelasi Penelitian
secara cepat dan tergantung pada biaya, sarana
dan tenaga yang tersedia sehingga pelaksanaan METODOLOGI PENELITIAN
yang diharapkan dapat terjamin.
Menurut Handoko proses produksi dibagi Jenis Penelitian
menjadi dua, pertama untuk pesanan bersangkutan Jenis penelitian yang dilakukan oleh
dengan waktu penyelesaian dan pengendalian penulis deskriptif eksploratif dengan metode studi
pesanan. Yang kedua proses produksi persediaan kasus bertujuan untuk mengumpulkan data serta
diarahkan untuk pemenuhan rencana produksi dan menguraikan secara menyeluruh dan teliti sesuai
persediaan serta efisiensi operasi (2017). Menurut dengan masalah yang akan dipecahkan. Metode
Haming dan Nurnajamuddin (2014) yang digunakan adalah metode probabilitas.
mengemukakan “proses produksi adalah kegiatan
mengelola masukan dalam proses dengan memakai Objek, Unit Analisis dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah pemeliharaan unit-unit mesin bagian
variabel pemeliharaan mesin dengan indikator departemen engineering dan departemen
jumlah mesin dan perawatan mesin serta variabel produksi.
proses produksi dengan indikator hasil produksi.
b. Observasi
Unit analisis yang digunakan pada
penelitian ini yaitu divisi/ departemen engineering Penulis mengumpulkan data melalui
dan produksi pada PT Sugizindo. pengamatan langsung di lapangan secara
sistematis pada PT Sugizindo.
Lokasi penelitian ini dilakukan pada PT Sugizindo
2. Data sekunder melalui Studi Pustaka
yang merupakan salah satu perusahaan yang
Penulis mengumpulkan data dari teori teori dan
bergerak di bidang industri pembuatan base
powder susu yang berlokasi di Jalan Pahlawan sumber data yang relevan mengenai
No.16 Karang Asem, Citereup Bogor. pemeliharaan mesin dan kelancaran proses
produksi yang diperoleh langsung dari
Operasionalisasi Variabel
perusahaan terkait dengan menyalin laporan
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel perusahaan maupun memperoleh sumber data
“Analisis Pemeliharaan Mesin Guna yang berasal dari buku dan media internet.
Meningkatkan Kelancaran Proses Produksi Pada PT
Sugizindo” Metode Analisis Data
Operasionalisasi Variabel Adapun langkah-langkah yang digunakan
penulis dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
“Analisis Pemeliharaan Mesin Guna 1. Analisis Deskriptif, bertujuan untuk
Meningkatkan Kelancaran Proses Produksi mendeskripsikan dan memperoleh gambaran
Pada PT Sugizindo” secara mendalam dan objektif mengenai
pemeliharaan mesin dan proses produksi di PT
Sugizindo. Data yang digunakan adalah data
historis 12 bulan di tahun 2018.
2. Metode Probabilitas
Suatu metode yang digunakan untuk
memprediksi secara cukup tepat mesin
yang rusak, perkiraan kerusakan mesin
yang rusak, perkiraan kerusakan mesin
yang terjadi, dan juga dapat
memperkirakan biaya pemeliharaan yang
paling efektif sehingga perusahaan dapat
Metode Pengumpulan Data menentukan kebijakan pemeliharaan
secara tepat.
Metode pengumpulan data dilakukan oleh penulis a. Yang pertama dilakukan dengan
yaitu dengan cara: mencai probabilitas kerusakan mesin,
1. Primer dan rumusnya sebagai berikut:
a. Wawancara 𝒙
𝐏=
Penulis memperoleh informasi dengan 𝒏
cara melakukan kontak langsung atau Keterangan :
x : Banyaknya mesin yang rusak
wawancara dengan pihak manajemen atau
n : Jumlah mesin yang rusak
karyawan perusahaan yang b. Kemudian untuk pemeliharaan
berkepentingan khususnya pada pencegahan agar mengetahui
perkiraan mesin yang rusak dalam
setiap periode pemeliharaan yang 3. Kelancaran produksi
dilakukan (tiap periode n bulan) Dengan membandingkan hasil produksi yang
dicapai perusahaan dengan target yang telah
masukkan data probabilias kerusakan
ditetapkan oleh perusahaan agar dapat diketahui
kedalam rumus: tingkat kelancaran produksi perusahaan.
2. 𝐵𝑛 = 𝑁 ∑𝑛1 𝑃𝑛 + 𝐵(𝑛−1) 𝑃1 + 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
𝑥 100%
𝐵(𝑛−2) 𝑃2 + 𝐵(𝑛−3) 𝑃(3) +……. 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Berikut kriteria kelancaran proses produksi yaitu:
Keterangan : > 100% = sangat lancar
Bn : Ekspektasi jumlah kerusakan mesin =100% = lancar
dalam n bulan <100% = cukup lancar
N : Jumlah mesin <80% = kuranglancar
Pn : Probabilitas mesin rusak dalam
periode n
c. Kemudian menghitung besarnya biaya HASIL DAN PEMBAHASAN
pemeliharaan perbaikan yang dikeluarkan PT Sugizindo merupakan sebuah
perusahaan dengan menggunakan rumus perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
biaya perbaikan. Rumusnya sebagai yang bergerak di bidang pangan dengan hasil
berikut: produksi yang berupa susu dalam bentuk base
TCr = NCr powder yang selanjutnya akan diproses kembali
oleh PT Nutricia Sejahtera Indonesia secara dry
blending menjadi susu formula bayi . PT Sugizindo
mengklasifikasikan produk susu base powder
Keterangan : menjadi beberapa kategori yang disebut IFFO yang
TCr : Total biaya bulanan kebijaksanaan terdiri dari:
N : Jumlah mesin 1. Infant formula base : digunakan untuk
Cr : Biaya reparasi mesin memproduksi susu formula stage 1 yaitu
Pi : Probabilitas terjadinya kerusakan konsumen dengan umur 0-6 bulan
Untuk menghitung biaya – biaya pemeliharaan
setiap periode pemeliharaan yang berbeda dapat 2. Follow on base : digunakan untuk
dibuat dalam bentuk tabel, adapun tabel yang memproduksi susu formula stage 2,3
dimaksud adalah sebagai berikut : dan 4 yaitu konsumen dengan umur 6-
36 bulan
Tabel 3. 2 biaya – biaya pemeliharaan setiap 3. Soya infant : digunakan untuk
periode pemeliharaan yang berbeda memproduksi susu formula stage 1-4
yaitu untuk konsumen penderita lactoce
intolerance
4. Growing up milk : digunakan
untuk memproduksi susu formula stage
3 dan 4 yaitu untuk konsumen dengan
umur 1-6 tahun
5. Free lactose : merupakan produk
specialities digunakan untuk
memproduksi susu formula tanpa
menggunakan lactose.
6. Premature base : merupakan produk Memiliki fungsi sebagai penyaring feed susu
specialities digunakan untuk dalam bentuk liquid. Prinsip kerjanya yaitu
memproduksi susu formula untuk melewatkan feed susu ke dalam saringan
konsumen dengan berat bayi lahir yang memiliki diameter 1,5 mm.
rendah 7. Balance tank
Berfungsi untuk menjaga keseimbangan
7. Infant export : digunakan untuk
aliran feed dari compounding tank menuju
memproduksi susu formula export
pasteurizer
Peralatan Proses Produksi 8. Fat storage tank
Berfungsi sebagai penampung minyak yang
1. Conveyor
di supplai dari container. Pada alat ini
Alat yang digunakan untuk memindahkan raw
terdapat timbangan yang berfungsi untuk
material menuju educator transfer zone. jenis
memberikan informasi mengenai jumlah
conveyor yang digunakan di PT Sugizindo adalah
minyak yang berada di dalam tangki
conveyor belt. prinsip kerja dari alat ini adalah
tersebut. Selain itu pada alat ini juga
memindahkan material yang berada di atas
terdapat strainer untuk menyaring minyak
conveyor menggunakan belt yang bergerak
pergantian minyak dilakukan setiap
berbalik arah.
pergantian produksi jenis susu kemudian
2. Educator
sisa minyak akan ditampung ke dalam drum
Terbuat dari stainless steel berbentuk corong.
yang telah disediakan.
berfungsi sebagai tempat penuangan raw
9. Intermediet tank
material seperti skim milk powder,
Tangki yang digunakan sebagai alat transisi
maltodextrin, deminerelized whey protein,
minyak. Memiliki kapasitas 8000 liter.
isolate soy protein dll yang akan di pompa ke
Berfungsi juga sebagai alat penampung fat
dalam compounding tank. Educator yang
atau minyak yang akan dialirkan ke dalam
digunakan di memiliki kapasitas 2 ton
day tank dan diukur jumlah fat yang
3. Vitamin and mineral tank
dibutuhkan untuk proses produksi.
Tangki vitamin dan mineral berfungsi untuk
10. Day tank
mencampurkan dan melarutkan mineral dan
Digunakan untuk menampung minyak dalam
vitamin dengan air. Prinsip kerja tanki ini adalah
suatu hari saat ini memiliki fungsi sebagai
pengadukkan vitamin dan mineral dengan
tempat pembuatan fat blend. Sebagian fat
menggunakan agitator yang pengadukan
akan dialirkan ke dalam vitamin tank untuk
material yang berbentuk liquid dengan gaya
melarutkan vitamin yang larut lemak. Tangki
perputaran. Alat ini memiliki 100 liter larutan
ini memiliki kapasitas 6000 liter fat blend.
vitamin dan mineral.
Prinsip kerjanya yaitu mencampurkan fat
4. Gos tank
dengan vitamin maruk lemak menggunakan
Memiliki fungsi sebagai penampung GOS
agitator kecepatan rendah.
yang digunakan sebagai bahan penunjang
11. Hot Water Tank
dalam produksi susu base powder tangki ini
Berfungsi untuk menampung hot water.
memiliki kapasitas penampungan 500 liter.
Tangki ini memiliki kapasitas 4000 liter .
5. Compounding tank
Tangki ini dirancang dengan double jacket
Berfungsi untuk pencampuran dan
yang berfungsi untuk mempertahankan
pengadukan raw material, fat, hot water,
suhu hot water.
vitamin dan mineral. Prinsip kerja alat ini
12. Vitamin tank
yaitu pengadukan dengan menggunakan
Berfungsi sebagai alat pencampuran dan
agitator dengan pergerakan beputar dan
pelarut and vitamin larut lemak pada awalnya
memiliki kapasitas 6000 liter.
tangki ini digunakan untuk mencampurkan
6. Strainer
vitamin larut lemak dan lecitine, namun saat ini
hanya digunakan untuk melarutkan vitamin Merupakan alat yang berfungsi untuk
larut lemak karena lecitine telah tercampur mengeringkan feed susu menjadi powder
dengan minyak oleh supplier tangki ini memiliki dengan steam dengan suhu 165°C. Terdapat
kapasitas 500 sampai 600 liter. empat batang nozzzle yang berfungsi untuk
13. Tubular Heat Exhanger pengeringan dan penyemprotan powder
Berfungsi sebagai pasteurisasi, alat ini terdiri melalui nozzle dengan ukuran 70 mm. Jenis
dari pipa-pipa kecil (tubing). Pipa yang memiliki spray dryer yang digunakan PT Sugizindo
diameter lebih besar(tubular) serta u-bend yaitu adalah tall from dryer. Prinsip kerjanya yaitu
pipa yang berbentuk “U” . Prinsip kerjanya yaitu penguapan kadar air dalam feed sehingga
perpindahan panas secara konduksi dengan berbentuk powder dengan perpindahan
medium panas yang digunakan berasal dari air panas indirect heating secara konduksi.
yang dipanaskan atau uap panas sebagai fluida 18. Blower
panas yang berada di dalam tubular dengan PT Sugizindo menggunakan beberapa jenis
produk yang berada di dalam tubing blower, digunakan untuk menaikkan atau
menggunakan suhu tinggi dengan waktu yang memperbesar tekanan udara yang dialirkan.
singkat. 19. Vibro fluidized
14. Homogenizer Berfungsi sebagai alat pendinginan dan
Alat yang digunakan untuk memecahkan penurunan suhu powder setelah proses
globula-globula lemak pada susu. Prinsip kerja pengeringan. Prinsip kerjanya yaitu
alat ini yaitu memecah globula lemak menjadi pendinginan powder susu bubuk dengan
ukuran yang lebih kecil dengan mengalirkan menggunakan udara kering untuk mencegah
feed susu ke dalam celah celah kecil dan diberi kondensasi pada powder. Selain itu vibro
tekanan tinggi dengan menggunakan tekanan juga berfungsi untuk menggerakan powder
hidrolik pada cone homogenizer. Pada alat ini di dalam vibro menuju surge hopper dengan
juga terdapat pressure release valve yang menggunakan getaran
berfungsi untuk mencegah kerusakan cooler 20. Surge Hopper
karena volume feed yang tinggi dengan Berfungsi sebagai medium transisi powder
viskositas yang tinggi. sebelum dimasukkan ke dalam vacuum
15. High Pressure Pump hopper. Di dalam surge hopper terdapat
Berfungsi untuk memompa feed menuju nozzle saringan yang berfungsi untuk penyaringan
pada spray dryer dengan tekanan yang tinggi powder dengan ukuran 0,33 mm.
yaitu 287 bar dan 293 bar. HPP juga berfungsi 21. Vacuum Hopper
sebagai homogenizer yaitu memperkecil ukuran Berfungsi untuk menarik powder di dalam
globula lemak. surge hopper. Prinsip kerjanya adalah
16. Concentrate heater menarik powder secara vakum pada vacuum
Berfungsi sebagai alat pre-heating feed sebelum hopper terdapat rotary shifter yang
dilakukan pengeringan dengan spray dryer pada berfungsi untuk menyaring powder dari
suhu tinggi. Tujuan pre-heating yaitu untuk benda asing dengan ukuran 2 mm. Volume
memudahkan kinerja spray dryer sehingga susu bubuk di dalam vacuum hopper di
dapat memaksimalkan proses pengeringan. monitor oleh alat yang disebut level control
Prinsip kerja alat ini seperti THE yaitu secara alat ini memberikan informasi mengenai
counter current di mana feed di dalam tube volume powder di dalam vacuum hopper.
akan bergerak dengan arah berlawanan dengan 22. Packing Hopper
steam sebagai medium pemanasan yang Digunakan sebagai media transmisi powder
dialirkan pada bagian permukaan tube feed di sebelum dilakukan pengemasan. Pada packing
dalam tubular. hopper terdapat autosampler yang berfungsi
17. Spray dryer sebagai tempat pengambilan sampel untuk
dilakukan uji fisik dan mikrobiologi selain itu
terdapat juga rotary magnet yang berfungsi Proses penerimaan bahan baku dimulai dari
untuk menyaring magnet yang terbawa ada marketing supply chain melihat permintaan pasar
pada powder susu bubuk. kemudian supply chain membuat purchasing order
23. Bag Filler atau PO. Pembuatan PO dilakukan tiga bulan
Berfungsi untuk memasukkan powder ke sebelum proses produksi dan dikirim kepada
dalam kemasan prinsip kerja bag filling yaitu supplier material setelah itu supplier material
dengan bantuan dorongan oleh auger agar mengirim kembali purchasing order tersebut
powder dapat masuk ke dalam kemasan. kepada supply chain selanjutnya supply chain
24. Metal detector mengirim packing list dan COA (Certificate Of
Berfungsi sebagai alat pendeteksi logam. Analysis) raw material yang akan didistribusikan
Prinsip kerja alat ini adalah melewati produk oleh pihak supplier material kepada PT Sugizindo.
pada area medan magnet kemudian alat Packing list tersebut berisi daftar identitas seperti
tersebut akan mendeteksi adanya logam. nomor PO, nomor container, nomor seal, type
Terdapat tiga alat berbentuk card yang container, size container, dan tipe container.
dijadikan sebagai standar untuk pengecekan Pengawasan mutu dilakukan ketika raw material
kepekaan metal detector. Alat tersebut tersebut datang dan dilakukan pengecekan
adalah dummy ferrous yang berfungsi untuk terhadap nomor container, pengecekan SAP (
pengecekann sensitifitas terhadap besi, non System Aplication Procedure), dan segel pada pintu
ferrous berfungsi untuk pengecekan container. Tujuannya yaitu untuk mencocokkan
sensitifitas terhadap material non besi, dan dengan packing list yang telah diinformasikan oleh
yang ketiga stainless steel berfungsi untuk pihak supplier untuk mencegah kesalahan
pengecekan sensitifitas terhadap material pengiriman yang dilakukan oleh supplier.
yang terbuat dari stainless steel.
Pengecekan segel pintu container bertujuan
mengetahui apakah container tersebut masih
Proses Produksi pada PT Sugizindo
dalam keadaan disegel atau tidak. Hal tersebut
Mulai tahun 2017, pelaksanaan proses produksi
penting karena menyangkut mutu dan kualitas
pada PT Sugizindo saat ini terdiri dalam 1 line
produk di dalamnya. Selanjutnya operator
atau 1 rangkaian proses produksi. Hal tersebut
mengambil gambar pintu container dalam keadaan
yang akhirnya membuat jika terdapat downtime
segel/tidak untuk dijadikan dokumentasi. Selain itu
atau kerusakan pada salah satu mesin, maka
pengecekan terhadap matriks halal juga dilakukan,
proses produksi akan berhenti. Proses dimulai
matriks halal sudah terdaftar dan sudah di approve
dari penerimaan bahan baku dan persiapan
oleh pihak perusahaan. Tujuannya untuk
bahan baku
memastikan bahwa raw material tersebut
merupakan raw material yang halal dan memiliki
sertifikat halal. Apabila semua pengecekan telah
sesuai maka operator warehouse melakukan
bongkar muat dan membuat data serah terima
barang yang berisi nama barang, nomor lot, tanggal
produksi, tanggal expired dan jumlah produk.
Kemudian operator membuka sistem SAP (System
Application Procedure), dalam sistem SAP, raw
material diposisikan dalam status QI (Quality
Inspection). Penentuan status barang ditetapkan
setelah hasil analisis mikrobiologi kemudian
Gambar 4.1 Flow process susu base powder PT dilakukan klasifikasi terhadap status raw material.
Sugizindo Status UU (Unrestricted Use) atau SLOC 001 artinya
raw material tersebut berstatus release dan dapat
a. Penerimaan Bahan Baku
digunakan untuk proses produksi. Sedangkan untuk
status block atau SLOC 0011 maka raw material material vitamin dan mineral tersebut disimpan
tersebut berstatus hold artinya produk tersebut dalam satu box dan disusun di atas pallet
tidak boleh digunakan sebagai bahan baku dalam menunjukkan bahwa material yang tersusun
proses produksi dan dilakukan pengecekan ulang tersebut merupakan material untuk produksi satu
titik produk base powder yang di rework lot dan disimpan di ruang khusus produksi. Jika
dipindahkan ke SLOC 0012 dengan status rework. tidak sesuai urutan produksi akan menyebabkan
tertukarnya material yang tidak sesuai dengan MO
b. Persiapan Bahan Baku
atau formula.
Persiapan bahan baku dan bahan penunjang
merupakan tahap kedua dalam proses produksi c. Proses produksi base powder
persiapan ini dilakukan berdasarkan MO (
1. Pembuatan Fat Blend
Manufacturing Order) dengan jumlah compound
Minyak yang berasal dari supplier disimpan di
per MO. Sebelum proses preparasi, tim QA
dalam fat storage tank dengan suhu 30-35°C dan
mendapat pesanan produksi susu base powder dari
dialirkan ke dalam intermediate tank. Tangki ini
beberapa perusahaan seperti PT Nutricia Indonesia
digunakan untuk transisi minyak sebelum dialirkan
Sejahtera dan PT Sari Husada. Pemesanan Produk
ke dalam day tank, di dalam intermediate tank
susu bubuk melalui tim RnD dari perusahaan
terjadi pengukuran jumlah minyak yang akan
tersebut dalam bentuk formulasi kemudian tim QA
digunakan dalam pembuatan susu base powder
melakukan pengecekan formulasi dan memberikan
dalam beberapa compound sesuai kebutuhan.
informasi kepada bagian produksi dan gudang
Proses pembuatan fat blend yaitu sebanyak 360
untuk membuat rencana produksi seperti jadwal
liter vegetable oil di dalam fat day tank dipompa ke
produksi. Setelah dilakukan penjadwalan proses
dalam vitamin tank untuk melarutkan vitamin larut
produksi, maka bagian gudang membuat
lemak, vitamin tersebut berupa betakaroten.
manufacturing order dengan jumlah compound
Kemudian hasil pencampuran tersebut di sirkulasi
sesuai dengan permintaan supply chain.
kembali kedalam fat day tank dan dilakukan
Selanjutnya operator gudang membuka sistem sap
pengadukan menggunakan agitator dengan
untuk pengecekan status raw material. Jika raw
kecepatan rendah menjadi fat blend. Pencampuran
material dalam status release maka raw material
lecitine dilakukan oleh supplier minyak untuk
tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku dan
memudahkan operasional. Vegetable oil dan
bahan penunjang untuk proses produksi dasar
vitamin larut lemak yang telah tercampur
pembuatan MO adalah formulasi yang diajukan
kemudian akan dipompa ke dalam compounding
oleh tim dengan jumlah MO dan jumlah komponen
tank.
tergantung permintaan supplier.
2. Pencampuran
Proses preparasi bahan penunjang seperti vitamin
Tahap awal dalam proses pencampuran yaitu
dan mineral dilakukan di ruang preparation oleh
memompa hot water sebanyak 2200-2300 liter di
operator preparasi. Pada proses ini terdapat sistem
dalam tangki hot water yang memiliki kapasitas
barcode, sistem ini diterapkan dengan tujuan untuk
4000 liter. Suhu hot water tersebut yaitu berkisar
mencegah terjadinya kesalahan penggunaan
antara 63-72°C. Kemudian fat blend di dalam day
material dan jumlah material yang diperlukan
tank dipompa ke dalam compounding tank
untuk proses produksi. Jumlah material yang
sebanyak 500-600 liter. Pencampuran antara
ditimbang harus sesuai dengan jumlah yang tertera
minyak dan fat blend dilakukan di dalam
pada manufacturing order Jika jumlah material
compounding tank menggunakan agitator dengan
yang ditimbang kurang atau melebihi jumlah pada
kecepatan rendah. Di samping itu dilakukan proses
mo maka printer sistem barcode tidak akan
dumping bahan baku pembuatan susu base
mencetak label yang menjadi identitas material
powder. Dumping merupakan suatu proses
tersebut seperti Net Weight, tare, total weight,
pencampuran bahan baku di dalam corong
No.Lot SAP, Scale, Checked by. Penimbangan dan
educator. Proses nya diawali dengan memasukkan
pelabelan harus sesuai lot produksi. kemudian
bahan baku golongan karbohidrat dan dilanjutkan
dengan bahan baku golongan protein. Tahapan membunuh mikroba pathogen yang dapat
pencampuran bahan baku golongan protein menurunkan kualitas dan keamanan produk. Proses
berdasarkan karakteristik larutan dan ketahanan pasteurisasi di PT Sugizindo menggunakan alat
terhadap panas. Selama proses dumping, pasteurizer yaitu tubular heat exchanger. Proses
pencampuran vitamin dan mineral yang larut pasteurisasi pada THE terjadi secara counter
dilakukan pada vitamin dan mineral tank. current dimana feed dan medium pemanas
dialirkan dengan arah berlawanan. Hal ini
Pencampuran vitamin dan mineral dilakukan sesuai
bertujuan agar feed tidak mengalami proses
dengan urutan pencampuran hal tersebut
pemanasan secara langsung, namun secara
bertujuan untuk mencegah peningkatan PH akibat
bertahap sehingga kandungan nutrisi tidak
reaksi vitamin dan mineral sehingga protein akan
berkurang. Counter current juga dapat mengurangi
menggumpal dan Vitamin yang dihasilkan berupa
pembentukan fouling. Fouling sendiri merupakan
lapisan lengket dan elastis seperti karet. Proses
kerak yang terbentuk dari komponen yang spesifik
pencampuran di dalam compounding tank terjadi
seperti protein yang menempel di dalam pipa-pipa
secara inline di mana bahan baku di dalam corong
akibat pemanasan. Fouling yang terbentuk akan
educator dan campuran vitamin dan mineral
menyebabkan penetrasi panas dari medium
dipompa ke dalam compounding tank dan sirkulasi
pemanas ke dalam feed tidak optimal sehingga
kembali ke dalam compounding tank melalui pipa-
suhu pemanasan pada produk tidak tercapai dan
pipa, tujuannya yaitu untuk membawa material
proses pasteurisasi dinilai tidak mampu membunuh
yang tertinggal di dalam pipa ke dalam
mikroorganisme. Kecukupan proses pemanasan
compounding tank. Ketika semua material masuk
ditandai oleh penetrasi panas ke dalam feed selama
ke dalam compounding tank, kemudian dilakukan
proses pemanasan karena penetrasi panas menjadi
pengadukkan dengan menggunakan agitator
faktor keberhasilan dalam pasteurisasi.
dengan kecepatan tinggi selama 10 menit.
Temperature di dalam compounding tank yaitu Counter current dinilai sebagai teknis yang paling
berkisar antara 55-63°C. efektif pada proses pasteurisasi susu. Selain itu
proses pasteurisasi juga memudahkan kerja
3. Penyaringan
homogenizer dalam memecah globula lemak.
Tujuan utama penyaringan yaitu untuk menyaring
partikel kotoran dan benda asing yang terbawa 5. Homogenisasi
oleh feed, proses penyaringan tersebut Proses homegenisasi feed menggunakan tekanan
menggunakan alat strainer. Pada dasarnya proses tinggi yaitu 170 bar yang terbagi atas dua stage.
penyaringan ini merupakan penyaringan kasar di Stage pertama yaitu proses pemecahan globula
mana feed dilewatkan pada plate yang memiliki lemak menjadi partikel yang lebih kecil dengan
diameter 1,5 mm. Plate penyaringan tersebut tekanan 136 bar dan stage kedua yaitu proses
dilakukan pergantian setiap 24 jam. Kemudian feed pemecahan globula lemak dan mengaduk globula
hasil penyaringan dipompa ke dalam balance tank lemak dengan tekanan 34 bar yang belum
dengan tekanan 15- 60 bar untuk menjaga terdispersi pada stage pertama. Tujuan
keseimbangan flow rate feed antara compounding homogenisasi pada produk susu yaitu untuk
tank dan balance tank. Fungsi balance tank memecah globula lemak agar partikel lemak
tersebut adalah sebagai penampung feed sebelum menjadi homogen dan susu memiliki tekstur yang
dilakukan pasteurisasi menggunakan plate heat stabil sehingga dapat terdistribusi secara merata.
exchanger dan Tubular Heat Exchanger. Suhu di Proses pemecahan globula lemak pada feed yaitu
dalam balance tank tersebut yaitu berkisar antara feed akan melewati celah celah kecil dan globula
55-63°C. tersebut pecah karena adanya dorongan dari cone
homogenizer dengan tekanan hidrolik. Proses
4. Pasteurisasi
pasteurisasi tidak mampu mengubah penyebaran
Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan
protein susu seperti kasein. Oleh karena itu
dengan suhu di bawah titik didih yaitu 72°C selama
dibutuhkan proses homogenisasi untuk membantu
15 menit. Tujuan proses pasteurisasi yaitu untuk
sebagian partikel-partikel kasein menyatu dengan chamber yang dipompa ke dalam inlet, lalu udara
butiran lemak sehingga protein susu dapat panas tersebut dilakukan penyaringan dengan
mendispersi lemak. Terdapat absorber yang menggunakan filter box yaitu pre filter dan hepa
terletak pada samping homogenizer. Absorser filter. Kemudian udara hasil penyaringan
tersebut berfungsi untuk menarik gelembung pada dipanaskan oleh steam yang berasal dari boiler
feed sehingga proses pemecahan globula di dalam pada suhu 165°C secara indirect, dan udara panas
homogenizer menjadi optimal. tersebut digunakan untuk memanaskan feed. Selain
itu, pemanasan juga dilakukan pada batang nozzle
6. Pengeringan
pada suhu 60°C, hal tersebut bertujuan agar feed di
Pengeringan adalah proses pengurangan kadar air
dalam batang nozzle tidak mengalami overcook.
pada produk dengan cara penguapan. Proses
Proses pengeringan di dalam chamber akan
penguapan feed menjadu susu base powder
menghasilkan powder susu bubuk. Suhu di dalam
dengan menggunakan spray dryer. PT Sugizindo
chamber yaitu kurang lebih 80-88°C. Kemudian
menggunakan jenis Tall from dryer sebagai alat
powder akan turun dengan bantuan udara kering
spray dryer. Sebelum pengeringan dengan spray
yang dirumuskan sehingga powder yang berada
dryer, feed di dalam balance tank akan dipompa ke
pada dinding chamber akan turun menuju vibro.
dalam concentrate heater. Pada concentrate heater
Vibro berfungsi untuk pendinginan dan penurunan
terjadi pre-heating feed yaitu memanaskan feed.
suhu powder. Terdapat dua section pendinginan
Proses pemanasan feed dalam concentrate heater
yaitu after drying dan after cooling. Tujuan proses
terjadi secara counter current, di mana feed dan
pendinginan di dalam vibro yaitu untuk mencegah
steam mengalir dengan arah berlawanan. Hal
kondensasi pada powder. Powder yang memiliki
tersebut bertujuan agar proses pemanasan tidak
nilai bulk density yang rendah akan masuk ke dalam
merusak kandungan nutrisi dalam feed. Proses
vibro 1, di dalam chamber powder yang melayang
pemanasan pada concentrate heater yaitu untuk
merupakan pada yang memiliki nilai bulk density
meningkatkan suhu feed sehingga dapat
yang tinggi sehingga powder tersebut akan dihisap
meringankan kinerja spray dryer di dalam chamber.
dan didorong ke dalam cyclone oleh udara finest
Selanjutnya feed yang telah mengalami pemanasan
return. Pada cyclone powder akan turun secara
akan dipompa ke dalam HPP (High Pressure Pump).
berputar pada dinding cyclone dan terpisah dengan
Feed dipompa dan melewati saringan atau strainer
udara. Udara hasil penguapan pada chamber dan
yang memiliki ukuran 3 mm, tujuan penyaringan
pada vibro disebut TOC (Temperature Outlet
yaitu untuk menyaring benda asing dan gumpalan
Chamber). Suhu TOC yaitu sekitar kurang lebih 85-
gumpalan feed yang hitam akibat pemanasan
86°C, TOC dapat memberikan pengaruh terhadap
concentrate heater, strainer akan diganti setiap 4
moisture content powder sehingga suhu TOC perlu
jam. HPP berfungsi untuk memompa feed ke dalam
dijaga dengan mengatur kecepatan aliran HPP agar
nozzle dengan tekanan 311-325 bar. HPP juga
suhu TOC masih dalam kisaran dan moisture
berfungsi sebagai alat homogenisasi feed dengan
content powder dapat memenuhi persyaratan yang
memperkecil globula lemak yang terbentuk pada
diinginkan, selanjutnya udara tersebut akan
saat penyimpanan dalam MST. Terdapat empat
dikeluarkan melalui exhaust fan. Kemudian powder
batang nozzle yang digunakan untuk pengeringan,
akan dialirkan ke dalam vibro 1 untuk dicampur
masing-masing nozzle memiliki diameter kurang
dengan powder hasil pengeringan atau powder
lebih 2 cm dengan ukuran insert core tergantung
tersebut akan dipompa ke dalam nozzle untuk
pada jenis produk. Proses pengeringan pada nozzle
dilakukan pengeringan ulang sehingga powder yang
dilakukan dengan mengatur tekanan dan ukuran
dihasilkan memiliki ukuran bulk density yang
inserr core pada nozzle hal tersebut bertujuan
rendah dengan volume yang tinggi. Tahap
untuk mencegah adanya gumpalan powder akibat
pendinginan after drying menggunakan suhu 50-
tekanan yang terlalu rendah. Proses pengeringan
60°C dengan nilai RH 7-10% sedangkan pada tahap
feed di dalam chamber yang itu menggunakan
after cooling menggunakan suhu 35-40°C dengan
udara panas dengan suhu 165°C. Udara panas
nilai RH 10-15%. Selanjutnya powder akan dipompa
tersebut diperoleh dari udara di sekitar ruangan
ke dalam surge hopper dan disaring dalam sifter menggunakan mesin automatis. Powder akan
untuk memisahkan powder yang halus dan yang dimasukkan ke dalam multipaper sack sebanyak 25
kasar, powder disaring melewati sifter yang kg. Pada tahap ini terjadi penambahan nitrogen ke
memiliki ukuran 4 mm. Powder yang halus dan dalam kemasan. Tujuannya yaitu untuk mereduksi
lolos penyaringan akan masuk ke dalam surge kadar oksigen di dalam kemasan sehingga dapat
hopper dan powder yang kasar dan tidak lolos mencegah terjadinya oksidasi dan umur simpan
proses penyaringan akan memasuki ke dalam produk lebih panjang. Selanjutnya kemasan produk
tailing cute. Powder yang berada pada tailing cute tersebut dilakukan proses sealing dengan
merupakan powder yang akan menjadi powder menggunakan alat sealer. Proses sealing dilakukan
rework. Selanjutnya powder dari surge hopper akan menggunakan suhu tinggi berdasarkan sealing
ditransfer ke dalam bag filling untuk pengemasan. indicator temperature, terdapat tiga tahap sealing
yaitu front bar, rear bar, dan closer. Pada tahap
7. Pengisian dan Pengemasan
front bar proses sealing dilakukan dengan
Pengisian dan pengemasan merupakan tahap
menggunakan suhu sekitar 175-180°C. Pada tahap
terakhir pada produksi susu base powder. Pada
rear bar proses sealing dilakukan dengan
tahap ini powder yang berada di surge hopper akan
menggunakan suhu 179-182°C. Front bar dan rear
dipompa ke dalam vacuum hopper dengan sistem
bar merupakan proses sealing kemasan dengan
vakum. Vacuum hopper berfungsi sebagai alat
pemanasan pada dua sisi bagian kemasan yaitu
penampungan powder yang berasal dari surge
bagian dalam dan luar. Sedangkan closer
hopper. Pada vacuum hopper terdapat komponen
menggunakan suhu sekitar 155-201°C. Closer
yang disebut level control, alat ini berfungsi untuk
berfungsi untuk merekatkan dan melipat top paper
memonitor jumlah atau volume powder di dalam
bag. Perekatan top paper bag dilakukan dengan
vacuum hopper. Powder yang berada pada vacuum
menggunakan hembusan udara panas untuk
hopper kemudian akan melewati rotary shifter yang
melelehkan hot meal glue sehingga top paper bag
berfungsi untuk menyaring powder yang
akan merekat dan terlibat dengan bantuan roller.
menggumpal dan benda asing. Rotary shifter
Setelah itu kemasan bag tersebut dipindahkan
memiliki ukuran sebesar 2 mm. Selanjutnya powder
secara otomatis ke conveyor metal detector. Metal
yang lolos penyaringan pada rotary shifter akan
detector berfungsi untuk mendeteksi adanya logam
turun dan di tampung dalam packing hopper
yang terdapat dalam kemasan powder. Terdapat
sebelum dilakukan pengemasan ke dalam paper
tiga alat yang digunakan untuk kalibrasi dan
sack. Pada packing hopper terdapat dua alat
mengecek sensitifitas metal detector, alat tersebut
autosampler yang berfungsi sebagai tempat
disebut dummy. Dummy pertama yaitu dummy
pengambilan sample untuk dilakukan uji fisik dan
ferrous dengan ukuran 2,5mm yang berfungsi
mikrobiologi. Selanjutnya powder akan melewati
untuk pengecekan sensitifitas terhadap besi.
rotary magnet yang berfungsi untuk menarik logam
Dummy kedua yaitu non ferrous dengan ukuran 3
yang mungkin terdapat di dalam powder akibat
mm yang berfungsi untuk pengecekan sensitifitas
adanya patahan dari penyaringan sifter. Powder
terhadap material non besi. Dummy ketiga yaitu
yang terbebas dari logam kemudian dialirkan
stainless steel dengan ukuran 3 mm yang berfungsi
menuju auger. Auger merupakan alat yang
untuk pengecekan sensitifitas terhadap material
berfungsi untuk mengontrol jumlah powder yang
yang terbuat dari stainless steel. Pengecekan metal
akan dimasukkan ke dalam kemasan. Pada auger
detector dilakukan dengan memonitoring kepekaan
terdapat dua komponen screw, yaitu screw besar
atau sensitifitas terhadap dummy, proses
dan screw kecil. Screw besar berfungsi untuk
pengecekan dilakukan setiap 2 jam oleh operator
memasukkan powder dalam jumlah yang besar
bag filling. Setelah melewati metal detector, sack
yaitu sebesar 24,5 kg sedangkan screw kecil
keluar dari area bag filling menuju area coding.
berfungsi untuk mengontrol jumlah powder yang
Pada area ini setiap sack diberikan identitas seperti
akan dimasukkan ke dalam kemasan hingga jumlah
nama perusahaan, nama produk, nomor MO,
powder dalam kemasan adalah sebesar 25 kg.
tanggal produksi, berat bersih, expired date,
Proses pengemasan dilakukan dengan
penambahan N2,dan nomor sack. Pemberian terhambat. Berikut jumlah kerusakan mesin yang
identitas ini bertujuan untuk memudahkan proses terjadi pada PT Sugizindo periode tahun 2018.
tracebility apabila terdapat komplain oleh
Tabel 4.4 Jumlah kerusakan mesin yang terjadi
konsumen dan tumbuhan hasil pengujian
periode tahun 2018.
mikrobiologi. Kemudian sak-sak produk
dipindahkan ke dalam pallet dengan bantuan alat
vacuum lifter dengan cara di hisap secara vakum.
Alat tersebut mampu mengangkat sack hingga 80
kg, lalu setiap pallet akan dilapisi plastic wrapping
tujuannya yaitu untuk menghindari debu di dalam
warehouse.
Pelaksanaan Pemeliharaan Mesin pada PT
Sugizindo
Berikut merupakan tabel kegiatan dan
tugas yang dilakukan oleh operational operator
dalam melakukan kegiatan pemeliharaan rutin Dalam setiap kerusakan yang terjadi, pasti akan
pada PT Sugizindo. selalu ada biaya-biaya yang ditimbulkan untuk
Tabel 4.3 Kegiatan dan tugas melakukan kegiatan pemeliharaan tersebut, agar
pemeliharaan rutin pada PT Sugizindo proses produksi dapat berjalan normal kembali.
Berikut merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh PT Sugizindo untuk melakukan pemeliharaan
periode 2018.
Tabel 4.5 Biaya Pemeliharaan Preventif dan
Korektif periode 2018

Sumber : PT Sugizindo 2018

Dalam pemeliharaan mesin, PT Sugizindo


Biaya pemeliharaan setiap satu mesin di setiap
juga kerap melakukan pemeliharaan korektif
bulannya untuk pemeliharaan preventif
seperti mengganti ball valve nozzle yang bocor,
mengeluarkan sebesar Rp 334.675.874,-/264 = Rp
agar feed susu tetap pada jalur, memperbaiki sealer
1.267.712,- (C1) dan untuk pemeliharaaan korektif
big bag yang macet.
sebesar Rp 374.119.061,-/264 = Rp 1.417.117,-
Meskipun PT Sugizindo telah menjalankan (C2).
pemeliharaann secara rutin, namun tidak bisa
Dapat terlihat biaya yang dikeluarkan untuk
dipungkiri kerusakan mesin juga tetap terus terjadi
pemeliharaan korektif lebih tinggi dengan total
dan membuat kelancaran proses produksi
biaya sebesar Rp 4.489.428.730,- dibandingkan
dengan biaya pemeliharaan preventif dengan total
Rp 4.016.110.489,- Namun biaya pemeliharaan produksi pada PT Sugizindo memiliki sebanyak 37
preventif maupun korektif memiliki kesamaan yaitu karyawan dengan waktu kerja 480 menit dan waktu
sama-sama mengalami fluktuasi di setiap bulannya standard 180 menit.
dan sama-sama tidak ada biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan untuk beberapa bulan meskipun di Analisis Pelaksanaan Pemeliharaan Mesin Guna
setiap bulan selalu ada kerusakan mesin yang Meningkatkan Kelancaran Proses Produksi
terjadi.
Setelah mengetahui kegiatan
Kelancaran Proses Produksi Pada PT Sugizindo pemeliharaan mesin dan kelancaran proses
produksi yang telah dilakukan oleh PT Sugizindo,
Pada pembahasan sebelumnya, telah kita bahas
maka penulis akan menganalisis pelaksanaan
alur proses produksi. Proses produksi pada PT
pemeliharaan mesin produksi base powder dengan
Sugizindo sendiri menggunakan jenis proses yang
menggunakan metode probabilitas kerusakan
terus menerus (continuous processes) yaitu proses
mesin. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
produksi yang menggunakan mesin dan peralatan
menghitung probabilitas kerusakan mesin dengan
yang dipersiapkan atas dasar aliran produk dari
cara kerusakan tiap bulan dibagi dengan jumlah
satu operasi ke operasi berikutnya tanpa
mesin rusak dalam satu tahun periode
penumpukkan di satu titik dalam proses untuk
memproduksi produk dalam jangka waktu yang Tabel 4.7 Probabilitas Kerusakan Mesin Periode
lama/panjang untuk memenuhi stock pasar. Jika Januari-Desember 2018
terjadi kerusakan produk setelah proses produksi
maka akan dilakukan pemrosesan ulang untuk
rework dan untuk reject maka akan dibuang
dijadikan pakan ternak.
Kelancaran proses produksi pada PT Sugizindo
dapat dilihat dari perbandingan jumlah target
produksi dan jumlah produksi yang terealisasikan di
setiap bulannya. Berikut merupakan data
kelancaran proses produksi PT Sugizindo pada
tahun 2018.
Sumber : Data Sekunder Diolah Oleh Penulis
Tabel 4.6 Kelancaran Proses Produksi PT Sugizindo
periode 2018 Setelah diketahui probabilitas kerusakan yang
terjadi, langkah kedua yaitu menghitung kerusakan
mesin pada setiap bulannya dengan menggunakan
rumus berikut:
Bn = N∑𝑛𝑖 𝑃𝑛+𝐵(𝑛−1) 𝑃1 + 𝐵(𝑛−2) 𝑃2 + 𝐵(𝑛−3) 𝑃3 +
𝐵1 𝑃(𝑛−1)
Di mana:
Bn = Jumlah kerusakan mesin yang diperkirakan
dalam n bulan
N = Jumlah mesin
Pn = Probabilitas mesin yang rusak dalam periode
n
Setelah diketahui jumlah kerusakan yang
Kelancaran proses produksi sendiri selain diperkirakan jika pemeliharaan preventif dilakukan
dipengaruhi oleh mesin, juga dipengaruhi oleh setiap bulan, maka dapat dihitung rata – rata
jumlah tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain kerusakan mesin per bulan yang diperkirakan
seperti waktu kerja dan permintaan. Dalam bagian dengan menggunakan rumus :
Berikut tabel hasil kerusakan mesin yang
diperkirakan jika pemeliharaan preventif dilakukan
dan rata – rata kerusakan mesin per bulan yang
diperkirakan kerusakan yang diperkirakan.
Tabel 4.9 Rata – Rata Kerusakan Mesin

Sumber: Data sekunder diolah oleh penulis tahun


2020

Berdasarkan pehitungan di atas maka perkiraan


rata-rata umur mesin adalah 7,1 bulan. Kemudian
setelah itu dapat dihitung total biaya bulanan
kebijakan perbaikan. Adapun rumus untuk
menghitungnya yaitu
Sumber : Data sekunder diolah oleh penulis tahun TCr = NC2
2020

(264)(𝑅𝑝 149.406,−)
Sementara biaya pemeliharaan perbaikan yang TCr = =
7,149
diperkirakan per bulan dapat dihitung dengan
Rp 5.517.308, −
dengan menggunakan rumus berikut.
TCr : Total biaya bulanan kebijaksanaan
Biaya perbaikan = Rata–rata kerusakan × Biaya
N : Jumlah mesin (10 mesin)
perbaikan per mesin yang diperkirakan per bulan
Cr : Biaya reparasi mesin (Rp 486.300)
Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Perbaikan yang Pi : Probabilitas terjadinya kerusakan
Diperkirakan per Bulan
Kemudian untuk perhitungan biaya
pemeliharaan pencegahan yang diperkirakan per
bulan dapat diketahui dengan menggunakan rumus
:

Tabel 4.12 Perhitungan Biaya Pencegahan yang


Sumber : Data sekunder diolah oleh penulis tahun Diperkirakan Per bulan
2020

Selanjutnya dilakukan perhitungan probabilitas


terjadinya kerusakan

Tabel 4.11 Probabilitas Kerusakan Mesin PT


Sugizindo periode 2018
perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp
708.794.935,- dengan biaya preventif sebesar Rp
1.267.712,- dan biaya korektif sebesar Rp
1.417.117,-. Berikut grafik perbandingan biaya
antara pemeliharaan prefentif dan pemeliharaan
korektif setelah dilakukan perhitungan dengan
metode probabilitas.

Sumber : Data Sekunde Diolah Oleh Penulis Gambar 4.3 Grafik Perhitungan Biaya Pemeliharaan
Dari data di atas yang telah diperoleh, maka PT. Sugizindo
dapat diketahui besarnya biaya– biaya kebijakan
pemeliharaan yang minimum sehingga mesin tetap Selanjutnya menghitung kelancaran proses
berjalan dengan baik dan bekerja secara maksimal. produksi pada PT Sugizindo. Seperti yang telah
diketahui, kelancaran proses produksi pada PT
Tabel 4.13 Perhitungan biaya-biaya pemeliharaan Sugizindo tidak pernah mencapai target produksi
untuk periode Januari-Desember 2018 dan mengalami kondisi yang stabil pada setiap
bulannya. Maka perlu dilakukan perhitungan
kelancaran proses produksi pada perusahaan
dengan menggunakan rumus kelancaran proses
produksinya berikut.

Dengan kriteria kelancaran proses produksi yaitu:


> 100% : Sangat lancar
= 100% : Lancar
80 – 100% : Cukup Lancar
< 80% : Kurang Lancar

Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan data


dan pecapaian waktu produksi PT Sugizindo
Sumber : Data Sekunder Diolah Oleh Penulis sebelum dan sesudah menggunakan metode
probabilitas. Setelah menggunakan metode
Dari tabel di atas dapat diperoleh biaya kebijakan tersebut hasil terealisasinya produksi pada
pemeliharaan terendah pada kolom (f) terjadi pada perusahaan mengalami peningkatan setiap
bulan ke-11 yaitu sebesar Rp 71,521,481,- dengan bulannya. Berikut tabel perhitungan meningkatkan
biaya pemeliharaan preventif diperkirakan sebesar
kelancaran proses produksi pada PT Sugizindo.
Rp 30.425.088,- dan biaya korektif/kerusakan yang
diperkirakan sebesar Rp 41.096.393,- sedangkan
Tabel 4.15 Perhitungan Meningkatkan Kelancaran
Proses Produksi Pada PT Sugizindo PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah
diolah penulis mengenai analisis pemeliharaan
mesin guna meningkatkan kelancaran proses
produksi pada PT Sugizindo, maka penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan pelaksanaan pemeliharaan mesin yang
dilakukan oleh perusahaan menurut penulis
Sumber : Data sekunder diolah oleh penulis tahun masih belum cukup optimal. Frekuensi
2020 kerusakan mesin yang terjadi masih cukup
banyak, dan setiap bulan selalu mengalami
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui target
kerusakan. Meskipun pemeliharaan preventif
produksi PT Sugizindo pada tahun 2018 sebanyak
dilakukan setiap bulan, namun pemeliharaan
6.967.710 kilogram. Sementara melihat hasil
rutin yang dilakukan perusahaan hanya
produksi yang dapat dicapai perusahaan sebanyak
pembersihan, pengecekan maupun
6.624.679 kilogram. Namun setelah penulis
pemeriksaan dan pelumasan pada mesin. Untuk
mengolah dengan menggunakan perhitungan
pemelihaaraan korektif, perusahaan terkadang
kelancaran proses produksi maka akan menambah
memakai teknisi dari luar. Hal ini kurang efektif
hasil produksi sebanyak 15.840 kilogram sehingga
karena akan meningkatkan biaya yang
menjadi 6.640.519 kilogram pertahun.
dikeluarkan.
Berikut perhitungan sebelum menggunakan
2. Tingkat kelancaran proses produksi yang
metode kelancaran proses produksi
6.624.679 dilakukan oleh perusahaan sepanjang tahun
x 100% = 95,077% 2018 menurut penulis sudah baik karena rata-
6.967.710
rata kelancaran produksi termasuk kriteria
Perhitungan setelah menggunakan metode
cukup lancar meskipun terkadang terjadi
kelancaran proses produksi
6.640.519 ketidakstabilan antara target dan realisasi
x 100% = 95,304 % produksi.
6.967.710
3. Pemeliharaan mesin pada PT Sugizindo hanya
Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui
mempengaruhi sedikit kelancaran proses
kelancaran proses produksi yang dihasilkan oleh PT
produksi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
Sugizindo selama tahun 2018 sebelum
kelancaran proses produksi hanya mengalami
menggunakan metode probabilitas sebesar
kenaikan sebanyak 15.840 kilogram selama satu
95,077% dan setelah menggunakan metode
tahun periode. Namun dengan menggunakan
probabilitas sebesar 95,304%. Keduanya masuk
metode probabilitas diketahui bahwa
dalam kriteria cukup lancar baik sebelum maupun
pemeliharaan mesin yang efektif yaitu
sesudah menggunakan metode probabilitas
pemeliharaan mesin yang dilakukan dengan
sehingga kegiatan pemeliharaan hanya sedikit
periode dua belas bulan sekali, karena setelah
mempengaruhi kelancaran proses produksi pada PT
diuji dengan metode probabilitas didapatkan
Sugizindo. Namun dengan menggunakan metode
biaya pemeliharaan terendah pada bulan ke-11
probabilitas cukup berpengaruh dalam
pengeluaran biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk melakukan kegiatan pemeliharaan mesin
Saran
sehingga diharapkan perusahan dapat menghemat
biaya yang dikeluarkan. Dari kesimpulan di atas, maka penulis akan
memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Untuk kegunaan teoritik, maka penelitian ini Ahyari, A. (2015). Manajemen Produksi dan
dapat memberikan kontribusi dalam Perencanaan Sistem Produksi. Yogyakarta:
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang BPFE-YOGYAKARTA (Anggota IKAPI)
ekonomi manajemen pada umumnya dan
khususnya mengenai manajemen operasional Assauri, S. (2016). Manajemen Operasi Produksi
tentang pemeliharaan mesin, bahwa dengan (Pencapaian Sasaran Organisasi
melakukan perhitungan menggunakan metode Berkesinambungan). Edisi Ketiga. Jakarta:
probabilitas dapat menghemat biaya PT. Raja Grafindo Persada
pemeliharaan yang dikeluarkan perusahaan dan
dapat sedikit meningkatkan hasil proses Badudu, J. S. (2009). Kamus Ungkapan Bahasa
produksi. Namun penelitian ini hanya terbatas Indonesia. Jakarta: Buku Kompas.
pada variabel pemeliharaan mesin dan
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia (2016)
kelancaran proses produksi periode yang
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
terbatas yaitu tahun 2018, unit analisis yang
Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
terbatas dari departemen engineering dan
produksi pada PT Sugizindo. Disarankan untuk Gitosudarmo, Indriyo. (2014). Manajemen Operasi.
dilakukan penelitian selanjutnya yang dapat Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
mengurangi keterbatasan penelitian ini, yaitu
sebaiknya penelitian selanjutnya menambah Haming, M dan Nurnajamuddin, M. (2014).
variabel yang dianalisis, memperluas periode Manajemen Produksi Modern. Jakarta:
tahun dan unit analisis yang dianalisis, sehingga Edisi Ketiga, Penerbit Bumi Aksara.
dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
Handoko, T.H. (2017). Dasar-Dasar Manajemen
2. Untuk kegunaan praktik hasil penelitian ini
Produksi dan Operasi. Edisi Kedua.
dapat dipakai oleh departemen engineering dan
Yogyakarta: BPFE.
produksi sebagai bahan untuk membantu
memecahkan dan mengantisipasi masalah yang Herjanto, E. (2015). Manajemen Operasi. Jakarta:
ada pada PT Sugizindo yang dapat berguna bagi Edisi Ketiga, PT Grasindo.
pengambilan keputusan manajemen dan bisnis
oleh pihak internal maupun eksternal yang Heizer J and B Render. (2015). Operations
terkait seperti sebaiknya perusahaan memiliki Management, Edisi Kesembilan, Salemba
karyawan dalam penanganan kerusakan mesin Empat
secara keseluruhan atau melakukan
pengawasan pada saat tenaga ahli dari luar Rusdiana, A.H. (2014). Manajemen Operasi. Edisi
perusahaan sedang melaksanakan kegiatan Pertama, Bandung: Pustaka Setia
pemeliharaan korektif agar perbaikan
kerusakan selesai dengan tepat waktu. Selain Sobandi, Koesmawan A, Kosasih , Sobarsa. (2014).
itu sebaiknya perusahaan juga mengganti Manajemen Operasi. Edisi Kedua. Jakarta :
metode lama dengan metode probabilitas Mitra Wacana Media.
dalam menghitung biaya pemeliharaan mesin
Stevenson and Choung. (2014) Manajemen Operasi
karena dengan menggunakan metode
Perspektif Asia. Jakarta: Edisi 9 Buku I,
probabilitas menghasilkan biaya pengeluaran
Salemba Empat.
yang lebih rendah.
Tampubolon, P. Manahan. (2018). Manajemen
Operasi dan Rantai Pemasok. Jakarta:
Referensi Mitra Wacana Media

Buku : Umar, Ade.(2017). Pengendalian Persediaan Bahan


Baku Guna Memperlancar Proses
Produksi Pada PT BOSTINCO. Volume 1, No 1, pada Mesin KDS 800 PT Phapros. Industrial
halaman 14. Tersedia di: Engineering Online Journal
http://jom.unpak.ac.id/index.php/ilmuma
najemen/article/view/636 ( Diakses pada Puspawan, A. (2017). Corrective Maintenance
01 Maret 2020) Bearing on Rolling Machine of 1st and 2nd
Crepper Jumbo (Case Study in PTPN VII of
Yamit, Z. (2012) Manajemen Produksi dan Operasi. Padang Pelawi Bussines Unit, Seluma
Jakarta: Edisi Kedua, Ekonisia. Regency, Bengkulu Province)

Jurnal : Sari, D. P., & Ridho, M. F. (2016). Evaluasi


Manajemen Perawatan Dengan Metode
Fauziah, N.(2015). Validasi Proses Pasteurisasi Reliability Centered Maintenance (Rcm) II
Menggunakan Alat Tubular Heat Pada Mesin Blowing I Di Plant I Pt Pisma
Exchanger Pada Produksi Susu Base Putra Textile. Jurnal Teknik Industri
Powder di PT Sugizindo, Bogor, Institut
Pertanian Bogor. Sefly Ruftyaz. (2017). Analisis Pemeliharaan Mesin
(Maintenance) dalam Meningkatkan
Hermawan, D. J. (2018). Peran Desain Layout dan Efisiensi Biaya Pemeliharaan Pada Ciwawa
Pemeliharaan Fasilitas Produksi Dalam Cake & Bakery. Fakultas Ekonomi dan
Menunjang Kelancaran Proses Produksi Bisnis Unpas.
pada Raja Mie Cokro Kota Probolinggo.
Capital: Jurnal Ekonomi dan Manajemen Titin, T., & Chamidatul, I. (2015). Analisa
Peningkatan Mutu Pemeliharaan Mesin
Iqbal, M. (2017). Pengaruh Preventive Maintenance Terhadap Kelancaran Proses Produksi
(Pemeliharaan Pencegahan) dan Pada Perusahaan Dolomite. JURNAL EKBIS:
Breakdown Maintenance (Penggantian ANALISIS, PREDIKSI DAN INFORMASI
Komponen Mesin) terhadap Kelancaran
Proses Produksi di Pt quarryndo Bukit Humas (2019) Perhatikan Hal Ini untuk Menjaga
Barokah. Almana: Jurnal Manajemen dan Kualitas Susu. https://www.humas.id. Tersedia di:
Bisnis https://www.humas.id/perhatikan-hal-ini-untuk-
menjaga-kualitas-susu/ [Diakses 1 Maret 2020]
Jasasila, J. (2017). Peningkatan Mutu Pemeliharaan
Mesin Pengaruhnya terhadap Proses Safitri, A. M (2018). 3 Penyebab Kematian Bayi Baru
Produksi pada PT Aneka Bumi Pratama Lahir yang Paling Umum di Indonesia.
(Abp) di Kabupaten Batanghari. Jurnal https://hellosehat.com. Tersedia di:
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-
anak/penyebab-kematian-bayi-baru-lahir/ [Diakses
Maryulina. (2010). Analisis Pemeliharaan Mesin pada 17 Februari 2020]
Produksi pada PT P&P Bangkinang di Desa
Simalinyang, Universitas Islam Negri Siaran Pers, 25 Nopember 2019. Industri Mamin
Sultan Syarif Kasim Riau Pekan Baru Andalan Tekan Defisit Neraca Perdagangan.
http://www.kemenperin.go.id. Tersedia di:
Pane, K. (2017). Perencanaan Preventive https://kemenperin.go.id/artikel/21270/Industri-
Maintenance pada Mesin Chiller dengan Mamin-Andalan-Tekan-Defisit-Neraca-
Metode Reliability Centered Maintenance Perdagangan- [Diakses 4 Desember 2019]
pada PT Multimas Nabati Asahan Kuala
Tanjung.

Pekerti, A. L., & Handayani, N. U. (2016). Analisis


Repair Policy dan Preventive Maintenance

Anda mungkin juga menyukai