Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.

2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

PENGARUH OBAT CTM TERHADAP TINGKAT KESADARAN PADA


SPRAQUE DOWLEY DI DALAM HYPOBARIC CHAMBER
PADA KETINGGIAN 25.000 FEET

Wardaya1, Ikin Tasikin2


Staf Dosen Prodi D3 Keperawatan Akademi Keperawatan RSP TNI AU1,2
Jl. Merpati no.2 Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta 13610
E-mail : wrdaerofis@gmail.com1, ikintasikin@gmail.com2

Abstak
Kemajuan teknologi di bidang penerbangan perlu didukung oleh awak pesawat yang prima baik secara fisik
maupun secara psikologis. Awak pesawat harus memiliki sense of safety atau yang lebih dikenal dengan istilah
jiwa airmanship yang didukung oleh aspek pengetahuan (knowlage), ketrampilan (skill), pengalaman
(experience), dan pertimbangan (judgment). Besarnya peranan awak pesawat didukung oleh data dari FAA
tentang penyebab kecelakaan pesawat terbang karena faktor manusia mencapai 66.7%, faktor media 13.2%,
faktor lainnya 20,1%. CTM merupakan salah satu contoh antihistamin yang umum. Antihistamin generasi I
seperti CTM selain mempunyai efek terapi seringkali juga menimbulkan efek samping yang salah satunya
adalah efek sedasi. Untuk itu perlu dilihat bagaimana pengaruh obat CTM terhadap waktu reaksi pada
ketinggian 25.000 kaki. Tujuan penelitian ini Sebagai bahan acuan dan penerapan bagi personel TNI AU dalam
konteks untuk melihat pengaruh CTM terhadap tingkat kesadaran dalam ruang udara bertekanan rendah pada
ketinggian 25.000 kaki. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo dengan menggunakan hewan
coba di bagi dalam tiga kelompok. Prosedur penelitian tikus ditempatkan dianimal house selama 1 minggu untuk
adaptasi, makan dan minum ad libitum, selanjutnya perlakuan yang diberikan adalah tikus dimasukkan ke dalam
hypobaric chamber dengan simulasi sesuai dengan latihan para penerbang. Dari hasil perhitungan statistik
menggunakan program SPSS versi 17.0 yaitu dengan membandingkan kadar radikal bebas stress oksidatif
MDA antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yang diberikan CTM dihasilkan angka P>0.05 yaitu
sebesar 0,71. Artinya tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan
pemberian CTM. Dan dari hasil perhitungan secara statistik tidak terjadi perbedaan bermakna antara kelompok
kontrol dengan kelompok perlakuan pemberian CTM untuk kadar GSH. Hal ini dibuktikan dengan nilai p>0,05
yaitu sebesar 0,128.
Kata Kunci : Pemberian CTM, Tingkat kesadaran, spraque dowley, hypobaric chamber, Ketinggian 25.000 feet

Abstract
Technological advances in the field of aviation need to be supported by excellent flight crews both physically
and psychologically. Aircraft crew must have a sense of safety or better known as the spirit of airmanship which
is supported by aspects of knowledge (knowlage), skills (skills), experience (experience), and judgment
(judgment). The magnitude of the role of flight crews is supported by data from the FAA regarding the causes of
airplane accidents due to human factors reaching 66.7%, media factors 13.2%, other factors 20.1%. CTM is an
example of a common antihistamine. Generation I antihistamines such as CTM in addition to having a
therapeutic effect often also cause side effects, one of which is a sedative effect. For this reason, it is necessary
to see how the CTM drug affects the reaction time at an altitude of 25,000 feet. The purpose of this study is as a
reference and application for Indonesian Air Force personnel in the context of seeing the effect of CTM on the
level of consciousness in a low-pressure air room at an altitude of 25,000 feet. This study is an in vivo
experimental study using experimental animals divided into three groups. The research procedure was that mice
were placed in an animal house for 1 week for adaptation, eating and drinking ad libitum, then the treatment
given was that the mice were put into the hypobaric chamber with simulations according to the pilots' training.
From the results of statistical calculations using the SPSS version 17.0 program, namely by comparing the
levels of MDA oxidative stress free radicals between the control group and the treatment group given CTM, the
P>0.05 is 0.71. This means that there is no significant difference between the control group and the treatment
group giving CTM. And from the results of statistical calculations there was no significant difference between
the control group and the treatment group giving CTM for GSH levels. This is evidenced by the value of p> 0.05
which is equal to 0.128.
Keywords : Giving CTM, level of consciousness, spraque dowley, hypobaric chamber, Altitude 25,000 feet

29
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

Pendahuluan diperlukan penerbang yang memiliki kondisi


fisik yang prima dan stabil serta kecakapan dan
Kemajuan teknologi di bidang kecepatan yang cukup baik, yang antara lain
penerbangan perlu didukung oleh awak bisa dilihat dari waktu reaksinya dalam
pesawat yang prima baik secara fisik maupun menjawab suatu rangsangan. Waktu reaksi bila
secara psikologis. Awak pesawat harus dipengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah
memiliki sense of safety atau yang lebih obat.
dikenal dengan istilah jiwa airmanship yang Antihistamin merupakan salah satu jenis
didukung oleh aspek pengetahuan (knowlage), obat yang sering dibutuhkan oleh penerbang
ketrampilan (skill), pengalaman (experience), baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi
dan pertimbangan (judgment). Besarnya dengan obat lain. CTM merupakan salah satu
peranan awak pesawat didukung oleh data dari contoh antihistamin yang umum. Antihistamin
FAA tentang penyebab kecelakaan pesawat generasi I seperti CTM selain mempunyai efek
terbang karena faktor manusia mencapai terapi seringkali juga menimbulkan efek
66.7%, faktor media 13.2%, faktor lainnya samping yang salah satunya adalah efek sedasi.
20,1%. Ada beberapa alasan yang Untuk itu perlu dilihat bagaimana pengaruh
mengharuskan awak pesawat harus berada obat CTM terhadap waktu reaksi pada
dalam kondisi prima baik secara jasmani ketinggian 25.000 kaki.
maupun rohani antar lain:
1. Awak pesawat bertanggung jawab Metode Penelitian
terhadap keselamatan jiwa penumpang
pesawat, apalagi saat ini ada pesawat- Penelitian ini merupakan penelitian
pesawat berukuran besar yang mampu eksperimental in vivo dengan menggunakan
membawa penumpang dalam jumlah hewan coba di bagi dalam tiga kelompok.
besar. Prosedur penelitian tikus ditempatkan dianimal
2. Awak pesawat bertanggung jawab house selama 1 minggu untuk adaptasi, makan
terhadap aset yang mempunyai nilai dan minum ad libitum, selanjutnya perlakuan
ekonomi dan strategi yang tinggi. Semua yang diberikan adalah tikus dimasukkan ke
pesawat terbang harganya tergolong dalam hypobaricchamber dengan simulasi sesuai
mahal, barang-barang yang diangkut juga dengan latihan para penerbang.yaitu sebagai
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. berikut:
Apalagi pesawat militer yang membawa 1. Naik dari ketinggian 0 kaki (setinggi
senjata atau amunisi mempunyai nilai permukaan laut/ground level) ke
startegi yang tinggi. ketinggian 35.000 kaki dengan rate of
3. Mengemban misi yang penting. Misalnya ascent 5.000 kaki/menit. Ketinggian
untuk pesawat sipil menjaga reputasi 35.000 kaki ini dipertahankan selama 1
perusahaan, pesawat militer membawa menit.
misi penting misalnya dukungan logistik, 2. Kemudian turun dari ketinggian 35.000
persenjataan, evakuasi, bantuan kaki ke 30.000 kaki dengan rate of descent
kemanusiaan, SAR dan sebagainya 5.000 kaki/menit, dan ketinggian ini
Tugas pokok TNI AU adalah untuk dipertahankan selama 3 menit.
mempertahankan wilayah dirgantara nasional 3. Kemudian turun lagi dari ketinggian
bersama segenap kekuatan pertahanan 30.000 kaki ke 25.000 kaki dengan rate of
keamanan negara lainnya. Salah satu alat descent 5.000 kaki/menit, dan ketinggian
utama sistem persenjataan TNI AU adalah ini dipertahankan sampai terjadi hilangnya
pesawat terbang. Seiring dengan kemajuan kesadaran pada hewan coba. Setelah
teknologi pesawat terbang juga semakin maju selesai dilakukan simulasi penurunan ke
dengan hadirnya pesawat-pesawat tempur yang ground level.
berkecepatan tinggi serta memiliki kemampuan 4. Setelah sampai di ground level, dilakukan
manuver yang tajam. Untuk mengawakinya pembiusan tikus dan pengambilan darah
30
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

dari arteri melauli atrium kiri untuk mereaksikan dengan asam tiobarbiturat
pemeriksaan gas darah. pada suhu 100ºC yang akan
5. Dilakukan pematahan tulang leher tikus, membentuk senyawa merah muda pada
dilakukan pembedahan jaringan otak tikus. panjang gelombang 530 nm
6. Jaringan otak dilakukan pemeriksaan
gambaran stress oksidatif (kadar MDA) 2. Pengukuran Aktivitas Enzim Antioksidan.
7. Jaringan otak dilakukan pemeriksaan Pengukuran kadar glutation dalam jaringan
gambaran aktifitas antioksidan (aktivitas otak (metode Ellman). Untuk pengukuran
spesifik gluthation). kadar GSH otak tikus digunakan 50 L
homogenat otak, kemudian ditambahkan
Varaibel Penelitian 200 L TCA 5 % untuk mengendapkan
1. Variable bebas. Jumlah induksi CTM protein, dan dikocok hingga homogen.
hipoksia hipobarik. Setelah itu ditambahkan 1.750 L dapar
2. Variable terikat: Waktu sadar efektif. fosfat pH 8,0. Selanjutnya dilakukan
sentrifugasi, supernatan diambil dan
Metode Analisis ditambahkan 25 L DNTB dan didiamkan
1. Pengukuran stress oksidatif. Pemeriksaan selama 1 jam. Serapan diukur pada 412
kadar MDA dengan uji tiobarbiturat yang nm dan dibandingkan dengan serapan
menggambarkan peroksidasi lipid (Metode larutan standar GSH dengan kadar 0; 1; 2;
Wills). 4; 5; 10 mg/mL. Kadar GSH dinyatakan
a. Pembuatan homogenat jaringan otak. dalam g/mg protein jaringan otak tikus.
b. Pemeriksaan kadar MDA dengan cara
normal dilakukan analisis statistic non
3. Pengukuran analisis gas darah , Hb, Ht, parametric . Perbedaan dinyatakan
dan jumlah eritrosit. Paramater yang bermakna bila terdapat perbedaan dengan
dinilai pada analisis gas darah adalah pO2, p < 0,05.
pCO2, HCO -, pH, dan Saturasi O ,
sedangkan pemeriksaan lainnya adalah 6. Hitung dosis. CTM dosis manusia 12 mg
hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), dan sehari. Jadi kalau berat badan manusia 60
jumlah eritrosit 3hematokriteritrosit,
2hemoglobin (Hb), kg, maka : 12 mg / 60 kg BB = 0,2
mg / kg BB. Jadi apabila berat badan
4. Jumlah sampel penelitian. Hewan coba tikus 300 gram, maka : 300 / 1000 x 0,2 =
yang digunakan adalah tikus jantan 0,06 mg / 300 BB tikus. Dengan demikian
Sprague Dawley, sehat, usia 2 bulan dapat dibuat komposisi dosis berbentuk
dengan berat 200-250 gram.Jumlah hewan larutan sebagai berikut : 0,6 mg dalam 10
coba pada penelitian ini menggunakan mL aqua steril atau 6 mg dalam 100 mL
rumus Federer (t-1)(n-1)>15. Dengan atau 12 mg dalam 200 mL. Jadi kalau BB
rumus ini didapat jumlah sampel masing- tikus tersebut 300 gram maka cukup
masing kelompok minimal 5 ekor tikus. disuntikkan dosis sebanyak 1 mL dari stok
larutan yang dibuat, tapi kalau BB tikus
5. Analisis Statistik. Data hasil penelitian 250 maka dosis yang disuntikkan sebesar
dianalisis secara statistic dengan 250 / 300 = 0,83 mL. Sebaliknya apabila
menggunakan Analysis of Varians BB tikus 350 gram maka dosis yang
(ANOVA). Bila data tidak terdistribusi disuntikkan sebesar 350 / 300 = 1,17 mL.

31
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

Hasil Penelitian

a. Analisis gas darah , Hb, Ht, eritrosir sebagai parameter hipoksia dalam penelitian tabel
4.
Tabel 4.
Parameter kontrol induksi
pO2 arteri(mmHg) 97,0+1,27 73,3+1,79
pCO2 arteri (mmHg) 39,7+0,75 36,9+0,60
Saturasi O2 arteri (%) 96,3+1,33 46,5 + 13,5
pH 7,39+0,024 7,35+0,008
HCO3 (mmol/L) 25,0+0,74 22,2+0,74
Hemoglobin (g/l) 126,0+1,27 136,6+2,64
Hematokrit (%) 38,9+1,20 45,8+1,97
Eritrosit ( L/1000) 7,2+0,28 7,5+0,2

b. Kadar Stress oksidatif MDA


Tabel 5.
Kode Berat Abs I Abs Rt2 Kadar Kadar stlh Kadar
sampel Jar II MDA pengenceran MD
(mg) (nmol/mL 2x A
) (nmol/mL) (nmol/
mg jar)
K1 101,8 0,184 0,19 0,187 3,023 6,046 0,0594
K2 100 0,092 0,091 0,0915 1,475 2,951 0,0295
K3 99 0,128 0,131 0,1295 2,091 4,183 0,0422
K4 102,5 0,114 0,111 0,1125 1,816 3,632 0,0354
K5 101,5 0,104 0,107 0,1055 1,702 3,405 0,0335
K6 103,3 0,084 0,084 0,084 1,354 2,708 0,0262
K7 103,9 0,094 0,1 0,097 1,565 3,129 0,0301
K8 103,9 0,076 0,074 0,075 1,208 2,416 0,0233
CT1 101 0,087 0,092 0,0895 1,443 2,886 0,0286
CT2 100 0,095 0,099 0,097 1,565 3,129 0,0313
CT3 102,6 0,086 0,092 0,089 1,435 2,870 0,0280
CT4 101,1 0,078 0,081 0,0795 1,281 2,562 0,0253
CT5 99,6 0,068 0,078 0,073 1,176 2,351 0,0236
CT6 103,8 0,079 0,08 0,0795 1,281 2,562 0,0247
CT7 101,3 0,083 0,091 0,087 1,403 2,805 0,0277

32
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

c. Kadar antioksidan Gsh


Tabel 6.
No Kode Abs I Abs Rt2 Kadar GSH
sampel II (ug/mL)

1 K1 0,012 0,016 0,014 0,520


2 K2 0,022 0,018 0,02 0,675
3 K3 0,012 0,016 0,014 0,520
4 K4 0,02 0,015 0,0175 0,610
5 K5 0,012 0,012 0,012 0,468
6 K6 0,015 0,017 0,016 0,571
7 K7 0,12 0,01 0,065 0,839
8 K8 0,02 0,021 0,0205 0,688
9 CT1 0,012 0,012 0,012 0,468
10 CT2 0,015 0,019 0,017 0,597
11 CT3 0,011 0,01 0,0105 0,429
12 CT4 0,017 0,019 0,018 0,623
13 CT5 0,013 0,012 0,0125 0,481
14 CT6 0,015 0,017 0,016 0,571
15 CT7 0,012 0,013 0,0125 0,481
16 CT8 0,016 0,018 0,017 0,597

d. Time of Useful Unconciusness. Diketinggian 25.000 feet selama paparan 5 menit


kemudian ditambah menjadi 10 menit selanjutnya ditambah lagi menjadi 20 menit dan
diteruskan sampe 45 menit ternyata semua tikus Spraque Dowley tetap sadar

33
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

Pembahasan Dari hasil ini tidak terjadi perbedaan


a. Pilihan parameter HHI yang diperiksa bermakna secara statistik namun terjadi
terdiri dari : pO2 arteri, pCO2, saturasi penurunan kadar GSH dari grafik. Hal
3
O2, pH, HCO -, Hb (hemoglobin), ini dapat ditafsirkan terjadinya interaksi
hematokrit, jumlah eritrosit, mengacu kadar GSH dengan CTM.
pada penelitian hipoksia normobarik d. Pada ketinggian 25.000 feet dilakukan
sistemik kronik Ferdinal
3 (2009). perlakuan hipoksia hipobarik dengan
Hasilnya seperti ditampilkan pada Tabel waktu maksimal selama 45 menit.
4. Nilai rerata + SD untuk data Namun semua tikus tetap dalam keadaan
-
pO2,pCO2,HCO ,Saturasi O2, sadar baik kontrol maupun kelompok
Hemoglobin, dan Hematokrit berbeda CTM. Tapi terjadi disbarisme pada
bermakna pada paparan hipoksia kedua kelompok, yaitu dengan ditandai
hipobarik dibandingkan kontrol. Dengan banyaknya gerakan menggaruk pada
menggunakan kriteria yang disebut pada hewan coba. Hal ini menandakan adanya
metode penelitian, konfirmasi terjadinya gejala trapped dan evolved gas nitrogen
hipoksia global/sistemik pda induksi yang terjadi pada persendian dan kulit
hipoksia hipobarik dipenuhi dengan hewan coba terutama pada kelompok
adanya 2 parameter yang nilainya tidak perlakuan dengan pemberian CTM.
normal, yaitu pO2 dan saturasi O2. Kesadaran tikus Sprague Dowley yang
b. Dari hasil perhitungan statistik tetap terjaga selama perlakuan hipoksi
menggunakan program SPSS versi 17.0 hipobarik yang berlangsung selama 45
yaitu dengan membandingkan kadar menit dikarenakan heart rate hewan
radikal bebas stress oksidatif MDA coba tersebut berdetak lebih cepat
antara kelompok kontrol dengan dibandingkan manusia yaitu sebanyak
kelompok perlakuan yang diberikan 420 kali per menit menurut salah satu
CTM dihasilkan angka P>0.05 yaitu literatur www.brainly.co.id. Hal ini
sebesar 0,71. Artinya tidak terdapat menyebabkan oksigen yang diikat oleh
perbedaan bermakna antara kelompok haemoglobin lebih cepat disalurkan ke
kontrol dengan kelompok perlakuan seluruh tubuh terutama jaringan otak.
pemberian CTM. Namun dalam gambar e. Menurut penelitian wardaya tentang
grafik seperti terjadi penurunan kadar stress oksidatif tahun 2014 bahwa
MDA. Secara statistik tidak terjadi beberapa senyawa yang sering
perbedaan bermakna namun secara dijadikan petunjuk adanya kerusakan
grafik seperti ada penurunan kadar akibat radikal bebas ini adalah
MDA pada kelompok perlakuan malondialdehid (MDA), glutation
pemberian CTM. Hal ini kemungkinan (GSH), karbonil dan enzim katalase.
adanya interaksi antara CTM dengan MDA merupakan metabolit hasil
radikal bebas MDA peroksidasi lipid oleh radikal bebas.
c. Dari hasil perhitungan secara statistik GSH memegang peranan dalam reaksi
tidak terjadi perbedaan bermakna antara penguraian peroksida menjadi air. Hal
kelompok kontrol dengan kelompok ini ditandai dengan meningkatnya kadar
perlakuan pemberian CTM untuk kadar MDA dan GSH pada paparan hipobarik
GSH. Hal ini dibuktikan dengan nilai yang ketiga kalinya. Namun dalam
p>0,05 yaitu sebesar 0,128. Demikian penelitian ini menunjukkan adanya
juga gambaran dari grafik menunjukkan penurunan kadar MDA dan GSH pada
seperti terjadi penurunan kadar GSH. kelompok perlakuan dibandingkan

34
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

kontrol yang menunjukkan adanya Edward Arnold,2006 page 122-123.


interaksi kuat antara CTM dengan kadar 3. Direktorat Kesehatan TNI AU,
radikal bebas MDA maupun antioksidan Dasar-dasar Kesehatan Penerbangan,
GSH. Jilid I danII, Jakarta, 1995
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar
Kesimpulan Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D,
a. Paparan hipoksia hipobarik akut Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
menyebabkan penurunan stres oksidatif Kedokteran EGC, 2006.
pada otak tikus, hal ini terbukti adanya 5. Farmakologi dan Terapi Edisi V,
penurunan kadar MDA dan GSH pada Bagian Farmakologi Fakultas
kelompok tikus yang mendapatkan Kedokteran UI,Jakarta, 2010.
paparan hipoksia hipobarik yang 6. Introduction of Aviation pada
diberikan CTM dibandingkan kontrol. www.faa. Gov/pilots/training/airman
Hal ini lebih disebabkan karena adanya pada tanggal 7Maret 2016.
interaksi CTM dengan kadar radikal 7. Eshchenko N.D. Energy Metabolism
bebas MDA maupun antioksidan GSH. in the Brain. In: Biochemistry of
b. Status oksidatif dan antioksidan pada Brain. Ed.
jaringan otak dua kelompok hewan coba I.P. Ashmarin etc. St. Petersburg: St.
berbeda, terbukti dari kadar MDA yang Petersburg State University
berbeda antara kelompok kontrol dan Publishing,1999. p. 124-169.
perlakuan. Begitu pula ekspresi enzim 8. Stroev, S.A. The Role of Endogenous
antioksidan GSH yang berbeda antara Protein Antioxidants in Neuronal
kelompok kontrol dan perlakuan hewan Adaptation to Hypobaric Hypoxia.
coba. Hal ini disebabkan interaksi kadar University of Tampere Finlandia:
CTM dengan kadar radikal bebas MDA TampereUniversity Press, 2013. p.26
maupun antioksidan gsh pada kelompok 9. Neuroanatomi (1). Materi Ajar
perlakuan hewan coba. Susdokbangan A-14 oleh dr. Mifathul
c. Meskipun dari analisis secara statistik Firdos, Sp.S. 2016
tidak menunjukkan kemaknaan 10. ARAS Simplified Diagram pada
pengaruh CTM terhadap waktu sadar http://zlab.rutgers.edu/ 7 Maret 2016.
efektif pada hewan coba baik kontrol 11. Sensory Pathway pada
maupun perlakuan, namun secara http://www.humanneurophysiology.c
deskriptif tampak adanya gambaran om/ pada 7 Maret2016
penurunan radikal bebas MDA dan 12. Neuroanatomi (2). Materi Ajar
antioksidan GSH pada kelompok Susdokbangan A-14 oleh dr. Miftahul
perlakuan hewan coba dibandingkan Firdos, Sp.S. 2016
kontrol. 13. Neuroanatomi (2). Materi Ajar
Susdokbangan A-14 oleh dr. Miftahul
Daftar Pustaka Firdos, Sp.S. 2016
14. Arousal Pathway in Cortical
th
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 4 Activation on Waking State pada
Edition. Perhimpunan Dokter http://www.medscape.org/ pada 7
Penyakit DalamIndonesia. 2010 Maret 2016.
2. Ernsting’s Aviation Medicine, 15. Davies K J. Oxidative stress: The
Rainford & Gardwell, 4th Edition, paradox of aerobic life. Biochem.

35
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan Vol.1, No.2, Februari 2022
E-ISSN : 2798-6950

Soc. Symp.1995;61:1–31. oksidatif, antioksidan, dan adaptasi


16. Gradwell DP. Hypoxia and fisiologis jaringan otak pasca induksi
hyperventilation. In: Rainford DJ, hipoksia hipobarik intermiten pada
Gradwell DP, editor. Ernsting’s tikus Spraque dowley. Penelitian
aviation medicine. 4th ed. London: Lakespra saryanto 2014
Hodder Arnold. 2006.
17. Goeswin Agus, prof dan Andreas
Sumardji, Obat-obatan dalam
Penerbangan, Simposium Pendidikan
Kesehatan Penerbangan
Berkelanjutan, Bandung 2001
18. LAFIAU, Obat-obatan dalam Dunia
Penerbangan, 2003 (Available on-
line with updates at
http://www.infodiknas.com/obat-
obatan-dalam-dunia-
penerbangan.html ). (verified March
10th 2016).
19. Cermin Dunia Kedokteran,
Kesehatan Penerbangan Tahun 1994.
(Available on- line with updates at
https://www.scribd.com/doc/8314193
/Cdk-093-Kesehatan- Penerbangan).
(verified March 10th 2016)
20. Blog Kesehatan Penerbangan,
Beberapa pengaruh Obat-obatan
dalam Penerbangan Tahun 2013.
(Available on-line with updates at
https://www.com.beberapa-pengaruh-
obat-obatan-dalam-penerbangan).
(verified March 15th 2016)
21. Elda Damayanti, Farmasi dan
Kesehatan Penerbangan tahun 2013,
(Available on-line with updates at
http://eldadamayan.blogspot.co.id/20
13/01/farmasi-dan- kesehatan-
penerbangan.html ). (verified March
15th 2016)
22. Kedokteran dan Kesehatan
Penerbangan (Available on-line with
updates at
https://www.diigo.com/list/melissara
mpen/aerospace-
medicine?page_num=1&order_by=1
) (verified March 15th 2016)
23. Wardaya, dkk. Analisis respons stres

36

Anda mungkin juga menyukai