Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Lutfi Riskyta Istikomah 1810711014
Rahmawati Eka Yulistyani 1810711020
Likha Mahabbah S. M. 1810711078
Nur Rohmah 1810711083
2022
Kesehatan Kelautan dan bawah air adalah kesehatan matra yang berhubungan
dengan pekerjaan atau keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi ( hiperbarik).
Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi :
1. Kesehatan penyelaman
2. Kesehatan pelayaran dan lepas pantai
3. Kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.
1. Pelayanan Kesehatan
Contoh Kegiatan Kesehatan Operasi muliter di laut (Dinas Kesehatan Angkatan Laut,
2019)
1. Rumah Sakit Angkatan Laut (RumKit al) Tingkat I, Tingkat II, Tingkat III, dan
Tingkat IV
2. Satuan Kesehatan (Satkes)
3. Balai Kesehatan (Balkes)
4. Balai pengobatan
5. Tim Uji dan Pemeriksaan Kesehatan mobile.
c. Klasifikasi
1) Tipe I
Tipe I ini lebih ringan, tidak mengancam nyawa, dan ditandai dengan rasa
nyeri pada persendian dan otot-otot serta pembengkakan pada limfonodus.
Gejala yang paling umum dari CD adalah nyeri persendian yang awalnya
ringan kemudian memberat seiring waktu dan dirasakan terutama bila
melakukan gerakan.
2) Tipe II
CD tipe II merupakan masalah serius dan dapat menyebabkan kematian.
Manifestasinya bisa berupa gangguan respirasi, sirkulasi, dam biasanya
gangguan nervus perifer dan / atau gangguan susunan saraf pusat.
d. Manifestasi Klinis
Umumnya tanda gejala dekompersi, antara lain :
o Timbul saat dekompresi atau dipermukaan (paling lama 24 jam setelah
menyelam).
o Mula-mula rasa kaku kemudian rasa nyeri
o Kekuatan otot menurun
o Bengkak kemerahan Peau d’orange
o Banyak pada penyelam ulung dan singkat
o Anggota atas 2-3x lebih banyak dari bawah.
o ⅓ kasus pada bahu kemudian siku, pergelangan tangan, tangan, sendi paha,
lutut dan kaki.
o Asimetri
o Kasus ringan, tidak rekompresi, nyeri hilang 3-7 hari.
2) Pruritus, atau “skin bends” yang menyebabkan rasa gatal atau terbakar pada
kulit, dan
3) Ruam pada kulit yang biasanya beraneka warna atau menyerupai marmer
atau papular, atau ruam yang menyerupai plak. Pada kasus tertentu yang
jarang menyerupai kulit jeruk
3) Gangguan pada sistem saraf. Dari kasus yang dilaporkan hanya ada sekitar
30% yang disertai dengan keluhan nyeri. Tanda dan gejalanya bervariasi
karena kompleksnya susunan saraf pusat dan perifer. Onset gejala biasanya
segera atau hingga 36 jam
e. Penatalaksanaan
- Penatalaksanaan untuk Caisson Disease ringan dapat diobati dengan
menghirup O2 100% pada tekanan permukaan, pengobatan terpenting
adalah rekompressi.
- Bila penderita perlu diangkut ke ruang rekompresi yang terdekat atas
nasehat dokter hiperbarik, maka bila ada RUBT (Ruang Udara Bertekanan
Tinggi) portable bertekanan 2 ATA penderita dimasukkan ke dalam unit ini
dan diangkut ke RUBT defenitif
- Bila perlengkapan ini tidak tersedia maka penderita diberi O2 100% pada
tekanan 1 ATA dengan masker tertutup rapat, diselingi tiap 30 menit
bernafas selama 5 menit dengan udara biasa untuk menghindari intoksikasi
O2.
- Bila nampak gejala serius maka dipasang infus larutan garam isotonik atau
Ringer dan pada kasus ringan penderita diberi banyak air minum sampai
urin berwarna putih dan jumlahnya banyak bila perlu dipasang keteter dan
pleurosentesis.
- Bila nampak gejala neurologik maka dosis tinggi kortikosteroid diberikan
untuk menanggulangi edema, namun keberhasilannya dipertanyakan
- Penderita secepat mungkin diangkut ke fasilitas RUBT. Tiba di RUBT
maka rekompresi dengan O2 100% dengan tekanan paling sedikit 18 meter
(2,8 ATA) adalah pilihan utama pada banyak kasus PD.
- Bila sesudah 10 menit penderita belum sembuh sempurna maka terapi
diperpanjang sampai 100 menit dengan diselingi tiap 20 menit bernafas
selama 5 menit dengan udara biasa.
- Setelah ini dilakukan dekompresi dari 18 meter ke 9 meter selama 30 menit
dan mengobservasi penderita kemungkinan terjadinya deteriorasi.
Selanjutnya penderita dinaikkan ke permukaan selama 30 menit. Seluruh
waktu pengobatan dapat berlangsung selama kurang dari 5 jam.
2. Keracunan Oksigen
a. Pengertian
- Keracunan oksigen akut mengenai otak yang terjadi bila tekanan parsial
oksigen melebihi 2 ATA.
- Keracunan oksigen kronis terjadi setelah penghisapan oksigen dalam
jangka waktu lama dengan tekanan parsial 0,8 ATA atau lebih.
- Dapat juga terjadi bila bernafas dengan 100% oksigen dipermukaan
selama 20-40 jam.
b. Etiologi
- Penggunaan alat selam closed atau semi-closed circuit dengan 100% O2
atau O2 yang diperkaya sebagai gas pernafasannya.
- Pada penyelaman saturasi dimana digunakan campuran O2 yang
diperkaya atau O2 murni untuk memperpendek waktu dekompresi.
c. Keracunan oksigen akut
- Penyebab
Penyebab pasti belum diketahui, diduga adanya hambatan pada enzim2
tertentu yang dibutuhkan untuk reaksi biokimiawi di otak
- Tanda gejala
1) Mual muntah
2) Kepala terasa ringan atau pusing
3) Getaran2 bibir dan otot
4) Halusinasi pandangan atau pendengaran
5) Inkoordinasi getaran otot
6) Kebingungan
7) Kejang epileptik
8) Tinitus
9) Vertigo
- Pengobatan
1) Cegah cidera tubuh akibat kejang -> letakkan sendok atau tongspatel
yang dibungkus kain di mulut (cegah tergigitnya lidah).
2) Di dalam air, penyelam harus diangkat ke permukaan setelah fase tonik
konvulsinya menghilang.
3) Jika di dalam RUBT perhatikan tabel dekompresi.
4) Dekonvulsan diberikan pada keadaan tertentu.
- Pencegahan
1) Melakukan hiperventilasi dan menyelingi pernafasan O2 dengan
bernafas ke udara.
2) Penyelaman dengan O2 100% maksimal kedalaman 10 m.
- Penyebab
Diduga terjadi perubahan enzim dan berpengaruh pada surfaktan paru (paru
dapat kolaps)
- Gejala
1) Tenggorokan gatal (seperti influenza)
2) Rasa pedih di belakang tulang dada
3) Batuk (terutama bila bernafas dalam, kering dan mengiritasi)
4) Rasa sakit bertambah berat dengan pernafasan
5) Nafas berbunyi dan batuk tak terkontrol
6) Nafas pendek
7) Dapat terjadi dahak berdarah
8) Kematian
9) Dapat menimbulkan jaringan parut pada paru dan pengaruhnya
berlangsung sangat lama
- Pengobatan
1) Dapat diberikan hidrokortison dan bronkodilator
2) Jika terlihat gejala awal keracunan -> tekanan O2 harus diturunkan
sebanyak mungkin dan pasien dipaksa untuk bernafas dengan udara
jika kerusakan terus terjadi.
- Pencegahan
1) Pengukuran fungsi vital paru -> amati tanda awal keracunan
2) Selingan dengan bernafas udara.
3) Penghembusan nafas secara maksimal secara periodik -> cegah kolaps
paru.
3. Keracunan CO2
a. Etiologi
- Penyebab utama
b. Tanda gejala
c. Pengobatan
1) Hentikan aktifitas otot -> alirkan udara segar ke dalam alat selam dan naik ke
permukaan dengan bantuan jaket pelampung.
2) Bila sumber pencemaran sudah disingkirkan -> berikan O2 100% melalui
masker
3) Pencegahan -> ventilasi dari semua gas yang dikeluarkan dari helm
penyelam, ruang dekompresi dan pengikatan CO2 oleh zat kimia penyerap
dalam alat
4. Barotrauma
a. Pengertian
b. Klasifikasi
1) Barotrauma Telinga
3) Barotrauma Paru
4) Barotrauma Gigi
Barotrauma gigi ini terjadi apabila ada gigi yang berlubang (caries) akibatnya
rasa sakit pada gigi (terutama saat menyelam) yang disertai perdarahan.
1) Toynbee Manuver
Cubit hidung dan lakukan menelan pada saat menyelam untuk menyamakan
tekanan lingkungan.
2) Frenzel Manuver
3) Lowry Technique
Cubit hidung, meniup dan menelan lakukan secara bersamaan.
4) Edmonds Technique
5) Valsavah Manuver
Menutup kedua sisi hidung dan mulut serta meniup pipi dengan ekspirasi
paksa. Peningkatan tekanan akan menyebabkan udara dalam ruang masuk
ke kedua tabung eustachius, menggembungkan rongga telinga tengah dan
membran timpani akan menonjol.
5. Tenggelam
Tenggelam merupakan salah satu resiko yang dihadapi oleh setiap orang yang
berkecimpung di air, dan sering mengakibatkan kematian karena masuknya air ke
dalam paru-paru. Oleh karena itu kepada semua calon penyelani dan juga
penyelani diharuskan dapat berenang dan disarankan pula semua penyelam
memakai rompi apung yang dilengkapi tabung CCL atau yang dihubungkan
dengan scuba sehingga dapat dikembangkan dengan cepat apa bila dalam keadaan
darurat.
Gangguan bahaya lainnya yang dapat terjadi saat menyelam seperti serangan dari
binatang laut yang berbahaya baik yang berbisa maupun yang beracun. Binatang
laut ada yang menggigit tapi ada pula yang menyengat. Luka yang diakibatkan oleh
gigitan binatang sewaktu menyelam dapat menyebabkan pendarahan yang hebat
dan dapat menimbulkan kematian. Sedangkan binatang laut yang nienyengat tidak
menimbulkan luka yang berarti, tetapi reaksi alergi/keracunan yang ditimbulkan
dapat pula membahayakan penyelam. Beberapa binatang laut yang berbahaya yang
perlu diwaspadai oleh penyelani seperti ubur-ubur, kerondong, gurita, ikan pari,
ikan hiu, karang api, jelatang laut, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Angkatan Laut (2019) ‘Warta Kesehatan TNI AL media komunikasi,
Koordinasi dan Informasi’.
Farida, I., Arini, D., & Astuti, N. M. (2020). Aplikasi Tehnik Equalisasi Untuk Mencegah
Barotrauma Pada Penyelam Tradisional. GEMASSIKA : Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(2), 155. https://doi.org/10.30787/gemassika.v4i2.545
LAKESLA. (2013). Buku Ajar ilmu Kesehatan Penyelaman Dan Hiperbarik. Jakarta:
Lembaga Kesehatan Kelautan TNI-AL.
Sumiarto, D., & Mes, S. (2015). Paket Instruksi Scuba Sistem Terbuka Khusus Penyelam
Scuba (Scuba Diver). Surabaya: Komando Pengembangan Dan Pendidikan TNI.