Anda di halaman 1dari 28

MODUL PRAKTIKUM

AERODINAMIKA PESAWAT TERBANG

LABORATORIUM AERODINAMIKA
UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADARMA
Jakarta, Indonesia
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum .................................................................................................... 2
C. Mamfaat Praktikum ................................................................................................. 3

BAB II TEORI DASAR


A. Aerodinamika .......................................................................................................... 4
B. Airfoil ....................................................................................................................... 4
C. High Lift Devices ..................................................................................................... 6
D. Metode Perhitungan ............................................................................................. 11

BAB III METODE EKSPERIMEN


A. Pengertian Metode Eksperimen ............................................................................ 17
B. Kelebihan Metode Eksperimen ............................................................................. 19
C. Alat Yang Digunakan Uji Eksperimen ................................................................... 20

BAB IV PENGUJIAN
A. Pra Praktikum ....................................................................................................... 25
B. Langkah Praktikum ............................................................................................... 25
C. Software Solidwork ............................................................................................... 26

BAB V PENUTUP
A. Tugas .................................................................................................................... 27
B. Soal Latihan .......................................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut pandangan konstruktivisme, pembelajaran yang diterapkan
saat ini harus berorientasi pada pembangunan pengetahuan peserta didik
secara mandiri. Peserta didik dilatih untuk menemukan informasi – Informasi
belajar mandiri dan aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksi
dengan lingkungannya, sehingga terwujud pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik (student centered). Pemikiran tersebut didukung oleh Gasong
(2006), yang menyatakan bahwa proses pembelajaran peserta didik harus
didorong secara aktif untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri serta
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Salah satu strategi pembelajaran yang baik dan sejalan dengan
hakikat konstruktivisme adalah penerapan model pembelajaran berbasis
praktikum. Pada pembelajaran berbasis praktikum peserta didik lebih
diarahkan pada experimental learning (belajar berdasarkan pengalaman
konkrit), diskusi dengan teman, yang selanjutnya akan diperoleh ide dan
konsep baru. Oleh karena itu, belajar dipandang sebagai proses penyusunan
pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta
interpretasi.
Strategi belajar dengan praktikum dapat mendukung peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir (hands on dan
minds on). Hal ini sesuai dengan pendapat Gabel (Wulan, 2003) bahwa
kegiatan laboratorium atau praktikum dapat memberikan kesempatan pada
peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan kemauan berpikir
logis. Dengan pembelajaran praktikum peserta didik dirangsang untuk aktif
dalam memecahkan masalah, berpikir kritis dalam menganalisis
permasalahan dan fakta yang ada, serta menemukan konsep dan prinsip,
sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bermakna dengan suasana
belajar yang kondusif. Oleh karena itu perlu alat praktikum yang digunakan
untuk menunjang kebutuhan mata kuliah aerodinamika. Alat yang di maksud
adalah Wind tunnel.

1
Sebagai seorang mahasiswa, kita dituntut untuk menguasai ketiga
aspek tersebut terlebih aspek eksperimental karena aspek inilah yang paling
dekat dengan fenomena yang terjadi sesungguhnya. Untuk mata kuliah
aerodinamika ini, salah satu konten penting yang harus dipahami oleh
mahasiswa Aeronotika dan Astronotika adalah fenomena – fenomena
aerodinamika yang terjadi pada suatu profil sayap. Pemahaman mahasiswa
akan hal tersebut akan dipertajam lewat praktikum mengenai fenomena-
fenomena aerodinamika pada suatu planform sayap.
Pertama adalah pendekatan teoritik, kedua adalah pendekatan
eksperimen dan yang terakhir adalah simulasi dan komputasional.
Pendekatan teoritik adalah hal yang biasa kita lakukan dalam kuliah, di mana
kita berusaha memodelkan suatu fenomena fisik ke dalam suatu persamaan
matematik. Sementara pendekatan eksperimental adalah melakukan tindakan
praktikal yang riil, serta berusaha sedekat mungkin dengan fenomena fisik
yang terjadi di alam. Eksperimen biasanya dilakukan secara prosedural di
dalam laboratorium. Sedangkan pendekatan komputasional adalah
pemanfaatan teknologi komputer untuk memodelkan fenomena fisik yang
terjadi di alam. Untuk memprediksi karakteristik aerodinamika sayap, di
lakukan pendekatan komputasi menggunakan software solidwork.
Pendekatan tersebut menghasilkan geometri, prilaku aliran dan karakteristik
aerodinamika sayap dengan membandingkan menggunakan metode
praktikum.

B. Tujuan Praktikum
Dalam melakukan percobaan ini pengujian Aerofoil NACA 65 3 -218

dengan menggunakan system High Lift Devices (HLD) mahasiswa dapat


memahami tentang perbedaan distribusi tekanan yang dialami sayap dengan
adanya penambahan flap yang berfungsi untuk menambah lift (gaya angkat)
dan mempengaruhi terhadap koefisien gaya angkat maksimum. Penomena ini
juga dengan mengetahui besarnya distribusi tekanan sepanjang permukaan
atas (upper surface) dan permukaan bawah (lower surface) digambarkan
dalam bentuk kurva Cp (tekanan koefisien) terhadap x/c (rasio jarak dari
leading edge dengan panjang chord).

2
C. Mamfaat Praktikum
Ada beberapa mamfaat dari praktikum ini diharapkan dapat
bermanfaat :
1) Praktikum ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas mahasiswa yang
melaksanakan praktikum di Laboratorium Aerodinamika dengan adanya
keefektifan pelaksanaan praktikum aerodinamika pesawat terbang.
2) Praktikum ini bermanfaat bagi mahasiswa sebagai sarana untuk
memantapkan pengetahuan yang diperoleh dengan keadaan yang
sesungguhnya.

3
BAB II
TEORI DASAR

A. Aerodinamika
Aerodinamika diambil dari kata Aero dan Dinamika yang bisa diartikan
udara dan perubahan gerak dan bisa juga ditarik sebuah pengertian yaitu
suatu perubahan gerak dari suatu benda akibat dari hambatan udara ketika
benda tersebut melaju dengan kencang. Benda yang dimaksud diatas dapat
berupa kendaran bermotor (mobil, truk, bis maupun motor) yang sangat
terkait hubungannya dengan perkembangan aerodinamika sekarang ini.
Adapun hal – hal yang berkaitan dengan aerodinamika adalah kecepatan
kendaraan dan hambatan udara ketika kendaraan itu melaju.
Aerodinamika berasal dari dua buah kata yaitu aero yang berarti
bagian dari udara atau ilmu keudaraan dan dinamika yang berarti cabang ilmu
alam yang menyelidiki benda-benda bergerak serta gaya yang menyebabkan
gerakangerakan tersebut. Aero berasal dari bahasa Yunani yang berarti
udara, dan Dinamika yang diartikan kekuatan atau tenaga. Jadi Aerodinamika
dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai akibat-akibat yang
ditimbulkan udara atau gas-gas lain yang bergerak.
Dalam Aerodinamika dikenal beberapa gaya yang bekerja pada
sebuah benda dan lebih spesifik lagi pada mobil seperti dikemukakan oleh
Djoeli Satrijo (1999;53).
“Tahanan Aerodinamika, gaya angkat aerodinamik , dan momen
angguk aerodinamik memiliki pengaruh yang bermakna pada unjuk
kendaraan pada kecepatan sedang dan tinggi. Peningkatan penekanan pada
penghematan bahan bakar dan pada penghematan energi telah memacu
keterkaitan baru dalam memperbaiki unjuk kerja aero dinamika pada jalan
raya”.

B. Airfoil
NACA airfoil adalah bentuk airfoil sayap pesawat udara yang
dikembangkan oleh National Advisory Committee for Aeronautics (NACA).
Samapi sekitar Perang Dunia II, airfoil yang banyak digunakan adalah hasil
riset Gottingen. Selama periode ini banyak pengujuan arifoil dilakukan

4
diberbagai negara, namun hasil riset NACA lah yang paling terkemuka.
Pengujian yang dilakukan NACA lebih sistematik denga membagi pengaruh
efek kelengkungan dan distribusi ketebalan atau thickness serta pengujiannya
dilakukan pada bilangan Reynold yang lebih tinggi dibanding yang lain. Airfoil
yang saat ini umum digunakan sangat dipengaruhi oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh NACA ini.
NACA airfoil adalah salah satu bentuk bodi aerodinamika sederhana
yang berguna untuk dapat memberikan gaya angkat tertentu terhadap suatu
bodi lainnya dan dengan bantuan penyelesaian matematis sangat
memungkinkan untuk memprediksi berapa besarnya gaya angkat yang
dihasilkan oleh suatu bodi airfoil. Geometri airfoil memiliki pengaruh besar
terhadap karakteristik aerodinamika dengan parameter penting berupa CL,
dan kemudian akan terkait dengan lift (gaya angkat yang dihasilkan). Sampai
sekitar Perang Dunia II, airfoil
yang banyak digunakan adalah hasil riset Gottingen. Selama periode ini
banyak pengajuan arifoil dilakukan diberbagai negara, namun hasil riset
NACA lah yang paling terkemuka. Pengujian yang dilakukan NACA lebih
sistematik dengan membagi pengaruh efek kelengkungan dan distribusi
ketebalan atau thickness serta pengujiannya dilakukan pada bilangan
Reynold yang lebih tinggi dibanding yang lain. Hal ini sering dirangkum oleh
beberapa parameter seperti: ketebalan maksimum, maksimum bentuk
melengkung, posisi max ketebalan, posisi maks bentuk melengkung, dan
hidung jari – jari. Suatu airfoil terdiri dari :

Gambar 2.1. bagian – bagian airfoil

5
 Permukaan atas (Upper Surface)
 Permukaan bawah (Lowerer Surface)
 mean camber line adalah tempat kedudukan titik-titik antara permukaan
atas dan bawah airfoil yang diukur tegak lurus terhadap mean camber
line itu sendiri.
 Leading edge adalah titik paling depan pada mean camber line,
biasanya berbentuk lingkaran dengan jari-jari mendekati 0.02c
 Trailing edge adalah titik paling belakang pada mean camber line
 Camber; adalah jarak maksimum antara mean camber line dan garis
chord yang diukur tegak lurus terhadap garis chord.
 Ketebalan (thickness); adalah jarak antara permukaan atas dan
permukaan bawah yang diukur tegak lurus terhadap garis chord.

C. High Lift Devices (HLD)


Pada saat tinggal landas (take off) dan pendekatan pendaratan
(landing approach) semua pesawat terbang bergerak dengan kecepatan yang
relative rendah. Pada saat tersebut besarnya gaya angkat berbanding lurus
dengan kuadrat kecepatan (V) dan koeffisien gaya angkat (CL), sehingga
untuk memenuhi gaya angkat yang dibutuhkan pada saat tinggal landas dan
pendekatan pendaratan yang memiliki kecepatan rendah diperlukan C Lyang
lebih besar.
Guna memenuhi kebutuhan CL tersebut diatas, maka perlu dirancang
sayap yang mampu memberikan gaya angkat yang tetap meskipun
kecepatannya berubah – ubah atau sayap yang CLnya dapat berubah,
sehingga nilai daya angkatnya tetap. Dari teori tersebut, maka diperlukan
system yang dikenal sebagai piranti penambah gaya angkat (High Lift
Devices — HLD), yang berupa flap, slot dan. lain sebagainya.
Prinsip kerja HLD pada dasarnya terdiri dari 3 unsur, yaitu :
a) Merebah geometri airfoil, sehingga memperbesar ukuran chamber.
b) Merubah panjang chord atau luas sayap
c) Mengendalikan lapisan batas (boundary layer control) dengan
memberikan energi tambahan pada aliran.
Jadi cara untuk mendapatkan kecepatan terbang yang minimum
dengan CLmax adalah dengan cara memperbesar mean chamber pada

6
airfoil. Dan untuk memperbesar mean chamber tersebut ialah dengan
mempergunakan alat atau piranti yang disebut high lift devices. Secara garis
besar yang termasuk dengan piranti penambah gaya angkat (high lift
devices) adalah :
a) Bidang Flap
b) Slot
Dan bila ditinjau dari prinsipnya terdapat dua konfigurasi HLD yang
A. Konfigurasi HLD pada tepi haluan airfoil
B. Konfigurasi HLD pada tepi buritan airfoil

 Konfigurasi HLD pada Tepi Haluan airfoil


Cara yang dapat dilakukan guna menaikkan nilai CLmax dengan
cara menunda terjadinya stall atau menaikkan sudut serang (angle of
attack) selanjutnya ditandai dengan simbol (α) pada CLmax adalah
digunakannya tipe konfigurasi HLD pada tepi haluan. Seperti diketahui
bahwa pada (α) tinggi, tekanan puncak tepi haluan yang amat tinggi
memudahkan terjadinya fenomena stall. Oleh karena itu dengan
mendefleksikan flap tepi haluan (leading edge Sap/device), maka akan
terjadi perubahan kelengkungan lokal airfoil yang berakibat
menurunkan tekanan puncak tepi haluan (leading edge peak
pressure). Pengaruh pemakaian HLD tepi pada haluan airfoil terhadap
koefisien gaya angkat dan sudut serang ini dapat dilihat pada gambar
2.2.a dan gambar 2.2.b.

Gambar 2.2.a Pengaruh HLD terhadap distribusi tekanan

7
Adapun kerugian dari piranti ini adalah pada α rendah terjadi
penurunan gaya angkat (lift drop) karena terjadi pelepasan aliran pada
permukaan bawah HLD tepi haluan.
Terdapat beberapa jenis HLD tepi haluan (leading edge device)
antara lain : nose droop, slat dan krueger flap. Prinsip ketiga alat
tersebut mirip HLD tepi buritan (trailing edge device). Dari jenis-jenis
HLD tepi haluan tersebut yang dipilih dan dijadikan objek penelitian ini
adalah jenis leading edge flap/slat yang digabung dengan slot (leading
edge slotted slat). Konfigurasi-konfigurasi HLD yang digunakan pada
tepi haluan dapat dilihat pada gambar 2.2.c.

Gambar 2.2.b Pengaruh HLD terhadap Coefficient Lift Airfoil

8
Gambar 2.2.c Macam – macam Leading Edge Slat dan Trailing Edge Flap

 Konfigurasi HLD padaTepi Buritan Airfoil.


Terdapat beberap jenis HLD tepi buritan (tailing edge device)
antara lain plain flap, split flap, zap flap, fowier flap, slotted flap dan
double slotted flap. Dari beberapa jenis HLD tepi buritan yang ada,
yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis trailing edge slotted
flap, seperti yang terlihat pada gambar 2.2.c
Bila flap didefleksikan akan menyebabkan bertambahnya sudut
serang efektif dengan cara penambahan chamber pada aerofoil,
sehingga dengan sudut serang yang sama flap yang terdefleksi akan
menghasilkan CL yang lebih besar dari pada flap pada posisi netral.
Dengan demikian penggunaan flap pada akhirnya akan menghasilkan
peningkatan CLmax yang sangat berguna bagi penerbangan pada saat
operasi kecepatan rendah.

9
Selain dari pada hal tersebut diatas, defleksi flap juga akan
menurunkan “zero lift angle of attach, namun dengan α efektif yang
lebih besar dengan α aktual, maka defleksi flap akan menurunkan α
stall. Pengaruh penggunaan HLD pada tepi buritan terhadap koefisien
gaya angkat dan sudut serang maksimum ini dapat dilihat pada
gambar 2.2.a dan gambar 2.2.b.

D. Metode Perhitungan

 Perhitungan Properti Udara


Data masukan Input untuk pengukuran kondisi ruangan didapat dari
barometer, termometer dan hygrometer. Selanjutnya input data kondisi
ruangan tersebut akan diolah untuk mendapatkan viskositas, densitas dan
faktor kelembaban.

a. Viskositas (viscosity)
Untuk mendapatkan viskositas udara (air viscosity) digunakan rumus :
3
 T 2
  (2.1)
T S

dimana :  = 1.458 x 10-6kgs-1m-1K-


T = suhu (K)
S = konstata Sutherland 110.4 K

b. Densitas (density)
Untuk mendapatkan densitas udara digunakan rumus :

pe e P  e R 
   d      1  1   (2.2)
RT RV RT  p  R 

Dengan memasukan nilai R/R = 0.622, maka :

P  e
  1  0,378 p  (2.3)
RT  

dimana :  = densitas udara (Kg/m3)


d = densitas udara kondisi kering (Kg/m3)

10
v = densitas udara kondisi uap jenuh (Kg/m3)
P = tekanan atmosfir ruangan (Pa)
R = tetapan gas ideal (m2/s2.K )
Rv = tetapan gas uap jenuh (m2/s2.K)
e = factor kelembaban

c. Faktor kelembaban (humidity factor)

Untuk mendapatkan factor kelembaban ruangan pada waktu pengujian


digunakan rumus :

H .emax
e  (2.4)
100

dimana :

 7.5T

emax   611 x 10 237.3T 
 (2.5)
 

sehingga didapatkan:

H  
7.5T

e   611 x 10 237.3T  (2.6)


100  

dimana : H = humidity/kelembaban dari hygrometer (%)


emax = kondisi 100% uap air (mengembun)
T = suhu (K)

 Distribusi Tekanan

Pengetahuan dasar tentang distribusi tekanan sangat perlu


dipahami untuk rancang bangun struktur dan karakteristik
aerodinamika suatu aerofoil. Distribusi tekanan juga akan
mempengaruhi lapisan batas dan dapat dikatakan bahwa karakteristik
aerodinamika dari suatu aerofoil lebih dipengaruhi oleh distribusi
tekanan daripada geometrinya.

11
Gambar 2.3. Distribusi tekanan pada suatu aerofoil

Dari data terowongan angin dimana model berada dalam suatu


kondisi aliran yang mensimulasikan daerah terbang, dapat
dipergunakan untuk menggambarkan daerah aliran yang sebenarnya
sesuai dengan kondisi alirannya. Oleh karena itu perlu dilakukan
penentuan suatu koefisien terhadap tekanan, guna menunjukkan
hubungan antara koefisien tak berdimensi dari distribusi tekanan
dengan konfigurasi geometri dan sudut serang. Koefisien tak
berdimensi tersebut adalah koefisien tekanan yang ditulis :

P  P P  P
Cp   (2.7)
1    2 q
2  

Pada aliran tak-termampatkan dengan densitas yang konstan


berdasarkan persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut :

2
Cp  1  2 (2.8)


12
Dari persamaan (2.7) tersebut diperoleh bahwa :
a. Untuk aliran yang tak-termampatkan pada titik stagnasi Cp akan
berharga satu (maksimal) karena kecepatannya nol.
b. Cp positif (+) jika tekanan yang terjadi lebih besar dari pada
tekanan aliran bebas, dan sebaliknya Cp negatif (-) jika tekanan
yang terjadi lebih kecil dari pada tekanan aliran bebasnya.

P = P (s) = surface pressure distribution


 =  (s) = surface shear stress distribution

Gambar 2.4. Ilustrasi distribusi tekanan dan gaya geser


pada suatu permukaan aerofoil

Maka harga Cp setiap lubang airfoil untuk setiap variasi sudut


serang (α) dapat di hitung. Perubahan ketinggian air dalam manometer
menjadi tekanan di lakukan sesuai rumus yang ada dalam fluida static,
yaitu P = Patm + ϼ g H

13
Untuk
1
   V 2    g  H (2.9)
2

Dengan demikian
P  P   g  H 1  H 3  H 1  H 3
Cp    (2.10)
1   V  2
  g  H H
2

 Perhitungan Kecepatan
Untuk mendapatkan kecepatan di seksi uji dipergunakan rumus :

2   air  g  Pref
V  (2.11)
 udara

dimana : V = kecepatan (m/s )


air = densitas air (1.000 kg/m3)
udara = densitas udara (kg/m3)
Pref = perubahan tekanan statis pada kontraksi (Pa)
g = gravitasi (9.82 m/s)

 Perhitungan Reynolds Number


Untuk mendapatkan Reynolds Number dipergunakan rumus :

 V  l
Re  (2.12)

dimana : Re = Reynolds Number


 = densitas udara (kg/m3)
V = kecepatan (m/s)
 = viskotas

14
 Perhitungan Mach Number
Untuk mendapatkan Mach Number dipergunakan rumus :

V V
Ma  
a  P

V
 (2.13)
    R T

V

  R T

dimana ; P = .R.T
a = kecepatan suara (m/s)

15
BAB III
METODE EKSPERIMEN

D. Pengertian Metode Eksperimen


Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu
dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan
Zain (2006 : 136) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di
mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam pembelajaran dengan metode
percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membukti-kan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu
objek, keadaan atau proses tertentu sehingga dengan demikian siswa dituntut
untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran dan mencari kesimpulan atau
proses yang dialaminya.
Menurut Sumantri (dalam Widarmika 2012: 1) metode eksperimen
(percobaan) adalah suatu tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat
secara aman dan dalam pembelajaran melibatkan siswa dengan mengalami
dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Sedangkan metode
eksperimen menurut Al-farizi (dalam Ifzanul 2009 : 4) adalah metode yang
bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam
prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.
Menurut Trowbridge dan Bybee (dalam Sarwi 2010 : 115), kegiatan
laboratorium baik dalam bentuk demonstrasi maupun eksperimen
(percobaan), dapat digolongkan menjadi kegiatan laboratorium yang bersifat
verifikasi (deduktif) dan kegiatan laboratorium inkuiri (induktif). Kegiatan
laboratorium verifikasi diartikan suatu rangkaian kegiatan observasi atau
pengukuran, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan yang bertujuan
untuk membuktikan konsep yang sudah dibelajarkan. Dalam kegiatan
eksperimen inkuiri, lingkungan belajar dipersiapkan untuk memfasilitasi agar
proses pembelajaran berpusat pada siswa. Eksperimen tidak hanya untuk
mencapai kompetensi ranah psikomotorik, tetapi juga ranah kognitif dan
ranah afektif.

16
Dari uraian diatas bahwa metode eksperimen adalah cara penyajian
bahan pelajaran dimana siswa maupun mahasiswa melakukan percobaan
dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau
hipotesis yang dipelajari. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di
mana siswa maupun mahasiswa melakukan suatu percobaan tentang
sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya,
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa maupun
mahasiswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Juga siswa maupun mahasiswa dapat terlatih dalam cara berfikir
yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa maupun mahasiswa menemukan
bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen siswa maupun mahasiswa diberikan kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.
Dari uraian diatas maka terlihat bahwa metode eksperimen berbeda
dengan metode demonstrasi. Kalau metode demonstrasi hanya menekankan
pada proses terjadinya dan mengabaikan hasil, sedangkan pada metode
eksperimen penekanannya adalah kepada proses sampai kepada hasil.
Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus
dilaksanakan didalam laboratoriom tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar.
Adapun tujuan dari metode eksperimen menurut Sumantri dan
Permana (dalam Agan, 2011: 1) adalah :
a) Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau
data yang diperoleh;
b) Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaan;
c) Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui
percobaan.

17
Tujuan dari eksperimen atau percobaan adalah memberi kesempatan
bagi mahasiswa untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang
mereka pelajari dan mengembangkan cara berpikir yang rasional. Menurut
Hurrahman (2011: 1) target dari metode eksperimen adalah supaya
mahasiswa dapat membuktikan kebenaran dari teori-teori konsep yang
berlaku dan supaya mahasiswa mendapat kepuasan dari hasil belajarnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan metode
eksperimen menurut Hurrahman (2011: 1) adalah sebagai berikut :
a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.
b) Usahakan mahasiswa terlibat langsung sewaktu mengadakan
eksperimen.
c) Sebelum dilaksanakan eksperimen mahasiswa terlebih dahulu diberikan
pengarahan tentang petunjuk dan langkah – langkah kegiatan
eksperimen yang akan dilakukan.
d) Lakukan pengelompokan atau masing – masing individu melakukan
percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan
dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.
e) Setiap individu atau kelompok dapat melaporkan hasil pekerjaannya
secara tertulis.

E. Kelebihan Metode Eksperimen


Metode eksperimen juga memiliki kelebihan seperti halnya metode-
metode pembelajaran yang lain. Pada metode ini siswa dituntut aktif untuk
mengikuti proses pembelajaran, hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah
(dalam Djamarah dan Zain, 2006 : 137) sebagai berikut:
a) Dengan eksperimen mahasiswa terlatih menggunakan metode ilmiah
dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya
pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya
pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
b) Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat; hal mana itu sangat dikehendaki
oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, dimana mahasiswa lebih
banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.

18
c) Mahasiswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping
memperoleh ilmu pengetahuan; juga menemukan pengalaman praktis
serta keterampilan dalam menggunakan alat – alat percobaan.
d) Dengan eksperimen mahasiswa membuktikan sendiri kebenaran
sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka yang tahayul,
ialah peristiwa – peristiwa yang tidak masuk akal.

F. Alat Yang Digunakan Uji Experiment


C1. Wind Tunnel

Gambar 3.1. Suryadarma Low Speed Tunnel

Peralatan yang digunakan pada gambar di atas dalam percobaan


adalah jenis terowongan angin subsonic, yaitu Suryadarma Low Speed
Tunnel (SLST) yang sudah di kalibrasi. Kecepatan udara yang mengalir
melalui terowongan angin dihasilkan oleh blower yang diputar oleh motor
listrik. Variasi kecepatan dilakukan dengan mengatur Digital Motor Controller.
Untuk mengukur tekanan static (P) pada setipa lubang pada permukaan
model aerofoil, sebagai model percobaan, digunakan manometer air. Selain
itu pada seksi kontraksi dipasang juga pitot tube, guna mengukur tekanan
total (Po) dengan ketinggian manometer air H2 dan tekanan static free stream
(P) dengan ketinggian manometer air H1.
Pengetahuan dasar tentang distribusi tekanan sangat perlu dipahami
untuk rancang bangun struktur dan karakteristik aerodinamika suatu aerofoil.

19
Distribusi tekanan juga akan mempengaruhi lapisan batas dan dapat
dikatakan bahwa karakteristik aerodinamika dari suatu aerofoil lebih
dipengaruhi oleh distribusi tekanan daripada geometrinya.

Distribusi tekanan hidrostatis dalam persamaan ini adalah :

Ph    g  h (3.1)

Jadi persamaan tekanan total adalah :

PTotal  PHidro  PAtm (3.2)

PTotal    g  h  PAtm (3.3)

C2. Airfoil 653 – 218

Gambar 3.2. Model Airfoil 653 - 218

Model airfoil yang digunakan dalam percobaan ini adalah jenis model
aerofoil NACA 653-218 yang digunakan pada pesawat CN 235 yang
dilengkapi dengan sisitem HLD. Untuk mengukur tekanan static (P) pada
setiap lubang pada permukaan model aerofoil sebagai model percobaan,
digunakan manometer air. Selain itu pada seksi kontraksi dipasang juga pitot

20
tube, guna mengukur tekanan total (Po) dengan ketinggian manometer air H2
dan tekanan static free stream (P) dengan ketinggian manometer air H1.
Dengan demikian tekanan dinamis (0,5  V2 ) bisa diketahui dengan
menghitung beda ketinggian air H2 dan H1. Sebagai model digunakan model
aerofoil NACA 653-218 yang dilengkapi dengan sisitem HLD yaitu terdapat
komponen Flap yang dipasang pada aerofoil dengan jumlah 33 lubang yang
terdiri dari 23 lubang pada aerofoil, 10 lubang pada Flap. Masing – masing
lubang dihubungkan dengan pipa selang fleksibel ke manometer air, sehingga
manometer air semuanya berjumlah 33 dengan variabel ketinggian H3.

Dengan demikian tekanan dinamis 1 2    V 


2
bisa di ketahui dengan

menghitung beda ketinggian air H1 dan H2.


Suatu sistem yang digunakan pada airfoil NACA dalam meningkatkan
gaya angkat (Lift). Pada Airfoil ini dilengkapi dengan bagian – bagian antra
lain :
1. Aerofoil dilengkapi dengan 23 lubang itu sudah termasuk lubang bagian
permukaan atas dan permukaan bawah.
2. Flap dilengkapi dengan 10 lubang dan ini juga sudah termasuk jumlah
lubang bagian permukaan atas dan permukaan bawah.
Peralatan lainnya dilengkapi dengan alat ukur yaitu tabung pitot/pipa
tabung yang berisi air. Alat ini berguna mengukur besaarnya tekanan yang
terjadi pada bagian permukaan atas maupun permukaan bawah, ini juga
dapat diketahui aliran wake yang terjadi dibelakang Airfoil untuk lebih jalasnya
aliran wake dibahas pada bab berikutnya.
Berikut ini akan dijelaskan gambar penampang Airfoil NACA 653-218
yang telah dimodifikasi dengan piranti penambah gaya angkat (HLD).

21
Gambar 3.3. Airfoil NACA 653 – 218 modifikasi HLD

C3. Barometer

Gambar 3.4. Alat barometer

22
C4. Penggaris

Gambar 3.5. Penggaris

Penggaris adalah sebuah alat pengukur atau alat bantu untuk


menggambar garis lurus. Alat ukur ini sendiri memiliki skala terkecil sekitar
1mm atau 0,1cm. Penggaris memiliki ketelitian pengukuran setengah dari
skala terkecil yang dimilikinya yakni 0.5mm.

23
BAB IV
PENGUJIAN

A. Pra Praktikum
1) Mengukur kondisi atmosfer laboratorium seperti temperature (T),
Kelembapan (α) dan tekanan (P) masing-masing dengan
menggunakan termometer, higrometer dan barometer.
2) Pastikan model uji dan seksi uji dalam keadaan tidak kotor !!!

B. Langkah Praktikum
a. Pasang model percobaan sesuai petunjuk instruktur (aerofoil NACA
653-218 yang dilengkapi flap dan slat dengan variasi sudut serang).
b. Catat ketinggian referensi air pada manometer dan catat
temperatur ruangan tekanan,dan kerapatan udara.
c. Mengatur sudut serang pada aerofoil yang ditentukan oleh
instruktur.
d. Hidupkan Blower dengan menaikan “switch” pada posisi ON
selanjutnya tekan “Start button”.
e. Mencatat data – data hasil percobaan dengan menggunakan table,
yaitu :
 Tekanan dinamis dengan beda ketinggian antara H1 dan H2.
 Tekanan static udara.
 Mencatat perubahan H3 setiap lubang (33 lubang) pada
permukaan airfoil NACA 653-218 yang dilengkapi dengan flap
dan slat, untuk setiap sudut (α) defleksi RPM yang berbeda.
Kemudian disusun pada satu table, (tabel pengamatan).
 Membuat kurva Cp vs x (lubang pada airfoil) untuk setiap sudut
(α) defleksi yang berbeda.
f. Ulangi cara pada bagian e dengan variasi sudut serang dari –20, -
16,…, 20 (kelipatan empat).

24
C. Software Solidwork
Solidworks adalah software yang digunakan untuk membangun
geometri model pesawat dan digunakan untuk melakukan simulasi CFD.
Berikut adalah tampilan dari software Solidwork.

Gambar 4.1. Software Solidwork

Selain untuk membangun geometri, pada penelitian ini software solidworks


juga digunakan untuk melakukan simulasi komputasi dinamika fluida, dengan
fitur Flow Simulation yang sudah terintegrasi.

Gambar 4.2. Simulasi Solidwork

Untuk cara penggunaan software solidwork akan di bantu oleh asisten untuk
mengetahui simulasi aerodinamika pada airfoil 653 – 218.

25
BAB V
PENUTUP

D. Tugas
1) Buatlah laporan hasil praktikum selama anda praktek di
laboratorium aerodinamika sesuai dengan arahan Asisten laboran.
2) Buatlah kesimpulan dari hasil praktikum yang mahasiswa kerjakan
selama praktikum di Laboratorium Aerodinamika.

E. Soal Latihan
Kerjakanlah soal di bawah ini :
a) Apa pengertian aerodinamika ?
b) Apa yang anda ketahui tentang airfoil ?
c) Jelaskan yang anda ketahui tentang distribusi tekanan beserta
rumusnya ?
d) Jelaskan proses terjadinya gaya angkat ?
e) Jelaskan apa yang mahasiswa ketahui tentang High Lift Devices
(HLD) ?

26

Anda mungkin juga menyukai