Anda di halaman 1dari 117

WORKSHOP

SDM INSPEKTOR
KELAIKAN LAUT MILITER

oleh:
Indra Tjahja
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
2. INSPECTION & TEST PLAN AND SEQUENCE
OF INSPECTION ELECTRIC & ELECTRONIC
3. PETUNJUK PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
ELECTRIC OUTFITTING
4. PERATURAN AUTOMATISASI
5. PENUTUP
6. LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
 Pemeriksaan dibidang Platform Electric Outfitting meliputi
pemeriksaan pondasi-pondasi peralatan listrik, identifikasi
peralatan listrik dan kabel-kabel serta uji fungsi peralatan-
peralatan listrik disesuaikan dengan prosedure dari pabrik dan
standard galangan/Klas sesuai urutan dari Inspection and Test
Plan.

 Sebelum diadakan pemeriksaan dengan Owner, dilaksanakan


dahulu pemeriksaan intern pelaksana (bengkel listrik/electronic)
kalau sudah siap diterbitkan UPP ke QA, kalau tidak memenuhi
standard galangan/Klas maka diterbitkan NCR. Menurut QA
kalau sudah siap baru diacarakan dengan Owner dan Class. Jika
pemeriksaannnya diterima oleh Owner/Class maka diterbitkan
HPP yang ditanda tangani oleh QA, Class dan Owner.
 Pemeriksaan Platform Electric Outfitting meliputi pemeriksaan
pondasi-pondasi, cable tray, identifikasi kabel dan peralatan,
connection kabel dan megger test (tset isolasi). Uji fungsi
meliputi peralatan-peralatan : BCC, ECC, System General
Alarm, Fire Alarm System, Main Lighting dan Emergency
Lighting, peralatan CO2 alarm/halon system, lampu navigasi,
lampu dekorasi, peralatan komunikasi, peralatan navigasi,
lampu darurat, motor-motor listrik, diesel generator, system
propulsi, automatisasi, system sewaco dan persenjataan.

 Semuanya merupakan persyaratan keamanan (safety) dan


kelaikan kapal tersebut, sehingga diharapkan kapal siap
berlayar dan bertempur
2. INSPECTION, TEST PLAN AND
SEQUENCE OF INSPECTION
ELECTRIC & ELECTRONIC
I. MAKSUD DAN TUJUAN / Intention & Aim
Prosedur ini dipergunakan untuk mengatur mekanisme
rencana pemeriksaan dan pengujian mulai dari proses
produksi sampai dengan tahap penyerahan.

II. DOKUMEN TERKAIT / PENDUKUNG / Reference


Document
 Kontrak / Building Contract
 Spesifikasi Teknis / Technical Specification
 Peraturan Klas / Class Regulation
 PAL Shipbuilding Quality Standard (PSQS)
 Peraturan lain yang mendukung Pembangunan Kapal.
III. RUANG LINGKUP / Apllication
Prosedur ini dipergunakan untuk mengatur rencana
pemeriksaan dan pengujian untuk pembangunan kapal
baru .

IV. KETERANGAN / Remark


1. No. Document = nomor yang tertera pada dokumen
Protokol Test (TP & TR)
2. Item of Inspection = item-item yang diperiksa oleh OS
/ Klas / PAL
3. Kind of Inspection = jenis pemeriksaan

4. PAL = PT. PAL INDONESIA


V. INSPECTION & TEST PLAN FOR ELECTRIC & ELECTRONIC

NOTE :
O : Tobe Inspected
- : No Inspection
. : Inspection Report
(HPP/UPM)
 : Record
# : Random Check
VI. PERALATAN ELECTRIC & ELECTRONIC

 VI.1 WHEELHOUSE (W/H)  SARTS (Search And Rescue


 Peralatan : Transponders)
 Radar Navigasi
 SSAS (Ship Security Alert
System)
 Speed Log  GMDSS (Global Maritime Distres
 Echo Sounder Safety System)
 Radio Communication  VI.2 BCC (position in W/H)
 Steering Gear/Steering Stand  Trotle M/E
 Fire Detection System  Engine Telegrap
 ECDIS (Electronic Chart Display  Indicator M/E
Information System)  Control M/E
 AIS (Automatic Indent. Syst.)  Panel-2 Navigation Light
 VDR (Voyage Data Recorder)  Panel-2 Main Lighting
 Gyro Compass  Panel-2 Emergency Lamp
 Magnit Compass  SPT & Telephone
 EPIRB (Emergency Position
Indicating Radio Beacom)
 Battery Cahrger & Accumulator
for Communication ets
 VI.3 ECC  VI.4 ENGINE ROOM
 Trotle M/E  M/E
 Engine Telegrap  A/E :
 Indicator M/E  DG (Diesel Generator)
 Control M/E  EDG (Emergency Diesel
 Control Pitch Propeller Generator)
 SPT and Telephone  Group Starter Panel
 Monitoring and Record (print)  Boiler
M/E & A/E  OWS/ODM (Oil Discharge
Monitoring)
 Pump Motor
 Icenerator
 Hydroulic Crane
 Motor Cargo Pump
 Fuel Oil Separator
 Compressor
 VI.5 ENGINE CONTROL  VI.8 Steering Gear Room
ROOM  Motor/Pompa Hydroulic untuk
 ECC Steering Gear/kemudi
 MSB/ESB  VI.9 CIC Room
 Tank Level :  Remote Control Gun 57/40
 Fuel Tank  MOC
 Bilge  IFF Console
 Ballast Tank  ESM Console
 Cargo  Dagai
 VI.6 DECK MACHINERING  Torpedo Console
 Hatch Cover  Excoset Console
 Crane  Etc.
 VI.7 Cargo Pump Room
 Pompa-pompa Crago kapasitas
1300 Ton/jam
VII. SEQUENCE OF INSPECTION FOR ELECTRIC & ELECTRONIC SYSTEM
VII. 1 SEQUENCE OF INSPECTION FOR ELECTRIC SYSTEM

PHASE ACTIVITY INSPECTION

STORE SHOP MATERIAL HANDLING

------ QC
IN SHOP / ON IDENT MATERIAL QA
BOARD CLASS
OS
------ QC
CABLE WAY QA
ON BOARD
CLASS
OS

CABLE CONNECTION ------ QC


QA
------ QC
QA
MEGGER TEST CLASS
OS
------ QC
SAFETY DEVICE QA
CLASS
OS
------ QC
HARBOUR QA
ACCEPTANCE TEST
CLASS
(HAT & SAT)
OS
NOTE :
QC = SHOP INSPECTOR
QA = QA INSPECTOR
CLAS = CLASSIFICATION SURVEYOR
OS = OWNER SURVEYOR
VII. 2 SEQUENCE OF INSPECTION FOR ELECTRONIC SYSTEM

PHASE ACTIVITY INSPECTION

STORE SHOP MATERIAL HANDLING

------ QC
IN SHOP / ON IDENT MATERIAL QA
BOARD
CLASS

------ QC
CABLE WAY QA
CLASS
OS

CABLE LAYING ------ QC


QA

------ QC
CORE WIRE TEST QA

--- QA
SETTING TO WORK INTEGRATION OS
T/A
SYH
FUNCTION TEST

SEA INTEGRATION ------ QA


TEST CLASS
OS
NOTE :
QC = SHOP INSPECTOR
QA = QA INSPECTOR
CLAS = CLASSIFICATION SURVEYOR
OS = OWNER SURVEYOR
TA = TENAGA AHLI / TECHNICAL ASSISTANT
3. PETUNJUK PEMERIKSAAN
DAN PENGUJIAN
ELECTRIC OUTFITTING
PEMERIKSAAN PEMASANGAN
SEAT (PONDASI)

1. Maksud dan Tujuan :


 Urutan pemeriksaan pemasangan seat (pondasi)
digunakan petunjuk-petunjuk tertentu yang bertujuan
untuk mendapatkan mutu / kualitas dan mengurangi
kesalahan pemasangan pada waktu pelaksanaan di kapal.
 Pada dasarnya pemasangan pondasi (seat) pada suatu
peralatan di kapal merupakan hal yang sangat konkrit.
 Untuk memperoleh mutu/kualitas pelaksanaan pekerjaan
di kapal, diperlukan pemeriksaan yang didasari dengan
ketentuan dan peraturan-peraturan standar.
2. Prosedur
1. Memeriksa pemasangan seat / pondasi yang terpasang
dengan peralatannya, terutama permukaan pondasi harus
rata / tidak bergelombang, tegak lurus.
2. Dinding dan kaki seat harus mempunyai penguat untuk
menghindari getaran dan kejutan, pemasangan sepatu seat
biasnya dipergunakan pad seat - seat yang besar, yang
penempatannya langsung pada dinding / lambung.
3. Sebelum seat terpasang, maka perlu dicat terlebih dulu,
karena kalau seat sudah terpasang baru dicat, maka pondasi
bagian dalam sulit dicat.
4. Memeriksa pengelasan seat / cable way terutama kaki
mengetahui apakah benar penempatannya pada penguat
deck, struktur lambung.
5. Pemasangan pondasi / seat harus dihindarkan dari
berdekatan dengan klep-klep air dan minyak.
6. Kedudukan seat / pondasi harus sesuai dengan gambar
standar ketinggian pemasangan dari peralatan tersebut.
7. Pemasangan cable way dan penembusan kabel harus
disesuaikan dengan jumlah kabel yang akan terpasang.
8. Untuk pemasangan di luar ruangan harus menggunakan
tembusan kedap air.
9. Pondasi peralatan khusus (Meriam, Radar, ESM, Gyro,
Master Plate) mempunyai persyaratan khusus yang
diterbitkan pabrik pembuat peralatan / atau dalam
alignment procedure.
PEMERIKSAAN MATERIAL

1. Maksud dan Tujuan :


 Menjamin dan memastikan suatu peralatan / material yang
dipergunakan sesuai dengan sertifikat dan standar yang ditetapkan.
2. Prosedur :
a) Periksa identitas material / peralatan sebelum dan setelah terpasang.
b) Memeriksa material secara visual harus baik fisik maupun
fungsinya.
c) Harus mengetahui ketentuan-ketentuan peralatan / material yang
dipergunakan
misalnya : * Peralatan kedap.
Pemasangan luar ruangan, ruang lembab.
* Peralatan tidak kedap
Pemasangan dalam ruangan / kamar.
d) Peralatan panel harus dilengkapi skema diagram.
PEMERIKSAAN PEMASANGAN DAN PENYAMBUNGAN
KABEL

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini digunakan untuk mengetahui mekanisme
pemeriksaan setelah proses pemasangan dan
penyambungan kabel selesai.
 Prosedur ini digunakan untuk menentukan status
diterimanya dari hasil pemasangan dan penyambungan
kabel.
 Dalam pelaksanaan pemasangan dan penyambungan
kabel sudah atau belum sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang ditetapkan.
2. Prosedur
a) Memeriksa pemakaian kabel di kapal apakah sudah sesuai
dengan sertifikat kabel.
b) Kerapian pemasangan wiring kabel misalnya dalam bengkokan
(bending) kabel penyusunan alur kabel, clamp kabel, pemakaian
vinyl bushing pada dinding kayu.
c) Untuk pemakaian clamp kabel harus menggunakan standar yang
berlaku antara lain:
i. Cukup galvanis di ruang dalam.
ii. Cukup Stainless steel di ruang luar & ruang basah.
d) Pemasangan kabel pada plate bar hanya diijinkan max. 3 lapis.
e) Penggunaan plica tube pemasangannya pada tempat yang
terdapat air / oli.
f) Untuk pemasangan kabel khusus (Radar, Echo Sounder, Speed
Log dan Radio Telegraph) harus tersendirikan dengan kabel
lainnya, bila pemasangannya dalam satu tempat (hanger) maka
harus diberi jarak dengan kabel lainnya lebih dari 50 mm.
g) Dalam pemkaian compon pada tembusan kabel harus dapat
dibedakan antara lain
i. Di ruang dalam pakai compon yang keras.
ii. Di ruang luar pakai compon yang lembek.
iii. Pada tempat-tempat khusus disesuaikan standar.
h) Pemotongan core cable yang terpasang harus bisa menjangkau
pada terminal yang paling jauh dan kerapian core cable dalam
panel / junction box dengan pengikat kabel (insulog)
i) Memeriksa kekuatan jepitan scun kabel dan pemakaian scun
yang terpasang apakah sudah sesuai dengan kabel dan terminal
yang ada.
j) Memeriksa simbol-simbol / nomor kabel yang dalam panel
dengan gambar kerja untuk mempermudah perbaikan kemudian
hari.
k) Kabel arde yang terpasang harus benar-benar kontak antara
panel dengan lambung kapal dan dilapisi isolasi / stringking
yellow – green baik di pesawatnya maupun panel ke body kapal.
l) Setiap kabel harus diberi nomor kabel. .
PEMERIKSAAN
TAHANAN ISOLASI

1. Maksud dan Tujuan :


 Untuk mengetahui dengan pasti apakah suatu
peralatan elektrik tidak terjadi short circuit atau
terjadi kelembaban sebelum difungsikan.
 Pemeriksaan antara Belitan motor, Busbar dan
Breaker-breaker dengan ground / body kapal. Hal
ini diperlukan agar tidak terjadi kerusakan /
terbakarnya suatu perlatan sebelum difungsikan .
2. Prosedur
2.1. Tahanan Isolasi MSB.
a) Periksalah dan perhatikan bahwa semua cable &
peralatan-peralatan pendukung MSB (Relay, Trafo,
Lampu Indicator, Meter-meter, dll) sudah terconnect
dengan baik dan benar jalur kabel.
b) Lepas fuse-fuse karena ada beberapa peralatan
pendukung yang biasanya dibodykan sebagai
pengaman.
c) Lakukan pengetesan dengan alat megger antara
phasa R  ground, S  ground, T  ground, serta
Phase to Phase.
d) Lakukan pula pengetesan untuk Breaker-breakernya.
e) Hasil megger haruslah di atas 1 M (Rule BKI).
f) Catatan hasil megger di TEST PROCEDUR .
2.2. Tahanan isolasi untuk Motor & stater panel .
a) Matikan power dari MSB dengan meng-off-kan
Breaker di stater panel.
b) Pastikan bahwa semua cable sudah disambung
dengan baik dan benar.
c) Lakukan pengetesan dengan megger untuk power
R  ground, S  ground, T  ground.
d) Lakukan pengetesan dengan megger untuk power
U  ground, V  ground, W  ground.
e) Hasil pengetesan haruslah di atas 1 M.
f) Catat hasil megger di TEST PROCEDURE .
2.3. Tahanan Isolasi untuk Main Light dan Dist
Board .
a) Matikan power dari MSB dengan meng-off-kan
Breaker didistribusi board.
b)Pastikan bahwa semua cable sudah disambung
dengan baik dan benar.
c) Lakukan pengetesan dengan megger untuk
masing-msing Breker R  ground, S 
ground, T  ground.
d)Catat hasil megger di Test Procedure..
PEMERIKSAAN PEMASANGAN DAN PENGUJIAN
BCC ( BRIDGE CONTROL CONSOLE )

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini digunakan untuk menjelaskan urutan
pemeriksaan dan pengujian pada peralatan Bridge
Control Console (BCC) sesuai dengan standar
pengujian yang ada.
 BCC adalah suatu alat sistem control
interkomunikasi antara anjungan dengan kamar
mesin / Engine Control Console. Juga dapat
dipergunakan untuk transmisi perintah sistem
pembalikan secara elektrik maupun mekanik dari :
 Anjungan ke kamar mesin (ECR)
 Anjungan ke haluan dan buritan
 Anjungan ke seluruh bagian kapal dan kamar.
2. Prosedur
a) Pemreriksaan ident material
b) Pemeriksaan pemasangan pondasi seat.
c) Pemeriksaan instalasi kabel dan connection sesuai core
list connection diagram.
d) Pengujian fungsi semua peralatan yang ada pada BCC
tersebut.
e) Pastikan penunjukkan peralatan yang ada di anjungan
sama dengan di ECC
f) Undang pihak ketiga (Class dan OS).
g) Catat hasil di protokal Test BCC.
h) Periksa grounding sistem dengan baik.
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN PERALATAN
ECC (ENGINE CONTROL CONSOLE)

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur Pemeriksaan dan Pengujian ini dipergunakan
untuk mendapatkan proses pengoperasian dari system
peralatan tersebut harus sesuai dengan standar yang
berlaku.
 Engine Control Console (ECC) adalah suatu peralatan
control dari mesin utama dan mesin bantu juga dapat
untuk mengoperasikan mesin utama .
2. Prosedur
a) Sebelum pemasangan seat / pondasi peralatan terlebih dahulu kondisi
deck harus rata sehingga tidak terjadi gap / celah antara seat dengan
deck
b) Terpasangnya peralatan harus sesuai dengan gambar kerja dan
selanjutnya check kebenaran penyambungan kabel-kabelmya.
c) Pemeriksaan pemasangan dan penyambungan kabel peralatan sesuai
dengan terminal kabel yang diterbitkan desain / maker.
d) Sebelum function test peralatan tersebut, periksa dulu power AC /
DC.
e) Karena peralatan control ini hanya sebagai penunjang dari bekerjanya
peralatan-peralatan mesin di ruang mesin, maka dalam pelaksanaan
function test selanjutnya hanya memonitor indicator - indicator
apakah sudah sesuai dengan peralatan mesin yang sedang diuji atau
ditest.
f) Pastikan setting-setting peralatan sesuai dengan tabel safety device,
baik untuk alarm dan emergency stop.
g) Pastikan meter indikator harga-harganya sudah sesuai dan sama
penunjukkan antara ECC, BCC dan Panel Pengamat.
h) Panggil pihak ketiga (Class dan OS) untuk test dan verifikasi.
i) Catat hasilnya di test protocole .
PEMERIKSAAN PEMASANGAN DAN PENGUJIAN
SYSTEM GENERAL ALARM

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini dipergunakan
untuk menjelaskan
pemasangan dan pengujian
peralatan apakah sudah sesuai
dengan standar kerja, gambar
kerja, dan peraturan
pengetesan PT.PAL Indonesia.
 General Alarm adalah suatu
tanda bahaya untuk
mengetahui terjadinya suatu
kebakaran atau bahaya -
bahaya lainnya di kapal.
2. Prosedur
a) Pemeriksaan pemasangan peralatan sesuai dengan gambar
kerja.
b) Pemeriksaan penyambungan kabel sesuai terminal kabel.
c) Pemeriksaan jalur kabel dan pemasangannnya sesuai
dengan gambar kerja.
d) Pemeriksaan tegangan ke paralatan.
e) Pemeriksaan uji coba sesuai dengan prosedur peralatan
tersebut.
f) Menentukan status diterima hasil pemeriksaan dan
pengujian.
g) Mengundang pihak ketiga (yang terkait).
h) Catat hasil di protocole test.
i) Pastikan bahwa General alarm bisa dioperasikan dalam
kondisi normal dan darurat dengan Supply tegangan 24 V
dari Rectifier dan Battrey
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
FIRE ALARM

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini digunakan untuk menjelaskan
pemeriksaan dan pengujian Fire Alarm System
yang telah dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
di PT. PAL Indonesia.
 Fire Alarm System adalah suatu alat untuk
mendeteksi atau memberi tahu bahwa ruang
akomodasi dan engine room terjadi kebakaran
yang dapat dimonitor dari wheel House.
2. Prosedur
a) Pemeriksaan pemasangan sesuai dengan gambar kerja.
b) Pemeriksaan pemasangan dan penyambungan kabel
sesuai terminal kabel.
c) Periksa, apakah semua sensor-sensor sudah terpasang
sesuai dengan gambar kerja.
d) Pemeriksaan connection pada peralatan sesuai dengan
gambar kerja.
e) Pemeriksaan uji fungsi peralatan sesuai dengan
prosedur peralatan tersebut.
f) Mengundang pihak ketiga (yang terkait).
g) Catat hasil di protocole test.
h) Pastikan bahwa General alarm bisa dioperasikan dalam
kondisi normal dan darurat dengan Supply tegangan 24
V dari Rectifier dan Battrey
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
MAIN LIGHTING & EMERGENCY LIGHTING

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini dipergunakan untuk menjelaskan pemeriksaan dan
pengujian Main Lighting & Emergency Lighting di kapal sesuai
dengan aturan di PT. PAL Indonesia.
 Main Lighting adalah lampu utama untuk penerangan di Engine
Room yang memakai power AC 220 V.
 Emergency Lighting adalah sebagai lampu pengganti / lampu
darurat di kapal saat Genset mengalami trouble sehingga power
AC mati karena lmapu tersebut memakai power DC 24 V.
 Emergency lighting 220V AC dari emergency Generator
 Emergency lighting 220V DC dari Battrey .
2. Prosedur
a) Pemeriksaan pemasangan peralatan sesuai dengan
gambar kerja.
b) Pemeriksaan pemasangan dan penyambungan kabel
sesuai dengan terminal kabel.
c) Pemeriksaan connection cable sesuai dengan gambar
kerja.
d) Sebelum uji fungsi peralatan, periksa dulu tahanan
isolasi (Megger Test).
e) Bila sudah siap, Main Lighting & Emergency Lighting
tersebut dapat dilaksanakan uji fungsi.
f) Mengundang pihak ketiga (terkait)
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
PERALATAN CO2 ALARM / HALON SYSTEM

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini dipergunakan untuk
mengetahui peralatan tersebut dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan
standar yang berlaku.
 Sebagai alat alarm yang berfungsi
untuk memberitahu pada awak kapal,
khususnya di ruang mesin bahwa ada
bahaya kebakaran di ruang mesin .
2. Prosedur
a) Pemeriksaan pemasangan dan penyambungan kabel sesuai dengan
gambar dan terminal kabel.
b) Sebelum pengujian peralatan, periksa power supply DC 24 V.
c) Semua peralatan ynag terkait dalam pengoperasian alarm ini harus
sudah siap, misalnya :
d) Untuk elektrik power supply-nya.
e) Untuk mesin udara dari compressor (untuk air horn).
f) Air vent engine room / generator room. sudah fungsi.
g) Lepas katup pemukul membran pada alat CO2 atau Halon (tujuan
supaya CO2 / Halon tidak terbuang percuma hanya untuk
percobaan).
h) Bila push bottom fire alarm ditekan, pastikan pelatuk berfungsi dan
ventilasi di Engine room dan generator room mati serta alarm
berbunyi.
i) Mengundang pihak ketiga (yang terkait).
j) Untuk point e, bila tidak ada spare pelatuk sebaiknya dikakukan uji
tegangan pada terminal pelatuk dengan cara melepas
connectionnya.
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
LAMPU NAVIGASI

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini digunakan untuk menjelaskan langkah-
langkah pemeriksaan dan pengujian yang didasari
dengan standar ketentuan klasifikasi yang ada.
 Lampu Navigasi digunakan untuk memastikan tanda
ketentun dan syarat lampu suatu indikator maupun alat
pemberitahu arah gerak kapal pada malam hari, maka
dengan keterangan di atas, lampu navigasi harus
dirancang dengan menggunakan daya / tegangan ganda
(AC 220 V & DC 24 V). Dan juga bekerja secara
berganti (emergency), atau hanya tegangan 220 V atau
24V DC dengan Suply ganda.
2. Prosedur
a) Pemeriksaan ident material sesuai persyaratan ke-
Syahbandar-an.
b) Pemeriksaan fisik pemasangan dan kedudukan warna
menurut ketentuan-ketentuan yang ada.
c) Pemeriksaan connection dan fungsi sebenarnya.
d) Stop kontak untuk lampu Navigasi menggunakan type
watertight dan penggunaan secara terus-menerus
(continue), yang menggunakan prop.ulir.
e) Mengundang pihak ketiga yang terkait
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
LAMPU DEKORASI

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini digunakan untuk menjelaskan pemriksaan
dan pengujian lampu dekorasi sesuai dengan standar
dan sepesifikasi.
 Lampu dekorasi adalah ialah lampu penerangan yang
berwarna dan berguna untuk menghiasi ruangan.
2. Prosedur
 Periksalah kabel untuk lampu dekorasi tersebut
apakah sudah sesuai dengan gambar kerja / type
kabel maupun label kabel.
 Periksalah clamp kabel apakah sudah baik.
 Pastikan letak lampu sebelum melubang ceiling /
linning.
 Periksalah connection dengan benar.
 Untuk kerapian, setiap kabel yang lewat linning
perlu diberi bushing.
 Sebelum fungtion test, periksa juga tahanan
isolasinya
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
PERALATAN KOMUNIKASI

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini digunakan untuk mengetahui
mekanisme pemeriksaan dan pengujian peralatan
komunikasi.
 Bahwa peralatan komunikasi dalam pemasangan
dan pengoperasiannya harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
 Peralatan komunikasi adalah merupakan bagian
dari peralatan Navigasi ynag meliputi Radio
Telephone (UHF), communication, Radio Console,
Automatic Telephone, Common Battery
Telephone, Public Addressor, dll.
2. Prosedur
 Pemeriksaan pondasi / seat perlatan sesuai dengan
arrangement kapal.
 Pemeriksaan pemasangan dan penyambungan kabel sesuai
dengan terminal kabel serta grounding kabel sesuai standar
peralatan tersebut.
 Pemeriksaan power AC / DC pada peralatan dengan power
yang telah tersedia. Dan juga periksa automatic power supply
AC 220 V ke DC 24 V bila terjadi black out dan sebaliknya.
 Periksa penempatan katagori kabel sesuai standar.
 Pemeriksaan satu per satu peralatan pada waktu fungtion test.
 Mencatat data hasil fungtion test pada Protocol test.
 Menentukan status hasil dari fungtion test peralatan sesuai
standar alat tersebut.
 Mengukur power out put, power reflekted dan receiver
Sensifity bila diminta / tertera dalam test protokol
 Mengundang pihak yang terkait
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
PERALATAN NAVIGASI

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini dipergunakan untuk mengetahui
mekanisme pemeriksaan dan pengujian peralatan
yang terpasang bahwa di kapal sesuai standar dan
spesifikasi peralatan tersebut.
 Peralatan Navigasi adalah suatu peralatan yang
mengendalikan atau mengoperasikan kapal
terutama untuk menentukan arah dan posisi kapal.
2. Prosedur
a) Memeriksa pondasi (seat) peralatan yang akan
terpasang dengan melihat kelurusan dan kerataan serta
ketegakan seat (Pondasi).
b) Dalam pemeriksaan pemasangan kabel dengan melihat
type atau jenis kabel yang terpasang, karena kabel yang
digunakan kebanyakkan kabel khusus
c) Mencocokan power supply AC / DC pada peralataan
yang tersedia, sesuai range standar.
d) Memeriksa satu per satu switch, indicator dan meter-
meter pada waktu test peralatan.
e) Pemeriksaan pemasangan dan penyambungan kabel
sesuai terminal kabel serta grounding kabel sesuai
standar peralatan tersebut.
f) Periksa penempatan katagori kabel sesuai standar.
g) Mencatat hasil test sesuai Test Protokol HAT / SAT
PEMERIKSAAN PEMASANGAN
LAMPU UTAMA & DARURAT
DI ACCOMODATION ROOM

1. Maksud dan Tujuan :


 Prosedur ini digunakan untuk menjelaskan
pemasangan lampu-lampu utama & darurat di
ruang akomodasi apakah sudah sesuai dengan
gambar kerja.
 Lampu darurat di ruang akomodasi umumnya
dipasang di dalam lampu utama (TL), di mana
lampu utama memakai power AC 220 V dan lampu
darurat power DC 24 V.
2. Prosedur
a) Persiapkan gambar kerja (wiring diagram) untuk ruang
upper deck, poop deck, boat deck, bridge deck dan nav.
bridge deck.
b) Periksalah label cable untuk lampu utama dan darurat
apakah sudah sesuai dengan wiring diagram.
c) Periksalah tinggi ceiling untuk memasang pondasi
lampu utama & darurat.
d) Periksalah kerapian kabel (cable clamp), apakah sudah
dilakukan sebelum ceiling ditutup.
e) Periksalah connection apakah sudah benar, misalnya
untuk lampu utama cable AC 220 V dan lampu darurat
cable DC 24 V (jangan sampai terbalik).
f) Sebelum pengujian, pastikan dulu bahwa megger untuk
lampu tersebut sudah baik.
g) Pastikan lampu utama yang ada lampu emergency harus
ada tanda lingkaran merah dicovernya.
PEMERIKSAAN PENGUJIAN
INTEGRASI PERALATAN
1. Maksud dan Tujuan :
 Untuk mendapatkan input peralataan / pesawat pengguna sesuai
dengan output pesawat pengirim agar dalam pengoperasian peralatan
mendapatkan hasil operasi optimal (matching)
2. Ruang lingkup :
 Pemeriksaan matching Peralatan
3. Peralatan yang dipergunkan :
a. Oscilloscope. c. Stop watch.
b. Pulse Generaator. d. Digital Multi Meter
4. Jenis Pemeriksaan :
 Hasil Output peralatan pendukung apakah sesuai dengan Input alat
penerima (matching).
5. Prosedur:
a) Sesuai Instruction Manual / Technical Manual peralatan / pesawat
masing-masing.
b) Pembacaan data Pengirim sama dengan Pesawat Penerima .
4. PERATURAN AUTOMATISASI
PERATURAN AUTOMATISASI

 Bab I : Prinsip Automation


 Bab II : Tingkatan Automation
 Bab III : Komponen-komponen sistim
Automation
 Bab IV : Survey Automation
 Bab V : Aplikasi Automatisasi di Kapal
Bab I
PRINSIP AUTOMATION

Dalam Automation akan selalu kita jumpai pula istilah


“Automatic/remote control”. Peralatan-peralatan yang
dapat dikendalikan dari jauh (remotely controlled) tidak
selalu merupakan bagian atau komponen daripada suatu
sistem Automation, sebaliknya, di dalam suatu sistim
Automation biasanya akan banyak dijumpai peralatan-
peralatan yang dapat dikendalikan dari jauh.

Untuk dapat mengetahui prinsip Automation, akan kita


tinjau terlebih dahulu system kontrol yang biasa
digunakan sebagai berikut :
 I.1. Manual Control
Sebuah instrumen yang dihubungkan dengan suatu peralatan
(plant) akan menghasilkan apa yang disebut informasi umpan
balik (feedback of information), dan pada sistim Manual
Control, umpan balik tadi tidak akan mengaktipkan peralatan
lain, selain suatu display atau indicator, ataupun alarm. Kalau
misalnya diperlukan tindakan-tindakan korektip, maka hal itu
akan dilaksanakan oleh orang (tenaga manusia).
 I.2. Automatic Control
Berbeda dengan pada Manual Control maka pada sistim ini
feedback information yang diterima dari sensing device
melalui indicator akan dibuat sedemikian rupa agar
merangsang alat pengontrol yang selanjutnya akan melakukan
langkah-langkah korektip. Jadi dalam sistim ini tindakan-
tindakan korektip tidak lagi dilakukan oleh tenaga manusia,
melainkan berlangsung dengan sendirinya (Automatic).
Dengan demikian maka di dalam suatu sistim control
(Control System), manual control adalah merupakan suatu
sistem simpul terbuka (open loop control system),
sedangkan Automatic Control merupakan suatu sistem
simpul tertutup (Closed loop control system), dalam mana
penyimpangan dari output akan diikuti oleh tindakan
korektip yang didasarkan pada harga-harga parameter
yang telah ditetapkan sebelumnya (pre-set atau desired
value).

Perbedaan antara manual control dengan Automatic


Control dapat dilihat dalam gambar berikut :
sensing
input regulator device output
PLANT

Display / indicator / alarm


(a) Manual (Open Loop) Control System

sensing
input regulator device output
PLANT

Control

Desired/pre-set value Display / indicator / alarm

(b) Automatic (Closed Loop) Control System


Bab II
TINGKATAN AUTOMATION
(GRADES OF AUTOMATION)

Terlepas dari jenis instalasi penggerak yang terpasang di kapal,


berdasarkan ruang lingkup dari peralatan kontrol dan
monitoringnya, sistim Automation di kapal dapat dibagi menjadi
4 (empat) tingkatan (grade) yaitu : A, B, C dan D yang dijelaskan
sebagai berikut :
II.1. Automation Grade A (Notasi “O” di belakang
tanda kelas)
Adalah kapal-kapal dengan penjagaan dalam kamar mesin
dan pengendalian dari jarak jauh untuk Instalasi Mesin
Induk, dimana perlengkapan operasi dan monitoringnya
adalah sebagaimana yang terdapat di dalam bagian II.A
“Rules For Automation”.
II.2 Automation Grade B (Notasi “OT-S” di belakang tanda
kelas)
Adalah kapal-kapal dengan penjagaan dalam kamar mesin
dan pengendalian dari jarak jauh serta kontrol terpusat dari
instalasi penggerak utamanya, dimana perlengkapan
operasi dan monitoringnya adalah sebagaimana yang
terdapat di dalam bagian II.B “Rules For Automation”. II.1.

II.3 Automation Grade C (Notasi “OT” atau “OT-h/24” di


belakang tanda kelas)
Adalah kapal-kapal tanpa penjagaan dalam kamar mesin,
sedang perlengkapan operasi dan monitoringnya adalah
sebagaimana yang terdapat di dalam bagian II.C “Rules For
Automation”.
II.4 Automation Grade D (Notasi “B” di belakang tanda kelas)
Adalah kapal-kapal tanpa penjagaan di dalam kamar mesin, dimana
perlengkapan operasi dan monitoringnya adalah sebagaimana yang terdapat
di dalam bagian II.D “Rules For Automation”.

Rincian peralatan yang terpasang di kapal sesuai dengan


gradenya dicantumkan di dalam form OT-1 (Details of
Automation, yang diisi pada saat sistim Automation dipasang
di kapal. Fungsi-fungsi alarm dan pencatatannya (recording)
serta parameter-parameter yang dimonitor untuk tiap-tiap
Grade Automation pada kapal dengan Mesin Induk Diesel
dapat dilihat dalam table 1 (hal. 9 & 10), untuk Instalasi umum
Diesel maupun Turbin Uap pada table 2 (hal. 11 & 12), Safety
System dan Remote Control untuk mesin-mesin bantu yang
esensial dapat dilihat dalam table 3 (halaman 13).
Bab III
KOMPONEN-KOMPONEN SISTIM AUTOMATION

Proses kontrol Automatik dalam sistim Automation dimungkinkan


karena adanya 2 (dua) komponen Automation yang dalam proses
kerjanya mempunyai interaksi satu dengan yang lain. Kedua komponen
itu dijelaskan sebagai berikut :
III.1. Perangkat Monitoring
Perangkat Monitoring meliputi :
Alarm equipment :
- Machinery alarm system, fire detection and alarm equipment,
call system.
Safety system :
- Change-over function, power reduction and shutdown system
Recording equipment
- Fault recorder, fault value recorders, data logging and
processing equipment.
III.2. Perangkat Kontrol
Perangkat kontrol meliputi :
Pengontrolan tekanan, temperatur, putaran, tinggi
permukaan (levels) serta kontrol terhadap besaran-besaran
listrik .
 Machinery alarm system
Alarm ini harus dinyatakan dalam bentuk audio dan visual apabila
terjadi penyimpangan terhadap parameter-parameter yang telah
ditetapkan. Apabila suatu instalasi mesin sedang bekerja harus ada
pula indicator yang menunjukan bahwa instalasi tersebut sedang “in
operation”. Untuk automation Grade “C” indicator demikian harus
pula terdapat di anjungan. Alarm-alarm tekanan umumnya tidak
boleh tertunda (delayed) lebih dari 2 (dua) detik. Sistem alarm untuk
permukaan cairan harus tertunda sedemikian rupa sehingga kerja
alarm tidak akan terpengaruh oleh olengan kapal. Untuk pompa-
pompa yang digerakkan oleh Mesin Induk, alarm untuk tekanan
minyak lumas serta tekanan air pendingin tidak boleh bekerja jika
putaran mesin berubah selama manouvre, namun jika ada sebuah
pompa yang macet harus ada sinyal yang menunjukan bahwa pompa
cadangan telah bekerja. Untuk Automation Grade “C”, sinyal alarm
harus pula diberikan di anjungan, kamar ABK (mesin) serta ruang
akomodasi. Bila suatu sinyal alarm dalam kamar mesin tidak
ditanggapi (acknowledged) dalam selang waktu tertentu, maka sistim
alarm akan mengaktipkan sisitim alarm umum untuk ABK di dalam
kamar-kamar mereka serta dalam ruang akomodasi. Tergantung pada
tingkat urgensinya, sinyal alarm visual di anjungan dibagi menjadi 3
(tiga) grup yang bekerja sebagai combined alarm signal, yaitu :
 Grup 1 : Alarm yang menunjukkan telah terjadi
penyimpangan yang memerlukan penghentian Mesin Induk
dengan segera (ditunjukkan oleh lampu merah)
 Grup 2 : Alarm yang menunjukan perlunya penurunan out-put
dari Mesin Induk (ditunjukkan oleh lampu merah)
 Grup 3 : Alarm yang menunjukkan telah terjadi
penyimpangan namun tidak memerlukan tindakan seperti
dalam Grup 1 dan Grup 2.
 Bunyi sinyal alarm yang dapat ditanggapi (acknowledged)
harus pula terdengar di anjungan serentak dengan combined
alarm signal. Setelah alarm ditanggapi bunyi alarm ini harus
segera siap untuk bekerja kembali jika ada combined signal
yang baru. Tanggapan terhadap sinyal alarm dalam kamar
mesin harus ditunjukkan juga di anjungan. Combined sinyal
alarm visual boleh ditanggapi dan dimatikan dalam satu
gerakan, akan tetapi sinyal alarm dalam grup 1 dan 2 harus
tetap menyala sampai penyimpangan ditanggapi
 Sistim deteksi kebakaran
Sistim deteksi kebakaran dan alarmnya haruslah berfungsi
untuk menunjukan indikasi kebakaran secara dini. Sistim ini
sebagai contoh boleh menggunakan detector yang bekerja
berdasarkan prinsip ionisasi, detector yang bekerja
berdasarkan prinsip pengukuran optis. Detektor-detektor tidak
boleh ditempatkan dengan bukaan untuk ventilasi udara.
Alarm kebakaran harus memberikan sinyal visual dan akustik
di anjungan, kamar-kamar ABK dan dalam kamar mesin, serta
harus dapat dibedakan dari sinyal alarm lainnya. Central fire
alarm console harus ditempatkan di daerah anjungan atau di
daerah akomodasi ABK (mesin). Tingkat kepekaan sebuah
detector, baik individu atau kelompok harus dapat di adjust
sesuai kondisi sekelilingnya.
 Call System
Engineer call system : dari anjungan-kamar-kamar. Perwira
jaga di anjungan harus dapat memanggil para awak kamar
mesin secara terpisah. Bersamaan dengan itu suatu sinyal
umum harus berbunyi di dalam ruangan akomodasi. Harus
pula dipasang alat untuk menanggapi sinyal tersebut dan
tanggapan (acknowledgement) harus diketahui dari anjungan.

 Safety System
Fungsi system pengaman adalah :
Untuk mengembalikan mesin kepada kondisi kerja yang
normal (stand-by function)
Sementara waktu menyesuaikan kerja mesin dengan peralatan
yang masih bekerja (power reduction system), dan
Menjaga peralatan mesin dan ketel dari kondisi krisis (shut
down).
 Recording equipment
Recording equipment tidak boleh mencatat point-point alarm
ataupun data bersamaan dengan waktu dan tanggal. Awal dan
akhir dari suatu penyimpangan (fault) harus dinyatakan
dengan jelas. Apabila recording equipment adalah merupakan
kombinasi alarm point/data recording serta pencatat oleh
gerak, maka kecepkatan kerja dan kapasitas penyimpan
(storage capacity) haruslah memadai sehingga setiap
penyimpangan akan terekam dalam selang waktu 30 detik.
Jika digunakan sistim kombinasi untuk mencatat data
operasional dan alarm point, maka rekaman masing-masing
harus dapat dibedakan dengan jelas
Bab IV
SURVEY AUTOMATION

 Survey Automation sebagaimana halnya dengan survey-


survey kelas lainnya pada dasarnya terdiri dari Initial Survey
serta Periodocal Survey. Initial Survey dilaksanakan
sehubungan dengan penerimaan kelas bangunan baru (pada
kapal-kapal new building), ataupun juga pada kapal-kapal
lama (existing ships), yang baru dilengkapi dengan sistim
Automation.. Periodical Survey dilaksanakan secara berkala
dalam rangka memepertahankan kelas (dalam hal ini notasi
Automationnya).

 Dalam melaksanakan Survey Automation, form atau check list


yang dipergunakan disesuaikan dengan jenis survey yang
dilakukan yaitu sebagai berikut :
 IV.1. Initial Survey
Initial Survey merupakan survey pengujian lengkap
terhadap sistim Automation yang terpasang di atas kapal.
Survey ini dilaksanakan berdasarkan form OT-1 (Details of
Automation) yang telah di-approve oleh kantor pusat BKI,
sedangkan check list/form yang digunakan/diisi adalah form
OT-2 (Test Programme), lihat contoh dalam lampiran.
Sehubungan dengan survey ini, dalam jangka waktu 3
sampai 6 bulan sesudah kapal ditetapkan kelasnya (untuk
bangunan baru), atau sesudah kapal melaksanakan program
survey sesuai form OT-2 (untuk kapal lama/existing ships)
dilakukan lagi Verification Survey sesuai program dalam form
OT-3. Sebelum itu surveyor harus memeriksa form OT-3A
yang telah diisi oleh Chief Engineer.
Form OT-3A adalah “Report on faults and failures in
Automated Machinery Installation”. Contoh form OT-3 dan
OT-3A masing-masing dapat dilihat dalam lampiran.
 IV.2. Periodical Survey
Untuk sistim Automation, Survey Tahunan (yearly), Survey
dua Tahunan (two yearly) serta Survey Pembaruan Kelas
(Class Renewal) dalam pelaksanaannya digunakan form OT-4.
Survey-survey tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan
catatan pemeliharaan (record of maintenance) dari fihak kapal
guna mengevaluasi atau menentukan, bagian mana dari
peralatan yang perlu diperiksa secara lebih teliti, maupun
pertimbangan untuk dilakukannya performance test terhadap
suatu bagian tertentu.
Bab V
APLIKASI AUTOMATISASI DI KAPAL

1. Motor Pump
 Motor panas (overload) : Alarm / shut off
 Tekanan pompa besar : Shut off
 Bearing pompa panas : Alarm
2. Diesel Generator
 Temperatur Air tawar pendingin : Alarm / shut off
 Tekanan minyak pelumas : Alarm / shut off
 Over Speed : Shut off
3. MSB
 Over Current : Trip (shut off)
 Reverse power : Trip
 Shot Circuit : Trip
 etc.
4. Black Out
Main Generator fail (terjadi kesalahan) gangguan : listrik kapal
diambil alih oleh emergency generator dalam periode 30 sec.
Beban kontinyu :
 Steering Gear
 Radar Navigasi dan peralatan navigasi lainnya
 Alat-alat komunikasi
 Control M/E
 Emergency lamp
 Lampu navigasi
 Emergency Fire Pump
5. M/E
 Pengendalian jarak jauh (dari W/H)
 Seluruh aktivitas M/E dikendalikan dari W/H
 Pengendalian dari engine control room
 Seluruh aktivitas M/E dikendalikan dari Engine Control Room
(ECC) dengan komando dari W/H (BCC) lewat komunikasi
engine telegraph (aktivitas manuver), sedang performance M/E
lewat SPT dan atau telephone.
 Pengendalian dari engine side
 Sesuai item b. hanya saja ditambah signal light (flash light)
setiap ada komando baru.
6. Safety Device M/E
 Temperatur air tawar pendingin → Alarm → Shut off
 Tekanan minyak pelumas → Alarm → Shut off
 Over speed : shut of
 Etc.
7. Steering Stand
 Hand wheel
 Tyler
 Remote
 Autopilot
 Khusus autopilot :
 Referensi haluan kapal menggunakan gyro compass
 Automatisasi disetting ± 5 °
 > 5 ° terjadi alarm, system kembali ke manual (hand wheel)
 Autopilot integrasi dengan GPS
KONTROL OTOMATIK DI KAPAL SELAM

 Pengendalian kapal selam bawah permukaan


air guna menghindarkan pemberian beban
yang berlebihan pd awak kapal, maka ada
beberapa kegiatan yg dilaksanakan secara
otomatis antara lain:
 Pengendalian haluan dengan menggunakan course
control automatic dan pengendalian kedalaman
dan trim dengan menggunakan depth control
automatic
Enam Derajat Kebebasan Gerak Kapal Selam
Dibawah Air

a. Heaving (gerakan naik turun)


b. Swaying (gerakan menggeser kekiri dan kekanan)
c. Surging (gerakan maju mundur)
d. Yawing (gerekan menggeleng kekanan dan kekiri)
e. Pitching (gerakan mengangguk ketas bawah)
f. Rooling (gerakan mengguling kekanan dan kekiri)
ELEMEN-ELELEMEN DASAR YANG DIBUTUHKAN
DALAM SUATU CONTROL

Secara teoritis, untuk mengendalikan Kapal Selam


dengan menggunakan kemudinya, hanyalah
membutuhkan suatu rangkaian yang amat sederhana,
dengan elemen-elemen dasar sbb:
 Controller
 Connecting Unit
 Process
 Detector
 Transmitter
 Comparator
Rangkaian elemen dasar dalam suatu control loop

Desired
Controller Valve Transistor
Comparator

Correcting
Process Detector
Unit
BLOCK DIAGRAM PENGENDALIAN

Dalam yg Actual
dikehendaki Submarine Depth
Bow Plane
+ Dynamis 1
Actuator
_ (S+1)2 S
KS = 01
R (s) ( S2 + 0,09 ) C(s)

Pressure transduser
H (S) = 1
Pencapaian nilai yang dikehendaki dg melalui
“overshoot”
Diagram: pengendalian kedalaman dalam pengaruh
ombak dipermukaan serta perubahan kedalaman dlm
rangka menghindari suatu penghalang (ranjau dll)
 Skema Sistem
Pengendalian Olah
Gerak Kapal Selam
Dibawah Air,
Terkomputerisasi
5. PENUTUP
 Diharapkan dengan menggunakan acuan Inspection and Test Plan
and Sequence of Inspection pemeriksaan platform Electric and
Electronic Outfitting pada kapal militer diperoleh kualitas yang baik
dan bermutu, sehingga memenuhi criteria / tujuan untuk berlayar
dan bertempur.
Dan sebagai workshop Inspektur Kelaikan Laut Militer mempunyai
misi dan visi yang sama dalam pemeriksaan Platform Electric
Outfitting Kapal militer dengan galangan.

Diharapkan hasil-hasil pemeriksaan yang dilaksanakan memenuhi


kualitas yang baik untuk kapal-kapal militer dan memiliki
kehandalan yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya, biaya
pembuatan optimal dan diserahkan tepat waktu.

Sebaiknya memilih material-material yang mudah didapat di pasaran


dalam negeri dan penguasaan maintenance sehingga kapal-kapal
militer dapat beroperasi secara handal dan kemampuan beroperasi
cukup lama dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan gugus
tugas pertahanan di laut.
 Melalui uraian singkat tentang automation pada bagian-bagian
sebelumnya, maka dapat pula disimpulkan bahwa
dilengkapinya sebuah kapal dengan sistim Automation
bukanlah semata-mata masalah tidak diperlukannya kehadiran
seorang operator dalam suatu aktivitas pengoperasian suatu
peralatan tertentu (unmanned operation) saja, melainkan hal
itu berkaitan pula dengan masalah hubugan manusia – mesin
(human - machineminding), didalam hal mana keandalan/
realiability dari suatu sistim harus tetap dapat di pertahankan
dengan demikian keamanan pengoperasian suatu plant dapat
di jamin.

Agar hal itu dapat di penuhi maka perawatan serta perbaikan


secara periodik terhadap sistim automation mutlak dibutuhkan,
khususnya pada kapal-kapal dimana dituntut persyaratan
keselamatan yang lebih tinggi seperti misalnya pada kapal-
kapal yang menyangkut muatan berbahaya, kapal-kapal
penumpang dan lain-lain.
6. LAMPIRAN

 UPP
 HPP
 UPM
 NCR
 TP & TR DIESEL GENERATOR SET
 Alarm and recording functions for Main Diesel
Engine
PERINCIAN PENGUJIAN / PEMERIKSAAN

1. OBYEK PENGUJIAN
2. DOKUMEN UNTUK PENGUJIAN /
PEMERIKSAAN
3. PERALATAN YANG DIPAKAI UNTUK
PEMERIKSAAN, PENGUJIAN &
PENGUKURAN
4. PERSIAPAN SEBELUM PENGUJIAN /
PEMERIKSAAN DILAKUKAN
5. URUTAN DAN LINGKUP PENGUJIAN /
PEMERIKSAAN
OBYEK PENGUJIAN
DOKUMEN UNTUK PENGUJIAN / PEMERIKSAAN

 Petunjuk pengujian dari pabrik


PERALATAN YANG DIPAKAI UNTUK PEMERIKSAAN,
PENGUJIAN & PENGUKURAN

 Tahanan Air
 Frekwensi Meter
 Power Meter
 Tang Amper
 Voltmeter
PERSIAPAN SEBELUM PENGUJIAN / PEMERIKSAAN
DILAKUKAN

 Diesel Generator terpasang dan terhubung


secara benar.
URUTAN DAN LINGKUP PENGUJIAN / PEMERIKSAAN

1. Pengaturan putaran mesin pada kondisi tanpa beban


2. Catat perbedaan frekwensi Genertaor pada kondisi tanpa
beban dan kondisi beban penuh (108 Kw).
3. Catat data pengoperasian mesin.
4. Periksa generator beroperasi selama 1 jam pada kondisi
beban penuh, kemudian lakukan pengoperasian pada :
“Tanpa beban, beban 25%, beban 50%, beban 75%, dan
beban 100%”. Kemuadian operasikan pada kondisi beban
110% selama ½ jam.
Dicatat:
1. Arus setiap fasa, tegangan, daya dan frekwensi generator
setiap 15 menit.
2. Putaran mesin, tekanan air pendingin, temperatur air
pendingin, tekanan minyak lumas dan temperatur gas
buang.
Alarm and recording functions for
Main Diesel Engine

Anda mungkin juga menyukai