KERETA API
PROGRAM INSENTIF
RISET TERAPAN
... _.. -- ..
F' ~Wlf t:
'EEE
13'~':'
RS?!2
H ~ql
\' C :~\'1
''ss
VI ~ -.Jj
Il"tl ~ I
nnltl1\; hT
REKAYASA
Tahun 2010
DAFTAR 151
ii
PRAKATA
III
DAFTAR lS I
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
BABI . PENDAHULUAN
1.2 . Maksud dan Tujuan
1-1
1-1
1-1
11-1
11-2
11-22
11-27
If 1-1
3.1. Tujuan
3.2. Manfaat
111-1
111-1
IV-1
IV-1
IV-3
V-1
V-9
V-11
V-12
VI-1
4 .2. Saran
VI-2
DAFTAR PUSTAKA
IV
DAFTAR TABEL
TabeI2 .1.
11-3
TabeI2 .2.
Karakteristik Rei
11-3
TabeI2 .3.
11-5
Tabel 2.4.
11-6
TabeI2.5 .
11-19
TabeI2 .6.
11-19
TabeI 2.7.
11-20
TabeI2 .8.
11-26
TabeI2.9 .
11-27
11-38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
11-1
Gambar 2.3.
Gambar 2.4.
11-4
11-8
Gambar 2.5.
11-9
11-1
Gambar 2.6.
Gambar 2.7
11-10
11-10 .
Gambar 2.8.
Lebar Sepur
11-11
Gambar 2.9.
Lengkung Horisontal
11-11
Gambar 2.10.
11-12
Gambar 2.11.
Gambar 2.12.
11-13
11-14
Gambar 2.13.
Bentuk Lengkung S
11-15
Gambar 2.14.
Melalui Lengkung
11-16
Gambar 2.15.
Gam bar 2.16.
11-16
11-17
Gambar 2.17.
Gambar 2.18.
Lengkung
Kon~ruksi Rei Penahan
11-17
11-20
Garnbar 2.19.
11-21
Gambar 2.20.
11-22
Gambar 2.21.
11-23
Gambar 2.22.
Gambar 2.23.
11-24
11-28
Gambar 2.24.
Gambar 2.25.
11-28
Gambar 2.26.
11-31
Gambar 2.27.
Gambar 2.28.
Tongkat jalan ACFM (a) dan Bagian Bawah Sisi Tongkat Jalan
11-31
11-32
Gambar 2.29.
/1-32
Gambar 2.30.
11-33
Gambar 2.31.
11-34
11-30
VI
Gambar 2.32 .
Gambar 2.33.
Gambar 2.34.
Gambar 2.35.
Gambar 2.36.
Gambar 2.37.
Gambar 2.38.
Gambar 2.39.
Gambar 2.40.
Gambar 2.41.
Gambar 2.42.
Gambar 2.43.
Gambar 2.44.
Gambar 4.1.
Gambar 5.1.
Gambar 5.2.
Gambar 5.3.
Gambar 5.4.
Gambar 5.5.
Gambar 5.6.
Gambar 5.7.
Gambar 5.8 .
Gambar 5.9.
Gambar 5.10.
Gambar 5.11 .
Gambar 5.12.
Gambar 5.13.
Gambar 5.14.
Gambar 5.15.
Gambar 5.16
Gambar 5.17 .
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
5.18.
5.19.
5.20.
5.21.
Gambar 5.22.
11-35
11-36
11-37
11-37
1/-37
11-39
11-40
11-41
11-42
11-43
11-45
11-46
11-46
IV-2
V-1
V-1
V-3
V-3
V-3
V-5
V-6
V-6
V-8
V-8
V-9
V-9
V-11
V-12
Pad a Dudukannya
Bogie RUK yang dipakai pada FUDIKA
Bagian dalam rak I/O FUDIKA
V-4
V-5
V-12
V-13
V-13
V-14
V-14
V-15
Vll
BAB1.PENDAHULUAN
BAB 1- 1
keausan jalan rei secara cepat dan akurat dengan memanfaatkan teknologi laser yang
terus berkembang saat ini.
Tujuan kegiatan adalah mengkaji teknologi laser untuk diterapkan pada sistem inspeksi
jalan rei dalam rangka pengembangan kereta inspeksi rei kereta api yang mampu
mendeteksi kondisi rei secara akurat dan cepat untuk meningkatkan keselamatan
operasi .
BAB I - 2
Agar rei dapat menahan momen-momen tersebut , maka rei dibuat sebagai batang
dengan bentuk dasar profil I. Pengembangan dari bentuk dasar profil I tersebut terdapat
tiga macam bentuk rei, yaitu (Gambar 2.2)
KEPA LA
BAOA N
KAKJ
( b )
(a)
( c )
BAB II - 1
Rei Vignola (ditemukan pertama kali oleh Charles Vignola tahun 1836) merupakan
bentuk rei yang umum digunakan pada jalan rei, termasuk di Indonesia. Pad a uraian
selanjutnya yang akan dibahas adalah rei bentuk Vignola.
Rei bentuk Vignola terdiri atas tiga bagian rei , yaitu kepala, badan dan kaki. Dengan
bentuk yang seperti itu, rei bentuk Vignola mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai
berikut :
a. momen perlawanan cukup besar (bentuk seperti profil I), tetapi relatif
mudah untuk dibentuk lengkung horisontal.
b. kaki yang lebar dengan sisi bawah datar, menjadikan rei mudah diletakkan
dan ditambatkan pada bantalan, serta lebih stabil kedudukannya .
c. kepala rei sesuai dengan bentuk kasut roda .
Keausan rei terutama terjadi pada bagian kepala, oleh karenanya untuk mendapatkan
umur rei yang lebih panjang , bagian kepala diperbesar. Selain hal tersebut (untuk
ketahanan terhadap aus) , diperbesarnya kepala rei adalah karena kepala rei merupakan
tempat tumpuan roda kereta .
BAB II - 2
Tipe rei yang digunakan untuk jalan rei di Indonesia pada dasarnya adalah sesuai
dengan kelas jalan relnya (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Tipe Rei Yang Digunakan Pad a Jalan Rei Kereta Api
Tipe ReI
R.60 I R.54
II
R.54 I R.50
III
IV
R.42
Tipe Rei
Notasi dan
Satuan
R.42
R.50
R.54
R.60
Tinggi rei
H (mm)
138,00
153,00
159,00
172,00
Lebar kaki
B (mm)
110,00
127,00
140,00
150,00
Lebar kepala
C (mm)
68,50
65,00
70,00
74 ,30
Lebar badan
D (mm)
13,50
15,00
16,00
16,50
Tinggi kepala
E (mm)
40,50
49,00
49,40
51 ,00
Tinggi kaki
F (mm)
23,50
30,00
30,20
31,50
G (mm)
72 ,00
76,00
74,97
80 ,95
R (mm)
320 ,00
500 ,00
508,00
120,00
54,26
64,20
139,34
76,86
Luas penampang
A (cm
W (kg/m)
42,59
50,40
54,43
60,34
Ix(cm4)
1.369
1.960
2.346
3.055
Yb(mm)
68,50
71,60
76,20
80,95
BAB II - 3
------~~------~x
y
Gambar 2.3. Penampang melintang Rei
BAB II - 4
menunjukkan kadar C dan Mn yang ada pada rei klasifikasi UIC dan rei yang digunakan
di Indonesia oleh P.T. Kereta Api (persero).
Kadar C (%)
Kadar Mn (%)
WR-A
0,60- 0,75
0,80-1,30
WR-B
0,50 - 0,65
1,30 -1 ,70
WR-C
0,45-0,60
1,70-2, 10
Digunakan oleh
P.T, KA (persero)
0,60-0,80
0,90 - 1,10
Pada Tabel 2.3 tersebut di atas dapat dilihat bahwa rei yang digunakan di Indonesia okeh
P.T. Kereta Api (persero) masuk dalam WR-A. Dilihat pada besarnya kadar C pada rei
WR-A dan rei yang digunakan oleh P.T. Kereta Api (persero) , yaitu antara 0,60 - 0,80 %,
maka rei terse but masuk dalam katagori rei dengan kandungan karbon tinggi (high
carbon rail)
Jenis rei menurut panjangnya, yaitu rei standar, rei pendek dan rei panjang. Rei standar
mempunyai panjang 25 meter. Pada waktu yang lalu, panjang rei standar ialah 17 meter,
tetapi sekarang P.T. Kereta Api (persero) menggunakan panjang 25 metyer untuk rei
standar. Penggunaan panjang 25 meter sebagai pengganti panjang rei standar 17 meter
mempunyai keuntungan sebagai berikut :
a) jumlah sambungan rei dapat dikurangi, dari 59 sambungan menjadi 40
sambungan . setiap km . Dengan pengurangan jumlah sambungan ini terdapat
penghematan sambungan rei sebesar 32 %.
b) Berkurangnya jumlah sambungam rei akan meningkatkan kenyamanan
perjalanan, karena getaran kereta akan meningkat pada saat roda melew~ti
sambungan reI.
Rei pendek dibuat dari beberapa rei standar yang disambung dengan las dan dikerjakan
ditempat pengerjaan (balai yasa/depot dan sejenisnya). Pekerjaan pengelasan
dilakukandengan proses flash welding , sehingga di beberapa negara dikenal sebagai
welded rail. Rei pendek ini panjang maksimumnya 100 meter. Batasan panjang rei
pendek yang disambung dengan cara pengelasan di tempat pengerjaan tersebut di atas
adalah berdasarkan pada kemudahan pengangkutan ke lapangan dan pengangkatannya
di lapangan.
Rei panjang dibuat dari beberapa rei pendek yang disambung dengan las di lapangan,
dikenal pula sebagai Continous Welded Rail (CWR) . Panjang minimum rei panjang
tergantung pada jenis bantalan yang digunakan pada tipe rei, seperti yang tercantum
pada Tabel 2.4.
BAB II - 5
Tipe Rei
R.42
R.50
R.54
R.60
Bantalan kayu
325 m
375 m
400 m
450 m
Bantalan beton
200m
225m
250m
275m
Penentuan panjang minimum rei ialah berdasarkan pada pemuaian rei , gaya normal
pada rei dan gaya lawan bantalan seperti uraian berikut ini.
Dilatasi pemuaian rei ialah :
~
L = L x A x
~T
dengan:
~ L : pertambahan panjang (m),
L : panjang rei
A : koefisien muai panjang dan
~ T : pertambahan temperatur (0 C)
Menurut hukum Hooke, gaya yang terjadi pada batang rei ini ialah :
F= ~L xExA
L
dengan :
F : gaya yang terjadi pada batang rei ,
E : modulus elastisitas rei, dan
A : luas penampang
Dengan mensubstitusi (1) ke (2) maka didapat :
F
= E x A x AxAT
Diagram gaya normal pada rei dan rei diletakkan di atas bantalan maka diagram gaya
lawan oleh banta Ian ialah seperti dibawah ini :
BAB II - 6
F = ExAxAXL1T
a.
Gambar 2.4. Diagram Gaya Normal Pada Rei (a) dan Gaya Lawan Terhadap Rei (b) .
Gaya lawan bantalan pada rei dapat digambarkan dengan penyederhanaan sebagai
berikut
L3J
F~ExAxAx"'T~rxl
= OM =
E x A x Ax ~ T
r
dengan r
Untuk mendapatkan panjang minimum rei panjang digunakan batasan sebagai berikut:
L> 2 I
Nilai r bergantung pada jenis bantalannya , untuk bantalan kayu nilai r = 270 kg/m , untuk
bantalan beton nilai r
450 kg/m . Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh pada
penggunaan rei panjang dibandingkan dengan penggunaan jenis rei yang lain ialah :
a) kerusakan sepur (track) terjadi lebih lambat,
b) Keausan dan kerusakan rei maupun komponen yang lainnya berkurang,
c) Kereta api berjalan lebih tenang, goncangan yang terjadi Deometri lebih kecil ,
d) Kebisingan dan getaran yang terjadi berkurang dan
e) Pemeliharaan dengan peralatan tidak mengalami hambatan.
Terdapat beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian pad a penggunaan rei
panjang, yaitu :
a) Kemungkinan terjadinya tekuk (buckling) pada rei panjang,
b) kemungkinan terjadinya rei patah , dan
c) Pemuaian dan penyusutan yang kemungkinan terjadi pada ujung-ujung rei perlu
mendapatkan perhatian.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, berbagai peningkatan teknologi telah dan terus
dilakukan, baik pada pengelasan, sambungan rei , maupun penambat relnya .
rc
BAB II - 8
Apabila kasut roda dibuat datar akan terjadi gerakan kereta api arah lateral ke kiri danke
kanan. Pada saat kereta api berjalan di jalur lurus, dapat terjadi salah satu flens rod a
merapat pada reI. Oleh karena kedua roda dihubungkan dengan dan oleh poros, yang
kerenanya kedua roda dan poros menjadi satu kesatuan , maka saat satu flens roda
merapat pada rei , flens roda pasangannya akan menjauh dari reI.
Akibat yang lain dari menyatunya kedua roda dan poros adalah kedua roda akan
berputar dengan kecepatan yang sama, dan karena jalannya lurus maka lingkaran roda
yang menapak pada kepala rei (disebut sebagai lingkaran jalan) juga akan sama
besamya . Karena bentuk kasut roda yang konus, untuk dapat memperoleh lingkaran
Jalan yang sama besarnya (lihat 1, dan 12 pada Gambar 2.5), pasangan roda (yang
menyatu dengan porosnya) yang merapat pada salah satu rei akan kembali ke tengah
tengah sepur.
Dengan demikian maka bergeraknya pasangan roda yang kadang-kadang merapat pada
rei kiri kemudian ke kanan secara berganti-ganti dapat dikurangi dan kereta api dapat
be~alan secara lebih tenang .
Kasut roda yang berbentuk konus juga sangat besar manfaatnya pada saat kereta api
melewati lengkung/tikungan. Pada saat melewati tikungan , flens roda akan merapat pada
rei luar. Panjang rei luar lebih besar dibandingkan panjang rei dalam, dengan demikian
maka roda yang menapak pada rei luar(disebut roda luar) menjalani lengkung yang lebih
pqanjang dibandingkan roda yang menapak pad a rei dalam (disebut roda dalam).
Perbedaan panjang lengkung yang dijalani oleh roda ini akan mengakibatkan
bergesernya salah satu roda di atas rei (slipping of wheel) yang dapat menyebabkan
keausan, baik pada rei maupun pada kasut roda. Akan tetapi dengan kasut roda yang
berbentuk konus ini lingkaran jalan roda luar yang merapat pada rei lebih besar bila
dibandingkan dengan lingkaran roda dalam (Gambar 2.6), maka bergesernya salah satu
roda menjadi berkurang .
Gambar 2.5. Kedudukan Roda Pada saat Salah Satu Flens Merapat Pada Rei
BAB II - 9
Dari beberapa percobaan dapat diperoleh hasil bahwa kemiringan konus optimal yang
dapat menghasilkan perjalanan kereta api yang tenang ialah 1 : 40. Agar dapat dicapai
bidang kontak yang baik antara kepala rei dan kasut roda maka kedudukan rei
disesuaikan dengan kemiringan kasut roda kereta sehingga kedudukan rei dibuat miring
dengan kemiringan 1 : 40 seperti yang dilihat pada Gambar 2.7.
BAB II - 10
- .. -
- .-
I
S
~ I ~~.;
,
j~
\ . 0
S = r + 2.f + 2. c
(14)
dengan :
S : leba r sepur
r: jarak antara bagian terdalam roda (mm)
f : tebal f1ens (mm)
c: celah antara tepi-dalam flens dengan kepala rei (mm)
Lebar sepur 1067 mm dan hubungan tersebut diatas ialah untuk jalur lurus dan besarnya
tetap, tidak tergantung pada jenis serta dimensi rei yang digunakan. Sedangkan pada
lengkung horisontal, lebar sepur memerlukan pelebaran yang tergantung pada jari-jari
lengkung horisontalnya .
Lengkung Horisontal
Apabila dua bag ian lintas lurus perpanjangannya bertemu membentuk sudut, maka dua
bag ian tersebut harus dihubungkan oleh suatu lengkung horisontal (lihat Gambar 2.9).
Lengkung horisontal dimaksudkan untuk mendapatkan perubahan secara berangsur
angsur arah alinemen horisontal sepur.
rei l\Ja r
/
Gambar 2.9 Lengkung Horisontal
BAB II - 11
Pad a saat kereta api berjalan melalui lengkung horisontal, timbul gaya sentrifugal kearah
luar yan g berakibat :
a) relluar mendapat tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan rei dalam,
b) keausan relluar akan lebih banyak dibandingkan dengan yang terjadi pada rei
dalam, dan
Untuk mencegah terjadinya akibat-akibat tersebut di atas, maka lengkung horisontal perlu
diberi peningg ian pada rei luarnya. Oleh karena itu maka perancangan lengkung
horisontal berkaitan dengan peninggian reI.
Terdapat tiga jenis lengkung horisontal, yaitu : lengkung lingkaran, lengkung transisi dan
lengkung S. Ketiga jenis lengkung horisontal tersebut akan diuraikan berikut.
A. Lengkung lingkaran
-~ -
---'!CC!5o(
C
G!lno(
~
-----
--
f<!l d:llam
(sino(
() coso<
R : jari-jari lengkung
D : dukungan komponen struktur jalan rell
C : gaya sentrifugal
Sumber: Suryo Hapsoro
Tn Utomo,
G : berat keretafgerbong/lokomotif
h : peninggian rei
w : jarak antara kedua titik kontak antara
Jalan Rei.
B. Lengkung transisi
BAB II - 12
sentrifugal tiap satuan waktu, kecepatan dan jari-jari lengkung lingkaran . Untuk
mendapatkan panjang lengkung transisi dapat dijelaskan berikut :
= m.a = V2
Gaya sentrifugal
R
Apabila t adalah waktu yang diperlukan untuk berjalan melintasi lengkung transisi,
maka:
t = LN
dengan:
L : panjang lengkung transisi,
V : kecepatan kereta api
= 0,0478xg
012
IR),
Oleh karena itu, maka panjang minimum lengkung transisi yang diperlukan ialah :
Lh = 0,01 . h. V
dengan :
Lh = panjang minimum lengkung transisi (m),
peninggian rei pada lengkung lingkaran (mm),
h
V = kecepatan perancangan km/jam,
R =jari-jari lengkung lingkaran (m)
Salah satu bentuk lengkung transisi ialah Cubic Parabola (parabola pangkat tiga) .
Diagram kelengkungan pada lengkung transisi ialah seperti gambar berikut.
..
.~.:,. . lurlis
X3
6.R.L.
BAB II - 13
Berdasar pada persamaan pangkat tiga tersebut di atas, dengan Gambar 2.12
dapat ditunjukkan gambar sebagian bentuk lengkung transisi dengan lengkung
lingkarannya. Pad a gambar tersebut juga dapat dilihat letak lengkung transisi dan
lengkung lingkaran beserta titik-titik / bag ian-bag ian pentingnya.
I(
q:: ~
+ R. cos a - R
6.R
c. Lengkung S
Pada dua lengkung dari suatu lintas yang berbeda arah lengkungnya terletak
bersambungan, maka akan membentuk suatu lengkung membalik (reverse curve)
dengan bentuk huruf S, sehingga dikenal sebagai "Iengkung S". Antara kedua
lengkung yang berbeda arah sehingga membentuk huruf S ini harus diberi bag ian
BAB II - 14
K lurus
BAB II - 15
--~t::
.t- -~-.-- ---1
- --V
----
Posis i 2
~\.
Gambar 2.14. Posisi Roda dan Gandar Teguh Pada Saat Kereta Melalui Lengkung
Karena beragamnya ukuran lebar sepur dan gandar teguh yang digunakan oleh tiap-tiap
negara, maka terdapat perbedaan pendekatan dalam penetapan besarnya pelebaran
sepur. P.T. Kereta Api (Persero) dalam PO No. 10 menggunakan ukuran-ukuran sebagai
berikut (lihat Gambar 2.15) :
~~~------~~~*f
K
rI
d = 3 m dan 4 m, f = 30 mm
r=1000mm.
t=130mm
BAB II - 16
R ; jari-jari lengkung ,
P : penebaran sepur
5= :+p
,1 _._ . _ .
U .
.-lk==========::::~Jk~~
'f _.
POSISI 2
2c t- J
'"
-
I
-- - T - - - /
/ 1
I
/ / /
I / v ;'
V~ !
I
I
I !
. ;
1;
(d+
)2
(d+u)
U
= Ru 2 -
Ru - s)
= 2. Ru. s -
S2
Karena :
a). Nilai S2 sangat kecil dibandingkan nilai Ru
b). Nilai u sangat kecil dibandingkan dengan nilai d, maka persamaan di atas
disederhanakan menjadi :
s = ------------2.Ru
atau 2c + p = --------
2. Ru
BAB II - 17
Bila Ru = R, maka
- 2.c
2. R
Pad a persamaan di atas terlihat bahwa besarnya pelebaran sepur (p) dipengaruhi oleh :
a). jarak gandar depan dan gandar belakang
b). kelonggaran flens roda kereta terhadap tepi kepala rei pada sepur lurus
c) . jari-jari lengkung horizontal.
Untuk lebar sepur 1067 mm. P.T. Kereta Api (persero) menggunakan c
= 4 mm. Dengan .
digunakannya R dalam satuan m, maka apabila jarak gandar depan terhadap gandar
belakang (d) = 3 meter (3000 mm), diperoleh :
4500
- 8
Dan apabila jarak gandar depan terhadap gandar belakang = 4 meter (4000 mm),
diperoleh:
8000
p - --------- - 8
dengan:
p : pelebaran sepur (mm)
R : jari-jari lengkung tikungan (m)
Berdasarkan pada kedua persamaan tersebut dapat disajikan Tabel 2.5 yang berisi
pelebaran sepur untuk beberapa jari-jari lengkung horizontal dan jarak gandar. Mengingat
adanya pembatasan perlebaran sepur maksimum, maka tidak semua angka pada Tabel
2.5 dimaksud dapat digunakan. 8esarnya perlebaran sepur yang dapat digunakan dapat
dilihat pada Tabel 2.6.
Perlebaran sepur dibuat dengan cara menggeser rel-dalam kearah dalam (kearah pusat
lengkung). Seperti halnya pada peninggian rei, perlebaran sepur dicapai dan dihilangkan
tidak secara mendadak tetapi secara berangsur-angsur sepanjang lengkung transisi atau
"panjang transisi".
Pada lengkung horizontal, untuk mengurangi gaya tekan roda keretalgerbong/lokomotif
pada rei luar dan untuk menjaga terhadap bahaya keluarnya roda dari rei (deraillement),
pada rei dalam dipasang Rei Penahan (anti deraillement). Subarkah (1981) menyatakan
bahwa lebar celah antara rei dalam dan rei penahan ialah sebagai berikut :
a). 65 mm untuk jari-jari lengkung horisontal sebesar 150 meter,
b). 60 rnm untuk jari-jari lengkung horisontal sebesar 200 meter.
BAB II - 18
900
800
750
700
650
600
550
500
450
400
350
18,67
300
259
24,00
Sumber: Surya Hapsaro Tn Utama, Ja/an ReI.
0,20
1,00
2,00
3,25
4,86
7,00
10,00
Agar supaya pada saat roda melewati lengkung horisontal masih terdapat tapak roda
yang cukup lebar menapak di atas kepala rei, maka P.T. Kereta Api (persero)
menggunakan batasan perlebaran sepur maksimum ( p maks ) ialah 20 mm, sehingga
perlebaran sepur sesuai dengan jari-jari lengkung horisontal yang digunakan ialah
seperti yang tertuang pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Perlebaran Sepur yang Digunakan oleh P.T. Kereta Api (persero)
Jari-jari Lengkung Horisontal
(Meter)
Perlebaran Sepur
(mm)
R> 850
550 > R < 850
400 > R < 550
350 > R < 400
100 > R < 350
0
5
10
15
20
1067
1072
1077
1082
1087
BAB II - 19
b:m l nlan
_ __ _
i I
_ _ _ _--4111--_ __ __
t bi
(0 )
( e)
Didalam melaksanakan inspeksi terhadap ukuran rei setelah mengalami keausan ada
beberapa pedoman yang dipergunakan sebagai aeuan untuk menilai dan menetapkan
apakah kondisi dan ukuran rei masih didalam keadaan baik, yaitu sebagai berikut :
"
"
Untuk sepur lurus, dengan ukuran standar lebar sepur sebesar 1067 mm masih
dapat dipergunakan hingga batas keausan maksimum meneapai 2 em atau 1 em
untuk satu sisi reI.
Untuk sepur lengkung (tikungan) dengan pelebaran rei seperti dapat dilihat pad a
Tabel 2.6, sedangkan batas toleransi pelebaran sepur untuk masing-masing
radius tikungan dapat dilihat pada Tabel 2.7. berikut ini.
Batas Ukuran
(m)
(mm)
R > 600
550 :s R < 600
400 :s R < 550
350 :s R < 400
100 :s R < 350
0
5
10
15
20
BAB II - 20
flens bandasi sebesar 8 mm . Berarti apabila sudah mencapai aus sebesar 8 mm maka
bandasi tersebut harus dibubut kembali sesuai dengan bentuk profil yang baru . Namun
demikian apabila ketebalan bandasi tinggal sebesar 17 mm, maka bandasi tersebut
harus diganti dengan yang baru.
Oleh karena keausan tidak hanya diderita oleh bandasi roda saja tetapi juga dialami oleh
rei, maka dilakukan pula pembatasan aus maksimum untuk rei, terutama pada bagian rei
luar pada lengkungan . Beberapa ketentuan tentang batasan keausan pada beberapa
Negara adalah sebagai berikut:
a. Jerman Barat (German Federal Railways)
Untuk rail dengan berat lebih besar dan sarna dengan 48 kg maka ketentuan
batasan keausan adalah sebagai berikut:
a = 18 mm
~=7mm
a+
= 25 mm
"
"
~~-.---
BAB II - 2 1
BAB II - 22
---
r ,.,.. ~
I~l
I,
I I
I "
i
G)
!l)
." ' I
I
~~
...,
I'V
I'V
-->.
::J
0.
!l)
!l)
!l)
ili
~
5'
"0
0.
::J
...,
-
,!
! l)
(J>
CD
CD
!l)
::J
(J>
"~
O
.
. ,..1 .'
:
;j
r-
Ii
,I
l'
~
II
/\
A
~,
II
i:e
!l)
"0
CD
L-
CO
::J
CO
i.
I
II
"U
!l)
.1
!l)
::J
(J)
. , !:
I
I
j'
,',,:.1" .
~
0
',!
I!
II
~
,.
t-
'
,I ~
Ii
I e]
I
I
II
i
... TTa 'l
..n~ :..A ~ 1
= ,
..non~OI'Sn
~":"'['T..I\;.?
.;o..co..A T'n.u'
I:>'.:I.'TU ,,.__.cm
IuaI I
I
I
nil
..
c-..'4';"J~-.:t cctaT
<:I~.\''\
~ r.t 't;\T
!."
Tn&>. A-A
IM'O(JA'H
~~
:lO.....
'A.~Q,\.;W~
~
.....
fGt
I-C:\I,)
I J.H(;>
BAB II - 24
BAB II - 25
Sesuai dengan persyaratan teknis yang ditetapkan, kecepatan desain maksimum adalah
100 km/jam dengan kemampuan percepatan minimum 0,3 m/detik2 dan perlambatan 1
m/detik2, dan dapat berjalan pad a tanjakan 38 permil.
No.
1
Dimensi
Bogie
Interior
Sistem propulsi
Mesin penggerak
transmisi
Sistem pengereman
10
11
Sistem monitoring
12
Sumber: PT INKA
BAB II - 26
No
1
100 km/jam
Percepatan minimum
0,3 m/detik2
Perlambatan
1 m/detik2
Radius Minimum
80 meter
380100
30 orang
46 ton
Sumber: PT INKA
BAB II - 27
~ail
H.od
Baru-baru ini kecelakaan karena rei patah, seperti yang terjadi di Hatfield pada Oktober
2000, telah memfokuskan perhatian industri pada teknologi yang memungkinkan untuk
mendeteksi cacat di reI. Kebutuhan untuk lebih andal dan lebih baik sistem deteksi cacat
rei kereta api telah meningkat lebih jauh karena persyaratan pemeliharaan yang
dikenakan oleh manajer infrastruktur (atau institusi pemerintah mereka ).
Gambar 2.23. menunjukkan bagaimana tipikal cacat rei dapat terjadi. Terlepas dan
kenyataan bahwa deteksi dini cacat rei sangatlah penting untuk keamanan dan
keandalan operasi jaringan rei di seluruh dunia, teknologi NDE rei tidak pernah menerima
dana yang diperlukan untuk mengatasi kesalahan fatik pada reI. Tampaknya hanya bila
terjadi kecelakaan serius dana menjadi lebih mudah tersedia . Penggunaan yang sesuai
pada dana yang terbatas menjadi sangat penting , dan upaya penelitian harus diarahkan
untuk pengembangan teknologi pengujian rei baru dalam bentuk yang koheren.
Head
Rail
Foo t
BAB II - 28
Perlu dicatat bahwa Gambar 2.23 dan Gambar 2.24 menunjukkan kemungkinan lokasi
retak di rei dan bukan arah retak sesungguhnya.
Masalah utama dalam pemeriksaan rei dari sudut pandang industri adalah untuk
mengembangkan metode pemeriksaan yang lebih baik melalui peningkatan sensitivitas
dan resolusi terhadap cacat sejalan dengan peningkatan kecepatan pemeriksaan. Oisisi
lain, kurangnya insinyur NOT berkualitas dalam teknologi NOT yang lain diluar standar
teknologi Ultrasonics membuat industri rei kereta lebih ragu-ragu dalam mengambil
langkah untuk menggunakan teknologi NOT yang lain .
Kekurangan metodologi NOT saat ini telah diakui oleh sebagian industri rei melalui
manfaat umum dari kereta Grinding khusus untuk pemeliharaan reI. Kereta grinding
bekerja secara sistematis dan mekanis menghilangkan kerusakan permukaan rei dalam
tahap awal dan memastikan geometri reI. Namun demikian, jenis praktek ini
menyebabkan pengurangan umur operational rei dan tidak menghapuskan kebutuhan
untuk pemeriksaan NOT. Oengan alasan itu, cukup banyak penelitian sedang
berlangsung saat ini untuk mengembangkan baja baru pada tingkat yang lebih baik untuk
pembuatan rei kereta api yang mempunyai toleransi kerusakan permukaan yang lebih
baik.
Mayoritas pengembangan teknologi deteksi cacat pada rei di AS saat ini sedang
dilakukan oleh suppliers layanan pengujian reI. Oengan cara yang sama ini tampaknya
menjadi kasus di Jepang, Israel, Australia dan Kanada . Namun demikian, di Eropa
situasinya sedikit berbeda, karena operator jaringan kereta api terbesar di Eropa, yaitu
Societe Nationale des Chemins de fer Franl):ais (SNCF), Deutsche Bahn (DB) dan
Network Rail (NR), dapat menunjukkan keterlibatan aktif dalam pemeriksaan rei dan
penelitian yang dipimpin oleh para akademisi dan pemasok layanan pengujian rei kereta
api.
Operator jaringan rei terbesar telah membeli kereta uji mereka sendiri dalam rangka
untuk melakukan pemeriksaan reI. Meskipun demikian, sejumlah besar operator masih
subkontrak untuk pemeriksaan jaringan rei mereka kepada penyedia jasa pengujian rei
kereta api. Kereta uji rei saat ini mencapai kecepatan antara 40 kilometer/jam - 100 km
/jam, namum saat kecepatan meningkat system kepekaan dan resolusi memburuk
secara signifikan.
BAB II - 29
c::::J
!I
I I
I !
Gambar 2.25. Multiple ultrasonik transduser diposisikan pad a berbagai sudut untuk
meningkatkan secara keseluruhan kemampuan system deteksi.
Pengujian dengan Magnetic Flux Leakage (MFL) biasanya digunakan di model Sperry
(100 dan 900 series) untuk pendeteksian cacat dekat-permukaan sebagai teknik
pelengkap pengujian ultrasonik.
Skema pada Gambar 2.26. menunjukkan prinsip pemeriksaan MFL. Penggunaan teknik
ini dibatasi pada kecepatan di bawah 35 km/jam karena kinerjanya memburuk secara
signifikan pada kecepatan yang lebih tinggi. Baru-baru ini, sistem hibrid berbasis manfaat
simultan dari sensor eddy current (EC) dan probe pengujian ultrasonik konvensional
telah diperkenalkan di Jerman, Belanda dan dilain tempat untuk pemeriksaan rail tracks
berkecepatan tinggi. Sensor gelombang EC memiliki kinerja yang unggul dibandingkan
dengan pengujian probe ultrasonik ketika memeriksa cacat dekat-permukaan atau
keretakan permukaan, seperti Rolling Kontak Kelelahan (RCF), spa lis dan wheelburns.
Gelombang sensor eddy current nampak memberikan proporsi yang lebih baik dari pada
probe MFL karena mereka lebih peka terhadap cacat dekat permukaan dan cacat
permukaan dan dapat bekerja pada kecepatan yang lebih tinggi secara signifikan
(pemeriksaan kecepatan hingga 100 km/jam mungkin).
BAB II - 30
Motional .V
Oiredioo
500
men
Suriace [A:fect
Namun, sensor eddy current sang at dipengaruhi oleh variasi lift-off dan kemudian perlu
diposisikan sedekat mung kin dan pada jarak konstan dari permukaan kepala
reI. Gambar 2.27 menampilkan pembawa probe eddy current yang digunakan pada
kereta uji DB.
Gambar 2.27. Pembawa probe dengan sensor eddy current yang digunakan oleh DB
untuk mendeteksi retak RCF (foto courtesy Deutsch Bahn).
Teknik NDE lain yang saat ini sedang diselidiki untuk pemeriksaan rei kecepatan tinggi
termasuk laserultrasonics, elektromagnetik Acoustic Transducers (EMATs), alternating
current field measurement sensor (ACFM), camera kecepatan tinggi , Sensor eddy current
multi frekuensi, Field Gradien Imaging (FGI), high-resolution ultrasonic probes, ultrasonic
phased arrays, dan long range ultrasonics.
Sebagian besar teknik ini sudah dikembangkan dalam portable sistem untuk
pemeriksaan rei pada kecepatan yang lebih rendah . Gambar 2.28 menunjukkan sistem
manual ACFM yang digunakan untuk deteksi dan kuantifikasi otomatis retak RCF pada
reI. Sensor ini dido rang oleh operator dengan kecepatan konstan sepanjang kepala rei
untuk mencari setiap perubahan sinyal yang disebabkan oleh adanya RCF retak.
BAB II - 31
(a)
(b)
Gambar 2.28. Tongkat jalan ACFM (a) dan Bagian Bawah Sisi Tongkat Jalan .
Dalam beberapa kasus, probe ultrasonik resolusi tinggi, laser ultrasonik dan EMATs telah
ditempatkan pada hi-rei berbasis kereta yang dapat mencapai kecepatan pemeriksaan
antara 20 km/jam dan 35 km/jam . Gambar 2.29 menunjukkan sistem pemeriksaan EMAT
yang dipasang pada kereta hi-rei oleh Tektrend (sekarang NDTOlympus) untuk
pemeriksaan rei otomatis.
Gambar 2.29. Sistem Pemeriksaan Rei Otomatis EMAT Pad a Kereta Hi-Rei (Tektrend).
BAB II - 32
pad a deteksi gelombang pantul. Sensitivitas sistem ultrasonik jarak jauh masih rendah
karena hanya dapat mendeteksi cacat melintang yang relatif besar.
Meskipun, ada penelitian significant yang sedang berlangsung saat ini di bidang
pengantar gelombang , upaya penelitian ini difokuskan terutama pada penerapan teknik
untuk pemeriksaan pipa , struktur lepas pantai, dan turbin-angin . Gambar 2.30
menampilkan sebuah kereta hi-rei Waveinsolids yang menggunakan Long range
ultrasonic untuk mendeteksi cacat transversal di United States.
Gambar 2.30. Foto Dari Kereta Hi-Rail Berikut System Pemeriksaan Long Range
BAB II - 33
Salah satu masalah riil yang dihadapi dengan UTU1 adalah terlalu banyak "kesalahan"
dalam pembacaan, masing-masing harus diperiksa sehingga memakan waktu yang
cukup berarti. Hal ini sebagian telah diatasi dengan pengaturan batas deteksi yang
realistis dan oleh sebuah program untuk membandingkan hasil dari kereta uji dengan
hasil dari system manual dalam rangka menyempurnakan kriteria deteksi. UTU2 memiliki
array probe yang lebih besar yang memungkinkan mempunyai cakupan Ultrasonic lebih
luas.
Probe array, terdiri dari 9 transduser terpisah, yang terkandung dalam ban berisi cairan ,
yang dikenal sebagai Roller Search Unit (RSU). UTU2 memiliki dua unit untuk
memastikan
pengujian
dapat
terus
berlangsung
sekali
meskipun
satu
RSU gagal berfungsi dengan benar. Hal ini diperlukan karena procedure pengujian yang
terbatas karena tuntutan pada sistem .
Tongkat Sperry adalah versi RSU yang dioperasikan dengan tangan dan digunakan
dengan metode manual untuk memeriksa output dari kedua kereta ultrasonik.
Perbandingan hasil dari unit UTU2 dengan Tongkat Sperry menunjukkan 90-95% tingkat
keberhasilan identifikasi cacat. Hasil yang lebih baik dengan alat ini telah dicapai di US
dan penyempurnaan lebih jauh pada sistem ini sedang berlangsung di UK guna
memperbaiki tingkat keberhasilannya . UTU2 dapat dijalankan pada kecepatan hingga 65
km/jam, namun untuk keamanan dan ketepatan probe perlu melakukan pengukuran
cacat 4 kali dan seterusnya dalam praktek mereka dioperasikan pada kecepatan 45
km/jam . Peralatan di kereta Utu tidak mengukur cacat. Saat ini jarak rata-rata yang
diselesaikan dalam satu malam adalah antara 150 dan 210 km. Masalah yang dihadapi
oleh kereta Utu meliputi:
~
~
BAB II - 34
~
~
~
>-
Kereta uji Eurailscout (Belanda, Jerman, dll) dan Scanmaster (Israel) menggunakan
sliding plate sleds untuk menempatkan probe ultrasonik seperti yang ditampilkan pada
Gambar 2.32. Kereta uji Eurailscout dapat menggabungkan probe eddy current dalam
rangka untuk meningkatkan kemampuan sistim deteksi. Kereta ini beroperasi dengan
kecepatan 72 km/jam (kecepatan pemeriksaan hingga 100 km/jam dinyatakan mungkin).
Gambar 2.32. Sebuah kereta luncur lima pengaturan yang ditampilkan diangkat dari
reI. Beberapa sleds termasuk dua probe yang memungkinkan untuk
penggunaan total tujuh ultrasonik probe. Empat probe sensor eddy
current (tidak ditampilkan) dapat juga dipasang .
BAB II - 35
(2) MFL aksial, yang cenderung untuk kerusakan volumetrik atau pengurangan
material sebatas keliling atau lebar.
Kedua metode tidak diuntungkan oleh pengaruh kecepatan probe dari sinyal MFL. Telah
dilaporkan bahwa efek kecepatan dari MFL keliling lebih signifikan dari pada MFL aksial
dan kecepatan yang mempengaruhi kecepatan pemeriksaan MFL keliling jauh lebih
rendah daripada yang untuk MFL aksial.
Dalam pemeriksaan rei menggunakan MFL, kumparan pendeteksi dipasang pada jarak
konstan dari rei, digunakan untuk mendeteksi setiap perubahan dalam medan magnet
yang dihasilkan oleh sebuah DC elektromagnet di sekitar reI. Di daerah di mana terdapat
cacat dekat permukaan atau cacat permukaan melintang di rei, ferromagnetic baja tidak
akan mendukung magnetik fluks dan beberapa fluks dipaksa keluar dari bag ian.
Kumparan sensor mendeteksi setiap perubahan dalam medan magnet dan Indikasi cacat
kemudian dicatat.
Sayangnya, retakan melintang bukan satu-satunya jenis cacat yang ditemukan di reI.
Cacat yang berasal dari manufaktur dan berhubungan dengan pelayanan dapat berupa
antara lain inklusi, jahitan , mengupas, dan korosi. Retak kelelahan dapat berawal dari
cacat ini, serta sifat normal rei seperti lubang baut reI. Jika cacat ini berlangsung tak
terdeteksi, mereka dapat menyebabkan kepala dan web rei terpisah . Banyak cacat
seperti ini tidak terdeteksi dengan metode kebocoran fluks karena flaws (cacat) yang
terjadi parallel terhadap garis flux magnetic atau cacat terlalu jauh dari coil sensor untuk
mendeteksi. Metode MFL digunakan terutama oleh hi-rei dan kereta tertentu sebagai
railbound Sperry sebagai teknik pelengkap untuk pemeriksaan ultrasonik. Kecepatan
maksimum yang dicapai untuk kombinasi system Ultrasonic dan MFL biasanya 35
km/jam. Dalam praktek solusi berikut juga telah dilakukan:
,' +
BAB II - 36
Gambar 2.34. Elektromagnet Pad a Rangka Bogie Pengukuran (Solusi Baru Versi
Pertama). Kerugiannya Medan Magnet Kecil.
Gambar 2.35. Elektromagnet Pad a Satu As Roda Bogie Pengukuran (Solusi Baru Versi
Kedua). Keuntungannya Medan Magnet Besar.
Selama beberapa tahun, penerapan teknologi eddy current terbatas untuk pemeriksaan
las pada rei individual.
Baru-baru ini, sistem eddy current dikembangkan untuk
melakukan pemeriksaan di atas rei dengan kecepatan beberapa meter per men it untuk
mendeteksi retakan akibat kelelahan Rolling Contact Fatique (RCF).
Gambar 2.36. memperlihatkan sebuah sistim eddy current manual yang digunakan untuk
mendeteksi keretakan RCF pada rei dan wheelburns. Sensor didorong oleh operator
sepanjang kepala rei mencari perubahan sinyal yang disebabkan oleh adanya retakan
RCF atau wheelburn.
BAB II - 37
Head checking
Indentures
Wheel-burns
Grinding marks
Rail joint
BelGroSpi's
Squats
Short/long pitch corrugation
Welds
Detectability
Very good
Very good
Very good
Very good
Very good
Good
Good
Good
Good
Statement
BAB II - 38
eddy current yang ditampilkan pada Gambar 2.37. Perkembangan system eddy current
telah berhasil dipadukan diatas kereta grinding untuk menilai kualitas grinding reI.
BAB II - 39
dan mengatasi lapisan non conductive yang lebih tebal. Untuk cacat yang lebih besar,
pengoperasian lift-off> 5mm dapat dimungkinkan.
~
----
B z
/,VC,"'.,,'
_~ lt i- c lock.-v~:i s
fI o \,.v
gi\ -~$
Hz
tloug:h
Probe ACFM tersedia dalam bentuk probe pensil standar dan probe array multi-elemen.
Probe ini dapat disesuaikan untuk mengoptimalkan pemeriksaan komponen struktural
tertentu dan memaksimalkan Probabilitas Detection (PoD) dari cacat berukuran kritist.
Pensil probe ACFM dapat mendeteksi retak cacat permukaan dalam berbagai sudut.
Meskipun demikian, untuk ukuran cacat, mereka harus terletak antara 0-30 dan 60-90
ke arah laju probe. Kekurangan ini diatasi oleh array ACFM dengan menggabungkan
berbagai bidang inducers untuk memungkinkan ditampilkan kedalam permukaan periksa
dalam orientasi yang berbeda . Ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana orientasi
retak tidak diketahui atau bervariasi.
Dalam hal ini, sensor tambahan, juga dimasukkan dalam rangka mengambil manfaat
yang optimal dari petunjuk input tambahan . Pada tahun 2000, TSC dengan dukungan
dari Bombardier Transportasi, mulai mengembangkan suatu sistem ACFM yang maju
untuk aplikasi di industri reI. Tujuan dari upaya ini adalah untuk mengembangkan Sistem
ACFM portable, dengan user interface yang ramah mampu mendeteksi, mengukur
secara otomatis, dan pernbatasan ambang cacat untuk pemeriksaan sarana roda kereta
api. Selama pengujian awal pada as roda kereta api yang sebelumnya telah ditolak
dikarenakan kegagalan pad a saat pemeriksaan partikel magnetic (MPI) atau karena
korosi permukaan yang berlebihan , kemajuan sistim ACFM mencapai PoD 84%
dibandingkan dengan 44% PoD untuk MPI. Setelah melalui kerja eksperimental pada as
roda kereta api, menjadi jelas bahwa suatu sistem ACFM dapat digunakan baik untuk
mendeteksi dan mengukur keretakan RCF pada reI. Hal ini menyebabkan terbentuknya
tong kat ACFM yang dioperasikan dengan berjalan kaki seperti yang ditampilkan
BAB II - 40
sebelumnya. Ini adalah sebuah perangkat yang bersifat operasional mandiri atau individu
dan mampu beroperasi independent selama 8 jam.
ACFM telah dibentuk untuk menyesuaikan diri dengan bentuk kepala reI. Ini memungkin
penerapan sistem ACFM pada rei baru maupun usang. Pemeriksaan di kepala rei
dilakukan melalui pemindaian oleh sekelompok sensor
secara berurutan yang
memungkinkan pemeriksaan rei menjadi tanpa gangguan. Berdasarkan data yang
diperoleh melalui kerja yang ekstensive secara metalografi di atas rei dengan retak RCF ,
Paket software yang telah disesuaikan dengan pengukuran cacat secara algorithms
telah di kembangkan untuk memungkinkan pengukuran otomatis keretakan RCF yang
dideteksi dengan tong kat jalan. Dengan meningkatkan sampling ke 50 kHz sistim tong kat
mencapai kecepatan scanning 0.75 Mis (sekitar 2-3 km dari rei dapat diperiksa dalam
waktu satu jam). Harus ditekankan bahwa data yang memadai harus dikumpulkan tidak
hanya untuk mendeteksi cacat, tetapi juga untuk menentukan beratnya. Percobaan lebih
jauh saat ini sedang berlangsung dalam upaya membangun sistim pemindai ACFM
kecepatan tinggi untuk deteksi dan kuantifikasi RCF pada rei bekerjasama dengan
University of Birmingham.
000 ~dyrurrent5
~
fi
~::..KJ~~
), \
,/'""'
Forces
BAB II - 41
Penempatan transduser dalam modul ini sedang diselidiki untuk menentukan desain
trade-off yang diperlukan untuk mengoptimalkan jarak antar transduser dari pasangan
pitch and catch terhadap kemampuan deteksi , dan untuk menyeimbang kan kekuatan
magnet probe EMAT. Pitch and catch mode memerlukan jarak pemisahan yang tetap
antara receiver dan emitor. Sistem bermuatan dua tandem pitch-dan-catch, pasangan
Gelombang Rayleigh dan pasangan gelombang herisontal dan vertical 90 0 (SH-wave)
digunakan untuk memeriksa kepala rei , jarak pemisahan adalah 12" sebagai yang paling
efektif. Sebuah EMAT pada alat pemeriksaan digunakan untuk menghasilkan sebuah
gelombang SH-70 dan sebuah gelombang SH-90.
Probe EMAT yang sama dirancang untuk menghasilkan gelombang SH-90
dikonfigurasikan untuk menginduksi gelombang SH-70 di kepala reI. Dua EMAT yang
lain, gelombang SH-O terpolarisasi secara radial dan gelombang melintang (shear wave)
35 bekerja secara independen. Namun, transduser dipisahkan dari yang lain untuk
menyeimbangkan kekuatan daya tarik magnetis antara rei dan transduser, juga untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih gema yang memasuki gerbang penerima
(receiver).
Setiap probe EMAT mengandung kumparan datar (digulung atau pada lembar Kapton)
dan satu atau serangkaian magnet permanen terbuat dari Sintered Neodymium-Iron
Boron (NdFeB) ditumpuk di atas kumparan seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.41.
Magnet dilindungi dari kumparan dengan foil tembaga yang disisipkan antara kumparan
dan magnet.
Sebuah lapisan bahan busa juga disisipkan untuk memungkinkan kumparan mengikuti
permukaan kepala rei yang tidak teratur. Oengan pita polimer, PCB material dan busa,
terangkatnya maknit (lift-off) berada pada kisaran 2.5 mm dari reI. Ketika kumparan
BAB II - 42
tercetak pada bagian sisi bawah material PCB, terangkatnya kumparan sesuai dengan
ketebalan pita polimer 0.2 mm.
Sistem akuisisi data telah dirancang untuk mendukung 12 saluran akuisisi real-time.
Setiap saluran mewakili gelombang nada berkekuatan tinggi/kartu penerima dengan
output
tegangan
yang
dapat
disesuaikan
(400-1800
Vpeakpeak) .
Unit penerima pada sistem memiliki linearitas yang sangat baik, pemulihan yang cepat
atas beban berlebih, dan rasio sinyal terhadap noise baik. Filter juga dirancang dan
dibuat untuk mengurangi kebisingan dan membatasi sinyal response tinggi.
BAB II - 43
diimplementasikan . Ini dapat diklasifikasikan menu rut fungsi mereka ke dalam empat
kelompok utama:
a) sistem pemeriksaan trek,
b) sistem pemeriksaan kereta,
c) sistem untuk pemeliharaan dan operasional, dan
d) sistem yang berkaitan dengan penumpang.
Konsep sistem visual otomatis didasarkan pada penggunaan kamera berkecepatan tinggi
yang mampu menangkap gambar video dari jalur rei kereta api saat kereta bergerak di
atasnya. Foto yang diambil kemudian diana lisa secara otomatis dengan menggunakan
perangkat lunak untuk analisa gam bar. Analisa software didasarkan pada identifikasi
objek atau cacat yang dideteksi dengan menggunakan teknik korelasi silang sedangkan
data diklasifikasi menggunakan skema pembelajaran yang diawasi.
Pengenalan obyek dengan menggunakan teknik pembelajaran sampel yang berkaitan
dengan masalah komputasi. Untuk mencapai kine~a secara real-time, waktu komputasi
untuk mengklasifikasikan pola harus kecil. Ketika mencoba untuk mendeteksi benda
benda kecil seperti cacat rei pada permukaan trek, resolusi gam bar video yang
tertangkap harus lebih tinggi agar dapat memberikan data yang dapat diandalkan untuk
analisa. Namun , ketika resolusi gambar meningkat, demikian juga dengan jumlah data
yang diperoleh, maka waktu komputasi untuk menyelesaikan suatu analisa diperlukan
lebih banyak. Akibatnya kecepatan pemeriksaan perlu disesuaikan dengan kecepatan
untuk analisa data.
Sistem otomatis pemeriksaan trek secara visual dapat digunakan untuk mengukur profil
kepala rei dan persentase keausan, jarak antar rei, pergerakan memanjang, tidak adanya
pemberat, kondisi pelat dasar dengan tidak adanya pemberat, posisi penjepit, baut hilang
dan kerusakan permukaan, termasuk RCF dan rei bergelombang. Kecepatan
pengoperasian sistem ini dapat bervariasi dari 60 kml jam sampai 320 km/jam,
tergantung pada jenis pemeriksaan yang dilakukan dan resolusi yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, pemeriksaan untuk mendeteksi kerut atau rei yang bergelombang dapat
dilakukan jauh lebih cepat dari pada untuk mendeteksi keretakan RCF .
Sayangnya, sistem visual otomasi tidak memberikan informasi yang berhubungan
dengan keberadaan cacat internal dan karenanya tidak dapat digunakan untuk
menggantikan pemeriksaan ultrasonik. Khususnya pada SNCF, mengoperasikan kamera
pemeriksaan yang berkecepatan tinggi pada jaringan rei kereta api dari kereta barunya
IRIS 320 yang dapat mencapai kecepatan hingga 320 km/jam . Pemeriksaan ini dilakukan
setiap 15 hari untuk mendeteksi cacat permukaan secara visual pada jalur kecepatan
tinggi serta jalur utama dengan standar yang tinggi (kecepatan 160 km I jam). Gambar
2.42 menunjukkan prinsip pemeriksaan visual jalur kereta api.
BAB II - 44
BAB II - 45
Karena sifat berbahaya dari penggunaan laser ,Nominal Hazard Zone (NHZ) Perlu
dibuat sebelum dilakukan pemeriksaan. The NHZ bervariasi dari 0.07 M ke 0.55 M.
Selama pengujian, dua teknik yang berbeda digunakan untuk menyuntikkan gelombang
ultrasonik dalam rei, a) point generation dan b) line generation seperti yang ditampilkan
pada Gambar 2.44.
a)
b
Flaw
BAB II - 46
keuntungan teknis yang significan untuk pengujian las pada Ultrasonic konvensional.
Sinar array dapat dikendalikan , dihilangkan , dan dipusatkan secara elektronik. Beam
steering dapat mengkondisikan sinar dengan sudut tertentu yang dioptimalkan secara
Ultrasonic dengan mengorientasikan mereka tegak lurus terhadap perkiraan
diskontinuitas, misalnya kurangnya fusi di Welding otomatis.
Pemindaian elektronik memberikan liputan pada komponen dengan sangat cepat,
khususnya sebuah sekumpulan system transduser lebih cepat dari pada satu sistem
mekanis transduser. Beam steering (biasanya disebut sektoral atau azimuthal scanning)
dapat digunakan untuk pemetaan komponen pada sudut yang tepat untuk
mengoptimalkan probabilitas deteksi diskontinuitas. Pemindaian sektoral juga berguna
ketika hanya memungkinkan suatu minimal footprint.
Pemfokusan electronic memberikan bentuk dan ukuran sinar yang optimal pada daerah
diskontinuitas yang diharapkan, serta mengoptimalkan probabilitas deteksi. Secara
keseluruhan, penggunaan phased array memberikan diskontinuitas yang optimal
sementara disisi lain meminimalkan waktu pengujian.
Riset di bidang pemeriksaan rei dengan menggunakan menggunakan Ultrasonic phased
array saat ini sedang berlangsung di Amerika Serikat (TIC I dan Iowa State University) ,
Inggris (Universitas Bristol , Warwick dan Birmingham dan 1W1 Ltd) dan Perancis
(Socomate).
Sejauh belum ada sistem praktis yang melibatkan Ultrasonics phased array
dikembangkan untuk pemeriksaan rei berkecepatan tinggi karena masalah-masalah yang
muncul dari sejumlah besar data yang perlu dianalisa . Kecepatan maksimum
pemeriksaan saat ini yang bisa dicapai dengan ultrasonik phased array adalah sekitar
5km/jam .
Suatu konsep baru dalam analisa paralel (yang dikenal sebagai the Fast Automated
Angle Scan Technique atau FAAST) telah dikembangkan baru-baru ini oleh Socomate
untuk mengatasi masalah pemrosesan. Kemajuan sistem 128 saluran mampu mengolah
data yang diperoleh probe multi elemen secara real time, untuk mendeteksi dan
menggolongkan semua refiektor di dalam bidang suara akustik dari probe kedalam satu
sinar. Sistem dapat mencapai kecepatan pemeriksaan sampai dengan 100 km / jam dan
memiliki kontrol pitch 4mm. Sudut pemeriksaan utama adalah -70 ; -35; 0; 35; +70.
Baru-baru ini, SNCF bekerjasama dengan CEA mengembangkan sebuah sistem phased
array untuk memeriksa perbaikan pengelasan busur. Sistem ini akan digunakan untuk
memeriksa beberapa ratus perbaikan pengelasan busur pada jaringan jalur kecepatan
tinggi SNCF sampai akhir tahun 2007.
BAB II -47
kereta api. Long range ultrasonic dapat menggunakan berbagai mode gelombang antara
lain (Iamb, Plate , Rayleigh) namun sudah menjadi lazim dikenal
sebagai teknik pemandu gelombang UT. Transduser dirancang dan ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mode gelombang yang sesuai dapat dipicu dan ditransmisikan
kedalam struktur. Refleksi dari titik acuan yang tetap, seperti ketebalan las, dapat
dideteksi demikian pula dengan perubahan yang terjadi dalam penampang melintang,
seperti retak atau korosi. Refleksi ini dicatat dan dianalisa untuk menghasilkan informasi
mengenai probabilitas, perkiraan ukuran dan lokasi dari refleksi. Analisa ini memerlukan
perangkat lunak selain personil yang terlatih dan pengalaman.
Long range ultrasonic bisa efektif sampai jarak lebih dari 180 meter dari sensor array.
Namun, berbagai faktor dapat melemahkan sinyal secara signifikan dalam beberapa .
kasus sehingga jarak efektif hanya menjadi beberapa meter. Mode /bentuk dan frekuensi
gelombang tertentu menentukan jarak pemeriksaan yang paling efektif. Beberapa teknik
secara umum sensitif terhadap perubahan luas penampang melintang dari komponen .
Misalkan diperlukan 5% perubahan luas penampang struktur yang diperiksa untuk
menghasilkan indikasi respon yang dapat diinterpretasikan.
Penelitian di bidang pemeriksaan rei dengan menggunakan Long range ultrasonic saat ini
sedang berlangsung di Amerika Serikat, (The Pennsylvania State University) , Korea
Selatan (Seoul National University of Technology) dan Inggris (TWI) . Sebuah kereta hi
rail komersial , yang dikenal sebagai Prism, telah dihasilkan oleh Wavesinsolids LLC US.
2.3.10.
Penelitian di bidang eddy current multi frekuensi untuk pemeriksaan rei yang telah
dilakukan oleh Universitas Manchester dan Birmingham masih dalam tahap awal serta
pengujian yang terbatas. Namun, hasil awal eksperimen menunjukkan bahwa teknik ini
memiliki potensi yang kuat digunakan untuk mendeteksi dan menghitung cacat pada
daerah dekat permukaan dan retak pada permukaan pada kecepatan tinggi.
BAB II - 48
3.1. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengkaji teknologi laser untuk diterapkan pada sistem
inspeksi jalan rei dalam rangka pengembangan kereta inspeksi rei kereta api yang
mampu mendeteksi kondisi rei secara akurat dan cepat untuk meningkatkan keselamatan
operasi.
Sasaran kegiatan adalah menghasilkan desain sistem inspeksi jalan rei menggunakan
teknologi laser yang mampu mendeteksi kondisi rei secara akurat dan cepat sehingga
menghemat waktu dan biaya dalam upaya meningkatkan keselamatan operasi kereta
api.
Kegiatan Penerapan Teknologi Laser Untuk Inspeksi Rei Kereta Api direncanakan akan
dilakukan dalam jangka waktu dua tahun. Target hasil kegiatan pada tahun pertama
(2010) adalah
a. Menyusun DR & 0 sistem inspeksi rei kereta api
b. Membuat basic desain sistem inspeksi rei kereta api menggunakan
teknologi laser
3.2. Manfaat
Hasil kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk diintegrasikan pada kereta inspeksi yang
telah dibuat oleh PT INKA atau diintegrasikan dengan kereta FUDIKA sehingga memiliki
kemampuan untuk mendeteksi keausan rei kereta api yang melebihi batasan yang
diijinkan secara akurat dan cepat, sehingga dapat dicegah te~adinya derailment untuk
keselamatan operasi kereta api.
BAB III - 1
Lintas kereta api direncanakan untuk melewatkan berbagai jumlah angkutan barang dan/
atau penumpang dalam suatu jangka waktu tertentu . Perencanaan konstruksi jalan rei
harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara
teknis dan ekonomis.
Secara teknis diartikan konstruksi jalan rei tersebut harus dapat dilalui oleh kendaraan rei
dengan aman dengan tingkat kenyamanan tertentu selama umur konstruksinya. Secara
eknomis diharapkan agar pembangunan dan pemeliharaan konstruksi tersebut dapat
diselenggarakan dengan biaya yang sekecil mungkin dimana masih memungkinkan
terjaminnya keamanan dan tingkat kenyamanan.
Perencanaan konstruksi jalan rei diperngaruhi oleh jumlah beban, kecepatan maksimum,
beban gandar dan pola operasi. Atas dasar ini diadakan klasifikasi jalan rei, sehingga
perencanaan dapat dibuat secara tepat guna.
BAB IV - 1
te~adinya
Persiapan
kegiatan
Koordinasi &
diskusi teknis
Pengumpulan
data dan literatur
Desain kereta
inspeksi
Desain kerela
inspeksi jalan rei
dengan leknologi
laser
Oalam bagan alur kegiatan diatas digambarkan bahwa hasil akhir dari kegiatan ini adalah
desain dasar kereta inspeksi jalan rei dengan teknologi laser. Untuk mencapai hasil
tersebut dilakukan analisa desain sistem inspeksi jalan rei berdasarkan kajian teknologi
laser dan standar jalan reI.
BAB IV-2
Dalam melakukan kajian teknologi laser dan standar jalan rei perlu dilakukan diskusi
dengan instansi terkait, terutama menyangkut regulasi dan standar yang digunakan. Oleh
karena itu perlu masukan dari Di~en Perkeretaapian sebagai regulator dan PT KA
sebagai operator.
PT INKA sebagai industri kereta api nasional diharapkan memberikan masukan dalam
mengintegrasikan peralatan sistem inspeksi jalan rei dengan kereta yang digunakan.
Dengan melibatkan instansi yang terkait tersebut diharapkan hasil kegiatan merupakan
produk inovasi yang bermanfaat bagi industri perkeretaapian nasional.
Keausan kepala rei kereta api adalah sebuah parameter yang penting dalam
memperkirakan kondisi jalan reI. Jika keausan terlalu tinggi , ini dapat menyebabkan
terjadinya hal buruk yaitu kereta keluar dari reI.
Metoda-metoda inspeksi konvensional didasarkan pada inspeksi-inspeksi manual visual.
Prosedur ini sangat lambat dan tidak akurat dan oleh karena itu tidak efisien. Solusi
alternative untuk mengetahui kondisi jalan rei kereta api adalah melakukan scanning
profil jalan rei kereta api. Saat ini telah banyak teknologi scan menggunakan laser
tersedia di pasar yang memberi peluang inspeksi jalan rei dapat dilakukan secara cepat
dan akurat.
Berbagai teknologi tersebut perlu dikaji kemampuannya untuk diterapkan sebagai
peralatan inspeksi profil jalan rei kereta berkaitan dengan pantulan cahaya yang berbeda
dari rei-rei jalan kereta api yang berupa kilauan metalik dan juga berka rat dalam
beberapa tempat-tempat.
BAB IV - 3
Bead
Groove
iight source
z-<!xis
---- ------
.-... _ . _. ~
1
'
----re C2 rver
._--.
BAB V-I
resolusi dan ukuran dari range pengukuran, frekuensi profil sampai 4.000 profil per detik
dapat diperoleh .
ScanCONTROL 2810 memanfaatkan prinsip triangulasi untuk dua dimensi akuisisi profil
pada berbagai permukaan sasaran. Hal ini berbeda dengan sensor laser titik, dimana
sebuah garis laser statis diproyeksikan ke permukaan objek pengukuran. Kamera
berkualitas tinggi memfokuskan sistem optik untuk memantulkan cahaya dari lini laser ke
sebuah array CMOS. Data profil dari gam bar kamera dihitung oleh Controller dan
menghasilkan output kordinat pengukuran xJz yang sudah terkalibrasi. Selain itu dimensi
lain dari lengkungan atau cekungan dihitung oleh controller dan dipindahkan ke output.
Dengan kemampuan tersebut Scan Control 2810 dapat digunakan untuk memantau atau
mengispeksi kondisi jalan rei dalam usaha perawatan dan pemeliharaan jalan reI.
BAB V - 2
Gambar 5.4. Dua sensor membaca dari kedua sisi kepala rei
BAB V - 3
komputer pengendali dengan profil ideal yang telah ditentukan sebelumnya. Jika nilai
toleransi yang telah ditentukan terlewati, maka posisi titik pada rei tersebut
diklasifikasikan sebagai tidak aman (unsafe) , dan ditandai di dalam PC.
Measurement system requirements :
Measurement range X = 125 mm
Measurement range Z =50 mm
Base distance 230 mm ;
Sensor with modified focusing distance.
Dynamic response : 2000 profiles/s each with 128 measurement points
Laser: 50 mW, class 3 B
Setup sistem Minimum :
1. Tiap rei 2 x sensor laser, i.e. 4 sistem sensor per kereta ukur.
2. Measurement computer dan evaluation software.
scan
\0
....
f.:
@'"
'f'
Gambar 5.6. Dua Scanner Profil Yang Tersinkronisasi Untuk Membaca Bentuk Profil
Lintasan Dalam Menentukan Keasusan
BAB V - 4
Edge detection
PositIOning
Heigh! piofile
Coplanarily
Deformation
Lead posrtlon
Berbeda dengan sensor profil menggunakan laser-titik (point laser) yang hingga saat ini
banyak digunakan, sistem optikal garis (line optical system) memproyeksikan garis laser
pada permukaan objek yang akan diukur. Sinar yang memantul dari objek pengukuran rei
yang menggambarkan profil permukaan obyek akan ditangkap oleh penerima (receiver)
dan akan diteruskan ke sistem optikal pad a barisan sensor cahaya CMOS untuk dibaca
dan diterjemahkan ke dalam bentuk data digital. Data ini akan disimpan oleh komputer
kontroler.
BAB V - 5
Proses ini akan berulang sesuai jumlah frekuensi profil per satuan waktu yang dibaca
oleh sensor. Untuk satu kali proses pembacaan tersebut dapat diambil beberapa data titik
sesuai jumlah titik per profil yang dibaca.
7-axis
Komputer kontroler menghitung informasi jarak antara sumber laser dengan objek yang
diukur (nilai ini dinyatakan dalam sumbu Z). Bersamaan dengan menghitung sumbu Z,
kontroler juga menghitung jarak sepanjang garis yang mengenai objek pengukuran (nilai
ini dinyatakan dalam sumbu X) dengan menggunakan image gambar yang ditangkap
oleh sensor CMOS. Hasil kedua nilai tersebut dikeluarkan oleh kontroler dalam bentuk
data digital berupa koordinat dua dimensi (X dan Z) yang telah dikalibrasi. Objek
pengukuran atau alat pengukur yang bergerak akan memberikan nilai tiga dimensi pad a
koordinat tersebut dengan manbahkan nilai sumbu Y. Selain itu , data tonjolan dan
lekukan berupa koordinat juga dihasilkan oleh kontroler.
Groove
BAB V - 6
4000
2000
1000
500
250
64
128
256
512
1024
Parameter frekwensi profil/detik yang tinggi diperlukan untuk dapat mengetahui data
pengukuran profil dengan kerapatan yang tinggi atau jika pengukuran dilakukan dengan
kecepatan yang tinggi. Frekwensi yang tinggi mengakibatkan semakin banyak data profil
yang diambil untuk satu satuan panjang.
Sementara resolusi pixel (titiklpixel) yang tinggi dibutuhkan jika kita ingin mengetahui
profil permukaan rei secara lebih detail/rapat sehingga diperoleh profil yang lebih bersifat
continuous/smooth . Hal ini menghasilkan hasil pengukuran profil yang mendekati profil
yang sebenarnya.
Selain dari jumlah titik profil pengukuran dan kecepatan proses, tinggi dan lebar wilayah
pengukuran juga dapat diatur, misalnya 512 titik untuk wilayah pengukuran yang sempit,
atau 256 titik untuk wilayah pengukuran yang lebar untuk aplikasi kecepatan tinggi.
BAB V-7
2. Titik tertinggi
Ini direkomendasikan jika titik tertinggi telah diketahui sebelumnya . Biasanya pada
area berbentuk datar (flat).
3. Titik terendah
Setelah ditentukan titik jangkarnya (anchor point), satu atau dua garis ditentukan dalam
bagian profil yang berfungsi sebagai basis referensi untuk pengukuran. Bagian/seksion
ini dapat ditentukan secara dinamis pada tingkat yang bermacam-macam . Ini
memberikan keunggulan terutama jika kualitas permukaan berubah-ubah sepanjang
pengukuran
Possible types of reference lines
. One line (leN or right )
- Two lines
Bersamaan dengan informasi lainnya, berikut Inl contoh hasil pengukuran yang
merupakan output dari sensor laser.
BAB V - 8
/j~
d . .. ,'
Gambar 5.13. Hasil Pengukuran Yang Merupakan Output Dari Sensor Laser
',:'1 : .. 1
( 1]:.1--: '1'-.;111'1 t
nl
I ~ 'lO[[W3r
Possible configurations
0"11 fe"
pa(.3 rn~ [.t; ~l3h on .
"
Gambar 5,14. Konfigurasi utama dari alat pengukur profil rei dengan laser
BAB V - 9
Pada Gambar 5.14 terlihat konfigurasi system scanner jalan rei menggunakan scan
control 2180, yang terdiri atas:
Scanner, yang berfungsi menscan permukaan sepasang rei dengan
menggunakan sinar lanser yang akan dipantulkan kembali oleh permukaan jalan
rei tersebut Scanner tersebut dikendalikan oleh satu unit controller.
Controller, yang berfungsi mengendalikan scanner yang bisa dilakukan secara
manual , maupun dengan sinyal dari PC . Disamping itu controller juga berfungsi
melakukan kalkulasi dasar tentang dimensi permukaan yang discan.
Aku isisi, yang berfungsi mengolah lebih lanjut data hasil kalkulasi controller
dengan software standar yang sudah dikembangkan untuk ditampilkan seperti
terlihat pad a gambar berikut in i.
Sistem Anal isis, yang dikembangkan lebih lanjut pada suatu PC atau
semacamnya untuk menganalisa dan mengevaluasi hasil scanning berdasarkan
bank data yang disimpan pada system analisis tersebut
Penggunaan interface berkecepatan tinggi seperti FireWire memungkinkan kontroler
dapat dikendalikan secara penuh dari PC atau notebook, dengan tetap dapat menjaga
kecepatan data (data rates) yang dimungkinkan oleh kartu PCI. Melalui PC ini (setelah
dilengkapi software) data hasil pengukuran dapat disimpan, diproses, dan ditampilkan
visualisasinya secara realtime meski dengan data rate yang tinggi. PC ini dapat
digunakan juga sebagai alat kendali realtime , dan berfungsi sebagai line PLC.
BAB V - 10
BAB V-II
odometer, waktu , dan kecepatan . Dengan dernikian diperoleh data seperti gambar di
bawah ini dimana di tiap lokasi yang dilakukan pengukuran , kita memiliki 3 dimensi data
profil yaitu profil 2 dimensi nilai profil pengukuran rei sepanjang jalur pengukuran, dan
satunya lagi dimensi lokasi. Jika data tersebut ditumpangkan (over imposed) terhadap
peta lokasi pengukuran, maka kita akan dapati pet a kondisi profil rei secara geografis.
Dengan kecepatan pengukuran laser dan pengolahaan data oleh kontrolier, maka data
tersebut dimungkinkan ditampilkan secara real time saat pengukuran.
'.4 <l
".
::, X
3 x M4 Threaded
hol e
MLl
Threaded
'1ole
Gambar 5.17 . Lokasi Lubang Saut Untuk Pemasangan Scanner Pada Dudukannya
BAB V - 12
Pada Gambar 5.18. terlihat Bogie RUK yang dipakai FUDIKA, pada rangka Bogie
tersebut dapat didesain suatu platform sebagai wadah tempat mounting scancontrol
2180, sehingga persis berada di atas rei yang akan diispeksi.
Controller, yang berfungsi mengendalikan scanner yang bisa dilakukan secara manual,
maupun dengan sinyal dari PC. Disamping itu controller juga berfungsi melakukan
kalkulasi dasar tentang dimensi permukaan yang di-scan. Controller terse but tersambung
ke scanner maupun akuisisi melalui kabel sehingga penempatannya sangat fleksibel.
Sehingga sesuai dengan fungsinya dapat ditempatkan pada rak 110 FUDIKA apabila
FUDIKA dijadikan platformnya.
BAB V - 13
Sistem akuisisi, yang berfungsi mengolah lebih lanjut data hasil kalkulasi controller
dengan software standar yang sudah dikembangkan untuk ditampilkan . Sesuai dengan
fungsinya bisa ditempatkan bersama CPU system akuisisi FUDIKA.
Sistem Analisis, yang dikembangkan lebih lanjut pada suatu PC atau semacamnya untuk
menganalisa dan mengevaluasi hasil scanning berdasarkan bank data yang disimpan
pada system analisis tersebut. Perangkat lunak untuk ana lisa tersebut bisa digabung
dengan system analisa FUDIKA.
BAB V - 14
Adapun tampilan sedehana hasil akuisisi system scanner dapat ditampilkan pad a system
monitor FUDIKA.
BAB V - 15
4.1 . Kesimpulan
Untuk menjamin keselamatan dilakukan pembatasan keausan maksimum bagi flens
bandasi roda dan reI. PJKA sebelumnya telah menetapkan batas aus maksimum pada
flens bandasi sebesar 8 mm. Berarti apabila sudah mencapai aus sebesar 8 mm maka
bandasi terse but harus dibubut kembali sesuai dengan bentuk profil yang baru. Namun
demikian apabila ketebalan bandasi tinggal sebesar 17 mm , maka bandasi tersebut
harus diganti dengan yang baru.
Jumlah data yang dapat diperoleh dari sensor bergantung pada kapasitas sensor
(measuring rate) yang digunakan. Kapasitas yang ada dapat diatur pembagiannya
dengan memperhitungkan jumlah data profil yang dapat direkam per satuan waktu
(profil/detik) dan jumlah titik yang diambil untuk tiap profil yang direkam oleh sensor
(titiklprofil).
Untuk dapat mendapatkan keseluruhan profil dari kepala rei (rail head) dibutuhkan dua
buah sensor laser LLT. Dengan demikian untuk sebuah kereta inspeksi (inspection car)
dibutuhkan empat sistem sensor yang dapat dilakukan dengan waktu yang dapat saling
dipadukan (synchronized) . Pengukuran dapat dilakukan hingga kereta inspeksi mencapai
kecepatan hingga 100 km/h .
Mengingat kecepatan pengukuran yang dapat diperoleh dengan teknologi laser,
dibutuhkan juga teknologi yang dapat dengan cepat mencatat posisi geografis atas objek
yang diukur. Salah satu alternatif teknologi untuk mengetahui posisi titik yang sedang
diukur secara cepat dan otomatis tersebut, dimungkinkan digunakan Global Positioning
System sebagai modul tambahan yang merekam lokasi saat data diambil secara realtime
pada saat pencatatan data.
Scanner, yang berfungsi menscan permukaan sepasang rei dengan menggunakan sinar
lanser yang akan dipantulkan kembali oleh permukaan jalan rei tersebut diusahakan agar
geraknya seiring dengan gerak roda yang langsung berhubungan dengan reI.
Berdasarkan hal terse but maka scanner sebaiknya dipasang pada bogie.
Controller, yang berfungsi mengendalikan scanner yang bisa dilakukan secara manual,
maupun dengan sinyal dari PC. tersambung ke scanner maupun akuisisi melalui kabel
penempatannya sangat f1eksibel, sehingga sesuai dengan fungsinya dapat ditempatkan
pada rak 1/0 FUDIKA apabila FUDIKA dUadikan platformnya.
BAB VI - 1
4.2. Saran
Aplikasi laser untuk inspeksi jalan rei dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi sehingga
dapat diintegrasikan dengan kereta inspeksi yang dibuat oleh Departemen Perhubungan
maupun pada kereta FUDIKA yang mempunyai spesifikasi kecepatan mencapai 100
km/jam.
Pada kereta FU DIKA seharusnya dilengkapi dengan fasilitas inspeksi jalan rei dengan
teknologi laser sehingga hasil pengukuran dinamika kereta dapat dianalisa dengan
melakukan komparasi terhadap kondisi jalan reI.
BAB VI - 2