Anda di halaman 1dari 14

Kebijakan

Pengembangan BUMN
Disampaikan dalam rangka Virtual Seminar
“Corporate Restructuring Enhancing Economic and Social Value”

Meirijal Nur
Direktur Kekayaan Negara Dipisahkan

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara


Agenda

Pemetaan BUMN Tantangan dan


Kontribusi BUMN
berdasarkan Restrukturisasi
terhadap Fiskal
Portofolio Kinerja BUMN

Restrukturisasi Success Story Strategi


BUMN melalui PT Restrukturisasi Kementerian BUMN
PPA PT Waskita Karya 2020-2024

2
Pemetaan BUMN berdasarkan Portofolio
Sesuai UU 19 Tahun 2003 tentang BUMN, maksud dan tujuan pendirian BUMN antara lain:
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
2. Mengejar keuntungan
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
masyarakat
Mapping Kementerian BUMN

9,1% 6,3% 68% 8,2% 8,2%


Pertahankan & Transformasi Konsolidasi Diutamakan untuk Divestasi atau bermitra
Kembangkan pelayanan publik

• Pangsa pasar tinggi • Pangsa pasar tinggi • Pangsa pasar rendah • Pangsa Pasar • Pangsa pasar rendah
• Daya Tarik pasar tinggi • Daya Tarik pasar • Daya Tarik pasar tinggi tinggi/rendah • Daya Tarik pasar
• Kinerja baik tinggi • Kinerja baik • Daya Tarik pasar rendah rendah
• Regulasi yang kuat • Kinerja rendah • Risiko sistemik dalam • Kinerja baik/buruk • Kinerja baik/buruk
(misal OJK) atau risiko • Risiko sistemik hal konsolidasi • PSO atau nilai sosial • Nilai sosial
sistemik lainnya
Sumber: Kementerian BUMN

3
Kontribusi BUMN terhadap Perekonomian & Fiskal
Kontribusi BUMN kepada APBN
500
450 Laporan Keuangan BUMN menunjukkan bahwa terjadi
400 peningkatan aset +Rp3.000 T dalam kurun waktu 4 tahun.
350
Meskipun demikian, peningkatan aset tersebut sebagian besar
Rp Triliun

245 284
300
250
di-generate oleh leveraging yang dilakukan BUMN sehingga
211
200 176 190 menyebabkan rasio DER semakin meningkat.
150
167 135
100 100
90 82 Rekapitulasi Keuangan BUMN
50
37 37 43 44 50 10,000 200
0
2015 2016 2017 2018 2019* 9,000 180
Dividen PNBP Lainnya Pajak 8,000 160
7,000 140
6,000 120
Kontribusi BUMN kepada Fiskal menunjukkan tren yang terus 5,000 100
meningkat sejak tahun 2015 s.d 2019. Pada tahun 2019, total 4,000 80
kontribusi yang diberikan bahkan mencapai Rp470 T yang terdiri 3,000 60

dari dividen, PNBP Lainnya, dan pajak. Tingginya kontribusi 2,000 40

tersebut menunjukkan bahwa peran BUMN sangat penting baik 1,000 20


0 0
untuk perekonomian maupun penerimaan negara. 2015 2016 2017 2018 2019*

Aset BUMN Ekuitas BUMN Laba BUMN

Sumber: Renstra KBUMN 2020-2024

4
Tantangan & Restrukturisasi BUMN
Tantangan BUMN
1. Belum adanya sinergi pengembangan lintas sektor BUMN
2. Kompetisi dan duplikasi bisnis BUMN di sektor yang sama
3. Ketidakselarasan antara program Pemerintah dengan strategi bisnis BUMN
4. Belum optimalnya pembinaan karena jumlah BUMN saat ini cukup banyak dan beragam
jenisnya
5. Tata kelola, kompleksitas regulasi, dan banyaknya pemangku kepentingan BUMN membuat
persaingan dengan swasta semakin berat

Restrukturisasi BUMN
1. Restrukturisasi internal, misalnya restrukturisasi utang, restrukturisasi SDM, penataan
internal organisasi.
2. Restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya dilakukan dengan kebijakan sektor dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan
5
Restrukturisasi BUMN melalui PT PPA
Salah satu maksud dan tujuan pendirian PT PPA sesuai PP 61 Tahun 2008 adalah melakukan restrukturisasi
dan/atau revitalisasi Badan Usaha Milik Negara dan kegiatan investasi. Untuk melaksanakan tugas tersebut,
Pemerintah telah memberikan dukungan berupa penambahan PMN khusus untuk Dana Restrukturisasi dan/atau
Revitalisasi BUMN (revolving fund), yang diberikan melalui:
1. PP 78 Tahun 2008 sebesar Rp1,5 T
2. PP 77 Tahun 2009 sebesar Rp1 T
3. PP 72 Tahun 2015 sebesar Rp750 M
Selain penugasan restrukturisasi menggunakan dana RR, PT PPA juga dapat diberikan penugasan menggunakan dana
korporasi PT PPA (investasi). Beberapa BUMN yang pernah ditangani oleh PT PPA diantaranya:

1. PT Waskita Karya 8. PT Dirgantara Indonesia


2. PT Nindya Karya 9. PT PAL
3. PT Industri Gelas 10. PT Industri Kapal Indonesia
4. PT Industri Sandang Nusantara 11. PT Survei Udara Penas
5. PT Kertas Kraft Aceh 12. PT Energy Management Indonesia
6. PT Kertas Leces 13. PT Boma Bisma Indra
7. PT Merpati Nusantara Airlines

6
Success Story Restrukturisasi PT Waskita Karya
Kondisi Keuangan PT Waskita Karya 2008 - 2012
PT Waskita Karya 2012 - 2019
9
Rp Triliun

140

Rp Triliun
8

7 120

6 100
5
80
4

3 60
2
40
1

- 20
2008 2009 2010 2011 2012
(1)
-
Aset Kewajiban Ekuitas 2012 2015 2019

Aset Kewajiban Ekuitas

• Ekuitas PT WSKT pada 2008 negatif Rp190,8 miliar, pelaksanaan restruktutrisasi dilakukan dengan cara penyuntikan
modal oleh PT PPA sebesar Rp475 miliar sehingga PT PPA menguasai 99% saham PT WSKT. Pada tahun 2012, PT WSKT
kembali menyandang status sebagai BUMN dan dimiliki 100% oleh Negara sebelum kemudian dilakukan IPO.
• PT WSKT terus mengalami peningkatan kinerja dan konsisten membukukan laba selama periode 2012-2019. Per 31
Desember 2019 Aset PT Waskita Karya kini tercatat sebesar Rp122 triliun atau 55x dari asset PT Waskita ketika didera
permasalahan pada tahun 2008.

7
Roadmap Kementerian BUMN 2020-2024
Jumlah BUMN saat ini terdiri dari 13 Perum dan 94 BUMN (total 107 BUMN). Pelaksanaan transformasi BUMN
akan dilakukan berdasarkan klaster industri sesuai dengan rantai nilai bisnisnya. Rightsizing BUMN
dikelompokkan menjadi 12 klaster industri utama BUMN.
A. Rightsizing BUMN dilakukan melalui penambahan PMN dalam bentuk saham BUMN lainnya atau lebih
dikenal dengan istilah holding. Ketentuan mengenai skema ini telah diatur dalam PP 72 Tahun 2016.
B. Era pasca UU 19/2003 tentang BUMN, pelaksanaan holdingisasi dimulai sejak tahun 2014 yang dilakukan
terhadap:
1. Holding Perkebunan PT Perkebunan Nusantara III (PTPN Grup)
2. Holding Kehutanan Perum Kehutanan Negara (Inhutani Grup)
3. Holding Industri Tambang PT Inalum (Bukit Asam, Timah, Aneka Tambang, Freeport Indonesia)
4. Holding Minyak dan Gas PT Pertamina (PT PGN)
5. Holding Farmasi PT Bio Farma (Kimia Farma, Indofarma)
6. Holding Asuransi PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Askrindo, Jamkrindo, Jasindo, Jasa Raharja)
C. Dalam waktu dekat, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan akan memproses pelaksanaan 6
(enam) holding, yaitu Jasa Survei, Industri Pangan, Industri Pertahanan, Industri Media, Layanan
Kepelabuhan, Layanan Transportasi (Aviasi-Pariwisata)
8
Terima Kasih
Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara - Kementerian Keuangan
Gd. Syafruddin Prawiranegara Lt. 11 Selatan
Jl Lapangan Banteng Timur 2-4 Jakarta Pusat

9
Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan
• UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberikan atribusi kepada Menteri Keuangan selaku
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan KND (The Ultimate Shareholders).
• PP 41 Tahun 2003, Kedudukan Menteri Keuangan selaku RUPS dilimpahkan kepada Menteri BUMN,
kecuali penatausahan setiap PMN berikut penambahannya, pengusulan penambahan PMN, dan
pendirian.
• Dengan demikian, sejak berlakunya PP 41/2003, pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap
kegiatan operasional BUMN (day to day business) dilakukan oleh Menteri BUMN selaku Pemegang
Saham atau RUPS.
• Keterlibatan Menteri Keuangan masih diperlukan dalam hal:
1. Memberikan rekomendasi kepada Komite Privatisasi atas usulan rencana privatisasi BUMN (IPO dan
Right Issue)
2. Dilibatkan dalam pembahasan bersama atas rencana Peleburan, Penggabungan, dan Pengambilalihan
3. Pelaksanaan Penambahan Modal Negara yang bersumber dari APBN
4. Monitoring Penyelesaian Utang RDI, SLA, dan Eks BPPN yang terdapat pada BUMN

10
Peran PT PPA Dalam Mendukung Restrukturisasi
BUMN sehat akan
memberikan kontribusi
Kerjasama Pajak lebih tinggi
Pengelolaan Aset
Eks BPPN
Kementerian
BUMN Restrukturisasi Monitoring, Evaluasi, Penerimaan Negara
& BUMN Penyehatan Bukan Pajak
Kementerian (Dividen)
Keuangan
Pengelolaan
Saham Minoritas

Peningkatan Nilai
Investasi Pemerintah

11
Strategi Restrukturisasi KBUMN

Sumber: Kementerian BUMN

12
PP 72 Tahun 2016

Sumber: Kementerian BUMN

13
Pokok-pokok Kebijakan Pembentukan Holding BUMN
Disampaikan dalam Raker Komisi VI DPR RI tanggal 24 Agustus 2016

BUMN harus dapat berjalan Holding harus dapat


secara profesional dan menciptakan sinergi dan value
Good Corporate Governance Korporasi harus mampu
competitive sehingga mampu creation yang tidak hanya
merupakan syarat utama agar bergerak lincah dan fleksibel
memberikan manfaat bagi menguntungkan induk holding
BUMN dapat menjadi besar untuk bisa tetap competitive
sebesar-besarnya kemakmuran saja, tetapi juga bagi semua
rakyat anak holding

Pembentukan holding tidak


hanya sekedar penggabungan Pembentukan holding
Sosialisasi pembentukan holding
neraca beberapa perusahaan, memperhatikan 4 hal penting Analisis benchmarking untuk
terutama kepada serikat pekerja
tetapi bagaimana membentuk yaitu proses politik, financial, membandingkan proses bisnis
BUMN dan pemegang saham
holding yang dapat corporate culture, dan sosial dan kinerja holding BUMN
minoritas
menciptakan sinergi antar ekonomi
perusahaan

Sumber: Kementerian BUMN

14

Anda mungkin juga menyukai