Anda di halaman 1dari 16

Introduction

Bab 1
Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan,
Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara July 28, 2011
by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering.

Standar dan regulasi terkait dengan perencanaan, perancangan, dan


pembangunan bandar udara adalah sebagai berikut:

A. National Regulation and Standards


Undang-Undang:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

Peraturan Pemerintah:
3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4075);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaga
Negara Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);
3. Keputusan Menteri Perhubungan Udara Nomor: T.11/2/4-U tanggal 30
November 1960 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
(CASR) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM. 22 Tahun 2002;
4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 2002 tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional, yang diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor KM 11 Tahun 2010 tentang Tatanan
Kebandar udaraan Nasional;;
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;
6. Peraturan Direktur Jendral Perhub Udara Nomor : SKEP/77/vi/2005
tentang persyaratan teknis pengoperasian fasilitas Teknik Bandar Udara
7. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/347/XII/1999 tentang
Standar Rancang Bangun dan/atau Rekayasa Fasilitas dan Peralatan
Bandar Udara;
8. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor SKEP/120/VI/2002 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara;
B. International Standard and References
ICAO (International Civil Aviation Organization); Annex 1 up to Annex 18, Last Edition, including its manual for the
following:

Aerodrome Design Manual (Doc 9157):


Part 1 – Runway
Part 2 – Taxiway, aprons dan Holding Bays
Part 3 – Pavement
Part 4 – Visual Aids
Part 5 – Electrical System
Part 6 – Frangibility.

Airport Planning Manual (Doc 9184):


Part 1 – Master Planning
Part 2 – Land Use and Environmental Control
Part 3 – Guidelines for Consultant/Construction Services.

Airport Services Manual (Doc 9137):


Part 1 – Rescue and Fire Fighting
Part 2 – Pavement Surface Conditions
Part 3 – Bird Control and Reduction
Part 5 – Removal of Disabled Aircraft
Part 6 – Control of Obstacles
Part 7 – Airport Emergency Planning
Part 8 – Airport Operational Services
Part 9 – Airport Maintenance Practices

Other standards and law regulations associated to planning, designing, and construction.
Pokok Bahasan :
Rekayasa Lapangan Terbang
1. Introduction
2. Airport Facilities
3. Airport Management System
4. Aircraft Characteristic
5. Runway Configuration
6. Taxiway and Apron Configuration, Land Side Facilities
7. Runway Analysis
8. Runway Geometric
9. Feasibility Study and ARFL analyze
10. ATC, Marking Lighting
11. Runway Pavement
12. Airport design and Maintenance
Apa yang menjadi dasar dibangunnya
Lapangan Terbang di Indonesia ?

1. Sarana aktifitas angkutan cepat/pesawat, take off dan landing


pesawat
2. Daerah kepulauan sehingga menjadi destinasi wisata
3. Lokasi strategis berada di antara 2 benua Asia dan Australia
4. Sarana pertahanan udara sebagai kedaulatan Negara
5. Strategis ekonomi bisa meningkatkan PAD
6. Menghapuskan keterisolasian daerah
7. Gerbang masuk peningkatan keaneragaman budaya
8. Meningkatkan potensi Negara.....
PENETAPAN LOKASI BANDAR UDARA

1)   Lokasi Bandar Udara di tetapkan oleh Menteri


2)   Penetapan Lokasi Bandar Udara :
a)   Rencana Induk Nasional
b)   Keselamatan dan Keamanan Penerbangan
c)   Keserasian dan Keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain di
lokasi bandar udara
d)   Kelayakan ekonomi, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis
pembangunan dan pengeoperasian
e)   Kelayakan Lingkungan
3)   Kebutuhan dan Pemanfaatan Lahan
4)   Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara
5)   Deerah Lingkungan Kepentingan
6)   Kawasan Keselematan Operasi Penerbangan (KKOP).
7)   Batas Kawasan Kebisingan
JENIS PENERBANGAN SIPIL
Dalam dunia penerbangan dikenal 2 jenis penerbangan
Sipil, yaitu :
1) General Aviation, adalah jenis penerbangan yang
dilaksanakan oleh pesawat terbang bukan komersil
seperti penerbangan untuk tujuan:
Perjalanan Bisnis, Penyemprotan, Pemetaan
Udara,Pengangkutan Barang, Olahraga & Rekreasi dll.
2) Air Carriers, adalah jenis penerbangan pesawat
terbang komersil, seperti penerbangan GIA, MNA,
BOURAQ, KLM, QANTAS, PANAM, MAS, JAL,
Cathay Pacific, dll........
Pada umumnya ukuran pesawat terbang jenis General
Aviation lebih kecil dibanding dengan jenis Air
Carriers.
untuk itu prasarana pelayanan jenis Air Carriers lebih
besar dan lebih baik dibanding jenis General Aviation.

Sebagai contoh landasan pacu (Runway) untuk jenis


Air Carriers cukup panjang dan lebar serta diperkeras,
sedang untuk jenis General Aviation runway yang
diperlukan tidak terlalu panjang dengan perkerasan
tanah / rumput atau perkerasan sederhana.
ORGANISASI PENERBANGAN
Organisasi penerbangan dunia yang mengurusi mengenai
keseragaman peraturan lapangan terbang, pesawat -
terbang, navigasi udara International adalah :
A. ICAO (International Civil Aviation Organization),
yaitu Organisasi Penerbangan Sipil International
yang bertujuan :
1. Memberi jaminan soal keamanan dan mengatur
pertumbuhan penerbangan sipil Internasional.
2. Mendorong seni perencanaan dan pemakaian
pesawat terbang untuk perdamaian.
3. Mendorong perkembangan lalu lintas udara, lapangan terbang dan
fasilitas-fasilitas navigasi udara
untuk penerbangan International.
4. Menyediakan angkutan udara yang aman, teratur,
efisien dan ekonomis bagi penduduk seluruh dunia.
5. Menjaga pemborosan yang diakibatkan oleh persai-
ngan yang tak beralasan.
6. Menjaga hak dari pada negara-negara yang menga-
dakan perjanjian penerbangan untuk memakai lalu
lintas udara.
7. Menghindari diskriminasi antara negara yang mengadakan
perjanjian.
8. Mengadakan navigasi-navigasi udara Internasional untuk
keamanan penerbangan.
9. Mengusahakan perkembangan disegala aspek
mengenai penerbangan sipil Internasional.
B.FAA (Federal Aviation Administration), yaitu Administrasi
Penerbangan Federal.
FAA berfungsi untuk :
1.Mengatur transportasi udara komersial di Amerika Serikat.
2.Mengatur geometri dari navigasi udara dan standar inspeksi
penerbangan
3.Mendorong dan mengembangkan aeronautika sipil, termasuk inovasi
baru di bidang aviasi
4.Mengeluarkan, menangguhkan, atau mencabut sertifikat pilot
5.Mengatur penerbangan sipil untuk meningkatkan keselamatan,
terutama melalui kantor lokal yang disebut
Flight Standards District Office
6.Mengembangkan dan mengoperasikan sistem pemanduan lalu
lintas udara, untuk penerbangan sipil maupun militer
7.Melakukan riset dan mengembangkan National Airspace System
8.Mengembangkan dan mengeluarkan program untuk mengatur polusi
suara dan masalah lingkungan lain yang timbul akibat aktivitas
aviasi
KONVERSI SATUAN UKURAN
Satuan ukuran yang digunakan dalam lapangan terbang meliputi :
a) British Units (foot, inch, pound, ton, mile,ºF, gallon, acre).
b) Metrik Units (Km, m, cm, Kg, ºC).

Konversi Satuan British ke Satuan Metrik :


British Units Metrik Units
1 foot 0,3048 meter
1 inch 2,54 cm = 0,0254 meter
1 pound 0,4536 kilogram
1 ton (2205 lb) 907,2 kilogram
1 nautical mile 1852 meter = 1,852 km

British Units Metrik Units


1 statute mile 1609 meter = 1,609 km
1 inch 2,54 cm = 0,0254 meter
1ºF (Fahrenheit) 1ºC = 5/9 (1ºF – 32)
1 gallon (US. Liquit) 0,003785 meter3
1 acre 4046,8 meter2
1 square mile 2.589.988 meter2
1 square foot 0,0929 meter2
1 foot per second 0,3048 meter/detik.

Satuan yang umum digunakan di Indonesia adalah satuan metrik (Metrik Units).
RUNWAY perlu dipertimbangkan

1. Bandara Matekane, Lesotho


Terletak di pegunungan tinggi, lepas landas maupun
mendarat di ujung Matekane yang tingginya 2.000 kaki
butuh keahlian luar biasa dari pilot. Prosesnya akan sangat
bergantung pada kondisi angin. Pesawat yang akan parkir
di sini tidak disarankan untuk terbang sebelum mencapai
akhir landasan pacu di ketinggian 1.312 kaki.

2. Bandara Saba, Karibia


Dijuluki salah satu landasan pacu terpendek di dunia,
sekira 1.300 meter, pilot menggambarkan mendarat di
jalur ini lebih mirip mendarat di kapal induk. Pesawat
harus terbang ke tebing sebelum membuat sebuah
belokan tajam ke kiri dan akhirnya mendarat dengan
mulus. Landasan ini terletak tinggi di atas lautan
sekitarnya, dengan tebing terjal di tiga sisi.
15
Bandara Sea Ice Runway, Antartika

Bandara Funchal, Madeira

Anda mungkin juga menyukai