a. Non Precission Approach Runway (NPAR), yaitu landasan pacu dengan pelayanan alat
bantu visual dan non visual dilengkapi paling tidak dengan pembimbing arah yang
memadai untuk pendekatan (Straight in apporoach)
b. Precission Approach Runway (PAR) Category I, yaitu landasan pacu dengan pelayanan
ILS (Instrumen Landing System) dan alat bantu visual dimaksudkan untuk operasi
bimbingan pendaratan/pendekatan sampai dengan ketinggian (decision height) 60 M dan
RVR (Runway Visual Range) sejarak 800 M.
c. Precession Approach Runway (PAR) Category II, yaitu seperti pada Category I, akan
tetapi dengan decision height 30 M dan RVR sejarak 400 M
d. Precission Approach Runway (PAR) Category III, yaitu landasan pacu dengan pelayanan
ILS kearah dan sepanjang permukaan landasan pacu (tanpa suatu decision height yang
digunakan) dengan lebih terperinci lagi sebagai berikut :
CAT III A, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak
RVR 200 M kemudian menggunakan alat bantu visual selama tahap akhir pendaratan.
CAT III B, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak
RVR 50 M untuk taxiing.
CAT III C, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan yang tidak lagi
berpedoman/mempercayakan pada alat (bantuan) visual, baik untuk pendaratan maupun
taxing .
MARKER :
Suatu obyek yang dipasang/ditunjukkan diatas tanah (ground level) yang memberikan
petunjuk/indikasi suatu obstacle atau menggambarkan suatu batas.
MARKING :
Suatu tanda atau kelompok tanda-tanda yang dipasang/ditunjukkan pada permukaan tanah di
daerah pergerakan (movement area) untuk memberikan informasi aeronautika.
MOVEMENT AREA :
Bagian dari aerodrome yang digunakan bagi lepas landas, pendaratan dan taxiing pesawat
terbang termasuk daerah apron.
NON INSTRUMENT RUNWAY :
Landasan pacu yang dimaksudkan untuk operasi pesawat terbang yang menggunakan prosedure
pendekatan (Approach) secara visual.
OBSTUCLE :
Semua obyek yang bergerak ataupun tetap (baik sementara atau permanen) atau sebagian dari itu
yang terletak suatu daerah yang dimaksudkan untuk pergerakan pesawat terbang di darat, atau
ketinggiannya melebihi suatu permukaan tertentu yang dimaksudkan untuk melindungi pesawat
terbang yang sedang terbang.
RUNWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang di lapangan terbang dimaksudkan sebagai daerah
lepas landas dan pendaratan pesawat terbang.
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN) :
Angka yang menyatakan kekuatan/daya dukung konstruksi perkerasan bagi operasi tanpa suatu
pembatasan.
RUNWAY END SAFETY AREA (RESA) :
Daerah yang simetris terhadap perpanjangan sumbu landasan terletak pada ujung (berbatasan
dengan) strip landasan, dengan maksud utama untuk mengurangi terjadi overshooting
(pendaratan berlebih) atau overrunning (meluncur) dari landasan pacu.
RUNWAY STRIP :
Daerah tertentu termasuk landasan pacu dan stopway (jika ada) dimaksudkan untuk :
Mengurangi resiko kerusakan pesawat dalam hal terjadi meleset keluar dari landasan pacu.
Melindungi pesawat yang terbang selama operasi pendaratan atau tinggi landas terhadap
rintangan.
RUNWAY VISUAL RANGE :
Suatu jarak dimana pilot yang berada didalam pesawat pada/diatas sumbu atau perpanjangan
sumbu landasan dapat melihat rambu-rambu landasan atau nyala lampu yang memberikan
gambaran landas pacu atau yang mengidentifikasikan suatu landas pacu.
SHOULDER :
Daerah yang berdekatan/berbatasan dengan tepi konstruksi perkerasan yang dipersiapkan sebagai
peralihan
antara
daerah
perkerasan
dengan
daerah
didekatnya/bersebelahan.
STOPWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang pada ujung landas pacu (TORA) yang disiapkan
sebagai daerah yang memadai untuk menghentikan pesawat adalah pesawat gagal tinggal landas
kemudian meluncur.
TAXIWAY (JALAN PESAWAT)
Jalan lintas tertentu di lapangan terbang diperuntukkan bagi melintasnya pesawat (Taxiing,
pergerakan di darat) dan dimaksudkan sebagai daerah kelengkapan hubungan antara satu bagian
dengan bagian lainnya di lapangan terbang termasuk :
a. Aircraft Stand Taxilance : sebagian dari apron yang diperuntukkan sebagai taxiway dan
dimaksudkan hanya untuk lintasan ke aircraft stand (tempat pemberhentian pesawat).
Apron Taxiway : sebagian dari system yang terletak di apron dan dimaksudkan untuk jalur
taxi langsung melintasi apron.
b. Rapid Exit Taxiway : Taxiway yang menyambung ke landasan pacu dengan sudut tertentu
dan diperuntukkan bagi pesawat yang mendarat atau berbelok langsung ke taxiway tersebut
masih dalam kecepatan tinggi tanpa perlu mencapai exit taxiway yang berikutnya, dengan
demikian mengurai Runway Occupancy Time (masa tinggal di landasan pacu)
THRESHOLD (AMBANG LANDASAN PACU)
Bagian awal, pangkal dari landasan pacu yang dapat digunakan untuk pendaratan.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas merupakan kelengkapan pengertian yang masih relevan
dengan pokok bahasan yang akan digunakan sebagai referensi yang secara berkesinambungan
terhadap pembahasan materi.
Bandar Udara (Aerodrome) : ialah daerah tertentu di daratan atau di perairan, termasuk semua
Bangunan, Instalasi, dan Peralatan yang semuanya atau sebagian digunakan untuk melayani
kedatangan dan keberangkatan pesawat udara.
Dengan defenisi tersebut diatas maka dapat dijabarkan Bandar Udara secara terperinci diuraikan
sebagai berikut :
Harus jelas lokasi yang akan dipergunakan (di daratan atau di perairan).
Kemudian harus ada sarana dan prasarana yang meliputi (Bangunan; Instalasi; dan
Peralatan).
Kegunaan dan manfaat dari Bandar Udara itu sendiri (Melayani kedatangan dan
keberangkatan pesawat udara).
Dari penjabaran tersebut maka selanjutnya mari kita kaji satu persatu point diatas :
Fasilitas Bangunan
Fasilitas Bangunan yang berada di suatu lingkungan Bandar Udara dibagi menjadi :
Bangunan Operasi
Bangunan yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran operasi keselamatan
penerbangan, yang termasuk dalam bangunan ini meliputi antara lain :
Gedung Operasi
Control tower
Garasi PKP-PK
Bangunan Instalasi Listrik
Bangunan / Gedung Telnav (Telekomunikasi dan Navigasi).
Bangunan Umum
Bangunan yang tidak termasuk bangunan operasi (tidak menunjang kegiatan operasional),
yang termasuk dalam bangunan ini adalah :
Perumahan Pegawai/Karyawan dan Karyawati Bandar Udara.
Poliklinik
Gudang Barang
Peralatan Menara air.
Bangunan Terminal
Bangunan atau gedung untuk keperluan pelayanan penumpang, barang, dan pos yang datang
dan diberangkatkan dengan pesawat udara, yang termasuk dalam bangunan in meliputi :
Ruang tunggu
Ruang kedatangan
Check-In
Informasi dll
Fasilitas Instalasi
Hazard Beacon
Obstruction Light
Rotating Beacon
Approach Light
Vasi
Papi
Reil
Threshold Light
Illuminated Landing T
Illuminated wind cone
3. Fasilitas Peralatan
a. Peralatan Tower
Semua peralatan elektronika yang dipergunakan untuk hubungan timbal balik dengan
pesawat terbang melalui frekuensi radio darat ke udara yang masih dalam lingkup
pengawasannya.
b. Peralatan Communication Centre
Peralatan yang dipergunakan untuk merubah gelombang radio teletype menjadi arus searah
dalam hubungan antar stasiun darat secara timbal balik.
c. Peralatan Terminal
Peralatan yang menunjang pelayanan terhadap penumpang, barang. Pos yang akan datang
dan diberangkatkan dengan pesawat terbang.
b. Peralatan Alat-Alat Berat
Alat-alat yang dipergunakan untuk membangun dan memelihara lapangan terbang yang
terdiri ; Bolduzer; AMP (Asphalt Mixer Processing); alat pemotong rumput; Finisher;
roller; stone chrusher; tractor; tipper; crane & sweaper.
PEMBAGIAN AERODROME
(Fisik Karakteristik Bandar Udara)
A. Fisik Karakteristik Bandar Udara (Physical Characteristic Of Aerodrome)
Fisik Karakteristik Bandar Udara dikelompokkan menjadi :
1. Menentukan tata letak dan Nomor Landasan (Number and Orientation of Runways).
2. Tempat Ambang Landasan (Location Of Threshold)
3. Panjang nyata landasan (Actual Length of the Runway)
4. Lebar Landasan (Width of Runway)
5. Pemisahan landasan sejajar (Separation Of Parallel Runways)
6. Kemiringan landasan (Slopes of Runways)
7. Kekuatan landasan (Strength of Runways)
8. Permukaan landasan (Surface of Runways)
1. Menentukan tata letak dan (Number and Orientation of Runways)
Pedoman untuk menentukan tata letak dan Nomor landasan (R/W), akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor a.I :
a. Pembagian maximum angin (Wind distribution)
b. Ukuran berat pesawat terbang
c. Konfigurasi sayap
d. Kondisi perkerasan (Pavement)
Dari faktor-faktor tersebut diatas yang dominan adalah angin (Wind distribution), sehingga
pesawat terbang dapat mendarat atau tinggal landas pada Bandar Udara 95 % dari Component
Cross Wind tidak boleh melebihi :
20 knot (37 Km/jam) dengan ARFL 1500 meter.
13 knot (24 Km/jam) dengan ARFL 1200 s/d 1499 meter.
10 knot (19 Km/jam) dengan ARFL 1200 meter.
2. Tempat Ambang Landasan (Location Of Threshold)
Bila tempat ambang landasan (Location Of Threshold) perlu dipertimbangkan untuk
pemindahan sebagai alternative secara efisien sehingga dapat dipergunakan secara aman
dengan jarak 60 meter dari lokasi threshold.
3. Panjang nyata landasan (Actual Length of the Runway)
U : Metode evaluasi yaitu Using Aircraft Experience, metoda lain adalah T (Technical Evaluation)
yang menggunakan teknologi/perhitugan tinggi dalam penelitian khusus karakteristik perkerasan.
Selain penilaian CAN-PCN terdapat juga penilaian Load Clasificatioan number (LCN) yang masih
digunakan dibeberapa temapt di dunia prinsipnya sama dengan CAN-PCN.
FASILITAS KESELAMATAN PENERBANGAN
A.
B.
Seperti halnya NDB, maka VOR pun mempunyai fungsi yang sama.
d. Kegunaan VOR terhadap NDB
VOR bekerja pada frekwensi VHF antara 108-118 MHz sehingga informasi yang
dipancarkan tidak terganggu oleh keadaan cuaca, berbeda dengan NDB yang
dipergunakan frekwensi rendah/LF.
VOR di Indonesia Ada 2 jenis VOR yang telah terpasang di Indonesia,yaitu :
a. C-VOR (Convensional-VOR)
b. D-VOR (Doppler-VOR)
3. Fasilitas Navigasi DME (Distance Measuri Equipment)
a. Fasilitas DME
Biasanya dipasang melengkapi VOR untuk memberikan informasi kepada penerbang
tentang jarak pesawat terbang terhadap DME.Bekerja pada bidang Ultra High Frequensi
(UHF) antara 960 MHz-1215 MHz,sehingga pancarannya tidak tergantung dari keadaan
cuaca.
c. Fungsi kegunaannya
DME biasanya dipasang pada station VOR untuk melengkapinya (Komplementer)
sehingga posisi pesawat terbang secara teliti dapat terus menerus diketahui para
penerbang.DME memberikan Informasi jarak dalam Nm, sesuai dengan koordinat polar
dalam penentuan posisi pesawat terbang.
4. Fasilitas Navigasi Udara ILS (Instrument Landing System)
a. Fasilitas ILS
Dipasang untuk membantu pendaratan pesawat dengan tepat terutama pada saat-saat
cuaca jelek. Peralatan ditanah terdiri dari dua jenis pemancar yaitu Localizer yang
bekerja pada frekweansi 108,4 MHz-112 MHz dan Glide Slope bekerja pada
frekwensi 329,15 MHz-335,00 MHz. Marker Beacon seperti Auter Marker, Middle
Marker, Inner Marker. Bekerja pada frekwensi 75 MHz.
b. Fungsi kegunaannya
Dengan bantuan ILS, pilot dapat mendaratkan pesawat terbangnya dengan
berpedoman pada indikator-indikator di pesawat yang menerima sinyal-sinyal dari
ILS.Pendaratan dapat dilakukan dengan baik,walaupun visibility (Daya lihat/Jarak
pandang) sangat rendah karena pengaruh cuaca.ada beberapa tingkatan ketelitian dari
pada ILS yang dinyatakan dalam kategori yaitu I , II , III.
5. Fasilitas Navigasi Udara RADAR (Radio Deteksi And Ranging)
a. Radar merupakan
Suatu cara dimana gelombang radio yang dipancrkan ke angkasa akan diterima
kembali setelah suatu benda di angkasa menyebabkan pantulan atau refleksi ketika
gelombang radio tersebut mengenainya.Radar ada beberapa macam dan yang umum
yang
dipergunakan
pada
Bandar
Udara
adalah
:
1. 1.Primary Surveillince Radar (PSR)
2. 2.Secondary Surveillince Radar (SSR)
b. Fungsi dan Kegunaannya
Kedua jenis radar tersebut mempunyai cara kerja yang berbeda.PSR bersifat aktif dan
pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif karena PSR hanya menerima pantulan
gelombang radio reflesi pesawat tersebut (ECHO), sedangkan pesawat itu sendiri tidak
tau menahu dengan kegiatan dari arah bawah.pada SSR, kedua-duanya aktif baik radar
dibawah maupun pesawat terbang.hal ini dapat dilakukan karena pesawat terbang
dilengkapi dengan pemancar yang disebut Transponder.
Perlu adanya koordinasi dengan wakil-wakil perusahaan dan pelayanan lainnya di Bandar
Udara.
Mengadakan hubungan secara langsung dengan wakil perusahaan yang terdapat disekitar
Bandar Udara serta menunjuk salah satu untuk menjadi sebagai perwakilan koordinasi.
Memiliki buku petunjuk untuk menetapkan rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat
sesuai dengan Airport Services Manuals Part 7
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat harus ditetapkan sama dan seimbang antara
operasi pesawat terbang dengan aktivitas kegiatan di Bandar Udara tetap dalam kondisi aman
dan terkendali.
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat diharuskan mengambil langkah-langkah dan
berkoordinasi tentang kejadian di sekitar Bandar Udara dengan instansi terkait.
Beberapa contoh kejadian Bandar Udara dalam keadaan darurat a.I :
1. Keadaan darurat pesawat terbang.
2. Sabotase, termasuk adanya ancaman bomb.
3. Terjadinya adanya ancaman barang-barang yang berbahaya.
4. Kebakaran dan bencana alam.
Koordinasi dan partisipasi yang harus dilakukan terhadap instansi terkait yang ada di Bandar
Udara maupun instansi terkait diluar Bandar Udara pada saat Bandar Udara dalam keadaan
darurat adalah sebagai berikut :
on the Aerodrome
Air traffic control unit
Rescue fire fighting services
Aerodrome administration
Medical and ambulance services
Security services
Polices
off the Aerodrome
Fire departments
Polices
Medical and ambulance services
Hospitals
Military
Harbour patrol or coast guard.