Anda di halaman 1dari 13

Bagian Bagian Aerodrome Instrument Bandar Udara, Pembagian Kerja Bandar Udara

Pengantar Bandar Udara


Dalam Pengantar Bandar Udara ini akan diberikan beberapa pengertian-pengertian yang erat
kaitannya dengan urutan-urutan tersebut diatas sehingga memudahkan bagi peserta untuk
memahami pengertian-pengertian dimaksud antara lain :
AERODROME
:
Ialah daerah tertentu didaratan atau di perairan, termasuk sebuah bangunan, instalasi, dan
peralatan yang semuanya atau sebagian digunakan untuk melayani kedatangan dan
keberangkatan pesawat udara.
AERODROME REFERENCE POINT :
Ialah lokasi / geografis / titik tertentu pada Bandar Udara yang menunjukkan lokasi Bandara
Udara tersebut.
AEROPLANE REFERENCE FIELD LENGTH (ARFL)
Ialah panjang landasan pacu minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada keadaan
maximum certificated take off weigh, sea level, standard atmospheric condition, (elevasi 0
M/atau hanya puluhan meter, 150 760 mm Hg, angin tenang, slope 0 %)
AIRCRAFT CLASSIFICATION NUMBER (A.C.N) :
Ialah angka yang menunjukkan dampak relatif suatu pesawat terbang terhadap konstruksi
perkerasan pada suatu kategori standard khas dari suatu sub grade.
APRON :
Ialah daerah tertentu pada suatu Bandar Udara dimaksudkan untuk melayani keperluan pesawat
terbang dalam hal naik turunnya penumpang bongkar muat muatan (barang dan pos), pengisian
bahan bakar, parkir atau perawatan.
BALANCE FIELD LENGTH :
Suatu konsep pemilihan panjang landasan pacu yang diperlukan oleh suatu pesawat terbang
dengan kecepatan kritis (VI) tertentu, sedemikian sehingga panjang landasan pacu yang
diperkeras mencakupi untuk pesawat terbang tinggal landas sampai ketinggian 35 feet dan
keseluruhan landasan pacu termasuk stopway mencakupi untuk berhentinya pesawat dengan
aman seandainya gagal untuk tinggal landas.
CLEARWAY :
Daerah berbentuk persegi panjang dibawah pengawasan Bandar Udara dimaksudkan sebagai
suatu daerah bebas hambatan yang memungkinkan pesawat terbang sebagai hambatan yang
memungkinkan pesawat terbang melakukan sebagian usaha pendakian setelah tinggal landas
sampai suatu ketinggian tertentu.
DECLARED DISTANCE :
Suatu jarak yang ditetapkan /diperhitungkan dari suatu landas pacu untuk kedua ujungnya,
meliputi : TORA (Take Off Run Available), yaitu panjang landas pacu yang tersedia mencakupi
untuk
melaju
di
landasan
(ground
Run)
pada
saat
tinggal
landas.
TODA (Take off Distance Available), panjang landas pacu yang tersedia / mencakupi untuk
melaju didaratan / landasan sampai ketinggian tertentu (35 feet), dan jika landas pacu dilengkapi
dengan
clearwaymaka
TODA
menjadi
=
TCRA
+
Clearway.
ASDA (Accelerate Stop Distance Available), yaitu panjang landas pacu yang tersedia untuk
melaju sejak pesawat mulai bergerak melaju, batal tinggal landas, direm dan berhenti dengan
aman, dan jika landasan pacu dilengkapi dengan stopway maka ASDA menjadi TORA +
Stopway.
LDA (Landing Distance Availble), yaitu panjang landas pacu yang dinyatakan tersedia
/mencakupi untuk pendaratan pesawat terbang dalam gerak melaju di landasan pacu sampai
berhenti dengan aman.
INSTRUMEN RUNWAY :
Landasan pacu yang dilengkapi dengan peralatan/instrumen penuntun pendaratan pesawat
terbang, terdiri dari :

a. Non Precission Approach Runway (NPAR), yaitu landasan pacu dengan pelayanan alat
bantu visual dan non visual dilengkapi paling tidak dengan pembimbing arah yang
memadai untuk pendekatan (Straight in apporoach)
b. Precission Approach Runway (PAR) Category I, yaitu landasan pacu dengan pelayanan
ILS (Instrumen Landing System) dan alat bantu visual dimaksudkan untuk operasi
bimbingan pendaratan/pendekatan sampai dengan ketinggian (decision height) 60 M dan
RVR (Runway Visual Range) sejarak 800 M.
c. Precession Approach Runway (PAR) Category II, yaitu seperti pada Category I, akan
tetapi dengan decision height 30 M dan RVR sejarak 400 M
d. Precission Approach Runway (PAR) Category III, yaitu landasan pacu dengan pelayanan
ILS kearah dan sepanjang permukaan landasan pacu (tanpa suatu decision height yang
digunakan) dengan lebih terperinci lagi sebagai berikut :
CAT III A, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak
RVR 200 M kemudian menggunakan alat bantu visual selama tahap akhir pendaratan.
CAT III B, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak
RVR 50 M untuk taxiing.
CAT III C, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan yang tidak lagi
berpedoman/mempercayakan pada alat (bantuan) visual, baik untuk pendaratan maupun
taxing .
MARKER :
Suatu obyek yang dipasang/ditunjukkan diatas tanah (ground level) yang memberikan
petunjuk/indikasi suatu obstacle atau menggambarkan suatu batas.
MARKING :
Suatu tanda atau kelompok tanda-tanda yang dipasang/ditunjukkan pada permukaan tanah di
daerah pergerakan (movement area) untuk memberikan informasi aeronautika.
MOVEMENT AREA :
Bagian dari aerodrome yang digunakan bagi lepas landas, pendaratan dan taxiing pesawat
terbang termasuk daerah apron.
NON INSTRUMENT RUNWAY :
Landasan pacu yang dimaksudkan untuk operasi pesawat terbang yang menggunakan prosedure
pendekatan (Approach) secara visual.
OBSTUCLE :
Semua obyek yang bergerak ataupun tetap (baik sementara atau permanen) atau sebagian dari itu
yang terletak suatu daerah yang dimaksudkan untuk pergerakan pesawat terbang di darat, atau
ketinggiannya melebihi suatu permukaan tertentu yang dimaksudkan untuk melindungi pesawat
terbang yang sedang terbang.
RUNWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang di lapangan terbang dimaksudkan sebagai daerah
lepas landas dan pendaratan pesawat terbang.
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN) :
Angka yang menyatakan kekuatan/daya dukung konstruksi perkerasan bagi operasi tanpa suatu
pembatasan.
RUNWAY END SAFETY AREA (RESA) :
Daerah yang simetris terhadap perpanjangan sumbu landasan terletak pada ujung (berbatasan
dengan) strip landasan, dengan maksud utama untuk mengurangi terjadi overshooting
(pendaratan berlebih) atau overrunning (meluncur) dari landasan pacu.
RUNWAY STRIP :
Daerah tertentu termasuk landasan pacu dan stopway (jika ada) dimaksudkan untuk :
Mengurangi resiko kerusakan pesawat dalam hal terjadi meleset keluar dari landasan pacu.

Melindungi pesawat yang terbang selama operasi pendaratan atau tinggi landas terhadap
rintangan.
RUNWAY VISUAL RANGE :
Suatu jarak dimana pilot yang berada didalam pesawat pada/diatas sumbu atau perpanjangan
sumbu landasan dapat melihat rambu-rambu landasan atau nyala lampu yang memberikan
gambaran landas pacu atau yang mengidentifikasikan suatu landas pacu.
SHOULDER :
Daerah yang berdekatan/berbatasan dengan tepi konstruksi perkerasan yang dipersiapkan sebagai
peralihan
antara
daerah
perkerasan
dengan
daerah
didekatnya/bersebelahan.
STOPWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang pada ujung landas pacu (TORA) yang disiapkan
sebagai daerah yang memadai untuk menghentikan pesawat adalah pesawat gagal tinggal landas
kemudian meluncur.
TAXIWAY (JALAN PESAWAT)
Jalan lintas tertentu di lapangan terbang diperuntukkan bagi melintasnya pesawat (Taxiing,
pergerakan di darat) dan dimaksudkan sebagai daerah kelengkapan hubungan antara satu bagian
dengan bagian lainnya di lapangan terbang termasuk :
a. Aircraft Stand Taxilance : sebagian dari apron yang diperuntukkan sebagai taxiway dan
dimaksudkan hanya untuk lintasan ke aircraft stand (tempat pemberhentian pesawat).
Apron Taxiway : sebagian dari system yang terletak di apron dan dimaksudkan untuk jalur
taxi langsung melintasi apron.
b. Rapid Exit Taxiway : Taxiway yang menyambung ke landasan pacu dengan sudut tertentu
dan diperuntukkan bagi pesawat yang mendarat atau berbelok langsung ke taxiway tersebut
masih dalam kecepatan tinggi tanpa perlu mencapai exit taxiway yang berikutnya, dengan
demikian mengurai Runway Occupancy Time (masa tinggal di landasan pacu)
THRESHOLD (AMBANG LANDASAN PACU)
Bagian awal, pangkal dari landasan pacu yang dapat digunakan untuk pendaratan.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas merupakan kelengkapan pengertian yang masih relevan
dengan pokok bahasan yang akan digunakan sebagai referensi yang secara berkesinambungan
terhadap pembahasan materi.
Bandar Udara (Aerodrome) : ialah daerah tertentu di daratan atau di perairan, termasuk semua
Bangunan, Instalasi, dan Peralatan yang semuanya atau sebagian digunakan untuk melayani
kedatangan dan keberangkatan pesawat udara.
Dengan defenisi tersebut diatas maka dapat dijabarkan Bandar Udara secara terperinci diuraikan
sebagai berikut :
Harus jelas lokasi yang akan dipergunakan (di daratan atau di perairan).
Kemudian harus ada sarana dan prasarana yang meliputi (Bangunan; Instalasi; dan
Peralatan).
Kegunaan dan manfaat dari Bandar Udara itu sendiri (Melayani kedatangan dan
keberangkatan pesawat udara).
Dari penjabaran tersebut maka selanjutnya mari kita kaji satu persatu point diatas :
Fasilitas Bangunan
Fasilitas Bangunan yang berada di suatu lingkungan Bandar Udara dibagi menjadi :
Bangunan Operasi
Bangunan yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran operasi keselamatan
penerbangan, yang termasuk dalam bangunan ini meliputi antara lain :
Gedung Operasi
Control tower
Garasi PKP-PK
Bangunan Instalasi Listrik
Bangunan / Gedung Telnav (Telekomunikasi dan Navigasi).
Bangunan Umum

Bangunan yang tidak termasuk bangunan operasi (tidak menunjang kegiatan operasional),
yang termasuk dalam bangunan ini adalah :
Perumahan Pegawai/Karyawan dan Karyawati Bandar Udara.
Poliklinik
Gudang Barang
Peralatan Menara air.
Bangunan Terminal
Bangunan atau gedung untuk keperluan pelayanan penumpang, barang, dan pos yang datang
dan diberangkatkan dengan pesawat udara, yang termasuk dalam bangunan in meliputi :
Ruang tunggu
Ruang kedatangan
Check-In
Informasi dll

Fasilitas Instalasi

Fasilitas Instalasi di suatu Bandar Udara dapat dikelompokkan meliputi :


a. Instalasi Telekomunikasi
Semua peralatan elektronika/mekanik yang dipasang didaratan, dipergunakan untuk
hubungan jarak jauh dengan cara timbal balik darat ke darat, dan darat ke udara, dan yang
didalamnya Instalasi Telekomunikasi ini antara lain :
# AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network)
# VHF (Very High Frequency)
# AMS (Aeronautical Mobile Service)
# SSB (Single Side Band)
# AFS (Aeronautical Fixed Service)
b. Instalasi Navigasi/Perambuan
Semua peralatan elektronika/mekanik yang dipasang didaratan, dipergunakan untuk
menuntun dan memandu pesawat terbang menuju kearah titik posisi tertentu melalui
hubungan searah atau timbal balik, instalasi dimaksud dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
DME (Directional Measuring Equipment)
ILS (Instrumen Landing System)
NDB (Non Directional Beacon)
VOR (Very High Frequency Omny Range)
c. Instalasi Listrik
Peralatan yang dipasang didaratan sebagai pembangkit tenaga listrik dan sumber daya listrik,
instalasi listrik, untuk menunjang kegiatan operasi keselamatan penerbangan dan operasi
Bandar
Udara,
yang
termasuk
didalam
instalasi
listrik
adalah
:

Hazard Beacon
Obstruction Light
Rotating Beacon
Approach Light
Vasi
Papi
Reil
Threshold Light
Illuminated Landing T
Illuminated wind cone

3. Fasilitas Peralatan

a. Peralatan Tower
Semua peralatan elektronika yang dipergunakan untuk hubungan timbal balik dengan
pesawat terbang melalui frekuensi radio darat ke udara yang masih dalam lingkup
pengawasannya.
b. Peralatan Communication Centre
Peralatan yang dipergunakan untuk merubah gelombang radio teletype menjadi arus searah
dalam hubungan antar stasiun darat secara timbal balik.
c. Peralatan Terminal
Peralatan yang menunjang pelayanan terhadap penumpang, barang. Pos yang akan datang
dan diberangkatkan dengan pesawat terbang.
b. Peralatan Alat-Alat Berat
Alat-alat yang dipergunakan untuk membangun dan memelihara lapangan terbang yang
terdiri ; Bolduzer; AMP (Asphalt Mixer Processing); alat pemotong rumput; Finisher;
roller; stone chrusher; tractor; tipper; crane & sweaper.

PEMBAGIAN AERODROME
(Fisik Karakteristik Bandar Udara)
A. Fisik Karakteristik Bandar Udara (Physical Characteristic Of Aerodrome)
Fisik Karakteristik Bandar Udara dikelompokkan menjadi :
1. Menentukan tata letak dan Nomor Landasan (Number and Orientation of Runways).
2. Tempat Ambang Landasan (Location Of Threshold)
3. Panjang nyata landasan (Actual Length of the Runway)
4. Lebar Landasan (Width of Runway)
5. Pemisahan landasan sejajar (Separation Of Parallel Runways)
6. Kemiringan landasan (Slopes of Runways)
7. Kekuatan landasan (Strength of Runways)
8. Permukaan landasan (Surface of Runways)
1. Menentukan tata letak dan (Number and Orientation of Runways)
Pedoman untuk menentukan tata letak dan Nomor landasan (R/W), akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor a.I :
a. Pembagian maximum angin (Wind distribution)
b. Ukuran berat pesawat terbang
c. Konfigurasi sayap
d. Kondisi perkerasan (Pavement)
Dari faktor-faktor tersebut diatas yang dominan adalah angin (Wind distribution), sehingga
pesawat terbang dapat mendarat atau tinggal landas pada Bandar Udara 95 % dari Component
Cross Wind tidak boleh melebihi :
20 knot (37 Km/jam) dengan ARFL 1500 meter.
13 knot (24 Km/jam) dengan ARFL 1200 s/d 1499 meter.
10 knot (19 Km/jam) dengan ARFL 1200 meter.
2. Tempat Ambang Landasan (Location Of Threshold)
Bila tempat ambang landasan (Location Of Threshold) perlu dipertimbangkan untuk
pemindahan sebagai alternative secara efisien sehingga dapat dipergunakan secara aman
dengan jarak 60 meter dari lokasi threshold.
3. Panjang nyata landasan (Actual Length of the Runway)

Panjang landasan pacu dipengaruhi beberapa faktor antara lain :


a. Pesawat terbang yang akan dilayani (Critical Aircraft)
b. Jarak non stop terjauh yang diharapkan akan diterbangi oleh pesawat terbang paling
sedikit sebanyak 250 kali/tahun.
c. Elevansi Bandar Udara diatas permukaan laut
d. Temperatur rata-rata harian tertinggi dari bulan-bulan terpanas
e. MTOW Maximum Take Off Weight Pesawat terbang.
4. Parallel Taxiway, terdiri dari lima Taxiway yang merupakan penghubung antara R/W dengan
apron, jalurnya melintang terhadap landasan pacu (R/W) dan juga terdapat jalur yang sejajar
dengan landasan pacu (R/W)
5. High speed Exit Taxiway, terdiri dari enam taxiway yang merupakan penghubung antara R/W
dengan apron, jalurnya melintang terhadap landasan pacu (R/W) dan juga terdapat jalur yang
sejajar
dengan
landasan
pacu
(R/W)
>>
lihat
gambar
Threshold
lighting
Threshold lighting rambu penerangan yang berfungsi sebagai alat Bantu pendaratan. Dipasang
pada garis ambang runway dan perpanjangannya pada jarak tertentu. Dengan menggunakan
filter hijau dan merah. Threshold lighting memancarkan cahaya hijau atau merah jika dilihat
oleh penerbang yang akan mendarat, dan memancarkan warna hijau atau merah apabila dilihat
oleh penerbang yang akan tinggal landas. Threshold lighting memberi informasi kepada
penerbang
bahwa
pada
garis
itulah
berawal
atau
berakhir.
B. Lokasi Bandar Udara (Aerodrome Location)
Lokasi Bandar Udara (Location Aerodrome) ini sasaran kepada ARP (Aerodrome Reference
Point), maka dapat dijelaskan ARP berlokasi pada suatu tempat/titik dekat atau pada titik
pusat Bandar Udara yang bersangkutan.
1. Aerodrome Reference Point (ARP) diukur dan ditetapkan longitude ataupun
Latitudenya sampai titik pusat Bandar Udara yang bersangkutan.
2. Aerodrome Reference Point (ARP) dikaitkan dengan Aerodrome Code Number (ACN)
maka lebih jelas dapat dijelaskan.
Ketentuan pemberian nomor landasan (Runway Number), Azimuth Runway dibulatkan
menjadi puluhan seperti dibawah ini :
10 20 30 40 ----- dibulatkan menjadi kebawah (1420 menjadi 1400)
50 60 70 80 90 ----- dibulatkan menjadi keatas (1420 menjadi 1400)
Contoh :
Azimuth R/W 1350 dibulatkan menjadi 1400 maka nomor R/W dari 1400 menjadi R/W
14, sehingga nomor runway yang berpasangan (berlawanan arah) menjadi + 1800 -----
1400 + 1800 = 3200
KARAKTERISTIK DAN FISIK BANDAR UDARA
Untuk mengetahui tentang kritria dan fisik landasan pacu (R/W) [erhatikan beberapa
kriteria, antara lain :
1). Fungsi dan tujuan :
a. Sebagai pelindung landasan (Landasan Pacu; taxiway; apron dan lainnya) baik
terhadap beban lalu lintas atau pengaruh air (air hujan) perubahan/kerusakan serta
bersifat tahan lama.
b. Memberikan kenyamanan terhadap lalu lintas yang melewati serta memungkinkan
mendukung beban yang lebih besar dibandingkan tanpa perkerasan.
2). Unsur-Unsur yang diperhitungkan
a. Karakteristik tanah dasar (Sub Grade),biasanya disimpulkan dalam skala angka
kekuatan dukung yaitu CBR (California Bearing Ratio) yaitu suatu angka
perbandingan kekerasan suatu material terhadap material standar/granit dalam satuan

prosen) atau k (modulus of sub grade reection; hubungan antara nilai


beban/tekanan dengan besarnya penurunan yang terjadi akibat beban tersebut melalui
sebuah pelat tertentu terhadap tanah yang dicari nilainya/diteliti).
b. Beban yang direncanakan, yaitu beban yang dihasilkan pesawat terbang terbesar
(critical aircraft)
c. Repetisi atau jumlah lintas perkiraan yang akan terjadi.
3). Jenis-jenis perkerasan landasan pacu (R/W)
a. Flexible Favement
Terdiri dari bahan/material yang mengandung bituminous/aspal pada permukaannya,
sedangkan struktur secara keseluruhan biasanya terdiri dari lapisan-lapisan sub grade
(tanah dasar); Sub Base (fundamental); Base; dan surface /permukaan.
Pemilihan jenis material pada setiap lapisan dibuat sedemikian sehingga semakin keatas
nilai CBRnya makin besar, misalnya sub base dari bahan pasir atau pasir batu, base dari
batu pecah berbagai ukuran diikat dengan aspal.
Perkerasan ini disebut flexible (kenyal) karena meskipun tidak tampak dengan mata
telamjang, terjadi kembang susut pada struktur perkerasaan pada saat dibebani dan sat
tidak dibebani.
b. Rigit Pavement
Dibuat dari beton semen dan disebut rigit (kaku) karena seluruh beban yang terjadi sama
sekali ditampung oleh pekat beton semen tanpa terjadi suatu perubahan pada pelat beton
tersebut, dan beban tersebut diteruskan ke tanah dalam gaya yang jauh menjadi sangat
kecil.
c. Cakar Ayam
Dibuat dari beton semen bertulang dalam suatu kesatuan pelat yang luas yang menyatu
dengan sumuran-sumuran yang berfungsi sebagai cakar.
Pada dasarnya kesatuan perkerasan ini bersifat kaku, tetapi pada saat dibebani akan turun
secara bersama-sama atau tenggelam ke dalam tanah dasar dan kembali kedudukan
semula pada saat tidak dibebani.
Hal ini memang terjadi karena konstruksi cakar ayam yang dibuat oleh seorang terapung
pada lapisan tanah yang kurang keras (lembek).
4). Penilaian Kekuatan
Untuk landasan pacu yang melayani pesawat terbang dengan bobot lebih dari 5700 Kg, digunakan
penilaian CAN-PCN yaitu niai perbandingan antara Pavement Clasification Number dengan
Aircraft Clasification number.
CAN nilainya diterbitkan/dideclare oleh pabrik yang bersangkutan PCN dinyatakan dengan
menyebutkan nilai angka PCN, jenis perkerasan, kekuatan daya dukung sub grate, tekanan ban
roda pendaratan maximum, metoda yang diambil untuk mendapatkan nilai angka PCN tersebut:
Sebagai contoh Bandar Udara Sentani:
KETERANGAN : 25 F/B/Y/U
25 : Nilai angka yang didapatkan dengan menggunakan rumus tertentu dari berbagai
parameter/data antara lain nilai CBR, tebal perkerasan.
F : Jenis perkerasan.
Y : Kategori tekanan maksimum yang diijinkan dari roda pendaratan yaitu 1 Mpa, kategori lainnya
adalah W; X; dan Z.
B : Kategori daya dukung sub grade yaitu nilai CBR antara 8% s/d 13%, kategori lain adalah A, C,
dan D.

U : Metode evaluasi yaitu Using Aircraft Experience, metoda lain adalah T (Technical Evaluation)
yang menggunakan teknologi/perhitugan tinggi dalam penelitian khusus karakteristik perkerasan.
Selain penilaian CAN-PCN terdapat juga penilaian Load Clasificatioan number (LCN) yang masih
digunakan dibeberapa temapt di dunia prinsipnya sama dengan CAN-PCN.
FASILITAS KESELAMATAN PENERBANGAN
A.

B.

Alat Bantu yang Menunjukkan Rintangan (Visual Aids For Obstucle)


Semua bangunan tetap atau proyek/benda yang bergerak (kendaraan, orang, dan binatang)
yang berada di suatu pergerakan pesawat terbang.
Untuk mengidentifikasi suatu obyek yang dianggap dapat menjadikan penyebab
halangan/rintangan di daerah pergerakan pesawat terbang biasanya diberikan tanda atau
isyarat dengan lampu yang berwarna kontras putih; merah kuning dan orange.
Pemberian tanda atau isyarat terhadap benda atau obyek yang diam biasanya diberikan
lampu warna merah dengan menyala secara terus menerus atau terputus-putus (Flashing onoff).
Pada obyek/benda yang diam, karena ketinggiannya, sehingga mengganggu kelancaran
operasi penerbangan, maka harus diberikan tanda atau isyarat :
a. Tiang antena; menara air diberi tanda lampu merah dengan menyala terus menerus
disebut dengan istilah Obstruction Light.
b. Pada gunung-gunung yang terletak di daerah pergerakan pesawat terbang karena
ketinggiannya, maka dipasang/diberi lampu warna merah menyala secara terputus-putus
(on-off flashing).
Pada obyek/benda yang bergerak antara lain :
a. Mobil/kendaraan-kendaraan dinas yang beroperasi di daerah movement area diberi tanda
kuning
b. Untuk kendaraan yang dalam keadaan darurat/emergency diberikan warna yang sangat
mencolok yaitu warna merah.
Persyaratan lain penempatan tanda/isyarat baik terhadap benda yang diam maupun bergerak
harus kelihatan dari semua arah, sekurang-kurangnya mempunyai jarak pandang kurang
lebih sampai 300 meter.
Bila pemberian tanda terhadap obyek/benda selain menggunakan lampu, sebagai alternative
lain dapat digunakan bendera dengan ketentuan :
Untuk obyek yang diam (Fixed Obyek) Berwarna orange atau kombinasi orange putih dan
merah putih
Untuk obyek yang bergerak (Mobile Obyek) Dibuat kotak-kotak (seperti papan catur) warna
orange putih atau merah putih.
Alat bantu yang menunjukkan Batasan (Visual Aids for Denoting Restricted).
Bantuan berdasarkan penglihatan (Visual aid, terhadap daerah terlarang (Restricted Area) :

CLOSE RUNWAY AND TAXIWAY


SILANG WARNA PUTIH DAN KUNING
TANDA SILANG DENGAN WARNA KUNING DENGAN DASAR BUJUR SANGKAR
MERAH DILETAKKAN DI SIGNAL AREA, ARTINYA LARANGAN UNTUK
MENDARAT
DAN
KEMUNGKINAN
LARANGAN
TERSEBUT
DAPAT
DIPERPANJANG
TANDA SILANG WARNA KUNING DENGAN DASAR MERAH DILETAKKAN DI
SIGNAL AREA, BERARTI AGAR BERHATI-HATI PADA SAAT MENDARAT
DIKARENAKAN ADANYA KERUSAKAN DIMANUVERING AREA

DUMB BELL WARNA PUTIH DENGAN GARIS PUTIH DILETAKKAN DI SIGNAL


AREA, BERARTI TAKE OFF LANDING DAN TAXIING HANYA DAPAT
DILAKSANAKAN DI RUNWAY DAN TAXIWAY SAJA.
DUMB BELL WARNA PUTIH DENGAN GARIS HITAM VERTICAL, KUNING TEGAK
LURUS PADA POROSNYA DILETAKKAN DI SEGNAL AREA BERARTI TAKE,
LANDING DAN TAXIING DAPAT DILAKSANAKAN TIDAK TERBATAS RUNWAY
DAN TAXIWAY SAJA.
TANDA SILANG WARNA PUTIH ATAU KUNING DILETAKKAN HORIZONTAL
PADA SUATU R/W DAN T/W, BERARTI MENYATAKAN BAHWA DAERAH
TERSEBUT TAK DAPAT DIPERGUNAKAN.
TANDA HURUF C HITAM DASAR KUNING DILETAKKAN VERTICAL DI DINDING
SUATU
GEDUNG,
BERARTI
AIR
TRAFFIC
REPORTING
OFFICE
LANDING T WARNA PUTIH ATAU ORANGE DILETAKKAN DI SIGNAL AREA,
BERARTI MENUNJUKKAN ARAH PENDARATAN (LANDING)
WIND SOCK (KANTONG ANGIN) OR IN CONE OR WIND SLEVE (KERUCUT
ANGIN) BERARTI UNTUK MENGETAHUI / MENUNJUKKAN ARAH DAN
KECEPATAN ANGIN
C.

Fasilitas Navigasi Udara


1. Fasilitas Navigasi Udara NDB ( Non Directional Beacon )
a. Fasilitas Navigasi
Jenis ini yang terpasang dalam stasiun NDB ditanah,memancarkan informasi dalam
bentuk sinyal radio ke segala arah ( Non Directional). Pemancar ini biasanya beroperasi
pada frekwensi 200-415 KHz dan secara terus menerus memancarkan frekwensi
pembawa dengan modulasi 1020 Hz untuk Identifikasi dengan kode morse yang terdiri
dari 2 atau 3 huruf dan kiriman dengan kecepatan rata-rata 7 kata permenit.
b. Klasifikasi
Makin besar kekuatan pancaran NDB,makin besar pula daerah cakup NDB tersebut.
Type dan pancaran NDB dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Low Range
2. Medium Range
3. High Range
4. Fungsi dan kegunaan
NDB mempunyai beberapa macam fungsi kegunaan yaitu :
1.Homing
2.En-Route
3.Holding
4.Locater
2. Fasilitas Navigasi Udara VOR (VHF Omni Directional Range)
a. VOR merupakan Alat Bantu navigasi jarak sedang, yang bekerja menggunakan
frekwensi radio sangat tinggi (VHF). Dengan station VOR yang diletakkan
sedemikian rupa, VOR dapat digunakan untuk menuntun suatu pesawat menuju ke
suatu Bandar Udara. Posisi pesawat terbang tiap saat ditentukan oleh penerbang
dengan bantuan VOR dan DME.
b. Manfaat bagi Penerbang
Perlengkan penerima VOR di Pesawat Terbang mempunyai 3 macam fungsi atau
indikator :
1. Untuk menentukan Azimut
2. Untuk menunjukkan deviasi kepada pilot
3. Menunjukkan arah Pesawat Terbang menuju atau meninggalkan station VOR
c. Fungsi dan Kegunaan VOR

Seperti halnya NDB, maka VOR pun mempunyai fungsi yang sama.
d. Kegunaan VOR terhadap NDB
VOR bekerja pada frekwensi VHF antara 108-118 MHz sehingga informasi yang
dipancarkan tidak terganggu oleh keadaan cuaca, berbeda dengan NDB yang
dipergunakan frekwensi rendah/LF.
VOR di Indonesia Ada 2 jenis VOR yang telah terpasang di Indonesia,yaitu :
a. C-VOR (Convensional-VOR)
b. D-VOR (Doppler-VOR)
3. Fasilitas Navigasi DME (Distance Measuri Equipment)
a. Fasilitas DME
Biasanya dipasang melengkapi VOR untuk memberikan informasi kepada penerbang
tentang jarak pesawat terbang terhadap DME.Bekerja pada bidang Ultra High Frequensi
(UHF) antara 960 MHz-1215 MHz,sehingga pancarannya tidak tergantung dari keadaan
cuaca.
c. Fungsi kegunaannya
DME biasanya dipasang pada station VOR untuk melengkapinya (Komplementer)
sehingga posisi pesawat terbang secara teliti dapat terus menerus diketahui para
penerbang.DME memberikan Informasi jarak dalam Nm, sesuai dengan koordinat polar
dalam penentuan posisi pesawat terbang.
4. Fasilitas Navigasi Udara ILS (Instrument Landing System)
a. Fasilitas ILS
Dipasang untuk membantu pendaratan pesawat dengan tepat terutama pada saat-saat
cuaca jelek. Peralatan ditanah terdiri dari dua jenis pemancar yaitu Localizer yang
bekerja pada frekweansi 108,4 MHz-112 MHz dan Glide Slope bekerja pada
frekwensi 329,15 MHz-335,00 MHz. Marker Beacon seperti Auter Marker, Middle
Marker, Inner Marker. Bekerja pada frekwensi 75 MHz.
b. Fungsi kegunaannya
Dengan bantuan ILS, pilot dapat mendaratkan pesawat terbangnya dengan
berpedoman pada indikator-indikator di pesawat yang menerima sinyal-sinyal dari
ILS.Pendaratan dapat dilakukan dengan baik,walaupun visibility (Daya lihat/Jarak
pandang) sangat rendah karena pengaruh cuaca.ada beberapa tingkatan ketelitian dari
pada ILS yang dinyatakan dalam kategori yaitu I , II , III.
5. Fasilitas Navigasi Udara RADAR (Radio Deteksi And Ranging)
a. Radar merupakan
Suatu cara dimana gelombang radio yang dipancrkan ke angkasa akan diterima
kembali setelah suatu benda di angkasa menyebabkan pantulan atau refleksi ketika
gelombang radio tersebut mengenainya.Radar ada beberapa macam dan yang umum
yang
dipergunakan
pada
Bandar
Udara
adalah
:
1. 1.Primary Surveillince Radar (PSR)
2. 2.Secondary Surveillince Radar (SSR)
b. Fungsi dan Kegunaannya
Kedua jenis radar tersebut mempunyai cara kerja yang berbeda.PSR bersifat aktif dan
pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif karena PSR hanya menerima pantulan
gelombang radio reflesi pesawat tersebut (ECHO), sedangkan pesawat itu sendiri tidak
tau menahu dengan kegiatan dari arah bawah.pada SSR, kedua-duanya aktif baik radar
dibawah maupun pesawat terbang.hal ini dapat dilakukan karena pesawat terbang
dilengkapi dengan pemancar yang disebut Transponder.

6. Fasilitas Navigasi Udara RVR (Runway Visual Range)


a. RVR adalah

Alat untuk memperoleh Informasi Meteorologi yaitu visibility di daerah sekitar


landasan.ILS dibagi dalam 3 kategori yaitu :
1. ILS Category I
2. ILS Category II
3. ILS Category III
b. Macam peralatan dan cara kerja
RVR sistem ini terdiri dari beberapa peralatan yaitu :
(1) Skopograph simplex,yang terdiri dari :
(a) Projektor
(b) Receiver
(c) Visibility Recorder
(2) Back ground brigjetness sensor STIL BUS
(3) RVR Computer
(4) Digit Step
7. Kalibrasi peralatan Navigasi Udara
a. Mengingat peranan
Fasilitas navigasi udara yang sangat besar dalam menunjang keselamatan
penerbangan ,maka wajarlah bila mana. Tingkat ketelitian informasi yang dihasilkan
oleh stasiun-stasiun navigasi udara di darat dikalibrasi secara bearkala dengan
cermat.
b. Kalibrasi peralatan navigasi udara di Indonesia
Kalibrasi ini dilaksanakan oleh Unit Flight Inspection yang dilengkapi dengan
fasilitas :
1. Laboratorium (Darat) Kalibrasi peralatan Navigasi Udara di Curug Tanggerang.
2. Pesawat-pesawat Terbang khusus Laboratorium kalibrasi. Dalam hal ini sebuah
BEECHCHRAFT KING AIR-A100, Sebuah FALKON/203, (LEAR JET).
Jadwal waktu kalibrasi peralatan navigasi udara di Indonesia sesuai dengan ketentuan
International ditetapkan :
1. NDB satu kali dalam setahun
2. VOR atau DME dua kali dalam setahun
3. ILS tiga kali dalam setahun
c. Aeronautikal Service
a). Komunikasi Radio Penerbangan Dinas Tetap Aeronautikal Fixed Service (AFS).
1. AFS merupakan hubungan antara tempat-tempat yang tetap dan tertentu (Poin to Poin)
2. Hubungan Poin to Poin ini,yang diperlukan oleh unit-unit keselamatan penerbangan
meliputi
:
i. Inter-Area Communication yaitu hubungan antara ACC/FIC/FSS dengan
ACC/FIC/FSS yang berbatasan.
ii. Inter-Area Communication yaitu hubungan antara ACC/FIC/FSS dengan unit
APP/ADC/AFIS yang berada di daerah.
Jenis dan Sistem Hubungan :
Dari jenisnya hubungan AFS ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
Printed Communication
Speech (Voice) Communication
Sistem hubungan yang digunakan berupa radio teletype (RTT) atau Telephony (RTF)
b). Komunikasi Radio Penerbangan Dinas Bergerak, Aeronautikal Mobile Service
(AMS)
a. AMS adalah Hubungan radio timbal balik pusat-pusat pengawasan Lalu Lintas Udara
atau Unit-unit keselamatan penerbangan.
b. Penyediaan fasilitas AMS bertujuan melayani kepentingan Lalu lintas Udara,karena itu
perencanaan dan implementasinya disesuaikan dengan sistem dan pola pengendalian
operasi LLU dengan rekomendasi dan standar ICAO serta persetujuan-persetujuan secara
regional
c. Media/Sistem hubungan
1. Ada 2 macam media yang dipergunakan untuk penyediaan fasilitas AMS ini :
Saluran Radio Frequensi sangat tinggi VHF antara 118-135 MHz

Saluran Radio gelombang pendek HF antara 2-22 MHz


2. Dibandingkan dengan VHF, gelombang pendek HF lebih baik kwalitasnya,dari
gangguan Statistik dan tidak dipengaruhi cuaca, namun jarak jangkauan lebih pendek.
3. Sistem hubungan yang digunakan adalah Radio Telephone
d. Peralatan
Jenis peralatan utama yang digunakan untuk keperluan ACC/APP/ADC/ATIS adalah :
Pemancar VHF
Penerima VHF
Operator Control Console/Desk
Alat perekam(Tape Rekorder)
Komunikasi AMS yang diselenggarakan oleh FIS, FSS disarankan untuk melayani suatu
daerah tertentu :
1. MWARA (Main World Ar Route Area),untuk pelayanan penerbangan International.
2. RDARA (Regionaleand Domestic Ar Route Area),untuk pelayanan penerbangan
domestic.
e. Air Traffic Serfice
1. Pengertian
Untuk keselamatan penerbangan sesuai dengan persetujuan secara Internasional dan
Regional,Operasional pesawat terbang perlu diatur dan dikontrol oleh suatu unit
kerja yaitu Air Traffic Service yang ditetapkan pada Area tertentu.
2. Tujuan/Sasaran
Tujuan ATS adalah:
1. Mencegah terjadinya tabrakan antara pesawat terbang.
2. Mempercepat dan menjaga alur Lalu lintas penerbangan yang telah dipesan.
3. Memberikan saran dan Informasi yang berguna demi kelancaran dan
keselamatan penerbangan.
4. Mencatat dan memberikan serta membantu kepada satuan SAR apabila ada
pesawat terbang yang membutuhkan SAR.
3. Pembagian pelayanan Air Traffic
Agar tercapai sasaran atau tujuan pelayanan Air Traffic dibagi menjadi 3 bagian
yaitu:
a. Area Control Service
b. Approach Control Service
c. Aerodrome Control Service
d. The Flight Information Service
e. The Allerting Service
4. Hal-hal yang perlu di Informasikan sebagai pelayanan dan pengaturan penerbangan
adalah :
1. Jenis dari penerbangan
2. Kepadatan penerbangan
3. Kondisi cuaca
4. Hal-hal lain yang berkaitan dengan penerbangan yang relevan
C. Pelayanan Bandar Udara dalam keadaan Darurat (Emergency and other services)
Rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat. (Aerodrome Emergency Planning).
Rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat adalah proses persiapan untuk mengatasi
Bandar Udara dalam keadaan darurat yang terjadi disekitar Bandar Udara.
Dalam persiapan Bandar Udara dalam keadaan darurat menurut kenyataan yang ada harus
dapat dikurangi dan menarik perhatian, terutama dalam menjaga kondisi yang tetap aman dan
lancar serta memelihara operasi pesawat terbang, operasi dari pada penerbangan itu sendiri.
Prosedure untuk mengadakan koordinasi pada saat Bandar Udara dalam keadaan darurat
ialah :

Perlu adanya koordinasi dengan wakil-wakil perusahaan dan pelayanan lainnya di Bandar
Udara.
Mengadakan hubungan secara langsung dengan wakil perusahaan yang terdapat disekitar
Bandar Udara serta menunjuk salah satu untuk menjadi sebagai perwakilan koordinasi.
Memiliki buku petunjuk untuk menetapkan rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat
sesuai dengan Airport Services Manuals Part 7
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat harus ditetapkan sama dan seimbang antara
operasi pesawat terbang dengan aktivitas kegiatan di Bandar Udara tetap dalam kondisi aman
dan terkendali.
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat diharuskan mengambil langkah-langkah dan
berkoordinasi tentang kejadian di sekitar Bandar Udara dengan instansi terkait.
Beberapa contoh kejadian Bandar Udara dalam keadaan darurat a.I :
1. Keadaan darurat pesawat terbang.
2. Sabotase, termasuk adanya ancaman bomb.
3. Terjadinya adanya ancaman barang-barang yang berbahaya.
4. Kebakaran dan bencana alam.
Koordinasi dan partisipasi yang harus dilakukan terhadap instansi terkait yang ada di Bandar
Udara maupun instansi terkait diluar Bandar Udara pada saat Bandar Udara dalam keadaan
darurat adalah sebagai berikut :
on the Aerodrome
Air traffic control unit
Rescue fire fighting services
Aerodrome administration
Medical and ambulance services
Security services
Polices
off the Aerodrome
Fire departments
Polices
Medical and ambulance services
Hospitals
Military
Harbour patrol or coast guard.

Anda mungkin juga menyukai