APRON :
Ialah daerah tertentu pada suatu Bandar Udara dimaksudkan untuk melayani keperluan
pesawat terbang dalam hal naik turunnya penumpang bongkar muat muatan (barang dan pos),
pengisian bahan bakar, parkir atau perawatan.
BALANCE FIELD LENGTH :
Suatu konsep pemilihan panjang landasan pacu yang diperlukan oleh suatu pesawat terbang
dengan kecepatan kritis (VI) tertentu, sedemikian sehingga panjang landasan pacu yang
diperkeras mencakupi untuk pesawat terbang tinggal landas sampai ketinggian 35 feet dan
keseluruhan landasan pacu termasuk stopway mencakupi untuk berhentinya pesawat dengan
aman seandainya gagal untuk tinggal landas.
CLEARWAY :
Daerah berbentuk persegi panjang dibawah pengawasan Bandar Udara dimaksudkan sebagai
suatu daerah bebas hambatan yang memungkinkan pesawat terbang sebagai hambatan yang
memungkinkan pesawat terbang melakukan sebagian usaha pendakian setelah tinggal landas
sampai suatu ketinggian tertentu.
DECLARED DISTANCE :
Suatu jarak yang ditetapkan /diperhitungkan dari suatu landas pacu untuk kedua ujungnya,
meliputi :
TORA (Take Off Run Available), yaitu panjang landas pacu yang tersedia mencakupi untuk
melaju di landasan (ground Run) pada saat tinggal landas.
TODA (Take off Distance Available), panjang landas pacu yang tersedia / mencakupi untuk
melaju didaratan / landasan sampai ketinggian tertentu (35 feet), dan jika landas pacu
dilengkapi dengan clearway maka TODA menjadi = TCRA + Clearway.
ASDA (Accelerate Stop Distance Available), yaitu panjang landas pacu yang tersedia untuk
melaju sejak pesawat mulai bergerak melaju, batal tinggal landas, direm dan berhenti dengan
aman, dan jika landasan pacu dilengkapi dengan stopway maka ASDA menjadi TORA +
Stopway.
LDA (Landing Distance Availble), yaitu panjang landas pacu yang dinyatakan tersedia
/mencakupi untuk pendaratan pesawat terbang dalam gerak melaju di landasan pacu sampai
berhenti dengan aman.
INSTRUMEN RUNWAY :
Landasan pacu yang dilengkapi dengan peralatan/instrumen penuntun pendaratan pesawat
terbang, terdiri dari :
a. Non Precission Approach Runway (NPAR), yaitu landasan pacu dengan pelayanan alat
bantu visual dan non visual dilengkapi paling tidak dengan pembimbing arah yang memadai
untuk pendekatan (Straight in apporoach)
b. Precission Approach Runway (PAR) Category I, yaitu landasan pacu dengan pelayanan
ILS (Instrumen Landing System) dan alat bantu visual dimaksudkan untuk operasi bimbingan
pendaratan/pendekatan sampai dengan ketinggian (decision height) 60 M dan RVR (Runway
Visual Range) sejarak 800 M.
c. Precession Approach Runway (PAR) Category II, yaitu seperti pada Category I, akan tetapi
dengan decision height 30 M dan RVR sejarak 400 M
d. Precission Approach Runway (PAR) Category III, yaitu landasan pacu dengan pelayanan
ILS kearah dan sepanjang permukaan landasan pacu (tanpa suatu decision height yang
digunakan) dengan lebih terperinci lagi sebagai berikut :
Ø CAT III A, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak RVR
200 M kemudian menggunakan alat bantu visual selama tahap akhir pendaratan.
Ø CAT III B, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan sampai dengan jarak RVR
50 M untuk taxiing.
Ø CAT III C, dimaksudkan untuk operasi bimbingan pendaratan yang tidak lagi
berpedoman/mempercayakan pada alat (bantuan) visual, baik untuk pendaratan maupun
taxing.
MARKER :
Suatu obyek yang dipasang/ditunjukkan diatas tanah (ground level) yang memberikan
petunjuk/indikasi suatu obstacle atau menggambarkan suatu batas.
MARKING :
Suatu tanda atau kelompok tanda-tanda yang dipasang/ditunjukkan pada permukaan tanah di
daerah pergerakan (movement area) untuk memberikan informasi aeronautika.
MOVEMENT AREA :
Bagian dari aerodrome yang digunakan bagi lepas landas, pendaratan dan taxiing pesawat
terbang termasuk daerah apron.
NON INSTRUMENT RUNWAY :
Landasan pacu yang dimaksudkan untuk operasi pesawat terbang yang menggunakan
prosedure pendekatan (Approach) secara visual.
OBSTUCLE :
Semua obyek yang bergerak ataupun tetap (baik sementara atau permanen) atau sebagian dari
itu yang terletak suatu daerah yang dimaksudkan untuk pergerakan pesawat terbang di darat,
atau ketinggiannya melebihi suatu permukaan tertentu yang dimaksudkan untuk melindungi
pesawat terbang yang sedang terbang.
RUNWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang di lapangan terbang dimaksudkan sebagai daerah
lepas landas dan pendaratan pesawat terbang.
PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN) :
Angka yang menyatakan kekuatan/daya dukung konstruksi perkerasan bagi operasi tanpa
suatu pembatasan.
RUNWAY END SAFETY AREA (RESA) :
Daerah yang simetris terhadap perpanjangan sumbu landasan terletak pada ujung (berbatasan
dengan) strip landasan, dengan maksud utama untuk mengurangi terjadi overshooting
(pendaratan berlebih) atau overrunning (meluncur) dari landasan pacu.
RUNWAY STRIP :
Daerah tertentu termasuk landasan pacu dan stopway (jika ada) dimaksudkan untuk :
a. Mengurangi resiko kerusakan pesawat dalam hal terjadi meleset keluar dari landasan pacu.
b. Melindungi pesawat yang terbang selama operasi pendaratan atau tinggi landas terhadap
rintangan.
RUNWAY VISUAL RANGE :
Suatu jarak dimana pilot yang berada didalam pesawat pada/diatas sumbu atau perpanjangan
sumbu landasan dapat melihat rambu-rambu landasan atau nyala lampu yang memberikan
gambaran landas pacu atau yang mengidentifikasikan suatu landas pacu.
SHOULDER :
Daerah yang berdekatan/berbatasan dengan tepi konstruksi perkerasan yang dipersiapkan
sebagai peralihan antara daerah perkerasan dengan daerah didekatnya/bersebelahan.
STOPWAY :
Daerah tertentu berbentuk persegi panjang pada ujung landas pacu (TORA) yang disiapkan
sebagai daerah yang memadai untuk menghentikan pesawat adalah pesawat gagal tinggal
landas kemudian meluncur.
a. Bangunan Operasi
Bangunan yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran operasi keselamatan
penerbangan, yang termasuk dalam bangunan ini meliputi antara lain :
· Gedung Operasi
· Control tower
· Garasi PKP-PK
· Bangunan Instalasi Listrik
· Bangunan / Gedung Telnav (Telekomunikasi dan Navigasi).
b. Bangunan Umum
Bangunan yang tidak termasuk bangunan operasi (tidak menunjang kegiatan operasional),
yang termasuk dalam bangunan ini adalah :
· Perumahan Pegawai/Karyawan dan Karyawati Bandar Udara.
· Poliklinik
· Gudang Barang
· Peralatan Menara air.
c. Bangunan Terminal
Bangunan atau gedung untuk keperluan pelayanan penumpang, barang, dan pos yang datang
dan diberangkatkan dengan pesawat udara, yang termasuk dalam bangunan in meliputi :
· Ruang tunggu
· Ruang kedatangan
· Check-In
· Informasi dll
2. Fasilitas Instalasi
Fasilitas Instalasi di suatu Bandar Udara dapat dikelompokkan meliputi :
a. Instalasi Telekomunikasi
Semua peralatan elektronika/mekanik yang dipasang didaratan, dipergunakan untuk
hubungan jarak jauh dengan cara timbal balik darat ke darat, dan darat ke udara, dan yang
didalamnya Instalasi Telekomunikasi ini antara lain :
# AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network)
# VHF (Very High Frequency)
# AMS (Aeronautical Mobile Service)
# SSB (Single Side Band)
# AFS (Aeronautical Fixed Service)
b. Instalasi Navigasi/Perambuan
Semua peralatan elektronika/mekanik yang dipasang didaratan, dipergunakan untuk
menuntun dan memandu pesawat terbang menuju kearah titik posisi tertentu melalui
hubungan searah atau timbal balik, instalasi dimaksud dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Ø DME (Directional Measuring Equipment)
Ø ILS (Instrumen Landing System)
Ø NDB (Non Directional Beacon)
Ø VOR (Very High Frequency Omny Range)
c. Instalasi Listrik
Peralatan yang dipasang didaratan sebagai pembangkit tenaga listrik dan sumber daya listrik,
instalasi listrik, untuk menunjang kegiatan operasi keselamatan penerbangan dan operasi
Bandar Udara, yang termasuk didalam instalasi listrik adalah :
ü Hazard Beacon
ü Obstruction Light
ü Rotating Beacon
ü Approach Light
ü Vasi
ü Papi
ü Reil
ü Threshold Light
ü Illuminated Landing T
ü Illuminated wind cone
3. Fasilitas Peralatan
a. Peralatan Tower
Semua peralatan elektronika yang dipergunakan untuk hubungan timbal balik dengan
pesawat terbang melalui frekuensi radio
darat ke udara yang masih dalam lingkup pengawasannya.
b. Peralatan Communication Centre
Peralatan yang dipergunakan untuk merubah gelombang radio teletype menjadi arus searah
dalam hubungan antar stasiun darat secara timbal balik.
c. Peralatan Terminal
Peralatan yang menunjang pelayanan terhadap penumpang, barang. Pos yang akan datang
dan diberangkatkan dengan pesawat terbang.
d. Peralatan Alat-Alat Berat
Alat-alat yang dipergunakan untuk membangun dan memelihara lapangan terbang yang
terdiri ; Bolduzer; AMP (Asphalt Mixer Processing); alat pemotong rumput; Finisher; roller;
stone chrusher; tractor; tipper; crane & sweaper.
PEMBAGIAN AERODROME
(Fisik Karakteristik Bandar Udara)
Threshold lighting
Threshold lighting rambu penerangan yang berfungsi sebagai alat Bantu pendaratan.
Dipasang pada garis ambang runway dan perpanjangannya pada jarak tertentu. Dengan
menggunakan filter hijau dan merah. Threshold lighting memancarkan cahaya hijau atau
merah jika dilihat oleh penerbang yang akan mendarat, dan memancarkan warna hijau atau
merah apabila dilihat oleh penerbang yang akan tinggal landas. Threshold lighting memberi
informasi kepada penerbang bahwa pada garis itulah berawal atau berakhir.
Untuk mengetahui tentang kritria dan fisik landasan pacu (R/W) [erhatikan beberapa kriteria,
antara lain :
1). Fungsi dan tujuan :
a. Sebagai pelindung landasan (Landasan Pacu; taxiway; apron dan lainnya) baik terhadap
beban lalu lintas atau pengaruh air (air hujan) perubahan/kerusakan serta bersifat tahan lama.
b. Memberikan kenyamanan terhadap lalu lintas yang melewati serta memungkinkan
mendukung beban yang lebih besar dibandingkan tanpa perkerasan.
2). Unsur-Unsur yang diperhitungkan
a. Karakteristik tanah dasar (Sub Grade),biasanya disimpulkan dalam skala angka kekuatan
dukung yaitu CBR (California Bearing Ratio) yaitu suatu angka perbandingan kekerasan
suatu material terhadap material standar/granit dalam satuan prosen) atau “k” (modulus of
sub grade reection; hubungan antara nilai beban/tekanan dengan besarnya penurunan yang
terjadi akibat beban tersebut melalui sebuah pelat tertentu terhadap tanah yang dicari
nilainya/diteliti).
b. Beban yang direncanakan, yaitu beban yang dihasilkan pesawat terbang terbesar (critical
aircraft).
c. Repetisi atau jumlah lintas perkiraan yang akan terjadi.
3). Jenis-jenis perkerasan landasan pacu (R/W)
a. Flexible Favement
Terdiri dari bahan/material yang mengandung bituminous/aspal pada permukaannya,
sedangkan struktur secara keseluruhan biasanya terdiri dari lapisan-lapisan sub grade (tanah
dasar); Sub Base (fundamental); Base; dan surface /permukaan.
Pemilihan jenis material pada setiap lapisan dibuat sedemikian sehingga semakin keatas nilai
CBRnya makin besar, misalnya sub base dari bahan pasir atau pasir batu, base dari batu
pecah berbagai ukuran diikat dengan aspal.
Perkerasan ini disebut “flexible” (kenyal) karena meskipun tidak tampak dengan mata
telamjang, terjadi kembang susut pada struktur perkerasaan pada saat dibebani dan sat tidak
dibebani.
b. Rigit Pavement
Dibuat dari beton semen dan disebut “rigit” (kaku) karena seluruh beban yang terjadi sama
sekali ditampung oleh pekat beton semen tanpa terjadi suatu perubahan pada pelat beton
tersebut, dan beban tersebut diteruskan ke tanah dalam gaya yang jauh menjadi sangat kecil.
c. Cakar Ayam
Dibuat dari beton semen bertulang dalam suatu kesatuan pelat yang luas yang menyatu
dengan sumuran-sumuran yang berfungsi sebagai cakar.
Pada dasarnya kesatuan perkerasan ini bersifat kaku, tetapi pada saat dibebani akan turun
secara bersama-sama atau “tenggelam ke dalam tanah dasar dan kembali kedudukan semula
pada saat tidak dibebani”.
Hal ini memang terjadi karena konstruksi cakar ayam yang dibuat oleh seorang terapung pada
lapisan tanah yang kurang keras (lembek).
4). Penilaian Kekuatan
Untuk landasan pacu yang melayani pesawat terbang dengan bobot lebih dari 5700 Kg,
digunakan penilaian CAN-PCN yaitu niai perbandingan antara Pavement Clasification
Number dengan Aircraft Clasification number.
CAN nilainya diterbitkan/dideclare oleh pabrik yang bersangkutan PCN dinyatakan dengan
menyebutkan nilai angka PCN, jenis perkerasan, kekuatan daya dukung sub grate, tekanan
ban roda pendaratan maximum, metoda yang diambil untuk mendapatkan nilai angka PCN
tersebut:
Sebagai contoh Bandar Udara Sentani:
KETERANGAN : 25 F/B/Y/U
25 : Nilai angka yang didapatkan dengan menggunakan rumus tertentu dari berbagai
parameter/data antara lain nilai CBR, tebal perkerasan.
F : Jenis perkerasan.
Y : Kategori tekanan maksimum yang diijinkan dari roda pendaratan yaitu 1 Mpa, kategori
lainnya adalah W; X; dan Z.
B : Kategori daya dukung sub grade yaitu nilai CBR antara 8% s/d 13%, kategori lain adalah
A, C, dan D.
U : Metode evaluasi yaitu Using Aircraft Experience, metoda lain adalah T (Technical
Evaluation) yang menggunakan teknologi/perhitugan tinggi dalam penelitian khusus
karakteristik perkerasan.
Selain penilaian CAN-PCN terdapat juga penilaian Load Clasificatioan number (LCN) yang
masih digunakan dibeberapa temapt di dunia prinsipnya sama dengan CAN-PCN.
Alat bantu yang menunjukkan Batasan (Visual Aids for Denoting Restricted).
Bantuan berdasarkan penglihatan (Visual aid, terhadap daerah terlarang (Restricted Area) :
DUMB BELL WARNA PUTIH DENGAN GARIS HITAM VERTICAL, KUNING TEGAK
LURUS PADA POROSNYA DILETAKKAN DI SEGNAL AREA BERARTI TAKE,
LANDING DAN TAXIING DAPAT DILAKSANAKAN TIDAK TERBATAS RUNWAY
DAN TAXIWAY SAJA.
Jadwal waktu kalibrasi peralatan navigasi udara di Indonesia sesuai dengan ketentuan
International ditetapkan :
1. NDB satu kali dalam setahun
2. VOR atau DME dua kali dalam setahun
3. ILS tiga kali dalam setahun
c. Aeronautikal Service
a). Komunikasi Radio Penerbangan Dinas Tetap Aeronautikal Fixed Service (AFS).
1. AFS merupakan hubungan antara tempat-tempat yang tetap dan tertentu (Poin to Poin)
2. Hubungan Poin to Poin ini,yang diperlukan oleh unit-unit keselamatan penerbangan
meliputi :
i. Inter-Area Communication yaitu hubungan antara ACC/FIC/FSS dengan ACC/FIC/FSS
yang berbatasan.
ii. Inter-Area Communication yaitu hubungan antara ACC/FIC/FSS dengan unit
APP/ADC/AFIS yang berada di daerah.
Jenis dan Sistem Hubungan :
Ø Dari jenisnya hubungan AFS ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
· Printed Communication
· Speech (Voice) Communication
· Sistem hubungan yang digunakan berupa radio teletype (RTT) atau Telephony (RTF)
b). Komunikasi Radio Penerbangan Dinas Bergerak, Aeronautikal Mobile Service (AMS)
a. AMS adalah
Hubungan radio timbal balik pusat-pusat pengawasan Lalu Lintas Udara atau Unit-unit
keselamatan penerbangan.
b. Penyediaan fasilitas AMS bertujuan
melayani kepentingan Lalu lintas Udara,karena itu perencanaan dan implementasinya
disesuaikan dengan sistem dan pola pengendalian operasi LLU dengan rekomendasi dan
standar ICAO serta persetujuan-persetujuan secara regional
c. Media/Sistem hubungan
1. Ada 2 macam media yang dipergunakan untuk penyediaan fasilitas AMS ini :
§ Saluran Radio Frequensi sangat tinggi VHF antara 118-135 MHz
§ Saluran Radio gelombang pendek HF antara 2-22 MHz
2. Dibandingkan dengan VHF, gelombang pendek HF lebih baik kwalitasnya,dari gangguan
Statistik dan tidak dipengaruhi cuaca, namun jarak jangkauan lebih pendek.
3. Sistem hubungan yang digunakan adalah “Radio Telephone”
d. Peralatan
Jenis peralatan utama yang digunakan untuk keperluan ACC/APP/ADC/ATIS adalah :
§ Pemancar VHF
§ Penerima VHF
§ Operator Control Console/Desk
§ Alat perekam(Tape Rekorder)
Komunikasi AMS yang diselenggarakan oleh FIS, FSS disarankan untuk melayani suatu
daerah tertentu :
1. MWARA (Main World Ar Route Area),untuk pelayanan penerbangan International.
2. RDARA (Regionaleand Domestic Ar Route Area),untuk pelayanan penerbangan domestic.
d. Air Traffic Serfice
1. Pengertian
Untuk keselamatan penerbangan sesuai dengan persetujuan secara Internasional dan
Regional,Operasional pesawat terbang perlu diatur dan dikontrol oleh suatu unit kerja yaitu
Air Traffic Service yang ditetapkan pada Area tertentu.
2. Tujuan/Sasaran
Tujuan ATS adalah:
1. Mencegah terjadinya tabrakan antara pesawat terbang.
2. Mempercepat dan menjaga alur Lalu lintas penerbangan yang telah dipesan.
3. Memberikan saran dan Informasi yang berguna demi kelancaran dan keselamatan
penerbangan.
4. Mencatat dan memberikan serta membantu kepada satuan SAR apabila ada pesawat
terbang yang membutuhkan SAR.
3. Pembagian pelayanan Air Traffic
Agar tercapai sasaran atau tujuan pelayanan Air Traffic dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Area Control Service
b. Approach Control Service
c. Aerodrome Control Service
d. The Flight Information Service
e. The Allerting Service
4. Hal-hal yang perlu di Informasikan sebagai pelayanan dan pengaturan penerbangan adalah
:
1. Jenis dari penerbangan
2. Kepadatan penerbangan
3. Kondisi cuaca
4. Hal-hal lain yang berkaitan dengan penerbangan yang relevan
C. Pelayanan Bandar Udara dalam keadaan Darurat (Emergency and other services)
Rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat. (Aerodrome Emergency Planning).
Rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat adalah proses persiapan untuk mengatasi
Bandar Udara dalam keadaan darurat yang terjadi disekitar Bandar Udara.
Dalam persiapan Bandar Udara dalam keadaan darurat menurut kenyataan yang ada harus
dapat dikurangi dan menarik perhatian, terutama dalam menjaga kondisi yang tetap aman dan
lancar serta memelihara operasi pesawat terbang, operasi dari pada penerbangan itu sendiri.
Prosedure untuk mengadakan koordinasi pada saat Bandar Udara dalam keadaan darurat ialah
:
Ø Perlu adanya koordinasi dengan wakil-wakil perusahaan dan pelayanan lainnya di Bandar
Udara.
Ø Mengadakan hubungan secara langsung dengan wakil perusahaan yang terdapat disekitar
Bandar Udara serta menunjuk salah satu untuk menjadi sebagai perwakilan koordinasi.
Ø Memiliki buku petunjuk untuk menetapkan rencana Bandar Udara dalam keadaan darurat
sesuai dengan “Airport Services Manuals” Part 7
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat harus ditetapkan sama dan seimbang antara
operasi pesawat terbang dengan aktivitas kegiatan di Bandar Udara tetap dalam kondisi aman
dan terkendali.
Bandar Udara pada saat dalam keadaan darurat diharuskan mengambil langkah-langkah dan
berkoordinasi tentang kejadian di sekitar Bandar Udara dengan instansi terkait.
Beberapa contoh kejadian Bandar Udara dalam keadaan darurat a.I :
1. Keadaan darurat pesawat terbang.
2. Sabotase, termasuk adanya ancaman bomb.
3. Terjadinya adanya ancaman barang-barang yang berbahaya.
4. Kebakaran dan bencana alam.
Koordinasi dan partisipasi yang harus dilakukan terhadap instansi terkait yang ada di Bandar
Udara maupun instansi terkait diluar Bandar Udara pada saat Bandar Udara dalam keadaan
darurat adalah sebagai berikut :
“on the Aerodrome”
ü Air traffic control unit
ü Rescue fire fighting services
ü Aerodrome administration
ü Medical and ambulance services
ü Security services
ü Polices
http://rahmattandi.blogspot.co.id/2010/02/bagian-bagian-aerodromeinstrumentbandar.html