28
Airport Classification
ICAO AERODROME ANNEX
14
Code Element I Code Element II
Code Number ARFL (m) Code Letter Wing Span (m) OMGWS (m)
1 < 800 A < 15 < 4.5
2 800 - < 1200 B 15 - < 24 4.5 - < 6
3 1200 - < 1800 C 24 - < 36 6-<9
4 > 1800 D 36 - < 52 9 - < 14
E 52 - < 65 9 - < 14
be
dR aR eR bR cR
Add : Payload and Range
Titik A : menunjukkan jarak tempuh terjauh aR, yang bisa
dicapai pesawat dengan maksimum struktural payload ae.
CWY
TODA
Jenis Runway
Runway dilengkapi dengan SWY, dan ASDA meliputi
panjang panjang SWY
SWY
LDA
TORA = TODA =
ASDA
Jenis Runway
Runway dengan fasilitas lengkap dan telah pula
mengalami displaced threshold
SWY CWY
LDA
TORA
ASDA
TODA
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi suatu bandara
:
Perspektif
Potongan Memanjang dan Melintang Batas Ketinggian dan Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)Bandara Radin Inten II
Single runway Dual-lane runway
L/ L/ L L
T.O T.O
T. T.
O O
T. T.
Parallel runway O O
L L
L/ L/
T.O T.O
Intersection runway
L/ L/
T.O T.O
Open-V runway
Bentuk hubung antara terminal dan runway yang diinginkan oleh
suatu bandara seharusnya memiliki karakteristik sebagai
berikut :
Operasional pendaratan, taxiiing dan lepas landas tidak diganggu oleh operasional
lainnya
Jarak taxiway terpendek merupakan yang diinginkan
Panjang runway aman sangat diperlukan pada saat pengoperasian
Pendekatan yang aman saat mendarat
Pandangan bebas control tower yang memuaskan
Areal apron yang cukup luas
Areal penambahan gedung terminal
Kebutuhan lahan untuk areal pengembangan
Biaya konstruksi yang cukup ekonomis
Single runways
L/T.O L/
T.O
L/ L/
T.O T.O
Two parallel runways-staggered threshold
L T.
O
T. L
O
Open-V runways
L T.
O
T. L
O
Three runways
L T.
O
T.
O L
Four paralleel
runways
L/ L/
T.O T.O
ICAO design standards dalam melakukan perancangan suatu
bandara mengacu pada “Aerodromes Annex 14,Volume I :
Aerodrome Design and Operations”.
FAA dalam melakukan perancangan suatu bandara mengacu
pada “Airport Design Standards Transport Airports, AC 1983 :
Airport Geometry”.
1. Runways
Panjang runways ditentukan berdasar pada panjang referensi atau disebut
dengan Aerodrome Reference Field Length (ARFL).
Penentuan panjang runway ini ditentukan pula oleh beberapa faktor seperti :
Kedudukan airport dari muka laut
Temperature airport (standard 15oC)
Beda tinggi arah memanjang runway
Tiupan an gin
Beban pesawat
Tidak ada angin yang bertiup selama pendaratan ke tujuan
Temperatur standar rata-rata
Pengaruh Lingkungan Terhadap
Perencanaan Ranway
Temperature , pada temperature yang lebih tinggi dibutuhkan
landasan yang lebih panjang, sebab temperatur tinggi density
udara menjadi rendah. ICAO memberikan koreksi temperatur
sebesar 1 % ,
Ft = 1 + 0,01.(T-(15-0,0065.h) metric
Tr = Ta + 1/3. (Tm – Ta)
1:7
< k m h d
a rs
A o C go
Atas KEBIJAKSANAAN Menteri Perhubungan c.q. Direktur Jenderal Perhubungan Udara mengijinkan
pendaratan maupun lepas landas pesawat B 737/200-400 untuk domestic flight.
Secara teknis dan operasional pesawat yang parkir di Apron eksisting merupakan
obstacle/penghalang
bagi pesawat yang akan mendarat maupun lepas landas sehingga lebar runway strip saat ini < 300 m.
1:7
KONDISI EKSISTING
Jarak antar pesawat merupakan salah satu faktor penentu utama dimensi
apron. Hal ini terkait erat dengan hal berikut :
1) Ukuran pesawat dan jari-jari belok minimum
2) Konsep pergerakan keluar masuk pesawat ke apron : by engine or toward tractor
3) Konfigurasi parkir pesawat di apron
1) Nose-in
2) Angle Nose-in
3) Nose-out
4) Angle Nose-out
5) Parallel
1) Nose- 1) Nose- 1)
IN OUT Parallel
Satellite System
Pada sistem ini pesawat parkir dalam kelompok kecil, dimana kelompok tersebut
dihubungkan juga melalui suatu jalur yang tertutup atau ditempatkan dibawah
areal apron.
KONSEPPENANGANAN PENUMPANG …
1
Gate Arrival
Merupakan konsep paling sederhana dan cukup ekonims, tetapi hanya dapat
diterapkan
untuk bandara-bandara kecil. Terminal di bangun sangat dekat dengan apron
atau parkir pesawat agar jarak tempuh penumpang menjadi sangat pendek.
Pier Finger
Merupakan konsep penanganan terpusat. Proses penumpang dan bagasi
dilakukan di
bangunan terminal, untuk hal tersebut pesawat harus parkir dekat sekali
dengan terminal penumpang.
Pier Satellite
Merupakan konsep penanganan dengan menempatkan suatu bangunan kecil di
apron
yang dihubungkan. Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep Pier
Finger.
Konsep ini cukup mengunungkan karena proses tiket, bagasi dan lainnya
terlah dilakukan di bangunan terminal.
Remote Satellite
Merupakan konsep penanganan dengan memanfaatkan suatu bangunan
pelengkap
(satellite) untuk proses tunggu penumpang. Dimana satellite tersebut
dapat dihubungkan melalui suatu koridor atau underground tunnel.
Mobile conveyence
Konsep ini merupakan suatu konsep yang banyak digunakan di beberapa
bandara di
Indonesia. Proses tiket, check in dan bagasi dilakukan di bangunan
terminal, kemudian
penumpang akan diantar dengan kendaraan pengangkut (mobile conveyence) menuju
pesawat.