Anda di halaman 1dari 7

DESAIN PANJANG RUNWAY

Dosen pengampu :
Derry W NST,ST.MT.

OLEH:

NAMA : ANDRE GUNAWAN HUTAURUK

NIM : 200404148

MATA KULIAH LAPANGAN TERBANG

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN AJARAN 2022/2023


1. Pengertian Runway
Landas pacu adalah sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat terbang untuk lepas
landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam bahasa Inggris disebut runway.
Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspa “hotmix” dengan identifikasi angka derajat dan
arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis yang mirip dengan “zebra cross” pada ujung
ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang
menunjukkan saat saat pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat)
serta take off (melandas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang digunakan
untuk tuch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal untuk menghindari melelehnya
aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang
menggunakan mekanisme afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran
buang) mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral
seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis
tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah
tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning terutama saat

mendarat yang sangat membahayakan. Landasan pacu merupakan tempat peralihan gerakan

pesawat dari darat ke udara atau sebaliknya.Pada landasan pacu terjadi proses pendaratan dan lepas
landas. Konstruksi perkerasan lentur terdiri darilapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar
yang telah dipadatkan. Lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
1. Panjang Runway
Karakteristik pesawat terbang merupakan aspek yang signifikan dalam menentukan perencanaan
runway. Klasifikasi dan spesifikasi akan menentukan panjang runway. Bagi pesawat besar yang
sangat menentukan kebutuhan panjang landasan pacu adalah jarak yang akan ditempuh sehingga
menentukan berat lepas landas (Take Off Weight). Jadi jika banyak anggapan bahwa makin besar
pesawat terbang, makin panjang landasan pacu tidaklah selalu benar. Karakteristik beberapa pesawat
terbang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Berat pesawat dan komponen-komponen berat adalah yang paling menentukan dalam menghitung
panjang landasan pacu dan kekuatan perkerasan.
a. Operating Weight Empty Adalah berat dasar pesawat, termasuk di dalamnya Crew dan peralatan
pesawat tetapi tidak termasuk bahan bakar dan penumpang/barang yang membayar.
b. Pay Load Adalah produksi muatan (barang/penumpang) yang membayar, diperhitungkan
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Termasuk di dalamnya penumpang, barangbarang, paket-
paket, dan Excess bagasi.
c. Zero Fuel Weight Adalah batasan berat, spesifik pada tiap jenis pesawat, di atas batasan berat itu
tambahan berat harus berupa bahan bakar, sehingga ketika pesawat sedang terbang tidak terjadi
momen lentur yang berlebihan pada sambungan.
d. Maximum Ramp Weight Berat maximum pesawat yang diizinkan untuk taxi. Pada saat pesawat
taxiing dari apron menuju ujung landasan pacu dia berjalan dengan kekuatannya sendiri, membakar
bahan bakar sehingga kehilangan berat.
e. Maximum Structural Landing Weight Adalah kemampuan structural pesawat pada waktu
mendarat. Main Gear (roda pendaratan) utama yang strukturnya direncanakan untuk menyerap gaya
yang lebih besar tentu harus dengan gear yang lebih kuat. Selama penerbangan pesawat akan
kehilangan berat dengan dibakarnya bahan bakar lebih-lebih untuk pesawat-pesawat yang baru
menerbangi rute jauh.
f. Maximum Structural Take Off Weight Adalah berat maximum pesawat termasuk crew, berat
pesawat kosong, bahan bakar, pay load yang diizinkan oleh pabrik, sehingga momen tekuk yang
terjadi pada badan pesawat, rata-rata dalam batas kemampuan material pembentuk pesawat.

3. Pengaruh Prestasi Pesawat terhadap Panjang Runway


Untuk menghitung panjang runway akibat pengaruh prestasi pesawat dipakai suatu peraturan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Amerika Serikat bekerja sama dengan Industri Pesawat Terbang yang
tertuang dalam Federal Aviation Regulation (FAR). Peraturan-peraturan ini menetapkan bobot kotor
pesawat terbang pada saat lepas landas dan mendarat dengan menentukan persyaratan prestasi yang
harus dipenuhi.
4. Tipe Mesin Pesawat dan Panjang Runway
Untuk pesawat terbang bermesin turbin dalam menentukan panjang runway harus
mempertimbangkan 3 keadaan umum agar pengoperasian pesawat aman. Ketiga keadaan tersebut
adalah:
a. Lepas landas normal Suatu keadaan dimana seluruh mesin dapat dipakai dan runway yang cukup
dibutuhkan untuk menampung variasi-variasi dalam teknik pengangkatan dan karakteristik khusus
dari pesawat terbang tersebut
b. Lepas landas dengan suatu kegagalan mesin
Merupakan keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk memungkinkan pesawat terbang
lepas landas walaupun kehilangan daya atau bahkan direm untuk berhenti.
c. Pendaratan
Merupakan suatu keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk memungkinkan variasi
normal dari teknik pendaratan, pendaratan yang melebihi jarak yang ditentukan (overshoots),
pendekatan yang kurang sempurna (poor aproaches) dan lain-lain.
 Panjang runway yang dibutuhkan diambil yang terpanjang dari ketiga analisa di atas.
Peraturan-peraturan yang berkenaan dengan pesawat terbang bermesin piston secara
prinsip mempertahankan kriteria diatas, tetapi kriteria yang pertama tidak digunakan.
 Peraturan khusus ini ditujukan pada manuver lepas landas normal setiap hari, karena
kegagalan mesin pada pesawat terbang yang digerakkan turbin lebih jarang terjadi.
 Dalam peraturan-peraturan baik untuk pesawat terbang bermesin piston maupun untuk
pesawat terbang yang digerakkan turbin, perkataan runway sama artinya dengan istilah
perkerasan dengan kekuatan penuh (full strength pavement = FS).

5. Pengaruh Kondisi Pesawat dengan Panjang Landasan


a. Keadaan pendaratan
peraturan menyebutkan bahwa jarak pendaratan (landing distance = LD) yang dibutuhkan oleh setiap
pesawat terbang yang menggunakan bandara, harus cukup untuk memungkinkan pesawat terbang
benar-benar berhenti pada jarak pemberhentian (stop distance = SD), yaitu 60% dari jarak
pendaratan, dengan menganggap bahwa penerbang membuat pendekatan pada kepesatan yang
semestinya dan melewati ambang runway pada ketinggian 50 ft.
b. Keadaan normal
semua mesin bekerja Tidak seluruh jarak ini harus dengan perkerasan kekuatan penuh (runway).
Bagian yang tidak diberi perkerasan dikenal dengan daerah bebas (clearway = CW).
Separuh dari selisih antara 115 % dari jarak untuk mencapai titik pengangkatan, jarak pengangkatan
(lift off distance = LOD) dan jarak lepas landas dapat digunakan sebagai daerah bebas (clearway).
Bagian selebihnya dari jarak lepas landas harus berupa perkerasan kekuatan penuh (runway) dan
dinyatakan sebagai pacuan lepas landas (take off run = TOR).
c.Keadaan dengan kegagalan mesin
peraturan menetapkan bahwa jarak lepas landas yang dibutuhkan adalah jarak sebenarnya untuk
mencapai ketinggian 35 ft (D35) tanpa digunakan persentase, seperti pada keadaan lepas landas
dengan seluruh mesin bekerja. Keadaan ini memerlukan jarak yang cukup untuk menghentikan
pesawat terbang dan bukan untuk melanjutkan gerakan lepas landas. Jarak ini disebut jarak
percepatan berhenti (accelerate stop distance = ASD). Untuk pesawat terbang yang digerakkan turbin
karena jarang mengalami lepas landas yang gagal maka peraturan mengizinkan penggunaan
perkerasan dengan kekuatan yang lebih kecil, dikenal dengan daerah henti (stopway = SW), untuk
bagian jarak percepatan berhenti diluar pacuan lepas landas (take off run).
Panjang lapangan (field length = FL) yang dibutuhkan pada umumnya terdiri dari 3 bagian yaitu
perkerasan kekuatan penuh (full strength pavement = FS = runway), perkerasan dengan kekuatan
parsial atau daerah henti (stopway = SW) dan daerah bebas (clearway = CW).
Untuk peraturan-peraturan diatas dalam setiap keadaan diringkas dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
Keadaan lepas landas normal: FL = FS + CW
Dimana :
CW = 0.50 [TOD – 1.15 (LOD)] ;TOD = 1.15 (D35) ; FS = TOR ;TOR = TOD – CW
Keterangan:
FL : Panjang lapangan (Field Length), m
FS : Panjang perkerasan kekuatan penuh (Full Strength), m
CW : Daerah bebas (Clearway), m
TOD : Jarak lepas landas (Take Off Distance), m
LOD : Jarak pengangkatan (Lift Off Distance), m
D35 : Jarak pada ketinggian 35 ft, m
TOR : Jarak pacuan lepas landas (Take Off Run), m
Keadaan pendaratan: FS = LD
Dimana :
LD = SD/0,6
Keterangan:
ASD : Jarak percepatan berhenti(Accelerate Stop Distance), m LD : Jarak pendaratan (Landing
Distance), m SD : Jarak pemberhentian (Stop Distance), m
Keadaan lepas landas dengan kegagalan mesin: FL = FS + CW
Dimana :
CW = 0.50 (TOD – LOD)
TOD = D35
FS = TOR
TOR = TOD – CW
Keadaan lepas landas yang gagal (ditunda): FL = FS + SW
Dimana :
FL = ASD
ASD : Jarak percepatan berhenti (Accelerate Stop Distance), m

6. Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan

Catatan:
a. 60 m bila landasan berinstrumen 30 m bila landasan tidak berinstrumen
b. kemiringan transversal pada tiap bagian dari strip di luar diratakan kemiringannya tidak boleh lebih
dari 5 %
c. untuk membuat saluran air kemiringan 3m pertama arah ke luar landasan, bahu landasan, stopway
harus sebesar 5 %
7. Referensi
http://e-journal.uajy.ac.id/13554/4/TS146253.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10783/g.%20BAB%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
https://issuu.com/z1606a/docs/1235307728buku

Anda mungkin juga menyukai