Anda di halaman 1dari 90

KONFIGURASI

RUNWAY
C

(LANDASAN PACU)
KUALA LUMPUR INTERNATIONAL AIRPORT SEPANG MALAYSIA
Bandar Udara Internasional Chek Lap Kok - Hong Kong
Bandar Udara Internasional Kai Tak - Hong Kong
Bandar udara di Kepulauan Maldive
Bandar Udara Internasional Sao
Paulo, Brazil
Desain landasan pacu
•Landasan pacu (runway) adalah bagian dari
fasilitas utama pada lapangan terbang yang
digunakan untuk proses operasional pesawat
terbang untuk lepas landas (take-off) dan
pendaratan (landing).
Konfigurasi Runway
Konfigurasi bandar udara adalah implementasi
dari pengaturan dan penempatan letak
landasan pacu dan landasan penghubung
seefisien mungkin terhadap posisi gedung
terminal yg didasarkan atas desain geometris
landasan pacu dan landasan penghubung serta
analisis angin (wind analysis)
DESAIN LANDASAN PACU

Komponen-komponen pada landasan pacu yang


diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan proses
operasional pesawat terbang secara aman adalah :
• 1. Take off Distance (TOD) merupakan jarak yang direncanakan bagi
pesawat terbang untuk melakukan lepas landas secara normal. Ukuran
panjang take off distance adalah 115% dari jalur landasan pacu
dengan perincian 100% yaitu panjang jalur landasan pacu itu sendiri
dan 15% berupa jarak tambahan yang direncanakan untuk mengatasi
kemungkinan overshoot take-off dari pesawat terbang.
• 2. Landing Distance (LD) merupakan jarak yang diperlukan
pesawat terbang untuk melakukan pendaratan secara
sempurna dengan ‘fine approach landing’ yakni sepanjang
100% dari landasan pacu.

3. Stop Distance (SD) merupakan jarak yang direncanakan


bagi pesawat terbang untuk berhenti setelah melakukan
pendaratan secara normal pada jalur landasan pacu. Ukuran
panjang stop distance adalah 60% dari jarak pendaratan
(landing distance / LD) dan stop distance direncanakan
menggunakan perkerasan dengan kekuatan penuh (full-
strength hardening pavement).
4. Clearway (CW) merupakan daerah bebas yang terletak di ujung jalur
landasan pacu dan simetris terhadap perpanjangan garis tengah
(centerline) jalur landasan pacu dan tidak boleh terdapat benda-
benda yang menyilang kecuali penempatan lampu-lampu dari
landasan pacu pada sepanjang sisi samping landasan pacu. Clearway
ini berfungsi sebagai daerah aman yang diperlukan bagi pesawat
terbang untuk kondisi : overshoot take-off, dan overshoot landing.

5. Stopway (SW) merupakan daerah yang terletak di luar jalur landasan


pacu termasuk pada bagian dari clearway dan simetris terhadap
perpanjangan garis tengah (centerline) jalur landasan pacu. Stopway ini
berfungsi sebagai jalur landasan untuk memperlambat laju pesawat
terbang jika terjadi kegagalan dalam lepas landas (take-off failure) dan
untuk pendaratan darurat (emergency landing).
6. Take-Off Run (TOR) merupakan jarak yang diperlukan
oleh pesawat terbang untuk melakukan lepas landas
secara normal maupun dengan kemungkinan kegagalan
mesin. Ukuran panjang take-off run ini adalah sepanjang
jalur landasan pacu. Take-Off Run direncanakan
menggunakan perkerasan dengan kekuatan penuh
(fullstrength hardening pavement).

7. Lift-Off Distance (LOD) merupakan jarak yang diperlukan


oleh pesawat terbang dengan karakteristik tertentu untuk
melakukan pengangkatan setelah kecepatan pesawat
terbang terpenuhi dari titik awal pergerakan
8. Blast Pad adalah untuk mehan erosi pada bagian permukaan
yang terletak di ujung runway akibat hembusan pesawat. Oleh
karena itu dapat diperkeras atau ditanami rerumputan. Panjang
Blast Pad sekitar 200 ft (60 m); bila melayani pesawat berbadan
lebar dapat mencapai 400 ft (120 m). Lebar bantal hembusan
harus mencakup baik lebar runway maupun bahu landasan
(Horonjeff,1994)
Komponen-komponen pada landasan pacu
Panjang dasar landasan suatu pesawat
ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini
:
• 1. Pendaratan Normal (normal landing case),
• 2. Lepas Landas Normal (normal take-off case),
• 3. Lepas Landasr dengan Gangguan Mesin (Engine
Failure take-off case).
a. Pendaratan Normal (Normal Landing Case)
Untuk kasus ini, regulasi menjelaskan bahwa jarak pendaratan (landing distance) yang
diperlukan oleh suatu pesawat harus cukup jauh, sehingga pesawat dapat berhenti
sejauh 60 % dari LD, dengan ketinggian pendaratan dilakukan oleh pilot pada 50 ft (15
m) di atas threshold (ujung landasan) sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 4.1(a)
dan Gambar 4.2. Pada kondisi tertentu, apabila ketinggian pesawat di atas threshold
50 ft maka disebut sebagai overshoot, sedangkan jika ketinggian di bawah 50 ft,
disebut sebagai poor approach.
Sketsa Kondisi Pendaratan Normal
Kondisi Lepas Landas Normal (Normal Take-off Case)

Regulasi untuk lepas landas normal menyebutkan bahwa jarak lepas landas memerlukan sebuah
clearway (area/jalur kosong), yaitu suatu area yang bebas dari halangan yang terletak di
belakang landas pacu dengan alinemen dan center line yang sama dengan landasan. Jarak
lepas landas sendiri adalah sejauh 115 % jarak untuk mencapai ketinggian 35 ft (10,5 m) sebelum
ujung landasan.
Kondisi Lepas Landas dengan Gangguan Mesin (Engine Failure
Take-off Case)

Apabila, dalam kondisi mesin rusak, namun pesawat telah mencapai kecepatan di atas
kecepatan take-off, maka pesawat diharuskan untuk tetap tinggal landas, selanjutnya
melakukan maneuver untuk kembali lagi ke landas pacu guna melakukan pendaratan.
The decision speed (V1) : Kecepatan penentu pada saat pesawat mengalami
kerusakan mesin yang ditentukan oleh pembuat pesawat dan pada kecepatan
ini digunakan sebagai kecepatan kritis atau critical engine failure speed. Apabila
kerusakan pesawat terjadi sebelum kecepatan ini (V1), maka pilot dapat
menghentikan pesawatnya, namun apabila kerusakan terjadi setelah kecepatan
penentu tersebut, maka pesawat diharuskan tetap melanjutkan tinggal landas.

The initial climb out speed (V2) : Kecepatan minimum yang harus dilampaui
pesawat (pilot) yang mana pesawat bisa/diijinkan untuk terbang setelah
mencapai ketinggian 35 ft (10,5 m) di atas permukaan landas pacu. Kecepatan
ini lebih tinggi atau hampir sama dibandingkan dengan V1.

The rotation speed (Vr) : Kecepatan yang harus ditempuh oleh pesawat, pada
saat pilot mulai mengangkat roda depan (nose gear) pesawat.

The lift-off speed (Vlof) : Kecepatan dimana pesawat mulai tinggal landas.
DESAIN LANDASAN PACU

Perencanaan jalur landasan pacu dan komponen-komponennya harus dipertimbangkan terhadap


keadaan dari pesawat terbang sebagai berikut :

a. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi


normal :
• Untuk operasional lepas landas (take-off):
• - Take-Off Distance Available / Take-Off Distance (TODA/
TOD) = 1,15 x panjang landasan pacu dasar rencana (basic
length of runway design) dari pesawat terbang rencana
• - Take-Off Run Available / Take-Off Run (TORA/ TOR) =
panjang landasan pacu dasar rencana (basic length of runway design)
• - Lift-Off Distance Available / Lift-Off Distance (LODA/ LOD) =
0,55 x Take-Off Distance
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang
normal (lepas landas)
Untuk operasional pendaratan (landing):
- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
- Clearway (CW) = 0,5 .(TOD – LOD)
- Stopway = 0,05 x LD
Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan
penuh (full strength hardening) yang dibutuhkan adalah :
Field Length (FL) = Take-Off Run (dengan Full Strength
Hardening) + Clearway
= Take-Off Run + ( 0,5 .(TOD – LOD))
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional
pesawat terbang normal (pendaratan)
b. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi
overshoot take-off :
- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Lift-Off Distance (LOD) = 0,75 x TOD
- Clearway (CW) = 0,5 .(TOD – LOD)
- Stopway (SW) = 0,05 x LD
c. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi
kegagalan mesin :
- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Stop Distance (SD) = 0,6 x Landing Distance
- Clearway (CW) = 0,15 x Landing Distance
- Stopway (SW) = 0,05 x Landing Distance
- Untuk kondisi kegagalan mesin panjang jalur landasan
pacu yang dibutuhkan :
Accelerate-Stop Distance (ASD) = Field Length
Field Length (FL) = Take-off Run + Stopway
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang
dengan kondisi kegagalan mesin (lepas landas)
d. pesawat terbang melakukan pendaratan
(landing) dengan kondisi ‘poor-approaches
landing’ :
- Landing Distance (LD) = Take-Off Distance
- Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
- Clearway (CW) = 0,15 x LD
- Stopway (SW) = 0,05 x LD
Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang
dengan kondisi ‘poor approaches landing’
Contoh Soal :
Direncanakan suatu jalur landasan pacu melayani pesawat
terbang B 747-300, tentukan kebutuhan untuk take-off
distance available (TODA/TOD), lift-off distance available
(LODA/LD), field length (FL), landing distance (LD), stop
distance (SD), clearway (CW) dan stopway (SW) dengan
kondisi :
a. operasional pesawat terbang normal
b. poor-approaches landing
c. overshoot take-off
d. kegagalan mesin pada pesawat terbang sehingga harus
melakukan ‘emergency landing’
Jawab :
Untuk pesawat terbang rencana B-747-300, panjang landasan pacu
rencana dasar (basic length runway) adalah 3506,50 m
Maka untuk kondisi :
a. operasional pesawat terbang normal :
Untuk operasional lepas landas :
Take-off Distance = 1,15 x panjang landasan pacu rencana
B-747-300
= 1,15 x 3.506,50 m
= 4.032,475 m
= 4.032,475 x 3,281 ft
= 13.230,55 ft
Take-off Run = panjang landasan pacu
rencana
= 3.506,50 m
= 3.506,50 x 3,281 ft
= 11.504,83 ft
Lift-off Distance = 0,55 x Take-off Distance
LOD = 0,55 x 4.032,475 m
= 2.217,86 m
= 2.217,86 x 3,281 ft
= 7.276,80 ft
Untuk operasional pendaratan (landing) :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4.032,475 m
= 13.230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4.032,475 m
= 2.419,485 m
= 2.419,485 x 3,281 ft
= 7.938,33 ft
Periksa !
LD = SD
0,6
= 2.419,485 m
0,6
= 4.032,475 m -------- ( ok!)
Clearway (CW) = ( 0,5 .(TOD – LOD))
= (0,5 .(4.032,475 m – 2.217,86 m))
= 907,30 m
= 907,30 x 3,281 ft
= 2.976,876 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4.032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
Panjang total dari jalur landasan pacu dengan
perkerasan penuh
(full strength hardening) yang dibutuhkan adalah :
Field Length (FL) = Take-off Run + (0,5 .(TOD –
LOD))
= 3.506,50 m + (0,5 .(4032,475 m – 2.217,86 m))
= 3506,50 m + 907,30 m
= 4413,80 m
= 4413,80 x 3,281 ft
= 14481,67 ft
b. Poor-approaches landing :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4032,475 m
= 2419,485 m
= 2419,485 x 3,281 ft
= 7938,33 ft
Clearway (CW) = 0,15 x LD
= 0,15 x 4032,475 m
= 604,87 m
= 604,87 x 3,281 ft
= 1984,58 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
c. overshoot take-off :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft
Lift-off Distance = 0,75 x Take-
off Distance
LOD = 0,75 x 4032,475 m
= 3024,356 m
= 3024,356 x 3,281 ft
= 9922,91 ft
Clearway (CW) = 0,5 .(TOD – LOD)
= 0,5 .(4032,475 m – 3024,356 m)
= 504,059 m
= 504,509 x 3,281 ft
= 1653,82 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
d. pesawat terbang lepas landas dengan kondisi
kegagalan mesin, sehingga harus melakukan
emergency landing :
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,475 m
= 13230,55 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4032,475 m
= 2419,485 m
= 2419,485 x 3,281 ft
= 7938,33 ft
Clearway (CW) = 0,15 x LD
= 0,15 x 4032,475 m
= 604,87 m
= 604,87 x 3,281 ft
= 1984,58 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,475 m
= 201,624 m
= 201,624 x 3,281 ft
= 661,53 ft
Untuk kondisi kegagalan mesin pada pesawat terbang,
panjang jalur landasan pacu yang dibutuhkan adalah :
Field Length (FL) = Take-off Run + Stopway
= 3506,50 m + 201,624 m
= 3708,124 m
= 3708,124 x 3,281 ft
= 12166,35 ft
Maka Accelerate-Stop Distance = Field Length
= 3708,124 m
= 12166,35 ft
Panjang landasan pacu yang dibutuhkan untuk kondisi
kegagalan mesin < panjang landasan pacu untuk kondisi
operasional pesawat terbang normal, maka yang memenuhi
untuk digunakan dalam perencanaan adalah panjang
landasan pacu untuk kondisi operasional pesawat terbang
normal yaitu 4313 m atau 14150,953 ft
Konfigurasi bandar udara adalah implementasi
dari pengaturan dan penempatan letak landasan
pacu dan landasan penghubung seefisien
mungkin terhadap posisi gedung terminal yang
didasarkan atas desain geometris landasan pacu
dan landasan penghubung serta analisis angin
(wind analysis)
Beberapa bentuk dari konfigurasi
dasar runway (horonjeff,1994)
sebagai berikut:

• Runway tunggal
• Runway Sejajar
• Runway Dua Jalur
• Runway Bersilangan
• Runway V Terbuka
• Lay-out landasan pacu tunggal (single runway)
CONTOH LANDASAN PACU TUNGGAL (SINGLE RUNWAY)
Lay-out landasan pacu sejajar ambang rata (parallel runway)
CONTOH LANDASAN PACU SEJAJAR AMBANG RATA (PARALLEL RUNWAY)
Lay-out landasan pacu sejajar ambang tidak rata (staggered parallel runway)
CONTOH LANDASAN PACU SEJAJAR AMBANG TIDAK RATA (STAGGERED PARALLEL RUNWAY)
Lay-out landasan pacu bersilang (intersecting runway)
CONTOH LANDASAN PACU BERSILANG (INTERSECTING RUNWAY)
Lay-out landasan pacu V – tertutup (V - closed runway)
CONTOH LANDASAN PACU V – TERTUTUP (V - CLOSED RUNWAY)
Lay-out landasan pacu sejajar ambang rata – ganda (double-parallel runway)
CONTOH LANDASAN PACU SEJAJAR AMBANG RATA – GANDA (DOUBLE-PARALLEL RUNWAY)
PERENCANAAN GEOMETRIK LANDASAN PACU DAN
LANDASAN PENGHUBUNG

• Klasifikasi Pesawat Terbang Rencana


Klasifikasi Pesawat Terbang Rencana (Airplane Design Group)
dipakai sebagai acuan dalam merencanakan landasan pacu
(runway) dan Landasan penghubung (taxiway) secara
geometrik. Klasifikasi ini didasarkan atas karakteristik pesawat
terbang, yakni pada dimensi panjang sayap (wing span), dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel Klasifikasi Pesawat Terbang
Rencana
Klasifikasi pesawat terbang untuk perencangan
geometrik lapangan terbang_klasifikasi FAA
Klasifikasi ICAO
Klasifikasi berdasarkan kecepatan menurut atc
Bagian-bagian pendukung dari landasan pacu terdiri dari :

1. Perkerasan struktur (structural pavement) berupa perkerasan lentur


(flexible pavement) dengan tipe perkerasan kekuatan penuh (full
strength hardening)
yang berfungsi untuk mendukung operasional pesawat terbang
(kemampuan manuver, kendali dan stabilitas pergerakan)

2. Bahu landasan pacu (runway shoulder) adalah bagian yang


berdekatan dengan landasan pacu dan merupakan perpanjangan arah
melintang dari perkerasan struktur landasan pacu yang berfungsi untuk
menempatkan instrumen navigasi, pelampuan landasan pacu dan
peralatan pendukung operasional penerbangan.
3. Daerah aman landasan pacu (runway safety area) adalah daerah
bebas halangan dan gangguan di sekitar landasan pacu yang
difungsikan secara darurat untuk mengatasi kemungkinan kondisi
pesawat terbang yang keluar (slip-off) dari landasan pacu karena
berbagai sebab (permasalahan mesin, roda pesawat terbang selip,
dsb). Menurut FAA (Federal Aviation Adminstration) ukuran daerah
aman landasan pacu untuk pesawat terbang rencana kategori
transport, panjang harus lebih besar dari 270 ft (90 m) dan lebar
minimum 500 ft (152,4 m) dari setiap ujung landasan pacu.
4. Pelindung semburan (blast pad) adalah suatu bagian yang
dirancang untuk mencegah erosi permukaan yang berdekatan
dengan ujung-ujung landasan pacu yang menerima semburan
jet secara terus menerus atau yang berulang dari pesawat
terbang yang akan melakukan lepas landas. Dimensi atau
ukuran blast pad ini tergantung pada rekomendasi FAA atau
ICAO terhadap jenis pesawat terbang rencana yang dilayani
oleh bandar udara.
Gambar bagian-bagian pada
landasan pacu
Contoh soal perencanaan geometris landasan pacu

Dalam merencanakan ukuran panjang dan lebar landasan pacu


dapat dijelaskan melalui contoh soal berikut :

Suatu bandar udara direncanakan akan melayani pesawat terbang


B-737-200, tentukan dimensi/ ukuran dari landasan pacu (runway)
tersebut.
Jawab :
Diketahui : Pesawat Terbang rencana : B-737-200 Ukuran wing
span B-737-200 : 28,35 m (93,016 ft), maka Pesawat terbang
rencana B-737-200 termasuk dalam Airplane Design Group-III (Lihat
: Tabel Klasifikasi
Pesawat Terbang Rencana) Menurut Advisory Circular 150/5300-13
Airport Design and Engineering dari FAA tentang desain landasan
pacu
pada tabel berikut :
Tabel Ukuran Komponen pada Runway
sesuai dengan Airplane Design Group
Komponen pada Airplane Design Group
Runway I II III IV V
75 ft 100 ft 100 ft 100 ft 150 ft
Lebar Runway
23 m 30 m 30 m 30 m 45 ft
Lebar Bahu 10 ft 10 ft 10 ft 20 ft 25 ft
Runway 3m 3m 3m 6m 7,5 m
95 ft 120 ft 120 ft 140 ft 200 ft
Lebar Blast Pad
29 m 36 m 36 m 42 m 60 m
Panjang Blast 60 ft 100 ft 150 ft 200 ft 200 ft
Pad 18 m 30 m 30 m 60 m 60 m
Lebar Daerah 300 ft 300 ft 300 ft 400 ft 500 ft
Aman 90 m 90 m 90 m 120 m 150 m
Panjang Daerah 600 ft 600 ft 600 ft 800 ft 1000 ft
Aman 180 m 180 m 180 m 240 m 300 m
B-737-200 termasuk Airplane Design Group III (lihat tabel Klasifikasi
Pesawat Terbang Rencana) sehingga dari tabel Ukuran Komponen
pada Runway sesuai dengan Airplane Design Group diperoleh :
Lebar landasan pacu : 100 ft (30 m)
Lebar bahu landasan pacu : 10 ft (3 m)
Lebar Blast pad : 120 ft (36 m)
Panjang Blast Pad : 150 ft (45 m)
Lebar Daerah aman : 300 ft (90 m)
Panjang Daerah aman : 600 ft (180 m)
Desain panjang runway :
Untuk pesawat terbang rencana B-737-200, panjang landasan pacu rencana
dasar (basic length runway) adalah 2.286 m
Maka untuk kondisi :
a. operasional pesawat terbang normal :
Untuk operasional lepas landas :
Take-off Distance = 1,15 x panjang landasan pacu rencana B-737-200
= 1,15 x 2.286 m
= 2.628,90 m
= 2.628,90 x 3,281 ft
= 8.625,42 ft
Take-off Run = panjang landasan pacu rencana
= 2.286 m
= 2.286 x 3,281 ft
= 7.500,366 ft
Lift-off Distance = 0,55 x Take-off Distance
LOD = 0,55 x 2.628,90 m
= 1.445,895 m
= 1.445,895 x 3,281 ft
= 4.743,98 ft
Untuk operasional pendaratan (landing) :
Landing Distance (LD) = TOD
= 2.628,90 m
= 8.625,42 ft
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 2.628,90 m
= 1.577,34 m
= 1.577,34 x 3,281 ft
= 5.175,25 ft
Clearway (CW) = ( 0,5 .(TOD – LOD))
= ( 0,5 .(2.628,90 m – 1.445,895 m))
= 591,50 m
= 591,50 x 3,281 ft
= 1.940,72 ft
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 2.628,90 m
= 131,445 m
= 131,445 x 3,281 ft
= 431,27 ft
Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan penuh (full strength hardening)
yang dibutuhkan adalah :
Field Length (FL) = Take-off Run + (0,5 .(TOD –LOD))
= 2.286 m + (0,5 .(2.628,90 m – 1.445,895 m))
= 2.286 m + 591,50 m
= 2.877,50 m
= 2.877,50 x 3,281 ft
= 9.441,078 ft
Gambar Rencana :
DESAIN PANJANG LANDASAN PACU MENURUT ICAO
(INTERNATIONAL CIVIL AVIATION ORGANIZATION)

Menurut ICAO desain panjang landasan pacu dihitung dengan pertimbangan


terhadap faktor koreksi :
- Ketinggian / elevasi di atas muka air laut
- Perbedaan temperatur udara di atas 15° C
- Kemiringan arah memanjang (longitudinal gradient)
Penjelasan:
1. Desain panjang landasan pacu berdasarkan faktor koreksi elevasi
di atas muka air laut :
Semakin tinggi ketinggian, maka kepadatan / densitas udara menjadi
berkurang dan berpengaruh terhadap gaya angkat komponen pesawat
terbang, sehingga berdampak pada manuver pesawat terbang. Artinya
harus dilakukan perhitungan penambahan panjang landasan pacu.
Pertambahan landasan pacu dilakukan untuk setiap 300 m di atas
muka air laut rata-rata, yakni:
Panjang landasan pacu rencana = (panjang landasan pacu
dasar x 7%) + panjang landasan pacu dasar
2. Desain panjang landasan pacu berdasarkan faktor koreksi
perbedaan temperatur udara di atas 15° C :
Pertambahan landasan pacu dilakukan apabila terdapat perbedaan
temperatur udara di atas 15° C , yakni:
- Tentukan suhu h harian rata-rata pada bulan terpanas
dalam 1 tahun = T1°
- Tentukan suhu maksimum rata-rata harian pada bulan
yang sama = T2°, sehingga Panjang landasan pacu rencana =
((panjang landasan pacu dasar x 7%) + panjang landasan pacu
dasar) + (1/100 x T1 + (T2 – T1) - 15°C))
3. Desain panjang landasan pacu berdasarkan faktor koreksi
kemiringan arah memanjang (longitudinal gradient):
Gradien efektif landasan pacu =
elevasi tertinggi – elevasi terendah panjang landasan pacu dasar
sehingga :
Panjang landasan pacu rencana =
((panjang landasan pacu dasar x 7%) + panjang landasan
pacu dasar) + (1/100 x T1 + (T2 – T1) - 15°C)) / gradien efektif
landasan pacu
Tugas
•Suatu bandar udara direncanakan akan
melayani pesawat terbang B-747-400, Tentukan
dimensi/ukuran dari landasan pacu (runway)
tersebut.
Diktat Perkuliahan
• Wardhani Sartono, Dewanti, Taqia Rahman, 2016,
Bandara Udara, Gadjah Mada University Press
• Heru Basuki, 2014, Merancang, Merencana Lapangan
Terbang, PT Alumni, Bandung
• Airliners.net

Anda mungkin juga menyukai