Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Syukur
Alhamdulillah Penulis ucapkan dari lubuk hati Penulis kehadirat Allah yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat
serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Perencanaan Panjang dan Lebar Runway” ini
semoga dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Dan oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan dari
para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, supaya lebih baik untuk masa yang akan datang.
Dan terima kasih atas semua bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian kepada Allah kami bertaubat dan kepada manusia kami memohon
maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengaruh Kemampuan Pesawat Terhadap Panjang Landas
Pacu Dalam Perencanaan Geometrik .................................. 3
B. Perhitungan Panjang Runway Akibat Pengaruh Kondisi
Lokal Bandara ..................................................................... 9
C. Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan .. 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Landas pacu adalah sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat terbang
untuk lepas landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam
bahasa Inggris disebut runway. Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan
pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang mengarah ke
360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan
pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 9/27.
Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan
diidentifikasi dengan penambagan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right
(kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 2R/20L.
Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspa “hotmix” dengan
identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis
yang mirip dengan “zebra cross” pada ujung ujungnya yang semakin berkurang
jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat
pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta
take off (melandas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang
digunakan untuk tuch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal
untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan
mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme
afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang)
mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang
terbaik diguanakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago,
jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah
mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari
semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan
lapisan batu kali bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan
raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehinga
permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah

1
tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning
terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh kemampuan pesawat terhadap panjang landas
pacu dalam perencanaan geometric?
2. Bagaimanakah perhitungan panjang runway akibat pengaruh kondisi lokal
bandara?
3. Bagaimanakah panjang, lebar, kemiringan dan perataan strip pada
landasan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Kemampuan Pesawat Terhadap Panjang Landas Pacu


Dalam Perencanaan Geometrik
Beberapa definisi berkenaan dengan topik ini:
 Kecepatan awal mendaki - Initial Climb Out Speed (V2) : Kecepatan
minimum yang diperkenankan untuk mendaki sesudah mencapai
ketinggian 10,5 m (35 Ft)
 Kecepatan putusan – Decision Speed (V1) : Kecepatan yang ditentukan
dimana bila mesin mengalami kegagalan saat kecepatan V1 belum tercapai
pilot harus menghentikan pesawat, namun apabila sudah melewati V1
maka pesawat harus terus lepas landas dan tidak boleh mengurangi
kecepatan
 Kecepatan Rotasi - Rotation Speed (Vr) : Kecepatan pada saat pilot mulai
mengangkat hidung pesawat.
 Kecepatan Angkat – Lift Off Speed (V lot) : Kecepatan dari kemampuan
pesawat, di saat itu badan pesawat mulai terangkat dari landasan.
 Jarak Landasan Pacu – Take Off Distance : Jarak horizontal yang
diperlukan untuk lepas landas dengan mesin tidak berkerja tetapi pesawat
telah mencapai ketinggian 10,5 m
 Take off Run :
1. Jarak dari awal take off ke titik V lof + ½ kali jarak pesawat mencapai
ketinggian 10,5 m dari V lof, pada keadaan mesin tidak berkerja.
2. Jarak dari awal take off ke titik V lof dikalikan 115% + ½ kali jarak
pesawat mencapai ketinggian 10,5 m dari titik V lof x 115% tadi, pada
keadaan mesin pesawat berkerja.
Jarak terbesarnya merupakan take off run
Accelerate Stop Distance : Jarak yang digunakan untuk mencapai
kecepatan V1 + jarak untuk berhenti dari titik V1
lStop way : Perpanjangan landasan, digunakan untuk menahan pesawat
pada waktu gagal lepas landas.

3
Clearway : Area di luar akhir landasan lebarnya paling sedikit 500 feet.
As Clearway merupakan perpanjangan as landasan, panjangnya tidak
boleh melebihi ½ panjang take off run.

Untuk pesawat terbang bermesin turbin dalam menentukan panjang


runway harus mempertimbangkan tiga keadaan umum agar pengoperasian
pesawat aman. Ketiga keadaan tersebut adalah:
 Lepas landas normal
Suatu keadaan dimana seluruh mesin dapat dipakai dan runway yang
cukup dibutuhkan untuk menampung variasi-variasi dalam teknik
pengangkatan dan karakteristik khusus dari pesawat terbang tersebut.
 Lepas landas dengan suatu kegagalan mesin
Merupakan keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk
memungkinkan pesawat terbang lepas landas walaupun kehilangan daya
atau bahkan direm untuk berhenti.
 Pendaratan
Merupakan suatu keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk
memungkinkan variasi normal dari teknik pendaratan, pendaratan yang
melebihi jarak yang ditentukan (overshoots), pendekatan yang kurang
sempurna (poor aproaches) dan lain-lain. Panjang runway yang dibutuhkan
diambil yang terpanjang dari ketiga analisa di atas

a. Keadaan pendaratan
Peraturan menyebutkan bahwa jarak pendaratan (landing distance = LD)
yang dibutuhkan oleh setiap pesawat terbang yang menggunakan bandara, harus
cukup untuk memungkinkan pesawat terbang benar-benar berhenti pada jarak
pemberhentian (stop distance = SD), yaitu 60 persen dari jarak pendaratan,
dengan menganggap bahwa penerbang membuat pendekatan pada kepesatan yang
semestinya dan melewati ambang runway pada ketinggian 50 ft.

4
1. Keadaan Normal
Semua mesin bekerja memberikan definisi jarak lepas landas (take off
distance = TOD) yang untuk bobot pesawat terbang harus 115 persen dan jarak
sebenarnya yang ditempuh pesawat terbang untuk mencapai ketinggian 35 ft
(D35). Tidak seluruh jarak ini harus dengan perkerasan kekuatan penuh. Bagian
yang tidak diberi perkerasan dikenal dengan daerah bebas (clearway = CW).
Separuh dari selisih antara 115 persen dari jarak untuk mencapai titik
pengangkatan, jarak pengangkatan (lift off distance = LOD) dan jarak lepas landas
dapat digunakan sebagai daerah bebas (clearway). Bagian selebihnya dari jarak
lepas landas harus berupa perkerasan kekuatan penuh dan dinyatakan sebagai
pacuan lepas landas (take off run = TOR).

2. Keadaan dengan kegagalan mesin


peraturan menetapkan bahwa jarak lepas landas yang dibutuhkan adalah
jarak sebenarnya untuk mencapai ketinggian 35 ft (D35) tanpa digunakan
persentase, seperti pada keadaan lepas landas dengan seluruh mesin bekerja.
Keadaan ini memerlukan jarak yang cukup untuk menghentikan pesawat terbang
dan bukan untuk melanjutkan gerakan lepas landas. Jarak ini disebut jarak
percepatan berhenti (accelerate stop distance = ASD). Untuk pesawat terbang
yang digerakkan turbin karena jarang mengalami lepas landas yang gagal maka
peraturan mengizinkan penggunaan perkerasan dengan kekuatan yang lebih kecil,
dikenal dengan daerah henti (stopway = SW), untuk bagian jarak percepatan
berhenti diluar pacuan lepas landas (take off run).

5
Panjang lapangan (field length = FL) yang dibutuhkan pada umumnya
terdiri dari tiga bagian yaitu perkerasan kekuatan penuh (FS), perkerasan dengan
kekuatan parsial atau daerah henti (SW) dan daerah bebas (CW). Untuk peraturan-
peraturan diatas dalam setiap keadaan diringkas dalam bentuk persamaan –
persamaan berikut :
Keadaan lepas landas normal:

Keadaan lepas landas dengan kegagalan mesin dan pendaratan :

6
Untuk menentukan panjang lapangan yang dibutuhkan dan berbagai
komponennya yang terdiri dari perkerasan kekuatan penuh, daerah henti dan
daerah bebas, setiap persamaan diatas harus diselesaikan untuk rancangan kritis
pesawat terbang di bandara. Hal ini akan mendapatkan setiap nilai-nilai berikut:
1. FL = (TOD, ASD, LD)/ maks (1.5)
2. FS = (TOR, LD)/ maks (1.6)
3. SW = ASD – (TOR, LD)/ maks (1.7)
4. CW = (FL – ASD, CW)/ min (1.8)
Dimana nilai CW minimum yang diizinkan adalah 0. Apabila pada runway
dilakukan operasi pada kedua arah, seperti yang umum terjadi, komponen-
komponen panjang runway harus ada dalam setiap arah.

Table 1.2. Klasifikasi Airport, Disain GroupPesawat dan Jenis Pesawat

7
8
Sumber ; Manual of Standards Part 139—Aerodromes Chapter 2: Application of
Standards to Aerodromes, Civil Aviation Safety Authority, Australian
Government.

B. Perhitungan Panjang Runway Akibat Pengaruh Kondisi Lokal


Bandara.
Lingkungan bandara yang berpengaruh terhadap panjang runway adalah:
 Temperatur,
 angin permukaan (surface wind)
 Kemiringan runway (effective gradient)
 Elevasi runway dari permukaan laut (altitude)
 Kondisi permukaan runway.
 Sesuai dengan rekomendasi dari International Civil Aviation Organization
(ICAO) bahwa perhitungan panjang runway harus disesuaikan dengan
kondisi lokal lokasi bandara. Metoda ini dikenal dengan metoda Aeroplane
Reference Field Length (ARFL).
 Menurut ICAO, ARFL adalah runway minimum yang dibutuhkan untuk
lepas landas pada maximum sertificated take off weight, elevasi muka laut,
kondisi atmosfir standar, keadaan tanpa angin bertiup, runway tanpa
kemiringan (kemiringan = 0).
 Perencanaan persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi dengan
melakukan koreksi akibat pengaruh dari keadaan lokal

9
1. Koreksi elevasi
Menurut ICAO bahwa panjang runway bertambah sebesar 7% setiap
kenaikan 300 m (1000 ft) dihitung dari ketinggian di atas permukaan laut. Maka
rumusnya adalah:

Dengan Fe : faktor koreksi elevasi


h : elevasi di atas permukaan laut, m

2. Koreksi temperatur
 Pada temperatur yang tinggi dibutuhkan runway yang lebih panjang sebab
temperatur tinggi akan menyebabkan density udara yang rendah.
 Sebagai temperatur standar adalah 15 oC
 Menurut ICAO panjang runway harus dikoreksi terhadap temperatur
sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1 oC. Sedangkan untuk setiap kenaikan
1000 m dari permukaaan laut rata-rata temperatur turun 6.5 oC
Rumus :
Ft = 1 + 0.01 (T –(15 - 0.0065h)) (1.10)
Dengan
Ft : faktor koreksi temperatur
T : temperatur dibandara, oC

3. Koreksi kemiringan runway


Faktor koreksi kemiringan runway dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Fs = 1 + 0.1 S .................... (1.11)
Dengan Fs : faktor koreksi kemiringan
S : kemiringan runway, %

4. Koreksi angin permukaan (surface wind)


Panjang runway yang diperlukan lebih pendek bila bertiup angin haluan
(head wind) dan sebaliknya bila bertiup angin buritan (tail wind) maka runway
yang diperlukan lebih panjang. Angin haluan maksimum yang diizinkan bertiup

10
dengan kekuatan 10 knots, dan menurut Basuki (1990) kekuatan maksimum angin
buritan yang diperhitungkan adalah 5 knots. Tabel berikut memberikan perkiraan
pengaruh angin terhadap panjang runway.

Tabel 1. Pengaruh Angin Permukaan Terhadap Panjang Runway

Sumber: Basuki (1990) Untuk perencanaan bandara diinginkan tanpa tiupan angin
tetapi tiupan angin lemah masih baik

5. Kondisi permukaan runway


Untuk kondisi permukaan runway hal sangat dihindari adalah adanya
genangan tipis air (standing water) karena membahayakan operasi pesawat.
Genangan air mengakibatkan permukaan yang sangat licin bagi roda pesawat
yang membuat daya pengereman menjadi jelek dan yang paling berbahaya lagi
adalah terhadap kemampuan kecepatan pesawat untuk lepas landas. Menurut hasil
penelitian NASA dan FAA tinggi maksimum genangan air adalah 1.27 cm. Oleh
karena itu drainase bandara harus baik untuk membuang air permukaan secepat
mungkin.
Jadi panjang runway minimum dengan metoda ARFL dihitung dengan
persamaan berikut:
ARFL = (Lro x Ft x Fe x Fs) + Fw (1.12)
Dengan
 Lro : Panjang runway rencana, m
 Ft : faktor koreksi temperatur
 Fe : faktor koreksi elevasi
 Fs : faktor koreksi kemiringan
 Fw : faktor koreksi angin permukaan

11
Kontrol dengan ARC dapat dilakukan berdasarkan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Aerodrome Reference Code (ARC)

Sumber: Horonjeff (1994)

a. Lebar, Kemiringan dan Jarak Pandang Runway


Dari ketentuan pada Tabel 2 apabila dihubungkan dengan Tabel 3 berikut
maka dapat ditentukan lebar runway rencana minimum.
Tabel 3 Lebar Runway

a = lebar landasan presisi harus tidak kurang dari 30 m untuk kode angka 1 atau 2
catatan : apabila landasan dilengkapi dengan bahu landasan lebar total landasan
dan bahu landasannya paling kurang 60 m. (Sumber: Basuki (1990))
b. Kemiringan memanjang (longitudinal) runway
Kemiringan memanjang landasan dapat ditentukan dengan Tabel 5 dengan
tetap mengacu pada kode angka pada Tabel 4. Tabel 4 Kemiringan Memanjang
(Longitudinal) Landasan

Catatan :
1. semua kemiringan yang diberikan dalam persen.

12
2. untuk landasan dengan kode angka 4 kemiringan memanjang pada
seperempat pertama dan seperempat terakhir dari panjang landasan tidak
boleh lebih 0.8 %.
3. untuk landasan dengan kode angka 3 kemiringan memanjang pada
seperempat pertama dan seperempat terakhir dari panjang landasan
precision aproach category II and III tidak boleh lebih 0.8 %.
Sumber : Basuki (1990)

c. Kemiringan melintang (transversal)


Untuk menjamin pengaliran air permukaan yang berada di atas landasan
perlu kemiringan melintang dengan ketentuan sebagai berikut:
a) 1.5 % pada landasan dengan kode huruf C, D atau E.
b) 2 % pada landasan dengan kode huruf A atau B.

d. Jarak pandang (sight distance)


Apabila perubahan kemiringan tidak bisa dihindari maka perubahan harus
sedemikian hingga garis pandangan tidak terhalang dari :
a. Suatu titik setinggi 3 m (10 ft) dari permukaan landasan ke titik lain sejauh
paling kurang setengah panjang landasan yang tingginya 3 m (10 ft) dari
permukaan landasan bagi landasan-landasan berkode huruf C, D atau E.
b. Suatu titik setinggi 2 m (7 ft) dari permukaan landasan ke titik lain sejauh
paling kurang setengah panjang landasan yang tingginya 2 m (7 ft) dari
permukaan landasan bagi landasan-landasan berkode huruf B.50
c. Suatu titik setinggi 1.5 m (5 ft) dari permukaan landasan ke titik lain
sejauh paling kurang setengah panjang landasan yang tingginya 1.5 m (5
ft) dari permukaan landasan bagi landasan-landasan berkode huruf A.

13
C. Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan.
Tabel 5 Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan

Catatan:
a. 60 m bila landasan berinstrumen 30 m bila landasan tidak berinstrumen
b. kemiringan transversal pada tiap bagian dari strip di luar diratakan
kemiringannya tidak boleh lebih dari 5 %
c. untuk membuat saluran air kemiringan 3m pertama arah ke luar landasan,
bahu landasan, stopway harus sebesar 5 %

Suatu landasan terbang sedikitnya 6,000 ft ( 1,800 m) biasanya digunakan


untuk pesawat terbang di bawah 200,000 lb ( 91,000 kg). Pesawat terbang lebih
besar yang mencakup widebodies ( Boeing 747, 767, 777, dan 787
[Preproduction]); Bis udara A310, A330, A340, A350 dan A380; Mcdonnell
Douglas DC-10 atau MD-11; dan Ruangan pesawat untuk pilot L1011 pada
umumnya memerlukan sedikitnya 8,000 ft (2,400 m) untuk ketinggian level muka
air laut sedang pada ketinggian lebih tinggi dibutuhkan lebih. International
widebody flights mungkin juga mempunyai kebutuhan lahan 10,000 ft ( 3,000 m))
atau lebih dan kebutuhan takeoff 13,000 ft ( 4,000 m) atau lebih. Pada ketinggian
level muka air laut, panjang 10,000 ft ( 3,000 m) dapat dipertimbangkan suatu
panjang yang cukup untuk mengakomodasi hampir seluruh kapal. Sebagai contoh,
pada O'Hare Pelabuhan udara Internasional, ketika landasan pendaratan secara
serempak pada 22R dan 27L atau 27R paralel, negara-negara Timur Jauh yang

14
rutin berdatangan pada vector 22R 7,500 ft ( 2,300 m) atau 27R 8,000 ft ( 2,400
m) untuk meminta 27L ( 10,000 ft (3,000 m)). Adalah selalu mengakomodasi,
walaupun adakalanya dengan suatu keterlambatan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam dunia penerbangan, perlu adanya pengaturan pesawat, baik itu take
off, landing maupun pada saat masuk ke taxi way dan apron. Runway (r/w):
Bagian memanjang dari sisi darat aerodrom yang disiapkan untuk tinggal landas
dan mendarat pesawat terbang. Untuk menjamin keselamatan pesawat maka
dikeluarkan persyaratan-persyaratan untuk menentukan panjang runway.
Peraturan tersebut dikeluarkan oleh FAR (Federal Aviation Regulation) dan
I.C.A.O. Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin
serta tekanan udara di sekitarnya, juga kemampuan pesawat yang melintas di
atasnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang
digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara
bahkan bandara internasional karena tekanan udara yang lebih rendah. Jumlah
landasan tergantung pada volume lalu lintas, dan orientasi landasan tergantung
kepada arah angin dominan yang bertiup, tetapi kadang – kadang juga luas tanah
yang tersedia bagi pengembangan ada pengaruhnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Basuki Heru. 1986. Merancang, Merencana Lapangan Terbang.Bandung: PT.


Alumni
http://kampuzsipil.blogspot.co.id/2012/11/perencanaan-geometris-runway-
metoda-icao.html

17

Anda mungkin juga menyukai