Anda di halaman 1dari 17

1

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH BENGKULU

PERENCANAAN
LAPANGAN TERBANG
(Pertemuan ke-6 : Kinerja Pesawat Terbang)

Dosen pengampu :
Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.
TIPE MESIN PESAWAT

1 Piston Engines
Pesawat yang digerakkan oleh perputaran baling-baling dengan tenaga
mesin piston (reciprocating engines) dengan bahan bakar gas beroktan
tinggi. Sebagian besar pesawat-pesawat kecil digerakkan oleh mesin
piston.

2 Turboprops Engines
Pesawat yang digerakkan oleh perputaran baling-baling dengan tenaga
mesin bertenaga.

3 Turbofan/Jet Engines
Mesin turbojet, gerak pesawatnya bukan didapat dari putaran baling-baling
melainkan secara langsung oleh daya dorong dari tenaga semburan jet.
Pesawat yang digerakkan oleh turbo jet biasanya sangat boros bahan
bakar, oleh karenanya dibuat pesawat dengan tenaga turbofan. Pada
mesin turbofan, ditambahkan kipas didepan atau belakang turbinnya,
sehingga didapat tenaga penggerak yang lebih besar.

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


Turbofan engine GE90-series

ICAO menggunakan dua elemen pada gambar diatas adalah komponen mesin
turbofan GE90-series yang dipabrikasi oleh perusaan general electric pada
jenis pesawat Boeing 777-series. Gaya dorong yang dihasilkan oelh mesin ini
mencapai 110.000 lbs (50.000 kg).

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


PERKEMBANGAN PESAWAT TERBANG

Fixed-wing Cabin class Turbofan, turbojet


(Wrigth bersaudara, 1903) (1930-an) (1950-an)

Landasan dengan perkerasan Runway lebih panjang & kuat

B.U dengan pertimbangan


Area terminal lebih besar
kebisingan

Long-range aircraft Jumbo-jet / heavy


(terkini) (1950-an)
Contoh : Boeing-787, Airbus 350 Contoh : Boeing-747

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


PERKEMBANGAN PESAWAT TERBANG

Pada perencanaan bandar udara, beban pesawat diperlukan untuk


menentukan perkerasan runway, taxiway, dan apron yang dibutuhkan. Selain
itu, beban pesawat juga diperlukan untuk menghitung kebutuhan panjang
runway.

Beberapa jenis berat pesawat yang berhubungan dengan pengoperasian


pesawat, antara lain :
1) Operating weight empty (berat kosong)
2) Payload (muatan)
3) Zero fuel weight (berat bahan bakar kosong)
4) Maximum taxi weight (berat taksi maks)
5) Maximum take off weight ( berat maks lepas landas)
6) Maximum landing weight (berat maks pendaratan)

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


1 Operating weight empty (berat kosong)
Merupakan beban dasar pesawat, termasuk awak pesawat dan peralatan
pesawat, tetapi tidak termasuk muatan (payload) dan bahan bakar.
Terkadang operating weight empty tidak tetap untuk pesawat-pesawat
komersial dengan jenis yang sama, karena besarnya bergantung pada
konfigurasi tempat duduk.

2 Payload (muatan)
Merupakan beban yang diperhitungkan akan menghasilkan pendapatan
bagi perusahaan/maskapai penerbangan. Termasuk didalamnya adalah
penumpang, barang, surat-surat, paket, dan kelebihan bagasi.
Maximum payload adalah muatan maksimum yang diizinkan untuk diangkut
oleh tipe pesawat tertentu.

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


3 Zero fuel weight (berat bahan bakar kosong)
Merupakan beban maksimum yang terdiri atas berat operasi kosong, beban
penumpang, dan barang.

4 Maximum taxi weight (berat taxi maks)


Merupakan beban maksimum untuk melakukan gerakan atau berjalan dari
parkir pesawat ke pangkal runway. Selama pergerakan ini akan terjadi
pembakaran bahan bakar, sehingga pesawat akan kehilangan berat.

5 Maximum take off weight (berat maks lepas landas)


Merupakan beban maksimum pada awal lepas landas sesuai dengan bobot
pesawat dan persyaratan kelayakan penerbangan.

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


6 Maximum landing weight (berat maks pendaratan)
Merupakan beban maksimum pada saat roda pesawat menyentuh lapis
keras (mendarat) sesuai bobot pesawat dan persyaratan kelayakan
penerbangan.

Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa berat pesawat terdiri atas


operating weight empty (berat operasi kosong) ditambah tiga komponen :
a) Payload (muatan)
b) Trip-fuel (bahan bakar perjalanan)
c) Fuel reserve (bahan bakar cadangan)

Pada saat mendarat, berat pesawat (maximum landing weight/MLW) terdiri atas
operating weight empty, payload, dan fuel reserve. Besarnya MLW tidak boleh
melebihi berat lepas landas. Berat lepas landas terdiri atas berat waktu
mendarat (MLW) ditambah dengan trip fuel. Berat ini tidak boleh melebihi
maximum take off weight.

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


PAYLOAD (MUATAN) & JARAK TEMPUH

Jarak maksimum yang dapat ditempuh oleh suatu pesawat dengan jumlah
bahan bakar tertentu (ditangki bahan bakar) dikenal dengan aircraft’s range.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aircraft’s range. Yang paling
penting diantaranya adalah payload (muatan). Secara normal, jarak tempuh
pesawat meningkat ketika payload dikurangi.

Tipikal hubungan payload-range

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


Sebelum mempelajari pengaruh kinerja pesawat, maka perlu dipahami beberapa
istilah berikut :
a) Decision speed (𝐕𝟏 )
Kecepatan putusan adalah kecepatan ketika engine failure (kegagalan
mesin) biasanya terjadi. Besarannya ditentukan oleh pabrik pesawat dan
ditulis dalam manual pesawat. Bila kerusakan mesin terjadi sebelum 𝑉1 ini
tercapai maka pilot harus menghentikan atau mengurangi laju pesawat.
Namun bila kerusakan terjadi setelah 𝑉1 tercapai maka take off harus terus
dilanjutkan.
b) Initial climb out speed (𝑽𝟐 )
adalah kecepatan minimum yang diperkenankan kepada pilot untuk
menanjak sesudah pesawat mencapai ketinggian 35 ft (10,5 m) diatas
permukaan runway. Besarnya 𝑉2 adalah lebih besar atau sama dengan 𝑉1 .
c) Rotation speed (𝑽𝒓 )
adalah kecepatan saat pilot memulai rotasi pesawat yang menyebabkan
nose gear (roda depan) terangkat.

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


d) Lift-of speed (𝐕𝐥𝐨𝐟𝐟 )
adalah kecepatan ketika pesawat pertama kalinya terangkat ke udara.
e) Take off run (TOR)
adalah jarak untuk percepatan pesawat dari brake release (pelepasan rem)
sampai pesawat terangkat, ditambah faktor aman.
f) Accelerate stop distance (ASD)
adalah jarak untuk percepatan pesawat dari brake release (pelepasan rem)
sampai 𝑉1 dan perlambatan untuk berhenti, ditambah faktor aman.
g) Take off distance (TOD)
adalah jarak untuk percepatan pesawat dari brake release (pelepasan rem)
sampai pesawat terangkat lalu mulai menanjak (ketinggian 35 ft), ditambah
faktor keamanan.
h) Landing distance (LD)
adalah jarak dari thershold (tepi permulaan runway) untuk pesawat
menyelesaikan approach (pendekatan), touchdown (pendaratan), dan
perlambatan hingga berhenti, ditambah faktor keamanan.

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


i) Clearway (CWY)
adalah suatu daerah bebas terbuka yang disediakan untuk melindungi
pesawat saat melakukan manuver pendaratan maupun lepas landas.
j) Stopway (SWY)
adalah suatu area tertentu yang berbentuk segi empat yang ada di akhir
runway bagian take off runway (runway tinggal landas) sebagai tempat
berhenti pesawat saat terjadi pembatalan take off (tinggal landas).

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


PENGARUH KINERJA PESAWAT

Di dalam menghitung kebutuhan panjang runway, dipakai peraturan yang


dikenal sebagai Federal Aviation Regulation (FAR). Regulasi ini disusun oleh
Pemerintah Amerika Serikat dengan industri pesawat terbang.

Peraturan mengenai pesawat bermesin turbin mempertimbangkan tiga kasus


umum dalam menentukan panjang runway yang dibutuhkan untuk operasi
yang aman. Ketiga kasus ini meliputi :
a) Normal take off cases (lepas landas dengan normal)
b) Engine failure cases (lepas landas dengan anggapan mesin gagal)
c) Landing cases (pendaratan)

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


NORMAL TAKE OFF CASES
(lepas landas dengan normal)

Normal take off cases adalah kondisi ketika seluruh mesin berjalan dan
runway yang ada cukup panjangnya untuk mengakomodasi variasi teknik
pengangkatan (lift-off) pesawat dan berbagai karakteristik khusus dari peforma
pesawat.

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


ENGINE FAILURE CASES
(lepas landas dengan anggapan mesin gagal)

Engine failure cases adalah kondisi ketika runway yang ada memiliki panjang
yang cukup, agar pesawat dapat melanjutkan perjalanan walaupun kehilangan
tenaga, atau agar pesawat dapat di rem untuk berhenti darurat (emergency
stop).

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.


LANDING CASES
(pendaratan)

Landing cases adalah kondisi ketika runway yang ada memiliki panjang yang
cukup untuk berbagai teknik pendaratan, over-shoot, pendaratan yang jelek
dan semacamnya.

Normal landing cases

Perencanaan Lapangan Terbang Dr. Tri Sefrus, S.T., M.T.

Anda mungkin juga menyukai