Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PERNCANAAN BANDAR UDARA

A. Data-data Perencanaan Bandar Udara

Data-data perencnaan Bandar Udara sangat diperlukan dalam mendesain geometris


area landasan pacu (runway), landasan penghubung (taxiway) dan apron. Berikut data-data
perencanaan Bandar Udara :

1. Tipe pesawat terbang rencana : AIRBUS A-340-600

2. Standar perencanaan : FAA – Advisory Circular 5300-13

3. Elevasi daerah : + 40.00 m DPL

4. Temperatur maksimum harian rata-rata : 29 C

5. Konfigurasi dasar landasan pacu : Interesting runway

Gambar 1. Lay-out landasan pacu bersilang.

(Intersecting runway)

1
6. Tipe konsep distribusi pada terminal
Konsep distribusi dermaga

Gambar 2. Contoh Konsep Distribusi Dermaga

7. Tipe lapangan terbang / bandar udara


Internasional
8. Kebutuhan landasan penghubung dan ketersediaan holding bay / holding apron
Exit rapid taxiway (30), right angle taxiway dan holding apron.
9. Data angin
NE (North East) / Timur Laut
NNW (North – North West) / Utara – Barat Laut

Gambar 3. Arah Mata Angin

2
B. Karakteristik Pesawat Terbang Rencana

Semua tipe pesawat terbang rencana memiliki karakteristik ukuran yang berbeda-
beda. Berikut karakteristik pesawat terbang rencana untuk AIRBUS A-340-600 :

1. Panjang badan pesawat terbang / fuselage : 75,3 m

2. Wing span : 63,7 m

3. Wheel base : 19,62 m

4. Wheel tread : 9,6 m

5. Empty weight : 177.000 kg

6. Maximum Take-off Structural Weight / MTOW : 365.000 kg

7. Panjang rencana landasan pacu dasar : 3.506,50 m

C. Komponen-Komponen pada Landasan Pacu

Komponen-komponen pada landasan pacu yang diperlukan untuk mengakomodasi


kebutuhan proses operasional pesawat terbang secara aman dan sesuai standart yang
berlaku, sebagai berikut :

1. Take-off Distance (TOD)

Merupakan jarak yang direncanakan bagi pesawat terbang untuk melakukan lepas
landas secara normal. Ukuran panjang take off distance adalah 115% dari jalur landasan
pacu dengan perincian 100% yaitu panjang jalur landasan pacu itu sendiri dan 15% berupa
jarak tambahan yang direncanakan untuk mengatasi kemungkinan overshoot take-off dari
pesawat terbang.

2. Landing Distance (LD)

Merupakan jarak yang diperlukan pesawat terbang untuk melakukan pendaratan


secara sempurna dengan ‘fine approach landing’ yakni sepanjang 100% dari landasan
pacu.

3
3. Stop Distance (SD)

Merupakan jarak yang direncanakan bagi pesawat terbang untuk berhenti setelah
melakukan pendaratan secara normal pada jalur landasan pacu. Ukuran panjang stop
distance adalah 60% dari jarak pendaratan (landing distance / LD) dan stop distance
direncanakan menggunakan perkerasan dengan kekuatan penuh (full-strength hardening
pavement).

4. Clearway (CW)

Merupakan daerah bebas yang terletak di ujung jalur landasan pacu dan simetris
terhadap perpanjangan garis tengah (centerline) jalur landasan pacu dan tidak boleh
terdapat benda-benda yang menyilang kecuali penempatan lampu-lampu dari landasan
pacu pada sepanjang sisi samping landasan pacu. Clearway ini berfungsi sebagai daerah
aman yang diperlukan bagi pesawat terbang untuk kondisi : overshoot take-off, dan
overshoot landing.

5. Stopway (SW)

Merupakan daerah yang terletak di luar jalur landasan pacu termasuk pada bagian
dari clearway dan simetris terhadap perpanjangan garis tengah (centerline) jalur landasan
pacu. Stopway ini berfungsi sebagai jalur landasan untuk memperlambat laju pesawat
terbang jika terjadi kegagalan dalam lepas landas (take-off failure) dan untuk pendaratan
darurat (emergency landing).

6. Take-Off Run (TOR)

Merupakan jarak yang diperlukan oleh pesawat terbang untuk melakukan lepas
landas secara normal maupun dengan kemungkinan kegagalan mesin. Ukuran panjang
take-off run ini adalah sepanjang jalur landasan pacu. Take-Off Run direncanakan
menggunakan perkerasan dengan kekuatan penuh (full-strength hardening pavement).

7. Lift-Off Distance (LOD)

Merupakan jarak yang diperlukan oleh pesawat terbang dengan karakteristik tertentu
untuk melakukan pengangkatan setelah kecepatan pesawat terbang terpenuhi dari titik awal
pergerakan.

4
Gambar 4. Komponen-komponen Landasan Pacu

D. Desain Landasan pacu

Berdasarkan standar perencanaan Federal Aviation Administration (FAA) – Advisory


Circular No. 150/5300-13 mengenai Airport Design. Bahwa tipe pesawat terbang rencana
AIRBUS A-340-600 yang memiliki karakteristik wing span sebesar 63,7 m tergolong
dalam group V (52 m s.d. 65 m). Dapat dilihat pada keterangan di bawah ini :

5
Dengan tipe pesawat terbang rencana AIRBUS A-340-600 yang tergolong dalam
group V, maka standar desain landasan pacu untuk pesawat terbang berdasarkan standar
perencanaan Federal Aviation Administration (FAA) – Advisory Circular No. 150/5300-
13 mengenai Airport Design sebagai berikut :

Tabel 1. Standar Dimensi Runway

E. Perhitungan Jalur Landasan Pacu dan Komponen-komponennya

Perencanaan jalur landasan pacu dan komponen-komponennya harus


dipertimbangkan terhadap keadaan dari pesawat terbang sebagai berikut :

1. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan keadaan normal;


2. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi overshoot take-off;
3. pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi kegagalan mesin; dan
4. pesawat terbang melakukan pendaratan (landing) dengan kondisi ‘poor-approaches
landing’.

Untuk pesawat terbang rencana AIRBUS A-340-600, panjang landasan pacu rencana
dasar (basic length runway) adalah 3.506,50 m. Maka untuk kondisi :

6
1. Operasional Pesawat Terbang Normal
- Untuk operasional lepas landas (take-off)
Take-off Distance (TOD) = 1,15 x panjang landasan pacu rencana
= 1,15 x 3506,50
= 4032,48 m
Take-off Run (TOR) = Panjang landasan pacu rencana
= 3506,50 m
Lift-off Distance (LOD) = 0,55 x TOD
= 0,55 x 4032,48
= 2217,86 m
Clearway (CW) = 0,5 x (TOD – LOD)
= 0,5 x (4032,48 – 2217,86)
= 907,31 m
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,48
= 201,62 m

Gambar 5. Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang normal (lepas
landas)

- Untuk operasional pendaratan (landing)


Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,48 m
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x4032,48
= 2419,49 m

7
Clearway (CW) = 0,5 x (TOD – LOD)
= 0,5 x (4032,48 – 2217,86
= 907,31 m
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,48
= 201,62 m
Runway Safety Area (RSA) = CW + SW
= 907,31 + 201,62
= 1108,93 m

Panjang total dari jalur landasan pacu dengan perkerasan penuh (full strength
hardening) yang dibutuhkan adalah

Field Length (FL) = TOR + CW

= 3506,50 + 907,31
= 4413,81 m

Gambar 6. Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang normal


(pendaratan)

2. Pesawat Terbang Melakukan Lepas Landas dengan Kondisi Overshoot Take-off


Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,48 m
Lift-off Distance (LOD) = 0,75 x TOD
= 0,75 x 4032,48
= 3024,36 m
Clearway (CW) = 0,5 x (TOD – LOD)
= 0,5 x (4032,48 – 3024,36)
= 504,06 m

8
Stopway (SW) = 0,05 x LD
= 0,05 x 4032,48
= 201,62 m
Runway Safety Area (RSA) = CW + SW
= 504,06+ 201,62
= 705,68 m

Gambar 7. Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang

melakukan lepas landas dengan kondisi overshoot take-off

3. Pesawat Terbang Melakukan Lepas Landas Dengan Kondisi Kegagalan Mesin


(Engine Failure), Sehingga Harus Melakukan Emergency Landing
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,48 m
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4032,48
= 2419,49 m

Clearway (CW) = 0,15 x LD

= 0,15 x 4032,48
= 604,87 m

Stopway (SW) = 0,05 x LD

= 0,05 x 4032,48
= 201,62 m

9
Runway Safety Area (RSA) = CW + SW

= 604,87+ 201,62
= 806,49 m

Untuk kondisi kegagalan mesin pada pesawat terbang, panjang jalur landasan
pacu yang dibutuhkan adalah

Field Length (FL) = TOR + SW


= 3506,50 + 201,62
= 3708,12 m

Accelerate Stop Distance (ASD) = Field Length (FL)

= 3708,12 m

Gambar 8. Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang

dengan kondisi kegagalan mesin (lepas landas)

4. Pesawat Terbang Melakukan Pendaratan (Landing) Dengan Kondisi ‘Poor-


Approaches Landing’
Landing Distance (LD) = TOD
= 4032,48 m
Stop Distance (SD) = 0,6 x LD
= 0,6 x 4032,48
= 2419,49 m

Clearway (CW) = 0,15 x LD

= 0,15 x 4032,48
= 604,87 m

10
Stopway (SW) = 0,05 x LD

= 0,05 x 4032,48
= 201,62 m

Runway Safety Area (RSA) = CW + SW

= 604,87+ 201,62

= 806,49 m

Gambar 9. Kebutuhan landasan pacu untuk operasional pesawat terbang


dengan kondisi ‘poor approaches landing’

F. Perhitungan Faktor Koreksi


1. Faktor Koreksi Panjang Landasan Pacu Menurut Elevasi Bandar Udara
h
Fe = 1 + ( 0,07 x )
300
40
= 1 + ( 0,07 x )
300
= 1,0093
2. Faktor Koreksi Panjang Landasan Pacu Menurut Temperatur Udara
Ft = 1 + ( 0,01 x ( T – ( 15 – ( 0,0065 x h )))
= 1 + ( 0,01 x ( 29 – ( 15 – ( 0,0065 x 40 )))
= 1,1426
3. Panjang Landasan Pacu Terkoreksi Berdasarkan Elevasi dan Temperatur
Udara
Plt = Panjang landasan pacu rencana x Fe x Ft
= 3506,50 x 1,0093 x 1,1426
= 4043,90 m

11
Kesimpulan :

1. Panjang Jalur Landasan Pacu (Field Length) :


- pada pesawat terbang melakukan pendaratan (landing) dengan normal sepanjang
4413,81 m; dan
- pada pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi kegagalan mesin
(engine failure) sepanjang 3708,12 m.

Maka, panjang Field Length (FL) yang digunakan yaitu pada pada pesawat terbang
melakukan pendaratan (landing) dengan normal sepanjang 4413,81 m

2. Panjang Runway Safety Area (RSA) :


- pada pesawat terbang melakukan lepas landas (take-off) dan pendaratan (landing)
dengan normal sepanjang 1108,93 m;
- pada pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi overshoot take-off
sepanjang 705,68 m;
- pada pesawat terbang melakukan lepas landas dengan kondisi kegagalan mesin
(engine failure) sepanjang 806,49 m; dan
- pada pesawat terbang melakukan pendaratan (landing) dengan kondisi ‘poor-
approaches landing’ sepanjang 806,49 m.
- pada standar perencanaan Federal Aviation Administration (FAA) – Advisory
Circular No. 150/5300-13 mengenai Airport Design sepanjang 300 m.

Maka, panjang Runway Safety Area (RSA) yang digunakan yaitu pada pesawat terbang
melakukan lepas landas (take-off) dan pendaratan (landing) dengan normal sepanjang
1108,93 m.

3. Panjang landasan Take-Off Distance Available (TODA) sepanjang 4032,48 m;


panjang landasan Lift-Off Distance (LOD) sepanjang 2217,86 m;
panjang landasan Take-Off Run (TOR) sepanjang 3506,50 m;
panjang landasan Landing Distance (LD) sepanjang 4032,48 m;
panjang area Clearway (CW) sepanjang 907,31 m; dan
panjang area Stopway (SW) sepanjang 201,62 m.

12
Take-off Distance Available = 4032,48 m

Clearway = 907,31 m Lift-off Distance = 2217,86 m

Take-off Run = 3506,50 m

Landing Distance = 4032,48 m

Stopway = 201,62 m

Gambar 10. Komponen Landasan Pacu Rencana

G. PERENCANAAN APRON DENGAN ASPEK WING-TIP CLEARANCE

Berdasarkan standar perencanaan Federal Aviation Administration (FAA) – Advisory


Circular No. 150/5300-13 mengenai Airport Design, wing-tip clearance adalah jarak
kebebasan dari ujung sayap pesawat terbang terhadap ujung sayap pesawat terbang yang
lain dan berfungsi untuk memudahkan mobilitas atau pergerakan pesawat terbang di apron
maupun di jalur taxiway agar tidak terjadi konflik dengan pesawat terbang lain.

Untuk airplane design group V, wing-tip clearance pada taxiway sepanjang 16 m,


sedangkan wing-tip clearance pada apron/taxiline sepanjang 9.5 m. Dapat dilihat pada
tabel wing-tip clearance di bawah ini.

Tabel 2. wing-tip clearance

Menurut Peraturan FAA AC 150/5360-13 disyaratkan bahwa jarak antara hidung


pesawat terbang dengan bagian depan gedung terminal adalah 4,5 s.d. 9 m tergantung dari
kelompok pesawat terbang rencana (Airplane Design Group).

13
Untuk kebutuhan manuver pesawat terbang pada apron dan mobilitas dari dan
menuju ke landasan pacu, dibutuhkan separasi atau pemisahan posisi pesawat terbang
untuk menghindarkan pengaruh semburan jet dari mesin pesawat ke arah gedung terminal
sejarak 150 m.

Taxiway Wingtip Clearance = 16 m

Gambar 11. Lay-out posisi pesawat terbang pada jalur taxiway

14
Taxilane Wingtip Clearance = 9,.5 m

Taxilane Wingtip Clearance = 9,5 m

Gambar 12. Lay-out posisi pesawat terbang pada jalur taxilane pada apron (1)

Taxiway Wingtip Clearance = 16 m

Gambar 13. Lay-out posisi pesawat terbang pada jalur taxilane pada apron (2)

15
H. PERENCANAAN GEOMETRIK LANDASAN PACU DAN LANDASAN
PENGHUBUNG
1. Klasifikasi Pesawat Terbang Rencana
Klasifikasi Pesawat Terbang Rencana (Airplane Design Group) dipakai sebagai
acuan dalam merencanakan landasan pacu (runway) dan landasan penghubung (taxiway)
secara geometrik. Klasifikasi ini didasarkan atas karakteristik pesawat terbang, yakni pada
dimensi panjang sayap (wing span). Untuk tipe pesawat AIRBUS A-340-600 memiliki
wing span sepanjang 63,7 m.

63,7 m

2. Perencanaan Geometrik pada landasan pacu

Bagian-bagian pendukung dari landasan pacu terdiri dari :

a. Perkerasan struktur (structural pavement) berupa perkerasan lentur (flexible


pavement) dengan tipe perkerasan kekuatan penuh (full strength hardening) yang
berfungsi untuk mendukung operasional pesawat terbang (kemampuan manuver,
kendali dan stabilitas pergerakan).
b. Bahu landasan pacu (runway shoulder) adalah bagian yang berdekatan dengan
landasan pacu dan merupakan perpanjangan arah melintang dari perkerasan struktur
landasan pacu yang berfungsi untuk menempatkan instrumen navigasi, pelampuan
landasan pacu dan peralatan pendukung operasional penerbangan.
c. Daerah aman landasan pacu (runway safety area) adalah daerah bebas halangan dan
gangguan di sekitar landasan pacu yang difungsikan secara darurat untuk mengatasi
kemungkinan kondisi pesawat terbang yang keluar (slip-off) dari landasan pacu
karena berbagai sebab (permasalahan mesin, roda pesawat terbang selip, dan

16
sebagainya). Menurut FAA (Federal Aviation Adminstration) ukuran daerah aman
landasan pacu untuk pesawat terbang rencana kategori transport, panjang harus lebih
besar dari 270 ft (90 m) dan lebar maksimum 500 ft (152,4 m) dari setiap ujung
landasan pacu.
d. Pelindung semburan (blast pad) adalah suatu bagian yang dirancang untuk mencegah
erosi permukaan yang berdekatan dengan ujung-ujung landasan pacu yang menerima
semburan jet secara terus menerus atau yang berulang dari pesawat terbang yang
akan melakukan lepas landas. Dimensi atau ukuran blast pad ini tergantung pada
rekomendasi FAA atau ICAO terhadap jenis pesawat terbang rencana yang dilayani
oleh bandar udara.

Gambar 14. bagian-bagian pada landasan pacu

3. Perencanaan Geometrik pada Landasan Penghubung (Taxiway)

Landasan penghubung (taxiway) didefinisikan sebagai suatu jalur perkerasan yang


digunakan oleh pesawat terbang sebagai akses dari apron menuju landasan pacu (runway)
dan sebaliknya dari landasan pacu menuju apron setelah melakukan pendaratan. Untuk
akses dari apron menuju landasan pacu disebut ‘entrance taxiway’ dan akses dari landasan
pacu menuju apron disebut ‘exit taxiway’. Kedua jalur akses ini merupakan by-pass
taxiway.

17
Perencanaan tikungan dan lebar tambahan tikungan (fillet) pada taxiway :

Gambar 15. Perencanaan tikungan dan lebar tambahan tikungan (fillet)

Keterangan

F = Jari-jari tikungan tambahan (fillet) terhadap taxiway centerline

L = panjang jalur tikungan tambahan (fillet) hingga pada ujung belokan taxiway

R = Jari-jari belokan taxiway

Gambar 16. Detail perencanaan tikungan dan lebar tambahan tikungan (fillet)

Keterangan
F = Jari-jari tikungan tambahan (fillet) terhadap taxiway centerline
L = panjang jalur tikungan tambahan (fillet) hingga pada ujung belokan taxiway
R = Jari-jari belokan taxiway

18
Gambar 17. Detail perencanaan tikungan dan lebar tambahan tikungan (fillet)

Keterangan
F = Jari-jari tikungan tambahan (fillet) terhadap taxiway centerline
L = panjang jalur tikungan tambahan (fillet) hingga pada ujung belokan taxiway
R = Jari-jari belokan taxiway

Dalam merencanakan desain geometrik pada landasan penghubung digunakan


referensi perencanaan dari FAA Airport Design and Engineering Advisory Circular
150/5300-13. Untuk melihat dimensi taxiway dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Dimensi Taxiway Tambahan

19
Tabel 4. Standar Dimensi Taxiway

4. Perencanaan By-Pass Taxiway (Exit Taxiway dan Entrance Taxiway)

Jika penentuan jari-jari tikungan dipertimbangkan berdasarkan ukuran wheel base


(jarak antara roda pendarat utama/main gear dan roda depan/nose gear) dan komponen-
komponennya maka dapat dihitung dengan persamaan berikut :

388 . 2B
R= 𝑊
( 2 )−D

dengan,

R = jari-jari tikungan pada taxiway yang direncanakan (m)

B = ukuran wheel base dari pesawat terbang rencana (m)

W = lebar jalur taxiway sesuai dengan Airplane Design Group (m)

D = jarak antara titik tengah kelompok roda pendarat utama/main gear dan tepi jalur
taxiway (m).

20
Untuk pesawat terbang rencana AIRBUS A-340-600, ukuran wheel base (B) sebesar 19,62
m dan jarak antara titik tengah kelompok roda pendarat utama/main gear dan tepi jalur taxiway (D)
sebesar 8,77 m.

0,388 . 2B
Sehingga, R = 𝑊
( 2 )−D

0,388 . 2 x 19,62
= 23
( 2 )−8,77

= 2,57 m.

Dalam perencanaan by-pass taxiway (exit taxiway dan entrance taxiway) ini yang
perlu untuk diperhatikan adalah penentuan kecepatan rencana dari pesawat terbang saat
akan memasuki area sistem landasan penghubung. Penentuan kecepatan rencana ini dapat
dihitung dengan persamaan berikut :

V2
R=
125.µ

dengan,

V = kecepatan rencana pesawat terbang (km/jam)

R = jari-jari tikungan pada sistem taxiway sesuai dengan Airplane Design Group atau hasil
perhitungan ( m )

µ = koefisien gesek antara ban dan struktur permukaan perkerasan (0,13).

Sehingga, V = √ (125 x R x µ)

= 11,18 √(R x µ)

= 11,18 √(2,57 x 0,13)

= 6,46 m/dt

= 6,46 x 3,6

= 23,26 km/jam.

21

Anda mungkin juga menyukai