life is about 10% happens to you, and 90% how how you
respon to it
SEMANGAT BELAJAR!!!
MINIMUM ALTITUDE
This segment is included in the take off runway available charts, and is measured from the
point at which the aircraft becomes airborn until it reaches the 35 ft height, speed initially is
Vlo and must be V2 at the 35ft height.
Climb from the 35ft height to 400ft, the climb is done at full take off power on the operating
engine(s), at V2 speed, and flaps in the take off configuration. The required climb gradient in
this segment is 2.4% for two engines, 2.7% for three engines and 3.0% for four engines
aircraft.
Third or acceleration segment : the airplane is considered to be maintaning the 400ft agl and
accelerating from from the V2 speed to the Vfs speed before the climb profile is continued.
The flaps are raised at the beginning of the accelerarion segment and power is maintained at
the take off setting as long as possible (5 minute max)
Fourth or final segment is from 400 to 1500ft agl altitute with power set at maximum
continuous. The required climb in this segment is gradient of 1.2% for two engines airplanes,
1.55% for three engines, and 1.7% for four engines.
Note :
o Vs : stalling speed or the minimum steady flight speed at which the aircraft is
controllable.
o VMCG : Minimum control speed on the ground with one engine inoperative.
o VMCA : Minimum control speed in the air with one engine innoperative.
o V1 : Critical engine failure speed or decision speed, engine fail below this speed shall
result in an aborted take off, if above : the take off run should be continued.
o Vr : Speed at which the rotation of the aircraft is initiated to take off altitute.
o VLOF : Lift off speed.
o V2 : The take off saftey speed which must be attained at the 35ft height. This is
essentially the best one engine operative angle of climb speed for the aircraft and
should be held until clearing obstacle after take off or until at least 400ft above the
ground.
o VFS : Final segment climb speed, which is based upon one engine innoperative climb,
clean configuration, and maximum continuous power setting.
II. IAP (INSTRUMENT APPROACH PROCEDURE)
Approach Segment :
Initial :
Initial Approach Fix (IAF) to Intermediate Fix (IF).
To alignment aircraft with approach course.
Via DME Arc, Course revesal, and procedure turn.
Intermediate :
IF to Final Approach Fix (FAF).
Positioning for final descent.
With 30° Alignment to Final Approach Course (FAC)
Final :
FAF to Missed Approach Point (MAP).
Navigate safely to visual references, runway must be visible at MAP.
Precision approach : Starts at intercept Glideslope at minimum Glideslope Intercept altitute.
Non Precision approach : Starts at FAF or FAC or where VOR/NDB radial Intersect with FAC.
Missed Approach :
MAP back to IAF
Navigate from MAP to IAF or IF.
Precision approach : MAP is at Decision Height (DH).
Non precision approach : MAP is at defined fix from NAV AID.
III. ILS APPROACH
Features :
Precision approach
Lower minimums
Landing on airports with no nonprecision posibilities
ILS categories :
Cat 1 :
Instrument rated pilot only.
Proper equipment.
Minimums : RVR 2400ft, DH 200ft at HAT.
Cat 2 :
Lower minimums.
Minimums : RVR 1200ft, DH 100ft at HAT.
Cat 3 :
Special certification for pilot/aircraft/operators
Minimum :
A : RVR 700ft
B : RVR 150ft
C : None
ILS Components :
Localizer :
Alignment with front course and back course (ATC auth)
Span 10/10°, service 10-18nm
Glideslope :
Service 10nm, 3° angle, freq 108.1-111.95 Mhz
DME : Distance
Marker beacons :
o OM : Glideslope intercept, 4-7nm before TRH
o MM : 3500ft from TRH (amber)
o IM :
Cat 2 : DH (white)
LOM, compass locator outer marker, LMM (middle marker)
IV. RUNWAY FACILITIES
Airport beacon
Membantu pilot mengidentifikasi sebuah airport di malam hari, sistem ini dioperasikan dari senja
hingga malam, kadang dioperasikan juga ketika ceiling kurang dari 1000ft atau ground visibility
kurang dari 3sm (VFR Minimums). Airport Beacon terdiri dari 2 lampu dengan warna berbeda serta
mengarah saling membelakangi. Berdiri diatas media/as yang dapat berotasi sehingga akan akan
menghasilkan efek visual cahaya berputar.
Dua lampu berwarna putih-hijau menandakan bandara sipil dan tiga lampu berwarna putih-putih-
hijau untuk bandara militer.
Airport Light System
Fungsi utamanya membantu pilot bertransisi dari terbang instrument flight ke visual flight saat
proses pendaratan, dimana sistem ini akan menghasilkan efek visual seperti bola cahaya yang
meluncur lurus dengan cepat menuju runway.
Visual Glideslope Indicator
Berada di samping runway sekitar 300m dari threshold/ambang batas runway, berfungsi membantu
pilot tetap pada jalur Glidepath, dengan mengikuti jalur glidepath dengan sudut 3-5° yang
ditunjukkan oleh sistem ini maka pilot bisa memiliki obstacle clearance yang memadai serta touch
down pada area touch yang telah ditentukan. Sistem ini memiliki 2 jenis :
VASI (Visual Approach Slope Indicator) :
Sistem lighting yang terdiri dari 4 penerangan dan dipasang berbaris sejajar/2 baris, jika
pesawat berada di bawah glidepath maka ke empat lampu akan berwarna merah, jika
pesawat berada di jalur glidepath/on glidepath maka 2 lampu akan berwarna merah dan 2
lampu lainnya berwarna putih, jika pesawat diatas glidepath maka ke empat lampu
berwarna putih.
Sistem ini dapat digunakan secara efektif oleh pilot dalam jarak 4Nm.
PAPI (Precision Approach Path Indicator) :
Sistem lighting yang terdiri dari 4 penerangan dan dipasang sejajar, dimana ke 4 lampu ini
bisa berubah warna antara merah dan putih. Jika pesawat terlalu rendah maka ke-empat
lampu akan berwarna putih, jika agak rendah maka 3 lampu akan berwarna merah dan 1
lampu akan berwarna putih, jika tepat dijalur glidepath maka 2 lampu akan berwarna merah
dan 2 lampu lainnya akan berwarna putih, jika pesawat sedikit diatas glidepath maka 3
lampu akan berwarna putih dan 1 lampu berwarna merah, dan jika pesawat terlalu jauh
diatas glidepath maka ke-empat lampu akan berwarna putih.
Sistem ini memiliki tingkat presisi yang lebih baik dalam meyediakan jalur glideslope, dapat
digunakan secara efektif dengan range 4Nm di siang hari dan bisa mencapai 10Nm pada
malam hari.
Runway Lighting
REIL (Runway End Identification Light) :
Sistem light yqng membantu pilot untuk meng-identifikasi runway secara cepat dan positif,
terdiri dari 2 buah lampu yang berkedip bersamaan dan berada kiri dan kanan
threshold/ambang batas.
Runway Edge Light :
Sistem lighting yang berada di sepanjang sisi kiri dan kanan runway yang memastikan agar
pilot tidak keluar dari runway serta memberi petunjuk akan posisi pesawat apakah berada di
permulaan runway, di pertengahan atau di ujung runway. Lampu-lampu pada sistem ini
berwarna putih, kecuali untuk instrumen penanda dimana warna amber dipakai pada 2000ft
terakhir/2000ft sebelum mencapai akhir runway, atau bisa juga dipakai pada pertengahan
runway atau kurang dari setengah runway dan diakhir dengan warna merah yang
menandakan akhir daripada runway.
Sistem ini terklasifikasi menurut intensitasnya, yaitu : HIRL (High Intensity Runway Light),
MIRL (Runway Intensity Runway Light, dan LIRL (Low Intensity Runway Light). HIRL dan MIRL
ini lah yang biasanya digunakan sebagai instrumen penanda dan pada beberapa airport juga
HIRL dan MIRL bisa diatur tingkat Intensitasnya.
RCLS (Runway CenterLine System) :
Barisan lampu-lampu yang berada pada centerline/garis tengah runway dengan jarak 50ft
antar lampu dan berguna sebagai penunjuk centerline terutama pada malam/atau cuaca
buruk. Jika dilihat dari permulaan runway, warna dari RCLS adalah putih, lalu berubah
menjadi merah-putih bergantian pada pertengahan runway, ketika mendekati bagian akhir
runway / setidaknya 1000ft sebelum akhir runway, semua lampu dari RCLS ini berwarna
merah.
TDZL (Touch Down Zone Lights) :
Sistem lighting yang berfungsi sebagai penunjuk threshold/ambang batas dan dipasang tepat
diatas threshold serta memiliki panjang yang melebihi panjang threshold, TDZL memiliki
lampu berwarna hijau jika dilihat oleh pilot pada arah pendaratan.
Taxiway Centerline Lead-off Light :
Taxiway Centerline Lead-off Light :
Control of Airport Lighting :
Obstruction Light :
Lampu yang dipasang pada bangunan/obstacle yang berfungsi sebagai tanda ketinggian
suatu bangunan dan sekaligus menunjukkan keberadaan bangunan tersebut, lampu ini bisa
ditemukan di dalam/luar bandara.
NAVIGATION SYSTEM :
Pitot/Static System :
Pitot pressure adalah dua buah alat/media yang berada dibagian luar pesawat yang terdiri dari pitot
tube dan static port dan mengarah langsung ke arus angin relatif di sekitar pesawat. Pitot tube dan
static port ini kemudian terhubung ke instrument pesawat untuk menggerakkan ASI, VSI dan
Altimeter.
Pitot tube :
Bekerja dengan mendeteksi dynamic pressure (tekanan udara pada pesawat yang
diakibatkan oleh bergeraknya pesawat tersebut di udara) sehingga posisinya menghadap
langsung terhadap arah aliran udara.
Static port :
Bekerja dengan mendeteksi static pressure (tekanan udara pada ruang terbuka) sehingga
posisinya tidak menghadap langsung terhadap arah aliran udara.
Indications of pitot tube bloackage : ASI remain existing speed, does not changes the actual.
At altitude above, the ASI displays a higher than actual.
Airspeed increasing steadyly as altitude increase.
At lower altitude, the ASI displays a lower than actual.
Airspeed decreasing as altitude decrease.
Indications from static port blockage : the ASI would still function but could produce innacurate
indications, at the altitude where the blockage occurs, Airspeed would be normal.
At altitude above, the ASI displays a lower than actual, Airspeed continually decreasing as
altitude is increased.
At lower altitude, the ASI displays a higher than actual, Airspeed increasing steadily as
altitude decreases.
Gyroscope :
Adalah gyro/wheel yang terbuat dari metal dan dipasang pada suatu rangka khusus yang disebut
gimbal, sehingga ketika gyro/wheel ini bergerak pada kecepatan yang cukup akan membuat gyro
mengambik suatu kedudukan yang tetap walaupun rangka/gimbalnya bergerak. Oleh sebab itu gyro
berguna untuk mengetahui posisi atau arah pergerakan pesawat seperti pithing, rolling dan yawing.
Sehingga gyro berfungsi untuk menggerakkan heading indicator, Artificial Horizon dan turn or skid
bank indicator.
Gyroscope memiliki dua sumber tenaga :
Pneumatic system :
Tenaga yang dihasilkan oleh semburan/pancaran udara yang dihisap masuk kedalam system
menggunakan compressor, udara yang masuk melalui filter udara udara ini kemudian
dialirkan melalui pipa-pipa yang mengarah ke rumah instrument, semburan dari udara inilah
yang kemudian memutar gyro.
Electrical system :
Tenaga pemutar gyro yang dihasilkan oleh arus listrik dc untuk menggerakkan gyro pada
insstrument turn and slip indicator dan arus ac dengan tegangan yang lebih tinggi untuk
menggerakkan instrument heading indicator dan artificial horizon.
Magnetism :
Sistem yang menggunakan magnet pada pesawat dan bereaksi terhadap magnet bumi, sehingga jika
magnet ini digantung maka akan ada bagian magnet selalu yang mengarah pada kutub utara bumi
dan bagian yang lain akan mengarah pada kutub selatan bumi. Berguna untuk menggerakan
instrument compass indicator pada pesawat
Instrument pesawat :
Altimeter :
Menunjukkan ketinggian dari pesawat.
Altitude indicator / AH :
Menunjukkan letak hidung pesawat terhadap garis horizon, jadi instrument ini dapat
memberi informasi mengenai posisi hidung pesawat apakah berada di atas garis horizon,
sejajar dengan garis horizon, atau dibawah garis horizon serta memberi informasi tentang
jumlah atau besaran sudut antara hidung pesawat dan garis horizon.
Airspeed indicator :
Menampilkan kecepatan pesawat dalam satuan knots relatif terhadap keadaan udara
disekitar pesawat atau biasa disebut IAS yang merupakan TAS yang dipengaruhi oleh
kepadatan udara (dipengaruhi oleh ketinggian, suhu dan kelembapan) disekitar pesawat.
Magnetic compass : kompas yang menampilkan heading/arah manu pesawat relatif
terhadap kutub utara bumi.
Heading indicator :
Menunjukkan heading/arah maju pesawat relatif terhadap arah utara berdasarkan letak
geografis bumi, Instrument ini dikalibrasi dari magnetic compass untuk meningkatkan
kepresisian penunjuk arah, disebut juga dengan nama directional gyro.
Course deviation : intrument yang menunjukkan informasi VOR/ILS atau instrument yang
mengindikasikan pesawat berdasarkan jalur yang telah dimasukkan sebelumnya.
HSI (Horizontal Situation Indicator) :
Merupakan penggabungan dari heading indicator dan course deviation yang ditampilkan
secara digital/modern.
VSI (Vertical Speed Indicator) :
Intrument yang menampilkan kecepatan pendakian/penurunan pesawat setiap waktu dan
dinyatakan didalam Feet Per Minute.
VII. AIRCRAFT STRUCTURE
Major component :
Fuselage :
The fuselage is the central body of an airplane and is designed to accommodate the crew,
passengers, and cargo. It also provides the structural connection for the wings and tail
Assembly.
Wings :
The wings are airfoils attached to each side of the fuselage and are the main lifting surfaces
that support the airplane in flight.
Empennage :
Includes the entire tail group and consists of Fixed surfaces such as the vertical stabilizer and
the horizontal Stabilizer and the movable surfaces include the rudder, the Elevator, and one
or more trim tabs.
Landing Gear :
The principal support of the airplane when parked, taxiing, taking off, or landing. The most
common type of landing gear consists of wheels, but airplanes can also be equipped with
floats for water operations, or skis for landing on snow.
Powerplant :
Usually includes both the engine and the propeller. The primary function of the engine is to
provide the power to turn the propeller. It also generates electrical power, provides a
vacuum source for some flight instruments, and in most single-engine airplanes, provides a
source of heat for the pilot and passengers.
VIII. FLIGHT CONTROL
Cara kerja dari sistem ini adalah : pertama switch di putar ke posisi start, ini akan menghubungan
dinamo starter dengan battery pesawat/GPU sehingga dinamo starter hidup dan memutar
crankshaft, putaran dari crankshaft kemudian memutar magneto untuk menghasil tenaga listrik ke
sparkplug.
Sparkplug yang menerima tegangan listrik dari magneto akhirnya menciptakan percikan listrik untuk
pengapian di dalam silinder, ketika pengapian terjadi, engine pun hidup dan switch kemudian dilepas
sehingga koneksi dinamo starter pun terputus dari sistem kelistrikan/battery pesawat.
Switch juga akan secara otomatis kembali ke label atau posisi both ketika dilepaskan.
XI. SUMMARY
L : Lift in pounds
D : Drag
q : Dinamyc pressure per square feet
CL : Coefficient of Lift
DL : Coefficient of Drag
S : Wing area in square feet
p : Density expressed in slugs per cubic feet
V : Velocity in feet per second
Jenis-jenis altitude :
Indicated Altitude :
Altitude yang dbaca langsung dari instrument altimeter yang di set pada altimeter setting
tertentu.
True Altitude :
Jarak vertical sebuah pesawat berdasarkan ketinggian laut atau biasa disebut MSL (Mean
Sea Level)
Absolute Altitude :
Ketinggian pesawat dari ground/daratan atau biasa disebut AGL (Above Ground Level).
Pressure Altitude :
Altitude yang ditunjukkan altimeter ketika sudah disetting menjadi 29.92Hg atau sama
dengan 1013.25hpa, merupakan altitude yang diukur dari standart datum plane (sebuah
level imajiner dimana tekanan udara 29.92hg dengan temperatur 15°C), pressure altitude
dapat digunakan untuk mengukur density altitude, true altitude, TAS, dan data performa
pesawat lainnya.
Density Altitude :
Pressure altitude yang dikoreksi berdasarkan perubahan temperatur, jika temperatur diatas
standart maka density lebih tinggi dari pressure.
Altimeter :
QNH : Local altimeter setting, altimeter reads field elevation when the airplane is on the
ground (DA).
QNE : Altimeter set to 29.92, altimeter reads flight level.
QFE : Actual local pressure, altimeter reads absolute altitude above the airport and zero feet
when the airplane is on the ground.
Transponder Codes :
1200 VFR | 7700 Emergency | 7600 Lost communicstion | 7500 Hijack
Transponder Mode :
Mode A : memberikan reply ke ATC berupa 4 digit transponder code / squawk.
Mode C : Squawk + altitude reporting.
Mode S : Transponder code dengan tambahan 24 bit code, sesama mode S dari bebedapa
pesawat juga bisa berkomunikasi untuk menghitung jarak dan waktu yang dibutuhkan oleh
TCAS (Traffic Alert and Collision Avoidance System).
Mode S ELS (Elementary Surveillance) :
Sama dengan mode S ditambah :
o Memberikan call sign yang diambil dari FMS.
o Altitide reporting dengan interval hanya 25ft.
o Memberi tahu kemampuan reporting ke Ground Survaillance System (radar ATC).
o Report status ground/flight ke radar ATC.
o SI code capability.
Mode S EHS (Enhanced Surveillance) :
o Memberi tahu selected altitude yang dipilih pilot di auto pilot (dikirim oleh FMS).
o Bisa memberi tahu Indicated Air Speed.
o Bisa memberi tahu ground speed, roll angle, true track angle, and track angle rate
untuk prediksi gerakan pesawat di radar.
o Bisa memberi tahu magnetic heading.
o Memberikan data TCAS-RA ke ATC.
o Bisa memberi tahu vertical rate (rate of climb/descent).
Semua data mode diatas hanya diberikan pada unit surveillance radar yang menf-interogasi
transponder, posisi di dapat dari azimuth radad dan waktu reply yang diberikan oleh pesawat.
Radar receiver juga harus punya semua kemampuan diatas untuk bisa mendapatkan data yang
optimum.
Mode S dengan ADS-B out :
Di broadcast / di pancarkan untuk biss di monitor oleh penerima ADS-B (receiver) atau
pesawat lain.
Pesawat dengan ADS-B out juga memberikan data :
o Aircraft horizontal position (latitude/longitude)
o Aircraft barometric altitude.
o Quality indicator.
o Aircraft identification :
Unique 24-bit aircraft address.
Aircraft identification.
Mode A code.
o Emergency status.
o SPI (Special Position Indicator).
Siapapun yang memiliki receiver ADS-B akan bisa melihat data dan posisi pesawat, data
inilah yang dipakai oleh aplikasi-aplikasi yang bisa memantau posisi pesawat.
Emergency Frequensi : 121.50g
Composit of Air :
Nitrogen : 78%
Oxygen : 21%
Carbon dioxyde and other gas : 1%
ISA :
Dynamic pressure : 1013.25mb/29.92Hg
Static pressure : 14.7 PSI (Pressure Square Inch)
Density/p : 1225 kg/m3
Temperature : +15°c
Temp laps rate : -1.98°c/1000ft, stop at 36000ft/-56°c
Elevasi : +30ft/1mb
Atmosphere pressure :
Tekanan atmosfer yang berbeda-beda pada setiap ketinggian karena meningkatnya ketinggian =
berkurangnya jumlah molekur udara.
Air density :
Tekanan udara yang dipengaruhi oleh perubahan atmosphere pressure, temp, dan humidity.
Efek Humidity :
Humidity increase → density decrease→engine kekurangan tenaga 7-10%
Bagian-bagian Airfoil :
Leading edge
Trailing edge
Upper camber
Lower camber
Mean camber line
Chor line
3 Hukum Newton :
1. Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda
yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus
beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap.
Artinya yang diam akan tetap diam dan tidak akan bergerak sampai ada gaya
(dorongan atau tarikan) yang kemudian membuatnya bergerak, dan benda bergerak
akan terus bergerak dan akan diam apabila ada gaya yang mempegaruhinya untuk
diam.
2. Percepatan (perubahan dari kecepatan) dari suatu benda akan sebanding dengan
resultan gaya (jumlah gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding
terbalik dengan massa benda.
Artinya massa suatu benda sangat berpengaruh pada gaya dalam suatu sistem.
3. Tambahan atau kurangan massa akan menghasilkan suatu perubahan.
Artinya setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika suatu benda memberikan gaya
pada benda yang lain maka benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang
besarnya sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, tetapi arahnya
berlawanan.
Drag :
a. Induced drag :
b. Parasite drag :
Form drag : drag yang diakibatkan oleh bentuk pesawat itu sendiri.
Interference drag : drag yabg diakibatkan interferensi lapisan batas dari
berbagai bagian pesawat, contohnya sambungan sayap ke fuselage.
Skin friction drag : drag yang diakibatkan oleh kulit badan pesawat,
contohnya stiker atau lapisan cat yang kurang halus.
Lapisan atmosphere :
Troposphere : 0→36000ft
Stratosohere : 36000→176000ft
Mesosphere : 176000→296000ft
Thermosphere : 296000ft→space
Cloud :
Low cloud : 0→6500ft = cumulus, stratus, nimbostratus, stratocumulus.
Mid cloud : 6500→20000ft = altocumulus, altostratus.
High cloud : 20000ft→up = cirrus, cirrocumulus, cirrostratus.
Windshear :
Perubahan angin/arah angin secara tiba-tiba atau turbulensi diketinggian rendah.
Gusty :
Perubahan kecepatan angin secara tiba-tiba dan tak beraturan.
Turbulensi :
Kecepatan amgin/arah pergerakannya berubah dengan cepat.
LAW :
CASR 36 : Aircraft type and aworthiness.
CASR 45 : Identification and Registration.
CASR 47 : Aircraft Registration.
CASR 61 : Licensing of Pilot and Flight Instructor.
CASR 91 : General Operating and Flight Rules.
CASR 121 : Airlanes operate more than 7500lbs.
CASR 135 : Commuter operate below 7500lbs of payload.
CASR 141 : Flight School.
CASR 142 : Operation Requerement for Flight Training.
CASR 173 : Instrument Flight Procedures Design.
IFR Fuel :
Destination
Alternate
Reserve 45 minute
IFR Minimum Altitude :
Mountanious area : 2000ft vertical 74nm horizontal.
Non mountanious area : 1000ft vertical and 74nm horizontal.
Tipe Engine :
Piston Engine :
merupakan mesin yang menggunakan piston (torak) sebagai tenaga penggerak. Piston yang
bergerak naik turun di hubungkan dengan crankshaft (sejenis alat converter yang mengubah
tenaga naik turun dari piston menjadi tenaga putar) melalui connecting rod untuk
memutar propeller atau baling-baling. Piston dapat bergerak naik turun karena adanya
pembakaran antara campuran udara dengan bahan bakar (fuel) yang diberikan tekanan di
dalam ruang bakar (combustion chamber). Pembakaran di dalam combustion chamber
menghasilkan expansion gas panas yang dapat menggerakkan piston bergerak naik turun.
Tahap stroke pada piston engine four stroke :
o The Intake Stroke
Dimulai ketika piston bergerak dari TDC (titik mati atas pada silinder) menuju BDC
(titik mati bawah pada silinder), disaat ini terjadi, intake valve/katup pemasukan
terbuka dan mengalirkan bahan bakar dan campuran udara kedalam silinder.
o The Compression Stroke
Dimulai ketika intake valve tertutup dan piston kembali bergerak dari BDC ke TDC
untuk memberi tekanan pada udara dan bahan bakar didalam silinder, sehingga
tekanan didalam silinder akan menghasilkan daya ledak ketika diberi percikan api.
o The power stroke
Dimulai ketika sparplug (busi) memberikan percikan api pada udara dan bahan bakar
bertekanan dan menciptakan efek ledakan yang mendorong piston engine menjauh
dari TDC, menciptakan tenaga yang akhirnya memutar crankshaft yang terhubung ke
piston melalui media bernama connecting rod.
o The Exhaust Stroke
Digunakan untuk membersihkan silinder dari gas sisa pembakaran, dimulai ketika
exhaust valve/katup knalpot terbuka dan piston mulai bergerak naik dari BDC ke
TDC.
Turbo Jet Engine :
Engine yang menggunakan turbin dalam membangkitkan tenaga, dan jet yang artinya
semburan/ pancaran. Yaitu semburan hasil pembakaran di dalam combustion chamber
keluar menuju turbin dan memutar turbin, lalu turbin memutar compressor dan
menggerakkan komponen engine lainnya.
Turbo Prop Engine :
Prinsip kerjanya sama dengan jet engine, yang membedakan adalah pada turbo prop engine
terdapat propeller yang terhubung dengan turbin dan compressor menggunakan shaft,
sehingga propeller inilah yang digunakan sebagai tenaga pendorong untuk menghasilkan
gaya tarik/thrust.
Turbo Fan :
Merupakan gabungan antara turbo jet dan turbo prop, mempunya fan dibagian depan
sebagai penghasil gaya thrust tambahan yang terhubung dengan compressor dan turbin, fan
ini bertugas menarik udara yang sebagian masuk ke compressor dan sebagian lagi bypass,
bypass inilah yang digunakan sebagai penghasil gaya thrust tambahan.
Turbo Shaft Engine :
Prinsip kerja dari turboshaft engine juga hampir sama dengan turbojet engine. Engine ini
di gunakan pada helikopter. Pada turboshaft engine, terdapat shaft yang
menghubungkan turbin dengan main rotor/baling-baling helikopter. Rotor pada helikopter
mempunyai penampang berbentuk airfoil sehingga kalau berputar pada kecepatan
tertentu akan menghasilkan gaya lift.
Stall :
Suatu kondisi aerodynamic dimana coeficient lift mulai berkurang arena angle of attack meningkat
dan melampaui criticical point, critical point angle of attack ini pada umumnya 15-16 degrees.
Penyebabnya antara lain :
Weight, pendistribusian weight yang tidak merata akan membuat pesawat tail heavy atau
nose heavy. Increase weight = increasing stalling speed.
Dynamic pressure, dimana berbicara velocity airflow yang nanti akan ditampilan pada
airpeed di pesawat. Airspeed decrease = lift decrease = stall.
Bank angle, saat pesawat berbelok, maka akan cenderung turun ke arah pesawat itu
berbelok sehingga pitch up diperlukan dan bersamaan dengan itu stall speed akan
meningkat.
Pitch altitude, mengubah pitch altitude berarti mengubah angle of attack (lateral stability).
Spin :
Saat pesawat cenderung melakukan yawing serta mengurangi ketinggian. Penyebabnya karena pada
saat pesawat stall, adanya perbedaan gaya angkat pada kedua sayap pesawat sehingga sayap
dengan gaya angkat lebih rendah akan turun dan semakin turun/semakin stall. Sayap yang turun ini
berlaku sebagai sumbu putar rotasi pesawat.
Jsdi perbedaan lift pada sayap menghasilkan gerakan rolling dan perbedaan drag pada sayap
menghasilkan gerakan yaw.
Vx : best angle.
Vy : best rate.
Garis-garis bumi :
Latitude / garis lintang :
Garis maya yang melingkari bumi ditarik dari arah barat hingga ke timur atau sebaliknya dan
sejajar dengan equator (garis khatulistiwa/garis yang membagi bagian utara dan selatan
bumi). Garis lintang terus melingkari bumi dari equator hingga ke utara (lintang utara) dan
selatan (lintang selatan). Jarak antar garis dihitung dalam derajat, garis lintang yang tepat
berada di equator disebut 0° dan 90° pada kutub utata/selatan.
Longitude / garis bujur :
Garis maya yang ditarik kutub utara hingga selatan atau sebaliknya sehingga derajat antar
garis ini melebar di equator dan menyempit di kutub. Tempat sebagai 0° (prime meridian)
adalah garis dari utara ke selatan yang tepat melintasi kota Greenwich di Inggris. Lalu garis
disebelah barat Greenwich disebut west longitude dan disebelah timur Greenwich disebut
east longitude/bujur timur. Pada batas 180° dari greenwich, east longitude dan west
longitude kembali bertemu dan garis pertemuan ini dinamakan anti meridian.
Airspace Classification :
A = Airspace from 18.000ft to FL600, including water within 12Nm.
o IFR only.
o Operation rules : ATC Clearence, IFR Equipment, Instrument Rating.
B = Airspace from ground surface to 10.000ft surrounding the nation busiest airport, consist of
two or more layer.
o VFR Visibility 4.8km.
o Clear of cloud.
o Operations rules : two way com, transponder with altitude report, privat license or
student.
C = Airspace from ground/1200ft to 4000ft, radius 5Nm, have a control tower, radar approach
control and have a certain IFR operations.
o VFR Visibility 4.8Km.
o Cloud 1000ft vertical and 1500 horizontal.
o Operations rules : two way com, transponder with altitude report, privat license or
student.
D = Airspace Surface to 2500ft have operational control tower.
o VFR Visibility 4.8Km.
o Clouds 1000ft vertical and 1500m horizontal.
E = Airspace ground surface up to 700/1200ft.
o VFR Visibility 4.8Km
o Up to 10.000ft, Visibilty 8Km
o Below 10.000ft, 5Km
Radio Altimeter :
Memberi tahu ketinggian sebenarnya antara pesawat dan ground dengan tingkat akurasi 0-2500ft.
Digunakan juga untuk GPWS (Global Positioning Warning System).
Derated Thrust :
Menggunakan power takeoff dibawah kemampuan engine, kegunaannya antara lain : menambah
engine lifetime, kenyamanan penumpang dan menghemat fuel.
Cloud base :
Temp°F – dew point = ... /4.4 = ... x 1000ft = ...feet