Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum

Lakesla - TOHB – OTT - VO2Maks

7. Landasan Yuridis

a. Undang-undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2013

Tentang Kesehatan Matra

c. Perkasal Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Uji dan Pemeriksaan Kesehatan

Melalui Fasilitas Kesehatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan

Laut.

d. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 120/MENKES/SK/II/2008

Tanggal 6 Februari 2008 Tentang Standar Pelayanan Medik Hiperbarik

e. Keputusan Kasal Nomor Kep / 3291 / XII / 2018 Tanggal 12 Desember 2018

Tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Oksigen Hiperbarik Di Lingkungan TNI

Angkatan Laut.

8. Landasan Teoritis

1. TOHB :

1. Definisi

2. Mekanisme Kerja

3. Manfaat TOHB : Kebugaran

4. Fungsi TOHB

2. OTT

1. Definisi

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


3. Prosedur TTO

3. VO2 Maks

1. Definisi

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai VO2 Maks

3. Faktor-Faktor yang Menentukan Nilai VO2 Maks

4. Pengukuran VO2 Maks

5. Pengaruh TOHB terhadap VO2 Maks

9. Penelitian Terdahulu

10. Kerangka Pemikiran


BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

6. Umum. Lembaga Kesehatan Kelautan (Lakesla) TNI AL Drs. Med. R.

Rijadi Sastropanoelar., Phys merupakan lembaga kesehatan dibawah Dinas

Kesehatan TNI Angkatan Laut, sebagai Pusat Unggulan Kesehatan Matra

Laut yang memliki kekhasan yaitu di bidang terapi oksigen hiperbarik. Terapi

oksigen hiperbarik memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan dalam

menunjang kemampuan tempur prajurit melalui peningkatan kebugaran,

pemulihan, daya tahan tubuh serta meningkatkan kesehatan mental prajurit.

Terapi oksigen hiperbarik bertujuan untuk meningkatkan jumlah

molekul oksigen yang masuk ke dalam tubuh melaui pernafasan maupun

pori-pori atau jaringan luar tubuh. Dengan meningkatnya oksigen yang

dihirup, maka jumlah oksigen yang terlarut di dalam darah semakin

meningkat. Oksigen diangkut oleh darah ke seluruh sel-sel dan jaringan-

jaringan tubuh. Banyak fungsi-fungsi sel dan jaringan tubuh yang bergantung

pada oksigen, sehingga meningkatkan kemampuan sel-sel dan jaringan-

jaringan tubuh untuk membelah atau beregenerasi.

Selain itu juga oksigen hiperbarik digunakan untuk pemeriksaan Tes

Toleransi Oksigen (TTO) sebagai salah satu item pemeriksaan pada urikkes

matra laut yang dapat diperluas pelaksanaannya mencakup seluruh perajurit

TNI AL untuk mendapatkan gambaran kemampuan tempur dasar prajurit.

Terapi oksigen hiperbarik memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan

dalam menunjang kemampuan tempur prajurit melalui peningkatan


kebugaran. Kebugaran jasmani (daya tahan kardiorespirasi) sering diukur

melalui konsumsi volume oksigen maksimal (VO2maks) seseorang. 1

7. Landasan Yuridis.

a. Undang-undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Kesehatan matra adalah kondisi dengan lingkungan berubah secara

bermakna yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Kesehatan

lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan

pekerjaan didarat yang temporer dan serba berubah. Adapun sasaran

pokok adalah melakukan dukungan kesehatan operasional dan

pembinaan terhadap setiap orang yang secara langsung maupun tidak

langsung terlibat dalam kegiatan dilapangan. Kesehatan kelautan dan

bawah air” dalam ketentuan ini adalah kesehatan matra yang

berhubungan dengan pekerjaan di laut dan yang berhubungan dengan

keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik) dengan

sasaran pokok melakukan dukungan kesehatan operasional dan

pembinaan kesehatan setiap orang yang secara langsung maupun

tidak langsung terlibat dalam pengoperasian peralatan laut dan

dibawah air. Kesehatan kedirgantaraan adalah kesehatan matra udara

yang mencakup ruang lingkup kesehatan penerbangan dan kesehatan

ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah

(hipobarik) dengan mempunyai sasaran pokok melakukan dukungan

kesehatan operasional dan pembinaan kesehatan terhadap setiap

orang secara langsung atau tidak langsung.

1
Adaptasi Fisologis Volume Oksigen Maksimal (VO2Maks) Pada Penyelam; Lindung Saputra, Pudia M.
Indika; 2020
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61

Tahun 2013 Tentang Kesehatan Matra

Kesehatan Matra adalah upaya kesehatan dalam bentuk khusus

yang diselenggarakan untuk menunjang kemampuan fisik dan mental

guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang serba berubah

secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.

Kesehatan Lapangan adalah kesehatan matra yang

berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di darat yang bersifat

temporer pada lingkungan yang berubah yang meliputi:

a. kesehatan perpindahan penduduk;

b. kesehatan migran;

c. kesehatan haji dan umrah;

d. kesehatan penanggulangan bencana;

e. kesehatan bawah tanah;

f. kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;

g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;

h. kesehatan pada arus mudik;

i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan

j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.

Kesehatan Kelautan dan Bawah Air adalah kesehatan matra

yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan di laut dan

berhubungan dengan keadaan lingkungan yang bertekanan tinggi

(hiperbarik) yang meliputi:

a. kesehatan penyelaman;

b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan


c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.

Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang

berhubungan dengan penerbangan dan kesehatan ruang angkasa

dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik) terdiri

atas :

a. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa; dan

b. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di udara.

c. Perkasal Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Uji dan

Pemeriksaan Kesehatan Melalui Fasilitas Kesehatan di

Lingkungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.

Uji dan Pemeriksaan Kesehatan, yang selanjutnya disebut Urikkes

adalah suatu sistem pemeriksaan kesehatan fisik dan jiwa calon

anggota/anggota TNI Angkatan Laut yang digunakan untuk

menentukan status kesehatannya.

Urikkes Satuan Operasional/Kemampuan Tempur, yang

selanjutnya disebut Urikkes Puanpur adalah Urikkes berkala ditambah

pemeriksaan tertentu yang diperuntukkan bagi anggota satuan-satuan

operasional, yaitu Pasukan Marinir dan Anak Buah Kapal (ABK) KRI.

Urikkes Matra adalah Urikkes berkala ditambah pemeriksaan

tertentu yang diperuntukkan bagi anggota satuan-satuan khusus.

d. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

120/MENKES/SK/II/2008 Tanggal 6 Februari 2008 Tentang Standar

Pelayanan Medik Hiperbarik.

Dalam upaya peningkatan akses masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai perkembangan ilmu


pengetahuan kedokteran, Departemen Kesehatan mendukung

penggunaan hiperbarik sebagai salah satu pengobatan dalam

penyelenggaraan pelayanan medik di sarana pelayanan kesehatan.

Untuk mendukung penggunaan hiperbarik sebagai bagian dari

pelayanan medik yang aman, bermanfaat, dan terjangkau, maka

diperlukan adanya suatu standar yang dapat dijadikan acuan dalam

pelayanan medik hiperbarik. Adanya standar pelayanan medik

hiperbarik ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keamanan

pengoperasian. Standar pelayanan medik hiperbarik ini telah disusun

oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan para pakar,

organisasi profesi, dan lembaga lintas sektor terkait, sehingga

diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan keamanan

penyelenggaraan pelayanan medik hiperbarik yang telah berjalan

selama ini di Indonesia agar dapat melindungi masyarakat sebagai

pengguna jasa pelayanan maupun pelaksana pelayanan tersebut.

Standar penyelenggaraan pelayanan medik hiperbarik ini dapat

dijadikan salah satu acuan bagi Diskes Koarmada II dalam

menyiapkan hal yang dianggap perlu guna menunjang kemampuan

dukungan kesehatan penyelaman dan hiperbarik pada latihan

penyelaman pasukan khusus.

e. Keputusan Kasal Nomor Kep / 3291 / XII / 2018 Tanggal 12

Desember 2018 Tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Oksigen

Hiperbarik Di Lingkungan TNI Angkatan Laut.

Kegiatan penyelaman dalam operasi dan latihan TNI Angkatan

Laut merupakan kegiatan yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya


gangguan kesehatan atau penyakit akibat penyelaman. Terapi oksigen

hiperbarik (TOHB) merupakan pengobatan utama untuk mengatasi

gangguan kesehatan dan penyakit akibat penyelaman tersebut,

sehingga keberadaan Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) atau

Hyperbaric Chamber pada kegiatan penyelaman dalam operasi dan

latihan merupakan syarat mutlak, disamping itu fasilitas RUBT ini juga

digunakan dalam pelaksanaan Uji dan Pemeriksaan Kesehatan

(Urikkes) matra laut bagi prajurit khusus TNI Angkatan Laut terutama

setelah melaksanakan penugasan penyelaman (Kopaska, Taifib, Kapal

Selam, dan Dislambair).

Penyelenggaraan pelayanan TOHB di lingkungan TNI Angkatan

Laut mempunyai peran sebagai berikut :

1) Menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi

prajurit TNI Angkatan Laut pada kegiatan penyelaman bawah air

di daerah operasi maupun latihan;

2) Menciptakan keselamatan dan keamanan pada saat

melakukan pelayanan TOHB bagi pasien maupun pengawak

RUBT;

3) Menciptakan derajat kesehatan yang paripurna bagi

prajurit TNI Angkatan Laut dan keluarganya, serta masyarakat

umum; dan

4) Mewujudkan kondisi fisik prajurit yang sehat di daerah

operasi dan latihan baik sebelum, pada saat maupun setelah

melaksanakan penyelaman sehingga dapat meningkatkan


dukungan moril bagi prajurit TNI Angkatan Laut dalam

melaksanakan latihan dan operasi.

8. Landasan Teoritis.

8.1 Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB)

8.1.1 Definisi

Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) adalah suatu cara pengobatan

dimana pasien masuk ke dalam suatu ruangan tertutup (chamber) yang

disebut RUBT (Ruang Udara Bertekanan Tinggi) kemudian diberi

tekanan yang lebih besar dari tekanan udara normal yaitu lebih dari 1

ATM (atmosfer) dan bernafas dengan oksigen murni 100%. Mode

terapi medis dengan pasien masuk kedalam sebuah ruangan bernafas

dengan 100% oksigen pada tekanan lebih dari 1 Atmosfer Absolut

(ATA). ATA merupakan unit dari tekanan dan 1 ATA sebanding dengan

760 mm mercury atau tekanan pada level air laut. 2 Partial Pressure O2

arteri adalah 100 mmHg, HB 95% tersaturasi dan 100 ml darah

membawa 19 ml O2 yang berikatan dengan HB dan 0,32 ml yang

terlarut dalam plasma. Ketika konsentrasi Inspirasi O2 meningkat

menjadi 100%, O2 yang terikat dengan Hemoglobin dapat meningkat

menjadi 20 ml ketika HB tersaturasi 100% dan jumlah O2 terlarut pada

plasma dapat meningkat hingga 2.09 ml. Ketika Hiperbarik Oksigen

ditambahkan, HB akan tersaturasi 100% jumlah oksigen yang dibawa

akan meningkat menjadi 4,4% pada tekanan 2 ATA menjadi 6.8 ml%

pada 3 ATA mencukupi kebutuhan oksigen total pada keadaan istirahat

tanpa kontribusi pengikatan oksigen pada hemoglobin. Oksigen yang


2
Wisudarti CFR et al. Terapi Oksigen Hiperbarik. Jurnal Komplikasi Anestesi, 2017 Maret, 4(2):71-77.
terlarut ini dapat mencapai daerah yang secara fisik obstruksi. Pada

keadaan ini sel darah merah tidak dapat melewati daerah obstruksi.

Keuntungan lainnya oksigenasi jaringan dapat dilakukan pada keadaan

gangguan Hemoglobin yang akan membawa oksigen, seperti keadaan

keracunan karbon monoksida dan severe anemia. Oksigen Hiperbarik

akan meningkatkan pembentukan Oksigen radikal bebas yang akan

mengoksidasi protein dan membran lipid, merusak DNA dan

menghambat fungsi metabolik bakteri. Hiperbarik Oksigen efektif dalam

melawan kuman anaerob dan memfasilitasi oxygen-dependen

peroxidase system oleh leukosit dalam membunuh bakteri. Hiperbarik

oksigen juga meningkatkan oxygen-dependent transport berbagai

antibiotik dalam melewati dinding sel bakteri. Peningkatan tekanan

memiliki efek secara langsung dalam menurunkan ukuran bubble pada

kondisi embolisme udara dan decompression sickness.

Hiperoksigenasi menyebabkan stimulasi imun dengan meningkatkan

fungsi sel darah putih. Menunjang kemampuan fagositik dan

kemampuan membunuh bakteri yang dimediasi oleh netrofil.

8.1.2 Mekanisme Kerja

Sistem kerja TOHB, pasien dimasukkan dalam ruangan dengan

tekanan lebih dari 1 atm, setelah mencapai kedalaman tertentu

disalurkan oksigen murni (100%) kedalam ruang tersebut . Ketika kita

bernapas dalam keadaan normal, udara yang kita hirup komposisinya

terdiri dari hanya sekitar 20% adalah Oksigen dan 80%nya adalah

Nitrogen.
Pada TOHB, tekanan udara meningkat sampai dengan 2 kali

keadaan nomal dan pasien bernapas dengan oksigen 100%.

Pemberian oksigen 100% dalam tekanan tinggi, menyebabkan tekanan

yang akan melarutkan oksigen kedalam darah serta jaringan dan

cairan tubuh lainnya hingga mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali

lebih tinggi dari normal.

Oksigenasi ini dapat memobilisasi penyembuhan alami

jaringan,  hal ini  merupakan anti inflamasi kuat yang merangsang

perkembangan pembuluh darah baru, dapat membunuh bakteri dan

mengurangi pembengkakan.

8.1.3 Manfaat TOHB

Manfaat awal dari terapi ini adalah untuk mengobati penyelam

laut dalam yang menderita akibat emboli udara. Setelah banyak

penelitian medis dan tes, para ilmuwan telah menemukan lebih

banyak penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan TOHB,

misalnya: cedera kepala, cerebral palsy, stroke dan bahkan kelelahan

kronis, luka diabetes dan autis. Karena tekanan tinggi, oksigen murni

diambil oleh tubuh lebih cepat. Oksigen ini akan tersaturasi dalam

darah pada tingkat yang jauh lebih tinggi dan diserap oleh setiap  sel,

otot dan jaringan yang ada pada tubuh.  Hal ini disebabkan adanya

tekanan yang tinggi mendorong sirkulasi sehingga oksigen akan

terbawa ke tiap sel dan konsentrasi oksigen dalam sel cukup tinggi.

TOHB ebih popular pada akhir ini karena memiliki efek samping yang

jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan terapi yang menggunakan

obat-obatan.
Manfaat TOHB antara lain :

1. Mengurangi volume gelembung gas pada penyakit dekompresi

2. Meningkatkan penyaluran oksigen pada jaringan yang

kekurangan oksigen

3. Mendorong / merangsang pembentukan pembuluh darah baru

4. Menekan pertumbuhan kuman

5. Mendorong pembentukan jaringan dan meningkatkan daya bunuh

kuman oleh sel darah putih.

6. Mengeleminasi dan menurunkan zat beracun.

7. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh,

bahkan pada aliran darah yang berkurang

8. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk

meningkatkan aliran darah pada sirkulasi yang berkurang.

9. Menyebabkan pelebaran arteri rebound sehingga meningkatkan

diameter pembuluh darah, dibanding pada permulaan terapi.

10. Merangsang fungsi adaptif pada peningkatan superoxide

dismutase (SOD), merupakan salah satu antioksidan dalam tubuh

untuk pertahanan terhadap radikal bebas dan bertujuan

mengatasi infeksi dengan meningkatkan kerja sel darah putih

sebagai antibiotic pembunuh kuman.

Fungsi TOHB Dalam Terapi Penyakit

Terapi Primer:

 Penyakit Dekompresi

 Emboli Gas

 Keracunan CO
Terapi Sekunder

 Kerusakan jaringan akibat radiasi

 Gas Gangren

 Osteoradionecrosis

 Akut ischemia dan crush injuries

 Luka Bakar

 Anemia Akut

 Luka Bakar yang sukar sembuh

 Skin Flap

 Osteomyelitis

 Ulcus / Gangren pada diabetes

 Tuli mendadak + Tinitus

 Patah tulang

 Rehabilitasi motilitas sperma pada infertilitas

 Kebugaran dan estetika

Manfaat TOHB untuk Kebugaran

Dengan bertambahnya usia, kita berupaya untuk terus dapat

mempertahankan kebugaran. TOHB dapat meningkatkan energi

secara keseluruhan, meningkatkan kemampuan kognitif dan

kesehatan dengan memerangi radikal bebas yang bersifat racun dan

berbahaya, membantu meningkatkan metabolisme, dan membuat

kulit dan rambut menjadi lebih sehat dan berkilau.Peran TOHB dalam

kebugaran adalah dengan:


 Menurunkan asam laktat

 Meningkatkan kekuatan otot

 Meningkatkan kapasitas latihan fisik

8.2 Tes Toleransi Oksigen (TTO)

8.2.1 Definisi

Tes Toleransi Oksigen (TTO) telah dikembangkan untuk

mendeteksi kerentanan individu untuk keracunan oksigen. Oksigen di

tekanan parsial yang tinggi dapat menyebabkan efek racun di sebagian

besar jaringan tubuh. Efek ini bergantung dengan tekanan parsial dan

lamanya paparan. Mekanisme pasti keracunan oksigen tidak diketahui.

Teori Oksigen radikal bebas yang diterima secara luas sebagai

penjelasan keracunan oksigen di tingkat molekuler. Apabila

produksinya berlebihan, hal itu dapat menyebabkan kerusakan struktur

seluler atau inaktivasi enzim.

Secara klinis, efek keracunan oksigen dapat terjadi pada paru-

paru, Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mata. Keracunan oksigen pada

susunan saraf pusat (Paul Bert Effect) disebabkan oleh tekanan

parsial oksigen melebihi 2.8 ATA. Akan tetapi ambang batas ini sangat

bervariasi pada setiap individu bergantung pada faktor-faktor pada

Tabel 1. Gejala Keracunan oksigen pada susunan saraf pusat antara

lain twitching of lips (bibir kedutan), nausea, dizziness, tunnel vision,

disforia dan kejang. Banyak dari gejala klinis kurang tampak selama di

dalam air sehingga kejang-kejang adalah gejala pertama yang terlihat.


Keracunan oksigen adalah faktor penghambat utama operasi

kombatan bawah air (Underwater combat operation) dan operasi

penyelaman pembersihan (Clearance diving operation). Aspek yang

paling penting terdapat variasi kerentanan terhadap keracunan

oksigen. Selain itu juga rentangan toleransi yang lebar pada setiap

individu.Oleh karena itu skrining harus dilaksanakan sebelum

melaksanakan penyelaman. Setiap individu yang memiliki ambang

keracunan oksigen yang rendah harus menghindari hal-hal yang

terdapat pada Tabel 1 selama operasi penyelaman. Kerentanan

keracunan oksigen tidak hanya untuk penyelam kombatan tetapi untuk

seluruh penyelam seperti pada kasus decompression sickness (DCS),

mereka akan terekspos tekanan parsial oksigen hingga 2.8 ATA dalam

waktu yang lama sebagai bagian dari standar protokol terapi. Individu

yang rentan dapat mengalami keracunan oksigen selama terapi

rekompresi.

Tabel. 1 Faktor Yang Dapat Menurunkan Ambang


Keracunan Oksigen

N FAKTOR KETERANGAN
O
1. Status Fisiologis Latihan fisik
Hipertemia
Hipotermia
Imersi
Meningkatnya CO2 arteri
Stress
2. Status Patologis Demam
Congenital spherocytosis
Defisiensi Vitamin E
3. Obat-obatan Amfetamin
Acetazolamide
Aspirin
Atropin
4. Gas Karbondioksida
Nitrous oxide
Gas inert
5. Hormon dan neurotransmitter Insulin
Tiroksin
ACTH
Kortisol
Epinephrine
GABA
6. Metal Besi
Tembaga

8.2.2 Prosedur TTO

TTO telah distandarisasi berdasarkan rekomendasi NOAA (US.

Navy and National Oceanic and Atmospheric Administration). Prosedur

yang telah distandarisasi sebagai berikut :

1. Kandidat harus menjalani pemeriksaan fisik oleh Dokter

Spesialis HIperbarik dan dinyatakan lolos untuk menjalani tes. TTO

hanya dilaksanakan apabila Dokter Spesialis Hiperbarik ada.

2. Dalam penyelenggaraan TTO dari kandidat yang lebih dari satu,

jumlah kandidat per perawat medis tidak boleh melebihi dua orang.

Jadi apabila hanya ada satu perawat medis maka maksimal hanya dua

orang kandidat yang melaksanakan TTO secara bersamaan. Hal ini

berdasarkan fakta bahwa satu bakes tidak dapat menangani kasus

emergensi lebih dari satu kandidiat yang mengalami efek keracunan

oksigen.

3. Kandidat dan perawat medis memasuki recompression

chamber. Pada kondisi dimana oksigen murni set (contoh Oxyger 57),

kandidat diberikan set oksigen murni. Selanjutnya chamber ditekan


hingga kedalaman 18 meter dengan kecapatan maksimum yang dapat

ditoleransi oleh kandidiat dan perawat medis (secara umum kurang

dari 2 menit). Pada kondisi dimana BIBS (built in breathing system)

yang digunakan untuk mengirim oksigen, chamber ditekan pada

kedalaman 18 meter setelah itu kandidat diberikan BIBS.

4. Kandidat masih bertahan. Perawat medis menghirup udara

dalam chamber. Oxygen breathing time dimulai saat menyentuh dasar

untuk pengguna set atau saat menggunakan BIBS. Perawat

menginstruksikan kepada kandidat untuk menggunakan masker

oksigen dan kandidat menghirup oksigen 100% selama 30 menit.

Perawat mengawasi tanda dan gejala keracunan oksigen pada

kandidat. Di akhir 30 menit, kandidat berhenti menghirup oksigen

100% dan melepas masker dari BIBS atau melepas oksigen set.

Selanjutkan kandidat menghirup udara dalam chamber dan

dekompresi dimulai.

5. Setelah 30 menit, chamber diturunkan tekanannya hingga ke

permukaan dengan kecapatan 1 meter/4 detik (untuk 18 meter

membutuhkan waktu 1 menit 12 detik).

6. Pencatatan TTO harus dibuat dalam “PROFORMA”. Ceklis di isi

dan ditandatangi oleh Dokter spesialis hiperbarik sebelum pelaksanaan

test. Gejala yang ditemukan selama tes dan kesimpulan akhir harus

dicatat juga.

7. Semua kandidat harus menunggu di dalam chamber minimal 15

menit dan di ruang tunggu selama 1 jam. Kandidat tidak boleh terbang

dalam 12 jam setelah tes.


8. Interpretasi hasil :

a. Apabila selama TTO kandidat mengalami kejang atau

didapatkan gejala pre-konvulsi seperti kedutan (twitching) otot

wajah atau anggota gerak, test dinyatakan GAGAL, dan masker

harus di lepas. Pada kasus tersebut, tes tidak di ulang dan

individu tersebut dianggap TIDAK FIT SECARA PERMANEN

untuk menyelam.

b. Apabila kandidat mengalami gejala tingling atau dizziness

selama tes, test DIHENTIKAN, tetapi pada kasus ini tes dapat

diulangi pada waktu yang ditentukan oleh Dokter Spesialis

Hiperbarik, setelah minimal jarak 7 hari. Terminasi tes untuk

kedua kalinya dapat ditentukan GAGAL atau TIDAK.

8.3. VO2 Max

8.3.1 Definisi

VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat

dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

kelelahan. Karena VO2max ini dapat membatasi kapasitas

kardiovaskuler seseorang, maka VO2max dianggap sebagai indikator

terbaik ketahanan aerobik.

VO2Max juga dapat diartikan sebagai kemampuan maksimal

seseorang untuk mengkonsumsi oksigen selama aktivitas fisik pada

ketinggian yang setara dengan permukaan laut. VO 2max merefleksikan

keadaan paru, kardiovaskuler, dan hematologik dalam pengantaran

oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktivitas.

Selama menit-menit pertama latihan, konsumsi oksigen meningkat


hingga akhirnya tercapai keadaan steady state di mana konsumsi

oksigen sesuai dengan kebutuhan latihan. Bersamaan dengan

keadaan steady state ini terjadi pula adaptasi ventilasi paru, denyut

jantung, dan cardiac output. Keadaan di mana konsumsi oksigen telah

mencapai nilai maksimal tanpa bisa naik lagi meski dengan

penambahan intensitas latihan inilah yang disebut VO 2max. Konsumsi

oksigen lalu turun secara bertahap bersamaan dengan penghentian

latihan karena kebutuhan oksigen pun berkurang.

Secara teori, nilai VO2Max dibatasi oleh cardiac output,

kemampuan sistem respirasi untuk mengantarkan oksigen ke darah,

atau kemampuan otot untuk menggunakan oksigen. Dengan begitu,

VO2max pun menjadi batasan kemampuan aerobik, dan oleh sebab itu

dianggap sebagai parameter terbaik untukmengukur kemampuan

aerobik (atau kardiorespirasi) seseorang. VO 2max merupakan nilai

tertinggi dimana seseorang dapat mengkonsumsi oksigen selama

latihan, serta merupakan refleksi dari unsur kardiorespirasi dan

hematologik dari pengantaran oksigen dan mekanisme oksidatif otot.

Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai

VO2max lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat dibanding

mereka yang tidak dalam kondisi baik.

Satuan

VO2max dinyatakan sebagai volume total oksigen yang

digunakan permenit (ml/menit). Semakin banyak massa otot

seseorang, semakin banyak pula oksigen (ml/menit) yang digunakan

selama latihan maksimal. Untuk menyesuaikan perbedaan ukuran


tubuh dan massa otot, VO2max dapat dinyatakan sebagai jumlah

maksimum oksigen dalam mililiter, yang dapat digunakan dalam satu

menit per kilogram berat badan (ml/kg/menit). Satuan ini yang akan

dipergunakan dalam pembahasan selanjutnya.

8.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai VO2 Maks

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai VO 2max dapat

disebutkan sebagai berikut.

1. Umur

Penelitian cross-sectional dan longitudinal nilai VO 2max pada

anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan kenaikan

progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik,

sehubungan dengan umur kronologis pada anak perempuan

dan laki-laki. VO2max anak laki-laki menjadi lebih tinggi mulai

umur 10 tahun, walau ada yang berpendapat latihan ketahanan

tidak terpengaruh pada kemampuan aerobik sebelum usia 11

tahun.

Puncak nilai VO2max dicapai kurang lebih pada usia 18-20

tahun pada kedua jenis kelamin. Secara umum, kemampuan

aerobik turun perlahan setelah usia 25-28 tahun. Penelitian dari

Jackson AS et al. menemukan bahwa penurunan rata-rata

VO2max per tahun adalah 0.46 ml/kg/menit untuk pria (1.2%)

dan 0.54 ml/kg/menit untuk wanita (1.7%). Penurunan ini terjadi

karena beberapa hal, termasuk reduksi denyut jantung

maksimal dan isi sekuncup jantung maksimal.

2. Jenis kelamin
Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria

pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal

yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin

lebih rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki

massa otot lebih kecil daripada pria . Mulai umur 10 tahun,

VO2max anak laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak

perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%,

dan pada umur 16 tahun VO2max anak laki-laki 37% lebih

tinggi dibanding anak perempuan.

Sehubungan dengan jenis kelamin wanita, Lebrun et al dalam

penelitiannya tahun 1995 pada 16 wanita yang mendapat

latihan fisik sedang, melakukan pengukuran serum hormon

estradiol dan progesteron untuk memantau fase-fase

menstruasi. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa VO 2max

absolut meningkat selama fase folikuler dibanding dengan fase

luteal.

3. Suhu

Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat.

Padahal progesteron memiliki efek termogenik, yaitu dapat

meningkatkan suhu basal tubuh. Efek termogenik dari

progesteron ini rupanya meningkatkan BMR, sehingga akan

berpengaruh pada kerja kardiovaskuler dan akhirnya

berpengaruh pula pada nilai VO 2max. Sehingga, secara tidak


langsung, perubahan suhu akan berpengaruh pada nilai

VO2max.

4. Keadaan latihan

Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO2max.Namun begitu,

VO2max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat

berubah sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Contohnya,

bed-rest lama dapat menurunkan VO2max antara 15%-25%,

sementara latihan fisik intens yang teratur dapat menaikkan

VO2max dengan nilai yang hampir serupa. Latihan fisik yang

efektif bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi,

frekuensi, dan intensitas tertentu 7. Sehingga dengan begitu

dapat dikatakan bahwa kegiatan dan latar belakang latihan

seorang atlet dapat mempengaruhi nilai VO2max-nya.

8.3.3 Faktor- Faktor yang Menentukan Nilai VO2 Maks

1. Fungsi paru

Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens, terjadi peningkatan

kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan

oksigen ini didapat dari ventilasi dan pertukaran oksigen dalam

paru-paru. Ventilasi merupakan proses mekanik untuk

memasukkan atau mengeluarkan udara dari dalam paru. Proses ini

berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam alveoli paru dengan

cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler paru untuk

selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh.

Untuk dapat memasok kebutuhan oksigen yang adekuat,


dibutuhkan paru-paru yang berfungsi dengan baik, termasuk juga

kapiler dan pembuluh pulmonalnya. Pada seorang atlet yang

terlatih dengan baik,  konsumsi oksigen dan ventilasi paru total

meningkat sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan

intensitas maksimal. Dalam fungsi paru, dikenal juga istilah

perbedaan oksigen arteri-vena (A-VO2 diff). Selama aktivitas fisik

yang intens, A-VO2 diff akan meningkat karena oksigen darah lebih

banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen

darah vena berkurang. Hal ini  menyebabkan pengiriman oksigen

ke jaringan meningkat hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa.

Peningkatan A-VO2 diff terjadi serentak dengan peningkatan

cardiac output dan pertukaran udara sebagai respon terhadap olah

raga berat.

2. Fungsi kardiovaskuler

Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap aktivitas fisik

adalah peningkatan cardiac output. Peningkatan ini disebabkan

oleh peningkatan isi sekuncup jantung maupun heart rate yang

dapat mencapai sekitar 95% dari tingkat maksimalnya. Karena

pemakaian oksigen oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan

sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke jaringan, maka

dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat membatasi

nilai VO2max.

3. Sel darah merah (Hemoglobin)

Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin, maka

kadar oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin


yang tersedia. Jika kadar hemoglobin berada di bawah normal,

misalnya pada anemia, maka jumlah oksigen dalam darah juga

lebih rendah. Sebaliknya, bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari

normal, seperti pada keadaan polisitemia, maka kadar oksigen

dalam darah akan meningkat. Hal ini juga bisa terjadi sebagai

respon adaptasi pada orang-orang yang hidup di tempat tinggi.

Kadar hemoglobin rupanya juga dipengaruhi oleh hormon

androgen melalui peningkatan pembentukan sel darah merah.

Laki-laki memiliki kadar hemoglobin sekitar 1-2 gr per 100 ml lebih

tinggi dibanding wanita.

4. Komposisi tubuh

Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung

kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama

olah raga berat.

8.3.4 Pengukuran VO2 Maks

Untuk mengukur VO2max, ada beberapa tes yang lazim digunakan.

Tes-tes ini haruslah dapat diukur dan mudah dilaksanakan, serta tidak

membutuhkan ketrampilan khusus untuk melakukannya. Tes

ergometer sepeda dan treadmill adalah dua cara yang paling sering

digunakan untuk menghasilkan beban kerja. Meskipun begitu,step test

ataupun field test juga dapat dilakukan untuk kepentingan yang sama.

1. Ergometer Sepeda

Dilakukan dengan menggunakan sepeda statis yang dikayuh untuk

mendapatkan beban kerja.Beban kerja dapat diberikan secara kontinyu

atau intermiten. Ergometer sepeda ini dapat mekanik atau elektrik,


serta dapat digunakan dalam posisi tegak lurus maupun supinasi.

Dipasang EKG untuk merekam beban kerja, serta dilakukan

pengukuran tekanan darah probandus pada permulaan dan akhir

pembebanan. Nilai VO2max bisa didapat dengan menggunakan

nomogram Astrand, khususnya menggunakan skala beban kerja.

Beban kerja dapat dinyatakan dalam unit standar, sehingga hasil tes

dapat dibandingkan satu sama lain.

.         2. Treadmill

Beberapa protokol yang dapat digunakan dalam pemeriksaan dengan

treadmill adalah : (1) Metode Mitchell, Sproule, dan Chapman, (2)

Metode Saltin-Astrand, dan (3) Metode OSU. Keuntungan

menggunakan treadmill meliputi nilai beban kerja yang konstan,

kemudahan mengatur beban kerja pada level yang diinginkan, serta

mudah dilakukan karena hampir semua orang terbiasa dengan

keahlian yang dibutuhkan (berjalan dan berlari). Meskipun demikian,

karena alatnya mahal dan berat, tes ini tidak praktis dilakukan di

tempat kerja melainkan di tempat kebugaran yang memiliki fasilitas

treadmile.
Pengaruh TOHB terhadap VO2max

Belum ditemukan penelitian secara langsung penelitian tentang

pengaruh hiperbarik terhadap VO 2max, tetapi terdapat penelitian

tentang perbandingan VO2max penyelam dan bukan penyelam dimana

ada korelasi antara hiperbarik dan menyelam yaitu mengalami tekanan

yang lebih dari 1 ATA. Disimpulkan bahwa:

 Rerata faal paru pada penyelam laki-laki lebih besar dibanding

laki-laki bukan penyelam.

 Rerata ambilan oksigen maksimal pada laki-laki penyelam lebih

besar dibanding laki-laki bukan penyelam.

 Semakin tua umur dan semakin besar indeks massa tubuh akan

semakin turun nilai ambilan oksigen maksimal.

 Latihan yang teratur akan meningkatkan ambilan oksigen

maksimal.

Dan manfaat terapi hiperbarik sendiri yang bermacam-macam

seperti,menurunkan asam laktat, meningkatkan kekuatan

otot,meningkatkan kapasitas latihan fisik, secara tidak langsung

meningkatkan VO2max seseorang karena hiperbarik bekerja dengan

cara menyuplai oksigen 100% dengan tekanan tinggi keseluruh

jaringan sehingga meningkatkan kemampuan otot dan untuk recovery

otot. Terapi hiperbarik biasa digunakan untuk pemulihan cepat pasca

atlet berlomba.

9. Penelitian Terdahulu
Sari, R.K, poemomo, J. dan wijayaningrum L pada tahun 2019

menuliskan Hubungan antara indeks massa tubuh dan tingkat kebugaran

jasmani dengan mengukur VO2 Maks pada nelayan penyelam leluhuran

kedung cowek Surabaya, dengan meneliti 49 responden menyatakan tidak

ada korelasi hubungan antara indeks massa tubuh dengan kebugaran

jasmani nelayan.3

Uji Pemeriksaan Kesehatan Matra Laut telah terbukti pada penelitian-

penelitian sebelumnya tentang Optimalisasi Peran Lembaga Kesehatan

Kelautan TNI AL Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar., Phys Dalam

Melaksanakan Uji Pemeriksaan Kesehatan dan Matra Laut Guna

Meningkatkan Kemampuan Tempur Prajurit Matra Laut Dalam Rangka

Mendukung Tugas TNI AL. Pemeriksaan Tes Toileransi Oksigen (TTO)

diharapkan masuk ke dalam salah satu item pemeriksaan dalam urikkes puan

pur agar dapat mendapatkan gambaran kemampuan tempur dasar prajurit

TNI AL dalam hal ini dalam kerentanan dalam aktivitas penyelaman. 4

10. Kerangka Pemikiran

Peran Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL (Lakesla) sebagai pusat

kesehatan matra laut belum optimal. Hal ini berpotensi menurunkan

kemampuan tempur prajurit matra laut. Peran Lakesla sebagai pusat

kesehatan matra laut ditinjau dari pemanfaatan Tes Toleransi Oksigen (TTO)

dan pelaksanaan urikkes matra dan puan pur belum optimal. Dari hasil

3
Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Mengukur VO2 Maks pada
Nelayan Penyelaman di Kelurahan Kedung Cowek Surabaya ; 2019
4
Optimalisasi Peran Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar., Phys Dalam
Pelaksanaan Uji Pemeriksaan Kesehatan dan Matra Laut Guna Meningkatkan Kemampuan Tempur Prajurit
Matra Laut Dalam Rangka Mendukung Tugas TNI AL, 2021
pembahasan diketahui bahwa TTO belum dimasukkan ke dalam urikkes rutin

dan puanpur yang dilaksanakan di lakesla.

Upaya yang harus dilakukan untuk mengatatasi pemanfaatan TTO

yang belum optimal adalah dengan melaksanakan merumuskan juknik,

pengembangan sarpras dan sosialisasi. Terkait dengan pelaksanaan urikkes

yang belum optimal, tes toleransi oksigen perlu dimasukkan ke dalam urikkes

rutin dan puanpur yang dilaksanakan di Lakesla. Upaya-upaya ini ditujukan

agar Peran Lakesla sebagai pusat kesehatan matra laut menjadi optimal

sehingga dapat menunjang kemampuan tempur prajurit matra laut dan pada

akhirnya dapat mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut.

Anda mungkin juga menyukai