Anda di halaman 1dari 101

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT

PERATURAN KEPALA STAF ANGKATAN LAUT


NOMOR 6 TAHUN 2017 2016

TENTANG

PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN


MELALUI FASILITAS KESEHATAN DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN LAUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA STAF ANGKATAN LAUT,

Menimbang : bahwa dalam upaya mendeteksi secara dini terhadap


gejala-gejala dan/atau kelainan kesehatan calon anggota/
anggota TNI Angkatan Laut serta memberikan pedoman dalam
mencapai keseragaman prosedur pemeriksaan, persyaratan
dan standardisasi kesehatan calon anggota/anggota
TNI Angkatan Laut, perlu menetapkan Peraturan Kasal tentang
Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Melalui Fasilitas
Kesehatan di Lingkungan TNI Angkatan Laut;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2013 tanggal


27 Desember 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Tertentu Berkaitan dengan Kegiatan Operasional
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;

2. Keputusan Pangab Nomor Kep/08/VII/1997 tanggal


7 Juli 1997 tentang Penyempurnaan Pokok-Pokok
Organisasi dan Prosedur TNI AL;

3. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/107/VII/2011


tanggal 5 Juli 2011 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan
Pemeriksaan Kesehatan Calon/Anggota TNI;

4. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/108/VII/2011


tanggal 6 Juli 2011 tentang Buku Petunjuk Teknis
Pemeriksaan Kesehatan Calon/Anggota TNI;

5. Peraturan Panglima TNI Nomor 8 Tahun 2015 tanggal


11 Juni 2015 tentang Penyelenggaraan Pemeriksaan
Kesehatan Melalui Fasilitas Kesehatan di Lingkungan
Tentara Nasional Indonesia;
2

6. Keputusan Kasal Nomor Kep/28/VII/1997 tanggal


31 Juli 1997 tentang Organisasi dan Prosedur Dinas
Kesehatan TNI Angkatan Laut (Diskesal);

7. Peraturan Kasal Nomor Perkasal/11/II/2012 tanggal


17 Februari 2012 tentang Klasifikasi dan Dislokasi
Fasilitas Kesehatan di Lingkungan TNI Angkatan Laut;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN KASAL TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN


KESEHATAN MELALUI FASILITAS KESEHATAN DI LINGKUNGAN TNI
ANGKATAN LAUT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Kasal ini yang dimaksud dengan:

1. Pemeriksaan Kesehatan (Rikkes) adalah suatu sistem


pemeriksaan kesehatan fisik dan jiwa calon
anggota/anggota TNI Angkatan Laut yang akan
digunakan untuk menentukan status kesehatannya.

2. Status Kesehatan (Stakes) adalah derajat kesehatan


seseorang dalam hal ini calon anggota/anggota TNI
Angkatan Laut yang dinyatakan dalam stakes I, IIP, II,
IIIP, III, IV.

3. Rikkes Pemeliharaan adalah suatu kegiatan uji dan


pemeriksaan kesehatan bagi anggota TNI Angkatan Laut
yang dilaksanakan terjadwal setahun sekali, dengan
validasi hasil urikkes berlaku untuk satu tahun.

4. Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan Tempur adalah


rikkes pemeliharaan ditambah pemeriksaan tertentu,
diperuntukkan bagi satuan-satuan operasional yaitu
Pasukan Marinir dan Anak Buah Kapal (ABK KRI).

5. Rikkes Matra adalah rikkes pemeliharaan ditambah


dengan pemeriksaan tertentu yang diperuntukkan bagi
satuan-satuan khusus yaitu awak kapal selam, juru
selam, Kopaska, Taifib, Denjaka dan awak pesawat
udara.

6. Rikkes Sewaktu adalah rikkes yang dilaksanakan secara


perorangan atau kelompok, untuk kepentingan dinas
tertentu di luar batas waktu validasi hasil rikkes
rutin/pemeliharaan, seperti rikkes untuk mengikuti
3

pendidikan tertentu, dinas ke atau pendidikan di luar


negeri dan lain-lain, yang hasilnya dinyatakan dengan
cakap/tidak cakap, memenuhi syarat/tidak memenuhi
syarat (untuk penugasan luar negeri ditambahkan
pemeriksaan kesehatan tertentu sesuai persyaratan
kesehatan negara tujuan).

7. Rikkes Penugasan:

a. Rikkes pra tugas adalah rikkes terhadap seluruh


anggota TNI Angkatan Laut yang akan berangkat
tugas operasi, dengan tujuan untuk memisahkan
anggota yang stakesnya di bawah standar yang
ditetapkan dan dilaksanakan sebelum berangkat
tugas operasi.

b. Rikkes purnatugas adalah rikkes terhadap seluruh


anggota TNI Angkatan Laut setelah selesai
melaksanakan tugas operasi, dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat kesehatan para anggota setelah
selesai melaksanakan tugas operasi.

8. Calon Anggota TNI Angkatan Laut adalah Calon kadet


Akademi TNI Angkatan Laut (Cakad AAL), calon perwira,
calon bintara dan calon tamtama prajurit karier yang
diterima langsung dari masyarakat umum.

9. Anggota TNI Angkatan Laut adalah terdiri dari prajurit


TNI Angkatan Laut dan Pegawai Negeri Sipil TNI
Angkatan Laut.

10. Pemeriksaan Fisik Diagnostik (UABDLGJ). UABDLGJ


adalah:

a. U : pemeriksaan kesehatan umum;

b. A : pemeriksaan kesehatan anggota gerak bagian


atas;

c. B : pemeriksaan anggota gerak bagian bawah;

d. D : pemeriksaan kesehatan fungsi pendengaran;

e. L : pemeriksaan kesehatan fungsi penglihatan;

f. G : pemeriksaan kesehatan gigi; dan

g. J : pemeriksaan kesehatan jiwa.

11. Pemeriksaan Psikiatri/Kesehatan Jiwa (Keswa) adalah


kegiatan yang bersifat sistematis dan terencana dengan
menggunakan cara yang telah terstandardisasi dalam
rangka pemeriksaan kedokteran jiwa dari aspek-aspek
4

psikiatri/keswa individu secara obyektif sesuai tujuan


yang telah ditentukan meliputi observasi, wawancara
psikiatri, penilaian, diagnosis dan prognosis.

12. Pemeriksaan Kesehatan Umum adalah pemeriksaan


kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga kedokteran/
kesehatan non spesialis (dokter umum, dokter gigi,
analis, asisten rongent dan paramedis lain) dengan alat
penunjang diagnostik biasa (laboratorium rutin, elektro
kardiograf dan pemeriksaan radiologi).

13. Pemeriksaan Spesialistik adalah pemeriksaan kesehatan


yang dilaksanakan oleh dokter spesialis/subspesialis
dengan alat penunjang diagnostik khusus (audiometri,
spirometri, Enchepalo Echocardiograf (EEG),
Ultrasonograf (USG), Echocardiograf (EKG), Computed
Tomograf Scanning (CT Scan), Magnetic Resounance
Imaging (MRI) dan sebagainya.

14. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik adalah pemeriksaan


yang dilaksanakan untuk membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit oleh tenaga kedokteran/
kesehatan baik non spesialis maupun spesialis dengan
menggunakan alat penunjang diagnostik biasa, misalnya
laboratorium, EKG dan alat rongent dan alat penunjang
diagnostik khusus, misalnya audiometri, spirometri,
Enchepalo Echocardiograf, Ultrasonograf, Echocardiograf,
Computed Tomograf Scanning, Magnetic Resounance
Imaging, Oxygen Tolerancy Test (OTT) dan sebagainya.

BAB II
PEMERIKSAAN KESEHATAN

Bagian Kesatu
Tujuan

Pasal 2

Tujuan Rikkes. Pemeriksaan kesehatan bagi calon anggota/


anggota TNI Angkatan Laut, dilaksanakan dengan tujuan
untuk:

a. mendapatkan calon anggota TNI Angkatan Laut yang


berkemampuan tinggi sesuai persyaratan yang telah
ditentukan;

b. mendeteksi kelainan/penyakit sedini mungkin sehingga


anggota TNI Angkatan Laut yang bersangkutan dapat
segera dilakukan tindakan medis;

c. sebagai persyaratan bagi anggota TNI Angkatan Laut


yang akan melaksanakan pendidikan, penempatan
5

jabatan, penugasan, Usulan Kenaikan Pangkat (UKP) dan


kepentingan dinas lainnya;

d. mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan


fisik dan jiwa bagi anggota TNI Angkatan Laut agar
mampu melaksanakan tugas secara optimal;

e. menghindarkan pemberian tugas dan tanggung jawab


kepada anggota TNI Angkatan Laut yang tidak sesuai
dengan kemampuan fisik dan jiwanya; dan

f. terpenuhinya persyaratan administrasi tertentu bagi


anggota TNI Angkatan Laut yang memerlukan keterangan
kesehatan.

Bagian Kedua
Obyek

Pasal 3

Obyek Rikkes. Obyek pemeriksaan kesehatan sebagai


berikut:

a. calon anggota TNI Angkatan Laut; dan

b. anggota TNI Angkatan Laut militer maupun Pegawai


Negeri Sipil (PNS).

Bagian Ketiga
Jenis

Pasal 4

Jenis Rikkes meliputi:

a. Rikkes untuk werving calon anggota TNI Angkatan Laut;

b. Rikkes Pemeliharaan;

c. Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan Tempur;

d. Rikkes Personel Khusus:

1. matra laut; dan

2. matra udara.

e. Rikkes Sewaktu:

1. Rikkes untuk mengikuti pendidikan;


6

2. Rikkes untuk Operasi Dalam Negeri dan Operasi


Luar Negeri; dan

3. Rikkes untuk calon isteri/suami.

f. Rikkes Taruna AAL.

BAB III
PERSYARATAN DAN PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN

Bagian Kesatu
Status, Persyaratan, dan Penilaian

Pasal 5

Status Kesehatan.

a. Pemeriksaan kesehatan meliputi kesehatan fisik dan


kesehatan jiwa bagi calon anggota/anggota TNI Angkatan
Laut.

b. Penilaian hasil pemeriksaan kesehatan antara calon


anggota TNI Angkatan Laut dan anggota TNI Angkatan
Laut tidak sama karena calon anggota TNI Angkatan Laut
yang dipilih dari masyarakat umum harus mempunyai
status kesehatan yang terbaik di samping persyaratan-
persyaratan lainnya, agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan dalam masa pendidikan dan penugasan
pertama.

c. Calon anggota TNI Angkatan Laut yang dipilih dari


masyarakat umum harus mempunyai status kesehatan
yang terbaik di samping persyaratan-persyaratan lainnya
agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dalam masa
pendidikan dan penugasan pertama.

d. Obyek pemeriksaan kesehatan bagi calon anggota/


anggota TNI Angkatan Laut meliputi tujuh sektor yaitu:

1. kondisi fisik/umum : Kode U (Umum);

2. anggota gerak atas : Kode A (Atas);

3. anggota gerak bawah : Kode B (Bawah);

4. sistem pendengaran dan keseimbangan: Kode D


(Dengar);

5. sistem penglihatan : Kode L (Lihat);

6. kesehatan gigi dan mulut: Kode G (Gigi); dan

7. kesehatan jiwa : Kode J (Jiwa).


7

e. Tiap sektor tersebut mempunyai empat tingkat penilaian


yaitu:

1. tingkat 1 adalah keadaan tidak ada kelainan/


penyakit sama sekali atau kalau ada, kelainan
tersebut sangat ringan;

2. tingkat 2 adalah keadaan di mana ditemukan


kelainan atau penyakit ringan;

3. tingkat 3 adalah keadaan di mana ditemukan


kelainan atau penyakit yang agak berat; dan

4. tingkat 4 adalah keadaan di mana ditemukan


kelainan atau penyakit yang jelas dan sangat berat.

f. Status kesehatan calon anggota dan anggota TNI


Angkatan Laut digolongkan menjadi:

1. Status Kesehatan (Stakes) I apabila seluruh hasil


pemeriksaan UABDLGJ mempunyai penilaian
masing-masing satu;

2. Stakes II adalah keadaan di mana satu atau lebih


hasil pemeriksaan UABDLGJ mempunyai penilaian
dua sebagai nilai terendah;

3. Stakes III adalah keadaan di mana satu atau lebih


hasil pemeriksaan UABDLGJ mempunyai penilaian
tiga sebagai nilai terendah;

4. Stakes IV adalah keadaan di mana satu atau lebih


hasil pemeriksaan UABDLGJ mempunyai penilaian
empat sebagai nilai terendah;

5. Stakes I dikatakan Baik, Stakes II dikatakan Cukup,


Stakes III dikatakan Kurang/K-1 dan Stakes IV
dikatakan Kurang Sekali/K-2. Bagan Kemampuan
UABDLGJ tercantum dalam lampiran II;

6. Khusus untuk anggota, bila yang diperiksa dijumpai


keadaan yang memerlukan pengobatan, perawatan
atau tindakan medis maka di belakang angka
penilaian diberi Kode P;

7. Apabila di belakang uraian ditulis hanya (U3) ini


berarti berlaku baik bagi calon anggota maupun
anggota TNI Angkatan Laut;

8. Apabila di belakang uraian ditulis (U4/U3P) ini


berarti apa yang tertulis di depan garis miring
berlaku bagi calon anggota TNI Angkatan Laut
8

sedangkan di belakang garis miring berlaku bagi


anggota TNI Angkatan Laut; dan

9. Penetapan stakes untuk seleksi, kesehatan jiwa


berdiri sendiri dengan ketentuan stakes J1 dan J2
dinyatakan Memenuhi Syarat (MS) dan stakes J3
dan J4 dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat (TMS).

Pasal 6
Persyaratan Kesehatan

a. Standar kesehatan minimal calon anggota TNI


Angkatan Laut.

b. Standar kesehatan minimal anggota TNI Angkatan


Laut.

Pasal 7
Penilaian Hasil Pemeriksaan.

a. Kondisi Umum - U.

b. Anggota Atas - A.

c. Anggota Bawah - B.

d. Sistem Pendengaran dan Keseimbangan - D

e. Sistem Penglihatan - L.

f. Kesehatan Gigi dan Mulut - G.

BAB IV
PELAKSANAAN RIKKES

Bagian Kesatu
Prosedur dan Pelaksanaan

Pasal 8
(1) Prosedur Pengajuan Rencana Pelaksanaan Rikkes.

a. Satuan pelaksana (Unit Pelaksana Teknis Diskesal,


Rumkital, Diskes, Subditkes, Satkes) membuat
rencana rikkes untuk tahun anggaran berikutnya,
ditujukan kepada Kadiskesal dengan tembusan
Kasal dhi Aspers Kasal paling lambat pada awal
Oktober triwulan IV tahun anggaran berjalan.
9

b. Berdasarkan rencana satuan pelaksana, Diskesal


merencanakan jumlah personel dan tingkat rikkes
beserta rincian anggaran perkotama untuk diajukan
ke Aspers Kasal untuk diteruskan kepada Kasal dhi
Asrena Kasal setiap tahun anggaran.

(2) Pelaksanaan Rikkes.

a. Pelaksana Rikkes adalah Rumkital Tk I, Tk II, Tk III,


Tk IV, Satkes, Balai Kesehatan, Balai Pengobatan
serta tim rikkes mobile.

b. Mendahului terbitnya program kerja, pada akhir


triwulan IV tahun anggaran berjalan, Diskesal akan
mengirim Surat Edaran tentang Penyelenggaraan
Rikkes Rutin Berkala Personel TNI Angkatan Laut,
rencana rikkes tersebut dapat dituangkan dalam
program kerja Rumkital/Diskes/Subditkes/Satkes
tahun anggaran berikutnya.

c. Program rikkes yang telah dituangkan ke dalam


program kerja Diskes/Subditkes/Satkes/Rumkital
selanjutnya dikoordinasikan dengan satuan-satuan
untuk pelaksanaannya.

Bagian Kedua
Tata Cara

Pasal 9
Tata Cara Pelaksanaan Rikkes

a. Rikkes untuk werving calon anggota TNI Angkatan


Laut.

1. Peserta. Seluruh calon personel TNI


Angkatan Laut.

2. Pelaksanaan rikkes:

a) Tingkat Panitia Daerah. Kadiskes


Lantamal sebagai Katimkes.

b) Tingkat Panitia Daerah Rute (wilayah


barat, tengah dan timur). Katimkes
ditunjuk dengan Surat Perintah
Kalapetal/Kadisminpersal.

c) Tingkat Pusat:

1) dilaksanakan oleh Lapetal dengan


tim kesehatan;
10

2) Kasubdismatla sebagai Katimkes


werving calon perwira; dan

3) Kasatkes Kodiklatal sebagai


Katimkes werving calon bintara
dan tamtama.

3. Hasil di umumkan langsung setelah selesai


rangkaian pemeriksaan.

b. Rikkes Pemeliharaan.

1. Peserta. Seluruh anggota TNI Angkatan Laut.

2. Pemanggilan anggota TNI Angkatan Laut


untuk melaksanakan rikkes dengan surat
perintah Panglima/Komandan/atasan
personel yang bersangkutan (fungsi komando).

3. Tempat. Seluruh Faskes TNI Angkatan Laut


sesuai dengan tingkat kemampuan
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.

4. Jenis pemeriksaan:

(a) kategori I (usia lebih dari 45 tahun);

(b) kategori II (usia 35 sampai dengan


45 tahun); dan

(c) kategori III (kurang dari 35 tahun).

5. Masa validasi rikkes berkala adalah satu


tahun.

c. Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan Tempur.

1. Pemanggilan anggota untuk melaksanakan


Rikkes Kemampuan Tempur dengan surat
perintah dari Panglima/Komandan/atasan
personel yang bersangkutan (fungsi komando).

2. Pelaksanaan rikkes dikoordinasikan antara


Diskes kotama dengan:

a) wilayah timur di Lakesla Surabaya,


Diskes Lantamal dan Rumkital yang
memiliki fasilitas Rikkes Kemampuan
Tempur ; dan

b) wilayah barat di Diskes Lantamal dan


Rumkital yang memiliki fasilitas Rikkes
Kemampuan Tempur.
11

3. Anggota yang diprogramkan untuk mengikuti


Rikkes Kemampuan Tempur harus sudah
mengikuti Rikkes Berkala dengan stakes I atau
II yang masih valid.

4. Masa validasi Rikkes Satuan Operasional/


Kemampuan Tempur adalah satu tahun.

d. Rikkes Personel Khusus.

1. Rikkes Matra Laut.

a) Pemanggilan anggota untuk


melaksanakan Rikkes Matra Laut
dengan surat perintah dari Panglima/
Komandan/atasan personel yang
bersangkutan (fungsi komando).

b) Anggota yang diprogramkan untuk


mengikuti Rikkes Matra Laut harus
sudah mengikuti Rikkes Berkala dengan
stakes I atau II yang masih valid.

c) Pelaksanaan rikkes dikoordinasikan


antara Diskes kotama dengan:

1) wilayah timur di Lakesla Surabaya


dan Rumkital yang memiliki
fasilitas RUBT; dan

2) wilayah barat di Rumkital yang


memiliki fasilitas RUBT.

d) Masa valid Rikkes Matra Laut adalah


satu tahun.

2. Rikkes Matra Udara.

a) Pemanggilan anggota untuk


melaksanakan Rikkes Matra Udara
dengan surat perintah dari Panglima/
Komandan/atasan personel yang
bersangkutan (fungsi komando).

b) Pelaksanaan rikkes di Rumkital


Sukantyo Jahya Surabaya dan Rumkital
yang memiliki fasilitas pemeriksaan
matra udara.

c) Anggota yang diprogramkan untuk


mengikuti Rikkes Matra Udara harus
sudah mengikuti Rikkes Berkala dengan
stakes I atau II.
12

d) Masa valid Rikkes Matra Udara adalah


satu tahun.

e. Rikkes Sewaktu.

1. Rikkes untuk mengikuti pendidikan.

a) Pemanggilan anggota untuk


melaksanakan rikkes dengan surat
perintah dari panitia seleksi calon siswa
pendidikan.

b) Pelaksanaan rikkes dikoordinasikan


antara tim kesehatan panitia seleksi
calon siswa pendidikan dengan:

1) Diskesal;

2) sesuai pemeriksaan Rikkes


Pemeliharaan dan Subditkes
Kodiklatal; dan

3) pemeriksaan tambahan dilaksa-


nakan di Lakesla Surabaya,
Rumkital dr. Ramelan Surabaya,
Rumkital dr. Mintohardjo dan
Rumkital Marinir Cilandak.

c) Anggota yang mengikuti seleksi calon


siswa pendidikan harus sudah
mengikuti Rikkes Pemeliharaan dengan
stakes I atau II yang masih valid.

2. Rikkes untuk dinas operasi dalam negeri dan


operasi luar negeri.

a) Pemanggilan anggota untuk


melaksanakan rikkes dalam rangka
melaksanakan dinas ke luar negeri
dengan surat perintah dari Panglima/
Komandan/atasan yang bersangkutan
(fungsi komando).

b) Pelaksanaan rikkes dikoordinasikan


antara Diskes kotama dengan:

1) Rumkital dr. Ramelan Surabaya


untuk wilayah timur; dan

2) Rumkital dr. Mintohardjo Jakarta


untuk wilayah barat.
13

3. Rikkes untuk calon isteri/suami anggota TNI


Angkatan Laut.

a) pemanggilan untuk calon isteri/suami


untuk melaksanakan rikkes dengan
surat perintah Panglima/Komandan/
atasan dari anggota TNI Angkatan Laut
yang bersangkutan;

b) pelaksanaan rikkes dikoordinasikan


antara Diskes kotama/satker dengan
fasilitas kesehatan TNI Angkatan Laut
terdekat di wilayahnya; dan

c) masa validasi rikkes untuk calon


isteri/suami anggota TNI Angkatan Laut
adalah tiga bulan.

Bagian Ketiga
Hal-hal Khusus

Pasal 10

(1) Bagi satuan yang jauh dari Faskes TNI Angkatan Laut
dan/atau tidak memiliki dokter TNI Angkatan Laut,
Diskes harus melaksanakan koordinasi dengan Faskes
TNI/rumah sakit pemerintah setempat atau terdekat
untuk bantuan pelaksanaan rikkes, dengan tetap
memperhatikan aturan-aturan yang berlaku, atau
dibentuk tim rikkes mobile yang melibatkan personel dari
Faskes TNI Angkatan Laut terdekat.

(2) Diskes Koarmabar/Koarmatim mengadakan koordinasi


dengan Diskes Lantamal tentang pelaksanaan rikkes ABK
KRI yang sedang tugas dan/atau BKO di Lantamal/Lanal.

(3) Khusus untuk Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan


Tempur dan Rikkes Matra, pencapaian hasilnya
dinyatakan dalam stakes B, C, K, KS di mana:

a. B = Baik setara dengan stakes I.

b. C = Cukup setara dengan stakes II.

c. K = Kurang setara dengan stakes III.

d. KS = Kurang sekali setara dengan stakes IV.


14

(4) Masa valid hasil rikkes pemeliharaan satu tahun, kecuali


apabila digunakan atau terjadi hal-hal yang menyebabkan
perubahan status kesehatan seseorang sebagai berikut:

a. Valid untuk enam bulan:

1. Diklapa I/yang setara;

2. Diklapa II/yang setara;

3. Operasi Militer Perang/Operasi Militer Selain


Perang dengan kurun waktu sampai enam
bulan;

4. Persyaratan Usulan Kenaikan Pangkat (UKP);

5. pengusulan jabatan; dan

6. dan lain-lain yang setara.

b. Valid untuk tiga bulan:

1. Sesko Angkatan/Sesko TNI/Sesko luar negeri,


pendidikan setingkat Sesko/Lembaga
setingkat;

2. operasi luar negeri kurun waktu lebih dari


tiga bulan;

3. pendidikan luar negeri lebih dari tiga bulan;

4. tugas-tugas khusus ke luar negeri lebih dari


tiga bulan; dan

5. dan lain-lain yang setara.

c. Berubahnya status kesehatan seseorang sebagai


akibat penyakit atau kecelakaan.

BAB V
ADMINISTRASI DAN LAPORAN

Pasal 11
Administrasi Keuangan dan Prosedur Pelaporan

a. Administrasi Keuangan.

1. Rikkes kategori I, II dan III, alokasi anggarannya


disalurkan pada masing-masing Rumkital/Diskes
15

kotama/satker sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan


Program Anggaran Unit Organisasi TNI Angkatan
Laut (PPPA-UO TNI AL) pada setiap tahunnya.

2. Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan Tempur


alokasi anggarannya disalurkan ke Lakesla, Diskes
kotama dan Rumkital yang melaksanakan Rikkes
Kemampuan Tempur.

3. Rikkes Matra Laut alokasi anggarannya disalurkan


ke Lakesla Surabaya dan Rumkital yang
melaksanakan Rikkes Matra Laut.

4. Rikkes Matra Udara alokasi anggarannya disalurkan


ke Rumkital dr. Soekantyo Jahja Juanda dan
Rumkital yang melaksanakan Rikkes Matra Udara.

5. Anggaran rikkes calon anggota TNI Angkatan Laut


tingkat subpanda dan panda berada dalam
pengelolaan Diskesal, untuk tingkat pusat berada
dalam pengelolaan Lapetal.

b. Prosedur Pelaporan.

1) Rikkes Berkala.

a) Laporan hasil rikkes kategori I yang


dilaksanakan Rumkital Tk I dan Tk II dikirim
oleh Rumkital Tk I dan Tk II ke Diskesal
setiap bulan dengan tembusan ke Diskes/
Subditkes/Satkes. Untuk yang bersangkutan
diberikan hasilnya melalui Diskes/
Subditkes/Satkes.

b) Laporan hasil rikkes kategori I yang


dilaksanakan Diskes yang bekerja sama
dengan non Rumkital, dikirim oleh Diskes ke
Diskesal setiap bulan dengan tembusan ke
Diskes/Subditkes/Satkes. Untuk yang
bersangkutan diberikan hasilnya melalui
Diskes/Subditkes/Satkes.

c) Laporan hasil rikkes kategori II dan III dikirim


langsung oleh pelaksana ke Diskes/
Subditkes/Satkes setiap akhir bulan,
kemudian diteruskan ke Diskesal minggu
ke-II bulan berikutnya. Untuk yang
bersangkutan diberikan hasilnya melalui
Diskes/Subditkes/Satkes.
16

d) Kotama/satker yang bersangkutan diberikan


tembusan rekapitulasi rikkes.

e) fasilitas kesehatan yang melaksanakan rikkes


tempur untuk marinir, membuat laporan
dengan tembusan kepada Dankormar
u.p Kadiskes Kormar

f) Laporan tahunan rekapitulasi dan evaluasi


hasil rikkes dilaporkan oleh Diskes/
Subditkes/Satkes ke Diskesal pada
pertengahan November tahun anggaran
berjalan.

2) Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan Tempur


dan Rikkes Matra.

a) Lakesla dan Rumkital yang memiliki fasilitas


RUBT melaporkan hasil Urikkes Matra Laut
ke Diskesal tembusan Diskes kotama/satker
personel yang bersangkutan.

b) Rumkital dr. Mintohardjo melaporkan hasil


pemeriksaan OTT ke Rumkital Marinir
Cilandak untuk selanjutnya melaporkan hasil
Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan
Tempur dan Rikkes Matra Laut ke Diskesal
tembusan Diskes kotama/satker personel
yang bersangkutan.

c) Lakesla, Diskes Lantamal dan Rumkital/


Rumkitmar Cilandak yang memiliki fasilitas
Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan
Tempur, melaporkan hasil pemeriksaan ke
Diskesal dengan tembusan Diskes kotama/
satker personel yang bersangkutan.

d) Rumkital Soekantyo Jahja Juanda dan


Rumkital yang memiliki fasilitas Rikkes
Matra Udara, melaporkan hasil Rikkes Matra
Udara ke Diskesal dengan tembusan Diskes
kotama/satker personel yang bersangkutan.

e) Bagi personel yang telah melaksanakan


Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan
Tempur dan Matra tidak dilaporkan lagi pada
pelaporan rikkes pemeliharaan.

f) Hasil rikkes anggota TNI Angkatan Laut


dicatat dalam Buku Riwayat Kesehatan (BRK),
dievaluasi/ditindaklanjuti dan dilaporkan ke
Diskesal.
17

g) Kadiskes/Kasubditkes/Kasatkes harus
memberitahukan/menjelaskan hasil rikkes
kepada anggota yang bersangkutan dan
melaporkan perubahan stakes.

h) Keberhasilan pencapaian cakupan rikkes


merupakan fungsi komando.

i) Bagi anggota yang tidak melaksanakan rikkes


tanpa alasan yang jelas, dikenakan sanksi.

j) Bagan perencanaan pelaksanaan dan


pelaporan administrasi rikkes kategori I, II
dan III, serta Rikkes Satuan Operasional/
Kemampuan Tempur dan Matra, tercantum
dalam Lampiran VII.

BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 12

Khusus untuk rikkes pemeliharaan, penentuan kategori masih


berlaku ketentuan Intensif I, II, dan III (berdasarkan
pangkat/golongan). Pemberlakuan berdasarkan kategori umur
(sesuai Perkasal ini) ditetapkan berdasarkan Telegram Kasal.

BAB VII
PENUTUP

Pasal 12

(1) Hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan


keadaan dan memerlukan pengaturan lebih lanjut akan
diatur dengan ketentuan tersendiri.

(2) Dengan ditetapkannya peraturan ini, maka dinyatakan


tidak berlaku lagi:

a. Peraturan Kasal Nomor Perkasal/101/XII/2009


tanggal 28 Desember 2009 tentang Petunjuk Teknis
Uji dan Pemeriksaan Kesehatan Calon/Anggota TNI
Angkatan Laut; dan
18

b. Keputusan Kasal Nomor Kep/305/II/2013


tanggal 25 Februari 2013 tentang Buku Petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Uji dan Pemeriksaan
Kesehatan Calon/Anggota TNI Angkatan Laut
(PUM-6.100).

(3) Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

NO PEJABAT PARAF TANGGAL


1. Wakasal Ditetapkan di Jakarta
2. Irjenal Pd Draft 15-05-2117 pada tanggal
3. Asrena Kasal Pd Draft 31-05-2017
4. Waaspers Kasal Pd Draft 03-01-2017 KEPALA STAF ANGKATAN LAUT,
5. Kadiskesal Pd Draft 29-12-2016
6. Kasetumal
7. Paban V Watpers Pd Draft 23-12-2016

Distribusi: ADE SUPANDI, S.E., M.A.P.


LAKSAMANA TNI
A dan B
19
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA STAF ANGKATAN LAUT
NOMOR TAHUN 2016
TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN
KESEHATAN MELALUI FASILITAS KESEHATAN
DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN LAUT

JENIS RIKKES

1. Rikkes untuk Werving Calon Anggota TNI Angkatan Laut.

a. Peserta. Seluruh calon perwira, calon bintara, calon tamtama,


calon PNS TNI Angkatan Laut.

b. Tempat. Seleksi tingkat daerah diselenggarakan di Lantamal/


Lanal dan Tim Rute Mobile yang ditunjuk.

c. Jenis Pemeriksaan. Jenis pemeriksaan sebagai berikut:

1) Werving Tahap Panitia Daerah, macam pemeriksaan:

a) umum:

(1) tinggi badan/berat badan;


(2) tensi/nadi;
(3) gigi dan mulut;
(4) THT;
(5) bedah;
(6) kulit;
(7) penyakit dalam;
(8) mata;
(9) paru; dan
(10) neurologi/saraf.

b) penunjang:

(1) laboratorium:

(a) darah rutin;


(b) urine rutin;
(c) fungsi hati:

i. SGOT/SGPT; dan
ii. HbsAg.
20

(d) fungsi ginjal:

i. ureum; dan
ii. kreatinin.

(e) VDRL; dan

(f) test kehamilan (wanita).

(2) thorax foto; dan

(3) EKG.

2) Werving Tahap Panitia Pusat, macam pemeriksaan:

a) umum:

(1) tinggi badan/berat badan;


(2) tensi/nadi;
(3) gigi dan mulut;
(4) THT;
(5) bedah;
(6) kulit;
(7) penyakit dalam;
(8) mata;
(9) paru; dan
(10) neurologi/saraf.

b) penunjang:

(1) laboratorium:

(a) fungsi hati:

i. SGOT/SGPT; dan
ii. alkali phospatase.

(b) metabolisme:

i. asam urat;
ii. total cholesterol;
iii. TG/HDL/LDL; dan
iv. gula darah puasa dan 2 jam PP
21

(c) malaria;

(d) narkoba (3 parameter); dan

(e) HIV.

(2) USG abdomen;

(3) audiometri (taruna/ni);

(4) ergometri (taruna/ni);

(5) spirometri (taruna/ni);

(6) slit lamp dan refraksi (taruna/ni);

(7) gynekologi (cabawan, taruni);

(8) ILA (khusus PSDP); dan

(9) MMPI-2.

2. Rikkes Pemeliharaan.

a. Peserta. Seluruh personel TNI Angkatan Laut.

b. Tempat. Seluruh Faskes TNI Angkatan Laut sesuai dengan tingkat


kemampuan pelaksanaan rikkes.

c. Jenis Pemeriksaan. Jenis pemeriksaan sebagai berikut:

1) Kategori I (usia lebih dari 45 tahun), macam pemeriksaan


meliputi:

a) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan


mulut, THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru,
neurologi); dan

b) penunjang:

(1) laboratorium:

(a) darah rutin;


(b) urine rutin;
(c) fungsi hati:

i. SGOT/SGPT;
ii. alkali phospatase; dan

iii. HbsAg.
22

(d) fungsi ginjal:

i. ureum; dan
ii. kreatinin.

(e) metabolisme:

i. asam urat;
ii. total cholesterol;
iii. TG/HDL/LDL; dan
iv. gula darah puasa dan 2 jam pp.

(2) HIV;

(3) VDRL;

(4) malaria;

(5) narkoba (3 parameter);

(6) tes kehamilan (wanita);

(7) foto thorax;

(8) EKG;

(9) USG abdomen;

(10) treadmill;

(11) audiometri;

(12) slit lamp dan refraksi;

(13) obsgyn (wanita), papsmear, speculum; dan

(14) hasil pemeriksaan dimasukkan dalam formulir


pemeriksaan kesehatan.

2) Kategori II (usia 35 sampai dengan 45 tahun), macam


pemeriksaan meliputi:

a) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan


mulut, THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru,
neurologi); dan

b) penunjang:

(1) laboratorium:

(a) darah rutin;


23

(b) urine rutin;

(c) fungsi hati:

i. SGOT/SGPT;
ii. alkali phospatase; dan
iii. HbsAg.

(d) fungsi ginjal:

i. ureum; dan

ii. kreatinin.

(e) metabolisme:

i. asam urat;
ii. total cholesterol;
iii. TG/HDL/LDL; dan
iv. gula darah puasa dan 2 jam PP.

(f) HIV;

(g) VDRL;

(h) malaria;

(i) narkoba (3 parameter); dan

(j) tes kehamilan (wanita).

(2) foto thorax;

(3) EKG;

(4) USG abdomen;

(5) treadmill;

(6) obsgyn (wanita), papsmear, speculum; dan

(7) hasil pemeriksaan dimasukkan dalam formulir


pemeriksaan kesehatan.

3) Kategori III (kurang dari 35 tahun), macam pemerikaan:

a) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan


mulut, THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru,
neurologi); dan

b) penunjang:
24

(1) laboratorium:

(a) darah rutin;

(b) urine rutin;

(c) fungsi hati:

i. SGOT/SGPT;

ii. alkali phospatase; dan

iii. HbsAg.

(d) fungsi ginjal:

i. ureum; dan

ii. kreatinin.

(e) metabolisme:

i. asam urat;

ii. total cholesterol;

iii. TG/HDL/LDL; dan

iv. gula darah puasa dan 2 jam PP.

(f) HIV;

(g) VDRL;

(h) malaria;

(i) narkoba (3 parameter); dan

(j) tes kehamilan (wanita).

(2) foto thorax; dan

(3) EKG.

3. Rikkes Satuan Operasional/Kemampuan Tempur. Rikkes Satuan


Operasional/Kemampuan Tempur (ABK KRI dan Marinir), macam
pemeriksaan sebagai berikut:

a. umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut, THT,


bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi); dan

b. penunjang:
25

1) laboratorium:

a) darah rutin;

b) urine rutin;

c) fungsi hati:

(1) SGOT/SGPT;

(2) alkali phospatase; dan

(3) HbsAg;

d) fungsi ginjal:

(1) ureum; dan

(2) kreatinin.

e) metabolisme:

(1) asam urat;

(2) total cholesterol;

(3) TG/HDL/LDL; dan

(4) gula darah puasa dan 2 jam PP.

f) HIV; dan

g) VDRL.

2) foto thorax;

3) EKG;

4) MMPI-2; dan

5) Rikkes Pemeriksaan Satuan Operasional/Kemampuan Tempur


(anthropometri, ergocycle, spirometri dan dinamometri).

4. Rikkes Personel Khusus. Rikkes Personel Khusus, jenis pemeriksaan


meliputi:

a. Rikkes Matra Laut (awak kapal selam, juru selam/peselam, Kopaska,


Taifib dan Denjaka), macam pemeriksaan:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut,


THT, Bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi); dan

2) penunjang:
26

a) laboratorium:

(1) darah rutin;

(2) urine rutin;

(3) fungsi hati:

(a) SGOT/SGPT;

(b) alkali phospatase; dan

(c) HbsAg.

(4) fungsi ginjal:

(a) ureum; dan

(b) kreatinin.

(5) metabolisme:

(a) asam urat;

(b) total cholesterol;

(c) TG/HDL/LDL; dan

(d) gula darah puasa dan 2 jam PP.

(6) HIV;

(7) VDRL;

(8) malaria;

(9) narkoba (3 parameter); dan

(10) tes kehamilan (wanita).

b) foto thorax;

c) EKG;

d) USG Abdomen;

e) treadmill;

f) audiometri (rikkes matra);

g) MMPI-2;
27

h) Rikkes Pemeriksaan Satuan Operasional/Kemampuan


Tempur (anthropometri, ergocycle, spirometri dan
dinamometri); dan

i) chamber hiperbarik (rikkes matra).

b. Rikkes Matra Udara (Awak Pesawat Udara TNI Angkatan Laut), macam
pemeriksaan:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut,


THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi); dan

2) penunjang:

a) laboratorium:

(1) darah rutin;

(2) urine rutin;

(3) fungsi hati:

(a) SGOT/SGPT;

(b) alkali phospatase; dan

(c) HbsAg.

(4) fungsi ginjal:

(a) ureum; dan

(b) kreatinin.

(5) metabolisme:

(a) asam urat;

(b) total cholesterol;

(c) TG/HDL/LDL; dan

(d) gula darah puasa dan 2 jam PP.

(6) HIV;

(7) VDRL;

(8) malaria; dan

(9) narkoba (3 parameter).

b) thorax foto;
28

c) EKG;

d) USG Abdomen;

e) treadmill/ergocycle;

f) audiometri;

g) slit lamp dan refraksi;

h) MMPI-2.

i) Rikkes Kemampuan Tempur (anthropometri, ergocycle,


spirometri dan dinamometri);

j) aerofisiologi; dan

k) phoroptor.

5. Rikkes untuk dinas Operasi Dalam Negeri dan Operasi Luar Negeri. Rikkes
untuk dinas Operasi Dalam Negeri dan Operasi Luar Negeri, jenis
pemeriksaan, meliputi:

a. Pra tugas Operasi Dalam Negeri, macam pemeriksaan:

1) fisik diagnostik (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan


mulut, THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru,
neurologi);

2) laboratorium (darah rutin,urine rutin, SGOT/SGPT, HbsAg,


ureum, kreatinin);

3) HIV;

4) EKG;

5) malaria;

6) thorax foto; dan

7) MMPI-2.

b. Purnatugas Operasi Dalam Negeri, macam pemeriksaan meliputi:

1) fisik diagnostik (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan


mulut, THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru,
neurologi);

2) laboratorium (darah rutin, urine rutin, SGOT/SGPT, HbsAg,


ureum, kreatinin);

3) thorax foto;
29

4) HIV;

5) EKG; dan

6) malaria.

c. Pra tugas Luar Negeri, macam pemeriksaan:

1) fisik diagnostik (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan


mulut, THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru,
neurologi);

2) laboratorium:

a) darah rutin;

b) urine rutin;

c) fungsi hati:

(1) SGOT/SGPT;

(2) alkali phospatase;

(3) HbsAg; dan

(4) Anti HCV.

d) fungsi ginjal:

(1) ureum; dan

(2) kreatinin.

e) metabolisme:

(1) asam urat;

(2) total cholesterol;

(3) TG/HDL/LDL; dan

(4) gula darah puasa dan 2 jam PP.

f) HIV;

g) VDRL;

h) malaria; dan

i) narkoba (3 parameter).

3) EKG;
30

4) thorax foto;

5) MMPI-2;

6) Vaksinasi: Yellow Fever, Hepatitis A, Typhoid, Dipteria, Hepatitis


B, Rabies, Meningitis, Influenza, Choletra; dan

7) Sertifikat Vaksinasi (ICV).

d. Purnatugas Misi PBB Operasi Luar Negeri, macam pemeriksaan:

1) fisik diagnostik (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan


mulut, THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru,
neurologi);

2) laboratorium:

a) darah rutin;

b) urine rutin;

c) fungsi hati:

(1) SGOT/SGPT;

(2) alkali phospatase;

(3) HbsAg; dan

(4) Anti HCV.

d) fungsi ginjal:

(1) ureum; dan

(2) kreatinin.

e) metabolisme:

(1) asam urat;

(2) total cholesterol;

(3) TG/HDL/LDL; dan

(4) gula darah puasa dan 2 jam PP.

f) HIV;

g) VDRL;

h) malaria; dan

i) narkoba (3 parameter).
31

3) EKG; dan

4) thorax foto.

6. Rikkes Sewaktu. Rikkes untuk mengikuti Pendidikan Dalam dan/atau


Luar Negeri sebagai berikut:

a. Seleksi Diktukba Reguler, macam pemeriksaan:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut,


THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi); dan

2) penunjang:

a) laboratorium:

(1) darah rutin;

(2) urine rutin;

(3) fungsi hati:

(a) SGOT/SGPT;

(b) alkali phospatase; dan

(c) HbsAg.

(4) fungsi ginjal:

(a) ureum; dan

(b) kreatinin.

(5) metabolisme:

(a) asam urat;

(b) total cholesterol;

(c) TG/HDL/LDL; dan

(d) gula darah puasa dan 2 jam PP.

(6) HIV;

(7) VDRL;

(8) malaria; dan

(9) narkoba (3 parameter).

(b) thorax foto;


32

(c) EKG; dan

(d) MMPI-2.

b. Seleksi Diktukpa Reguler, macam pemeriksaan:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut,


THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi).

2) penunjang:

a) laboratorium:

(1) darah rutin;

(2) urine rutin;

(3) fungsi hati:

(a) SGOT/SGPT;

(b) alkali phospatase; dan

(c) HbsAg.

(4) fungsi ginjal:

(a) ureum; dan

(b) kreatinin.

(5) metabolisme:

(a) asam urat;

(b) total cholesterol;

(c) TG/HDL/LDL; dan

(d) gula darah puasa dan 2 jam PP.

(6) HIV;

(7) VDRL;

(8) malaria;

(9) narkoba (3 parameter); dan

(10) tes kehamilan (wanita).

b) foto thorax;

c) EKG;
33

d) obsgyn (wanita), papsmear, speculum); dan

e) MMPI-2.

c. Seleksi Diklapa, macam pemeriksaan:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut,


THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi); dan

2) penunjang:

a) laboratorium:

(1) darah rutin;

(2) urine rutin;

(3) fungsi hati:

(a) SGOT/SGPT;

(b) alkali phospatase; dan

(c) HbsAg.

(4) fungsi ginjal:

(a) ureum; dan

(b) kreatinin.

(5) metabolisme:

(a) asam urat;

(b) total cholesterol;

(c) TG/HDL/LDL; dan

(d) gula darah puasa dan 2 jam PP.

(6) HIV;

(7) VDRL;

(8) malaria;

(9) narkoba (3 parameter); dan

(10) tes kehamilan (wanita).

b) foto thorax;

c) EKG;
34

d) USG abdomen;

e) obsgyn (wanita), papsmear, speculum); dan

f) MMPI-2.

d. Seleksi Dik Seskoal, macam Pemeriksaan:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut,


THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi; dan

2) laboratorium:

a) darah rutin;

b) urine rutin;

c) fungsi hati:

(1) SGOT/SGPT;

(2) alkali phospatase; dan

(3) HbsAg.

d) fungsi ginjal:

(1) ureum; dan

(2) kreatinin.

e) metabolisme:

(1) asam urat;

(2) total cholesterol;

(3) TG/HDL/LDL; dan

(4) gula darah puasa dan 2 jam PP.

f) HIV;

g) VDRL;

h) malaria;

i) narkoba (3 parameter); dan

j) tes kehamilan (wanita).

3) foto thorax;

4) EKG;
35

5) USG abdomen;

6) obsgyn (wanita), papsmear, speculum; dan

7) MMPI-2.

e. Seleksi Dik Sesko TNI, macam pemeriksaan meliputi:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/nadi, gigi dan mulut,


THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi); dan

2) penunjang:

a) laboratorium:

(1) darah rutin;

(2) urine rutin;

(3) fungsi hati:

(a) SGOT/SGPT;

(b) alkali phospatase; dan

(c) HbsAg.

(4) fungsi ginjal:

(a) ureum; dan

(b) kreatinin.

(5) metabolisme:

(a) asam urat;

(b) total cholesterol;

(c) TG/HDL/LDL; dan

(d) gula darah puasa dan 2 jam PP.

(6) HIV;

(7) VDRL;

(8) malaria;

(9) narkoba (3 parameter); dan

(10) tes kehamilan (wanita).

b) foto thorax;
36

c) EKG;

d) USG abdomen;

e) treadmill;

f) spirometri;

g) slit lamp dan refraksi;

h) obsgyn, papsmear, speculum (wanita); dan

i) MMPI-2.

f. Seleksi Dikbangspes, macam pemeriksaan:

1) umum (tinggi badan/berat badan, tensi/ nadi, gigi dan mulut,


THT, bedah, kulit, penyakit dalam, mata, paru, neurologi); dan

2) penunjang:

a) laboratorium:

(1) darah rutin;

(2) urine rutin;

(3) fungsi hati:

(a) SGOT/SGPT;

(b) alkali phospatase; dan

(c) HbsAg.

(4) fungsi ginjal:

(a) ureum; dan

(b) kreatinin.

(5) metabolisme:

(a) asam urat;

(b) total cholesterol;

(c) TG/HDL/LDL; dan

(d) gula darah puasa dan 2 jam PP.

(6) HIV;

(7) VDRL;
37

(8) malaria; dan

(9) narkoba (3 parameter).

3) foto thorax;

4) EKG;

5) USG abdomen;

6) treadmill;

7) spirometri;

8) slit lamp dan refraksi; dan

9) MMPI-2.

g. Untuk seleksi Dikseskoal, Diklapa, Dikbangspes, Diktukpa dan


Diktukba, pemeriksaan HbsAg positif ditindaklanjuti dengan pemeriksaan
HbeAg. Apabila hasil pemeriksaan HbeAg non reaktif/negatif dan SGOT
maupun SGPT dalam batas normal, maka dapat direkomendasikan untuk
bisa mengikuti pendidikan.

7. Rikkes untuk Calon Isteri/Suami.

a. Peserta. Calon isteri/suami anggota TNI Angkatan Laut.

b. Tempat. Fasilitas kesehatan TNI Angkatan Laut yang memiliki


pemeriksaan kebidanan.

c. Jenis Pemeriksaan. Sesuai tingkat urikkes dari anggota TNI


Angkatan Laut yang bersangkutan.

d. Pemeriksaan tambahan bagi calon isteri dengan pemeriksaan


kebidanan.

e. Biaya untuk calon isteri atau suami yang berasal dari masyarakat
umum tidak ditanggung dinas.

NO PEJABAT PARAF TANGGAL KEPALA STAF ANGKATAN LAUT,


1. Wakasal
2. Irjenal Pd Draft 15-05-2117
3. Asrena Kasal Pd Draft 31-05-2017
4. Waaspers Kasal Pd Draft 03-01-2017
5. Kadiskesal Pd Draft 29-12-2016
6. Kasetumal ADE SUPANDI, S.E., M.A.P.
7. Paban V Watpers Pd Draft 23-12-2016 LAKSAMANA TNI
38
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA STAF ANGKATAN LAUT
NOMOR 6 TAHUN 2017
TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERIKSAAN
KESEHATAN MELALUI FASILITAS KESEHATAN
DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN LAUT

PENILAIAN HASIL PEMERIKSAAN KESEHATAN

1. Penilaian Hasil Pemeriksaan.

a. Kondisi Umum - U.

1) Ukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB).

a) Standar berat badan pria dan wanita baik calon maupun


anggota TNI disesuaikan dengan nilai Index Massa Tubuh.

b) Untuk calon/anggota TNI Pria:

(1) Index Massa Tubuh 18,5-24.0 . . . . . . . . . . . . .(U1).

(2) Index Massa Tubuh 24,1-26.9 dan 18.1-19.9 . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(3) Index Massa Tubuh 27-29.9 dan 15-18. . .(U3/U3P).

(4) Index Massa Tubuh di atas atau sama dengan 30


dan di bawah 14.9 . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

c) Untuk calon/anggota TNI Wanita:

(1) Index Massa Tubuh 19 - 23.9 . . . . . . . . . . . . . (U1).

(2) Index Massa Tubuh 24 - 25.9 dan 18.5 - 18.9 . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2/U2P).

(3) Index Massa Tubuh 26 - 28.9 dan 15 - 18.4 . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U3P).

(4) Index Massa Tubuh di atas atau sama dengan 29


dan di bawah 14.9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3).

d) Tinggi badan dan lingkar pinggang diukur oleh petugas


kesehatan untuk calon berlaku sebagai berikut:

(1) Tinggi badan minimal untuk calon perwira/


bintara/tamtama pria disesuaikan dengan
persyaratan yang berlaku pada saat seleksi.

(2) Tinggi badan minimal untuk calon perwira/bintara


wanita disesuaikan dengan persyaratan yang
berlaku pada saat seleksi.
39

(3) Tinggi badan lebih dari 175 cm untuk wanita dan


190 cm untuk pria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

e) Lingkar pinggang :

(1) Pria: < 90 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).


> 90 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Wanita: < 80 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).


> 80 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

2) Tekanan Darah dan Nadi.

a) Nadi lebih dari 100 per menit yang bersifat menetap/


persisten dan tidak sebagai akibat suatu aktivitas fisik . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

b) Nadi kurang dari 50 per menit, yang bersifat


menetap/persisten . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

c) Sinus Arythmia (terdiri atas percepatan selama inspirasi


dan perlambatan selama expirasi) yang jelas nampak
apabila penderita berbaring dan bernafas dalam-dalam . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2).

d) Tekanan darah:

(1) Sistolik (dalam mmHg):

(a) Kurang dari 120 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) 120 - 139 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(c) Lebih dan sama dengan 140 . . . . . .(U4/U3P).

(2) Diasolik (dalam mmHg):

(a) Kurang dari 80 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) 80 - 89 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Lebih dan sama dengan 90 . . . . . . (U4/U3P).

3) Kepala, Muka dan Leher.

a) Tumor atau deformitas pada tulang kepala tanpa kelainan


pada otak yang tidak menghalangi pemakaian helm . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3).

b) Tumor atau deformitas pada tulang kepala tanpa kelainan


pada otak yang menghalangi pemakaian alat-alat penutup
kepala/helm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).
40

c) Kelainan yang bersifat sementara sebagai akibat trauma


kepala tanpa kelainan otak . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U3P).

d) Kelainan yang bersifat sementara sebagai akibat trauma,


yang disertai kelainan otak (contusio cerebri, commotio
cerebri berat) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

e) Bentuk kepala yang abnormal . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

f) Keburukan muka yang menyolok, misalnya sebagai akibat


cicatrix, fistula, naevus besar, acne berat, alopesia . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

g) Kelainan-kelainan kelenjar Lymphe leher karena TBC yang


masih aktif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

h) Kelainan-kelainan kelenjar Lympe leher karena TBC yang


sudah sembuh, jumlahnya sedikit dan telah berkapur . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2).

i) Kelainan-kelainan kelenjar Lympe bukan karena TBC


(misalnya Lues Hodgkin, Leukemia dan sejenisnya). . .(U4).

j) Struma non toxica, struma toxica dengan gejala


hyperthyroid . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

k) Myxedema . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

l) Kontraksi spastis otot-otot leher torticolis . . . . . . . . . .(U4).

m) Kelainan pada tulang vertebra leher misalnya spondilitis


TBC Bechterew . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

n) Hernia otak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

4) Hidung dan Tenggorokan.

a) Rhinitis.

(1) Rhinitis acuta non allergic . . . . . . . . . . . . .(U2/U2P).

(2) Rhinitis acuta allergica . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(3) Rhinitis hypertropicans . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(4) Rhinitis atrophicans foetida, Rhinitis allergica dengan


polyp, Rhinophatia allergica . . . . .(U4/U3P).

(5) Rhinitis dengan sinusitis yang sudah sembuh . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3-U4/U2P).
41

b) Kelainan septumnasi.

(1) Deviasi crista/spina yang tidak mengganggu


pernapasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2/U2P).

(2) Deviasi yang mengganggu pernapasan . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(3) Hematoma septum . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2/U2P).

(4) Abses septum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(5) Perforasi septum . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

c) Kelainan sinus.

(1) Sinusitis akut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2P).

(2) Sinusitis kronis (dgn konfirmasi radiologis). . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(3) Kelainan penyakit akut maupun kronis yang


mengganggu ventilasi normal sinus paranasal . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(4) Sinusitis foetida dentogen . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

d) Tonsil.

(1) Hipertrofi derajat satu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(2) Hipertrofi derajat dua . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(3) Hipertrofi derajat tiga . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(4) Tonsilitis akut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

e) Faring.

(1) Faringitis akut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U2P).

(2) Faringitis kronik . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(3) Paralise Faring . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3).

f) Kelainan lain pada mulut, hidung, faring, laring dan


oesophagus.

(1) Deformitas dari mulut, tenggorokan, hidung yang


mengganggu fungsi menelan, berbicara (sengal,
cadel, gagap) atau bernafas . . . . . . . . . . .(U4/U3P).
42

(2) Kelainan destruktif karena lues pada mulut,


hidung, faring, laring atau oesophagus . . . . . . .(U4).

(3) Paralise laring karena sebab musabab . . . . . . .(U4).

(4) Tracheostoma (bekas tracheotomi) yang belum


sembuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(5) Tracheostoma yang sudah sembuh dan menutup


serta tidak mengganggu pernafasan . . . . . . . . (U2).

(6) Strictura dan kelainan organik oesophagus . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(7) Neoplasma maligna . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

(8) Aphoni . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P-U4).

(9) Laringitis kronik spesifik (Lues,Koch) . . . .(U4/U3P).

(10) Laringitis kronis non spesifik . . . . . . . . (U2-3/U2P).

(11) Laringitis tuberculosis . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(12) Laringitis sifilis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(13) Laringitis akut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2-3/U2P).

(14) Labioschizis, palatoschizis, genatoschizis . . . . .(U4).

5) Dada.

a) Selisih lingkar dada pada inspirasi dan ekspirasi


maksimal:

(1) Kurang dari 3 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3).

(2) 3 - 4 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U3P-U3).

(3) 4 - 5 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2/U2P-U2).

(4) Lebih dari 5 cm. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

b) Kelainan bentuk dada congenital misalnya funnel chest


dan pigeon chest yang tidak berarti atau tidak disertai
kelainan-kelainan dalam rongga thorax . . . . . . . (U3/U2).

(1) Kelainan bentuk dada akibat tuberculosis . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3).

(2) Periostitis costae . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).


43

(3) Osteochondritis costae (Syndroma of Tiese). . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(4) Tumor dinding dada/mammae/ginekomasti. . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(5) Kelainan pada vertebra thoracalis . . . . . .(U4/U3P).

(6) Deformitas pada clavicula atau scapula sedemikian


rupa sehingga tidak dapat dipergunakan lagi dalam
dinas militer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

6) Paru.

a) Pneumothorax spontanea. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

b) Pleural effusion:

(1) Pleural effusion yang disebabkan oleh cirrhosis


hepatis, penyakit keganasan, decompensatio cordis,
penyakit ginjal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(2) Pleural effusion yang disebabkan oleh karena TB


paru setelah disembuhkan dapat menjadi (U2),
bilamana faal paru-paru menjadi normal kembali
menjadi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

c) Hemato thorax karena trauma, sesudah sembuh dapat


menjadi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2).

d) Pleural Schwarte . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

e) Bronchitis acuta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

f) Bronchitis chronica, Brochiectasi, Asthma bronchiale,


Emphy sema paru-paru . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

g) Corpulmonale . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

h) Abses paru-paru . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).


apabila sembuh dan faal paru-paru normal . . . . . . .(U2).

i) TB paru.

(1) Aktif (klinis, radiologis, BTA +) . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Tidak aktif, lesi minimal . . . . . . . . . . . . . (U4/U2).

(3) Tidak aktif, lesi lebih luas dari minimal . .(U4/U3P).


44

j) Penyakit paru obstruksif/restriksi adalah apabila


didapatkan/VEP1/KVP prediksi < 75 %:

(1) Lebih besar 75% (Normal) . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(2) 60-74 % (Obstruksi ringan/restriksi) . . . .(U2/U2P).

(3) 30-59% (Obstruksi sedang . . . . . . . . .(U4/U2-U3P).

(4) Kurang dari 30 % (Obstruksi berat . . . . . (U4/U3P).

k) Coin lesion . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

l) Tumor ganas paru-paru, pleura, mediastinum . . . . . (U4).

m) Tumor jinak . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

7) Sistem Cardiovaskuler.

a) Kelainan anatomi.

(1) Penyakit aorta.

(a) Aneurysma aorta, hrombosis/emboli aorta . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

(b) Aortitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(c) Atherosklerosis aorta, dilatasi aorta . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3).

(d) Elongasio aorta dengan hipertrofi Ventrikal


kiri dan kelainan EKG . . . . . . . . . . . (U4/U3).

(2) Penyakit pembuluh darah paru.

(a) Aneurysma arteria pulmonalis, dilatasi arteria


pulmonalis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3).

(b) Thromboemboli pada arteri pulmonalis . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(3) Penyakit arteri koronaria.

(a) Artherosklerosis . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3).

(b) Thromboemboli pada arteri koronaria, stenosis


pada orificium arteria koronaria . . . .(U4/U3P).
45

(4) Penyakit endokardium dan katub jantung.

(a) Endokarditis, thrombus intra kardial, ruptur


chorda tendinea . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Deformitas valvular (kelainan katub) . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3).

(c) Neoplasma endokardium . . . . . . . . . . . . .(U4).

(5) Penyakit myocardium.

(a) Cardiomyopati . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Pembesaran jantung:

i. Pembesaran atrium . . . . . . . .(U4/U3P).

ii. Pembesaran ventrikel . . . . . . . (U4/U3).

iii. Pembesaran atrium dan ventrikel . .(U4).

(6) Infark jantung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3).

kecuali Infark jantung ekstensif. . . . . . . . . . . .(U4).

(7) Penyakit perikardium:

(a) Fibrosis, kalsifikasi atau keduanya. . (U4/U3).

(b) Haemoperikardium, perikarditis, pneumoperi


kardium . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(c) Neoplasma, Hydroperikardium . . . . . . . .(U4).

(8) Kelainan posisi jantung.

(a) Dextrokardia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3).

(b) Dextroposisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3).

(9) Kelainan anatomi aorta dan arkus aorta.

(a) Koarktasi aorta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(b) Arkus aorta kanan tanpa kelainan lain. .(U3).

(10) Kelainan anatomi arteri pulmonalis.

Fistula arterioveno pulmonal . . . . . . . . . . . . . . .(U4).


46

(11) Kelainan anatomi arteri koronaria.

(a) Fistula arteria koronaria pada ruang jantung .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(b) Arteri koronaria rudimenter . . . . . . . . . . .(U4).

(12) Kelainan komunikasi antara pembuluh darah


besar.

(a) Jendela aortopulmonal . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(b) Duktus arteriosus patent (PDA) . . . . (U4/U3P).

i. Kompleks tranposisi. Tranposisi koreksi


kongenital dari pembuluh darah besar .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

ii. Cacat pada tingkat atrium. . .(U4/U3P).

iii. Cacat pada tingkat ventrikel. Defect


septum ventrikel (VSD) . . . . . (U4/U3P).

(13) Kelainan katup aorta.

(a) Deformasi komisural/anular pada daun katup


aorta yang menimbulkan regurgitasi . . (U3P).

(b) Atresia aorta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(c) Stenosis/Insufisiensi aorta valvular/subval


vular/supravalvular . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(d) Kelainan katup mitral . . . . . . . . . (U4/U3P).

(e) Kelainan katup pulmonal . . . . . . . .(U4/U3P).

(f) Kelainan katup tricuspidal . . . . . . . (U4/U3P).

(g) Kelainan pengaliran darah vena . . . .(U4/U3).

(14) Kelainan fisiologis jantung.

(a) Kelainan irama.

i. Irama jantung abnormal.

i) Tachycardia sinus yang menetap


. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

ii) Bradyarhytmia . . . . . ( (U4/U3P).


47

iii) Arrest sinus . . . . . . . . .(U4/U3P).

iv) Irama sinoventrikular . .(U4/U3P).

v) Disfungsi simpul sinoatrial


(S.S.S./ Simpul Sinus Sakit) . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

ii. Kelainan mekanisme atrial. (Takhykar


dia atria, Flutter, Fibrillasi) . . (U4/U3P).

iii. Kelainan mekanisme atrioventrikular


jungsional. (Extra systole atrioventri
kular jungsional, tachikardia atrioventri
kular jungsional) . . . . . . . . . .(U4/U3P).

iv. Kelainan mekanisme supra ventrikular .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

v. Kelainan mekanisme ventri cular . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

vi. Kelainan irama pacu jantung artificial .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

vii. Brugada sindrom . . . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Gangguan konduksi.

i. Blok exit sinoatrial . . . . . . . . .(U4/U3).

ii. Blok intraatrial . . . . . . . . . . . . (U4/U3).

iii. Gangguan konduksi atrioven trikular


derajat satu . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3).

iv. Dissosiasi atrioventrikular . . .(U4/U3P).

v. Defect konduksi atrioventrikular:

i) Blok monovasikular:

(i) RBBB inkomplit . .(U2/U1).

(ii) RBBB komplit, LBBB . . . . .


. . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(iii) RBBB komplit, LBBB, tanpa


mur-mur & pembesaran
jantung . . . . . . . .(U3/U3P).
48

(iv) RBBB komplit, LBBB,


dengan mur-mur &
pembesaran jantung . .(U4).

ii) Block anterior fasikular, blok


posterior fasikular, block
bifasikular, block trifasikular
(multivasikular) . . . . . . (U4/U3P).

iii) Gangguan pre exitasi . .(U4/U3P).

(c) Gangguan fungsi valvular.

i. Malfungsi prothese dan homograf . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

ii. Prolap katup aorta/mitral . . . (U4/U3P).

(d) Gangguan fungsi myokardial.

i. ventrikel . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

ii. Asinergi ventrikel, restriksi pericardial,


restriksi myocardial . . . . . . . . . . . . (U4).

(e) Gangguan tekanan intravascular (Hypertensi


arterial fulmonal) . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(f) Komunikasi abnormal jantung dan pembuluh


darah besar.

i. Shunts intrakardial kanan dan kiri . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

ii. Shunts extrakardial kiri dan kanan. . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

iii. Ischemic myocardial . . . . . . . (U4/U3P).

iv. Gangguan hantaran jantung:

i) Gangguan hantaran intraventri


kular . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

ii) Hantaran intraventrikular abber


rans . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

8) Abdomen dan Sistem Gastrointestinal.

a) Hernia.

(1) Semua bentuk hernia . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).


49

(2) Apabila sudah dioperasi dan tidak ada gangguan


(pasca operasi lebih dari 1 tahun). . . . . . . .(U2/U1).

(3) Apabila sudah dioperasi meskipun tidak ada


gangguan (pasca operasi kurang dari satu tahun) . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(4) Sinus-sinus atau fistula-fistula pada dinding


abdomen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(5) Divertikula dari oesophagus . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

b) Oesophagitis yang recurrens atau kronis . . . . . . (U4/U3P).

c) Gastritis acut, tergantung dari kemungkinan


penyembuhan dalam pengobatan . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

d) Ulcus pepticum ventricular dan duodeni . . . . . . (U4/U3P).

e) Stenosis pylorus karena tumor . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

f) Semua tumor dari tractus gastrointestinal . . . . . . . . .(U4).

g) Colitis acuta, dysentri amuba dan baciller yang acuta dan


chronica . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

h) Irritable colon . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

i) Colitis ulcerosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

j) Diverticulitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

k) Ileitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

l) Diarrhae kronis oleh semua sebab . . . . . . . . . . (U4/U3P).

m) Pendarahan gastrointestinal . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

n) Hepatitis acut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

o) Hepatomegali . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

p) Penyakit kantong empedu termasuk cholelithiasis . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

q) Cirrhosis hepatis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

r) Fatty liver/perlemakan hati, dengan lemak darah tinggi . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

s) Pancreatitis acuta dan chronica . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).


50

t) Splenomegali . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

u) Splenectomy . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3).

v) Post appendectomi tanpa kelainan (lebih dari 1 thn) . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2-U1).

w) Post laporatomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3).

x) Post herniotomi tanpa kelainan (lebih dari 1 thn) . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2/U1).

y) Post cholecystectomy . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .( U4/U3).

9) Anus dan Rectum.

a) Haemorrhoid interna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

b) Haemorrhoid externa:

(1) Ringan, kurang dari ½ cm . . . . . . . . . . . .(U2/U2P).

(2) Sedang, ½ - 2 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U3P).

(3) Berat, lebih dari 2 cm . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(4) Fissura ani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(5) Striktur atau prolapsus recti . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(6) Fistula ani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(7) Incontinentia alvi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

(8) Post hemoroidektomi:

(a) Sembuh total . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Belum sembuh . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(9) Skintag . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U1).

10) Sistem Urogenital:

a) Hydroneprosis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . U4/U3P).

b) Ren mobilis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

c) Kelainan kongenital ureter . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

d) Kelainan kongenital vesica urinary . . . . . . . . . . (U4/U3P).

e) Epi dan hypospadia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).


51

f) Hermaphrodite . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

g) Hydrocel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

h) Undescensus testiculorum . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

i) Tumor-tumor dari ginjal, kandung kencing, testis, penis


dan prostat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

j) Kista ginjal ukuran < 5 cm tanpa keluhan . . . . (U3/U2P).

Kista ginjal ukuran > dari 5 cm tanpa keluhan. .(U3/U2).

Kista ginjal > 5 cm dengan keluhan/hematuria . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

Kista ginjal multiple . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

k) Nephritis acut, cronic dan nephritis tuberculosis . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

l) Nephrotic syndrome . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

m) Calculus dalam tractus urogenitalis unilateral maupun


bilateral . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

n) Pyelitis chronica . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

o) Pyelonephritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

p) Sistitis akut/kronik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

q) Atrophia testis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2).

r) Striktur uretra . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

s) Amputasi penis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

t) Hiperthropi prostat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

u) Prostatitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

v) Varikokel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

w) Varikokel pasca operasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2).

x) Enuresis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

y) Post op batu/saluran kemih . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

z) Fibrosis penis, parafinoma, corpus alienum . . . . .(U4/U3P).


52

11) Sistem Endrokrin dan Metabolik.

a) Acromegalia. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

b) Dystrophia adiposo genitalis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

c) Diabetes insipidus, Simmond dan Cushing syndrome . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

d) Hyperthyroid . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

e) Myxedema . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

f) Tetanus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

g) Diabetes Mellitus (DM) . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

h) Penyakit Addison . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

i) Defisiensi vitamin-vitamin yang klinis manifest dan


nutritional deficiency yang lain . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

j) Penyakit Gout . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

k) Keracunan logam yang akut dan kronis . . . . . . (U4/U3P).

l) Penyakit-penyakit:

(1) Periarteritis nodosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(2) Lupus erythematosus disseminate . . . . . . . . . . (U4).

m) Rheumatik fever yang sering kambuh dalam dua tahun


terakhir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

12) Kulit dan Kelamin.

a) Kelainan kulit yang diperkirakan dapat mengganggu pada


waktu latihan militer atau penggunaan perlengkapan
militer.

(1) Infeksi:

(a) Bakteri.

(b) Folikulitis/Furunkel/Ektima . . . . . . . . . . (U2).

(c) Karbunkel/furunkulosis/paronikia/impetigo/
abses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(d) Erisipelas/selulitis local . . . . . . . . . (U3/U2P).


53

(e) Erisipelas/selulitis luas . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(f) Kusta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(g) TBC Kulit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Jamur:

(a) Pit versikolor/tinea/kandiasis local . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2/U2P).

(b) Pit versikolor/tinea/kandiasis luas . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(c) Profunda/sistemik . . . . . . . . . . . . . U4/U3P).

(3) Virus:

(a) Herpes zoster/varicela/morbili stadium


penyembuhan . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(b) Herpes zoster/varicela/morbili stadium acut .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(c) Moluscum/veruca, jumlah sampai sepuluh


buah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U2P).

(d) Moluscum/veruca, jumlah lebih sepuluh . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(e) Herpes labialis . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(4) Parasit:

(a) Kutaneus larva migrans . . . . . . . . . (U3/U2P).

(b) Scabies, creeping eruption pedikulosis . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

b) Alergi.

(1) Erupsi obat.

(a) Lokalisata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(b) NET/Sindrom Steven Johnson . . . . . U4/U3P).

(2) Urtikaria.

(a) Akut lokalisata . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(b) Akut generalisata/menahun . . . . . (U4/U3P).


54

(3) Dermatitis topik/numularis/dishidrosis/kontak/


venenata/neurodermatitis:

(a) Ringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2/U2P).

(b) Sedang/berat . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

c) Kelainan kulit pada kaki:

(1) Klavus.

(a) Di tempat menahan berat . . . . . . . .(U4/U3P).

(b) Di tempat lainnya . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(2) Veruca plantaris.

(a) Jumlah per kaki sampai lima buah . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(b) Jumlah per kaki > lima buah . . . . . (U4/U3P).

(3) Pitted keratolisis.

(a) Sumbu panjang sampai 2 cm . . . . . .(U2/U1).

(b) Sumbu panjang > 2 cm . . . . . . . . . (U3/U2P).

(4) Tinea pedis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

d) Kelainan kelenjar keringat:

(1) Miliaria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2).

(2) Hiperhidrosis:

(a) Ringan: lembab . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U2P).

(b) Sedang: basah . . . . . . . . . . . . (U3/U2P-U3P).

(c) Berat: menetes . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

e) Kelainan kulit yang tidak mengganggu pekerjaan atau


tidak menyebabkan cacat menetap:

(1) Kelainan kelenjar minyak Acne vulgaris.

(a) Ringan (comedo tanpa peradangan) . . . . (U2).

(b) Sedang (papullo pustuler) . . . .(U3/U2P-U3P).


55

(c) Berat/konglobata (nodul, sikatriks) . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Kelainan-kelainan pigmen. (Nevus pigmentosus/


nevus Beker/nevus unius lateralis, hemangioma,
vitiligo, hypo pigmentasi)

(a) Lokasi tertutup pakaian harian:

i. Sumbu panjang sampai 10 cm . . . (U2).

ii. Sumbu panjang > 10 cm . . . . . . . (U3).

(b) Lokasi tidak tertutup pakaian harian:

i. Sumbu panjang sampai 5 cm . . . (U2).

ii. Sumbu panjang 5 - 20 cm . . . . . .(U3).

iii. Sumbu panjang > 20 cm . . . . .(U4/U3).

(3) Lokasi di telapak kaki . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(4) Lokasi di wajah:

(a) Sumbu panjang sampai 1 cm . . . . . (U2/U1).

(b) Sumbu panjang 1 - 2 cm . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Sumbu panjang > 2 cm . . . . . . . . . (U4/U3P).

f) Kelainan jaringan parut:

(1) Jaringan parut eutropik/hipotropik

(a) Lokasi tertutup pakaian harian:

i. Sumbu panjang sampai 10 cm . . . (U2).

ii. Sumbu panjang > 10 cm . . . . . . . (U3).

(b) Lokasi tidak tertutup pakaian harian:

i. Sumbu panjang sampai 5 cm . . . . (U2).

ii. Sumbu panjang 5 - 20 cm . . . . . . (U3).

iii. Sumbu panjang > 20 cm . . . . . . . (U4).

(c) Lokasi di wajah:

i. Sumbu panjang sampai 2 cm . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U2P).
56

ii. Sumbu panjang 2 - 4 cm . . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P-U3P).

iii. Sumbu panjang > 4 cm . . . .(U4/U3P).

(2) Jaringan parut hipertropik/keloid :

(a) Lokasi tertutup pakaian harian:

i. Sumbu panjang 10 cm . . . . .(U2/U1).

ii. Sumbu panjang >10cm . . . . (U3/U2P).

(b) Lokasi di bahu (tertekan ransel) . . .(U4/U2P).

(c) Lokasi lengan bawah:

i. Sumbu panjang 5 cm . . . . . . . (U2/U1).

ii. Sumbu panjang 5 - 20 cm . . . .(U3/U2).

iii. Sumbu panjang > 20 cm . . . .(U4/U3P).

(d) Lokasi di wajah:

i. Sumbu panjang sampai 2 cm . . . . . .(U2).

ii. Sumbu panjang 2 - 4 cm . . . . . (U3/U2P).

iii. Sumbu panjang > 4 cm . . . . . . (U4/U3P).

g) Tatoo.

(1) Apabila ada kemungkinan kelainan mental/psikis,


maka pemeriksaan/penilaiannya termasuk
golongan mental/kesehatan jiwa yang dilakukan
oleh petugas/ahli di bidangnya.

(2) Penilaian dari segi estetika tidak termasuk penilaian


kesehatan.

(3) Post tatoo dengan komplikasi seperti parut, keloid


radang dan sebagainya (sesuai kelainan kulit yang
timbul) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

h) Tindik.

(1) Apabila ada kemungkinan kelainan mental/psikis,


maka pemeriksaan/penilaiannya termasuk
golongan mental/kesehatan jiwa yang dilakukan
oleh petugas/ahli di bidangnya.
57

(2) Penilaian dari segi estetika tidak termasuk penilaian


kesehatan.

(3) Post tindik dengan komplikasi seperti parut, keloid


radang dan sebagainya (sesuai kelainan kulit yang
timbul) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

i) Kelainan rambut:

(1) Alopesia areata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(2) Alopesia totalis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

j) Tumor jinak/keratosis seboroika/skintag/fibroma


pendulum:

(1) Jumlah >10 buah . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Jumlah 1 - 10 buah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2).

k) Penyakit kulit yang berat, progresif dan sukar diobati.

(1) Vesikulobulosa menahun.

(a) Pemfigus vulgaris . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Pemfigoid bulosa . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(c) Dermatitis herpetiformis Duhring . . .(U4/U3P).

(2) Eritroskuamosa.

(a) Psoriasis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(b) Dermatitis seboroik:

i. Ringan . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U2P).

ii. Berat . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U3P).

iii. Eritroderma . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(3) Jaringan konektif.

(a) Lupus eritomatosus . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(b) Skleroderma . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(c) Dermatomiositis . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(d) Mixed connective tissue disease . . . (U4/U3P).


58

(4) Genodermatosis.

(a) Tuberosklerosis . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Neurofibromatisis . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(c) Iktiosis vulgaris/lameler/histriks . . (U4/U3P).

(d) Penyakit Darier . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(5) Micosis funguides/Bowen/Ca planoselulare basalio -


ma/Melanoma maligna/Karsinoma sel skuamosa . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(6) Penyakit-penyakit degenerasi, amyloidosis cutis,


Lupus Erytematosis Scleroderma/SLE . . . (U4/U3P).

(7) Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui


hubungan seksual.

(a) Gonorhoea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(b) Granuloma inguinale . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(c) Ulcus molle . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(d) Lymphogranuloma venereum . . . . . (U4/U2P).

(e) Herpes genitalia . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(f) Lues dini . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(g) Lues lanjut . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(h) Condyloma accuminata . . . . . . . . . (U4/U2P).

(i) Non Gonnococcal Urethritis . . . . . . .(U4/U2P).

13) Sistem Saraf.

a) Trauma capitis.

(1) Fracture tulang tengkorak. Bekas Fracture yang


tertutup bila tidak menyebabkan gejala-gejala sisa
gangguan neurologis dan tidak ada perubahan
bentuk kepala yang jelas . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2).

(2) Gegar otak (commotio cerebri). Pernah menderita


commotio cerebri dan tidak pernah lagi ada keluhan-
keluhan neurologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U1).

(3) Memar otak (contusion cerebri). Pernah menderita


gangguan contusion cerebri . . . . . . . . . . . (U4/U3P).
59

(4) Pendarahan Epidural dan Subdural. Pernah


menderita gangguan ini . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

b) Meningitis. Pernah menderita gangguan meningitis . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

c) Encephalitis/Encephalopati. Pernah menderita gangguan


encephalitis/encephalopati . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

d) Tumor cerebri. Semua jenis tumor cerebri . . . . (U4/U3P).

e) Gangguan saraf-saraf otak (nervi cranialis).

(1) Nervus opticus (neuritis optica dan neuritis


retrobulbaris):

(a) Penyebab oleh penjalaran infeksi dari sarang-


sarang di dekatnya atau toxis yang
prognosenya baik . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

(b) Penyebab meningitis, encephalo myelitis,


arterio sclerosis di mana prognosenya kurang
baik/buruk . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(2) Saraf-saraf oculer (N. III, IV, VI):

(a) Penyebab oleh penjalaran infeksi dari sarang-


sarang di dekatnya atau toxis yang
prognosenya baik . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

(b) Penyebab rheuma, diabetes mellitus,


meningitis basalis dan sebagainya di mana
prognosenya kurang baik/buruk . . (U4/U3P).

(3) Neuralgia trigeminus (N.V) Tic Doulourex . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(4) Bell’s palsy (N.VII) . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(5) Gangguan nervus vestibulocochle aris yang


menimbulkan gangguan vestibuler . . . . . (U4/U3P).

(6) Gangguan nervus glossoplary ngeus (N. IX) dengan


gangguan phonasi suara menjadi serak dan
neuralgy glossopharyngeus . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(7) Gangguan nervus vagus (N.X) dimana yang


terganggu adalah nervus recurrens yang
menimbulkan gejala-gejala gangguan phonasi,
suara jadi serak, pita suara pada sisi yang lumpuh
tidak bergerak pada phonasi dan inspirasi . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).
60

(8) Gangguan N.X, XI & XII . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

f) Penyakit ganglia basal.

(1) Syndroma Parkinson . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(2) Chorea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(3) Athetosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(4) Dystonia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

g) Gangguan peredaran darah otak.

(1) Perdarahan otak, biasanya disertai hypertensi . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(2) Arteriosclerosis, infark otak dan sejenisnya . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

h) Epilepsi dengan tipe semua jenis . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

i) Syphilis susunan saraf . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

j) Trauma medulla spinalis:

(1) Commotio medulla spinalis.

(a) Apabila gangguan bersifat sementara, tidak


disertai Fracture atau luxatio columna vertebra
lis, dan tak ada gejala-gejala sisa . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2).

(b) Apabila ada gangguan-gangguan yang lebih


besar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(2) Contusio medulla spinalis . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

k) Spondylitis tubercolosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

l) Hernia nucleus pulposus (HNP) biasanya berupa keluhan-


keluhan low back pain dengan atau tanpa ischialgia . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

m) Myelitis (radang medulla spinalis) dan penyakit-penyakit


degenerasi medulla spinalis:

(1) Myelitis (myelitis transver salis) antara lain


menimbulkan gejala-gejala paraplegia, syndroma
Guillian-Barre . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(2) Penyakit degenerasi medulla spinalis antara lain:


sclerosis multiplex, syndromamyelia sclerosis
61

miotropik lateralis, ataksi Friedrich dan degenerasi


funiculer dari medulla spinalis, di mana pada
umumnya menimbulkan gejala kelumpuhan alat
dan gangguan sensibilitas . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

n) Poliomyelitis anterior acuta . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

o) Neuritis:

(1) Neuritis acuta. Tergantung dari kemungkinan hasil


pengobatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2P-U3P).

(2) Neuritis berangsur-angsur disebabkan oleh:

a) Toksis metabolis (neuritisalkohol), intoksikasi


menahun (Neuritis logam arsen, timah
mercuri) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

b) Neuritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

p) Metabolisme vasculer (diabetes mellitus) . . . . . . (U4/U3P).

q) Kelumpuhan perifer traumatis:

(1) Kelumpuhan perifer karena trauma tajam, pada


umumnya menyebabkan lesi yang irreversible,
hingga prognosenya buruk apabila yang terkena
saraf yang penting dan menimbulkan kelumpuhan-
kelumpuhan yang berat . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Kelumpuhan karena trauma, biasanya


menyebabkan gangguan-gangguan yang reversible
maupun irreversible, tergantung kemungkinan
penyembuhannya . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

r) Nyeri Kepala. Migrain pada umumnya . . . . . . .(U4/U3P).

(1) Nyeri kepala occipital serangan berulang-ulang . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Arteritis temporalis serangan berulang-ulang . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

s) Myopathia:

(1) Polymyositis (termasuk dermatomyositis) tetapi yang


tergolong collagen disease . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(2) Dystrophia musculorum progressive . . . . . (U4/U3P).

(3) Mysthenia gravis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).


62

t) Myotonia congenital dari Thomson, myotonia acquisita . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

u) Paralysis periodik familiar . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

v) Deficiency syndrome: Beri-beri, neuritis, encephalopatie


pellgra, degeneration . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

w) Gangguan cerebellum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

14) Pemeriksaan Laboratorium. Untuk membantu menegakkan


diagnosa dibutuhkan pemeriksaan laboratorium yang terdiri
atas:

a) Urine.

(1) Protein.

(a) Negatif/ (-) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Positif satu/(+) . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Positif dua/(++) s/d positif empat/(++++) . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(2) Reduksi:

(a) Negatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Positif satu/(+) . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(c) Positif dua/(++) atau lebih . . . . . .(U4/U3P).

(3) Sedimen:

(a) Pria:

i. Lekosit  5/lpb.; Ery 1 - 3/lpb; Kristal


beberapa ; Torak negatif . . . . . . . .(U1).

ii. Lekosit 5 -10/lpb; Ery  5/lpb;Kristal


beberapa; Torak negatif . . . . .(U3/U2P).

iii. Lekosit > 20/lpb; Ery >10/lpb; Kristal


beberapa; Torak negatif . . . . .(U4/U3P).

(b) Wanita:

i. Lekosit 5 -10/lpb; Ery  5/lpb; Kristal


beberapa; Torak negatif . . . . . . . . . . . . . (U1).

ii. Lekosit 11 - 20/lpb; Ery  5/lpb; Kristal


beberapa; Torak negatif . . . . . . . . . (U3/U2P).
63

iii. Lekosit > 20/lpb; Ery >10/lpb; Kristal


beberapa; Torak negatif . . . . . . . . . (U4/U3P).

Catatan.
Untuk urine digunakan urine sewaktu.

(4) Bilirubin:

(a) Apabila hasilnya negatif . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Apabila hasilnya positif . . . . . . . . . (U4/U2P).

b) Darah.

(1) Hemoglobin.

(a) Pria.

i. 13 - 18 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

ii. 12 - 12,9gr/dL . . . . . . . . . . . . (U2/U1).

iii. 11 - 11,9 gr/dL . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

iv. Kurang dari 11 gr/dL atau lebih dari 18


gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Wanita:

i. 12 - 16 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

ii. 11 - 11.9 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . .(U2).

iii. 10 - 10.9 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . .(U3).

iv. Kurang dari 10 gr/dL atau lebih dari 16


gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(2) Leukosit:

(a) 5000 - 10.000/mm3 . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) 10.000 - 15.000/mm3 . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(c) Lebih dari 15.000/mm3 . . . . . . . . . (U4/U3P).

(d) Kurang dari 5000/mm3 . . . . . . . . .(U3/U2P).

(3) Trombosit:

(a) 150.000 - 400.000/mm3 . . . . . . . . . . . . .(U1).


64

(b) 400.000 - 500.000/mm3 . . . . . . . . . . . . .(U3).

(c) Kurang dari 150.000/mm3 atau lebih dari


500.000/mm3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(4) Glukosa:

(a) Puasa:

i. 100 - 126 mg/dL . . . . . . . . . (U3/U2P).

ii. Lebih dari 126 mg/dL . . . . . .(U4/U3P).

(b) 2 jam post prandial:

i. Kurang dari 140 mg/dL . . . . . . . . (U1).

ii. 140 - 200 mg/dL . . . . . . . . . .(U3/U2P).

iii. Lebih dari 200 mg/dL . . . . . .(U4/U3P).

(5) Cholesterol total:

(a) Usia kurang dari 40 tahun:

i. Kurang dari 200 mg/dL . . . . . . . . .(U1).

ii. 200 - 239 mg/dL . . . . . . . . . .(U3/U2P).

iii. 240 - 299 mg/dL . . . . . . . . . .(U4/U3P).

iv. Lebih dari 300 mg/dL . . . . . .(U4/U3P).

(b) Usia 40 s/d 44 tahun:

i. Kurang dari 250 mg/dL . . . . . . . (U1).

ii. 250 - 300 mg/dL . . . . . . . . . . . . .(U2P).

iii. Lebih dari 300 mg/dL . . . . . . . . .(U3P).

(c) Usia 45 s/d 58 tahun:

i. Kurang dari 260 mg/dL . . . . . . . . .(U1).

ii. 260 - 310 mg/dL . . . . . . . . . . . . .(U2P).

iii. Lebih dari 310 mg/dL . . . . . . . . . (U3P).

(6) LDL Direct:

(a) Kurang atau sama dengan 130 . . . . . . . .(U1).


65

(b) 130 - 160 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U3).

(c) Lebih dari 160 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

(7) LED.

(a) Pria:

i. Kurang dari 10/1jam . . . . . . . . . . (U1).

ii. 11 - 20/1 jam . . . . . . . . . . . . .(U2/U1).

iii. 21 - 30/1 jam . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

iv. Lebih dari 30/1 jam . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Wanita.

i. Kurang dan sama dengan 20 mm/1 jam


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

ii. 21 - 25 mm/1 jam . . . . . . . . . . . . .(U2).

iii. 26 - 35/1 jam . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

iv. Lebih dari 35/1 jam. . . . . . . .(U4/U3P).

(8) Triglycerida.

(a) Kurang dari 170 mg/dL . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) 171 - 300 mg/dL . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Lebih dari 300 mg/dL . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(9) Kreatinin.

(a) Kurang dari 1,5mg/dL . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) 1,5 - 1,8 mg/dL . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Lebih dari 1,8 mg/dL . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(10) Ureum.

(a) Kurang dari 50 mg/dL . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) 50 - 60 mg/dL . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) 60 mg/dL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).


66

(11) Uric acid.

(a) Pria; 3,5 - 7,2 mg% . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Wanita; 2,5 - 6 mg % . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(c) Lebih dari batas-batas ini . . . .(U4/U2P-U3P).

(12) Bilirubin.

(a) Direk kurang dan sama dengan 0,3 mg/dL . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Lebih dari 0,3 mg/dL . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

(c) Total:

i. Kurang dari 1,5 mg/dL . . . . . . . . . (U1).

ii. 1,5 - 2,5 mg/dL . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

iii. Lebih dari 2,5 mg/dL . . . . . . (U4/U3P).

(13) Protein.

(a) 6,0 - 8,5 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) 5,0 - 6,0 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Kurang dari 5,0 gr/dL . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(14) Albumin.

(a) 3,5 - 5 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) 3,0 - 3,5 gr/dL . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Di luar batas tersebut di atas . . . . .(U4/U3P).

(15) Globulin.

(a) 3,1 - 3,3 gr % . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Di luar batas-batas ini . . . . . . . (U4/U2-U3P).

(16) Phosphatase alkali (suhu 37° C).

(a) Kurang dari 155 gr/L . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) 156 - 310 gr/L . . . . . . . . . . . . . . . . (U3/U2P).

(c) Lebih dari 310 gr/L . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).


67

(17) SGOT (suhu 37°C).

(a) Kurang dari 35 gr/L . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) 35 - 70 gr/L . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(c) Lebih dari 70 gr/L . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(18) SGPT (suhu 37°C).

(a) Kurang 40 gr/L . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) 40 - 80 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U3/U2P).

(c) Lebih dari 80 gr/L . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

c) Tinja.

(1) Leukosit:

(a) Apabila hasilnya (-) . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Apabila ada (+) . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(2) Eritrosit:

(a) Apabila hasilnya (-) . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Apabila ada (+) . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(3) Benzidine:

(a) Apabila hasilnya (-) . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Apabila ada (+) . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(4) Cacing/Telur cacing:

(a) Apabila hasilnya (-) . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Apabila hasilnya (+) s.d. (++++) . . . . . . .(U2P).

(c) Ankylostoma . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(d) Schistosoma . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(e) Ascaris . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(f) Cestoda . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(g) Amuba . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).


68

(h) Oxyuria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U2P).

(i) Filaria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

(j) Taenia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(5) Serologi:

(a) VDRL positif untuk catam dan caba . . . .(U4).

(b) Untuk Capa/Pa PK dan anggota konfirmasi


TPHA:

i. Hasil positif . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

ii. Hasil negatif . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

d) Pemeriksaan Lain.

(1) HBsAg. Screening dengan pemeriksaan Rapid Imuno


Chromatografi/Rapid test.

(a) Untuk Catam dan Caba positif (+) . . . . . .(U4).

(b) Untuk Capa dan anggota, positif (+),


konfirmasi dengan ELISA.

i. Positif . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

ii. Negatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(2) Anti HIV.

(a) Calon anggota menggunakan satu kali rapid


test yang sensitivitasnya tinggi (> 99%).

i. Negatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

ii. Positif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

(b) Anggota menggunakan tiga kali rapid test


dengan reagen berbeda dan merk berbeda:

i. Reagen 1 Sensitivitas tinggi.

ii. Reagen 2 Spesifisitas tinggi.

iii. Reagen 3 Spesifisitas tinggi.

i) Negatif . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).
69

ii) Positif:

(i) Tanpa gejala . . . . . . .(U3P).

(ii) Bergejala/fase AIDS . . (U4).

Catatan: Jika tiga kali rapid test dengan hasil


negatif tetapi klinis menunjukkan adanya gejala
maka perlu dikonfirmasi dengan tes antigen (viral
blood) atau dengan Western Blood (WB).

(3) Narkoba.

(a) Bahan: urine

(b) Metode pemeriksaan Rapid Imuno Chromato


grafi/rapid test.

(c) Jenis pemeriksaan untuk skrining Ampheta


mine,Tetra Hydro Cannabinol (THC), Morfin
(MOR) dan Benzodia zepine (BZO).

i. Negatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

ii. Positif . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

Catatan: Positif untuk anggota maka perlu


konfirmasi keswa untuk penentuan stakes.

(4) Tes kehamilan pada calon Wanita TNI.

(a) Negatif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Positif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

(5) Malaria (+) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

15) Kelainan khusus pada wanita.

a) Kelainan kongenital mammae . . . . . . . . . . . .(U3-U4/U2).

b) mastitis akut/kronis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

c) Neoplasma. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

d) Riwayat operasi mammae:

(1) Post exterpasi tumor jinak . . . . . . . . . . . . . (U2/U1).

(2) Simple mastektomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2).

(3) Radikal mastektomi . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3).


70

e) Hermaphroditisme . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4).

f) Laserasi atau parut pada genitalia eksterna:

(1) Laserasi/parut yang tidak mengganggu (misalnya


bekas rupture perineum yang tidak mengganggu . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U2).

(2) Laserasi atau parut yang mengganggu . . .(U4/U3P).

g) Radang-radang spesifik seperti candidiasis, urethritis,


endometritis, salfingitis, kolpitis, pelvikperitonitis . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

h) Radang spesifik dari genitalia . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

i) Descensus uteri:

(1) Tingkat I - II . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(2) Tingkat III . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

j) Tumor jinak vagina dan genitalia eksterna . . . . (U4/U2P).

k) Gangguan hormonal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

l) Pembesaran umum dari uterus, tanpa diketahui sebabnya


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3).

m) Myoma uteri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

n) Cysta ovarii . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

o) Tumor ganas genital . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P).

p) Gangguan menstruasi:

(1) Amenorrhoe:

(a) Primer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(b) Sekunder . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(2) Polymenorrhoe . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(3) Menometrorrhagia . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

(4) Hypermenorrhoe, untuk calon dan anggota:

(a) Apabila datangnya insidentil . . . .(U3/U2P).


71

(b) Apabila datangnya berulang-ulang . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

q) Hymen rupture . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4-U3).

r) Persyaratan hymen harus intake bagi calon Wanita TNI


→ kriteria.

16) Radiologi Diagnostik.


Untuk membantu menegakkan diagnosa
dibutuhkan pemeriksaan radiologi diagnostik terbatas, terdiri
atas:

a) X-Ray foto thorax PA (Film 35x35/30x40 cm).

(1) Jantung.

(a) Bentuk, letak, CTR normal /t.a.k . . . . . .(U1).

(b) Kelainan:

i. Cor en Sabbot:

i) Jantung atlit . . . . . . . . . . . . (U1).

ii) Hypertensif Heart Disease . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-3P).

iii) Hypertrophy Ventrikel kiri sebab


lain . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-3P).

ii. Cor Bovinum . . . . . . . . . . .(U4/U2P-3P).

iii. Cor Pendulum:

i) Patologis . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

ii) Fisiologis . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

iv. Pinggang mendatar.

i) Variasi normal . . . . . . . . . . .(U1).

ii) Dampak kelainan katup, bilik,


serambi jantung . . . . . (U4/U2P).

v. Pinggang menonjol . . . . . . . . (U4/U3P).

vi. CTR lebih dari 55% . . . . . . . .(U4/U3P).

vii. CTR 50% - 55%:

i) Jika tidak ada kelainan lain


terkait . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).
72

ii) Jika ada kelainan lain terkait . . . .


. . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P- 3P).

viii. CTR kurang dari 50%.

i) Ada kelainan terkait. . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-3P).

ii) Tidak ada kelainan terkait . .(U1).

ix. Dextrocardia; Dextro posisi . . . . . . (U4).

x. Terdorong contra lateral tertarik ke


arah lesi . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U4).

(2) Aorta.

(a) Bentuk, ukuran, letak t.a.k/normal . . . . (U1).

(b) Elongatio, Aortic knop menonjol, dilatasi . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-3P).

(c) Coartasio; calcificasi . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

(d) Kecil:

i. Variasi normal . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

ii. Disertai kelainan terkait . . . .(U4/U3P).

(3) Mediastinum.

(a) Bentuk, ukuran (MTI), letak normal/t.a.k . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Terdorong/tertarik ke salah satu arah, bukan


karena kesalahan posisi . . . . . . (U4/U2P-3P).

(c) Tamponade; tumor mediastinum . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

(4) Paru.

(a) Tidak ada kelainan/t.a.k . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Kelainan:

i. Agenesis paru . . . . . . . . . . . . . . . . (U4).

ii. Semua gambaran infeksi non spesifik


seperti bronchitis, bronkho pneu monia,
73

viral pneumonia, abcess paru dan lain-


lain . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

iii. Semua gambaran infeksi spesifik seperti


K.P, invasi jamur; pneumonitis Carinii . .
. . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

iv. Semua gambaran infeksi spesifik yang


dinyatakan dengan kata-kata “suspect
/sugestif/sangat mungkin/sangat
curiga, spesifik belum dapat disingkir
kan”. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

v. Ateleletasis/Collaps, old proses paru,


fibro calcificasi disuatu lobulus/lobus;
bendungan/edema paru; bronchiecta-
sis, emphysema paru, pulmonal
hypertension; pneumokonikosis, PPOK .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

vi. Benda asing methal/non methal . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

vii. Kelainan ukuran, letak, densitas hilus


paru . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

viii. Destroyed lung’ds . . . . . . (U4/U3P-U4).

ix. Fibrotic paru tanpa rontgen sign lain.

i) Tidak luas . . . . . . . . . .(U2/U2P).

ii) Luas . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

x. Hemato thorax . . . . . . . . .(U4/U3P-U4).

xi. Tumor paru (primer/sekunder;


bronchial Parenchy mal):

i) Jinak . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

ii) Ganas . . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

(5) Pleura.

(a) Tidak ada kelainan (t.a.k) . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Kelainan:

i. Infeksi spesifik/non spesifik . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

ii. Schwarte . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2-U3).


74

iii. Tertarik/terdorong calcifikasi pleural . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2-U3).

(c) Effusi pleura:

i. Minimal . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

ii. Moderate/luas . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(6) Sinus frenico costalis.

(a) Lancip kanan dan kiri . . . . . . . . . . . . . . .(U1).

(b) Tumpul:

i. Minimal . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

ii. Moderate/luas . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(7) Diafragma kanan/kiri.

(a) Letak tinggi . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-3P).

(b) Scallopping:

i. Patologis . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

ii. Fisiologis . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U1).

(c) Buldging . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U1).

(d) Rupture . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(e) Eventerasio . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

(f) Hernia diafragmatica . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

(g) Sub diafragmati proses seperti free air,


abscess, ascites, tumor sub diafragmatica . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

(h) Fibrotic tanting . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

(i) Paralysa, gerakan paradoxa (dengan


pemeriksaan fluoroscopy) . . . . . (U4/U3P-U4).

(8) Airway Trachea.

(a) Bentuk, ukuran, letak normal /t.a.k . . . .(U1).


75

(b) Kelainan:

i. Diameter menyempit/melebar . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

ii. Tertarik/terdorong kesalah satu arah


bukan kesalahan posisi . . . . (U4/U3P).

iii. Benda asing methal/ non methal . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P).

iv. Sudut carina lebih dari 60º. . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

v. Sudut carina kurang dari 60% . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

(9) Tulang. Penilaian tulang pada foto thorax PA


bersifat pemeriksaan tambahan karena foto thorax
disiapkan bukan semata-mata untuk mengevaluasi
tulang.

(a) Tulang sisi kanan dan kiri simetris bentuk,


letak, ukuran, densitas tak ada
kelainan/normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(b) Kelainan:

i. Clavicula:

i) Infeksi (Periostitis, osteitis) . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

ii) Deformitas, asimetris kanan kiri


bukan karena kesalahan posisi . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

iii) Densitas menurun karena


decalcificasi generalisata . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

iv) Fracture baru . . . . . . . .(U4/U2P).

v) Fracture lama fase penyembuhan .


. . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

vi) Fracture lama malunion . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

vii) Osteoma,Osteochondroma,
Chondsarcoma, metastase tumor .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).
76

viii) Chief Fracture fungsi baik . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U2/U2P).

ii. Costa (Iga):

i) Infeksi . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

ii) Fracture baru . . . .(U4/U2P-U3P).

iii) Fracture lama phase sembuh . . . .


. . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

iv) Fracture lama mal union. . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

v) Osteoma primer/sekunder . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P-U4).

vi) Spoon fork costae . . . . . (U2/U2).

vii) Rib Nochting . . . . . . . . . .(U4/U2).

viii) Sela iga melebar/menyempit . . . .


. . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

ix) Decalcifikasi gene ralisata (osteo


malacea; osteoporotic) . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U4).

iii. Vertebrae:

i) Kelainan bentuk seperti Web


Vertebrae, Bamboo pine/Fusi,
Deformi tas lainnya . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U4).

ii) Tipis . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

iii) Densitas meningkat spot maupun


general . .(U4/U2P-U3).

iv) Densitas menurun general/spot .


. . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

v) Spur formation . . . (U4/U2P-U3P).

vi) Discus irreguler . . . . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).
77

vii) Scoliosis (bukan karena


kesalahan posisi).

(i) Ringan (Sudut Fergusson


15º - 25º) . . . . . .(U3/U2).

(ii) Sedang (Sudut Fergusson


25º - 45º) . . . . . . .(U4/U3).

(iii) Berat (Sudut Fergusson >


45º . . . . . . . . . . . .(U4/U4).

viii) Compressi fracture . . . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

ix) Destructie . . . . . . . (U4/U3P-U4).

x) Gibbus para vertebral. . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P-U4).

(10) Soft tissue (jaringan lunak) dinding dada, sudut


bahu dan leher.

(a) Calcificasi . . . . . . . . . . . . . . . .(U4/U2P-U3P).

(b) Mass jinak . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P-U3P).

(c) Mass keganasan . . . . . . . . . . . .(U4/U3P-U4).

(d) Emphysema . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(e) Fistule . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(f) Susuk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(g) Benda asing jenis lain . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(11) Asymetris hemithorax kanan/kiri . . . (U4/U2P-U3P).

b) USG untuk werving/Rikkes Seldik wanita.

(1) Mammo Sonografi.

(a) Indikasi: dengan Palpasi didapatkan benjolan


yang meragukan.

(b) Penilaian.

i. Ductal ectasia, periductal calcificasi,


FAM, mass mengarah keganasan . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .U4/U2P-U4).

ii. Normosonografic . . . . . . . . . . . . . . (U1).


78

(2) Obgyn Sonografi:

(a) Indikasi: sebagai penunjang rik fisik/


laboratorium pada kasus kecurigaan
kehamilan muda, penyakit gynec yang dapat
mengganggu pendidikan/latihan.

(b) Penilaian:

i. Tidak ada tanda sonogram kehamilan.


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

ii. Tampak Gestation Sac dengan


Embrionicpool . . . . . . . . . . . . (U4/U2P).

(c) Kista Ovarii, myoma (intramural, sub


endometrial, sub peri metrial), gambaran mola
hidatidosa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U4/U3P).

(d) Ca Corpus Uteri . . . . . . . . . . . . .(U4/U3P-U4).

(e) Gynekologi tdk ada kelainan . . . . . . . . . .(U1).

c) Modalitas lain (dilaksanakan pada BPKP Banding/Pusat).

(1) Apapun jenis pemeriksaan radiologi diagnostik, jika


dinyatakan tak ada kelainan atau Normosonografik
pada USG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (U1).

(2) Dijumpai kelainan congenital, tanda infeksi,


degeneratif, traumatic desease, tumor jinak/ganas;
primer/sekunder dll kelainan patologis . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .( (U4/U2P-U4).

b. Anggota Atas - A.

1) Kelainan Congenital.

a) Webbed Fingers . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4).

b) Scapula yang menonjol . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (A4/A3).

c) Spina:

(1) Spina bifida occulta tanpa gangguan neurologis . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4/A2).

(2) Spina bifida occulta dengan gangguan neurologis . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (A4/A3P).

d) Polydactily . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4).
79

2) Trauma.

a) Post Fracture tanpa gangguan fungsi dan bentuk . . . .(A1).

b) Post Fracture dengan atau plate dan tanpa screw . . . .(A1).

c) Post Fracture pada tulang atau persendian dengan atau


tanpa dislokasi yang bersifat sementara . . . . . . .(A4/A3P).

d) Kehilangan jari tangan:

(1) Jari manis dan/atau jari kelingking . . . . . .(A4/A3).

(2) Telunjuk dan/atau jari tengah . . . . . . . . . .(A4/A3).

(3) Ibu jari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4/A3).

(4) Jari I dan jari II untuk tangan kiri . . . . . . . (A4/A3).

(5) Sebuah phalanx dari manapun juga,


dipertimbangkan sesuai dengan fungsi . . . .(A4/A3).

e) Kehilangan tangan kanan, atau tangan kiri (memerlukan


waiver) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (A4/A3P).

f) Bekas Fracture dari tulang belakang tanpa akibat . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4/A3P).

3) Peradangan.

a) Osteomyelitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4/A3P).

b) Polyarthritis rheumatika pada sendi kecil yang dalam dua


tahun tidak menunjukkan exaserbasi yang akut . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4/A2P).

c) Kelainan sendi karena: Koch, Lues, gonorrhoe, rheumatic. .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (A4).

d) Osteoarthritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4/A3P).

4) Lain-lain:

a) Ankilosis:

(1) Ankilosis pada sendi-sendi penting . . . . . .(A4/A3P).

(2) Ankilosis pada sendi-sendi tidak penting . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A4/A2P).

b) Kiposkoliosis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (A4/A3P).

c) Luksasi habitual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (A4/A3P).


80

d) Left handed . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(A2).

c. Anggota Bawah - B.

1) Kelainan congenital.

a) Hammer toe . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4).

b) Hallux valgue . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4).

c) Pes planus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4).

d) Webbed toes . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4).

e) Clubfoot . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4).

2) Trauma.

a) Kehilangan:

(1) Kedua ibu jari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4/B3).

(2) Satu ibu jari . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4/B2).

(3) Dua buku jari kelingking pada satu kaki . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3).

b) Kuku yang tumbuh ke dalam (Paronikia) . . . . . .(B4/B2P).

c) Pernah operasi lutut . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4/B3).

d) Kehilangan satu kaki . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3P).

e) Post Fracture os coccigeus . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4/B3).

f) Post Fracture yang telah sembuh normal tanpa ada


gangguan dalam fungsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B2/B1).

g) Post fracture masih terpasang alat (nail, plate, screw,


pinning) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4/B2P).

3) Peradangan.

a) Osteomyelitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3P).

b) Verruca plantaris . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3P).

4) Lain-lain.

a) Ankilosis:

(1) Pada sendi-sendi yang penting . . . . . . . .(B4/B3P).


81

(2) Pada sendi-sendi yang tidak penting . . . (B4/B2P).

b) Setiap gangguan pergerakan sendi . . . . . . . . .(B4/B3P).

c) Luksasi habitual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3).

d) Sciatica . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B4/B3P).

e) Keluhan pada sendi sacral dan sacro lumbal . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3P).

f) Pemendekan tungkai bawah 1 - 4 . . . . . . . . . .(B4/B3P).

g) Ganglion . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B3/B2P).

h) Varises:

(1) Varices ringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B2).

(2) Varices sedang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (B3/B2P).

(3) Varices berat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3P).

(4) Post ops varises . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4/B3).

(5) Pasca injeksi sklerosing varises . . . . . . . . . (B4/B2).

i) O dan X Been.

(1) 1 sampai dengan kurang dari 3 cm . . . . . . . .(B1).

(2) 3 sampai dengan 5 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B2).

(3) Lebih dari 5 cm . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(B4).

d. Sistem Pendengaran dan Keseimbangan-D.

1) Tajam Pendengaran.

a) Dengan cara bisikan (tutur bisik/gesekan jari):

(1) Dapat mendengar gesekan jari-jari pada jarak 1


meter, atau suara berbisik pada jarak 5 meter . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D1).

(2) Dapat mendengar suara berbisik pada jarak 5


meter, dengan satu telinga dan telinga lainnya 2
meter, asalkan kemampuan kurang mendengar
tersebut bukan akibat suatu penyakit organis yang .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D2).
82

(3) Dapat mendengar suara berbisik pada jarak


4 meter, dengan satu telinga dan telinga lainnya 1½
meter asalkan kemampuan kurang mendengar
tersebut bukan akibat suatu penyakit organis yang
aktif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D3).

b) Tutur bisik sebesar 40 dB.

(1) Dapat didengar pada jarak 6 - 4,5 meter = Baik . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D1).

(2) Dapat didengar pada jarak 4,5 - 1 meter = Tuli


ringan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D2).

(3) Dapat didengar pada 1 - 0 meter = Tuli sedang . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3).

(4) Tidak dapat mendengar = Tuli berat . . . . . . . . (D4).

c) Dengan alat audiometri, pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz


dan 2000 Hz, hasil intensitas ambang dengar, sebagai
berikut:

(1) 0 - 25 dB = normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D1).

(2) 26 - 40 dB = tuli ringan . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D2).

(3) 41 - 60 dB = tuli sedang tetapi salah satu telinga


normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3/D2).

(4) 61- 90 dB = tuli berat tetapi salah satu telinga


normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D4/D3).

(5) Lebih dari 90 dB = tuli sangat berat . . . . . . . . .(D4).

d) Dengan Alat Penala.

(1) Tes Rinne positif, Tes Weber tak ada lateralisasi . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D1).

(2) Tes Rinne negatif, Tes Weber ada lateralisasi ke


telinga yang sakit . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3/D3P).

(3) Tes Rinne positif, Tes Weber lateralisasi ke telinga


yang sehat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3/D3P).

2) Kelainan Organik.

a) Bekas Operasi.

(1) Bekas operasi mastoid yang nyata dan apabila


pendengaran dalam batas-batas normal . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D4/D2).
83

(2) Bekas operasi mastoid yang masih dengan


fistel/luka di daerah retroauriculer . . . . . (D4/D3P).

(3) Bekas operasi mastoid yang telah di myringoplastic .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D3/D2).

(4) Bekas operasi mastoid yang belum sembuh dan


masih basah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D4/D3P).

(5) Pasca mastoidektomi . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D3).

(6) Pasca timpanoplasti . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3/D2).

(7) Pasca stapedektomi . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3/D2).

b) Perforasi dari membran timpani:

(1) Perforasi sentral kecil dan kering . . . . . . .(D4/D3P).

(2) Perforasi basah kronis . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D3P).

(3) Sudah tertutup/bekas perforasi . . . . . . . . (D2/D1).

(4) Perforasi membrana Shrapnell . . . . . . . . .(D4/D3P).

c) Otitis eksterna:

(1) Otitis eksterna akut terlokalisasi (furunkel) . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D2/D2P).

(2) Otitis eksterna difus akut . . . . . . . . . . . . . . . .(D2P).

(3) Otitis eksterna difus kronis . . . . . . . . . . . (D4/D2P).

(4) Otitis eksterna eksim . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D2P).

(5) Otitis eksterna maligna . . . . . . . . . . . . . . (D4/D3P).

d) Otitis media:

(1) Otitis media akut tanpa ada causa allergis . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D4/D2P).

(2) Otitis media supuratif kronik aktif . . . . . (D4/D3P).

(3) Otitis media efusi . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D3P).

e) Mastoiditis:

(1) Mastoiditis acute . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D2P).

(2) Mastoiditis chronic . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D3P).


84

f) Kelainan daun telinga:

(1) Pseudokista . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D2/D2P).

(2) Hematoma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D2/D2P).

(3) Perikondritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D3/D2P).

(4) Deformitas daun telinga . . . . . . . . . . . . . (D3/D2P).

(5) Penebalan daun telinga bekas ateromatome. . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D2/D2P).

(6) Penebalan daun telinga (bunga kol/tumor) . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D4/D2).

g) Trauma telinga:

(1) Trauma daun telinga/liang telinga luar. . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3/D2P).

(2) Trauma tulang temporal . . . . . . . . . . . . . (D4/D3P).

h) Eczema chronic pada liang telinga . . . . . . . . . . . . (D4/D2).

i) Mikrotia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D3P).

j) Fistule preaurikular . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D2P).

k) Sumbatan serumen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D2P).

l) Herpes zoster otikus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D4P/D2P).

m) Obstruksi tuba eustachius . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D2P).

n) Neuritis vestibularis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D3P).

o) Labirintitis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D3P).

p) Gangguan pendengaran mendadak . . . . . . . . . .(D4/D3P).

q) Tuli akibat bising . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D4/D2P).

r) Tinitus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (D4/D3P).

s) Presbiakusis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(D3/D3P).

e. Sistem Penglihatan - L.

1) Visus (tanpa kaca mata atau lensa kontak periksa mata satu
persatu):

a) Visus minimal 6/6 tiap mata tanpa koreksi . . . . . . .(L1).


85

b) Visus minimal 6/12 untuk tiap mata akan tetapi dapat


dikoreksi sampai 6/6 dengan lensa spheris maksimal
1 Dioptri atau silindris maksimal 0,75 Dioptri dengan
aksis harus 90º, kelainan refraksi majemuk maksimal
1 Dioptri. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L2/L2P).

c) Visus dapat dikoreksi sampai 6/12 pada mata yang satu


dan 6/18 pada mata yang lain, atau 6/8 pada mata yang
satu dan 6/20 pada mata yang lain, atau 6/6 pada mata
yang satu dan 6/60 padamata yang lain dengan lensa
spheris maksimal 3 Dioptri atau silindris 3 Dioptri.
Kelainan Refraksi majemuk maksimal 3 Dioptri . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L3/L2P).

d) Visus kurang dari 6/60 atau koreksi lebih dari 3 Dioptri .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

2) Buta warna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4).

3) Kelainan Organik Mata:

a) Kelopak mata:

(1) Entropion . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/U3P).

(2) Kerusakan kelopak mata sehingga perlindungan


mata terhadap rangsangan luar terganggu . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

(3) Jaringan parut yang buruk atau menyebabkan


perlekatan antar kelopak mata atau kelopak mata
dengan bola mata . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(4) Bleparospasme, ptosis yang mengganggu


penglihatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(5) Inversi, eversi, lagoftalmos . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(6) Dakriosistitis akut/kronis, epifora . . . . . . (L4/L3P).

(7) Tumor kelopak mata . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

b) Konjunktiva:

(1) Konjunktivitis akut/kronis, konjunktivitis vernalis . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

(2) Trakom kecuali telah sembuh sempurna . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

(3) Xeroftalmia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).


86

(4) Pterigium yang menjorok ke kornea lebih dari


1 mm, mempengaruhi penglihatan, progresif,
terlihat kekeruhan vaskularisasi yang jelas dan
ujung pterigium tebal . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

c) Kornea:

(1) Keratitis akut/kronis, ulkus kornea, abrasi kornea


termasuk ulkus herpes, vaskularisasi dan
kekeruhan kornea yang progresif dan mengganggu
penglihatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(2) Distrofi kornea termasuk keratokonus pada semua


tingkat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

(3) Semua tindakan operasi kornea baik yang


berakibat menurunnya ketajaman penglihatan
maupun (operasi kornea) yang dimaksudkan untuk
mempertajam penglihatan tapi mengganggu
pelaksanaan tugas militer . . . . . . . . . . . . . . . . (L3).

d) Traktus Uvea:

(1) Radang iris akut maupun kronis . . . . . . .(L4/L3P).

(2) Radang corpus siliare akut maupun kronis . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

(3) Radang koroid akut maupun kronis . . . . .(L4/L3P).

(4) Iritis traumatika kecuali bila telah sembuh


sempurna . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

e) Retina:

(1) Riwayat ablasio retina . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(2) Proses degenerasi retina . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(3) Retinitis yang mengakibatkan berkurangnya fungsi


penglihatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(4) Korioretinitis kecuali telah sembuh sempurna,


koriorenitis yang berulang-ulang . . . . . . .(L4/L3P).

(5) Angiomatosis, fakomatosis, kista retina dan


kelainan lain yang mempengaruhi fungsi
penglihatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

(6) Nervus optikus: neuritis optika, udem pupil, atrofi


optic primer maupun sekunder, ekskavasi glaukom
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).
87

(7) Lensa mata: afakia unilateral maupun bilateral,


dislokasi lensa mata sebagian atau seluruhnya,
kekeruhan lensa yang mempengaruhi fungsi
penglihatan dan progresif . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

f) Cacat/kelainan lain:

(1) Astenopi berat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

(2) Tumor bola mata atau rongga mata . . . . . (L4/L3P).

g) Eksoftalmus unilateral maupun bilateral . . . . . .(L4/L3P).

h) Nistagmus patologis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

i) Diplopia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

j) Hemianopsia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

k) Menghilangnya refleks pupil yang normal . . . . .(L4/L3P).

l) Adanya benda asing dalam bola mata . . . . . . . .(L4/L3P).

m) Kehilangan sebuah bola mata . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

n) Anoftalmus atau mikroftalmus . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4).

o) Setiap kelainan akibat trauma, penyakit organik,


congenital dari mata dan sekitarnya yang membahayakan
serta mengganggu fungsi penglihatan. . . . . . . . .(L4/L3P).

p) Ada tanda klinis retinitis pigmentosa dengan atau tanpa


penurunan fungsi penglihatan . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4).

4) Tekanan Bola Mata.

a) Tekanan bola mata 10 sampai 20 mm Hg (sesuai tabel


pemeriksaan) Tonometer Schiotz . . . . . . . . . . . . . . . .(L1).

b) Tekanan bola mata 21 sampai 30 mm Hg . . . . . (L4/L2P).

c) Tekanan di atas 30 mm Hg . . . . . . . . . . . . . . . .(L4/L3P).

5) Lapang Pandang Penglihatan.

a) Dapat melihat bayangan tangan pemeriksa minimal 160º


di samping medial dan 180º di samping lateral pasien . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L1).

b) Hanya dapat melihat maksimal 120º dalam arah medial


dan 135º dalam arah lateral pasien . . . . . . . . . . . . .(L2).
88

c) Hanya dapat melihat bayangan tangan pemeriksa kurang


dari 120º arah medial dan kurang dari 135º arah lateral .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L3).

d) Lapang pandang pasien sangat sempit sampai gelap


(Tunnel vision) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L4).

e) Strabismus (Mata juling) . . . . . . . . . . . . . . . . . . (L4/L3P).

f) Khusus calon Taruna Penerbang TNI AL visus . . . . . (L1).

g) Post Lasic . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(L3).

f. Kesehatan Gigi dan Mulut - G.

1) Mulut dan Rahang.

a) Stomatitis:

(1) Stomatitis yang akan atau dapat menyebabkan


cacat atau gangguan estetika yang menyolok di
daerah muka yang dapat dilihat dari luar . . . . (G4).

(2) Stomatitis akut lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . (G2P).

(3) Stomatitis yang kronik . . . . . . . . . . . . . . .(G4/G3P).

b) Tumor atau torus palatinus/lingualis eksostosis:

(1) Apabila dengan pengobatan tidak menimbulkan


residif dan cacat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (G4/G2P).

(2) Apabila dengan pengobatan menimbulkan residif


dan cacat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (G4/G3P).

(3) Apabila tumor menyebabkan gangguan/cacat pada


fungsi pekerjaan mulut . . . . . . . . . . . . . . . . . . (G4).

(4) Apabila tumor atau kelainan lain dalam mulut yang


menyebabkan gangguan berbicara . . . . . . . . . .(G4).

c) Kelainan kelenjar ludah yang bersifat radang


(sialoadenitis) dan batu (sialothiasis) . . . . . . . . (G4/G2P).

d) Penyakit-penyakit periodontium:

(1) Yang dapat sembuh . . . . . . . . . . . . . . . . .(G2/G2P).

(2) Yang chronic . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (G4/G3P).

(3) Abscess . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(G4/G3P).

(4) Cysta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(G4/G3P).


89

e) Kelainan jaringan lunak/keras:

(1) Cleft lips . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(G4).

(2) Cleft Palate . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(G4).

(3) Cleft lips dan cleft Palate . . . . . . . . . . . . . . . . .(G4).

f) Kelainan sendi rahang:

(1) Dislokasi luksasi mandibula . . . . . . . . . .(G4/G3P).

(2) Artropati/Ankilosis . . . . . . . . . . . . . . . . . (G4/G3P).

(3) Kelainan artikulasi . . . . . . . . . . . . . . . . .(G4/G2P).

g) Higiene mulut:

(1) Higiene mulut baik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(G1).

(2) Higiene mulut sedang . . . . . . . . . . . . . . .(G2/G2P).

(3) Higiene mulut buruk . . . . . . . . . . . . . . . (G3/G3P).

(4) Higiene mulut buruk sekali . . . . . . . . . . . . . . .(G4).

2) Gigi geligi.

a) Termasuk dalam Stakes I (G1):

(1) mempunyai gigi asli yang memenuhi syarat fungsi


kunyah, phonetik dan estetika;

(2) jumlah elemen gigi vital tanpa M3 minimal


28 buah dengan cacatan bila telah dilakukan
perawatan ortho dengan pencabutan maksimal
4 buah gigi;

(3) jumlah titik kontak antara gigi atas dan bawah


dalam keadaan oklusi sentris minimal 22 (gigi
anterior dinilai 1, gigi posterior dinilai 2);

(4) tidak ada kehilangan gigi anterior kecuali caninus


dengan diastema;

(5) jumah kehilangan gigi belakang perkwadran


maksimal 2 gigi (tidak berurutan);

(6) jumlah caries:

(a) caries superfisialis maksimum 2 gigi;


90

(b) caries media:

i. gigi depan nihil; dan

ii. gigi belakang nihil.

(c) tidak ada caries profunda; dan

(d) tidak ada gigi gangren/necrosis.

(7) tidak ada gigi hypoplasia/hyperplasia/motle enamel


gigi depan;

(8) tidak ada discolorisasi gigi;

(9) tidak ada gigi persistensi dan kelebihan gigi yang


mengganggu estetis;

(10) tidak ada diastema anterior;

(11) jumlah DMF maximal 10 gigi;

(12) terdapat abrasi berat (sampai jaringan dentin)


maksimal 2 gigi;

(13) tidak ada pin crown/jacket crown pada gigi anterior;

(14) tidak ada palato/labio versi yang mengganggu


phonetik maupun estetika;

(15) kelainan gigitan:

(a) tidak ada open bite vertical;

(b) open bite horisontal maksimal 2 mm;

(c) tidak ada cross bite gigi depan;

(d) tidak ada protusi;

(e) tidak ada progeni; dan

(f) tidak ada deep palatum bite.

(16) Prothesa lepas atau cekat pada gigi belakang tidak


lebih dari dua gigi;

(17) tidak terdapat crowding gigi depan pada rahang


atas, tetapi boleh terdapat crowding gigi depan yang
ringan pada rahang bawah;

(18) tidak ada gigi goyang;


91

(19) tidak ada gigi impaksi; dan

(20) tidak ada kelainan bentuk gigi (peg shape fusion


dan lain-lain).

b) Termasuk dalam Stakes II (G2).

(1) jumlah elemen gigi vital tanpa M3 minimal 26 buah


dengan catatan bila telah dilakukan perawatan
ortho dengan pencabutan maksimal 4 buah gigi;

(2) jumlah titik kontak antara gigi atas dan bawah


dalam keadaan oklusi sentris minimal 20 (gigi
anterior dinilai 1, gigi posterior dinilai 2);

(3) terdapat kehilangan 1 gigi anterior (incicifus atas,


bawah, kiri dan kanan), tetapi sudah direhabilitasi
dengan gigi tiruan cekat sehingga tidak
mengganggu;

(4) jumah kehilangan gigi belakang perkwadran


maximal 2 gigi (tidak berurutan);

(5) jumlah caries:

(a) caries superfisialis maksimum 3 gigi;

(b) caries media:

i. gigi depan nihil: dan

ii. gigi belakang maksimal 2 gigi.

(c) tidak ada caries profunda; dan

(d) tidak ada gigi gangren/necrosis.

(6) terdapat hipoplasia/hiperplasia ringan yang tidak


menyebabkan gangguan estetika pada gigi
belakang;

(7) terdapat discolorisasi ringan yang tidak


menyebabkan gangguan estetika;

(8) terdapat motled enamel pada gigi depan dan


belakang maksimal 2 gigi;

(9) tidak ada persistensi dan gigi berlebihan untuk gigi


depan;

(10) terdapat diastema anterior 1 gigi maksimal 2 mm;


92

(11) jumlah DMF maksimal 12 gigi;

(12) abrasi (sampai jaringan dentin) maximal 3 gigi;

(13) terdapat 1 pin crown/jacket crown pada gigi


anterior;

(14) terdapat palato/labio versi ringan yang belum


mengganggu fungsi phonetik maupun estetika;

(15) kelainan gigitan:

(a) terdapat open bite vertical maksimal 1 mm;

(b) terdapat open bite horisontal maksimal 3 mm;

(c) terdapat cross bite gigi depan maksimal 1 gigi


dengan kedalaman 1 mm;

(d) protusi maksimal 4 mm (protusi ringan);

(e) tidak ada progeny; dan

(f) ada cingulum deep bite.

(16) terdapat prothesa lepas atau cekat maksimal


4 gigi untuk gigi belakang tidak berurutan;

(17) terdapat kehilangan gigi depan maksimal 1 tetapi


sudah direhabilitasi dengan gigi tiruan cekat
sehingga tidak ada gangguan estetis;

(18) terdapat crowding gigi depan yang ringan baik pada


rahang atas maupun pada rahang bawah;

(19) tidak ada gigi goyang; dan

(20) tidak ada gigi impaksi.

c) Termasuk dalam Stakes III (G3):

(1) jumlah elemen gigi vital tanpa M3 minimal 24 gigi;

(2) jumlah titik kontak antara gigi atas dan bawah


dalam keadaan oklusi sentris minimal 18 gigi;

(3) terdapat kehilangan maksimal 2 gigi anterior, tetapi


sudah direhabilitasi dengan gigi tiruan cekat;

(4) jumlah caries:

(a) caries superfisialis lebih dari 4 gigi;


93

(b) caries media:

i. gigi depan maksimal 2 gigi; dan

ii. gigi belakang maksimal 3 gigi.

(c) tidak terdapat caries profunda; dan

(d) tidak terdapat gigi gangren/necrosis.

(5) ada gigi hypoplasia/hyperplasia di anterior yang


mengganggu etetis maksimal 4 gigi;

(6) terdapat discolorisasi gigi sedang;

(7) ada motled enamel pada gigi depan maksimal


4 gigi;

(8) terdapat gigi persistensi dan gigi yang berlebihan


yang mengganggu estetika maksimal 2 gigi;

(9) terdapat multiple diastema gigi depan maksimal


2 mm;

(10) jumlah DMF maksimal 16 gigi;

(11) ada abrasi sampai jaringan dentin maksimal


4 gigi;

(12) tidak terdapat pin crown/jacket crown pada gigi


anterior yang mengganggu estetika maksimal
2 gigi;

(13) terdapat gigi dengan posisi palato/labio versi


sehingga mengganggu estetika;

(14) kelainan gigitan:

(a) ada open bite vertical maksimal 2 mm;

(b) open bite horisontal maksimal 4 mm;

(c) terdapat cross bite gigi depan maksimal 3 gigi


ukuran maksimal 2 mm;

(d) protusi maksimal 6 mm;

(e) terdapat prognati dengan jarak 1 mm; dan

(f) terdapat deep bite sedang (servical deep bite).


94

(15) terdapat prothesa lepas atau cekat maksimal


8 gigi untuk gigi belakang (tidak berurutan);

(16) jumlah kehilangan gigi belakang maksimal 8 gigi;

(17) terdapat crowding sedang gigi depan rahang atas


dan crowding berat gigi depan rahang bawah.

(18) tidak ada gigi goyang; dan

(19) ada gigi impaksi tanpa komplikasi (perikoronitis/


operkulitis dan lain-lain).

d) Termasuk dalam Stakes IV (G4):

(1) jumlah elemen gigi vital tanpa M3 kurang dari


24 gigi;

(2) jumlah titik kontak antara gigi atas dan bawah


dalam keadaan oklusi sentries kurang dari 8 gigi;

(3) terdapat kehilangan gigi anterior dan tidak


direhabilitasi;

(4) jumah kehilangan gigi belakang lebih dari 18 gigi;

(5) jumlah caries:

(a) caries supervisialis lebih dari 4 gigi;

(b) caries media:

i. gigi depan lebih dari 2 gigi; dan

ii. gigi belakang lebih dari 3 gigi.

(c) terdapat caries profunda; dan

(d) terdapat gigi gangren/necrosis.

(6) terdapat hypoplasia/hyperplasia pada gigi depan


lebioh dari 4 gigi;

(7) terdapat discolorisasi berat yang menyebabkan


gangguan estetika;

(8) terdapat motled enamel pada gigi depan lebih dari


4 gigi;

(9) terdapat gigi persistensi dan supernumery teeth


yang sangat mengganggu estetika lebih dari 2 gigi;
95

(10) diastema interdental lebih dari 3 mm;

(11) jumlah DMF lebih dari 16 gigi;

(12) terdapat abrasi berat lebih dari 4 gigi baik gigi


anterior maupun posterior;

(13) adanya pin crown/jacket crown, gigi fracture dan


lain-lain lebih dari 2 gigi;

(14) terdapat gigi palato/labio versi di anterior yang


mengganggu estetika;

(15) kelainan gigitan:

(a) open bite vertical lebih dari 3 mm;

(b) open bite horisontal lebih dari 4 mm;

(c) cross bite gigi lebih dari 3 gigi dengan


kedalaman lebih dari 2 mm;

(d) protusi lebih dari 6 mm;

(e) prognathi, bimaxilari berat lebih dari 1 mm;


dan

(f) deep palatum bite berat.

(16) terdapat prothesa lepas atau cekat lebih dari 8 gigi


untuk gigi belakang kiri dan kanan;

(17) terdapat crowding gigi depan yang berat pada


rahang atas dan pada rahang bawah sehingga
sangat mengganggu estetika;

(18) impaksi dengan komplikasi (perikoronitis,


operkulitis dan sebagainya);

(19) terdapat gigi goyang; dan

(20) terdapat fix orthodontic.

g. Kesehatan Jiwa - J.

1) Pemeriksaan psikiatri berdasarkan model evaluasi kedokteran


jiwa orientasi militer matra laut yang mengacu pada evaluasi
multiaksial, yaitu:

a) Aksis I: Klinis gangguan jiwa sesuai ICD 10/ PPDGJ III . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(J3/J3P).
96

b) Aksis II:

(1) ada/tidaknya gangguan kepribadian nyata, seperti:


psikopat, paranoid, borderline, dan sebagainya . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(J3/J3P);

(2) potensi daya tahan mental, khususnya pada calon


yang mempunyai risiko tinggi gangguan jiwa
(kriteria Ego Strength di bawah 40 T score ) . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(J3/J3P);

(3) pola kepribadian yang maladaptive seperti: fobia,


maniak, lalai, obsesif-kompulsif, impulsif dan lain
sebagainya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(J3/J3P);
dan

(4) Neuroticism, yaitu profil tingkat penguasaan diri


serta daya adaptasi terhadap stress . . . . .(J3/J3P).

c) Aksis III:

(1) aspek neurologis, yaitu berupa kelainan fisik,


tanda-tanda halus dari kelainan fungsi saraf . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (J3/J3P);

(2) kelainan penyakit internistik . . . . . . . (J3/J3P); dan

(3) kelainan pemakaian zat psikoaktif, yaitu NAPZA . . .


. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (J3/J3P).

d) Aksis IV:

(1) mengkaji pola stressor spesifik yang berorientasi


pada kegiatan militer, keluarga dan masyarakat,
seperti takut berpisah;

(2) mengkaji paparan stressor yang potensial


menimbulkan gangguan jiwa, seperti takut air,
ketinggian, takut ledakan, takut api, dan lain-lain;
dan

(3) kemampuan beradaptasi menghadapi dinamika


tinggi baik di darat, laut maupun udara.

e) Aksis V: Mengkaji afeksi terhadap profil militer dari


Global Assesment of Functioning (GAF), apakah ada
kendala psikologis yang potensial menimbulkan gangguan
jiwa di kemudian hari, seperti tidak tegaan, takut
menyakiti, takut kekerasan dan lain-lain.
97

2) Penilaian Status Kesehatan (Stakes) Jiwa diberi kode J:

a) Calon anggota TNI Angkatan Laut:

(1) Termasuk J1. Bila tidak ditemukan sama sekali


psikopatologi pada pemeriksaan psikiatri maupun
test psikiatrik seperti MMPI dan test lainnya bila
perlu.

(2) Termasuk J2:

(a) bila tidak ditemukan psikopatologi baik


observasi dan wawancara psikiatrik, tetapi
ditemukan penyimpangan grafik MMPI (di
atas T-score 70); dan

(b) bila ditemukan psikopatologi yang ringan dan


bersifat situasional seperti anxietas ringan,
tremor kasar di tangan, hiperhidrosis ringan
dan bicara sedikit gemetar.

(3) Termasuk J3:

(a) bila dalam pemeriksaan psikiatrik didapatkan


psikopatologi berat seperti: halusinasi, delusi,
gangguan kognitif, gangguan assosiasi, afek
tumpul atau tidak adekuat, gangguan
psikomotorik dan gangguan berbicara;

(b) adanya syndrome psikosa, nerosa,


psikosomatik, gangguan kepribadian,
gangguan mental organik, gangguan
psikologis akibat zat psikoaktif maupun
alkohol;

(c) daya tahan kejiwaan yang lemah untuk


masuk militer didapat dari observasi dan
wawancara dinamik psikiatrik dan/atau
T-score ES kurang dari 40 MMPI;

(d) deviasi sexual;

(e) orientasi homoseksual;

(f) ada faktor keturunan gangguan jiwa berat


(orang tua atau saudara kandung);

(g) ada riwayat kebiasaan minum alkohol, NAPZA


dan kenakalan remaja baik didapat dari
wawancara maupun informasi dari sumber
lain; dan
98

(h) ada riwayat trauma kepala mayor/berat yang


potensi menimbulkan gangguan kejiwaan.

(4) Termasuk J4. Bila terdiagnosis definitif gangguan


jiwa berat seperti skizofrenia, bipolar, Major
Depression Disorder dan lain-lain sesuai ICD-10
diagnosis gangguan jiwa.

b) Rikkes rutin dan pendidikan pengembangan TNI Angkatan


Laut:

(1) Termasuk J1. Bila tidak ditemukan sama sekali


psikopatologi baik observasi, wawancara psikiatrik
maupun test psikiatrik seperti MMPI dan
pemeriksaan lainnya bila perlu.

(2) Termasuk J2:

(a) bila tidak ditemukan psikopatologi baik


observasi dan wawancara psikiatrik tetapi
ditemukan penyimpangan grafik MMPI (di
atas T-score 70); dan

(b) bila ditemukan psikopatologi yang ringan dan


bersifat situasional seperti anxietas ringan,
tremor kasar di tangan, hiperhidrosis ringan
dan bicara sedikit gemetar.

(3) Termasuk J2P:

(a) gangguan penyesuaian yang bersifat ringan


akibat suatu stress situasional; dan

(b) gangguan nerosa yang bersifat reaktif


terhadap stressor yang jelas.

(4) Termasuk J3:

(a) nerosa, psikosomatik, insomnia, lebih dari


3 tahun dengan fungsi GAF cukup baik; dan

(b) deviasi sexual lebih dari 3 tahun dengan


fungsi GAF cukup baik.

(5) Termasuk J3P:

(a) psikotik akut dan exaserbasi psikotik;

(b) skizofrenia dalam terapi kurang dari 3 tahun


dan Global Assesement of Functional lebih
dari 70;
99

(c) bipolar disorder dalam terapi kurang dari


3 tahun;

(d) nerosa dalam terapi dan Global Assesement of


Functional lebih dari 70;

(e) gangguan kepribadian organik terapi kurang


dari 3 tahun;

(f) psikosomatik, insomnia, deviasi sexual terapi


kurang dari 3 tahun;

(g) intoksikasi NAPZA episode pertama kali;

(h) gangguan mental organik terapi kurang dari


3 tahun; dan

(i) remisi parsial atau sedang pengobatan dari


gangguan jiwa psikosa non skizofrenia.

(6) Termasuk J4:

(a) terdiagnosis gangguan jiwa berat termasuk


kriteria pada J3p dan telah diupayakan terapi
3 tahun atau lebih dengan prognosis buruk
dan/atau fungsi GAF buruk;

(b) orientasi sex homo dengan preferensi dan


perilaku homosexual; dan

(c) intoksikasi NAPZA lebih dari satu episode.

c) Pemeriksaan untuk seleksi calon peserta pendidikan


pembentukan TNI Angkatan Laut:

(1) Termasuk J1. Bila tidak ditemukan sama sekali


psikopatologi pada pemeriksaan psikiatri maupun
test psikiatrik seperti MMPI dan test lainnya bila
perlu.

(2) Termasuk J2:

(a) bila tidak ditemukan psikopatologi baik


observasi dan wawancara psikiatrik tetapi
ditemukan penyimpangan grafik MMPI (di
atas T-score 65 ); dan

(b) symptoms psikiatris yang minimal dan


bersifat situasional seperti anxietas ringan,
tremor kasar di tangan, hiperhidrosis ringan
dan bicara sedikit gemetar.
100

(3) Termasuk J3:

(a) Bila dalam pemeriksaan psikiatrik didapatkan


psikopatologik berat seperti: halusinasi,
delusi, gangguan kognitif, gangguan assosiasi,
afek tumpul atau tidak adekuat, gangguan
psikomotorik dan gangguan berbicara;

(b) adanya syndrome psikosa, nerosa,


psikosomatik, ganguan kepribadian,
gangguan mental organik, gangguan
psikologis akibat zat psikoaktif maupun
alkohol;

(c) daya tahan kejiwaan yang lemah untuk


mengikuti pendidikan pembentukan jenjang
berikutnya didapat dari observasi dan
wawancara dinamik psikiatrik dan/atau
T-score Ego Strength kurang dari 40 MMPI;

(d) deviasi sexual dan/atau orientasi homo


seksual;

(e) diketahui ada faktor keturunan gangguan


jiwa berat (orang tua atau saudara kandung);

(f) ada riwayat kebiasaan minum alkohol, NAPZA


dan kenakalan remaja baik didapat dari
wawancara maupun informasi dari sumber
lain; dan

(g) ada riwayat trauma kepala mayor (berat) yang


potensi menimbulkan gangguan kejiwaan.

(4) Termasuk J4. Bila terdiagnosis definitif gangguan


jiwa berat seperti skizofrenia, bipolar, Major
Depression Disorder (MDD) dan lain-lain sesuai
ICD-10 dan pedoman penatalaksanaan dan
diagnosis gangguan jiwa edisi III.

3) Format evaluasi keswa mengacu diagnosis multiaksial:

J AKSIS I AKSIS II AKSIS III AKSIS IV


101

4) Penentuan Akhir. Kategori yang dinyatakan MS (Memenuhi


Syarat) untuk calon anggota, peserta pendidikan TNI Angkatan
Laut adalah stakes jiwa J1 dan J2, sedangkan kategori yang
dinyatakan TMS (Tidak Memenuhi Syarat) untuk calon anggota,
peserta pendidikan TNI Angkatan Laut adalah stakes jiwa J3
dan J4.

NO PEJABAT PARAF TANGGAL KEPALA STAF ANGKATAN LAUT,


1. Wakasal
2. Irjenal Pd Draft 15-05-2017
3. Asrena Kasal Pd Draft 31-05-2017
4. Waaspers Kasal Pd Draft 03-01-2017
ADE SUPANDI, S.E., M.A.P.
5. Kadiskesal Pd Draft 29-12-2016 LAKSAMANA TNI
6. Kasetumal
7. Paban V Watpers Pd Draft 23-12-2016

Anda mungkin juga menyukai