Anda di halaman 1dari 5

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA


LAKESPRA SARYANTO

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Saryanto
disingkat Lakespra adalah Badan Pelaksana Pusat pada tingkat Mabesau
yang berkedudukan langsung di bawah Kasau. Untuk mendukung tugas
tersebut. Lakespra sebagai pelaksana pusat Mabesau bertugas
melaksanakan pembinaan kesehatan penerbangan bagi awak pesawat
dan petugas khusus matra udara (PKMU), investigasi kecelakaan pesawat
bersama tim lainnya, pusat rujukan lembaga kesehatan penerbangan di
TNI, membina keprofesian bidang kesehatan penerbangan dan ruang
angkasa guna mendukung tugas TNI AU, dan melaksanakan pemeriksaan
kesehatan bagi para pejabat di lingkungan TNI dan pejabat
negara/pemerintahan beserta masyarakat. (Perkasau, 2019)
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan ini adalah untuk menilai status
kesehatan setiap awak di lingkungan TNI AU apakah dalam kondisi fisik
dan mental yang optimal, sehingga diperoleh hasil sebagai acuan dalam
menetukan kelayakan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab yang
di berikan. Dalam rangkaian pemeriksaan MCU salah satunya adalah
pemeriksaan fisik dimana pemeriksaan ini mengecek kembali semua
permalahan fisik maupun organ tubuh bagian dalam, dimana pemeriksaan
teresbut mengecek kembali kondisi awak pesawat atau pilot apabila telah
melaksanakan tindakan medis seperti tindakan operasi pada organ tubuh.
Para penerbang dan awak pesawat dalam melaksanakn tugas sehari
harinya sangat lah rentan terhadap pola makan yang tidak teratur yang
menyebabkan para penerbang memakan makan yang tidak sesuai
dengan gizi yang di butuhkan dan waktu makan yang tepat, Pengumpulan

RAHASIA 1
data di dapat dari data sukender yaitu hasil pemeriksaan kesehatan
selama bulan Januari – Desember 2019 di Lakespra Saryanto
menunjukan 6% penerbang TNI AU menderita Angka gangguan
pencernaan akibat Apendisitis, Data di ambil dari Poli Umum Lakespra
Saryanto, ini merupakan potensi masalah dalam dunia penerbangan
apabila tidak di atasi dapat menyebabkan masalah yang berkelanjutan.
Awak pesawat dalam melaksanakan tugas sehari harinya sangat
lah rentan terhadap pola makan yang tidak teratur dan gaya hidup makan
sembarangan yang tidak memperhatikan jenis dan nilai gizi makan
tersebut. Hasil survei yang menyebabkan berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetusnya, namun sumbatan lumen apendisitis merupakan faktor
yang diajukan sebagai pencetus disamping hyperplasia jaringan limfoid,
tumor apendisitis, dan cacing askaris dapat menyebabkan sumbatan.
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendisitis karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
mempengaruhi terjadinya konstipasi yang mengakibatkan timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal, yang berakibat
timbulnya sumbatan fungsional apendisitis dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. (Arifuddin, 2017)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bias pecah. Dalam mengatasi masalah
ini, perlu dilakukan pembedahan. (Christylia, 2016)
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan
yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya dilakukan dengan
membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan
luka.Sayatan atau luka yang dihasilkan merupakan suatu trauma bagi
penderita dan ini bisa menimbulkan berbagai keluhan dan gejala.
(Christylia, 2016)

2
Pada awak pesawat dimana seringkali mengalami perubahan
tekanan udara dimana saat di ketinggian gas akan bertambah, Hal ini
tentunya perlu diperhatikan pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal, Pasien yang baru menjalani operasi abdomen memiliki
kondisi ileus relatif untuk beberapa hari. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan risiko terjadi robekan pada jahitan, perdarahan, atau
perforasi. Selain itu pasien yang baru menjalani operasi abdomen juga
membutuhkan oksigen yang lebih banyak dikarenakan adanya trauma
operasi, peningkatan risiko terjadinya sepsis, dan peningkatan aliran
adrenergik. (Alexandria, 2003) Oleh karena itu, Situasi ini menyebabkan
ketidak nyamanan kepada awak pesawat nyeri di bagian perut,konstipasi
atau kembung saat melaksanakan tugas terbang.(Alexandria, 2003) para
penerbang akan mengalami pembengkakan di sekitar abdomen dimana
dilakukan prosedur appendiktomi dan tidak dapat menggunakan peralatan
terbang seperti seats belts sebagaimana mestinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan,
yaitu bagaimana pengaruh perbedaan tekanan udara rendah terhadap
proses penyembuhan post op apendiktomi pada awak pesawat ?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui adanya pengaruh tekanan udara pada luka post op
apendiktomi pada awak pesawat sehingga dapat menjadi rujukan tindakan
apa saja yang dibolehkan dan waktu yang diperlukan untuk proses
penyembuhan luka sebelum awak pesawat melakukan penerbangan.

1.4 Manfaat Penelitian


1 Memperoleh informasi secara literatur ilmiah mengenai
bagaimana pengaruh tekanan udara pada luka post op apendiktomi

3
sehingga dapat menjadi rujukan untuk melakukan tindakan medis
sebelum melakukan penerbangan.
2 mendapatkan pengetahuan mengenai waktu penyembuhan
pada luka, khususnya luka post op apendiktomi yang dapat
dipengaruhi oleh tekanan udara sehingga dapat memperkirakan
waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka sebelum
melakukan penerbangan.

1.5 Aspek Keilmuan


1. Memberikan informasi kepada perawat penerbang di
Lingkungan TNI/ TNI AL tentang proses penyembuhan luka post op
apendiktomi pada awak pesawat.
2. Sebagai landasan untuk peneltian lebih lanjut.

1.6 Aspek Satuan Kerja


1. Sebagai bahan informasi untuk memberikan edukasi kepada
para penerbang tentang penyembuhan luka post op apendiktomi.
2. Sebagai bahan informasi untuk melaksanakan pencegahan
sehingga meminimalisir terjadinya gangguan pengaruh tekanan
udara pada luka post op apendiktomi pada awak pesawat sehingga
dapat menjadi rujukan tindakan apa saja yang dibolehkan dan
waktu yang diperlukan untuk proses penyembuhan luka sebelum
awak pesawat melakukan penerbangan.

4
5

Anda mungkin juga menyukai