BAB 1
PENDAHULUAN
industri farmasi dan obat-obatan dihasilkan barang yang berupa obat baik dalam
bentuk padat maupun cair. Pembuatan obat-obat tersebut biasanya dilakukan
dengan reaksi kimia dan melibatkan perhitungan kimia yang rumit. Selain itu,
hubungan kuantitatif zat-zat dalam reaksi kimia juga sangat berpengaruh dalam
perhitungan kimia. Oleh karena itu, ilmu stoikiometri sangat diperlukan di
dalamnya karena mempelajari hubungan kuantitas zat-zat dalam suatu reaksi
kimia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
p. ArA p. ArB
% A= × mAp.Bq %B= × m Ap.Bq
MrAp.Bq MrAp.Bq
c. Konsep mol
Satu mol suatu zat adalah banyaknya zat tersebut yang mengandung
6,02×1023 buah partikel. Massa satu mol suatu zat sama dengan Ar atau Mr
zat tersebut yang dinyatakan dalam garam.
Massa 1 mol unsur X = Ar × gram
Massa 1 mol senyawa X = Mr × gram
Rumus mol unsur X atau mol senyawa X dapat dirumuskan dengan:
massa (gram)
mol unsur (n) =
massa Ar
massa (gram)
mol senyawa (n) =
massa Mr
Satu mol setiap zat mengandung 6,02×1023 partikel sehingga rumus mol
unsur X atau mol senyawa X dapat juga dirumuskan dengan:
N
n= atau N= n.6,02×1023
6,02×1023
6
m m N V
n = = = = mol
23
Ar Mr 6,02 .10 22,4
d. Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap satu liter larutan
Dinyatakan dengan:
n
𝑀𝑀 =
V
Di mana molaritas dinyatakan dengan satuan mol/L.
Hubungan kumulatif zat-zat dalam reaksi dinyatakan oleh koefisien
reaksinya. Koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol zat-zat dalam reaksi.
Apabila salah satu zat diketahui jumlah molnya, maka jumlah mol zat-zat lain
dalam reaksi ditentukan perbandingannya yaitu rumus di mana baru diketahui
perbandingan jumlah atom setiap unsur pembentuknya dan belum diketahui
jumlah atom sebenarnya dalam satu molekul. Rumus perbandingan juga dapat
disebut perbandingan bilangan bulat terkecil dan banyaknya atom setiap unsur
pembentuk senyawa. Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan berdasarkan
data presentase massa unsur-unsur yang membentuk senyawa itu.
7
Untuk berkomunikasi satu sama lain tentang reaksi kimia, para kimiawan
menggunakan cara standar untuk menggambarkan reaksi tersebut melalui
persamaan kimia. Pada persamaan kimia, digunakan lambang kimia untuk
menunjukkan apa yang terjadi saat reaksi kimia berlangsung.
Pda saat gas hidrogen (H2) terbakar di udara (yang mengandung oksigen,
O2) untuk membentuk air (H2O) reaksinya dapat digambarkan dengan persamaan
kimia sebagai berikut:
H2 + O2 → H2O
Di mana tanda + berarti “bereaksi dengan” dan tanda → berarti
“menghasilkan”. Jadi penulisan lambang-lambang ini dapat dibaca: “Molekul
hidrogen bereaksi dengan molekul oksigen menghasilkan air”. Reaksi dianggap
berlangsung dari kiri ke kanan seperti ditunjukkan oleh tanda panah. Tetapi
persamaan di atas belum lengkap karena atom oksigen dua kali lebih banyak di
sisi kiri tanda panah daripada di sisi kanan. Agar memenuhi hukum kekekalan
massa, banyaknya tiap jenis atom di kedua sisi harus sama dengan jumlah tiap-
tiap atom sebelum reaksi. Persamaan ini dapat disetarakan dengan menempatkan
koefisien yang sesuai. Sehingga persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:
2H2 + O2 → 2H2O
Persamaan kimia yang setara ini menunjukkan bahwa “dua molekul
hidrogen dapat bergabung atau bereaksi dengan satu molekul oksigen membentuk
dua molekul air”. Karena perbandingan jumlah molekul sama dengan
perbandingan jumlah mol, persamaan tersebut dapat pula dibaca “2 mol molekul
hidrogen bereaksi dengan 1 mol molekul oksigen menghasilkan 2 mol molekul
air”. Dengan H2 dan O2 sebagai reaktan dan air sebagai produk, biasanya reaktan
dituliskan pada sisi kiri dan produk pada sisi kanan tanda panah.
Secara umum penyetaraan persamaan kimia melalui beberapa tahap
sebagai berikut:
a. Identifikasikan semua reaktan dan produk kemudian tulis rumus molekul
yang benar masing-masing pada sisi kiri dan kanan dari persamaan.
b. Setarakan pesamaan tersebut dengan mencoba berbagai koefisien yang
berbeda jumlah atom dari tiap unsur sama pada kedua sisi persamaan.
8
Reaktan yang pertama kali habis digunakan pada reaksi kimia disebut
pereaksi pembatas (limiting reagent), karena jumlah maksimum produk yang
terbentuk tergantung pada berapa banyak jumlah awal suatu reaktan. Jika reaktan
telah digunakan semua, tidak ada lagi produk yang dapat terbentuk. Pereaksi
berlebih (sisa) atau excess reagent adalah pereaksi yang terdapat dalam jumlah
lebih besar daripada yang diperlukan untuk bereaksi dengan sejumlah tertentu
pereaksi pembatas.
10
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB 4
HASIL dan PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
- Reaksi antara NaOH dan HCl
NaOH + HCL → NaCl + H2O
- Reaksi antara NaOH dan H2SO4
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O
4.3 Perhitungan
- Stoikiometri Sistem NaOH-HCl
14
a. Percobaan 1:
2,5 ml NaOH + 12,5 ml HCl
n NaOH= M × V n HCl= M × V
= 1 × 2,5 = 1 × 12,5
= 2,5 mmol = 12,5 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 2,5 12,5 - -
r 2,5 2,5 2,5 2,5
s - 10 2,5 2,5
- Pereaksi pembatas: NaOH
- Pereaksi sisa: HCl
- Jenis Reaksi: non stoikiometri
-
b. Percobaan 2:
5 ml NaOH + 10 ml HCl
n NaOH= M × V n HCl= M × V
=1×5 = 1 × 10
= 5 mmol = 10 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 5 10 - -
r 5 5 5 5
s - 5 5 5
- Pereaksi pembatas: NaOH
- Pereaksi sisa: HCl
- Jenis Reaksi: non stoikiometri
c. Percobaan 3:
7,5 ml NaOH + 7,5 ml HCl
n NaOH= M × V n HCl= M × V
= 1 × 7,5 = 1 × 7,5
= 7,5 mmol = 7,5 mmol
15
d. Percobaan 4:
10 ml NaOH + 5 ml HCl
n NaOH= M × V n HCl= M × V
= 1 × 10 =1×5
= 10 mmol = 5 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 10 5 - -
r 5 5 5 5
s 5 - 5 5
- Pereaksi pembatas: HCl
- Pereaksi sisa: NaOH
- Jenis Reaksi: non stoikiometri
e. Percobaan 5:
12,5 ml NaOH + 2,5 ml HCl
n NaOH= M × V n HCl= M × V
= 1 × 12,5 = 1 × 2,5
= 12,5 mmol = 2,5 mmol
NaOH + HCl → NaCl + H2O
m 12,5 2,5 - -
r 2,5 2,5 2,5 2,5
s 10 - 2,5 2,5
16
b. Percobaan 2:
5 ml NaOH + 10 ml H2SO4
n NaOH= M × V n H2SO4= M × V
=1×5 = 1 × 10
= 5 mmol = 10 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 5 10 - -
r 5 2,5 2,5 5
s - 7,5 2,5 5
- Pereaksi pembatas: NaOH
- Pereaksi sisa: H2SO4
- Jenis Reaksi: non stoikiometri
17
c. Percobaan 3:
7,5 ml NaOH + 7,5 ml H2SO4
n NaOH= M × V n H2SO4= M × V
= 1 × 7,5 = 1 × 7,5
= 7,5 mmol = 7,5 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 7,5 7,5 - -
r 7,5 3,75 3,75 7,5
s - 3,75 3,75 7,5
- Pereaksi pembatas: NaOH
- Pereaksi sisa: H2SO4
- Jenis Reaksi: non stoikiometri
-
d. Percobaan 4:
10 ml NaOH + 5 ml H2SO4
n NaOH= M × V n H2SO4= M × V
= 1 × 10 =1×5
= 10 mmol = 5 mmol
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
m 10 5 - -
r 10 5 5 10
s - - 5 10
- Pereaksi pembatas: -
- Pereaksi sisa: -
- Jenis Reaksi: stoikiometri
e. Percobaan 5:
12,5 ml NaOH + 2,5 ml H2SO4
n NaOH= M × V n H2SO4= M × V
= 1 × 12,5 = 1 × 2,5
= 12,5 mmol = 2,5 mmol
18
4.4 Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan terdapat dua sistem, yaitu sistem
campuran NaOH-HCl dan sistem NaOH-H2SO4. Pada kedua sistem ini didasarkan
pada penentuan titik maksimum dan titik minimum serta apakah reaksi tersebut
merupakan reaksi stoikiometri atau non stoikiometri. Pada stoikiometri sistem
NaOH-HCl terdapat lima kali percobaan. Percobaan pertama yaitu antara 2,5 ml
NaOH dengan 12,5 ml HCL yang masing-masing memiliki molaritas sebesar 1,
merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktan yang habis bersisa
yaitu HCl sebesar 10 mmol. Pada percobaan kedua antara 5 ml NaOH dengan 10
ml HCl yang masing-masing memiliki molaritas sebesar 1-pun merupakan reaksi
non stoikiometri karena terdapat reaktan yang bersisa yaitu HCl sebesar 5 mmol.
Percobaan ketiga antara 7,5 ml NaOH 1M dengan 7,5 ml HCL 1M merupakan
reaksi stoikiometri karena seluruh reaktan dalam reaksi ini habis bereaksi.
Dipercobaan keempat antara 10 ml NaOH 1M dan 5 ml HCl 1M merupakan
reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktan yang bersisa yaitu NaOH sebesar
5 mmol. Sedangkan pada percobaan kelima antara 12,5 ml NaOH 1M dengan 2,5
ml HCl 1M juga merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktan yang
bersisa yaitu NaOH sebesar 10 mmol. Untuk stoikiometri sistem NaOH-H2SO4
terdapat lima kali percobaan, di mana pada percobaan pertama antara 2,5 ml
NaOH 1M dengan 12,5 ml H2SO4 1M merupakan reaksi non stoikiometri karena
terdapat reaktan yang bersisa yaitu H2SO4 sebesar 11,25 mmol. Pada percobaan
kedua antara 5 ml NaOH dengan 10 ml H2SO4 yang masing-masing memiliki
molaritas sebesar 1 juga merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat
19
reaktan yang bersisa yaitu H2SO4 sebesar 7,5 mmol. Dalam percobaan ketiga
antara 7,5 ml NaOH 1M dengan 7,5 ml H2SO4 1M merupakan reaksi non
stoikiometri karena terdapat reaktan yang bersisa yaitu H2SO4 sebesar 3,75 mmol.
Pada percobaan keempat antara 10 ml NaOH 1M dengan 5 ml H2SO4 1M
merupakan reaksi stoikiometri karena seluruh reaktan dalam reaksi ini habis
bereaksi. Sedangkan pada percobaan kelima antara 12,5 ml NaOH 1M dengan 2,5
ml H2SO4 1M merupakan reaksi non stoikiometri karena terdapat reaktan yang
bersisa yaitu NaOH sebesar 7,5 mmol.
Dalam stoikiometri dikenal beberapa istilah yaitu reaksi stoikiometri,
reaksi non stoikiometri , pereaksi sisa, dan pereaksi pembatas. Reaksi stoikiometri
adalah suatu reaksi yang semua reaktannya habis bereaksi. Reaksi non
stoikiometri adalah suatu reaksi yang salah satu reaktannya tidak habis bereaksi
(bersisa) dan reaktan yang lain habis bereaksi. Pereaksi sisa adalah reaktan yang
berlebih atau tidak habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia dan memiliki jumlah
mol yang lebih besar dari reaktan yang lain. Pereaksi pembatas adalah pereaksi
yang lebih dahulu habis apabila zat-zat yang direaksikan tidak ekivalen dan
memiliki jumlah mol yang lebih kecil dari reaktan yang lain.
Selain yang telah disebutkan di atas, dalam stoikiometri dikenal pula titik
stoikiometri, titik maksimum, dan titik minimum, di mana titik stoikiometri
adalah titik di mana suatu reaksi menjadi seimbang, titik maksimum adalah titik
ketika suatu reaksi mencapai keadaan stoikiometri, dan titik minimum adalah titk
ketika reaksi mencapai keadaan non stoikiometri.
Dalam percobaan kali ini yang menjadi faktor kesalahan adalah kesalahan
dalam membaca ukuran volume campuran dan kesalahan dalam membaca suhu
suatu larutan dan campuran. Hal tersebut mengakibatkan data yang diperoleh
tidak akurat.
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor atau energi dari
sistem ke lingkungan. Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau
energi dari lingkungan ke sistem. Contoh dari reaksi eksoterm adalah
pengembunan, bagian luar gelas yang diisi air dingin menjadi basah, dan nyala api
20
34
33
32
T campuran
31
30
29
28
27
2,5 ml NaOH - 5 ml NaOH - 10 ml 7,5 ml NaOH - 7,5 10 ml NaOH - 5 ml 12,5 ml NaOH -
12,5 ml HCL HCL ml HCL HCL 2,5 ml HCL
V cam puran
35
34
33
T campuran
32
31
30
29
28
2,5 ml NaOH - 5 ml NaOH - 10 ml 7,5 ml NaOH - 7,5 10 ml NaOH - 5 ml 12,5 ml NaOH -
12,5 ml H2SO4 H2SO4 ml H2SO4 H2SO4 2,5 ml H2SO4
V cam puran
Pada grafik kedua ini, dapat dilihat suhu campuran NaOH-H2SO4. Pada
pencampuran 5 ml NaOH 1M dengan 10 ml H2SO4 1M suhu campuran mencapai
300C yang merupakan titik minimum pada sistem NaOH-H2SO4. Sedangkan pada
pencampuran 10 ml NaOH 1Mdengan 5 ml H2SO4 1M suhu campuran mencapai
340C yang merupakan titik maksimum sekaligus titik stoikiometri pada sistem
NaOH-H2SO4.
22
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
- Titik maksimum stoikiometri sistem NaOH-HCl adalah terletak pada suhu
330C.
Titik minimum stoikiometri sistem NaOH-HCl terletak pada suhu 290C.
Titik maksimum stoikiometri sistem NaOH-H2SO4 adalah terletak pada
suhu 340C.
Titik minimum stoikiometri sistem NaOH-H2SO4 terletak pada suhu 300C.
- Reaksi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor atau energi dari
sistem ke lingkungan, sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyerap kalor atau energi dari lingkungan ke sistem.
- Pada stoikiometri sistem NaOH-HCl yang merupakan reaksi stoikiometri
adalah reaksi antara 7,5 ml NaOH dan 7,5 ml HCl dan yang merupakan
reaksi non stoikiometri adalah reaksi antara 2,5 ml NaOH dengan 12,5 ml
HCl, 5 ml NaOH dengan 10 ml HCl, 10 ml NaOH dengan 5 ml HCl, dan
12,5 ml NaOH dengan 2,5 ml HCl.
Pada stoikiometri sistem NaOH-H2SO4 yang merupakan reaksi
stoikiometri adalah reaksi antara 10 ml NaOH dengan 5 ml H2SO4 dan
yang merupakan reaksi non stoikiometri adalah reaksi antara 2,5 ml NaOH
dengan 12,5 ml H2SO4, 5 ml NaOH dengan 10 ml H2SO4, 7,5 ml NaOH
dengan 7,5 ml H2SO4, dan 12,5 NaOH dengan 2,5 ml H2SO4.
5.2 Saran
- Setiap selesai melakukan sebuah percobaan sebaiknya alat yang digunakan
dicuci bersih dan dikeringkan, sehingga dalam pngukuran suhu pada
percobaan selanjutnya akan menghasilkan pengukuran yang akurat.
- Diharapkan bagi praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam mengamati
volume larutan yang diukur dan juga teliti dalam mengamati suhu
23
disebuah termometer dari suatu larutan agar data pengukuran yang didapat
lebih akurat.
24
DAFTAR PUSTAKA