Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS USAHATANI

TANAMAN PANGAN
(Padi, Jagung, dan Kedelai)

THE STRUCTURE OF THE COST AND THE PROFITABILITY OF THE


FARMING OF THE FOOD CROP (Paddy, Corn, and Soybeans)

Oleh: Sri Karuniari Nuswardhani


Fakultas Pertanian, Universitas Yudharta Pasuruan

ABSTRAK
Salah satu cara untuk mengetahui baik dan tidaknya keragaan suatu usahatani adalah
dengan mengetahui biaya dan profitabiltasnya. Analisis struktur biaya dan profitabilitas
usahatani diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan tentang
pengembangan komoditas dengan tujuan meningkatkan produksi sekaligus memperbaiki
taraf hidup. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis struktur biaya dan
profitabilitas usahatani tanaman pangan. Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang
telah dirilis resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu Laporan Bulanan Data Sosial
Ekonomi dan Struktur Ongkos Usahatani Tanaman Pangan. Untuk Laporan Bulanan
Data Sosial Ekonomi adalah publikasi BPS pada bulan Oktober 2016, sedangkan
Struktur Ongkos Usahatani tanaman Pangan adalah publikasi BPS pada tahun 2011. Hasil
penelitian menunjukkan struktur biaya usahatani ketiga komoditi (padi, jagung, dan
kedelai hampir sama). Pada komoditas padi, jagung, dan kedelai pangsa biaya terbesar
untuk upah tenaga kerja dan sewa lahan. Pada periode 2011-2014, total biaya usahatani
untuk ketiga komoditas tersebut cenderung menurun. Penurunan total biaya ini dominan
disebabkan oleh penurunan upah kerja selama periode 2011-2014, walaupun ada
kenaikan sewa lahan, tetapi selisih kenaikannya masih lebih rendah daripada selisih
penurunan upah kerja. Secara umum biaya per ha usahatani padi sawah paling besar
dibandingkan dengan padi ladang, jagung dan kedelai. Hasil penelitian menunjukkan,
bahwa tingkat keuntungan, R/C Ratio, dan efisiensi usahatani padi sawah lebih baik
daripada padi ladang, jagung, apalagi kedelai. Usahatani padi sawah, padi ladang, jagung
masih layak diusahakan, karena tingkat keuntungan, R/C Ratio dan efisiensi bernilai
positif, sedangkan kedelai tidak layak, karena tingkat keuntungan dan efisiensi bernilai
negative dan R/C Ratio di bawah 1.

Kata kunci: usahatani, stuktur biaya, profitabilitas, dan efisiensi

PENDAHULUAN tujuan konsumsi dalam memenuhi


Berusahatani merupakan kegiatan kebutuhan sehari-hari maupun untuk
yang dilaksanakan oleh mayoritas tujuan dijual dalam rangka
penduduk Indonesia yang sebagian meningkatkan pendapatan.
besar mempunyai mata pencaharian Keputusan petani dalam berusahatani
sebagai petani. Salah satu tujuan banyak dipengaruhi oleh faktor-
berusahatani merupakan upaya untuk faktor yang meliputi lingkungan fisik
mendapatkan produksi, baik untuk (tanah dan agroklimat), biologi,

78
kondisi pengairan, ketersediaan dan pendapatan usahatani (Supadi,
teknologi, sistem penunjang 2005)
(modal/kredit, pasar input/output, Kelayakan suatu usahatani
penyuluhan dan sumber daya petani) sangat dipengaruhi oleh faktor
(Shanner, 1982). teknis, ekonomis, dan sosial. Oleh
Pada kenyataannya petani karena itu, upaya melanggengkan
selalu dihadapkan pada berbagai usahatani bukan persoalan yang
kebutuhan dalam memilih usahatani sederhana. Faktor teknis dapat
komoditas yang akan diusahakan, meliputi cara budidaya, tingkat
alokasi biaya dan pencapaian teknologi dan lingkungan baik biotik
keuntungan yang tinggi. Biaya maupun abiotik. Faktor ekonomi
mempunyai peranan yang amat dapat meliputi harga input-ouput,
penting dalam pengambilan biaya dan pendapatan. Faktor sosial
keputusan usahatani, besarnya biaya dapat berupa adat istiadat. Petani
yang dikeluarkan untuk harus mempertimbangkan tidak
memproduksi sesuatu menentukan hanya dimensi teknis dan ekonomis
besarnya harga pokok (biaya per tetapi juga sosial budaya
unit) dari produk yang dihasilkan (Sumaryanto,2004 dalam Supadi,
(Soeharjo dan Patong, 1973 dalam 2005). Analisis biaya dan pendapatan
Supadi, 2005). Rendahnya sangat diperlukan sebagai bahan
pendapatan usahatani erat kaitannya dalam mengambil keputusan
dengan beberapa faktor antara lain mengenai penggunaan teknologi dan
aplikasi teknologi, luas penguasaan didalam memilih prioritas yang
lahan usaha dan tingkat efisiensi paling baik untuk waktu yang akan
usahatani. Kenaikan harga output datang dengan tujuan untuk
yang diterima petani tidak sebanding meningkatkan produksi usahatani
dengan kenaikan harga input dan memperbaiki taraf hidup
produksi yang harus dibayar, (Hadisapoetro, 1973 dalam Supadi,
bersama dengan semakin lambatnya 2005). Disamping itu analisis biaya
peningkatan produktivitas, sehingga dan pendapatan usahatani sangat
berakibat rendahnya tingkat efisiensi diperlukan untuk menentukan
kebijaksanaan pemerintah didalam

79
mendorong kegairahan petani untuk yang dilakukan oleh pihak lain atau
meningkatkan produksi usahataninya lembaga. Data tersebut sudah
misalnya didalam menentukan harga didokumentasikan dan atau
dasar, harga sarana produksi dan dipublikasikan oleh orang lain.
sebagainya. Profitabilitas usahatani Melakukan penelitian analisis data
erat kaitannya dengan beberapa sekunder dapat dilakukan dengan
faktor antara lain aplikasi teknologi, dua pendekatan (Sarah Boslaugh,
luas penguasaan lahan usaha, harga 2007:6-8). Pertama, dimulai dengan
input dan harga output. Jika kenaikan pertanyaan penelitian (rumusan
harga output yang diterima petani masalah) kemudian dilanjutkan
tidak sebanding dengan kenaikan dengan mengumpulkan data
harga input produksi yang harus sekunder yang relevan. Pendekatan
dibayar petani disertai dengan yang kedua, dimulai dengan
semakin lambatnya peningkatan mengumpulkan data sekunder, lalu
produktivitas berakibat rendahnya menelaahnya untuk mencermati
efisiensi dan pendapatan petani variabel-variabel (aspek-aspek) apa
(Supadi, 2005) saja yang ada dalam data tersebut
Tulisan ini bertujuan untuk kemudian dimunculkan
mengindentifikasi dan menganalisis pertanyaan penelitian (rumusan
1) keragaan dan struktur biaya masalahnya) dengan menghubung-
usahatani dan 2) tingkat efisiensi dan hubungkan berbagai aspek (variabel)
profitabilitas usahatani tanaman tersebut. Pada penelitian ini,
pangan utama (padi, jagung dan pendekatan kedua yang mendasari.
kedelai). Diharapkan hasilnya dapat
memberikan informasi yang berguna Jenis dan Analisis Data
bagi pihak-pihak yang terkait. Jenis Data
Data yang digunakan terutama data
METODOLOGI sekunder yang bersumber dari Badan
Penelitian ini memanfaatkan Pusat Statistik. Adapun langkah-
data yang sudah ada. Data tidak langkah penelitiannya sebagai
digali dari hasil penelitian sendiri, berikut (Tatang M. Amirin, 2015):
tetapi berasal dari pengumpulan data

80
1.Menetapkan (mencari/menemukan) komposisi biaya dari masing-masing
sumber data/informasi, yang komponen input usahatani.
berasal dari Badan Pusat Statistik Selanjutnya dilakukan analisis
(BPS). profitablitas dan efisiensi usahatani
2. Mengumpulkan data yang sudah dari masing-masing komoditas.
tersedia (dalam “dokumen”). Penghitungan struktur biaya
Dalam hal ini, data terdapat dalam usahatani dilakukan dengan
publikasi BPS yang telah menggunakan formula sebagai
diterbitkan berupa laporan survei berikut:
dan laporan bulanan. TCi n
3. Menormalisasikan data jika CSi = -------- x 100% dan Σ CSi =
diperlukan dan memungkinkan 100
(membuat data dari berbagai Σ TCi i=1
sumber sesetara mungkin dimana:
“menjadi satu bentuk yang CSi = pangsa biaya input ke i
sama”); Dalam hal ini, beberapa TCi = biaya input ke i
hasil penelitian yang terkait TC = biaya total
dengan tujuan penelitian telah Keuntungan usahatani dihitung
direferensi dalam tulisan/jurnal dengan formula:
ini. n n
4. Menganalisis data (misalnya 1).  = TR – TC = PQ – (Σ TC + Σ
menghitung, mentabulasi, PiXi)
memetakan data-data kuantitatif, i=1 I=1
atau membandingkan berbagai keterangan:
peraturan dan menelaahnya).  = keuntungan
Dalam hal ini, penulis telah TR = total penerimaan
mereferensi pula landasan teori TC = total biaya
dan teknik analisis data yang P = harga output
relevan dengan tulisan/jurnal ini. Q = jumlah output
Analisis Data Pi = harga input ke i
Analisis struktur biaya usahatani Xi = jumlah input ke n
dilakukan dengan menghitung

81
Kriteria, bila  > 0 usahatani dengan hasil penelitian Supadi
menguntungkan < 0 usahatani (2005). Struktur biaya pada data BPS
tidak menguntungkan memperhitungkan sewa lahan,
2). Efisiensi usahatani dhitung sedangkan pada Supadi (2005) tidak
dengan formula: memperhitungkan sewa lahan.

E = ( /TR) x 100% Dalam penelitian Warsana (2007),

R/C Ratio= TR/TC sewa lahan juga tidak dimasukkan

Kriteria bila R/C > 1, usahatani layak dalam analisis, tetapi pajak lahan

R/C < 1, usahatani tidak layak pertanian diperhitungkan dalam


analisis. Menurut Mubyarto (1999)

HASIL DAN PEMBAHASAN dalam Warsana (2007), faktor

Struktur Biaya Usahatani produksi tanah bersama faktor

Secara keseluruhan, pangsa biaya produksi yang lain yaitu tenaga kerja

terbesar untuk tanaman padi, jagung dan modal bersama-sama dalam

dan kedelai adalah upah pekerja usahatani digunakan untuk

disusul sewa lahan. Proporsi upah memperoleh pendapatan dan untuk

pekerja untuk ketiga komoditi mempertahankan pendapatan

tersebut dari tahun 2011 ke tahun keluarga tani.

2014 cenderung menurun, sedangkan


sewa lahan cenderung mengalami Padi Sawah

kenaikkan dari tahun 2011 ke tahun Pangsa biaya terbesar untuk tanaman

2014. Total biaya padi, jagung, dan padi secara umum adalah upah

kedelai cenderung mengalami pekerja dan sewa lahan., baik pada

penurunan dari tahun 2011 ke tahun tahun 2011 maupun pada tahun

2014. Penurunan total biaya ini 2014. Namun demikian, upah

karena terjadinya penurunan yang pekerja ini menurun dari tahun

cukup signifikan pada upah kerja, 2011(Rp 4,9 juta atau 38,29 %) ke

meskipun ada kenaikan sewa lahan, tahun 2014 (Rp 4,5 juta atau

tetapi delta kenaikannya masih di 35,90%), sedangkan untuk sewa

bawah delta penurunan upah kerja. lahan justru mengalami kenaikan

Struktur biaya pada data sekunder dari tahun 2011 (Rp 3,3 juta atau

BPS ini sedikit berbeda dengan 25,64%) ke tahun 2014 (Rp 3,8 juta

82
atau 29,90%), seperti yang harvester, kegiatan perontokan
ditunjukkan dalam tabel 1 dan menggunakan mesin tresher, dan
tabel2. Upah kerja yang menurun ini lain-lain, sehingga terjadi efisiensi
mungkin disebabkan, antara lain biaya. Sewa lahan yang cenderung
sebagian tenaga manusia telah naik, antara lain karena ketersediaan
digantikan dengan mesin, misalnya lahan yang makin terbatas, baik
kegiatan tanam menggunakan mesin luasannya maupun persaingan
transplanter, kegiatan panen penggunaannya.
menggunakan mesin combine

Tabel 1. Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Musim Tanam per Hektar
Budidaya Tanaman Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung, dan Kedelai,
tahun 2011
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Nilai Nilai Nilai Nilai
Uraian (Juta % (Juta % (Juta % (Juta %
Rupiah) Rupiah) Rupiah) Rupiah)
B. Biaya Produksi
1. Bibit/Benih 536,26 4,11 497,05 4,82 679,01 6,78 539,06 5,50
2. Pupuk 1.844,41 14,13 1.375,50 13,34 1.666,27 16,64 1.085,54 11,08
3. Pestisida 280,68 2,15 147,77 1,43 138,34 1,38 266,12 2,72
4. Upah Pekerja 4.998,47 38,29 5.344,12 51,81 4.507,66 45,01 4.967,58 50,69
5. Jasa Pertanian 1.048,91 8,03 505,06 4,90 514,44 5,14 377,47 3,85
6. Sewa lahan 3.347,87 25,64 1.803,56 17,48 1.945,53 19,43 2.145,32 21,89
7. Sewa Alat /sarana 531,95 4,07 386,96 3,75 253,61 2,53 181,29 1,85
Usaha 466,47 3,57 254,93 2,47 309,79 3,09 238,36 2,43
8. Lainnya
13.055,02 100,00 10.314,95 100,00 10.014,65 100,00 9.800,74 100,00
Total Biaya Produksi
Sumber : Publikasi Statistik Indonesia

83
Tabel 2. Nilai Produksi dan Biaya Produksi per Musim Tanam per Hektar
Budidaya Tanaman Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung, dan Kedelai,
tahun 2014
Uraian Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
(Juta (Juta (Juta (Juta
Rupiah) Rupiah) Rupiah) Rupiah)
A. Nilai Produksi 17,2 10,3 12,0 9,0
B. Biaya Produksi 12,7 100,00 7,8 100,0 9,1 100,00 9,1 100,00
1. Bibit/Benih 0,4 3,20 0,3 3,60 0,7 8,00 0,6 6,90
2. Pupuk 1,3 10,40 0,6 7,80 1,1 12,00 0,4 4,80
3. Pestisida 0,2 1,90 0,1 1,70 0,1 1,20 0,2 2,20
4. Upah Pekerja 4,4 35,90 4,6 58,80 3,7 40,90 3,6 39,90
a. Pemgolahan Lahan 1,0 7,60 1,3 17,00 0,9 9,80 0,7 7,50
b. Penanaman dan 0,9 7,50 1,0 12,20 0,7 7,20 0,7 8,00
Penyulaman 0,8 6,20 0,7 8,70 0,6 6,60 0,5 5,90
c. Pemeliharaan 0,3 2,30 0,2 2,20 0,4 4,00 0,2 1,90
d. Pemupukan 0,3 2,30 0,1 1,80 0,1 1,10 0,3 2,70
e. Pengendalian OPT
f. Pemanenan, 1,3 10,30 1,3 16,90 1,1 12,20 1,3 13,90
Perontokan, dan 1,6 12,40 0,3 3,50 0,4 4,00 0,4 4,90
Pengangkutan 3,8 29,90 1,4 17,70 2,5 27,70 3,3 35,60
5. Jasa Pertanian 0,3 2,60 0,2 2,20 0,2 1,90 0,2 1,80
6. Sewa lahan 0,1 0,70 0,1 0,90 0,1 0,90 0,1 0,80
7. Sewa Alat /sarana Usaha 0,4 3,20 0,3 3,70 0,3 3,40 0,3 3,10
8. Bahan bakar
9. Lainnya. 12,7 100,00 7,8 100,00 9,1 100,00 9,1 100,00

Total Biaya Produksi


Sumber : Publikasi Statistik Indonesia

Padi Ladang 1,8 juta) ke tahun 2014 (Rp 1,4 juta),


Seperti halnya padi sawah, pangsa tetapi naik secara persentase dari
biaya terbesar untuk tanaman padi tahun 2011 (17,48%) ke tahun 2014
ladang secara umum adalah upah (17,74%).
pekerja dan sewa lahan., baik pada
tahun 2011 maupun pada tahun Jagung
2014. Upah pekerja menurun secara Pangsa biaya terbesar untuk tanaman
nominal dari tahun 2011(Rp 5,3 juta) jagung secara umum adalah upah
ke tahun 2014 (Rp 4,6 juta), tetapi pekerja dan sewa lahan., baik pada
naik secara persentase dari tahun tahun 2011 maupun pada tahun
2011(51,81%) ke tahun 2014 2014. Namun demikian, upah
(58,80%), sedangkan untuk sewa pekerja ini menurun dari tahun
lahan mengalami penurunan juga 2011(Rp 4,5 juta atau 45,01%) ke
secara nominal dari tahun 2011 (Rp tahun 2014( Rp 3,7 juta atau

84
40,90%), sedangkan untuk sewa baik pada tahun 2011 maupun pada
lahan justru mengalami kenaikan tahun 2014. Namun demikian, upah
dari tahun 2011 (Rp 1,9 juta atau pekerja ini menurun dari tahun
19,43%) ke tahun 2014 (Rp 2,5 juta 2011(Rp 4,9 juta atau 50,69%) ke
atau 27,70%). Upah kerja yang tahun 2014( Rp 3,6 juta atau
menurun ini bisa disebabkan, antara 39,90%), sedangkan untuk sewa
lain sebagian tenaga manusia telah lahan justru mengalami kenaikan
digantikan dengan mesin, bahan dari tahun 2011 (Rp 2,1 juta atau
kimia dan atau organik, misalnya 21,89%) ke tahun 2014 (Rp 3,3 juta
kegiatan pembersihan/penyiangan atau 35,60%). Upah kerja yang
gulma menggunakan herbisida baik menurun ini bisa disebabkan, antara
pra tumbuh maupun pasca tumbuh, lain sebagian tenaga manusia telah
perontokkan dan pemipilan jagung digantikan dengan mesin, bahan
menggunakan tresher dan lain-lain, kimia dan atau organik, misalnya
sehingga terjadi efisiensi biaya. Sewa kegiatan pembersihan/penyiangan
lahan yang cenderung naik, antara gulma menggunakan herbisida baik
lain karena ketersediaan lahan yang pra tumbuh maupun pasca tumbuh,
makin terbatas, baik luasannya dan lain-lain, sehingga terjadi
maupun persaingan penggunaannya efisiensi biaya. Sewa lahan yang
cenderung naik, antara lain karena
Kedelai ketersediaan lahan yang makin
Tidak berbeda dengan tanaman padi terbatas, baik luasannya maupun
dan kjagung, pangsa biaya terbesar persaingan penggunaannya
untuk tanaman kedelai secara umum
adalah upah pekerja dan sewa lahan.,

Profitabilitas Usahatani
Tabel 3. Analisis Data
Padi Sawah Padi ladang
Jagung 2014 Kedelai 2014
2014 2014
Profitabilitas (Juta) 4,50 2,50 2,90 (0,10)
R/C 1,35 1.32 1,32 0,99
Efisiensi (%) 26,16 24,27 24,27 (1,1)

85
Padi Sawah juta per hektar per musim. Pada
Berdasarkan analisis data pada tabel kondisi ini, usahatani padi ladang
3, pada tahun 2014, rata-rata tingkat masih layak dilaksanakan, karena
keuntungan padi sawah sebesar Rp R/C ratio di atas atau lebih besar dari
4,5 juta per hektar per musim yang 1 yaitu 1,32. Artinya korbanan biaya
diperoleh dari total penerimaan sebesar Rp 1 dapat mendatangkan
sebesar Rp 17,2 juta per hektar per penerimaan sebesar Rp 1,32.
musin dikurangi dengan total biaya Usahatani padi ladang layak
yang dikeluarkan sebanyak Rp 12,7 dilaksanakan, karena hasil
juta per hektar per musim. Pada perhitungan pada tahun 2014
kondisi ini, usahatani padi sawah menunjukkan angka efisiensi sebesar
masih layak dilaksanakan, karena 24,27%.
R/C ratio di atas atau lebih besar dari
1 yaitu 1,35. Artinya korbanan biaya Jagung
sebesar Rp 1 dapat mendatangkan Pada tahun 2014, rata-rata tingkat
penerimaan sebesar Rp 1,35. keuntungan jagung sebesar Rp 2,9
Layaknya usahatani padi sawah pada juta per hektar per musim yang
tahun 2014, juga didukung diperoleh dari total penerimaan
perhitungan bahwa usahatani sebesar Rp 12,0 juta per hektar per
tersebut efisien dengan angka musin dikurangi dengan total biaya
efisiensi sebesar 26,16%. yang dikeluarkan sebanyak Rp 9,1
juta per hektar per musim. Pada
Padi Ladang kondisi ini, usahatani jagung masih
Pada tahun 2014, rata-rata tingkat layak dilaksanakan, karena R/C ratio
keuntungan padi ladang sebesar Rp di atas atau lebih besar dari 1 yaitu
2,5 juta per hektar per musim yang 1,32. Artinya korbanan biaya sebesar
diperoleh dari total penerimaan Rp 1 dapat mendatangkan
sebesar Rp 10,3 juta per hektar per penerimaan sebesar Rp 1,32.
musin dikurangi dengan total biaya Usahatani jagung layak dilaksanakan
yang dikeluarkan sebanyak Rp 7,8 pada tahun 2014, karena hasil

86
perhitungan menunjukkan angka KESIMPULAN
efisiensi sebesar 24,17%. 1. Struktur biaya produksi usahatani
pada ketiga komoditas pangan
Kedelai utama, yaitu padi, jagung dan
Pada tahun 2014, rata-rata tingkat kedelai relatif sama dengan
keuntungan usahatani kedelai sebesar proporsi terbesar pada upah,
minus Rp 0,1 juta per hektar per disusul sewa lahan pada periode
musim, artinya usaha tani kedelai penelitian tahun 2011 dan tahun
pada tahun 2014 rugi. Kerugian ini 2014.
karena total penerimaan sebesar Rp 2. Selama periode penelitian,
9,0 juta per hektar per musin lebih proporsi (persentase) upah kerja
rendah dari total biaya yang pada usahatani padi sawah,
dikeluarkan sebanyak Rp 9,1 juta per jagung, dan kedelai cenderung
hektar per musim. Penyebab total turun dari tahun 2011 ke tahun
penerimaaan rendah bisa 2014, sedangkan pada usahatani
dikarenakan produksi per hektar padi ladang naik.
rendah, harga jual rendah, input 3. Selama periode penelitian,
terlalu banyak, harga input terlalu porporsi (persentase) sewa lahan
mahal, dan lain-lain. Pada kondisi pada usahatani padi sawah, padi
ini, usahatani kedelai tidak layak ladang, jagung, dan kedelai
dilaksanakan, karena R/C ratio di cenderung naik dari tahun 2011 ke
bawah atau lebih kecil dari 1 yaitu tahun 2014.
0,99. Artinya korbanan biaya sebesar 4. Total biaya usahatani padi (sawah
Rp 1 hanya dapat mendatangkan dan ladan), jagung, dan kedelai
penerimaan sebesar Rp 0,99. Oleh cenderung mengalami penurunan
karena itu, usahatani kedelai ini pada dari tahun 2011 ke tahun 2014.
tahun 2014 tidak efisien, 5. Selama periode penelitian,
sebagaimana ditunjukkan dengan usahatani yang layak diusahakan
hasil perhitungan angka efisiensi adalah padi sawah, padi ladang,
yang negatif. dan jagung
6. Apabila pemerintah mempunyai
program swasembada kedelai,

87
maka hal-hal yang perlu Supadi, (2005), “Struktur Biaya Dan
Profitabilitas Usahatani
diperhatikan, antara lain adalah
Tanaman Pangan (Kasus Desa-
kebijakan harga jual kedelai dan Desa Patanas) The Structure Of
The Cost And The Profitability
harga input yang kompetitif agar
Of The
petani mau menanam kedelai. Farming Of The Food Crop (The
Case Of Patanas Villages), Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan
DAFTAR PUSTAKA Kebijakan Pertanian Bogor
Boslaugh, Sarah. (2007). Secondary
Tatang M. Amirin’s Blog: A Blog of
Data Sources for Health: A
Yogyakarta State-University’s
Practical Guide. Cambridge:
blog, ,(2015), “Metode
Cambridge University Press.
Penelitian Sekunder (Analisis
[Excerpt published online: “I
Data Sekunder)”
An Introduction to Secondary
Data Analysis”] dalam
Shanner H.W. (1982). Farming
Tatang M. Amirin’s Blog: A
System Research and
Blog of Yogyakarta State-
Development Guidelines for
University’s blog, , (2015),
Developing Countries. West
“Metode Penelitian Sekunder
View Press. Colorado, USA
(Analisis Data Sekunder)”
dalam Supadi, 2005, “Struktur
Biaya Dan Profitabilitas
BPS, (2016), “Laporan Bulanan
Usahatani Tanaman Pangan
Data Sosial Ekonomi”, Edisi
(Kasus Desa-Desa Patanas) The
Oktober 2016.
Structure Of The Cost And The
Profitability Of The
BPS, (2011), Struktur Ongkos
Farming Of The Food Crop (The
Usahatani Tanaman Pangan
Case Of Patanas Villages), Pusat
2011”
Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian Bogor
Hadi Sapoetro S. (1973). Biaya dan
Pendapatan di Dalam Usahatani. Warsana (2007). Analisis Efisiensi
Depertemen Ekonomi Dan Keuntungan Usaha Tani
Pertanian. Fakultas Pertanian Jagung (Studi Di Kecamatan
UGM. Yogyakarta dalam Supadi, Randublatung Kabupaten Blora).
2005, “Struktur Biaya Dan TESIS S2 pada program
Profitabilitas Usahatani Magister Ilmu Ekonomi Studi
Tanaman Pangan (Kasus Desa- Pembangunan Universitas
Desa Patanas) The Structure Of Diponegoro, Semarang.
The Cost And The Profitability
Of The Farming Of The Food
Crop (The Case Of Patanas
Villages), Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Bogor

88

Anda mungkin juga menyukai