Anda di halaman 1dari 251

PENGERTIAN DAN RUANG

LINGKUP EKONOMI TEKNIK

TEAM TEACHING EKONOMI TEKNIK


Pengertian Umum Ekonomi Teknik
Untuk mendapatkan pengertian ekonomi teknik, kita harus
bertitik tolak dari pengertian analisis ekonomi.
Analisis ekonomi: analisis yang mempelajari hubungan antara
biaya (cost) dan manfaat (benefit).

Ekonomi
Suatu usaha untuk memperoleh keuantungan pada
setiap siklus kegiatan usaha
EKONOMI
(Newnan,D.G., 1990. Engineering Economic Analysis . Engineering Press
TEKNIK
Inc.California. )
Suatu ilmu pengetahuan yang berorientasi
pada pengungkapan dan perhitungan nilai-nilai ekonomis yang
terkandung dalam suatu rencana kegiatan teknik (engineering)

EKONOMI TEKNIK:
(Irwanto, A. Kohar. 1984. Ekonomi Enjiniring di Bidang Mekanisasi Pertanian. Jurusan Mekanisasi Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor )
pengetahuan ekonomi yang dikhususkan untuk menganalisis biaya dan
manfaat dari suatu usaha atau kegiatan ekonomi yang terutama melibatkan
aspek teknik.

Studi ekonomi timbul dikalangan ahli teknik dan bisnis karena adanya
banyak alternatif yang harus dipilih di dalam mengambil keputusan yang
berbeda nilai ekonominya. Dimana alternatif perbedaan ini, merupakan
dasar mengambil keputusan yang optimum dari segi ekonomi.
DWI LINGKUNGAN DARI ASPEK TEKNIK

Seorang teknisi dihadapkan pada dua lingkungan:

1. Lingkungan fisik yang meliputi aspek fisik: hukum-hukum


fisika, thermodinamika, mekanika fluida, dan lain-lain
2. Lingkungan ekonomi meliputi ilmu-ilmu dan kaedah/hukum
ekonomi dalam melaksanakan suatu kegiatan produksi maupun jasa.

Dalam teknik pertanian lingkungan fisik mencakup benda-benda fisik


dan ilmu fisika terapan serta ilmu lainnya yang erat hubungannya
dengan:
- alat/mesin budidaya pertanian,
- bangunan pertanian,
- irigasi dan drainase
- mesin pengolahan hasil pertanian
- pelistrikan dll
Dalam lingkungan ekonomi mencakup azas-azas ekonomi perusahaan:
- manajemen
- hubungan manfaat dan biaya
- analisis-analisis ekonomi
- evaluasi proyek
- perencanaan usaha di bidang teknik pertanian dsb

Diantara kedua lingkungan tersebut, seorang teknisi yang bertugas harus


dapat mengelola, menangani dengan baik dan cermat untuk dapat
menciptakan suatu hasil, faedah (kegunaan) dan jasa.

Keberhasilan seorang teknisi dalam memecahkan suatu masalah tergantung


sejauh mana dia bisa menggabungkan kedua lingkungan tersebut di atas
menjadi suatu kesatuan
EFISIENSI FISIK DAN EKONOMI

Di dalam proses enjiniring, tujuan dari pada aplikasi enjiniring adalah untuk
memperoleh hasil akhir atau jasa setinggi mungkin per satuan input, yang
hakikatnya merupakan pernyataan efesiensi fisik.

Efisiensi (fisik) = Output


Input

Contoh satuan fisik : Kilowatt, Hp, Kg.


Dalam hal ini, efisiensi fisik selalu kurang dari 100%.

Efisiensi (ekonomi): Nilai uang daripada input


Nilai uang dari output

: Penerimaan (uang)
Biaya yang dikeluarkan
(uang)
Harga efisiensi ekonomi dapat lebih besar dari 100%, dan memang
tingkat ini yang harus dicapai setinggi mungkin.

Ukuran lain yang umum digunakan untuk mengukur efisiensi finansial


adalah kemampuan pengembalian tiap tahun dari uang yang
diinvestasikan (annual rate of return).

Ukuran annual rate of return sangat penting untuk mengevaluasi


bagaimana tingkat efisiensi kerja dari suatu peralatan/mesin sebelum
habis masa pakainya

Annual rate of return = Keuntungan bersih tiap tahun


Modal yang diinvestasikan

Selain itu ukuran lain yang dipergunakan adalah laju keuntungan (rate of
profit) yang didasarkan pada penerimaan dan pendapatan.

Ada dua keuntungan (profit) di dalam studi ekonomi, yaitu:


1. Tingkat keuntungan sebelum dikenakan pajak pendapatan
2. Tingkat keuntungan setelah dikenakan pajak pendapatan
PROSES ENJINIRING

Manusia secara terus menerus akan mencari kepuasan dalam memenuhi


kebutuhannya, Dalam usaha ini, manusia tersebut harus mengorbankan
sesuatu agar sesuatu yang lain yang lebih bernilai dari yang pertama
baginya. Proses ini pada hakekatnya disebut proses ekonomi. Proses
ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk mencapai efisiensi ekonomi
setinggi mungkin,

Aspek enjiniring sendiri merupakan suatu wadah dari usulan (rencana)


dan kegiatan enjiniring yang dapat digunakan dalam memenuhi
kebutuhan atau keinginan dari pada manusia tersebut yang bertujuan
memperoleh hasil akhir (output) per satuan pengeluaran (input) setinggi
mungkin. Proses ini pada hakekatnya disebut proses fisik. Proses ini
bertujuan untuk mencapai efisiensi fisik setinggi mungkin.
KEGIATAN DALAM PROSES ENJINIRING :

1. Penentuan tujuan
2. Identifikasi faktor-faktor strategis
3. Penentuan metode
4. Evaluasi usulan (rencana) enjiniring
5. Pengambilan keputusan
PENENTUAN TUJUAN

Dalam penentuan tujuan usaha, faktor yang penting diperhatikan


adalah mempelajari terlebih dahulu kebutuhan orang-orang terhadap
apa yang akan diciptakan oleh kegiatan enjiniring yang akan
dilaksanakan

Perlu terlebih dahulu survei pasar, dengan tujuan agar dapat


diketahui keinginan konsumen, dalam hal daya tarik, bentuk traktor,
design atau dari segi daya angkutnya.
IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS

Suatu unsur penting dari proses enjiniring adalah identifikasi faktor-


faktor pembatas dalam menyelesaikan tujuan yang sudah dalam
menyelesaikan tujuan yang sudah ditetapkan.

Faktor pembatas harus diuji agar diperoleh faktor strategis, dimana dia
akan menggantikan faktor pembatas tersebut. Faktor strategis ini
akan menentukan suatu keberhasilan pelaksanaan rencana.

contoh: sebuah poros tidak dapat masuk kedalam suatu lubang.


Faktor pembatas mungkin poros terlalu besar atau lubang terlalu
kecil. Hal ini bisa dieliminir dengan memperkecil poros atau
memperbesar lubang. Hal ini tergantung keadaan, mana yang
tidak mengganggu atau merusak bagian yang lain.
Dengan demikian, diameter lubang merupakan faktor strategis dan harus
dipilih untuk perbaikan sistem tersebut.
PENENTUAN METODE

Penentuan metode ini penting dalam melaksanakan identifikasi faktor-


faktor strategis, sedangkan identifikasi faktor-faktor strategis
diperlukan untuk menentukan tujuan kerja.

Setiap metode yang digunakan mungkin akan menghasilkan faktor


strategis yang berbeda. Setiap kemungkinan ini seharusnya dievaluasi
untuk dapat menentukan metode mana yang lebih berhasil dilihat
dari segi ekonomi keseluruhan.
EVALUASI RENCANA/USULAN ENJINIRING

Penyelesaian pengerjaan suatu rencana mungkin saja dapat dilakukan


dengan beberapa metode atau cara.

Misalkan tiap metode ini dari aspek fisiknya feasible untuk penerapan
aspek enjiniring. Dari banyak metode yang dapat digunakan itu, hanya
satu yang harus dilaksanakan yaitu yang biayanya terendah

Dalam mengevaluasi suatu rencana atau usulan enjiniring dari segi harga
dan biayanya, perlu diperhatikan tentang:
--Jumlah investasi yang dibutuhkan - biaya tenaga kerja
-- pengaruh waktu terhadap nilai uang - bahan baku
-- laju penyusutan mesin dan alat - tingkat modal
-- elemen-elemen biaya operasi - tingkat pajak pendapatan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Keputusan yang tepat akan dapat mengatasi masalah-masalah yang


timbul dalam pelaksanaan rencana di lapangan, sebaliknya banyak
timbul masalah bila keputusan yang diambil tidak tepat
bagaimanapun ahlinya seseorang dalam menjalankannya.

Dalam hal ini seseorang yang punya pengalaman dan pengetahuan


harus dapat menganalisis dan mengetahui segera alternatif yang
tepat dan menguntungkan. Kemudian alternatif ini dipilih sebagai
keputusan

Keputusan disamping memperhatikan aspek fisik (hal ini bisa


dilaksanakan), juga harus diikuti dengan aspek ekonomi
(menguntungkan) dan kemanusiaan.
EKONOMI TEKNIK

Decition Making Dampak yang


Memerlukan infestasi
timbul yang jangka
Relatif Besar Support
panjang

DIPERLUKAN
KEPUTUSAN STRATEGIS
YANG MEMERLUKAN
PERTIMBANGAN
TEKNIK & EKONOMIS
SECARA RASIONAL
Keputusan yang rasional memerlukan prosedur dan
proses yang sistematis, dengan tahapan sbb
(Newnan,D.G., 1990. Engineering Economic Analysis . Engineering Press Inc.California. )

1. Mengidentifikasi dan memahami persoalan dgn baik


2. Merumuskan tujuan penyelesaian masalah
3. Mengumpulkan data-data yang relevan
4. Klarifikasi, klasifikasi, dan validasi kebenaran data
5. Identifikasi atau memehami alternatif pemecahan masalah
6. Menetapkan kriteria pengukuran alternatif
7. Menyusun dan menyiapkan model keputusan
8. Melakukan evalusi & analisa
9. Mengambil keputusan
10. Mengimplementasikan keputusan
See U…
Next week
KONSEP BIAYA & BUNGA

PENGERTIAN BIAYA

Suatu pengorbanan yang dibutuhkan


dalam rangka mencapai tujuan yang
diukur dengan nilai uang
BIAYA BERDASARKAN KELOMPOK
PENGGUNAANYA
1. BIAYA INVESTASI

• Biaya yang ditanamkan dalam rangka


penyiapan kebutuhan usaha untuk siap
beroperasi dengan baik
• Biasanya dikeluarkan pada awal
kegiatan usaha
• Jumlahnya relatif besar dan berdampak
jangka panjang untuk kesinambungan
usaha
• Contoh : Penyedian fasilitas produksi,
mesin-mesin, peralatan dan fasiltitas
kerja lainya.
BIAYA BERDASARKAN KELOMPOK
PENGGUNAANYA
2. BIAYA OPERASIONAL

• Biaya yang dikeluarkan dalam rangka


menjalankan aktivitas usaha
tersebut sesuai dengan tujuan
• Biaya dikeluarkan secara rutin (priode
waktu tertentu)
• Jumlahnya relatif sama atau sesuai
dengan jadwal kegiatan/produksi
• Contoh : pembelian bahan baku,
pembayaran gaji, pembeliaan bahan
pendukung
BIAYA BERDASARKAN KELOMPOK
PENGGUNAANYA
3. BIAYA PERAWATAN (MAINTENANCE COST)

• Biaya yang dikeluarkan dalam rangka


menjaga/menjamin performance kerja
fasilitas atau peralatan agar selalu
prima dan siap dioperasikan.
• Sifat pengeluarannya dibedakan
menjadi : 1) biaya perawatn rutin dan
2) biaya perawatan
insidentil
BUNGA
(INTEREST)
PENGERTIAN BUNGA

Sejumlah uang yang dibayarkan akibat


pemakaian uang yang dipinjamkan
sebelumnya

Interest = Present Amount Owen – Original Investment


(Bunga) (Jumlah utang sekarang) (jumlah pinjaman semula)
BUNGA MODAL

 Di dalam perhitungan ekonomi harus diperhitungkan perubahan


nilai uang terhadap waktu, karena nilai uang bersifat dinamis dan
produktif

 Apabila penggunaan uang (modal) dari suatu usaha berasal dari


suatu pinjaman, maka harus diberikan imbalan (jasa) dari
penggunaan modal tersebut dan biasa kita sebut sebagai bunga.

 Jika kita meminjamkan uang kepada seseorang untuk


menggunakannya, biasanya kita meminta bunganya agar
dibayar karena penggunaan uang tersebut.
Sama halnya dengan bank, organisasi bersifat koperasi dan
lembaga-lembaga kredit akan
membayar bunga terhadap yang didepositokan
 Sebagai contoh, seorang petani A meminjamkan uang kepada
tetangganya B. Ini berarti bahwa A (lender) melewatkan
kesempatan menggunakan uangnya kepada B untuk tujuan
produktif. Di lain pihak B (borrower) memperoleh kesempatan
menggunakan uang A untuk tujuan produktif, mungkin untuk
menambah jumlah pupuk di dalam usaha taninya, dan sebagainya.

 Jadi jelas bahwa:


- Si “lender” mendapat imbalan sebagai pendapatannya
- Si “borrower” harus membayar imbalan tsb krn menggunakan
uang si “lender”

 Di dalam prakteknya, apa yang dibayarkan (imbalan) karena


menggunakan uang disebut sebagai keuntungan (profit)
bagi yang meminjamkan, sedangkan bagi peminjam uang ini
mrpk bunga

 Contoh, misalnya A meminjamkan uang kepada B sebanyak Rp 1000


dengan tingkat bunga 20% per tahun selama 1 tahun.
Uang yang harus dibayar: Rp 1000 + (0.2) (1000) = Rp 1200
PERHITUNGAN BUNGA
1. TINGKAT SUKU BUNGA

Merupakan rasio antara bunga yang


dibebankan per peride waktu dengan jumlah
uang yang dipinjam awal peride dikali
100%

Rate Interest = Bunga yang dibayarkan per satuan waktu x 100%


jumlah pinjamn awal

Contoh : ????

PASSIVE INCOME
2. BUNGA SEDERHANA

Sistem perhitungan bunga hanya didasarkan


atas besarnya pinjaman semula dan bunga
peride sebelumnya yang belum dibayar tidak
termasuk faktor pengali bunga

SECARA FORMULA

1. Sistem bunga sederhana


Bunga = i x P x n
2. Pinjaman akhir periode (F)
F= P( 1 + i .n )
Dimana:I = bunga modal yang harus dibayarkan (Rp)
P = modal pokok, atau jumlah uang saat sekarang
(present value), (Rp)
N = jumlah unit waktu atau jumlah periode bunga modal
(bulan, tahun atau musim)
i = tingkat bunga yang berlaku (persen per
unit waktu)

Contoh :

Jumlah pinjaman pokok (P) Rp 1000 dengan tingkat


bunga modal 10% per tahun (i),
 Misalnya jumlah pinjaman pokok (P) Rp 1000 dengan tingkat bunga
modal 10% per tahun (i), maka jumlah pinjaman pada setiap tahun
dapat kita lihat pada Tabel di bawah:

Tahun Pinjaman (P) Bunga (I) Pinjaman akhir tahun (F)


1 1000 100 1100
2 1000 100 1200
3 1000 100 1300

Jumlah pinjaman pada tahun ke 1 = Rp 1000 + 0.1 (1000) = Rp 1100


Jumlah pinjaman pada tahun ke 2 = Rp 1000 + 0.1 (1000) + 0.1 (1000)
=

Rp 1000 + 2 (0.1) 1000 = Rp 1200

Jumlah pinjaman pada tahun ke N:


F = P + PNi
= P (1 + Ni)
Jumlah pinjaman yang harus dibayar pada akhir tahun ke tiga:
F = Rp 1000 (1 + (3) (0.1) ) = Rp 1300
3. BUNGA MAJEMUK
Sistem perhitungan bunga dimana tidak
hanya diperhitungkan terhadap besarnya
pinajaman awal, tetapi perhitungan
didasarkan atas besarnya utang awal periode
yang bersangkutan (bunga berbunga)

SECARA FORMULA

Pinjaman akhir periode (F)


F = P (1 + i)n

Contoh : ????
Contoh :

Pengaruh bunga modal majemuk dapat dihitung seperti Tabel beriku

Tahun Pinjaman Bunga Pinjaman akhir


(P) (I) tahun (F)
1 1000 100 1100
2 1100 110 1210
3 1210 121 1331
Jumlah yang harus dibayar pada tahun ketiga pada bunga majemuk
adalah Rp 1331. Jumlah ini merupakan nilai uang kemudian
(future value), sedangkan Rp 1000 disebut nilai sekarang (present
value)

Perhitungan bunga modal majemuk lebih umum digunakan dalam


perhitungan-perhitungan ekonomi
FORMULA BUNGA MODAL MAJEMUK
(SINGLE PAYMENT COMPOUND INTEREST FORMULAS)

Pada prinsipnya formula bunga modal majemuk ada dua macam:

a) Formula bunga majemuk tidak kontinyu (discrete compound


interest formula)
b) Formula bunga majemuk kontinyu (continous compound
interest formula)

Yang akan diuraikan adalah formula bunga majemuk tidak


kontinyu
karena formula ini yang banyak digunakan dalam
perhitungan praktis

 Bunga majemuk tidak kontinyu adalah bunga modal yang


dibayarkan berangkai setiap akhir suatu periode waktu dalam
selang waktu tertentu (seperti tiap akhir bulan, akhir musim
akhir tahun dsb)
Formula bunga modal yang menghubungkan PRESENT WORTH (PW) dan
FUTURE WORTH (FW) dari sejumlah uang

P = nilai sekarang dari sejumlah uang


F = nilai kemudian dari sejumlah uang
N = jumlah periode waktu pembayaran
i = tingkat bunga modal (interest rate)
per unit waktu

a) MENGHITUNG F, BILA DIKETAHUI P

F = P (1 + i)N

(1 + i)N disebut single payment compound amount factor


dengan simbol fungsional = (F/P, i%, N)

Dengan demikian persamaannya menjadi:

F = P (F/P, i%, N)

Dimana faktor (F/P, i%, N) dapat diperoleh dari Tabel daftar bunga
faktor bunga modal
F = P (1 + i)N diperoleh dari:

Tahun Jumlah pada BM yang dibayar Jumlah majemuk


awal tahun selama setahun pada akhir tahun
1 P Pi P + Pi = P (1 + i)
2 P (1 + i) P (1 + i) i P (1 + i) + P (1 + i) i = P (1 + i)2
3 P (1 + i)2 P (1+i)2 i P (1+ i)2 + P (1+i)2 i = P (1+i)3
4 P (1 + i)N-1 P (1+i)N-1 i P(1+i)N-1 + P(1+i)N-1 i= P(1+i)N
=F

Contoh :

Seorang petani meminjam uang sebanyak Rp 2.000.000 dari


sebuah bank untuk membeli traktor tangan, dan bersedia
mengembalikan pinjaman tersebut setelah 8 musim tanam.
Berapa jumlah uang yang harus dikembalikan pada akhir
musim ke 8, jika bunga modal yang berlaku 10 % per musim?
a) Dengan menggunakan rumus:

F = P (1+i)N
= Rp 10.000.000 (1+0.1)8
= Rp 10.000.000 (2,143589)
= Rp 21.435.890

b) Dengan menggunakan Tabel konversi:

F = P(F/P, i%, N)
F = Rp 10.000.000 (2,1436)
F = Rp 21.436.000

Nilai 2,1436 diperoleh dari Tabel konversi pada i = 10%,


kolom F/P dan N = 8
B) MENCARI P BILA DIKETAHUI F

Dari Persamaan F = P (1+i)N


Diperoleh P = F(1/(1+i)N)
P = F (1+i)-N

Nilai (1+i)-N disebut single payment present worth factor


Dengan simbol fungsional (P/F, i%, N), sehingga persamaan
menjadi :
P= F (P/F, i%, N)

Contoh :

Seorang petani ingin memiliki traktor tangan sendiri seharga Rp


20.000.000 pada 10 tahun yang akan datang. Berapa uang yang
harus disimpan ke bank pada saat sekarang, bila tingkat bunga
modal yang berlaku 10% per tahun?
P = F (P/F, 10%, 8)
= Rp 20.000.000 (0.4493)
= Rp 8.986.000
See U…
Next week
UNIFORM SERIES
(ANGSURAN SERAGAM)

LOGO
LOGO

Angsuran seragam adalah suatu sistem pembayaran (pengembalian


modal) yang dilakukan pada setiap akhir periode selama N
periode dengan jumlah yang sama, pada tingkat i% per periode

P
A A A A A A A

1 2

N-1
www.themegallery.com Company Name

N F
Dari diagram arus kas dapat dilihat bahwa pembayaran pertama dilakukan
satu periode setelah peminjaman P, sedangkan nilai F terletak pada
waktu yang sama dengan nilai terakhir dari A yaitu N periode dari P
LOGO
MENCARI F BILA DIKETAHUI A

Nilai F dari pembayaran seragam sebesar A, yang dibayarkan pada akhir


periode selama N periode, merupakan penjumlahan nilai kemudian dari
setiap pembayaran A.

Jika F1 adalah nilai kemudian dari pembayaran periode pertama,


F2 adalah nilai kemudian dari pembayaran periode kedua,
FN-1 adalah nilai kemudian dari pembayaran periode N-1,
FN nilai kemudian dari periode pembayaran ke N,
Maka nilai:

F = F1 + F2 + F3 + …+ FN-1 + FN

F = A (1+i)N-1 + A (1+i) N-2 + A (1+i)N-3 + … + A (1+i)1 + A (1+i)0


(1  i ) N 1  (1  i )  1
=A 1  (1  i ) 1
(1  i ) N  1
=A i
www.themegallery.com Company Name
LOGO

Maka nilai : (1  i) N
 1 disebut “uniform series compound
i amount factor”

Dengan simbol fungsional (F/A, i%, N) sehingga rumusnya menjadi:

F = A (F/A, i%, N)

Contoh Soal:

Si Ali menyimpan uangnya di bank pada setiap akhir bulan sebanyak Rp


100.000. Berapa jumlah tabungannya setelah 6 bulan, jika tingkat bunga yang
berlaku 2% per bulan?

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:

F = A (F/A, 2%, 6)
= Rp 100.000
(6,2295)
= Rp 622.950

Berapa nilai F4 dan F5 ?

www.themegallery.com Company Name


LOGO
MENCARI P BILA DIKETAHUI A

Dari persamaan F = P (1 +i) N dan

F=A (1  i ) N  1
i

Maka diperoleh:
(1  i ) N  1
P (1 +i) N = A i
(1  i) N  1
P = A i(1  i) N

Contoh Soal:

Seorang ayah menyimpan sejumlah uang di bank, dengan maksud


agar anaknya dapat mengambil uang tersebut Rp 500.000 setiap
bulan selama 6 bulan. Berapa jumlah uang yang harus disimpan
pada saat itu, jika tingkat bunga modal yang berlaku 2% per bulan?
www.themegallery.com Company Name
LOGO

Jawab:

P = A (P/A, i%, N)
P = Rp 500.000 (P/A, 2%, 6)
P = Rp 500.000 (5.6014)
P = Rp 2.800.700

www.themegallery.com Company Name


LOGO
MENCARI A JIKA DIKETAHUI F

Dari persamaan:
F=A (1  i ) N  1
i
Akan diperoleh: i
A=F (1  i ) N  1

Persamaan di atas digunakan untuk mencari arus tunai A


pada setiap akhir periode yang setara dengan nilai F pada
akhir periode. Nilai konversi dari F ke A disebut
“sinking fund factor” dan mempunyai simbol
fungsional (A/F, i%, N), persamaan tersebut menjadi:
A = F (A/F, i%, N)

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Berapa besar setoran tetap setiap akhir tahun, jika


seseorang menginginkan dapat mengambil uang
simpanannya sejumlah Rp 5.000.000 pada akhir tahun
ke 5, jika tingkat bunga yang berlaku 12% per tahun.

Jawab:

A = F (A/F, 12%, N)
= Rp 5.000.000 (0.1574)
= Rp 787.000
www.themegallery.com Company Name
LOGO

Dari persamaan:
P=A (1  i) N  1
i(1  i) N
Maka diperoleh:
A=P i(1  i)
N
(1  i) N  1
Persamaan di atas digunakan untuk mencari arus seragam A
pada
setiap akhir periode setara dengan nilai P pada awal periode. Nilai
konversi dari P ke A disebut “capital recovery factor” atau
crf, mempunyai simbol fungsional (A/P, i%, N).
Maka persamaan menjadi:

A = P (A/P, i%, N)

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Seorang petani ingin membeli traktor tangan seharga


Rp 20.000.000 dengan cara angsuran setiap akhir
tahun selama 5 tahun. Jika tingkat bunga modal yang
berlaku 20% per tahun, berapa besarnya pembayaran
angsuran pada setiap tahun, bila pembayaran
pertama dilakukan setiap tahun setelah saat
pembelian?

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:
A = P (A/P, 20%, 5)
= Rp 20.000.000 (0.3344)
= Rp 6.688.000

www.themegallery.com Company Name


LOGO
ANGSURAN SERAGAM YANG DITUNDA

 Pada bagian sebelumnya telah dibahas penyelesaian cara pembayaran


angsuran seragam, yang pelaksanaan pembayaran yang pertama
dimulai pada akhir tahun pertama setelah saat peminjaman.

 Selanjutnya akan dibahas cara pembayaran angsuran dimana


pembayaran angsuran pertama ditunda atau dimulai setelah beberapa
periode dari saat peminjaman.

 Kondisi ini digambarkan diagram arus kas seperti di bawah ini:

A A

A A A

A J-1 J 1
www.themegallery.com Company Name

2 3

N-1 N

p
LOGO

 Pada diagram di atas terlihat bahwa angsuran ditunda sepanjang


J periode dan angsuran pertama dimulai pada akhir periode J +
1.

 Nilai P untuk angsuran tersebut yang dihitung dengan menggunakan


faktor (P/A, i%, N) adalah nilai P pada akhir periode J atau awal periode J
+ 1.

 Untuk mencari nilai P pada awal tahun pertama harus dianggap


nilai P pada akhir periode J (PJ) sebagai nilai F terhadap nilai P semula,
sehingga untuk menghitungnya dapat menggunakan faktor
(P/F, i%, N)

Contoh Soal:

Seorang ayah ingin menyimpan uangnya untuk membiayai


kuliah anaknya. Dia berharap anaknya akan menerima uang
sebesar Rp
www.themegallery.com Company Name

10.000.000 per tahun ketika anaknya berusia 18, 19, 20 dan 21


tahun.
LOGO

a. Berapa uang yang harus disimpan di bank, kalau ia menyimpannya


pada saat itu lahir
b. Kalau seandainya si anak selama kuliah mendapat beasiswa yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya selama 4 tahun,
sehingga ia tidak mengambil uangnya di bank selama 4 tahun,
berapa uang yang akan diterimanya jika diambil seluruhnya pada
saat ia berumur 24 tahun?

Bunga modal yang berlaku 20% per tahun.

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:

P17 = A (P/A, i%, 4)


= Rp 10.000.000 (P/A, 20%, 4)
= Rp 10.000.000 (2.5887)
= Rp 25.887.000

P17 = F17

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Untuk mencari P pada saat pembayaran yaitu pada awal periode ke-1
(P0), maka:
P0 = F17(P/F, 20%, 17)
= Rp 25.887.000 (0,0451)
= Rp 1.167.500
Jadi uang yang harus di tabungkan pada saat anaknya lahir adalah
Rp 1.167.500

Untuk menghitung jumlah uang pada saat si anak berumur 24 tahun


(F24) dapat digunakan nilai P0.

F24 = P0 (F/P, 20%, 24)


= Rp 1.167.500 (79,4968)
= Rp 92.816.250
www.themegallery.com Company Name
ANGSURAN SERAGAM YANG DILAKUKAN LOGO
PADA SETIAP AWAL PERIODE

Kasus lain yang mungkin terjadi adalah kalau seandainya pembayaran


angsuran dilakukan pada setiap awal periode.

Pada kasus ini penyelesaian dapat dilakukan dengan melakukan


modifikasi rumus-rumus yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana
bentuk arus kas yang belum sesuai dengan hubungan-hubungan yang
telah ada harus diubah atau disesuaikan dengan pola hubungan yang
ada, yaitu berdasarkan:

- Posisi P terdapat pada satu periode sebelum angsuran pertama


- Posisi F terdapat pada posisi yang sama dengan nilai A terakhir
- Posisi F berjarak N periode dari P

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Seseorang melakukan suatu setoran/angsuran seragam yang besarnya


Rp 1.000.000 setiap tahunnya, dan dilakukan dalam jangka waktu 5
tahun. Angsuran dilakukan pada awal tahun, artinya pembayaran
pertama dilakukan pada awal tahun pertama (akhir tahun ke-0) dan
setoran angsuran terakhir dilakukan pada awal tahun ke-5 (akhir tahun
ke-4). Tingkat bungan modal yang berlaku 10% per tahun.
Hitunglah jumlah uang yang akan diperoleh pada akhir tahun ke-5.

Jawab:
A A A A A
Cara 1.

0 1 2 3 4 5
F4
www.themegallery.com F5 = ? Company Name
LOGO

F5 tidak dapat langsung dihitung dengan menggunakan rumus-rumus


yang telah ada, karena pola diagram arus kasnya tidak sesuai
dengan pola yang sudah ada, yaitu posisi F tidak berada pada posisi
A yang terakhir.
Untuk dapat mencari F5, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung dahulu F4, karena F4 berada pada posisi yang sama dengan
A terakhir, sehingga dapat dihitung dengan rumus yang ada:
F4 = A (F/A, 10%, 5)
= Rp 1.000.000 (6.1051)
= Rp 6.105.100
Langkah ke 2:
F4 dianggap P bagi F5, sehingga F4 = P4
Sehingga: F5 = P4 (F/P, 10, 1)
= Rp 6.105.100 (1.10)
Rp Rp 6.715.600
=m
www.themegallery.co
Company Name
LOGO

Cara 2:
Mencari P pada awal tahun ke-0 (P-1), yang berarti
merupakan nilai P yang posisinya satu periode sebelum
pembayaran A yang pertama.

P-1 = A (P/A, 10%, 5)


= Rp 1.000.000 (3.7908)
= Rp 3.790.800

F5 = P-1 (F/P, 10%, 6)


= Rp 3.790.800 (1.7716)
= Rp 6.715.781

www.themegallery.com Company Name


Menyetarakan Nilai Sekarang (P), Nilai yang Akan DatangLOGO
(F) dan Nilai Angsuran Seragam (A)

 Pada beberapa masalah sering ditemukan sejumlah arus


pembayaran yang besarnya berbeda pada setiap periode
pembayaran, misalnya pada biaya yang dikeluarkan untuk
perawatan suatu mesin.

 Dalam analisis ekonomi selalu diasumsikan bahwa biaya


produksi selalu dibayarkan pada akhir periode. Disini akan
dibayarkan bagaimana menyetarakan sejumlah arus pembayaran
terhadap nilai P, F dan A

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Contoh Soal:

Sebuah mesin memerlukan biaya perawatan pada tahun pertama


sebesar Rp 1.000.000, tahun kedua Rp 2.000.000, tahun ketiga Rp
1.dan tahun ke-4 sampai tahun ke-8 sebesar Rp 4.000.000 per tahun.
Bunga modal yang berlaku 20% per tahun.

Tanya: Berapa nilai keseluruhan perawatan mesin tersebut apabila


disetarakan:
a. Pada awal tahun dari pembeliannya
b. Pada akhir umur pemakaian
c. Biaya perawatan rata-rata per tahun

www.themegallery.com Company Name


LOGO

Jawab:

a. Nilai P0 didapatkan dengan menjumlahkan semua nilai sekarang (P)


dari semuruh biaya pada tiap periode.
P0 = F1 (P/F, 20%, 1) + F2 (P/F, 20%, 2) + F3 (P/F, 20%, 3) +
A (P/A, 20%, 5) (P/F, 20, 4)
=Rp 1.000.000 (0.833) + Rp 2.000.000 (0.694) + Rp 5.000.000
(0.5787) + Rp 4.000.000 (2.9906) (0.4823)
=Rp 10.883.966

b. Nilai F8 dapat dicari dengan menjumlahkan kemudian (F) pada akhir


tahun ke-8 dari semua arus biaya pada tiap tahun, seperti pada
penyelesaian (a). Apabila P0 sudah diketahui/dihitung, dapat digunakan
langsung digunakan dengan hubungan F dan P
www.themegallery.com Company Name
LOGO

F8 = P0 (F/P, 20, 8)
= Rp 10.883.966 (4.2988)
= Rp 46.787.991

c. Untuk mencari nilai A dapat menggunakan P0 atau F8

A = P0 (A/P, 20%, 8)
= Rp 10.883.966 (0.2606)
= Rp 2.836.361

A = F8 (A/F, 20%, 8)
= Rp 46.787.991 ( 0.0606)
= Rp 2.835.352
www.themegallery.com Company Name
CASH FLOW GRADIENT
ARITMATIK & GEOMETRIK

www.themegallery.com
LOGO
RUMUS BUNGA MODAL YANG MENGHUBUNGKAN ARUS KAS YANG
BERSIFAT GRADIEN SERAGAM (ARITMATIK) DENGAN NILAI P DAN F

Dalam masalah ekonomi sering dijumpai arus uang yang berkurang


atau bertambah dengan nilai yang konstan.

Misalnya, biaya perawatan dan pemeliharaan suatu mesin akan


bertambah dengan meningkatnya umur alat atau berkurangnya
suatu tingkat produksi dengan bertambahnya umur alat

Pertambahan dan pengurangan biaya tersebut relatif sama tiap


tahun sehingga keadaan ini membuat suatu seri aritmatik (deret
hitung)

Suatu arus pengeluaran atau penerimaan dimana terjadi


penambahan secara seragam dapat digambarkan dengan arus kas
seperti berikut:
www.themegallery.com LOGO
1 2 3 N-1 N

G 2G (N-3)G
(N-2)G
(N-1) G

Gambar di atas menunjukan suatu arus kas yang meningkat


secara konstan pada setiap akhir periode sebesar G. Nilai G ini
disebut nilai Gradien dan pembayaran terjadi pada akhir setiap
periode.

Pada arus kas terlihat bahwa tidak ada pembayaran pada akhir
tahun pertama, karena dianggap belum ada pengeluaran untuk
biaya perawatan dan pemeliharaan. Biaya baru akan dikeluarkan
pada akhir tahun kedua dan seterusnya.
www.themegallery.com LOGO
Seperti halnya pembahasan sebelumnya, nilai gradien (G) dapat
dihubungankan dengan nilai-nilai yang lainnya.

Mencari P jika diketahui G

P0?

1 2 3 N-1 N

G 2G (N-3)G
(N-2)G
(N-1) G

www.themegallery.com LOGO
Nilai P dari arus kas seperti gambar di atas, adalah berdasarkan:

P = F  1 

 (1 
N

i)
1 1
P=G + 2G +.....+
(1  i )
2
(1  i) 3
1 1
(N-2) G + (N-1) G (1  i) N
(1  i ) N 1

1  (1  i) N 1  N 
=G
i  i(1  (1 
N N

i) i)

1 N 
 (1  i)
N
Nilai   disebut “faktor gradien ke nilai P”
 i(1  i) (1 
1 N N

i i)
Dalam Tabel konversi bunga modal dinyatakan dengan simbol:

(P/G, i%, N) dan mempunyai rumus

P = G (P/G, i%, N)
www.themegallery.com LOGO
MENCARI A JIKA DIKETAHUI G

Untuk mencari hubungan antara A dan G, digunakan nilai P dengan


menggunakan faktor (A/P, i%, N)

A = P (A/P, i%, N)

= G (P/G, i%, N) (A/P, i%, N)

1 N  i(1  i)
=G  (1  i) NN1   N
 i(1  i) (1  N
i  (1  i)N 
i)
1
= G 1 N 
 i (1  i)  
N

1
Nilai 1 N disebut “Gradient to uniform series factor”
 i  (1  i) N  

1
dan mempunyai simbol fungsional (A/G, i%, N)

www.themegallery.com LOGO
Jadi: A = G (A/G, i%, N)

Contoh Soal:

Serangkaian pembayaran dilakukan pada setiap akhir tahun.


Pembayaran sebesar Rp 1.000.000 dilakukan pada tahun ke-2, Rp
2.000.000 pada tahun ke-3, dan Rp 3.000.000 pada tahun ke-4.
Tingkat bunga modal yang berlaku 15% per tahun.
Hitunglah:
a. Nilai kesetaraan P pada awal tahun pertama
b. Nilai kesetaraan A yang dibayarkan seragam pada setiap akhir
periode

Jawab:
Dari soal di atas dapat diketahui bahwa arus pembayaran
merupakan suatu bentuk gradien dengan G = Rp 1.000.000 dan
N =4
www.themegallery.com LOGO
a. P = G (P/G, i%, N)
= Rp 1.000.000 (P/G, 15%, 4)
= Rp 1.000.000 (3,79)
= Rp 3.790.000

b. A = G (A/G, i%, N)
= Rp 1.000.000 (A/G, 15%, 4)
= Rp 1.000.000 (1,326)
= Rp 1.326.000

Contoh Soal:
Suatu arus pembayaran yang dilakukan pada setiap akhir tahun
Tahun Pembayaran (Rupiah)
1 5.000.000
2 6.000.000
3 7.000.000
4 8.000.000

www.themegallery.com LOGO
Apabila tingkat bunga yang berlaku 15% per tahun, hitunglah nilai
kesetaraan P dengan rumus gradient aritmatik dan kesetaraan arus
seragam

Jawab:

Arus pembayaran seperti ini tidak dapat diselesaikan secara


langsung dengan rumus yang ada, karena polanya tidak mengikuti
pola yang dapat diselesaikan dengan rumus yang ada.

www.themegallery.com LOGO
Apabila tingkat bunga yang berlaku 15% per tahun, hitunglah nilai
kesetaraan P dengan rumus gradient aritmatik dan kesetaraan arus
seragam

Jawab:

Arus pembayaran seperti ini tidak dapat diselesaikan secara


langsung dengan rumus yang ada, karena polanya tidak mengikuti
pola yang dapat diselesaikan dengan rumus yang ada.

Untuk menyelesaikannya, diagram tersebut dapat dibagi menjadi 2


bagian yaitu:

1. Arus seragam yang besarnya Rp 5.000.000


2. Arus gradien aritmatik dengan G = Rp 1.000.000

www.themegallery.com LOGO
Diagram lengkap:
x Rp 1.000
1 2 3 4

5.000
6.000
7.000
p0T 8.000
Diagram bagian pertama:
x Rp 1.000

5.000 5.000 5.000 5.000


p0A
Diagram bagian kedua:
x Rp 1.000

1.000
2.000 3.000
P0G
www.themegallery.com LOGO
a. Untuk mencari nilai P keseluruhan (P0), dapat dihitung dengan
menjumlahkan nilai P dari kedua bagian di atas:

P0T = P0A + P0G


= A (P/A, 15%, 4) + G (P/G, 15%, 4)
= Rp 5.000.000 (2,885) + Rp 1.000.000 (3,79)
= Rp 18.650.000

b. Untuk menghitung kesetaraan nilai A juga perlu dilakukan cara


yang sama, yaitu menjumlahkan nilai A dari bagian pertama
dengan nilai A pada bagaian kedua (hubungan A dengan G)

AT = A + AG
= Rp 5.000.000 + G (A/G, 15%, 4)
= Rp 5.000.000 + Rp 1.000.000 (1.3263)
= Rp 6.326.300
www.themegallery.com LOGO
Contoh Soal:
Suatu arus pembayaran yang dilakukan pada setiap akhir
tahun

Tahun Pembayaran (Rupiah)

1 8.000.000
2 7.000.000
3 6.000.000
4 5.000.000

Apabila tingkat bunga yang berlaku 15% per tahun, hitunglah nilai
kesetaraan P dengan rumus gradien matematik

Jawab:

Seperti diketahui bahwa rumus gradien matematik hanya berlaku


untuk arus pembayaran yang meningkat pada setiap periode,
sehingga untuk soal di atas harus dibagi menjadi 2 bagian
dengan diagram arus kas yang mengikuti pola tersebut.
www.themegallery.com LOGO
Diagram lengkap:
x Rp 1.000
1 2 3 4

5.000
6.000
7.000
p0T 8.000
Diagram bagian pertama:
x Rp 1.000

8.000 8.000 8.000 8.000


p0A
Diagram bagian kedua:
x Rp 1.000
P0G 3.000
2.000
1.000

www.themegallery.com LOGO
Penyelesaian soal ini berbeda dengan soal sebelumnya.
Kalau pada soal sebelumnya penggabungan diagram
merupakan penjumlahan dari kedua bagian, maka pada soal
ini penggabungan merupakan pengurangan bagian pertama
dengan bagian kedua.

P0T = P0A – P0G


= A (P/A, 15%, 4) – G (P/G, 15%, 4)
= Rp 8.000.000 (2.8550) – Rp 1.000.000 (3,798)
= Rp 19.055.000

www.themegallery.com LOGO
Contoh :
Suatu pengeluaran setiap akhir tahun yaitu Rp.
100.000,-, Rp 200.000,- dan Rp. 300.000,- masing-
masing pada tiap akhir tahun ke 2, 3 dan ke 4.
Besar bunga bank 15% pertahun. Hitungkah nilai
ekivalensinya dalam:

Present worth (P) pada permulaan tahun.


Annual Worth (A) seragam pada tiap akhir tahun
selama 4 tahun

www.themegallery.com LOGO
BUNGA
NOMINAL
& EFEKTIF
Pada umumnya berlakunya suatu tingkat bunga modal mempunyai
dasar periode tahunan. Tetapi tidak jarang jumpai suatu
perhitungan bunga modal yang mempunyai basis periode kurang
dari satu tahun, misalnya per musim, per kuartal, per bulan dsb

Perubahan tingkat bunga modal pada satuan periode yang berbeda


tidak mengukuti garis lurus (linier), tetapi berdasarkan pada dasar
perhitungan bunga modal majemuk, sehingga bentuk perubahan
untuk setiap periode tidak linier.

Berikut ini akan dibahas hubungan antara tingkat bunga modal pada
dasar suatu periode tertentu dengan tingkat bunga modal pada
periode lain
Apabila dalam suatu transaksi peminjaman atau simpanan
ditentukan tingkat bunga modal adalah 5% per musim tanam
(asumsi 1 tahun 2 musim tanam), maka dapat dikatakan bahwa
tingkat bunga pertahunnya 10%. Nilai tersebut disebut tingkat
bunga nominal.

Tetapi kalau dihitung besarnya bunga berdasarkan periode yang


digunakan (per musim tanam), maka nilai bunga per tahun yang
sesungguhnya lebih besar dari 10%, akibat adanya efek
majemuk selama 2 periode musim tanam.

Misalnya uang yang diinvestasikan pada awal musim tanam


pertama besarnya Rp 10.000.000, dengan bunga modal 5% per
musim.
Maka perhitungan selanjutnya adalah:
Bunga modal pada musim pertama:
I = Rp 10.000.000 (0.05) = Rp 500.000
Total pokok pada awal musim kedua:
P = Rp 10.000.000 + Rp 500.000
= Rp 10.500.000
Bunga modal musim kedua:
I = Rp 10.500.000 (0.05) = Rp 525.000
Jumlah bunga selama 2 musim ( 1 tahun)
= Rp 500.000 + Rp 525.000
= Rp 1.025.000
Tingkat bunga modal yang didasarkan pada periode 1 tahun:
= Rp 1.025.000/Rp 10.000.000 (100%)
= 10,25%
Tingkat bunga per tahun yang memperhitungkan efek majemuk dari
tingkat bunga modal pada dasar sebelumnya disebut tingkat bunga
modal efektif
Hubungan antara tingkat bunga modal nominal dan efektif dapat
dirumuskan dalam persamaan berikut:

ie = (1  i n ) C  1
c

Dimana:
ie = tingkat bunga modal efektif
in = tingkat bunga modal nominal
c = perbandingan antara periode yang dicari dengan
periode dasar

Pada contoh di atas tingkat bunga efektif bisa dihitung dengan


menggunakan rumus tersebut, sebagai berikut:
0.10 2 
ie = (1  2 ) 1

= 0.1025 atau 10.25%


Seorang petani meminjam uang kepada bank sebesar Rp 10.000.000. Ia
bersedia mengembalikan secara angsuran pada tiap akhir tahun selama
5 tahun. Jika diketahui tingkat bunga modal yang berlaku 6% per
musim berapa angsuran tiap tahunnya.

Jawab:

in = 2 (6%) = 12%

ie = 0.12 2 
(1  2 ) 1

= 0.1236 atau 12,36%

i (1  i ) N 0.1236(1  0.1236)5
A=P (1  i ) N  1 = Rp 10.000.000
(1  0.1236)5 1
= Rp 3.037.970
Soal:
Seorang petani meminjam uang kepada bank sebesar Rp 10.000.000.
Ia bersedia mengembalikan secara angsuran pada tiap akhir bulan
selama 20 bulan. Jika diketahui tingkat bunga modal yang berlaku
6% per musim berapa angsuran tiap bulannya.

Jawab:
in = 6%/6 = 1%

ie = (1  0.01
1/ ) 1 /6 

1
= 0,00976 atau 0.97%
i (1  i ) N
0.0097(1  20
A=P (1  i ) N  1 = Rp 10.000.000 0.0097)
(1  0.0097)20  1

= Rp 552.380
SISTEM PEMBELIAN KREDIT

Untuk membeli suatu alat atau mesin, beberapa dealer menawarkan


sistem pembelian yang disebut dengan sistem kredit. Cara ini
dimaksudkan untuk membantu para petani atau pembeli yang tidak
dapat melakukan pembelian secara tunai.

Dalam pelaksanaan sistem kredit ini, pembeli diharuskan membayar


sejumlah uang muka, yang besarnya tergantung pada ketentuan yang
berlaku. Sisanya diangsur bulanan dalam jangka waktu tertentu.

Pada sebagian besar dealer yang menawarkan sistem kredit ini,


bunga modal yang dibebankan pada pembeli dihitung dengan
menggunakan bunga modal sederhana.
Jika dari tingkat bunga yang ditetapkan, nilai tingkat ini lebih rendah
yang ada secara umum, tetapi kalau bunga dihitung berdasarkan
bunga modal efektif, maka nilai ini lebih tinggi dari tingkat bunga yang
berlaku.

Sistem ini memang banyak yang memanfaatkan meskipun dari segi


tingkat bunga yang digunakan lebih tinggi, tetapi karena keterbatasan
dana para petani atau pembeli, maka sistem kredit dealer merupakan
alternatif yang banyak dipilih. Sementara itu, pengambilan kredit di
bank tidak semudah yang diharapkan.

CONTOH SOAL:
Sebuah dealer mesin pertanian menawarkan sistem pembelian kredit
dengan bunga rendah, yaitu 12% per tahun. Uang muka yang harus
dibayar saat pembelian adalah 25% dari harga mesin. Sisa harga
ditambah dengan bunga 12% per tahun, dengan sistem
bunga modal sederhana, harus dibayar bulanan selama 2 tahun,
mulai satu bulan setelah pembelian. Seorang petani ingin membeli
sebuah traktor yang harganya Rp 20.000.000 dan bersedia
memenuhi ketentuan pembayaran yang ditetapkan.
Hitunglah:
a. Berapa biaya angsuran yang harus dibayar setiap bulan
b. Kalau angsuran yang dibayar bulanan dihitung dengan bunga
efektif, berapa tingkat bunga yang sebenarnya yang
dibebankan pada petani tersebut.

Jawaban:
a. Harga pembelian Rp 20.000.000
Uang muka 25% dari harga mesin Rp 5.000.000
Sisa yang belum dibayar Rp 15.000.000
Bunga = PNi
= Rp 15.000.000 (2)(0.12)
= Rp 3.600.000
Total pinjaman (harga + bunga) = Rp 18.600.000
Angsuran bulanan = Rp 18.600.000/24
= Rp 775.000

b. Untuk melihat tingkat bunga efektif sebenarnya, maka arus


pembayaran dapat dianggap sebagai pinjaman sebagai:
- pinjaman sebesar Rp 15.000.000 (harga dikurangi uang
muka)
- angsuran bulanan sebesar Rp 775.000

Dari kondisi ini dapat ditentukan besarnya tingkat bunga yang


digunakan. Diagram arus kas dari sistem pembayaran tersebut
adalah sebagai berikut:
P = Rp 15.000.000

A A A = Rp 775.000 A A A

Dari hubungan P dan A dirumuskan :

P = A (P/A, i%, N)
Rp 15.000.000 = Rp 775.000 (P/A, i%, N)
(P/A, i%, N) = 19.355
Dari persamaan di atas dapat dicari i% per bulan, yang
memenuhi persamaan tersebut. Dari Tabel konversi
diperoleh:
(P/A, 1,5, 24) = 20,0304
(P/A, 2,0, 24) = 18,9139
Dari hasil interpolasi dapat diketahui bahwa nilai i yang dicari (tingkat
bunga per bulan) ada diantara 1,5% dan 2%, dan dengan
interpolasi diperoleh nilai i = 1,925% per bulan.
Nilai tersebut merupakan tingkat bunga modal per bulan. Untuk mencari
tingkat bunga modal efektif per tahun digunakan rumus berikut:
in = 12 (1,925%)
= 23,1% atau 0,231 per tahun

ie = (1  in ) c 1
c

= (1
0.231 12 
)
12 1
= 0.257 atau 25,7% per tahun

Jadi bunga efektif sebenarnya yang dibebankan pada pembeli adalah


25,7% dan lebih tinggi dari yang ditawarkan dealer 12% per tahun
KESETARAAN

Apabila seseorang meminjam uang sebesar Rp 10.000.000 (P),


dengan tingkat bunga modal 10% pertahun (i), dan jangka waktu
peminjaman 4 tahun (N), maka ada beberapa cara yang dapat
dipakai untuk menyelesaikan pinjaman tersebut:
Membayar pokok pinjaman (P) + bunga (I) pada setiap akhir
periode
Tahun Pinjaman Bunga Pembayaran (Rp)
Awal (I)
Pokok Bunga Jumlah Sisa
(P)

1 10.000 1.000 0 0 0 11.000


2 11.000 1.100 0 0 0 12.100
3 12.100 1.210 0 0 0 13.310
4 13.310 1.331 10.000 4.641 14.641 0
Total 46.410 4.641 10.000 4.641 14.641
II. Membayar bunga (I) pada tiap akhir tahun, dan membayar pokok
pinjaman (P) pada akhir periode

Tahun Pinjaman Bunga Pembayaran (Rp)


Awal (P) (I)
Pokok Bunga Jumlah Sisa

1 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000


2 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
3 10.000 1.000 0 1.000 1.000 10.000
4 10.000 1.000 10.000 1.000 11.000 0
Total 40.000 4.000 10.000 4.000 14.000

III. Sebagian pokok pinjaman dibayar per tahun, dan bunga (I)
dibayar setiap tahun. Pada cara ini, pembayaran pokok setiap
tahun besarnya sama dengan pokok pinjaman dibagi lama
pembayaran. Dalam hal contoh pembayaran pokok/tahun = Rp
10.000.000/4
Tahun Pinjaman Bunga (I) Pembayaran (Rp)
Awal
(P) Pokok Bunga Jumlah Sisa

1 10.000 1.000 2.500 1.000 3.500 7.500


2 7.500 750 2.500 750 3.250 5.000
3 5.000 500 2.500 500 3.000 2.500
4 2.500 250 2.500 250 2.750 0
Total 25.000 2.500 10.000 2.500 12.500

IV. Pokok pinjaman dan bunga dibayar dengan sejumlah angsuran


yang besarnya tetap

Dalam cara ke-4 ini besarnya angsuran (terdiri dari pokok pinjaman
dan bunga) ditentukan dengan menggunakan persamaan untuk
mencari angsuran tetap berdasarkan bunga modal majemuk.
Dari contoh, besarnya angsuran tiap tahun:

A = P (A/P, 10%, 4)

= Rp 10.000.000 (0.3155)

= Rp 3.155.000
Tahun Pinjaman Bunga (I) Pembayaran (Rp)
Awal
(P) Pokok Bunga Jumlah Sisa

1 10.000 1.000 2.155 1.000 3.155 7.845


2 7.845 785 2.370 237 3.155 5.475
3 5.475 548 2.607 548 3.155 2.868
4 2.868 287 2.868 287 3.155 0
Total 26.188 2.620 10.000 2.072 12.620
Dari keempat cara pembayaran pinjaman kita lihat bahwa
perbandingan antara jumlah bunga yang dibayarkan dan besarnya
pinjaman mempunyai nilai yang sama yaitu 0.10 yang merupakan nilai
bunga modal yang berlaku (i = 10%)

Cara Jumlah Pinjaman Jumlah Bunga Perbandingan


1 46.410 4.641 0.10
2 40.000 4.000 0.10
3 25.000 2.500 0.10
4 26.188 2.620 0.10

Dari perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa semua alternatif


pembayaran bersifat setara, perbedaan jumlah total pinjaman hanyalah
variasi dari perencanaan pengembalian pinjaman bagi peminjam
modal.
Alternatif pengembalian manapun yang kita pilih, merupakan
pengembalian pinjaman sejumlah uang senilai Rp 10.000.000
untuk waktu sekarang pada tingkat bunga 10% per tahun.

Pada tingkat bunga yang lain akan memperlihatkan nilai


sekarang atau pembayaran akhir tahun yang berbeda pada
masing-masing alternatif pembayaran
TEKNIK EVALUASI INVESTASI
DENGAN METODE
PRESENT WORTH ANALYSIS
Dua jenis alat akan diseleksi dengan data-data sebagai berikut:

Tahun Alternatif A Alternatif B


0 -$2000 -$1500
1 +1000 +700
2 +850 +300
3 +700 +300
4 +550 +300
5 +400 +300
6 +400 +400
7 +400 +500
8 +400 +600

Bila tingkat bunga yang berlaku adalah 8%, alternative mana yang dipilih?
Contoh :

Suatu perusahaan pengolahan pakan ternak akan membeli sebuah


mesin penggiling bijian. Terdapat tiga jenis mesin yang
ditawarkan dimana semua jenis mesin tersebut mempunyai
kapasitas penggilingan yang sama. Harga beli mesin dan biaya
operasi per tahun dari ketiga jenis mesin tersebut ditunjukkan
pada tabel di bawah ini :

Mesin A Mesin B Mesin C


Harga beli, Rp 5.300.000 5.400.000 5.600.000
Biaya operasi penggilingan, 8.400.000 7.920.000 7.200.000
Rp/tahun
Nilai akhir mesin 10% hrg beli 10% hrg beli 10% hrg beli

Umur pemakaian semua jenis mesin adalah sama yaitu 5 tahun


dan suku bunga bank per tahun 18%, mesin manakah yang dipilih
? Lakukan analisis berdasarkan Present Worth Analysis
Contoh :

Untuk membuka bisnis Penepung Cabe, diperkirakan


menghabiskan dana awal sebesar Rp. 10.000.000,-
dan akan membutuhkan biaya operasi sebesar Rp.
5.000.000,- setiap tahunnya. Selama 5 (lima) tahun
berproduksi diperkirakan akan mendapatkan
pendapatan bersih sebesar Rp. 8.000.000,- setiap
tahunnya. Berapakah persen interest rate (i %).
Mesin A
Harga beli, Rp 10,000,000.00
Biaya operasi penggilingan, Rp/jam 5,000,000.00
Pendapatan Rp/tahun 8,000,000.00
rate

Investasi -10,000,000.00
Benefit 1 3,000,000.00
Benefit 2 3,000,000.00
Benefit 3 3,000,000.00
Benefit 4 3,000,000.00
Benefit 5 3,000,000.00
Rate 0.1524
2. USEFUL LIVES DIFFERENT
FROM THE ANALYSIS PERIOD
Ada dua buah pompa yang akan dipilih oleh seseoarang.
Jika tingkat bunga 8% pompa mana yang akan
dipilih?
Data-data pompa tersebut adalah:

Pompa A Pompa B
Biaya awal $7000 $5000
Nilai pada akhir umur 1500 1000
ekonomis
Umur ekonomis 12 6
Contoh :
Terdapat lima alternatif mesin pengolahan dengan
data sebagai berikut :

A B C D E

Investasi awal, $ 70 140 100 100 80


Keuntungan seragam, 9,7 19,6 19,6 12,2 12
$/tahun
Nilai akhir alat, $ 50 60 60 75 50
Umur alat 6 12 12 6 4

Jika tingkat bunga 12%, alternatif mana yang harus


dipilih?
TEKNIK EVALUASI INVESTASI
DENGAN METODE
ANNUAL CASH FLOW
ANALYSIS
Contoh 1 :

Suatu perusahaan pengolahan pakan ternak akan membeli sebuah


mesin penggiling bijian. Terdapat tiga jenis mesin yang
ditawarkan dimana semua jenis mesin tersebut mempunyai
kapasitas penggilingan yang sama. Harga beli mesin dan biaya
operasi per tahun dari ketiga jenis mesin tersebut ditunjukkan
pada tabel di bawah ini :
Mesin A Mesin B Mesin C

Harga beli, Rp 5.300.000 5.400.000 5.600.000


Biaya operasi penggilingan, 8.400.000 7.920.000 7.200.000
Rp/tahun
Nilai akhir mesin 10% hrg beli 10% hrg beli 10% hrg beli

Umur pemakaian semua jenis mesin adalah sama yaitu 5 tahun dan
suku bunga bank per tahun 18%, mesin manakah yang dipilih ?
Lakukan analisis berdasarkan Annual Cash Flow Analysis.
Contoh 2 :
Untuk membuka bisnis Penepung Cabe, diperkirakan
menghabiskan dana awal sebesar Rp. 10.000.000,- dan akan
membutuhkan biaya operasi sebesar Rp. 5.000.000,- setiap
tahunnya. Selama 5 (lima) tahun berproduksi diperkirakan
akan mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp.
8.000.000,- setiap tahunnya. Berapakah persen interest rate
(i %). Lakukan analisis berdasarkan Annual Cash Flow
Analysis.
Contoh 3 :
Terdapat lima alternatif mesin pengolahan dengan data
sebagai berikut :

A B C D E
Investasi awal, $ 70 140 100 100 80
Keuntungan seragam, 9,7 19,6 19,6 12,2 12
$/tahun
Nilai akhir alat, $ 50 60 60 75 50
Umur alat 6 12 12 6 4
Jika tingkat bunga 12%, alternatif mana yang harus
dipilih? Selesaikan masalah tersebut berdasarkan analisis:
Annual Cash Flow Analysis.
UNIFORM SERIES
(ANGSURAN SERAGAM)

CASH FLOW GRADIENT


ARITMATIK & GEOMETRIK
Suatu industri pengolahan tepung ikan untuk pakan ternak menggunakan alat pengering ikan
(Solar Tunnel Dryer). Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh data mengenai operasi
pengolahan tepung ikan tersebut. Berdasarkan data-data dibawah ini, apakah menurut Saudara
industri tersebut layak atau tidak ditinjau dari nilai NPV, B/C Ratio dan IRR.

Pengering
Harga Alat, Rp/unit 2.500.000
Umur pakai alat, tahun 2
Harga akhir alat, Rp/unit 250.000
Suku bunga bank per th, desimal 0,18
Kapasitas alat 2,5 kg ikan kering/jam
Jam kerja/hari, jam/hari 8
Biaya pemeliharan dan perbaikan, Rp/hr 500
Biaya tenaga kerja, Rp/hari 15000
Biaya listrik, Rp/hari 2000

Asumsi : Jumlah hari kerja = 15 hari/bulan (180 hari/tahun)


Harga beli ikan ikan rucah = Rp 2.000/kg
Harga jual ikan kering = Rp 6.500/kg ikan kering
Rendemen pengolahan ikan kering = 60%
1. Berdasarkan hasil evaluasi ekonomi yang dilakukan, apakah pengolahan tepung ikan
tersebut layak untuk dioperasikan, jelaskan.
2. Tentukan nilai Break Event Point (BEP)

*** GOOD LUCK ****

UJIAN AKHIR SEMESTER


PS TEKNIK PERTANIAN, SEMESTER GENAP TA 2005/2006

Mata Kuliah MEKANIKA MESIN


: Dosen Dr. Ir. Santosa, MP
Pengasuh : Renny Eka Putri, STP, MP
Hari/Tanggal : Senin / 19 Juni 2006
Jam : 14.00 – 15.30 WIB

(Buku tertutup dan soal dikumpul)

Soal 1

a) Sebuah traktor mempunyai lebar track 1,5 m dan titik pusat grafitasi berada 700 mm di atas
permukaan jalan rata. Jika koefisien gesek dan jalan adalah 0,6 dan kurva belokan dengan
jalan membentuk jari-jari (R) 200 m. Tentukan kecepatan jika kendaraan akan mengalami
”meluncur keluar dari lintasan (slip)” dan ”tergulir ke samping (overturning)”?
b) Bila traktor bergerak sangat cepat, manakah yang terjadi terlebih dahulu ”meluncur keluar dari
lintasan (slip)” atau ”tergulir ke samping (overturning)”? mengapa?

Soal 2

Suatu mesin pemotong rumput akan digerakkan dengan menggunakan motor bensin, untuk
menyalurkan tenaga dari motor yang akan digunakan V-belt yang dibelitkan pada dua puli yang
masing-masing dipasangkan pada poros motor dan mesin pemotong. Kedua poros tersebut
dipasang sejajar pada jarak 70 cm, dengan arah putar yang sama. Poros motor bensin dan mesin
pemotong masing-masing berputar 3000 dan 1500 rpm.
a) Jika diameter puli dari motor penggerak adalah 15 cm, berapakah diameter puli dari mesin
pemotong? asumsi tidak terjadi slip.
b) Berapakah kecepatan linear dari belt tersebut?
c) Berapakah panjang belt?

Soal 3

d) Jelaskan dengan singkat komponen-komponen yang digunakan sebagai alat transmisi tenaga.
e) Sebutkan material yang biasa digunakan untuk komponen transmisi tenaga.
f) Jelaskan dengan singkat alasan pemakaian gear, V-Belt dan rantai dalam transmisi tenaga.

Soal 4

Batang selinder pejal dengan Bantalan A dan B. W1 dan W2 adalah beban terpusat akibat roda
gigi berturut-turut 6 kg dan 10 kg. Berapa mm ukuran diameter batang silinder yang harus dipilih
agar mampu menahan gaya aksi tersebut, dengan tegangan lentur ijin adalag 3 kg/mm.

20 cm 40 cm 30 cm
A B C D

*** GOOD LUCK ****

UJIAN AKHIR SEMESTER


PS TEKNIK PERTANIAN, SEMESTER GENAP TA 2005/2006

Mata Kuliah TEK. PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN


: Dosen Pengasuh Mislaini R. STP, MP
: Renny Eka Putri, STP, MP
Hari/Tanggal : Selasa / 20 Juni 2006
Jam : 14.00 – 15.30 WIB

(Buku tertutup dan soal dikumpul)

Soal 1

a) Jelaskan tahap-tahap pengolahan gambir.


b) Sebutkan kegunaan gambir dalam kehidupan
c) Masalah terbesar dalam pengolahan gambir adalah mutu dan rendemen
yang dihasilkan. Sebutkan upaya yang bisa dilakukan untuk memperbaiki
mutu dan rendemen gambir tersebut.

Soal 2

Limbah sawit merupakan salah satu sumber limbah pertanian yang jumlahnya
terus menerus meningkat seiring dengan peningkatan produksi kelapa sawit
a) Sebutkan manfaat yang dapat diambil dari limbah kelapa sawit tersebut.
b) Salah satu upaya pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKS) adalah
melalui pengomposan. Jelaskan pengertian pengomposan dan proses
pengolahannya.
c) Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengomposan.

Soal 3

d) Jelaskan proses pengolahan cocoa.


e) Sebutkan alat dan mesin yang dingunakan dalam pasca panen cocoa

Soal 4

Jelaskan perbedaan proses pengolahan teh hitam dengan teh hijau.

Soal 5

f) Pada waktu proses penyanggraian kopi dan coklat terjadi proses pirolisis.
Jelaskan pengertian proses pirolisis tersebut.
g) Jelaskan proses pengolahan tanaman hasil perkebunan
lainnya
berdasarkan tugas kelompok anda.

*** GOOD LUCK ****

Kuis I ”Mekanika Mesin”

a)
a)
Nt4 = 70 gigi b) Penggerak PTO traktor menggunakan susunan
gear, dengan diketahui kecepatan gear 1 adalah
n4 = ?
1800 rpm. Jumlah gigi gear 1 = 23, gear 2 =
35, gear 3 = 28, gear 4 = 26, dan gear 5 = 55
buah.
- Berapakah rpm kecepatan putar gear 5?
d2 = 400 mm - Bila gear 1 berputar searah jarum jam,
kemanakah arah putaran gear 5?
Nt3 = 20 gigi

d1 = 150 mm dan n1 = 48 rpm


Kuis I ”Mekanika Mesin”

a)
a)
Nt4 = 70 gigi b) Penggerak PTO traktor menggunakan susunan
gear, dengan diketahui kecepatan gear 1 adalah
n4 = ?
1800 rpm. Jumlah gigi gear 1 = 23, gear 2 =
35, gear 3 = 28, gear 4 = 26, dan gear 5 = 55
buah.
- Berapakah rpm kecepatan putar gear 5?
d2 = 400 mm - Bila gear 1 berputar searah jarum jam,
kemanakah arah putaran gear 5?
Nt3 = 20 gigi

d1 = 150 mm dan n1 = 48 rpm

Kuis I ”Mekanika Mesin”

a)
a)
Nt4 = 70 gigi b) Penggerak PTO traktor menggunakan susunan
gear, dengan diketahui kecepatan gear 1 adalah
1800 rpm. Jumlah gigi gear 1 = 23, gear 2 =
n4 = ?
35, gear 3 = 28, gear 4 = 26, dan gear 5 = 55
buah.
- Berapakah rpm kecepatan putar gear 5?
d2 = 400 mm - Bila gear 1 berputar searah jarum jam,
kemanakah arah putaran gear 5?
Nt3 = 20 gigi

d1 = 150 mm dan n1 = 48 rpm

*** GOOD LUCK ****


KUIS 1
1.Suatu arus pembayaran yang dilakukan pada setiap akhir
tahun Tahun Pembayaran (Rupiah)

1 8.000.000
2 7.000.000
3 6.000.000
4 5.000.000

Apabila tingkat bunga yang berlaku 15% per tahun, hitunglah nilai
P
2. Suatu pengeluaran setiap akhir tahun yaitu Rp. 100.000,-, Rp 200.000,-
dan Rp. 300.000,- masing-masing pada tiap akhir tahun ke 2, 3 dan ke 4.
Besar bunga bank 15% pertahun. Hitungkah nilai ekivalensinya dalam:

Present worth (P) pada permulaan tahun.


Annual Worth (A) seragam pada tiap akhir tahun selama 4 tahun

www.themegallery.com LOGO
Suatu pengeluaran setiap akhir tahun yaitu Rp.
100.000,-, Rp 200.000,- dan Rp. 300.000,- masing-
masing pada tiap akhir tahun ke 2, 3 dan ke 4.
Besar bunga bank 15% pertahun. Hitungkah nilai
ekivalensinya dalam:

Present worth (P) pada permulaan tahun.


Annual Worth (A) seragam pada tiap akhir tahun
selama 4 tahun

www.themegallery.com LOGO
NPV, B/C Ratio, & IRR

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


 Teknik NPV, B/C Ratio dan IRR merupakan teknik
kriteria investasi yang mempertimbangkan nilai
waktu dari uang.
 Setiap kriteria tadi dipakai untuk menentukan
diterima atau tidaknya suatu usulan proyek.
 Kadang-kadang dipakai juga untuk memberikan
urutan (ranking) berbagai usulan proyek menurut
tingkat keuntungan masing-masing

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


1
NPV (Net Present Value).

….
NPV merupakan selisih antara present value dari benefit
(keuntungan) dengan present value dari cost (biaya).

NPV = PVbenefit – PVcost


 Apabila proyek yang dinilai mempunyai pola cashflow
yang konvensional (cash out flow atau aliran uang keluar
diikuti serangkaian cash in flow atau aliran uang masuk)
maka PVcost adalah sebesar modal yang diinvestasikan.

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


2
 Apabila cashflow dari suatu proyek mempunyai
pola non konvensional maka adalah
PVcost
keseluruhan dari biaya. Misalnya: investasi awal,
biaya pemelliharaan, biaya produksi dan biaya
perawatan.
 Apabila PVbenefit (cash in flow) berbentuk annually
maka present value dapat langsung dihitung
dengan mengalikan terhadap Present Worth of
Annually factor (P/A).

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


3
 Apabila (cash in flow) tidak berbentuk
PVbenefit
annually (berubah dari tahun ke tahun) maka
present value harus dicari satu per satu
dengan mengalikan dengan discount factor (P/F).
 Keputusan tentang diterima atau ditolaknya suatu
proyek akan sangat bergantung pada hasil NPV dari
proyek tsb.
 NPV > 0; proyek diterima karena menguntungkan
 NPV = 0; tidak untung dan tidak rugi

 NPV < 0; proyek ditolak karena merugikan

4
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
KESIMPULAN:
Proyek B lebih
layak dari Proyek A
karena lebih
menguntungkan
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
5
Contoh Kasus Non
Konvonsional
 Sebuah proyek perkebunan memerlukan investasi Rp
7.5 milyar pada tahun pertama dan Rp 6 milyar pada
tahun ke-2. Produksi mulai pada tahun ke-3 sampai
tahun ke-7. Besarnya biaya pemeliharaan setelah
berproduksi Rp 600 juta/tahun dan besarnya biaya
produksi Rp 700 juta/tahun. Dari hasil produksi
diperoleh penerimaan Rp 6 milyar/tahun. Jika tingkat
suku bunga 12%, apakah proyek ini diterima atau
ditolak?

6
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
7
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
B/C Ratio.
…. PV
B / C _ Ratio  benefit

PVcost

 B/C > 1; Layak


 B/C < 1; Tidak layak
 B/C = 1; Tidak layak

8
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Proyek perkebunan di atas memiliki B/C = 1.13
artinya proyek ini menghasilkan Rp 1.13 untuk
setiap rupiah yang diinvestasikan
 B/C menunjukkan berapa rupiah mengukur
present value (PV) untuk setiap rupiah yang
diinvestasikan

 NPV menunjukkan berapa rupiah kelebihan


PVbenefit di atas PVcost

9
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
IRR (Internal Rate of Return).
….
 IRR didefenisikan sebagai tingkat discount atau bunga
yang akan menyamakan present value benefit (PVbenefit)
dengan present value cost (PVcost) .
 Atau tingkat discount rate (P/V) yang akan
menyebabkan NPV = 0
 Kriteria penerimaan atau penolakannya adalah:
 IRR ≥ tingkat bunga yang ditetapkan; maka diterima

 IRR < tingkat bunga yang ditetapkan; maka ditolak

10
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Perhitungan
IRR…..
 Perhitungan IRR harus dilakukan secara trial and error
hingga akhirnya diperoleh tingkat discoun rate yang
akan menyebabkan NPV = 0

 Penentuan besarnya IRR untuk cash in flow yang


berbentuk annually lebih mudah dibandingkan dengan
cash in flow non annually.

11
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Perhitungan IRR untuk benefit (keuntungan) yang
berbentuk annually yaitu sebagai berikut:

1. Hitung besarnya PP (Payback Period yaitu waktu


yang diperlukan agar benefit seimbang dengan cost)
untuk proyek yang sedang dievaluasi
InvestasiAwal
PP 
CashInFlow

2. Gunakan tabel Present Worth of Annuity (P/A).


Pada baris umur proyek carilah angka yang sama
atau hampir sama dengan hasil PP dalam langkah
(1). IRR terletak pada persentase terdekat dengan
hasil
makayang diperoleh.
dilakukan Apabila
langkah ke-3 masih diperlukan,
1
2
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
3. Untuk menentukan IRR yang sesungguhnya dari suatu
proyek dengan jalan mengadakan suatu interpolasi.

Perhitungan IRR untuk benefit (keuntungan)


yang berbentuk non annually (berubah dari tahun ke
tahun)
 Salah satu cara untuk menyederhanakan perhitungan
IRR untuk cash in flow yang tidak seragam (tidak
annuity) adalah dengan jalan menganggap cash in flow
tsb seolah-olah
rata-ratanya. suatu annuity
Dimana dengan jalanadalah
langkah-langkahnya mengambil
sbb:
13
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
1. Hitung rata-rata cash in flow per tahun
2. Bagilah investasi awal dengan rata-rata tsb untuk
mengetahui perkiraan PP dari proyek yang
sedang dievaluasi
3. Gunakan tabel (P/A) untuk menghitung besarnya IRR.
Hasil yang diperoleh akan merupakan perkiraan IRR.
Caranya sama dengan langkah 2 pada perhitungan
untuk cash in flow yang berbentuk annuity

14
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
4. Selanjutnya sesuaikan IRR yang diperoleh dalam
langkah (3), yaitu diperbesar atau diperkecil ke dalam
pola cash in flow yang sesungguhnya. Apabila cash in
flow yang sesungguhnya dalam tahun-tahun pertama
ternyata lebih besar dari rata-rata yang diperoleh dalam
langkah (1), maka perbesar tingkat suku bunga (i) yang
digunakan dan apabila sebaliknya maka perkecillah
tingkat suku bunga tsb
5. Dengan menggunakan discount rate atau suku bunga (i)
yang baru maka diperoleh dalam langkah (4),
hitunglah NPV dari proyek tersebut 1
5
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
6. Apabila hasil yang diperoleh > 0 maka perbesar discount
rate atau tingkat suku bunga (i) yang digunakan dan
apabila sebaliknya maka turunkanlah discount rate (i) tsb
7. Hitunglah kembali NPV dengan menggunakan tingkat
suku bunga yang baru sampai akhirnya diperoleh tingkat
suku bunga yang secara berurutan menghasilkan NPV
positif dan negatif
8. Dengan menggunakan interpolasi maka IRR

1
yang
sebenarnya dapat ditentukan

6
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
1. Rata-rata cash in flow = 2 100 000
2. PP = Investasi Awal / Cash in flow = 7 000 000 / 2 100
000 = 3.33
1
7
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
3. Dari tabel (P/A) maka nilai i yang mendekati PP (3.33)
pada umur proyek 6 tahun adalah saat selang i = 18%
(P/A = 3.498) dan i = 20% (P/A = 3.326)
Dengan demikian, discount rate 20% dijadikan
sebagai titik awal perhitungan IRR sebenarnya karena
selisih < 3.498 (18%) → selisih (3.498-3.333=0.165)
3.326 (20%) → selisih (3.333-3.326=0.007)

18
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
4. Hubungan cash in flow tahun-tahun pertama (4 500 000
dan 2 200 000) adalah lebih besar dari cash in flow rata-
rata (2 100 000) maka IRR dari langkah (3) yaitu 20%
harus diperbesar misalnya 3% sehingga menjadi 25%
5. NPV untuk discount rate 25% adalah sbb:

19
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
6. Karena dari hasil langkah > 0 maka nilai i
(5) NPV diperbesar lagi,
misalnya menjadi 30%

7. Karena saat i = 30%, nilai NPV < 1 maka pencarian nilai

2
i dihentikan dan dilakukan proses interpolasi

0
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
8. Interpolasi nilai IRR sesungguhnya adalah sbb:
saat i = 25%, NPV = + 331 220
saat i = 30%, NPV = - 251 880
331220  0 25%  x%

331220   251880 25%  30%

331220 25%  x%
  x  27.84%
583100  5%

→ IRR = 27.84%
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
2
1
 Kesimpulannya: IRR proyek > discount rate (i) yang
ditetapkan yaitu 10%, berarti proyek ini dalam keadaan
sangat baik

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si

22
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Umur Ekonomis.
….
 Biaya penyusutan bervariasi menurut umur ekonomi

 Umur ekonomis suatu mesin atau alat adalah umur umur


suatu mesin atau alat dari sejak pembelian dengan
keadaan baru 100% hingga umur saat mesin atau alat
tersebut lebih ekonomis bila diganti dengan yang baru
lagi daripada jika terus menggunakannya
 Tidak ekonomis lagi disebabkan oleh laju perbaikan dan
pemeliharaan yang makin tinggi, atau karena teknologi
yang sudah tua

1
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Depresiasi.
….
 Penyusutan dapat didefenisikan sebagai penurunan atau
pemerosotan dari nilai modal suatu mesin atau alat pertanian
akibat bertambahnya umur
 Faktor-faktor yang menyebabkan nilai suatu mesin atau alat
dapat menurun atau merosot adalah:
 Adanya bagian-bagian mesin rusak karena
sehingga
pemakaiantidak dapat bekerja lebih efektif daripada keadaan
sebelumnya
 Adanya peningkatan biaya operasi yang dibutuhkan per unit
output yang sama pada tingkat performance mesin yang
sudah terpakai lama dibandingkan dengan mesin baru

2
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Munculnya model atau desain baru yang lebih efisien dan
praktis akibat perkembangan teknologi
 Adanya pengembangan proyek atau perusahaan
 Untuk menghitung biaya penyusutan dapat dilakukan dengan
4 metode, yaitu:
 Metode garis lurus (strange line method)
 Metode penjumlahan angka tahun (sum of year
digits method)
 Metode pengurangan (double decleaning
berganda balance method)

3
 Metode sinking fund (MSF)

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


Metode Garis Lurus
(Strange Line Method).
….
 Depresiasi tiap tahun dianggap sama
 Metode ini menganggap penurunan nilai suatu mesin/alat
berlangsung dengan tingkat penurunan yang tetap selama
umur pakai.
 Dengan metode ini, biaya penyusutan sama dengan biaya
awal dikurangi nilai akhir (savage value), dibagi dengan umur
pemakaian.
 Biaya penyusutan tahunan (annual depreciation charge)
adalah:
 P = Investasi awal = harga beli (Rp)
 S = Nilai akhir mesin atau alat (Rp)
 N = Perkiraan umur ekonomis (tahun) PS
D
 D = Biaya penyusutan (Rp / tahun)

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


N 4
Contoh
Kasus 1:
 Harga beli sebuah traktor Rp 20 750 000 dan nilai
akhirnya diperkirakan 10% dari harga beli. Bila umur
ekonominya 5 tahun, berapakah biaya penyusutan
tiap tahun ?
 P = Rp 20.750.000

 S = 10% dari harga beli = 10% x Rp 20.750.000 =


Rp 2.075.000
 N = 5 tahun

P  S Rp20.750.000  (10%xRp20.750.000)
D 
N 5tahun

D
Rp20.750.000  Rp2.075.000
5tahun
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah
 Rp3.735.000 / tahun
Cherie, S.TP., M.Si
5
 Jumlah modal yang mengalami penyusutan = P – S
= Rp 20.750.000 – Rp 2.075.000 = Rp 18.675.000

Rp 25 000 000

S (Nilai Akhir) ... Rp


Rp 20 000 000

Rp 15 000 000

Rp 10 000 000
Rp 3.735.000
Rp 5 000 000

Rp
0 1 2 3 4 5 P
N (tahun)
 P  S 
P 1 
 N 

PS
P  2 N 
 

PS
P  3 N 
 

PS
P  n N 
 

6
PS
PN  N 
 

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


 Nilai akhir (Bn) tiap akhit tahun ke-n adalah:

Bn  P  n N 
PS

 Bn = Nilai akhir = % P tiap akhir tahun ke-n (Rp)


 P = Harga beli (Rp)
 S = Nilai akhir tahun terakhir (Rp)
 n = Tahun ke-n
 N = Perkiraan umur ekonomi (tahun)

7
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Biaya penyusutan tiap tahun adalah:

A  (P  S )*( A / P, i%,
N)
 A = Biaya penyusutan tiao tahun (Rp / tahun)
 Crf = (A/P, i%, N) adalah capital recovery factor yang dapat
dicari pada daftar Crf menurut i dan N
 i = Tingkat suku bunga per tahun (%)
 N = Perkiraan umur ekonomi (tahun)

8
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Contoh
Kasus 2:
 Data sama dengan contoh kasus 1 dengan i = 12%, maka biaya
penyusutan tiap tahun adalah:
A = (Rp 20.750.000 – Rp 2.075.000) x (A/P,12%,5)
A = Rp 18.675.000 x 0.2774 = Rp 5.180.445 / tahun
Susunan dengan tabel adalah: (F/P,12%,1)
=1.120

± 10% Harga
awal

S = Rp 3.658.014*(P/F,12%,5) = Rp 3.658.014*0.5674 = Rp 2.075.557

9
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Metode Sum of Years Digits
(SOYD): Metode Penjumlahan
Angka
 Depresiasi Tahun
di awal besar dan di akhir kecil
 Metode ini memperlihatkan laju penyusutan yang cepat pada
tahun-tahun dimana mesin/ alat mempunyai produktivitas yang
tinggi, kemudian laju ini terus menurun menurut bertambahnya
umur mesin/alat.
 Dengan metode ini, biaya penyusutan dihitung dengan
menjumlah angka tahun (digit) dari angka umur ekonomi. Misal
umur ekonominya 5 tahun, maka jumlah angka tahunnya adalah
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15.
 Laju penurunan nilai berlangsung makin kecil kearah
bertambahnya umur, karena menggunakan ratio yang dimulai
dari sisa umur tertinggi terhadap jumlah angka tahun.
1
0
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Persamaan metode ini adalah:
Nn N  n 1
D *(P  S ) D  *(P 
n
S) d
Yd Y
 D = Depresiasi tiap tahun (Rp / tahun)
 N = Perkiraan umur ekonomi (tahun)
 Yd = Jumlah angka tahun perkiraan umur ekonomi
Contoh: 1 + 2 + 3 + … + N = Yd; Yd = N (N+1) / 2
 n = Umur pemakaian mesin/alat pada permulaan
tahun berikutnya (tahun)
 P = Harga beli (Rp)

1
 S = Nilai akhir (% P), Rp

1
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Contoh Kasus
 Data 3:
sama dengankasus 1. Berikut ini adalah
daftar biaya penyusutan tiap tahun dengan penjumlahan
angka tahun:

(N-0)(P-S)/Yd Bn = Bn-1 -Dn


(N-1)(P-S)/Yd
(N-2)(P-S)/Yd
(N-n+1)(P-S)/Yd
1
2
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Din(aNhN
- Ch+e1r)ieP
( , S-

S.T)P/.Y,Md .Si
(N  0)
D1  Yd *(P  S )

(N 1)
D2 Yd *(P  S )

(N  2)
D3  Yd *(P  S )

(N  n 1) (P  S )
Dn  Yd *(P  S ) B1  P  Yd *N

DN  (N  N 1) *(P  S ) B2  P 
(P  S )
*[N  (N 1)]
Yd Yd

(P  S )
B3  P  Yd *[N  (N 1)  (N  2)]
Nn
Dn  *(P  N
1 Y
d S) B n P 
(P  S )
Yd * JN
J
(P  S )  N  n1
Bn P  (P  S )
Yd *  J  N  BN  P 
Yd
* J
J 1
J n1 N


EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si

13
Metode Pengurangan Berganda
(Double Decleaning Balance
 Method)…..
Laju penyusutan juga berlangsung cepat pada tahun-tahun dimana
mesin/alat masih mempunyai produktivitas tinggi dan kemudian
makin menurun menurut pertambahan umur pemakaian.
 Persamaan dari metode ini adalah:

D  Vn Vn1


Vn  P 1 X 
 N
n 
Vn1  P 1 X 
 N
n1
D  R *Vn1

14
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 D = Biaya penyusutan pada tahun n+1 (Rp/thn)
 P = Harga beli (Rp)
 X = Ratio antara laju penyusutan “metode pengurangan”
dengan “metode garis lurus”
Untuk “metode pengurangan berganda” X = 2
Untuk “metode pengurangan tunggal” X = 1
 X/N = R
 n = Umur pemakaian mesin/alat pada permulaan tahun
berikutnya (tahun)
 V = Nilai terakhir mesin/alat pada tiap tahun
umur pemakaian (tahun)
 N = Perkiraan umur ekonomi (tahun)

15
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Contoh
 Kasus 4:
Data yang digunakan sama dengan kasus 1.
tahun dengan “metode garis lurus” adalah:
Laju penyusutan per

Rp3.735.000 X 1
x100%  R    MGL / thn
Rp18.675.000 N 5

karena untuk “pengurangan berganda”, R = 2/5 → MPB, maka laju


penyusutan untuk metode ini adalah 2 x 20% = 40% per tahun.

Daftar perhitungan biaya penyusutan tiap tahun umur pemakaian


adalah sebagai berikut:

16
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
17
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Metode Sinking
Fund (MSF)…..
 Metode ini sangat berguna dalam penentuan interval rencana
pemensiunan mesin/alat
 Metode ini memungkinkan sekali untuk memperkirakan biaya
penyusutan yang lebih mendekati dengan penyusutan yang
aktual terjadi pada mesin/alat pada tiap tahun umurnya
 Dengan MSF, nilai suatu mesin dianggap menurun dengan
laju yang makin bertambah dan (P-S) dianggap sebagai nilai
yang akan datang (future worth) yang harus dihitung berapa
besar angsuran seragamnya (A) pada tiap akhir tahun.
Sehingga A = F (A/F,i%,N).
1
8
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Contoh


Kasus 5:
Bila i = 6% majemuk setahun
Umur ekonomis mesin diperkirakan 5 tahun
 Harga awal mesin Rp 5 000 000
 Nilai akhir diperkirakan Rp 1 000 000
 Besar angsuran seragamnya: A = (5 000 000 – 1 000
000) (A/F,6%,5) = Rp 709 600

19
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Dari tabel di atas, maka dapat disusun
persamaan sebagai berikut:

Dn  (P  S )( A / F , i%, N )(F / P, i%, n


1)
Vn  P  (P  S )( A / F , i%, N )(F / A, i
%, n)
20
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Dn = Biaya penyusutan tiap akhir tahun (Rp/thn)
 P = Harga beli (Rp)
 S = Nilai akhir (Rp)
 i = Tingkat bunga modal (%)
 N = Perkiraan umur ekonomi (tahun)
 n = Umur pemakaian mesin/alat pada permulaan
tahun berikutnya: 1, 2, 3, …, N (tahun)
 Vn = Nilai mesin/alat pada tiap akhir tahun n (Rp)

21
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Contoh
 Kasus 6
Data sama dengan kasus 1. Tingkat bunga 12% per tahun.
Berapa biaya penyusutan tiap dengan menggunakan
metode
tahun sinking fund ?

22
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Analisa

 Alsintan…..
Kegunaan analisa biaya alat dan mesin pertanian:
Untuk memilih beberapa mesin dari beberapa alternatif yang
ada
 Untuk menentukan apakah akan menyewa atau membeli alat
 Untuk menentukan pembelian
 Perhitungan untuk biaya alat dan mesin di bidang
pertanian dan industri dikenal dua komponen yaitu:
 Biaya tetap (fixed cost / owning cost)
 Biaya tidak tetap (variable cost / operating cost)
 Prestasi alat dan mesin pertanian harus mengimbangi
biaya tetap dan biaya tidak tetap.
 Prestasi tertinggi dari mesin/ alat adalah (Rp/kg):
Biaya per jam serendah mungkin (Rp/jam)
Produksi per jam setinggi mungkin (jam/kg)
Biaya Tetap (Fixed
Cost)
 Komponen biaya ini bersifat independent terhadap pemakaian
dari mesin atau alat.
 Dengan kata lain, biaya tetap per jam tidak berubah
dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat atau
mesin.
 Ini berarti bahwa biaya ini tetap dihitung sebagai pengeluaran
walaupun mesin dan alat tidak dipergunakan (beroperasi).
 adalah:
Unsur biaya yang termasuk ke dalam komponen biaya tetap ini
Total biaya tetap = Biaya
 Biaya penyusutan
Penyusutan + Biaya
 Biaya modal dan asuransi
modal+ Biaya Pajak +
dan asuransi
 Biaya pajak (2% P) Biaya garasi/gudang/gedung
 Biaya gudang/ garasi/ gedung
Biaya Penyusutan (Rp/thn)…..

 Nilai penyusutan alat atau mesin dapat dikatakan


sebagai fungsi dari waktu. Hal ini karena proses
penyusutan merupakan suatu biaya yang harus
dikeluarkan sepanjang waktu.

 Metode yang sering dipakai adalah metode garis


lurus, yaitu:

PS
D
N
Nilai bersih untuk dasar penyusutan untuk traktor dan
peralatan besar dihitung berdasarkan harga penyerahan
di lokasi daerah proyek termasuk perlengkapan, dimana
perhitungannya sebagai berikut:

 Harga penyerahan (termasuk perlengkapan) Rp 75.900.000


 Dikurangi biaya pergantian ban Rp 4.000.000
 Harga penyerahan tanpa ban Rp 71.900.000
 Dikurangi nilai jual (nilai akhir 10%) Rp 7.590.000
 Nilai bersih untuk dasar penyusutan Rp 64.310.000

Kemudian biaya penyusutan dihitung dengan


menggunakan nilai bersih untuk dasar penyusutan sebagai
harga awal (P).
untuk traktor rantai, biaya pergantian ban tidak ada. Jika
menggunakan metode garis lurus, maka biaya penyusutan =
Rp 64.310.000 / 10.000 jam = Rp 6.431 /jam

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


Biaya Bunga Modal
dan Asuransi (Rp/thn)…..
 Biaya bunga modal dan asuransi diperhitungkan untuk
mengembalikan nilai modal yang ditanam sehingga pada akhir
umur peralatan diperoleh suatu nilai uang yang present value-
nya (PV nya) sama dengan nilai modal yang ditanam.
 Persamaan yang digunakan dalam perhitungan biaya
adalah:
ini
iP(n 1)
I

 I
2n
= Total bunga modal dan asuransi (Rp/thn)
 P = Harga mesin atau alat (Rp)
 i = Total persen bunga modal dan asuransi (%)
 n = umur ekonomis (tahun)

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


Contoh
kasus:
 Tingkat bunga modal = 12% per tahun
 Asuransi = 2% per tahun
 Umur ekonomi = 5 tahun
 Harga awal = Rp 20.750.000
 Berapa total bunga modal dan asuransi per
tahun ?

JAWAB:

(0.12  0.02)xRp20.750.000x(5 1)


I
2x5
I  Rp1.743.000 / tahun
Biaya Pajak (Rp/thn)…..

 Biaya pajak tiap tahun bagi alsintan sangat bervariasi dari satu
negara ke negara lain.
 Untuk memperoleh besarnya biaya pajak, akan lebih tepat bila
berpedoman pada catatan tahunan dari pemilik alsintan tsb.
 Untuk Indonesia belum dapat menentukan berapa besar pajak
per tahun yang dibebankan pada tiap jenis alsintan.
 Di Amerika diperkirakan beban pajak yang digunakan sekitar
2% dari harga awal per tahun, sedangkan beban asuransi
0.24% dari harga awal per tahun.
Biaya garasi / gudang / gedung
(Rp/thn)…..
 Biaya garasi/gudang/gedung terhadap alsintan sebetulnya
tidak nyata nilai uangnya, akan tetapi dapat terlihat akibatnya
terhadap alsintan.
 Adanya garasi/gudang/gedung mengakibatkan:
 Manajemen yang lebih baik
 Perbaikan yang mudah dan aman
 Penampilan yang teratur dan baik
 Dapat mengurangi kerusakan terhadap alsintan
 oleh karena itu, sebetulnya ada biaya yang harus dibebankan
pada alsintan walaupun sukar untuk menentukannya.
 Jelas, bisa dibayangkan bagaimana keadaan
alsintan, perbaikannya, kerusakan, kerusakan yang terjadi
tidak ada garasi/gudang/garasi.
seandainya Ini akan menjadi suatu
kerugian besar.
 Adanya garasi/gudang/gedung menyebabkan biaya perbaikan
menjadi lebih kecil bila tidak ada.
 Di Amerika biaya terhadap garasi/gudang/gedung
terhadap alsintan diperkirakan 0.5% - 1% dari harga awal per
tahun.
 Umumnya digunakan 1% dari harga awal per tahun. Beban
ini tergantung kondisi lokal.
Biaya Tidak
 Biaya
Tetap…..
tiak tetap atau biaya operasi bervariasi
menurut pemakaian. Biaya ini sangat dipengaruhi oleh jam
pemakaian.
 Biaya tidak tetap terdiri dari:
 Biaya bahan bakar
 Biaya perawatan
 Biaya reparasi
 Biaya ban (khusus untuk alsintan tertentu)
 Biaya operator
Biaya Bahan Bakar
 Biaya ini adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar)
pada kondisi kerja per jam
 Satuannya adalah liter per jam, sedangkan harga per liter yang
digunakan adalah harga lokasi.
 Pemakaian bahan bakar suatu alsintan yang tepat (lt/jam)
adalah bila ditentukan dengan mengukur rata-rata per jam pada
kondisi kerja yang diberikan Agricultural Engineering Service
(FAO, United Nation) yaitu persentase rata-rata biaya bahan
bakar untuk mesin pertanian yaitu:

Biaya Bahan Bakar PemakaianBB(lt)xHARGA / lt


per jam  HP.
jam
Biaya Preventiv (Pemeliharaan)
 Biaya ini adalah untuk memberikan kondisi kerja yang
lebih baik bagi alsintan
 Biaya ini melipiti:
 Minyak pelumas dan Gemuk
 Filter
 Penyetelan berdasarkan buku petunjuk pemeliharaan
 Minyak pelumas & gemuk
 Traktor roda 4 kebutuhannya: (HP x 0.1 ltr oli mesin x Rp/ltr)
/ (HP x 100 jam) dan untuk pekerjaan berat di tambah 25%
 Traktor rantai kebutuhannya: (HP x 0.31 ltr x Rp/ltr) / (HP x
100 jam) untuk oli pelumas dan (HP x 0.014 kg x Rp/kg) / (HP
x 100 jam) untuk gemuk
 Biaya filter umumnya dijumpai pada pemakaian peralatan besar
yang tenaganya 50-400 HP seperti yang digunakan dalam
kegiatan pembukaan hutan, pembuatan jalan dll.
 Untuk peralatan besar tsb, biaya filter per jam dapat dihitung
dengan rumus:
BIAYA LOKAL FILTER PER JAM = INDEKS HARGA
DASAR FILTER X FAKTOR PENGALI
Dalam satu unit peralatan besar terdapat filter
bermacam menurut kode nomor tiap suku cadang.
rata-rata faktor pengali per HP sebesar: 0.003/HP
Biaya Reparasi (Perbaikan)
Biaya ini digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:
 Biaya perbaikan untuk peralatan-peralatan besar seperti loader,
bulldozer, motor grader, excavator, compactor PERKIRAAN
BIAYA PERBAIKAN PER JAM = FAKTOR PERBAIKAN X (HASIL
PENYERAHAN – BIAYA PERGANTIAN BAN) / 1000
 Biaya perbaikan untuk traktor roda (wheel tractor)
Laju biaya perbaikan x % P / 100 jam
 Biaya perbaikan dan pemeliharaan untuk mesin tenaga engine

1.2%(P  S )
 Mesin sumber tenaga engine
100 jam
5%P / tahun 
Mesin-mesin panen
2%(P  S )
100 jam  Peralatan pertanian seperti
bajak, garu dsb
Biaya Ban
 Biaya ban per jam diperuntukkan bagi traktor-traktor roda
karena banyak pengalaman menunjukkan bahwa penggantian
ban ini besar pengaruhnya terhadap biaya operasi.
 Biaya ini dihitung dengan persamaan:
BIAYA BAN PER JAM = BIAYA PERGANTIAN
BAN / PERKIRAAN JUMLAH JAM UMUR BAN
 Biaya penggantian ban ini banyak dijumpai terutama peralatan
besar tipe traktor roda yang bekerja berat.
 Misalkan dilakukan penggantian sepasang ban belakang dari
traktor roda dilokasi Rp 2.000.000 dan umur penggunaan ban
2500 jam, maka biaya ban per jam adalah Rp 2.000.000 / 2500
jam = Rp 800 /jam
Biaya Operator
 Biaya operator per jam tergantung pada keadaan
lokal. Besar gaji operator bervariasi menurut lokasi.

 Besar biaya operator per jam dapat diambil dari gaji


operator bulanan atau jumlah per tahun dibagi
totaljam kerja.
Rumus dan
Contoh
Perhitungan
TRAKTOR & MOTOR PENGGERAK


Bpj     P  Op  Bb  O 
BT

Biaya:
 X

B
 Bpj = Biaya kerja traktor atau motor penggerak / jam (Rp/jam)

 BT = Biaya tetap (Rp/ thn)
Biaya tetap meliputi: biaya penyusustan, biaya bunga
modal dan asuransi, biaya pajak
 X = Jumlah jam kerja per tahun (jam/thn)
 P = Biaya perbaikan (Rp/jam)
 Op = Biaya oli dan pelumas (Rp/jam)
 Bb = Biaya bahan bakar (Rp/jam)
 O = Biaya operator (Rp/jam)
 B = Biaya ban (Rp/jam)
Contoh
Kasus:
 Satu unit
harga penyerahan
traktor rantai Catterpillar
di
dengan
lokasi (termasuk
perlengkapan)
34.500.000. Rp akhir 10% dan umur
Nilai
diperkirakan 10.000 jam tahun).
ekonomi
menggunakan(5metode garis Penyusutan lurus.
12%, asuransi 3%, biaya gudang/garasi/gedung
Besar 1%,
dan pajak 2% per tahun dari P. interest
Jam kerja per tahun
2.000 jam. Tenaganya 105 HP dan kondisi operasi
termasuk zona B (Faktor perbaikan 0.09).
Pemakaian bahan bakar 0.18 lt solar / HP.jam.
Biaya operator Rp
1.000 /jam. Harga oli: Rp 650/lt, pelumas: Rp 750/lt,
solar: Rp 30/lt. Hitung biaya kerjanya per jam !
BIAYA TETAP:
 Biaya penyusutan:
(Rp 34.500.000 – Rp 3.450.000) / 5thn = Rp 6.210.000 /thn
 Biaya bunga modal dan asuransi:

iP (n  1) 0.15 xRp 34 .500 .000 x6


I   Rp 3.105 .000 / thn
2n 10
 Biaya pajak dan biaya garasi:
(2% + 1%) x Rp 34.500.000 = Rp 1.035.000 /thn
+

JUMLAH BIAYA TETAP = Rp 10.350.000 /thn


BIAYA TIDAK TETAP:
 Biaya perbaikan:
Faktor pengali x (Biaya penyerahan – Biaya pergantian ban)/1000
= (0.09 x Rp 34.500.000) / 1000 jam = Rp 3.105 / jam
 Biaya oli dan pelumas (Op): Rp 222,59 / jam
Oli = (105 HP x 0.31 lt x Rp 650/lt) / (HP x 100 jam)
= Rp 211,56 / jam
Gemuk = (105 HP x 0.014 kg x Rp 750/kg) / (HP x 100 jam)
= Rp 11,03 / jam
 Biaya bahan bakar (Bb):

Bb  05HPx0.18lt /(HP. jam)xRp30 / lt  Rp567 /


jam
 Biaya operator (O) = Rp 1.000 /jam

 Biaya ban = 0

 Biaya kerja:

Bpj     P  Op  Bb  O 
BT

X 
B
 Rp10.350.000  
Bpj   2000 jam  Rp3.105 / jam  Rp222,59 / jam  Rp567 / jam  Rp1000 / jam  0
 

BIAYA KERJA = Rp 10.070 / jam


Contoh
Kasus:
 Sebuah traktor roda model Deutz 70 HP dengan harga penyerahan
di lokasi (termasuk perlengkapan) Rp 13.153.000. Harga ini sudah
termasuk bannya. Sedangkan harga 4 ban
adalah Rp 1.500.000. Nilai akhir 10% dan umur ekonomi
diperkirakan 12.000 jam kerja. Besar interest
0.24%, biaya gudang/garasi/gedung 1%, dan pajak 2% perasuransi
12%, tahun
dari P. Jam kerja per tahun 2.000 jam. Pemakaian bahan bakar
0.18 lt solar / HP.jam. Biaya operator Rp 1.000 /jam. Harga oli: Rp
650/lt, pelumas: Rp 750/lt, solar: Rp 30/lt. Laju biaya
perbaikan
0.85 / 100 * P / 100 jam. Biaya ban (Rp/jam) = Biaya pergantian
ban (Rp) / perkiraan jam umur pakai (jam)
Hitung biaya kerja traktor tiap tahun umur traktor !
Biaya penyusutan menggunakan SINKING FUND METHOD.
 Harga penyerahan (termasuk perlengkapan) Rp 13.153.000
 Dikurangi biaya pergantian ban Rp 1.500.000
 Harga penyerahan tanpa ban Rp 11.653.000
 Dikurangi nilai jual (nilai akhir 10%) Rp 1.315.300
 Nilai bersih untuk dasar penyusutan Rp 10.337.700

biaya penyusutan menggunakan sinking fund method yaitu:


Dn  (P  S )( A / F , i%, N )(F / P, i%, n
1)
(P-S) = Rp 10.337.700
N = 12000/2000 = 6 tahun
(A/F,12%,12000/2000) = 0.1232
 Biaya penyusutan tiap tahunnya adalah:
BIAYA TETAP
 Biaya bunga modal dan asuransi:

I 
iP (n  1)

12 %  0.24 % xRp 13 .153 .000 x7  Rp 939 .124 /

thn
 Biaya pajak dan biaya garasi:
2n 12
(2% + 1%) x Rp 13.153.000 = Rp 394.590 /thn
BIAYA TIDAK TETAP:
 Biaya perbaikan:

0.85 Rp13.153.000
x  Rp1.118
100 100

 Biaya oli dan pelumas (Op): Rp 148,05 / jam


Oli = (70 HP x 0.31 lt x Rp 650/lt) / (HP x 100 jam)
= Rp 141,05 / jam
Gemuk = (70 HP x 0.014 kg x Rp 750/kg) / (HP x 100 jam)
= Rp 7,35 / jam
 Biaya bahan bakar (Bb):

70HPx0.18lt /(HP. jam)xRp30 / lt


Bb   Rp378 / jam
Hp. jam
 Biaya operator (O) = Rp 1.000 /jam

 Biaya ban =

B BiayaPergantianBan Rp1.500.000
  Rp750 / jam
PerkiraanJamUmurPemakaian 2000 jam

BIAYA TIDAK TETAP =


BTT  P  Op  Bb  O  B
BTT  Rp1.118 / jam  Rp148,80 / jam  Rp378 / jam  Rp1000 / jam  rp750 /
jam

= Rp 3.394,40 /jam
Analisis Titik Impas /
BEP (Break Event
Point)
BEP…..
 BEP merupakan keadaan dimana tidak
suatu
mendapatkan keuntungan atau kerugian
sehingga sangat membantu dalam hal pengambilan
keputusan

 BEP berguna untuk:


 Penentuan volume produksi
 Pemilihan jenis alat atau mesin yang sejenis
 Penentuan sewa atau beli
Penentuan Volume
Produksi
 Titik impas dicapai pada periode waktu tertentu
sehingga pada produksi tertentu, total biaya yang
dikeluarkan sama dengan total biaya yang diterima.
 VOLUME PRODUKSI
TOTAL`BIAYA YANG DIKELUARKAN (C) =
TOTAL PENDAPATAN YANG DIDAPAT (R)
 P = Harga jual (Rp/unit)
 n = Σ produksi / thn = volume produksi (unit/thn)
 F = Biaya Tetap (Rp/thn)
 V = Biaya Tidak tetap (Rp/jam)


C = Total biaya (Rp/thn)
R = Total pendapatan (Rp/thn)
Rn.
P
CF
nV
 Titik impas terjadi bila:
R=C
n . P = F + nV
n (P – V) = F

F
n
P
V
Contoh
Kasus:
 BT = Rp 250.000 /thn →
F
 BTT = Rp 100 /unit → V
 P = Rp 250 /unit
TITIK IMPAS = F
P V
Rp2
 5000unit /
50.0
thn
00 /
Supaya menguntungkan, maka volume produksi
thn
harus lebih besar dari 5000 unit/thn
Rp(250 100) /
unit
Pemilihan Jenis Alat
atau Mesin yang
Sejenis
 Pemilihan adalah berdasarkan nilai biaya
pokoknya yang paling kecil

 Satuannya = jam kerja / tahun

BP1  BT1 BP2  BT2  BTT2


 XK 2 K2
1 1
BTT1 XK

K
BP1 BP2
 BTT2
BT1 BTT1 BT2
 
XK1 K1 XK2 K2
BT1 BT2 BTT2
   BTT1
XK1 XK2 K2
BTT1
1 1  BT1  BT2  
K 
BTT
X K K  K2 K1
 2 1 2

1
X A
B
A
X B
BT1 BT2
K1  K 2
X
BTT2 BTT1
K 2  K1
 K 2 * BT1  K1 * BT2   K1 * K 2 
X *
 K1 * K 2   K1 * BTT2  K2 * BTT1 
K * BT1  K1 * BT2
X 2
K1 * BTT2  K 2 *
BTT1
Contoh
Kasus:
 Sebuah KUD Sumber Alam akan membeli sebuah
RMU. Ada dua alternatif yang akan dipilih dari RMU
tsb. Adapun data-data teknisnya adalah sbb:
Jika
:
 Asuransi (0.24% / tahun) P dan Bunga modal (12% / tahun) P
 Pajak (2% / tahun) P dan Bangunan (1% / tahun) P
 Perbaikan (1.2% per tahun) (P-S) / 100 jam
 Harga solar Rp 1.500 / lt
 Harga bensin Rp 1.850 / lt
 Harga Oli Rp 15.000 / lt
 Kebutuhan oli = Harga x HP x (0.8 lt / (HP x 100 jam))
 Biaya Operator Rp 7.000/hari
 Penyusutan dihitung dengan METODE GARIS LURUS
 Jam kerja kedua mesin adalah sama yaitu 8
jam/hari, 20 hari/bulan, 11 bulan/thn

MESIN MANA YANG SEBAIKNYA DIPILIH ?


RMU A:
BIAYA TETAP:
 Biaya Penyusutan:
D = (P-S)/N = (Rp 7.000.000 – Rp 500.000) / 5 thn =
Rp 1.400.000 /thn
 Biaya bunga modal dan asuransi:
I
iP(n 1)

12%  0.24%xRp7.500.000x6  Rp550.000 / thn
2n 10

 Biaya pajak dan biaya garasi:


(2% + 1%) x Rp 7.000.000 = Rp 225.000 /thn
TOTAL BIAYA TETAP RMU A = Rp 2.175.800 / thn
BIAYA TIDAK TETAP:
 Biaya perbaikan:

1.2
x
Rp7.500.000  Rp500.000  Rp840 / jam
100 100 jam

 Biaya oli
Oli = (12 HP x 0.8 lt x Rp 15.000/lt) / (HP x 100 jam)
= Rp 1.440 / jam

 Biaya bahan bakar (Bb):

12HPx0.18lt /(HP. jam)xRp1.500 / lt


Bb   Rp3.240 / jam
Hp. jam
 Biaya operator (O) = Rp 7.000 /hari * (1 hari / 8 jam)
= Rp 875 /jam
 Biaya ban = 0

TOTAL BIAYA TIDAK TETAP RMU A =


BTT  P  Op  Bb  O  B
BTT  Rp840 / jam  Rp1.440 / jam  Rp3.240 / jam  Rp875 / jam

= Rp 6.395 /jam
RMU B:
BIAYA TETAP:
 Biaya Penyusutan:
D = (P-S)/N = (Rp 3.000.000 – Rp 300.000) / 3 thn =
Rp 900.000 /thn
 Biaya bunga modal dan asuransi:
I
iP(n 1)

12%  0.24%xRp3.000.000x6  Rp244.800 / thn
2n 10

 Biaya pajak dan biaya garasi:


(2% + 1%) x Rp 3.000.000 = Rp 90.000 /thn
TOTAL BIAYA TETAP RMU B = Rp 1.234.800 / thn
BIAYA TIDAK TETAP:
 Biaya perbaikan:

1.2
x
Rp3.000.000  Rp300.000  Rp324 / jam
100 100 jam

 Biaya oli
Oli = (8 HP x 0.4 lt x Rp 15.000/lt) / (HP x 100 jam)
= Rp 480 / jam

 Biaya bahan bakar (Bb):

8HPx0.18lt /(HP. jam)xRp1.850 / lt


Bb   Rp2.664 / jam
Hp. jam
 Biaya operator (O) = Rp 7.000 /hari * (1 hari / 8 jam)
= Rp 875 /jam
 Biaya ban = 0

TOTAL BIAYA TIDAK TETAP RMU B =


BTT  P  Op  Bb  O  B
BTT  Rp324 / jam  Rp480 / jam  Rp2.664 / jam  Rp875 / jam

= Rp 4.343 /jam
 JUMLAH JAM KERJA PER TAHUN =
8 jam 20hari 11bulan
* *  1.760 jam / thn
hari bulan tahun
 BIAYA POKOK RMU A =

BPA  BTA  BTTA  Rp2.175.800 / thn



Rp6.395 / jam

XK A KA
Rp13 / kg
 BIAYA POKOK RMU 1.760
B = jam / thn * 600kg / jam 600kg / jam
BPB  BTB  BTTB  Rp1.234.800 / thn Rp4.343 / jam
XK B KB  

Rp17 / kg
1.760 jam / thn *300kg / jam 300kg / jam
RMU A LEBIH BAIK DIPILIH DARIPADA RMU B KARENA BIAYA
POKOKNYA LEBIH KECIL
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Fungsi Financial
(PV, FV, NPV, IRR, PMT)
dan Analisa BEP
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Fungsi
PV
 PV (Present Value) digunakan untuk menentukan nilai sekarang
dari suatu investasi
 Syntax: PV(rate;nper,pmt,fv,type)
 Rate : besarnya suku bunga dalam periode
 nper : jumlah periode pembayaran
 pmt : besarnya pembayaran / penerimaan yang
dilakukan setiap periode pembayaran
 fv : future value, nilai yang diharapkan
ada setelah periode pembayaran /
 type penerimaan terakhir
: menentukan waktu pembayaran / penerimaan di
akhir (type = 0) atau di awal (type = 1) periode.
Bila argumen ini dikosongkan, secara default
dianggap 0.

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


4
 Anda merencanakan untuk dapat mengambil uang tabungan
dari bank sebesar Rp 500 ribu tiap bulannya. Tingkat suku
bunga adalah tetap 10% selama 3 tahun. Hitunglah berapa
besar uang yang harus ditabung ke bank !

PV nya adalah sebesar Rp 15 495 617. Artinya untuk dapat


mengambil tabungan dari Bank setiap bulannya selama 3
tahun sebesar Rp 500 000 tiap pengambilan, Anda harus
menyimpan dana sebesar Rp 15 496 000.

PV = A (P/A,10%/12,3*12) = Rp 500.000 (P/A,0.83%,36)

5
= Rp 500.000 (31.0003) = Rp 15.500.167

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


Fungsi
FV
 FV untuk menentukan future value dari suatu investasi
berdasarkan periode dan pembayaran yang tetap serta tingkat
suku bunga yang tetap.
 Syntax: FV(rate;nper;pmt;pv,type)
 Misalnya: Anda merencanakan menyimpan modal
untuk membuka usaha kedepan dengan menanamkan3
tahun / menabung sebesar Rp 3 juta saat ini dan berencana
deposit
menabung Rp 500 ribu setiap bulannya selama 3 tahun.
Dengan tingkat suku bunga sebesar 11% per tahun, maka
tentukanlah besar modal yang dimiliki 3 tahun kedepan !

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


6
Fungsi
PMT
 Digunakan untuk menghitung besarnya cicilan untuk suatu
pinjaman dengan lama tertentu dan suku bunga tetap
 Syntax: PMT(rate;nper;pv;fv;type)
 Seorang pria ingin mendapatkan uang Rp 2.762.800 di Bank
pada tahun ke-5. Jika bunga Bank 5% tiap tahunnya,
berapakah pria tersebut harus mendepositkan uangnya tiap
tahunnya ?

A = F (A/F,5%,3) = Rp 2.762.800 (0.1810) = Rp 500.067


7
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Fungsi
NPV
 Fungsi NPV digunakan untuk menghitung nilai Net Present
Value dari suatu nilai uang pada akhir periode tertentu.

 NPV dapat digunakan untuk menetukan kelayakan dari suatu


investasi berdasarkan suatu discount rate (i) dan pengeluaran
(negatif) atau pendapatan (positif).

 Rumus untuk menghitung NPV adalah sbb:

NPV  PVBenefit  PVCost

 Beberapa contoh kasus untuk NPV adalah sbb:

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


1
 Besar discount rate adalah 8% (pada sel C4) dengan investasi
awal sebesar US$ 40.000 (sel C5) yang ditanamkan saat ini dan
akan diinvestasikan pada suatu usaha selama 5 tahun.
Pendapatan bersih yang didapat adalah seperti yang terlihat
pada tabel. Berapakah NPV investasi tersebut?

Hasil yang positif menunjukkan bahwa investasi ini layak


dilaksanakan. Perhatikan nilai investasi awal sebesar
US$40,000 tidak dimasukkan dalam tanda kurung karena
pembayaran dilakukan pada awal periode.

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


2
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
3
Fungsi
IRR
 Digunakan untuk menghitung besarnya internal rate of return
untuk cash flow. Cash flow harus dibuat berdasarkan interval
tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
 IRR adalah tingkat bunga yang diterima sebagai hasil suatu
investasi yang terdiri dari pengeluaran (nilai negatif) atau
pendapatan (nilai positif)
 Syntax: IRR(value;guess)
 value: array atau referensi sel yang berisi nilai yang akan
dihitung IRRnya. Value harus mengandung paling tidak
satu nilai negatif dan satu nilai positif
 guess: angka tebakan yang mendekati nilai IRR untuk
menghitung

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


8
 Anda akan membuka usaha Diperkirakan
membutuhkan
restoran. modal Rp 250 juta (sel C2) dan
megharapkan pendapatan dalam 5 tahun seperti pada
tabel. Hitung nilai IRRnya !

 IRR setelah 4 tahun = IRR(C2:C6) = - 4.53%


 IRR setelah 5 tahun = IRR(C2:C7) = + 6.68%
 IRR setelah 2 tahun, harus memasukkan angka tebakan
(guess) = IRR(C2:C4;-9%) = - 46.57% 9
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
ANALISIS BIAYA
ALSINTAN DAN BEP
DENGAN
MENGGUNAKAN
KOMPUTER

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


Langkah-langkah
Penyelesaian Analisa Biaya


Alsintan
Menentukan mana biaya tetap dan biaya tidak tetap
Identifikasi faktor-faktor yang diketahui
 Menyelesaikan perhitungan biaya tetap terlebih dahulu
 Menghitungan biaya penyusutan (Rp/thn) dengan
mengetahui terlebih dahulu metode yang
digunakan
 Menghitung biaya modal dan asuransi (Rp/thn)
 Menghitung biaya pajak dan garasi (Rp/thn)
 MENGHITUNG TOTAL BIAYA TETAP (Rp/thn)
 Menyelesaikan perhitungan biaya tidak tetap
 Menghitung biaya perbaikan (Rp/jam)
 Menghitung biaya oli dan pelumas (Rp/jam)

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


 Menghitung biaya bahan bakar (Rp/jam)
 Menghitung biaya operator (Rp/jam)
 Menghitung biaya ban (Rp/jam) bagi
alsintan yang menggunakan ban
 MENGHITUNG TOTAL BIAYA TIDAK TETAP (Rp/jam)
 Menghitung total biaya tetap (Rp/thn) dibagi dengan jam
kerja per tahun (jam/thn) sehingga didapat total biaya
tetap dalam Rp/jam
 MENGHITUNG BIAYA OPERASI (Rp/jam) yaitu
penjumlahan antara biaya tetap (Rp/jam) dan biaya tidak
tetap (Rp/jam)

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


Contoh
Kasus 1:
 Satu unit
harga penyerahan
traktor rantai Catterpillar
di
dengan
lokasi (termasuk
perlengkapan)
34.500.000. Rp akhir 10% dan umur
Nilai
diperkirakan 10.000 jam tahun).
ekonomi
menggunakan(5metode garis Penyusutan lurus.
12%, asuransi 3%, biaya gudang/garasi/gedung
Besar 1%,
dan pajak 2% per tahun dari P. interest
Jam kerja per tahun
2.000 jam. Tenaganya 105 HP dan kondisi operasi
termasuk zona B (Faktor perbaikan 0.09).
Pemakaian bahan bakar 0.18 lt solar / HP.jam.
Biaya operator Rp
1.000 /jam. Harga oli: Rp 650/lt, pelumas: Rp 750/lt,
solar: Rp 30/lt. Hitung biaya kerjanya per jam !

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


BIAYA TETAP:
 Biaya penyusutan:
(Rp 34.500.000 – Rp 3.450.000) / 5thn = Rp 6.210.000 /thn
 Biaya bunga modal dan asuransi:

iP (n  1) 0.15 xRp 34 .500 .000 x6


I   Rp 3.105 .000 / thn
2n 10
 Biaya pajak dan biaya garasi:
(2% + 1%) x Rp 34.500.000 = Rp 1.035.000 /thn
+

JUMLAH BIAYA TETAP = Rp 10.350.000 /thn

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


BIAYA TIDAK TETAP:
 Biaya perbaikan:
Faktor pengali x (Biaya penyerahan – Biaya pergantian ban)/1000
= (0.09 x Rp 34.500.000) / 1000 jam = Rp 3.105 / jam
 Biaya oli dan pelumas (Op): Rp 222,59 / jam
Oli = (105 HP x 0.31 lt x Rp 650/lt) / (HP x 100 jam)
= Rp 211,56 / jam
Gemuk = (105 HP x 0.014 kg x Rp 750/kg) / (HP x 100 jam)
= Rp 11,03 / jam
 Biaya bahan bakar (Bb):

Bb  105HPx0.18lt /(HP. jam)xRp30 / lt  Rp567 /


jam
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Biaya operator (O) = Rp 1.000 /jam

 Biaya ban = 0

 Biaya kerja:

Bpj     P  Op  Bb  O 
BT

X 
B
 Rp10.350.000  
Bpj   2000 jam  Rp3.105 / jam  Rp222,59 / jam  Rp567 / jam  Rp1000 / jam  0
 

BIAYA KERJA = Rp 10.070 / jam

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Contoh
Kasus 2:
 Sebuah traktor roda model Deutz 70 HP dengan harga penyerahan
di lokasi (termasuk perlengkapan) Rp 13.153.000. Harga ini sudah
termasuk bannya. Sedangkan harga 4 ban
adalah Rp 1.500.000. Nilai akhir 10% dan umur ekonomi
diperkirakan 12.000 jam kerja. Besar interest
0.24%, biaya gudang/garasi/gedung 1%, dan pajak 2% perasuransi
12%, tahun
dari P. Jam kerja per tahun 2.000 jam. Pemakaian bahan bakar
0.18 lt solar / HP.jam. Biaya operator Rp 1.000 /jam. Harga oli: Rp
650/lt, pelumas: Rp 750/lt, solar: Rp 30/lt. Laju biaya
perbaikan
0.85 / 100 * P / 100 jam. Biaya ban (Rp/jam) = Biaya pergantian
ban (Rp) / perkiraan jam umur pakai (jam)
Hitung biaya kerja traktor tiap tahun umur traktor !
Biaya penyusutan menggunakan SINKING FUND METHOD.
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Harga penyerahan (termasuk perlengkapan) Rp 13.153.000
 Dikurangi biaya pergantian ban Rp 1.500.000
 Dikurangi nilai jual (nilai akhir 10%) Rp 1.315.300
+

 Nilai bersih untuk dasar penyusutan Rp 10.337.700

Biaya penyusutan menggunakan sinking fund method yaitu:


Dn  (P  S )( A / F , i%, N )(F / P, i%, n
1)
(P-S) = Rp 10.337.700
N = 12000/2000 = 6 tahun
(A/F,12%,12000/2000) = 0.1232
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
 Biaya penyusutan tiap tahunnya adalah:

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


BIAYA TETAP
 Biaya bunga modal dan asuransi:

I 
iP (n  1)

12 %  0.24 % xRp 13 .153 .000 x7  Rp 939 .124 /

thn
 Biaya pajak dan biaya garasi:
2n 12
(2% + 1%) x Rp 13.153.000 = Rp 394.590 /thn

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


BIAYA TIDAK TETAP:
 Biaya perbaikan:

0.85 Rp13.153.000
x  Rp1.118
100 100 jam

 Biaya oli dan pelumas (Op): Rp 148,05 / jam


Oli = (70 HP x 0.31 lt x Rp 650/lt) / (HP x 100 jam)
= Rp 141,05 / jam
Gemuk = (70 HP x 0.014 kg x Rp 750/kg) / (HP x 100 jam)
= Rp 7,35 / jam
 Biaya bahan bakar (Bb):

70HPx0.18lt /(HP. jam)xRp30 / lt


Bb   Rp378 / jam
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Hp. jam
 Biaya operator (O) = Rp 1.000 /jam

 Biaya ban =

B BiayaPergantianBan Rp1.500.000
  Rp750 / jam
PerkiraanJamUmurPemakaian 2000 jam

BIAYA TIDAK TETAP =


BTT  P  Op  Bb  O  B
BTT  Rp1.118 / jam  Rp148,80 / jam  Rp378 / jam  Rp1000 / jam  rp750 /
jam

= Rp 3.394,40 /jam

EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si


EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
Langkah-langkah
Penyelesaian Analisa BEP
 …..
Menghitung biaya operasi (Rp/jam) dengan terlebih
dahulu menghitung biaya tetap (Rp/jam) dan biaya tidak
tetap (Rp/jam), seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
 Hitung biaya pokok (Rp/unit) dengan cara membagi
biaya operasi (Rp/jam) dengan kapasitas alsintan
(unit/jam)
 Memilih biaya pokok yang lebih kecil bila ada pilihan
beberapa alsintan yang diinginkana atau pilihan beli
atau sewa
 Memutuskan batas minimum volume alsintan sebagai
batas produksi agar menguntungkan
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si
EKONOMI TEKNIK (PNP 321) : Dinah Cherie, S.TP., M.Si

Anda mungkin juga menyukai