e-mail: {dexsridarmawati@ymail.com1}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi faktor-faktor produksi (1) secara teknik, (2)
alokatif (harga), dan (3) ekonomi pada usahatani jagung di Desa Bayunggede Kecamatan Kintamani
Kabupaten Bangli. Penelitian ini dilakukan di Desa Bayunggede dengan jumlah responden sebanyak 52
orang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data
dikumpulkan dengan metode dokumentasi dan metode wawancara yang dianalisis dengan analisis
efisiensi teknik, efisiensi alokasif (harga), dan efisiensi ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
usahatani jagung di Desa Bayunggede Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli (1) secara teknik
memperoleh skor 0,95, (2) secara alokatif (harga) memperoleh skor luas lahan 0,0319, bibit 0,0077,
pupuk urea 0,2046 SXSXN ³SKRQVND´ 5, pupuk kompos 0,0449, pestisida 0,3095 dan tenaga kerja
0,0004, dan (3) secara ekonomi memperoleh skor 0,10. Hal ini menunjukkan nilai efisiensi (teknik,
alokatif/harga dan ekonomi) kurang dari (<) 1 yang berarti tidak efisien.
Kata kunci: efisiensi teknik, alokatif, ekonomi, faktor produksi
Abstract
This study aims to determine efficiency of production factors (1) the technically, (2) the allocative
efficiency (price), moreover (3) the economic efficiency of production factors on corn farming industry in
Bayunggede village Kintamani district Bangli regency. This research was conducted in Bayunggede
village in total of 52 respondents. This research is a descriptive study with a quantitative approach . The
data collected used documentation and interview methods and were analyzed by analysis of technical
efficiency, efficiency alokasif (prices), and economic efficiency. The results showed that corn farming
industry in Bayunggede village Kintamani district Bangli regency (1) the technical efficiency have a score
is 0,95, (2) allocative efficiency have a score is 0,0319 , seed 0,0077 , urea fertilizer 0,2046, fertilizer of
³3KRQVND´ 5, compost fertilizer 0,0449, pesticides 0,3095 and labor 0,0004, furthermore (3) the
economic efficiency have a score is 0,10.This results showed the value of efficiency (technical,
allocative/price and economy) less than (<) 1 is inefficiency.
Keywords : technical efficiency, allocative, economic, production factors
Vol: 4 Nomor: 1 Tahun: 2014
agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan penggunaan lahan dalam ukuran hektar
menghasilkan dengan baik. Faktor produksi (Ha).
dikenal pula dengan istilah input, production Setiap kegiatan dalam mencapai
factor dan korbanan produksi. Faktor tujuan membutuhkan modal apalagi
produksi memang sangat menentukan kegiatan proses produksi komoditas
basar kecilnya produksi yang diperoleh pertanian. Menurut Mubyarto (2001) modal
(Adiningsih, 2002). Faktor produksi luas adalah barang atau uang yang bersama-
lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, sama faktor-faktor produksi tanah dan
pestisida, tenaga kerja dan skill, faktor tenaga kerja menghasilkan barang baru
produksi yang terpenting adalah hubungan yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Dalam
antara faktor produksi (input) dan produksi modal ini yang yang digunakan oleh petani
(output) biasanya disebut dengan fungsi untuk menghasilkan jagung adalah (1) bibit,
produksi atau factor relationship. Namun (2) pupuk dan (3) pestisida. Setiap kegiatan
demikian seringkali ditemui adanya dalam mencapai tujuan membutuhkan
berbagai kendala dalam proses modal apalagi kegiatan proses produksi
peningkatan produksi pertanian. Faktor- komoditas pertanian. Menurut Mubyarto
faktor produksi dalam usahatani terdiri atas (2001) modal adalah barang atau uang
empat unsur pokok, yaitu (1) tanah, (2) yang bersama-sama faktor-faktor produksi
modal, (3) tenaga kerja, dan (4) skill. tanah dan tenaga kerja menghasilkan
Keempat faktor produksi tersebut dalam barang baru yaitu dalam hal ini hasil
usahatani mempunyai kedudukan yang pertanian. Dalam modal ini yang yang
sama pentingnya dan saling berkaitan. digunakan oleh petani untuk menghasilkan
Tanah sangat berpengaruh terhadap jagung adalah (1) bibit, (2) pupuk, dan (3)
pendapatan usahatani yang dilihat dari luas pestisida.
lahan garapan. Menurut Mubyarto (2001) Bibit atau benih sebagai bahan
tanah sebagai salah satu faktor produksi utama atau modal pokok dalam budidaya
merupakan pabrik hasil-hasil pertanian tanaman juga harus dipersiapkan. Bibit
yaitu tempat di mana produksi berjalan dan yang dipergunakan biasanya dikaitkan
darimana hasil produksi keluar. Dalam dengan tujuan dan perencanaan
pertanian, terutama di negara kita, faktor penanaman. Menurut Kanisius (2003)
tanah mempunyai kedudukan paling semakin tinggi jumlah benih yang
penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas digunakan dalam usahatani maka semakin
jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan tinggi produksi yang dihasilkan karena
faktor-faktor produksi lainnya. Luas banyaknya benih yang disebar akan
penggunaan lahan pertanian merupakan menentukan jumlah tanaman yang dapat
sesuatu yang sangat penting dalam proses tumbuh sehingga samakin banyak hasil
SURGXNVL ³6HPDNLQ VHPSLW ODKDQ XVDKD produksi yang akan di dapatkan. Oleh
semakin tidak efisien usahatani yang sebab itu kebutuhan benih tiap luas tanah
dilakukan kecuali bila usahatani tersebut berbeda, idealnya benih jagung yang
dijalankan dengan tertib dan administrasi digunakan per hektar (1 Ha) 15 Kg.
\DQJ EDLN VHUWD WHNQRORJL \DQJ WHSDW´ Takaran pupuk yang digunakan
(Daniel, 2001:56). Karena pada lahan yang untuk memupuk suatu jenis tanaman akan
lebih sempit penerapan teknologi berbeda untuk masing-masing jenis tanah.
cenderung berlebihan dan menjadikan Hal ini dikarenakan setiap jenis tanah
usaha tidak efisien. Padahal sebenarnya memiliki karakteristik dan susunan kimia
pada lahan sempit seharusnya efisiensi tanah yang berbeda. Beberapa hal penting
usaha lebih mudah diterapkan, karena yang perlu dicermati untuk mendapatkan
mudahnya pengawasan dalam penggunan efisiensi dalam pemupukan antara lain
input, kebutuhan tenaga kerja yang sedikit, penggunaan jenis pupuk, sifat dari pupuk
serta modal yang diperlukan juga relative itu sendiri, waktu pemupukan, serta cara
sedikit dan lebih mudah diperoleh. Dalam atau metode pemupukan (Kanisius, 2003).
faktor produksi tanah akan diukur dari luas Saat ini teknologi pemupukan sesuai
anjuran hampir tidak dilakukan oleh
Vol: 4 Nomor: 1 Tahun: 2014
besarnya produk yang diduga pada Gianyar di bagian selatan serta Kabupaten
pengamatan ke-i yang diperoleh melalui Badung di bagian barat. Kecamatan
SURGXNVL PDNVLPXP´ 6RHNDUWDZL Kintamani yang terdiri dari 48 desa,
2003:208). masing-masing desa mampu menghasilkan
Efisiensi alokatif (harga) tercapai jika tanaman pangan, hortikultura, dan
penambahan tersebut mampu perkebunan. Kesuburan tanah di wilayah
memaksimumkan keuntungan yaitu Kintamani juga sangat dipengaruhi oleh
menyamakan produk marjinal setiap faktor letusan Gunung Batur pada tahun 1917.
produksi dengan harganya, dapat dikatakan Tanah yang ada di Kintamani ini sebagian
efisien dapat dilihat dari 1) elastisitas besar sangat subur dan sesuai untuk
produksi yang diperoleh melalui data dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan
pengolahan SPSS 16.0 for windows, 2) hortikultura. (Sumber: Data monografi
produksi yaitu rata-rata dari hasil produksi, Kabupaten Bangli dan Kecamatan
3) harga produksi yaitu harga per kg dari Kintamani)
hasil produksi misalnya harga jagung per Desa Bayunggede merupakan salah
Kg Rp 2.500,00, 4) jumlah faktor produksi satu desa di Kintamani. Desa ini berhawa
yaitu rata-rata faktor produksi yaitu dari luas sejuk karena berada di ketinggian sekitar
lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga 800-900 meter di atas permukaan laut.
kerja yang digunakan dalam proses Dengan iklim tersebut, pertanian lahan
produksi dan 5) harga faktor produksi kering merupakan andalan warga desa ini.
masing-masing faktor produksi misalnya Desa Bayunggede adalah salah satu desa
biaya sewa lahan, harga bibit, pupuk per yang menghasilkan jagung, adapun dusun
kg, pestisida per liter dan gaji untuk tenaga yang menghasilkan jagung adalah Dusun
kerja per HKO (Hari Kerja Orang) Bayunggede dan Dusun Peludu. (Sumber:
(Soekartawi, 2010). Monografi desa dan data primer Desa
Efisiensi ekonomi adalah besaran Bayunggede tahun 2013).
yang menunjukkan perbandingan antara Penelitian awal yang dilakukan
keuntungan yang sebenarnya dengan dengan melihat kondisi seluruh petani
keuntungan maksimum, dapat dicapai jagung di Desa Bayunggede yang memiliki
dengan mengalikan efisiensi teknik dengan luas lahan pertanian 65 Ha dalam sekali
efisiensi alokatif (harga). Faktor-faktor panen. Dilihat dari faktor-faktor produksi
produksi (Input) yang terdiri luas lahan, yang digunakan secara keseluruhan yaitu
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan untuk luas lahan 65 Ha, bibit 1.560 Kg,
skill. Hasil produksi (output) yaitu berupa SXSXN XUHD .J SXSXN ³SKRQVND´
hasil produksi yang dihasilkan oleh petani 13.000 Kg, pupuk kompos 292.500 Kg,
berupa jagung (Soekartawi, 2003). Ini pestisida 130 liter, dan tenaga kerja 3.391
EHUDUWL ³SHQJXNXUDQ HILVLHQVL HNRQRPL HKO (Hari Kerja Orang) mampu
sangat penting untuk melihat sampai sejauh menghasilkan hasil panen 299.520 Kg,
PDQD VHWLDS UXSLDK ³NRUEDQDQ´ \DQJ DNDQ padahal menurut I Wayan Suasmara, SP
dikeluarkan oleh petani dapat memberikan sesuai dengan aturan budidaya tanaman
SHQHULPDDQ´ 6UL\RWR jagung di Desa Bayunggede seharusnya
Kabupaten Bangli adalah salah satu menghasilkan 325.000 Kg.
daerah tingkat dua yang berada di Provinsi Permasalahan yang akan dipecahkan
Bali. Kabupaten Bangli memiliki luas dalam penelitian ini adalah efisensi
wilayah seluas 520 Km² persegi, dengan penggunaan faktor-faktor produksi yang
total penduduk sekitar 213.183 jiwa. dikelola oleh petani. Dalam penelitian ini,
Kabupaten Bangli terdiri dari 4 Kecamatan, metode yang digunakan dalam pemecahan
65 Desa. Kabupaten Bangli adalah satu- masalah yaitu efisiensi teknik, efisiensi
satunya kabupaten di Bali yang tidak alokatif (harga), dan efisiensi ekonomi.
memiliki pantai, berbatasan dengan Petani perlu mengalokasikan faktor-faktor
Kabupaten Buleleng di bagian utara, produksi dengan efisien.
Kabupaten Klungkung dan Karangasem di
bagian timur, Kabupaten Klungkung dan METODE
Vol: 4 Nomor: 1 Tahun: 2014
kerja yang dipekerjakan dalam setiap tahap yang berarti kurang dari (<) 1. Hal ini
dari pengolahan sampai panen. menunjukkan bahwa penggunaan faktor
Penelitian pada usahatani jagung di produksi belum efisien dalam hal jumlah
Desa Bayunggede belum mencapai efisien, penggunaan faktor produksi yang berkaitan
maka perlu ada perhatian dari Dinas dengan pengolahan lahan, penggunaan
Pertanian untuk mengadakan penyuluhan bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan
kepada para petani mengenai penggunaan skill.
faktor-faktor produksi yang sesuai. Efisiensi ekonomi pada usahatani
Penyuluhan pertanian bertujuan untuk jagung di Desa Bayunggede Kecamatan
perubahan prilaku petani, sehingga petani Kintamani Kabupaten Bangli memperoleh
dapat memperbaiki cara bercocok tanam skor 0,10 yang berarti kurang dari (<) 1. Hal
jagung agar usahataninya bisa mencapai ini menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi
hasil yang maksimal. pada usahatani jagung belum efisien,
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dalam hal jumlah penggunaan faktor
dapat diketahui bahwa petani belum produksi yang berkaitan dengan
mampu mengalokasikan faktor produksi pengolahan lahan, penggunaan bibit,
seefisien mungkin, hal ini tidak sesuai pupuk, pestisida, tenaga kerja dan skill.
dengan teori yang di nyatakan oleh
Soekartawi (2003) bahwa dalam kegiatan Saran
usahatani seorang petani akan selalu Petani dalam mengelola usahatani
berpikir untuk mengalokasikan faktor agar mengikuti langkah-langkah dalam
produksi seefisien mungkin untuk mengelola usahatani agar mencapai hasil
memperoleh produksi yang maksimal, hal produksi maksimal dan keuntungan
ini dilakukan karena petani melakukan maksimal dengan cara mengalokasikan
konsep memaksimumkan keuntungan. Oleh faktor produksi yang sesuai.
karena itu dalam melakukan kegiatan Dinas Pertanian agar lebih intensif
usahatani harus efisien. Hasil penelitian ini memberikan penyuluhan kepada petani
sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dalam mengelola usahatani sehingga
yang dilakukan oleh Putu Diarawati (2011) petani mengetahui penggunaan faktor-
pada usahatani cabai rawit di Desa faktor produksi yang sesuai yaitu dalam hal
Sukawati bahwa penggunaan faktor pengolahan lahan, proses penanaman,
produksi melampaui batas efisien (tidak jarak tanaman, waktu pemberian pupuk,
efisien) sehingga dalam penggunaan faktor pengendalian hama, dan pengalokasian
produksi tersebut perlu dikurangi. tenaga kerja. Penyuluhan pertanian
bertujuan untuk perubahan prilaku petani,
SIMPULAN DAN SARAN sehingga petani dapat memperbaiki cara
Simpulan bercocok tanam jagung agar usahataninya
Efisiensi teknik pada usahatani jagung bisa mencapai hasil yang maksimal.
di Desa Bayunggede Kecamatan Kintamani
Kabupaten Bangli memperoleh skor 0,95 UCAPAN TERIMAKASIH
yang berarti kurang dari (<) 1. Ini berarti
bahwa penggunaan faktor produksi tidak Ucapan terimakasih ditujukan kepada
efisien dalam hal jumlah penggunaan faktor Pembimbing 1, Pembimbing 2, dan Penguji
produksi yang berkaitan dengan telah memberikan bimbingan, arahan,
pengolahan lahan, penggunaan bibit, masukan, dan petunjuk kepada penulis
pupuk, pestisida, tenaga kerja dan skill. sampai terselesainya skripsi ini.
Efisiensi alokatif (harga) pada
usahatani jagung di Desa Bayunggede DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Adiningsih, Sri. 2002. Ekonomi Mikro. Edisi
memperoleh skor luas lahan 0,0319, bibit Revisi. Yogyakarta: BPFE.
0,0077, pupuk urea 0,2046, pupuk Anonimous. 2010. PDRB Provinsi Bali
³SKRQVND´ 5, pupuk kompos 0,0449, 2013.Denpasar: Badan Pusat Statistik
pestisida 0,3095 dan tenaga kerja 0,0004 Provinsi Bali.
Vol: 4 Nomor: 1 Tahun: 2014