Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGUKURAN EFISIENSI
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata kuliah Ekonomi Manajerial
Dosen Pengampu :
1. Dr. Ir. Salmiah, M.S.
2. Sri Fajar Ayu , SP., M.M, D.B.A

Disusun Oleh : Kelompok 6

DINDA TASYA PUTRI LUBIS (200304011)


SRI REZEKI (200304036)
DESI MORA PIETERSON (200304065)
JOVAN RUSLI (200304077)
HANANI RAHEL GINTING (200304123)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “PENGUKURAN EFISIENSI” ini tepat waktunya dengan
baik dan benar.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh ibu dosen pada mata kuliah Ekonomi Manajerial. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana menerapkan
pengukuran efisiensi dalam pengembangan perusahaan ataupun usaha agribisnis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Sri
Fajar Ayu , SP., M.M, D.B.A selaku Dosen mata kuliah Ekonomi Manajerial
yang telah memberikan tugas ini, sehingga kami dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami pelajari.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar di
kemudian hari kami dapat membuat makalah yang lebih baik. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi yang membaca.

Medan, 2 Mei 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1. Pengertian Pengukuran Efisiensi ............................................................ 2
2.2. Fungsi Produksi dan Efisiensi Input ....................................................... 2
2.3. Ukuran Orientasi Input dan Ouput ......................................................... 4
2.3.1. Ukuran Orientasi Input ................................................................... 4
2.3.2. Ukuran Orientasi Ouput .................................................................. 6
2.4. Hubungan Efisiensi dengan Agribisnis ................................................... 8
2.5. Pengukuran Efisiensi dengan Model DEA ............................................. 9
2.6. Pengukuran Efisiensi dengan Pendekatan Stochasctic Frontier ............. 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 16
3.2. Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
LAMPIRAN ...................................................................................................... 18

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Efisiensi Teknis,alokatif,ekonomi ....................................................... 4
Gambar 2. Piece-wise Linear Convec Unit Isoquant ............................................. 6
Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Returns to Scale ................................................. 7
Gambar 4. Efisisensi Teknis dan Returns to Scale Dimensi Output ...................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Efisiensi ekonomi tercapai jika sumberdaya digunakan dalam rangka
memaksimumkan tujuan tertentu. Pendekatan normatif dalam ilmu ekonomi
menyebutkan maksimisasi profit sebagai satu tujuan yang telah digunakan secara
luas. Jika sebuah usaha murni merupakan perusahaan, maka tujuannya adalah
memaksimumkan profit. Beberapa ekonom menyatakan bahwa tujuan perusahaan
adalah memaksimumkan net return atau pendapatan keluarga (Prasetyo, et
al,2020).
Pentingnya melakukan efisiensi karena hampir segala aspek memerlukan
pengefisienan karena dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan
keuntungan. Salah satu bidang yang memerlukan pengefisenan ialah pertanian.
Banyaknya resiko yang dialami bidang pertanian membuat perhatian akan
pemanfaatan sumber daya yang tepat. Agribisnis membahas hulu hilir pertanian
dan pendistribusian produk pertanian tersebut. Untuk mengukur kesuksesan
berjalannya suatu kegiatan maka penting diukur dan salah satunya menggunakan
pengukuran efisiensi (Masondang dan Purwanto,2019).
1.2.Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa itu pengukuran efisiensi dalam agribisnis ?
2. Mengetahui fungsi produksi dan efisiensi input ?
3. Mengetahui ukuran orientasi input dan ouput dalam pengukuran
efisiensi?
4. Mengetahui pengukuran efisiensi dengan model DEA untuk constant
return to scale ?
5. Mengetahui pengukuran efisiensi dengan model stochasctic frontier?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengukuran efisiensi dalam agribisnis .
2. Mengetahui fungsi produksi dan efisiensi input
3. Mengetahui ukuran orientasi input dan ouput dalam pengukuran
efisiensi.
4. Mengetahui pengukuran efisiensi dengan model DEA untuk constant
return to scale.
5. Mengetahui pengukuran efisiensi dengan model stochasctic frontier.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Pengukuran Efisiensi
Pengukuran efisiensi ekonomi adalah proses untuk mengukur sejauh mana
suatu sistem ekonomi mampu menggunakan sumber daya yang tersedia secara
optimal untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Efisiensi ekonomi diukur
dengan membandingkan output yang dihasilkan dengan sumber daya yang
digunakan dalam produksi. Pengukuran efisiensi dalm ekonomu digunakan untuk
menentukan tingkat efisiensi produksi, distribusi, dan konsumsi (Masondang dan
Purwanto,2019).
Pengukuran efisiensi ekonomi dilakukan dengan membandingkan input yang
digunakan dalam produksi dengan output yang dihasilkan. Input dalam produksi
mencakup sumber daya manusia, bahan baku, modal, dan teknologi. Output dapat
berupa barang atau jasa yang dihasilkan dalam proses produksi (Prasetyo, et
al,2020).
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengukur efisiensi
ekonomi, di antaranya adalah analisis biaya-manfaat, analisis margin dan rasio,
analisis kinerja, dan metode data envelopment analysis (DEA). Metode DEA
digunakan untuk mengukur efisiensi relatif antara unit-unit produksi dengan
mengidentifikasi unit-unit yang lebih efisien (Tazman dan Havidz,2018).
Efisiensi ekonomi dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, meningkatkan daya saing perusahaan, dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan efisiensi dapat dicapai dengan melakukan
inovasi, mengadopsi teknologi baru, meningkatkan kualitas tenaga kerja, dan
melakukan diversifikasi produk (Tazman dan Havidz,2018).
Pengukuran efisiensi ekonomi dapat diaplikasikan pada berbagai sektor
ekonomi, seperti pertanian, manufaktur, perdagangan, keuangan, dan sektor
publik. Efisiensi dalam sektor pertanian dapat diukur dengan membandingkan
jumlah produksi dengan jumlah lahan yang digunakan. Efisiensi dalam sektor
manufaktur dapat diukur dengan membandingkan output dengan jumlah bahan
baku yang digunakan. Efisiensi dalam sektor keuangan dapat diukur dengan
membandingkan tingkat pengembalian investasi dengan risiko yang diambil
(Tazman dan Havidz,2018).
2.2.Fungsi Produksi dan Efisiensi Input
Fungsi produksi dengan efisiensi input yakni fungsi produksi adalah suatu
hubungan matematis yang menunjukkan seberapa besar output yang dapat
dihasilkan dari suatu kombinasi input tertentu. Fungsi produksi menggambarkan
kemampuan produksi suatu perusahaan dalam mengubah input menjadi output.
Fungsi produksi melibatkan tiga elemen penting, yaitu input, output, dan
teknologi. Input dapat berupa tenaga kerja, modal, bahan baku, dan lain-lain,
sementara output dapat berupa barang atau jasa. Teknologi yang digunakan juga

2
menjadi faktor penting dalam fungsi produksi karena teknologi dapat
mempengaruhi produktivitas input.
Fungsi produksi biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis,
yaitu: Q = f (K, L, M) di mana Q adalah output yang dihasilkan, K adalah modal
yang digunakan, L adalah tenaga kerja yang digunakan, dan M adalah bahan baku
atau input lain yang digunakan dalam produksi.
Fungsi produksi dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi perusahaan,
yaitu dengan menentukan kombinasi input yang tepat untuk menghasilkan output
yang maksimum. Fungsi produksi juga dapat digunakan untuk memprediksi
output yang akan dihasilkan dengan menggunakan kombinasi input tertentu. Hal
ini dapat membantu perusahaan dalam melakukan perencanaan dan pengambilan
keputusan.
Efisiensi input adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan
input yang tersedia secara efisien untuk menghasilkan output yang diinginkan.
Efisiensi input dapat diukur dengan membandingkan jumlah input yang
digunakan dengan output yang dihasilkan.
Perusahaan dapat meningkatkan efisiensi input dengan beberapa cara, antara
lain:
1) Menggunakan teknologi yang lebih baik: Teknologi yang lebih baik dapat
membantu perusahaan dalam menghemat penggunaan input, sehingga
output yang dihasilkan dapat lebih besar dengan input yang sama.
2) Mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja: Perusahaan dapat
meningkatkan efisiensi input dengan mengoptimalkan penggunaan tenaga
kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan dan
pendidikan kepada karyawan agar memiliki keterampilan yang lebih baik
dan efektif dalam penggunaan waktu kerja.
3) Menggunakan bahan baku yang lebih efisien: Perusahaan dapat
meningkatkan efisiensi input dengan menggunakan bahan baku yang lebih
efisien dan berkualitas tinggi. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam
menghemat penggunaan bahan baku dan meningkatkan kualitas output.
4) Mengurangi limbah produksi: Perusahaan dapat meningkatkan efisiensi
input dengan mengurangi limbah produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan pemilihan bahan baku yang tepat dan meminimalkan
penggunaan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan.
Perlu diketahui dengan meningkatkan efisiensi input sangat penting bagi
perusahaan karena dapat membantu perusahaan menghemat biaya produksi dan
meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan meningkatkan efisiensi input,
perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya di pasar dan memperkuat
posisinya dalam jangka panjang (Utami,2015).

3
2.3.Ukuran Orientasi Input dan Ouput
2.3.1. Ukuran Orientasi Input
Ali dan Chaudhry (1990) mengilustrasikan ketiga jenis efisiensi tersebut
dalam kurva berikut ini. Kurva TPPm menunjukkan kemungkinan output
maksimum selagi X meningkat, yang juga memperlihatkan fungsi frontier
produksi (frontier production function), dan TPPa menunjukkan rata produksi
yang biasanya diestimasikan dengan menggunakan teknik Ordinary Least
Squared (OLS).Setiap input yang berhasil memproduksi output tepat berada pada
kurva produksi TPPm (output maksimum) maka pada jumlah penggunaan input
yang dimaksud kegiatan produksi mencapai output maksimum, sedangkan output
yang dicapai berada di bawah kurva TPPm dinyatakan sebagai inefficient secara
teknis.
Kriteria maksimisasi profit yang disyaratkan akan terpenuhi pada tingkat
produksi optimum dari input, misalnya pada penggunaan input pada level X i, dan
menghasilkan jumlah output sebanyak Y1, pada titik A. Pada titik C, perusahaan
mana saja yang menggunakan input X2, dan menghasilkan output Y2,
memperlihatkan capaian untuk kedua efisiensi, secara teknis dan secara alokatif.
Tingkat efisiensi yang dicapainya adalah Y2/Y3,. Dengan kata lain, perusahaan
yang menghasilkan Y2, menggunakan input X2, pada titik B mencapai efisiensi
secara teknis, tetapi tidak efisien secara alokatif Lantas, efisiensi alokatifnya
adalah sebesar Y3/Y1, sedangkan efisiensi ekonomis tercapai sebesar Y2/Y1.
Secara grafik terlihat pada gambar di bawah ini .
Gambar 1. Efisiensi Teknis,alokatif,ekonomi

Di samping itu, Farrell (1957) mengilustrasikan idenya mengguna- kan contoh


yang sederhana meliputi perusahaan-perusahaan yang menggunakan dua inputs
(misalkan X1, dan X2,) untuk menghasilkan satu output (Y), di bawah asumsi
constant returns to scale. Perhatikan Gambar 10.3 di atas, bahwa isoquant
digambarkan oleh garis UU’, memberi peluang bagi pengukuran efisiensi secara
teknis. Jika perusahaan tertentu menggunakan sejumlah imput, misalnya pada titik
P, untuk menghasilkan sejumlah output, inefisiensi secara teknis dari perusahaan

4
tersebut digambarkan sebagai jarak QP, yaitu jumlah dengan mana semua input
dapat secara proporsional dikurangi tanpa pengurangan output. Ini biasanya
diekspresikan dalam persentase yaitu rasio dari QP/OP, yang menunjukkan
persentase dengan mana semua input digunakan untuk dikurangi untuk mencapai
efisiensi secara teknis dalam berproduksi. Efisiensi Teknis (ET) perusahaan
tersebut diukur dengan:
OQ
TEi= OP
Nilai efisiensi teknis terletak antara 0 dan 1, dan selanjutnya sebaliknya juga
menyediakan indikator tingkat capaian inefisiensi teknis dari perusahaan. Nilai
dari satu mengindikasikan perusahaan yang mencapai efisiensi teknis secara
penuh. Sebagai contoh, pada titik Q adalah efisien secara teknis karena berada
pada isoquant efisiensi. Jika rasio harga input, yang direpresentasi oleh slope dari
garis isocost (AA").
juga dikenal dengan nama efisiensi alokatif. Efisiensi alokatif ini juga dapat
dihitung dengan formula:
OR
AEi= OQ
i
selagi jarak RQ menunjukkan pengurangan dalam biaya produksi, jika
produksi terjadi pada titik Q' pada saat mana tercapai efisiensi alokatif (sekaligus
efisiensi teknis), maka pada titik Q tersebut efisiensi tercapai secara teknis, tetapi
inefisiensi secara alokatif. Total efisiensi ekonomis (EE) didefinisikan sebagai:
OQ
EEi= OP
di mana jarak RP dapat juga diinterpretasikan sebagai suatu pengurangan biaya.
Catatan bahwa produk dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif menyediakan
ukuran bagi efisiensi ekonomis menyeluruh.
OQ OP OR
TEi x AEi = x = OP = EEi
OP OQ
Catatan juga bahwa nilai ketiga ukuran efisiensi tersebut akan terletak antara
nol dan satu.Pengukuran efisiensi ini mengasumsi fungsi produksi diketahui.
Dalam dunia nyata, isoquant efisiensi harus diestimasikan melalui data sampel.
Farrell (1957) menyarankan penggunaan tidak saja (a) a non-parametric piece-
wise linear convex isoquant, konstruksi seperti itu menyatakan bahwa tidak ada
titik observasi berada di sebelah kiri atau di bawah kurva tersebut (perhatikan
Gambar 10.5); atau (b) fungsi parametrik, seperti bentuk fungsi produksi Cobb-
Douglas. Kalau data tersebut di-fit-kan pada kurva tersebut, maka tidak akan ada
data yang berada pada sisi sebelah kiri atau di bawahnya.

5
Gambar 2. Piece-wise Linear Convec Unit Isoquant

Ukuran efisiensi di atas didefinisikan sebagai convex of a constant returns to


scale technology. Ukuran ini dapat secara equivalent didefinisikan untuk non-
constant returns to scale. Untuk mengilustrasikan ini kita dapat menggunakan
gambar di atas dengan mengubah label sumbu menjadi X1 dan X2 dan
mengasumsikan bahwa isoquant merepresentasikan batas bawah dari set input
yang diasosiasikan dalam produksi bagi level output tertentu. Pengukuran
efisiensi tersebut kemudian dianologikan dengan keterangan sebelumnya (Tasman
dan Havidz,2013).
2.3.2. Ukuran Orientasi Ouput
Orientasi pengukuran-input bagi efisiensi teknis diarahkan untuk mengukur
seberapa banyak jumlah inout yang dapat secara proporsional dikurangi tanpa
mengubah jumlah output yang dihasilkan. Hal tersebut memberikan orientasi
pengukuran output juga sebagai kebalikan pengukuran orientasi input. Perbedaan
pengukuran orientasi input dengan output yakni dengan ilustrasi kegiatan
produksi yang menggunakan satu input , X, dan ouput Y. Gambar dibawah
menujukkan teknologi yang kita miliki termasuk decreasing returns to scale ,
dipresentasikan oleh f(X), dan perusahaan yang inefisien beroperasi pada titik P.
Pengukuran Orientasi-Input dari Farrel tentang Efisiensi Teknis akan sama
dengan rasio AB/AP, sedangkan pengukuran Orientasi – Output dari Efisiensi
Teknis adalah CP/CD. Konsep pengukuran Orientasi – Input dan Output
mengenai efisiensi teknis hanya untuk constant return to scale terjadi. Kasus
constant return to scale (CRS) seperti pada gambar dibawah ,dimana dilihat
bahwa AB/OP-CP/CD, untuk perusahaan yang inefisien beroerasi pada titik P.

6
Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Returns to Scale

Pengilustrasian pengukuran input dan ouput dengan mempertimbangkan


dimana produksi meliputi dua output (Y1 dan Y2). Jika menganggap bahwa
jumlah input tetap pada level tertentu, teknologi dapat dipresentasikan oleh
production possibility curve dalam dua dimensi Contoh pada gambar di bawah
dimana ZZ’ adalah production possibility curve dan titik A berhubungan
perusahaan yang inefisien . Perlu dicatat bahwa perusahaan yang inefisien
beroperasi pada titik A, yang terletak di bawah kurva PPC, karena ZZ’’
mempresentasikan batas luar kemungkinan produksi.
Pengukuran efisiensi berdasarkan orirntasi-ouput digambarkan pada gambar
dibawah dimana jarak AB mempresentasikan inefisien teknis, yaitu sejumlah
mana output dapat meningkatkan tanpa membutuhkan input ekstra. Sehingga,
pengukuran efisiensi teknis berdasarkan orientasi output adalah rasio :
𝑂𝐴
TEi = 𝑂𝐵
Gambar 4. Efisisensi Teknis dan Returns to Scale Dimensi Output

Jika nantinya mempunyai informasi harga nantinya dapat menggambarkan


garis isorevenue ,DD, dan definisi efisiensi alokatif adalah :
𝑂𝐵
AEi = 𝑂𝐶
yang diinterpretasikan sebagai peningkatan pendapatan sebagai berikut :
𝑂𝑄 𝑂𝑃 𝑂𝑅
TEi x AEi = 𝑂𝑃 x 𝑂𝑄 = 𝑂𝑃 = EEi
Lagi, catatan bahwa ketiga ukuran efisiensi ini dibatasi nilainya dari nol
sampai satu. Kita selalu melihat bahwa pengukuran efisiensi teknis pendekatan

7
orientasi-output secara pasti sama dengan jarak fungsi output. Sebagai catatan
kesimpulan bagi ketiga definisi pengukuran efisiensi di atas:
Pertama, efisiensi teknologi telah diukur sepanjang lapisan garis dari titik
origin sampai dengan titik tertentu produksi. Lantas ukuran ini menyatakan
proporsi relatif dari input (output) adalah konstan. Artinya, perubahan satu unit
dari pengukuran (misal, pengukuran jumlah tenaga kerja dalam jam kerja di
samping dalam bentuk orang per tahun) tidak mengubah nilai dari ukuran
efisiensi. Suatu ukuran non-radial, seperti jarak tersingkat dari titik produksi
terhadap permukaan produksi, kelihatan secara intuitif muncul, tetapi ukuran ini
bukanlah invariant terhadap unit pengukuran. Perubahan dalam unit pengukuran
dalam kasus ini dapat menghasilkan identifikasi dari perbedaan "titik terdekat".
Kedua, juga dicatat bahwa kita telah mendiskusikan efisiensi alokatif dari cost
minimizing perspective dan dari revenue maximizing perspective, tetapi tidak dari
perspektif maksimasi profit (yang mengasumsikan kedua minimisasi biaya dan
maksimasi profit. Maksimasi profit dapat diakomodasikan dalam beberapa cara.
Kesulitan utama berhubungan dengan seleksi dari orientasi yang mana untuk
mengukur efisiensi teknis (input, output atau keduanya) (Tasman dan
Havidz,2013).
2.4.Hubungan Efisiensi dengan Agribisnis
Manajemen terkait dengan efisiensi teknis atau dapat terkait dengan efisiensi
alokatif. Meskipun tampaknya ada korelasi antara efisiensi teknik dan alokatif,
keduanya tidak selalu dicapai bersama-sama. Jika output dan input secara
fungsional berhubungan dengan kemampuan manajemen, estimasi koefisien
fungsi produksi dapat mengandung bias manajemen. Manajer yang baik
cenderung ingin memperoleh output yang lebih besar pada set input tertentu. Jika
variabel manajemen tidak mendapatkan perhatian yang serius, maka estimasi
koefisien akan tidak konsisten (inconsistent).
Jika variabel dummy dalam analisis regresi fungsi produksi dianggap ckup
memadai sebagai proksi manajemen, maka koefisien akan diestimasi tanpa bias
manajemen. Manajemen pada studi cross-section seperti halnya teknologi pada
studi time-series. Karena manajemen melekat pada manajer, koefisien elastisitas
manajemen seyogyanya tidak dimasukkan dalam perhitungan return to scale untuk
perusahaan individu.
Sentral dari teori ekonomi adalah konsep efisiensi. Sebagian besar literatur
yang relevan dalam bidang ini berhubungan dengan efisiensi alokatif ketika tidak
dijumpai kondisi marginal optimalitas Pareto (marginal conditions of Pareto
optimality). Leiberstein menyatakan, kerugian akibat non-efisiensi alokatif (a.k.a
X-efficiency) lebih penting dibandingkan kerugian akibat inefisiensi alokatif.
Namun, sangat sulit dan sedikit studi yang mengkuantifikasi manajemen sebagai
faktor produksi (Darmawan,2016).
Hubungan positif antara manajemen dan sebagian besar input yang
mempunyai makna bahwa terdapat bias positif pada koefisien input karena

8
manajemen yang baik dapat mengoptimalkan input. Studi lain menghubungkan
efisiensi teknis dengan modernisasi, pendidikan, status kepemilikan lahan, dan
pekerjaan.
Efisiensi produksi mempengaruhi produksi padi sedangkan efisiensi produksi
itu sendiri berkaitan dengan karakteristik sosial-ekonomis produsen dan
lingkungan fisik usaha. Produksi padi menentukan komponen pendapatan total
petani. Pendapatan usahatani padi (farm income), pendapatan usahatani non-padi
(non-farm income) dan di luar usahatani (offfarm income), dan pada gilirannya
mempengaruhi distribusi pendapatan. Menghilangkan efisiensi teknis sebagai
proksi dari faktor manajemen dalam estimasi fungsi produksi menyebabkan bias
dalam menduga model.
Apabila faktor manajemen dimasukkan, maka koefisien fungsi produksi yang
diestimasi terbebaskan dari spesifikasi bias. Semakin meningkat luas lahan,
penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat, tenaga kerja sewa maupun efisiensi teknis
produksi padi atau kemampuan manajerial petani, semakin meningkat pula hasil
padi. Akan tetapi, penggunaan pestisida yang semakin meningkat justru
menurunkan hasil padi.
Efisiensi teknis atau kemampuan manajerial petani merupakan faktor yang
dominan dalam meningkatkan hasil padi. Peningkatan kerja di luar usahatani dan
melemahnya akses pasar meningkatkan inefisiensi teknis sedangkan peningkatan
pendapatan usahatani non padi, dan pendapatan di luar pertanian, lahan
suboptimal, dan pendidikan menurunkan inefisiensi teknis.
Kenaikan pendapatan usahatani padi mengurangi ketimpangan distribusi
pendapatan total petani di perdesaan, sebaliknya kenaikan pendapatan usahatani
non-padi dan pendapatan luar usahatani justru menambah ketimpangan distribusi
pendapatan (dekomposisi gini ratio) rumahtangga tani di perdesaan
(Ekowati,2015).
2.5.Pengukuran Efisiensi dengan Model DEA
Model Data Envelopment Analysis pertama kali ditemukan oleh Charnes,
Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978. DEA merupakan sebuah metode frontier
non-parametric yang digunakan untuk menghitung efisiensi teknis seluruh unit.
Model ini diperkenalkan sebagai suatu alat bantu untuk mengevaluasi kinerja
suatu aktivitas dalam suatu organisasi data decision making unit (DMU) yang
merupakan rasio antara input yang terbobot dengan output yang terbobot.
Rasio ini akan menghasilkan suatu nilai efisiensi yang biasa disebut dengan
efficiency score (nilai efisiensi) (Farida dan Muhammad, 2018). DEA adalah
teknik berbasis pemrograman linear untuk mengevaluasi efisiensi relatif dari unit
pengambilan keputusan, dengan cara membandingkan antara DMU satu dengan
DMU lain yang memanfaatkan sumber daya yang sama untuk menghasilkan
output yang sama, dimana solusi dari model tersebut mengindikasikan
produktifitas atau efisiensi suatu unit dengan unit lainnya. Tujuan akhir dari DEA

9
dimaksudkan sebagai metode untuk evaluasi kinerja dan benchmarking (Fajar
dkk, 2016).
DEA merupakan sebuah teknik pemograman matematis berdasarkan pada
linier programming yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit
pengambilan keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan
sejumlah input kerja untuk memperoleh suatu output yang ditargetkan. Metode
DEA diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu aktivitas di sebuah unit entitas
(organisasi) yang selanjutnya disebut Desicion Making Unit (DMU). Secara
sederhana, pengukuran ini dinyatakan dengan rasio output atau input, yang
merupakan suatu pengukuran efisiensi atau prokdutivitas. Efisiensi relatif dari
DMU diukur dengan memperkirakan rasio bobot output untuk suatu input dan
membandingkannya dengan DMU lainnya. DMU yang mencapai efisensi 100%
dianggap efisien sedangkan DMU dengan nilai dibawah 100% dianggap tidak
efisien.
DEA mengidentifikasi satu set DMU yang efisien dan digunakan sebagai tolak
ukur untuk perbaikan DMU yang tidak efisien. DEA juga memungkinkan
melakukan perhitungan jumlah yang diperlukan untuk perbaikan dalam input dan
output pada DMU sehingga menjadi efisien. Langkah kerja penyelesaian dengan
metode DEA ini meliputi: 1. Identifikasi DMU atau unit yang akan di observasi.
2. Identifikasi input dan output pembentuk DMU. 3. Menghitung efisiensi tiap
DMU. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan target input dan output yang
diperlukan untuk mencapai kinerja optimal. Cara melakukan proses hitung
efisiensi ialah dengan menjabarkannya ke dalam bentuk matematis (program
linier), kemudian dalam menyelesaikan program linier tersebut digunakan metode
simpleks.
Model DEA dapat dibangun melalui dua pendekatan, yakni berorientasi input
dan berorientasi output. DEA berorientasi input adalah model DEA yang
meminimalkan input dengan mengasumsikan outputnya konstan. Sebaliknya DEA
berorientasi output adalah model DEA yang memaksimalkan output dengan
mengasumsikan inputnya konstan.
Model Pengukuran Efisiensi DEA
Ukuran dasar efisiensi yang digunakan dalam DEA adalah rasio total output
Output
total input. Efficiency = ……………..(2.5.1)
Input
Simbol dalam formulasinya diggunakan x dan y untuk mewakili input dan
output, i dan j untuk mewakili input dan output tertentu. Sehingga xi merupakan
input ke-i dan yj merupakan output ke-j pada unit pengambil keputusan / DMU.
Jumlah dari input diwakili I dan jumlah dari output diwakili J, dimana I,J > 0.
Secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Virtual Input = ∑𝐼𝑖=1 𝑢𝑖 𝑥𝑖 …….(2.5.2) Dengan ui adalah bobot dari input xi selama
proses akumulasi. Untuk output dapat digambarkan sebagai berikut:

10
Virtual Output =∑𝐽𝑗=1 𝑣𝑗 𝑦𝑗 …….(2.5.3) Dengan vj adalah bobot dari input yj
selama proses akumulasi. Dari model virtual input dan output diatas, maka
efisiensi dapat didefinisikan sebagai berikut:
𝑉𝑖𝑟𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 ∑𝐽𝑗 𝑣𝑗 𝑦𝑗
Efficiency = = ∑𝐼𝑖 𝑢𝑖 𝑥𝑖
……. (2.5.4)
𝑉𝑖𝑟𝑡𝑢𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Terdapat dua model pengukuran efisiensi menggunakan DEA, yaitu CCR dan
BCC. Berikut ini adalah penjelasan mengenai model tersebut:
a. Model CCR
Model ini adalah model DEA pertama yang diperkenalkan oleh Charnes,
Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978, yang biasa disebut dengan model CCR.
Model ini mengasumsikan bahwa rasio penambahan antara input dan output
adalah sama, atau biasa juga disebut dengan CRS (Constant Return to Scale).
CRS memungkinkan adanya asumsi bahwa jika ada penambahan input sebesar x
kali, maka juga akan terjadi peningkatan output sebesar x kali. Asumsi lain yang
terdapat pada model ini adalah bahwa setiap perusahaan beroperasi pada skala
optimal (optimum scale) (Farida, 2018).
Hasil dari pengukuran model CCR direfleksikan dengan nilai Technical
Efficiency. Technical efficiency berperan sebagai variabel independen pada
penelitian ini. Ukuran efisiensi DMU dapat dihitung dengan menyelesaikan
permasalahan programming matematika berikut ini (Farida, 2018):
∑𝑆
𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟0 ∑𝑆𝑈
𝑟=1 𝑢𝑟 𝑦𝑟𝑗
max h0 (u,) = ∑𝑆
; subject to ∑𝑚
≤ 1 …….(2.5.5)
𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑖𝑜 𝑖=1 𝑣𝑖 𝑥𝑦
untuk: j = 1,2, ..., n; ur ≥ 0, ur = 1,2, ..., s; vi ≥ 0, i = 1,2, ..., m
dimana:
xij = nilai input yang diamati dengan tiap ke-i dari DMU ke-j
vi = nilai bobot untuk input dengan tipe ke-i
yrj = nilai output yang diamati dengan tipe ke-r dari DMU ke-j
ur = nilai bobot untuk output dengan tipe ke-r
b. Model BCC
Model CCR selanjutnya dikembangkan kembali oleh Banker, Charnes, dan
Cooper pada tahun 1984, yang biasa disebut dengan model BCC. Model ini
mengasumsikan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala
optimal. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan tidak dapat
beroperasi pada skala optimalnya, seperti persaingan dan kendala-kendala
keuangan. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan
output tidak sama, atau biasa juga disebut dengan VRS (Variable Return to
Scale). Pada VRS, jika terdapat penambahan input sebesar x kali, maka tidak akan
menyebabkan output meningkat sebesar x kali, tetapi output dapat lebih kecil atau
lebih besar dari x kali (Farida, 2018).
Nilai-nilai yang diperoleh dari model BCC yang memperbolehkan variabel
return terskala membuat skala yang ada dapat tereliminasi sehingga nilai efisiensi
pengukuran kinerja untuk setiap DMU ini sering disebut dengan Pure Technical

11
Efficiency. Pure technical efficiency berperan sebagai variabel independen pada
penelitian ini. Berikut ini adalah persamaan model CCR (Farida, 2018):
Min θ0; subject to
=∑𝑛𝑗=1 λ𝑗 𝑦𝑟𝑗 ≥ 𝑦𝑟0 , r= 1,2,…s
= θ0xi0 - ∑𝑛𝑗=1 λ𝑗 𝑥𝑟𝑗 ≥ 0 , i= 1,2,…m
=∑𝑛𝑗=1 λ𝑗 = 1 ; λ𝑗 ≥ 0,j =1,2,…n…….(2.5.6)
Dimana :
θ = scalar
n = jumlah DMU
x = input
y = output
λ = DMU
Jika DMU memiliki perbedaan antara nilai asumsi CRS dan asumsi VRS,
maka DMU tersebut tidak dapat dinyatakan efisien secara skala. Skala efisiesi
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Skala efisiesi dapat dihitung
Technical Efficiency
dengan persamaan sebagai berikut: SE = …….(2.5.7)
Pure Technical Efficiency
(Abdullah et,al,2019).
2.6.Pengukuran Efisiensi dengan Pendekatan Stochasctic Frontier
Gagasan Stochastic Frontier Analysis (SFA) bermula dari dua artikel yang
diterbitkan secara independen oleh dua tim penulis, yaitu Meeusen dan van den
Broeck (1977) dan Aigner et al. (1977), disusul artikel yang ketiga oleh Battese
dan Corra (1977). Ketiga ide tersebut mempunyai kemiripan satu dengan yang
lainnya, yakni membahas tentang struktur error yang terbentuk dalam pemodelan
production frontier. Model tersebut dituangkan dalam bentuk persamaan berikut
(Coelli et al., 2005).
Y = f(X, β ) exp (V- U)
Untuk model produksi stochastic frontier Cobb-Douglas, persamaannya sebagai
berikut.
Ln Y= β0+βilnXi+ Vi - Ui
dimana Y adalah output, X adalah input, dan βi adalah parameter ke-i yang akan
diestimasi. Komponen error V adalah bentuk akomodasi statistical noise dengan
asumsi distribusi yang terbentuk adalah normal N (0, σ2v).
Komponen error U adalah bentuk akomodasi dari technical inefficiency
dengan asumsi nilai U≥0 dan terdistribusi normal N +(0, σ2u). Notasi N+
menandakan bahwa untuk model distribusi setengah normal dan truncated normal,
distribusi error terkonsentrasi pada setengah interval (0,∞). Diasumsikan bahwa V
terdistribusi secara independen terhadap U. Dengan demikian, produsen atau
perusahaan akan beroperasi di atas atau di bawah production frontier berdasarkan
asumsi U≥0.
Meeusen dan van den Broeck menggunakan distribusi eksponesial U (dalam
model Battese dan Corra) untuk distribusi setengah normal. Aigner et al. (1977)

12
menggunakan distribusi ekpsonensial dan setengah normal. Paramater yang
diestimasi adalah β, σ2v dan σ2u. Setelah proses estimasi dilakukan, nilai rata-rata
dari technical inefficiency¸ kalau digunakan distribusi setengah normal, diperoleh
dengan rumus berikut (Kumbhakar dan Lovell, 2000).
1
22
TE = exp(-U)=− 𝜋 σ U
dan jika digunakan distribusi eksponensial, maka
TE = exp (-U)= − σ U
Jika nilai U=0, maka nilai efisiensi yang dicapai oleh produsen atau
perusahaan adalah 100% dan jika nilai U>0, maka terdapat inefficiency.
Technical inefficiency (TE) merupakan fungsi dari faktor yang
memengaruhinya dan dapat dituliskan dalam persamaan berikut.
U=Zδ
Z adalah vektor variabel yang memengaruhi inefficiency dan δ merupakan
vektor paramater yang akan diestimasi. Lebih spesifik, persamaan di atas
dituliskan sebagai
U=Zδ+W
W adalah variabel acak, mengacu pada distribusi truncated normal dengan
rata-rata nol dan varians σ2. Dengan demikian, Technical Efficiency (TE) dapat
ditulis ulang menjadi persamaan berikut.
TE=exp(-U)= exp (-Zδ-W)
Aigner et al. (1977) serta Meeusen dan van den Broeck (1977) secara
independen merintis model fungsi produksi stochastic frontier. Aigner dan Chu
(1968) mengestimasi parametrik frontier dari fungsi produksi Cobb-Douglas
dengan menggunakan data N buah sampel dari perusahaan. Model fungsi produksi
itu dispesifikasi untuk data cross-sectional. Error term dipartisi atas dua
komponen, yakni disebabkan oleh random effects dan inefisiensi teknis. Model
fungsi produksi stochastic frontier itu dapat diekspresikan dalam persamaan
berikut.
Y= Xiβ + (Vi-Ui), i=1,2,……N
Yi adalah logaritma produksi dari perusahaan ke-i, Xi adalah vektor input k1
perusahaan ke-i,  adalah vektor dari parameter yang tidak diketahui, dan V i
adalah variabel random yang diasumsikan iid (identically independenly
distributed), N (0, σ2v) independen dari Ui yang merupakan variabel random non-
negative yang diasumsikan disebabkan oleh inefisiensi teknis dalam produksi dan
diasumsikan sebagai iid, N (0, σ2u ).
Spesifikasi ini telah banyak diaplikasikan selama tiga dekade terakhir.
Spesifikasi ini juga telah diubah dan diperluas, mencakup asumsi distribusi umum
untuk ui, seperti truncated normal distributions atau twoparameter gamma
distributions, pertimbangan terhadap data panel, dan variasi waktu efisiensi teknis,
perluasan metodologi untuk fungsi biaya, dan persamaan sistem estimasi.

13
Aplikasi dari metodologi frontier telah banyak digunakan untuk mengestimasi
parameter dari fungsi produksi frontier (Halter et al., 1957). Asumsi yang
mendasari produksi frontier adalah asumsi yang dikemukakan oleh Zellner-
Kmenta-Dreze tentang expected profit maximization mengimplikasikan kuantitas
input secara eksogen.
Parameter Battese dan Corra (1977) digunakan untuk menggantikan σ2v dab
σ2u dengan σ2= σ2v + σ2u dan  = σ2u/(σ2v + σ2u) Hal ini dilakukan dengan metode
Maximum Likelihood Estimates (MLE). Parameter  berada dalam rentang 0-1,
selanjutnya jarak ini dicapai dengan menyediakan nilai awal untuk proses interatif
maksimisasi, sesuai dengan algoritma Davidon-FletcherPowell Battese dan Coelli
(1992) mengusulkan fungsi produksi stochastic frontier untuk data panel (tidak
seimbang) yang mempengaruhi perusahaan dan diasumsikan terdistribusi sebagai
truncated normal random variables serta membolehkan adanya variasi periode
waktu. Model Battese dan Coelli diekspresikan sebagai berikut.
Yit = X it β + (Vit- Uit), i=1,2,……T
dimana: Yit adalah logaritma dari produksi perusahaan ke-i dan periode waktu ke-
t, Xit adalah vektor input k1 (transformasi dari kuantitas input perusahaan ke-i
dalam periode waktu ke-t),  adalah adalah vektor dari parameter yang tidak
diketahui, Vit adalah variabel random yang diasumsikan N(,σ2v ) dan
independen dari Uit= Ui exp[-(t-T)], Ui adalah variabel random yang
diasumsikan disebabkan oleh inefisiensi teknis dalam produksi dan diasumsikan
sebagai iid dan truncations at zero dari distribusi N(,σ2u ) dan data panel tidak
perlu seimbang (Coelli, 1992; Coelli,1993; Lovell, 1993; Battese et al.,1995;
Kumbhakar, 1997; Matthew dan Davidova, 2004).
Aigner dan Chu (1968) mengestimasi parametrik frontier dari fungsi produksi
Cobb-Douglas dengan menggunakan data N buah sampel dari perusahaan. Model
didefinisikan sebagai berikut : lnYi   X i   ui ,i = 1,2,…, n .
ln(Yi) adalah logaritma dari skalar output untuk perusahaan ke-i. Xi adalah vektor
input baris (K+1) yang memiliki elemen pertama sama dengan 1 dan elemen sisa
adalah logaritma dari kuantitas input K yang digunakan oleh perusahaan ke-i,
=(1,2,...,K) adalah skalar kolom (K+1) dari parameter yang tidak diketahui
untuk diestimasi, dan ui adalah random-variabel non-negatif yang berhubungan
dengan inefisiensi teknis perusahaan (Barnet, 1976; Meeusen dan van den Broeck,
1977; Caves et al.1982). Rasio output observasi perusahaan ke-i (Yi) relatif
terhadap output potensial yang diestimasi dari fungsi stochastic frontier dengan
vektor input Xi [exp(Xi)] digunakan untuk mengukur efisiensi teknis dari
perusahaan ke-i berikut.
𝑌 exp (𝑋𝑖 𝛽−𝑢𝑖 )
TE = exp(𝑋𝑖 = = exp(-ui)
𝑖 𝛽) exp (𝑋𝑖 𝛽)
Ukuran ini diusulkan oleh Farrell (1957) untuk mengukur efisiensi teknis yang
memiliki rentang nilai antara 0-1. Nilai efisiensi teknis ini mengindikasikan

14
output perusahaan ke-i relatif terhadap output yang dihasilkan oleh perusahaan
yang sepenuhnya efisien dalam menggunakan vektor input yang sama.
Estimasi model produksi stochastic frontier diperoleh dengan metode
Maximum Likelihood Estimasi Pengukuran Estimasi (MLE) atau Corrected
Ordinary Least-Squares (COLS). Distribusi probabilitas spesifik dari v dan u
mengasumsikan bahwa u dan v adalah independen dan bahwa x adalah eksogen.
Komponen error simetrik v memecahkan permasalahan batas jarak yang
tertangkap oleh varian dari model frontier. Estimasi COLS lebih mudah
dibandingkan dengan estimasi MLE, tetapi secara asimtotik kurang efisien. Coelli
(1995) menghadirkan pembuktian Monte Carlo dan menunjukkan bahwa COLS
secara umum seperti MLE untuk sampel yang lebih besar. Stevenson (1980)
mengungkapkan, distribusi half-normal dan eksponensial dapat digeneralisir
menjadi truncated normal dan gamma (Darmawan,2016).

15
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Efisiensi terdiri dari efisiensi teknis,alokatif ,dan ekonomi. Perhitungan
efisisensi digunakan untuk memaksimalkan ouput dan meminimalkan
ouput. Pertanian salah satu bidang yang perlu dilakukan pengukuran
efisiensi karena bisnis pertanian mempengaruhi pergerakan pertumbuhan
ekonomi dll.
2. Pengukuran efisiensi dapat diukur secara parametric dan non parametric.
Secara parametric pengukuran efisiensi menggunakan pendekatan
stochastic frontier sedangkan non parametric menggunakan analisis data
atau DEA.
3. Pengukuran efisiensi nantinya akan menuntun pada pola memanajemen
sumber daya serta memilih strategi yang tepat dalam pengembangan
bisnis. Salah satunya strategi pemberdayaan petani yang dapat di lakukan
dengan transformasi usahatani dari usahatani tradisional dengan berbasis
SDA dan SDM dengan keterampilan dan kemampuan manajerial yang
masih rendah ke arah kebudayaan industrial.

3.2.Saran
1. Diharapkan kepada pemangku kebijakan dalam pengambil keputusan
ekonomi terkait pertanian wajib memantau tingkat keberhasilan suatu hal
yang dilakukan salah satunya menggunakan pengukuran efisiensi.
2. Kepada mahasiswa/i agribisnis memahami pengukuran efisiensi agar
dapat mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pekerjaan yang
digeluti terutama yang minat dibidang bisnis pertanian hulu-hilir ,manajer
produksi dan pemasaran, pengelola sumber daya , dan lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,D,Meiliana,Kahar,M.S,Bunyamin,danErliana,CI.2020.Penerapan
Metode Data Envelopment Data Analysis Untuk Pengukuran Efisiensi
Kinerja Pendidikan Sekolah Menengah Atas.Aceh: SEFA BUMI
PERSADA.
Darmawan,D.P.2016.Pengukuran Efisiensi Produktif.Yogyakarta: Elmatera.
Ekowati, T., & Setiadi, A. (2015). ANALISIS EFISIENSI EKONOMI FAKTOR-
FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN
KARANGANYAR (ECONOMIC EFFICIENCY ANALYSIS OF RICE
FARMING PRODUCTION FACTORS IN KARANGANYAR
REGENCY). Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis, 11(1).
Fajar Israwan, LM, dkk. (2016).Implementasi Model CCR Data Envelopment
Analysis (DEA) Pada Pengukuran Efisiensi Keuangan Daerah. Jurnal
Sistem Informasi Bisnis.
Farida, Nurul, dan Muhammad Azhari (2018).Pengukuran Efisiensi
Menggunakan DEA Dan Pengaruhnya Terhadap Stock Return. Jurnal
SIKAP Vol.2 No.2
Firdaus, M. W., & Fauziyah, E. (2020). Efisiensi Ekonomi Usahatani Jagung
Hibrida di Pulau Madura. Agriscience, 1(1), 74-87.
Marsondang, A., Purwanto, B., & Mulyati, H. (2019). Pengukuran efisiensi serta
analisis faktor internal dan eksternal bank yang memengaruhinya. Jurnal
Manajemen Dan Organisasi, 10(1), 48-62.
Prasetyo, D. D., & Fauziyah, E. (2020). Efisiensi ekonomi usahatani jagung lokal
di Pulau Madura. Agriscience, 1(1), 26-38.
Saptana, S. (2012). Konsep Efisiensi Usahatani Pangan dan Implikasinya bagi
Peningkatan Produktivitas. In Forum Penelitian Agro Ekonomi (Vol. 30,
No. 2, pp. 109-128).
Sari, S. W., Nurmalina, R., & Setiawan, B. (2014). Efisiensi kinerja rantai pasok
ikan lele di Indramayu, Jawa Barat. Jurnal Manajemen &
Agribisnis, 11(1), 12-23.
Tasman Aulia dan Havidz Alma.2013.Ekonomi Manajerial dengan Pendekatan
Matematis Edisi Revisi.Jakarta:Rajawali Pers.
Utami, D. C. (2015). Analisa fungsi produksi dan efisiensi teknik pada usahatani
jagung. AGROMIX, 6(1).

17
LAMPIRAN
No Identitas Jurnal Ringkasan Isi
1 Judul : Efisiensi Ekonomi Usahatani Jagung merupakan komoditas
Jagung Hibrida Di Pulau Madura strategis di Indonesia. Pulau Madura
Penulis: Mohmmad Wahyu Firdaus memiliki luas areal
dan Elys Fauziyah tanam sebesar 400.000 hektare. Petani
Volume 1 Nomor 1 jagung hibrida menggunakan input
Nama Jurnal: AGRISCIENCE produksi
secara tidak proporsional sehingga
menyebabkan produktivitas yang
rendah dan biaya
usahatani tinggi. Tujuan penelitian ini
adalah melakukan analisis efisiensi
teknis, alokatif
dan ekonomis usahatani komoditas
jagung hibrida di Pulau Madura.
Penelitian
dilaksanakan di Pulau Madura dengan
total jumlah sampel sebanyak 60
responden.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
besar petani jagung varietas hibrida di
Pulau
Madura telah efisiensi secara teknis,
tapi belum dapat mencapai tingkat
efisiensi alokatif
dan ekonomi dengan nilai secara
berturut-turut sebesar 0,720, 0,312
dan 0,208
2 Judul : Efisiensi Kinerja Rantai Penelitian ini betujuan menganalisis
Pasok Ikan Lele di Inramayu, Jawa efisiensi kinerja rantai pasok ikan lele,
Barat dan merumuskan
Penulis: Seftiana Wulan Sari, Rita implikasi manajerial rantai pasok ikan
Nurmalina dan Budi Setiawan lele di Indramayu. Analisis efisiensi
Volume 11 Nomor 1 kinerja dianalisis dengan
Nama Jurnal: Jurnal menggunakan Data Envelopment
Manajemen&Agribisnis Analysis (DEA) yang dapat
membandingkan satu oganisasi
dengan
organisasi lain yang sejenis, yaitu
dengan membandingkan kinerja
saluran petani anggota kelompok
tani–perusahaan dan petani anggota
kelompok tani–bandar. Sementara itu,
implikasi manajerial
dianalisis dengan menggunakan GAP
analisis. Input dan output yang
digunakan dalam penelitian

18
ini berbasis pada SCOR (Supply
Chain Operation Reference) yang
melihat kinerja petani anggota
kelompok tani. Hasil penelitian dari
33 petani anggota kelompok tani,
tujuh diantaranya merupakan
petani anggota kelompok tani mitra
perusahaan CV Taman Lele
Indramayu sedangkan 26 lainnya
merupakan petani yang bermitra
dengan enam bandar di Desa Puntang,
Losarang, Indramayu. Terdapat
dua orang petani anggota kelompok
tani mitra perusahaan yang sudah
memiliki efisiensi kinerja 100%,
sedangkan pada petani anggota
kelompok tani dari 26 petani hanya
satu orang petani yang memiliki
efisiensi kinerja 100%. Hasil analisis
pada CV Taman Lele Indramayu yang
dibandingkan dengan
6 bandar, diketahui bahwa terdapat
dua bandar yang belum memiliki
efisiensi kinerja 100%, yakni
bandar 4 dan bandar 6. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa
kinerja petani anggota kelompok
tani mitra bandar masih belum cukup
efisien jika dibandingkan dengan
kinerja rantai pasok petani
anggota kelompok tani perusahaan. Di
lain pihak, kinerja rantai pasok ikan
lele di tingkat penyalur
yakni perusahaan dan bandar sudah
cukup efisien. Oleh sebab itu, untuk
mendapatkan efisiensi kinerja
rantai pasok 100% maka perlu
dilakukannya penurunan input atau
peningkatan output pada kinerja
petani ataupun bandar yang belum
memiliki efisiensi kinerja 100%.

19

Anda mungkin juga menyukai