Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ANALISIS PRODUKSI

MODEL- MODEL PENGUKURAN PROUKTIVITAS


(PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DAN EFESIENSI)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
KELAS A6

Julia Diyanti (200130026)

Anisa Noviyanti ( 200130028 )

Normi ( 200130046 )

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH ANALISIS PRODUKTIVITAS


Dr. Syarifah Akmal, ST.,MT

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INDUSTRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Mata kuliah Analisis Produktivitas yang berjudul
“Pengukuran Produktivitas dan Efesiensi”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
       Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
        Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ”Pengukuran
Produktivitas Dan Efsiensi” ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
    

                                                                            Aceh Utara, 12 Juni 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan Masalah................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3
2.1 Efesiensi Produktif...........................................................................3
2.2 Pengkuran Produktivitas Parsial......................................................7
2.3 Ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efesiensi Produktif.....8
2.4 Tujuan Penguuran Produtivitas efesiensi.........................................9
2.5 Keunggulan Ukuran Parsial...........................................................10
2.6 Kelemahan Ukuran Parsial.............................................................11
2.7 Total Pengukuran Produktivitas......................................................12
2.8 Pengukuran Profil Produktivitas....................................................12
2.9 Pengukuran Produktifitas yang Berkaitan dengan-Laba................14
2.10 Pendekatan Non-Diskonto.............................................................17
2.11 Kualitas dan Produktivitas.............................................................26
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................28
3.1 Kesimpulan.....................................................................................28
3.2 Saran................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam Kehidupan sehari-hari semakin pesat pekembangan teknologi
terutama pada perkembangan industri. Banyak perusahaan- perusahaan Industri
yang semakin hari semakin berkembang. Setiap perusahaan mempunyai tujuan.
Tujuan perusahaan adalah mencari laba semaksimal mungkin. Untuk tujuan
tersebut, Perusahaan melakukan operasinya. Proses dilakukan dengan cara
mempertimbangkan produktivitas perusahaan.
Produktivitas berhubungan dengan banyaknya masukan (input) dan
banyaknya keluaran (output). Baik faktor masukan maupun faktor keluaran dapat
merupakan ukuran unit-unit sumber daya. Faktor masukan dapat berupa sumber
materialatau bahan baku, tenaga kerja, mesin-mesin, serta sumber daya pikiran
otak manusia.
Tujuan pengukuran produktivitas ini adalah untuk menilai
apakah efisiensi produktif meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas
dapatberupa aktual atau prospektif. Pengukuran produktivitas aktual
memungkinkan manajermenilai, memantau, dan mengendalikan perubahan.
Sedangkan pengukuran produktivitasprospektif melihat ke masa depan dan
berguna sebagai input bagi pengambilan keputusan strategi.
Produktivitas penting dalam meningkatkan dan mempertahankan
perusahaan dalam hal menghasilkan barang atau jasa yang pada dasarnya tidak
lepas dari peningkatan dan pengefektifan mutu tenaga kerja sebagai sumber daya
manusia yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Pengukuran produktivitas digunaka untuk mengukur tingkat kinerja yang dicapai
oleh perusahaan. Dengan adanyaproduktivitas maka perusahaan dapat menilai
efisiensi dan efektifitas. Efisiensi berkaitan dengan seberapa baik berbagai
masukan itu dikombinasikan atau bagaimana pekerjaan itu dilaksanakan. Ini
berarti bagaimana mencapai tingkat volume tertentu dengan kualitas yang tinggi,
dalam jangka waktu yang lebih pendek, dengan pengeluaran yang seminimal

1
2

mungkin. Sedangkan efektifitas berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasil


yang diharapkan ini atau tingkat keluaran itu dapat dicapai atau tidak

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah unuk makalah ini adalah sebagai beriku:
1. Apakah yang dimaksud dengan produktivitas efesiensi?
2. Jelaskan perbedaan antara pengukuran produktivitas parsial dan total?
3. Jelaskan perbedaan efisiensi teknis dan efisiensi pertukaran input?

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. untuk mengetahui tentang produktivitas efesiensi
2. Untuk megetahui peredaan tentang bagaiamana pengukuran produktivitas
secara parsial dan total.
3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan efesiensi teknis dan efesiemsi
pertukaran input.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Efesiensi Produktif


Produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber
daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan
masukan). Menurut Veanancy Goel, dalam “To War a hiher productivity”
Produktivitas adalah Hubungan antara keluaran yang dihasilkan dengan masukan
yang dipakai pada waktu tertentu. Pengertian produktivitas secara teknis adalah
produksi terutama dalam pemakaian ilmu dan teknologi contohnya adalah output
produksi killowatt listrik yang digunakan.
Efisiensi dalam produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran
efisiensi pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam
membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan
penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Pengertian efisiensi
berorientasi kepada masukan (Husein, 1999:9)
Peningkatan produktivitas dan efisiensi merupakan sumber pertumbuhan
utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya,
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam
menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas jangka panjang. Dengan
jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat
lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut meningkat.
Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya
terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada berbagai
kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar
maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama
dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari
setiap aktivitas ekonomi tergantung pada manusia yang melaksanakan aktivitas
tersebut, maka sumber daya manusia merupakan sumber daya utama
dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan.
4

Produktivitas berkenaan dengan kegiatan memproduksi output dengan efisien


dan secara khusus merujuk ke relasi antara output dan input yang digunakan untuk
memproduksi output. Biasanya, kombinasi berbeda atau campuran input dapat
digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Total efisiensi produktif
adalah suatu titik di mana dua kondisi dipenuhi: yang pertama untuk setiap
campuran input yang akan memproduksi output tertentu, tidak diperlukan input
berlebih dari yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut dan yang
kedua berdasarkan campuran input yang memenuhi kondisi pertama, campuran
yang biayanya paling sedikitlah yang dipilih.
Kondisi pertama dipicu oleh relasi teknis dan, karenanya, dirujuk sebagai
efisiensi teknis. Memandang aktivitas-aktivitas sebagai input, kondisi pertama
mensyaratkan dihapuskannya aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai dan
bahwa aktivitas-aktivitas yang menambah nilai dapat dilakukan dengan kuantitas
minimal yang diperlukan untuk memproduksi output tertentu. Kondisi kedua
dipicu oleh relasi harga input relatif dan, karenanya, dirujuk sebagai efisiensi
pertukaran input. Harga input menentukan proporsi relatif yang harus digunakan
untuk setiap input. Penyimpangan dari proporsi tetap ini akan menghasilkan
inefesiensi pertukaran input.
Program perbaikan produktivitas melibatkan gerak maju ke status total
efisiensi produksi. Perbaikan dalam produktivitas dapat dicapai dengan
menggunakan lebih sedikit input untuk memproduksi output yang sama atau
dengan memproduksi lebih banyak output dengan menggunakan input yang sama
atau lebih banyak output dengan relatif lebih sedikit input. Misalnya, pada 1987,
Birmingham Steel Corporation memproduksi 167.000 ton baja dengan 184
pekerja, rata-rata 908 ton baja per pekerja. Pada 1992, output telah meningkat
sampai 276.000 ton baja dengan menggunakan 207 pekerja, dengan rata-rata
1.333 ton baja per pekerja. Pada 1987, standar produktivitas, sekitar 303 pekerja
dibutuhkan untuk menghasilkan 276.000 ton. Jadi, output meningkat dan sedikit
pekerja dibutuhkan.
Konsep produktivitas adalah mengacu pada konsep produktivitas sumber
daya manusia. Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan
5

antara keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas


dapat dikatakan meningkat apabila (J.Ravianto,1985:19):
1. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) tetap
2. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) naik
3. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) tetap, Output (O) naik
4. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) naik, Output (O) naik tetapi jumlah
kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan Input.
5. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) turun tetapi
jumlah penurunan Input lebih kecil daripada turunnya Output.
Konsep tersebut tentunya dapat dipakai di dalam menghitung produktivitas
disemua sektor kegiatan. Menurut Putti (1989:345) peningkatan produktivitas
dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk
dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan
keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa
produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan
efektifitas kerja secara total.
Adapun dalam perbaikan suatu produktivitas dengan efesiensi dapat
diilutrasikan pada gambar 2.1 sebagai berikut :
6

Sesuai dengan gambar 22-1 menggambarkan tiga cara untuk mencapai suatu
perbaikan dalam efisiensi teknis. Outputnya adalah jumlah ton baja, dan inputnya
adalah tenaga kerja (jumlah pekerja) dan modal (jumlah dolar yang diinvestasikan
dalam peralatan otomatis). Perhatikan bahwa proporsi relatif input dijaga tetap
konstan sehingga semua perbaikan produktivitas diatributkan ke perbaikan
efisiensi teknis. Perbaikan produktivitas juga dapat dicapai dengan menukar input-
input berbiaya tinggi dengan input yang berbiaya lebih rendah.

Pada gambar 22-2 menggambarkan kemungkinan perbaikan produktivitas


dengan meningkatkan efisiensi pertukaran input. Walaupun perbaikan efisiensi
teknis adalah yang paling sering dipikirkan ketika perbaikan produktivitas
7

disebutkan, efisiensi pertukaran input dapat memberikan kesempatan yang


signifikan dalam meningkatkan keseluruhan efisiensi ekonomis. Memilih
kombinasi input yang tepat dapat sama kritikalnya dengan memilih kuantitas input
yang tepat. Perhatikan dalam peraga 22-2 bahwa Kombinasi I input menghasilkan
output yang sama dengan input Kombinasi II tapi biaya berkurang $5.000.000.
Total pengukuran terhadap produktivitas biasanya merupakan perubahan
kombinasi dalam efisiensi teknis dan efisiensi pertukaran input.

2.2 Pengkuran Produktivitas Parsial


Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilain
kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk
menilai apakah efesiensi produktif telah meningkat atau menurun. Pengukuran
produktivitas dapat berupa actual atau perspektif. Pengukuran produktivitas aktual
memungkinkan manajer untuk menilai, memantau, dan mengendalikan
perubahan.
Pengukuran prospektif melihat ke masa depan, dan berguna sebagai input
bagi pengambilan keputusan strategis. Secara khusus, pengukuran prospektif
memungkinkan para manajer untuk membandingkan manfaat relatif diri berbagai
kombinasi input, pemilihan input dan bauran input yang memberikan manfaat.
terbesar. Pengukuran produktivitas dapat dikembangkan untuk masing-
masing input secara terpisah atau seluruh input secara bersama-sama. Pengukuran
produktivitas parsial (partial productivity measurement). Definisi pengukuran
prodktivitas parsial adalah produktivitas dari satu input tunggal biasanya diukur
dengan menghitung rasio output terhadap input.
Adapun perhitungannnya dapat dihitung dengan rumus sbagai berikut:
Rasio produktivitas = output/input

Karena hanya produksitivitas dari satu input yang sedang diukur, maka
ukuran itu disebut pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur
dalam kuantitas fisik, maka kita memperoleh ukuran produksitivitas operasional
(operational productivity measure). Jika output dan input dinyatakan dalam dolar,
maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan (financial productivity
8

measure). Sebagai contoh, misalkan pada tahun 2005, Kankul Company


memproduksi 120.000 mesin untuk AC window kecil dan menggunakan 40.000
jam tenaga kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja adalah 3 mesin per jam
(120.000/40.000). ini adalah ukuran operasional karena unit-unit dinyatakan
dalam bentuk fisik. Jika harga jual untuk setiap mesin adalah $50 dan biaya
tenaga kerja adalah $12 per jam, maka output dan input apat dinyatakan dalam
dolar. Rasio produktivitas tenaga kerja, yang dinyatakan dalam bentuk keuangan,
adalah $12,50 dari pendapatan per dolar biaya tenaga kerja
($6.000.000/$480.000).

2.3 Ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efesiensi Produktif


Rasio Produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam adalah ukuran
produktivitas Kankul pada tahun 2005, rasio tersebut menunjukkan sedikit
informasi mengenai efesiensi produktif atau apakah produktivitas perusahaan
telah meningkat atau menurun. Namun, dapat juga dibuat laporan mengenai
peningkatan atau penurunan. Efesiensi produktivitas melalui pengukuran
perubahan dalam produktivitas. Untuk mengukur perubahan dalam produktivitas,
ukuran prroduktivitas yang aktual berjalan dibandingkan dengan ukuran
produktivitas periode sebelumnya. Periode sebelumnya ini disebut periode dasar
(base period) dan menjadi acuan atau standar bagi pengukuran perubahan
efesiensi produktif. Periode sebelumnya dapat ditentukan secara bebas. Misalnya,
tahun sebelumnya, minggu sebelumnya, atau bahkan periode di mana batch
produk terakhir diproduksi. Untuk evaluasi strategis, periode dasar yang biasanya
dipilih adalah tahun sebelumnya. Untuk pengendalian operasional, periode dasar
cenderung mendekati periode berjalan-seperti batch produk terakhir atau minggu
sebelumnya.
Sebagi ilustrasi, anggaplah bahwa tahun 2005 adalah periode dasar dan
standar produktivitas tenaga kerja adalah tiga mesin per jam. Selanjutnya,
anggaplah bahwa pada akhir tahun 2005, kankul memutuskan untuk mencoba
prosedur baru untuk memproduksi dan merakit mesin dengan harapan bahwa
prosedur baru itu akan menggunakan lebih sedikit tenaga kerja. Pada tahun 2006,
terdapat 150.000 mesin yang diproduksi menggunakan 37.500 jam tenaga kerja.
9

Rasio produktivitas tenaga kerja untuk tahun 2006 adalah empat mesin per jam
(150.000/37.500). perubahan yang terjadi merupakan peningkatan yang signifikan
dalam produktivitas tenaga kerja dan menjadi bukti keefektifan prosedur baru
tersebut.

2.4 Tujuan Penguuran Produtivitas efesiensi


1. Membantu Mengidentifikasi Kelemahan
Adanya productivity measurement atau pengukuran produktivitas
memungkinkan perusahaan menemukan apa yang menjadi kelemahannya.
Ketika perusahan tahu apa yang menjadi kelemahan perusahaan, maka
perusahaan tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya di masa
depan.
2. Membantu Membuat Keputusan yang Strategis
Untuk membuat keputusan, perusahaan perlu tahu seperti apa kinerja
operasionalnya. Misalnya saja, perusahaan Anda memproduksi kemeja
jenis A selama setahun terakhir. Tapi kemeja tersebut tidak begitu laris
seperti produk lainnya. Setelah dilakukan pengukuran, diketahui ternyata
material yang digunakan mudah luntur. Dengan begitu perusahaan bisa
mengambil langkah strategis dengan mengganti jenis kain yang dipakai
untuk membuat kemeja A.
3. Memperoleh Wawasan Mengenai Kapabilitas Karyawan
Pengukuran kinerja karyawan merupakan bagian dari productivity
measurement. Tidak sedikit perusahaan yang mengalami kerugian karena
karyawannya yang ternyata kurang ahli atau terjadi kesalahan penempatan
posisi. 
Wawasan mengenai karyawan bisa menjadi sumber informasi untuk
memudahkan perusahaan mendelegasikan tugas kepada karyawan yang
tepat sekaligus membantu merencanakan program pengembangan kinerja
dan pelatihan.
10

4. Membantu Mengetahui Tingkat Efisiensi


Lewat hasil pengukuran produktivitas, perusahaan bisa mengetahui
efisiensi operasional dan semua komponen yang ada di dalamnya. Baik itu
mesin, teknologi, SDM dan lain sebagainya.
5. Membantu Memperbaiki Manajemen Waktu
Melakukan pengukuran produktivitas secara berkesinambungan akan
membantu perusahaan menemukan pola produksi yang tepat, termasuk
pembagian waktu. Ini akan memudahkan perusahaan dalam mengatur
jalannya produksi dengan alokasi waktu terbaik.

2.5 Keunggulan Ukuran Parsial


Keunggulan parsial memungkinkan manajer untuk memfokuskan
perhatiannya pada penggunaan input tertentu. Penggunaan ukuran parsial
memiliki keunggulan, yaitu mudah diinterprestasikan oleh semua pihak di dalam
perusahaan, sehingga ukuran tersebut mudah digunakan untuk menilai kinerja
produktivitas dari karyawan operasional.
Tenaga kerja, misalnya, dapat dihubungkan dengan unit yang diproduksi
per jam atau unit yang di produksi per pon (0,5 kilogram) bahan. Jadi, ukuran
operasional parsial menyediakan umpan balik yang dapat berhubungan dengan
dan dipahami oleh karyawan operasional, ukuran-ukuran yang berkaitan dengan
input-input tertentu yang berada dalam kendali mereka. Ini meningkatkan
kemungkinan bahwa ukuran operasional parsial ini bisa diterima oleh personil
operasional. Bahkan, untuk pengendalian operasional, standar.kinerja seringkali
berjangka sangat pendek. Misalnya, standar kinerja dapat berupa rasio
produktivitas dari batch barang sebelumnya. Dengan menggunakan standar ini,
tren produktivitas untuk tahun berjalan dapat ditelusuri.
Selain itu menurut Blocher, et, al.,2007:314 keunggunalan produktivitas
parsial opersional adalah:
1. Menggunakan unit fisik pada pembilang maupun penyebut sehingga
mudah dipahami oleh personel operasional.
2. produktivitas operasional lebih sederhana karena tidak dipengaruhi oleh
perubahan harga atau factor-faktor lain.
11

3. produktivitas parsial operasional memungkinkan manajemen untuk


mengetahui pengaruh perubahan produktivitas untuk suatu sumber daya
input terhadap operasi.
Adapun Keunggulan produktivitas parsial keuangan menurut Blocher, et
al.,2007:314:
1. Mempertimbangkan pengaruh biaya maupun kuantitas sumber daya input
terhadap produktivitas
2. Produktivitas parsial keuangan dapat digunakan dalam operasi yang
menggunakan lebih dari satu factor produksi.
Menurut Supriyono 1994:419 ukuran-ukuran parsial sebagai ukuran produktivitas
mempunyai beberapa keungggulan sebagai berikut:
1. Memungkinkan para manager untuk memusatkan pada penggunaan
masukan tertentu.
2. Ukuran parsial operasional lebih mudah digunakan untuk menilai kinerja
produktivitas karyawan operasional.
3. Untuk kepentingan pengendalian operasional, seringkali standar kinerja
yang digunakan bersifat jangka pendek.
4. Dengan menggunakan standar parsial, trend produktivitas dalam satu
tahun itu sendiri dapat ditelusuri

2.6 Kelemahan Ukuran Parsial


Ukuran parsial, yang digunakan secara terpisah, dapat menyesatkan.
Penurunan produktivitas suatu input mungkin diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas yang lainnya. Trade-off seperti itu di perlukan jika biaya secara
keseluruhannya turun, tetapi pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan ukuran
parsial masing-masing. Misalnya, mengubah proses agar tenaga kerja langsung
menggunakan lebih sedikit waktu untuk merakit sebuah produk mungkin akan
meningkatkan sisa bahan baku dan limbah produksi sementara output totalnya
tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas tenaga kerja meningkat, tetapi
produktivitas penggunaan bahan baku menurun. Jika kenaikan biaya sisa bahan
baku dan limbah produksi melebihi penghematan dari pengurangan tenaga kerja,
maka produktivitas secara keseluruhan menurun.
12

Adapun kelemahan pengukuran produktivitas efesiensi parsial adalah


sebagai berikut:
1. Ukuran parsial yang digunakan secara terpisah, atau tidak dihubungkan
dengan ukuran- ukuran lainnya, dapat menyesatkan.
2. Penurunan produktivitas salah satu jenis masukan mungkin diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas masukan lainnya. Perubahan tingkat
produktivitas masukan ini mungkin memang diharapkan oleh manajemen
jika secara keseluruhan biaya menurun, namun akibat yang bersifat
menyeluruh ini tidak dapat tercermin dalam pengukuran produktivitas
parsial.

2.7 Total Pengukuran Produktivitas


Pengukuran produktivitas untuk semua input sekaligus disebut pengukuran
total produktivitas. Pada praktiknya, mungkin tidak perlu mengukur efek semua
input. Banyak perusahaan mengukur produktivitas hanya untuk factor-faktor yang
dianggap sebagai indikator yang relevan dalam kinerja dan kesuksesan
perusahaan. Jadi, dalam peristilahan praktis, pengukuran total produktivitas dapat
didefinisikan sebagai pemusatan perhatian pada sejumlah terbatas input, yang
dalam total menunjukkan kesuksesan organisasi.
Dalam kasus lain, pengukuran total produktivitas mensyaratkan
pengembangan suatu pendekatan pengukuran multifactor. Suatu pendekatan
multifaktor yang umum dipakai dalam literature produktivitas (tapi jarang
ditemukan dalam praktik) adalah penggunaan agregasi (kumpulan) indeks-indeks
produktivitas. Kumpulan indeks-indeks tersebut kompleks dan sulit ditafsirkan
dan belum diterima secara umum. Dua pendekatan yang mendapat penerimaan
yang sama adalah pengukuran profil dan pengukuran produktivitas yang berkaitan
dengan laba.

2.8 Pengukuran Profil Produktivitas


Memproduksi suatu produk melibatkan sejumlah input kritikal seperti
tenaga kerja, bahan baku, modal, dan energi. Pengukuran profil menyediakan
serangkaian seri atau vektor yang memisahkan dan membedakan pengukuran-
13

pengukuran operasional parsial. Profil-profil dapat dibandingkan setiap waktu


untuk menyedikan informasi mengenai perubahan produktivitas. Untuk
menggambarkan pendekatan profil, kita akan menggunakan hanya dua input:
tenaga kerja dan bahan baku.
Contoh :

Kankul mengimplementasikan suatu produk baru dan proses perakitan pada 1998.
Asumsikan bahwa proses baru tersebut mempengaruhi baik tenaga kerja maupun
bahan baku. Produktivitas kedua input bergerak kearah yang sama. Data berikut
ini tersedia untuk 1997 dan 1998:

1997 1998
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500
Penggunaan bahan baku (dalam pon) 1.200.000 1.428.571

Lihat ilustrasi pada perbaikan produktivitas Peraga 22.3

Pengukuran Produktivitas: Analisis Profil, Tidak Ada Pertukaran

Rasio Produktivitas Operasional Parsial Profil 1997 Profil 1998 (β)


(α)
Rasio produktivitas tenaga kerja 3,000 4,000
Rasio produktifitas bahan baku 0,100 0,105
(α) Tenaga kerja = 120.000 : 40.000; bahan baku = 120.000 : 1.200.000
(β) Tenaga kerja = 150.000 : 37.500; bahan baku = 150.000 : 1.428.571

Peraga diatas (22-3) memberikan profil rasio produktivitas untuk setiap


tahun. Profil 1997 adalah (3; 0,100), dan profil 1998 adalah (4; 0,105).
Membandingkan profil-profil kedua tahun, kita dapat melihat bahwa produktivitas
meningkat baikuntuk tenaga kerja maupun bahan baku (dari 3 ke 4 untuk tenaga
kerja dan dari 0,100 ke 0,105 untuk bahan baku). Perbandingan profil
memberikan informasi yang cukup untuk seorang manajer menyimpulkan bahwa
proses perakitan yang baru telah secara tepat memperbaiki seluruh produktivitas.
Namun demikian, nilai perbaikan ini tidak diungkapkan dalam rasio. Seperti yang
ditunjukkan, analisis profil akan memberikan para manajer informasi-informasi
14

yang berguna tentang perubahan produktivitas. Namun demikian,


membandingkan profil produktivitas tidak akan selalu mengungkapkan hakikat
perubahan keseluruhan dalam efisiensi produksi. Dalam beberapa kasus, analisis
laba tidak akan memberikan indikasi yang jelas apakah perubahan suatu
produktivitas itu baik atau buruk. Untuk menggambarkan ini, mari merevisi data
Kankul untuk dilakukannya pertukaran di antara dua unit.
Lihat kembali ilustrasi Perbaikan Produktivitas efesinesi Peraga 22.4

Pengukuran Produktivitas: Analisis Profil dengan Pertukaran

Rasio Produktivitas Operasional Parsial Profil 1997 Profil 1998 (β)


(α)
Rasio produktivitas tenaga kerja 3,000 4,000
Rasio produktifitas bahan baku 0,100 0,088
(α) Tenaga kerja = 120.000 : 40.000; bahan baku = 120.000 : 1.200.000
(β) Tenaga kerja = 150.000 : 37.500; bahan baku = 150.000 : 1.700.000

Asumsinya bahwa penggunaan bahan baku pada 1998 adalah 1.700.000 pon.
Dengan menggunakan jumlah revisi ini, profil produktivitas untuk 1997 dan 1998
disajikan dalam peraga diatas (22-4). Profil produktivitas untuk 1997 adalah tetap
(3; 0,100), tapi profil untuk 1998 telah berubah (4; 0,008). Membandingkan profil
produktivitas sekarang memberikan tanda yang bercampur. Produktivitas tenaga
kerja naik dari 3 menjadi 4, tapi produktivitas bahan baku menurun dari 0,100 ke
0,088. Proses yang baru menyebabkan adanya pertukaran dalam produktivitas
kedua pengukur tersebut. Selanjutnya, sementara analisis profil mengungkapkan
adanya pertukaran, analisis ini tidak mengungkapkan apakah pertukaran ini baik
atau buruk. Jika efek ekonomis terhadap perubahan produktivitas positif, maka
pertukaran ini bagus adanya; jika tidak demikian, ia harus dianggap buruk.
Menilai pertukaran tersebut membuat kita dapat menilai efek ekonomis dari
keputusan untuk mengubah proses perakitan. Selanjutnya, dengan menilai
perubahan produktivitas, kita memperoleh suatu total pengukuran produktivitas.

2.9 Pengukuran Produktifitas yang Berkaitan dengan-Laba


Menilai efek-efek perubahan produktivitas pada laba saat ini merupakan
salah satu cara untuk menilai perubahan produktivitas. Perubahan laba dari
15

periode dasar ke periode saat ini. Sebagian perubahan laba itu diatributkan ke
perubahan produktivitas disebut pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan-
laba.
Menilai efek-efek perubahan produktivitas terhadap laba periode saat ini
akan membantu para manajer memhami kepentingan ekonomis dari perubahan
produktivitas. Keterkaitan perubahan produktivitas dengan laba dijelaskan oleh
peraturan berikut :
Untuk periode saat ini (periode lancar), hitung biaya input yang akan
digunakan jika perubahan produktivitas tidak ada dan bandingkan biaya ini
dengan biaya input yang actual digunakan. Perbedaan dalam biaya ini
merupakan jumlah di mana laba berubah karena perubahan produktivitas.
Untuk menerapkan peraturan keterkaitan ini, input yang akan digunakan pada
periode lancer jika perubahan produktivitas tidak ada harus dihitung. Untuk itu,
PQ adalah kuantitas input dari produktivitas-netral. Untuk menentukan kuantitas
input partikular dari produktivitas-netral, bagilah output periode-lancardengan
rasio produktivitas input periode-dasar:
PQ = Output Lancar : Rasio produktivitas periode-dasar

Untuk mengilustrasikan aplikasi peraturan keterkaitan-laba, mari kembali ke


contoh Kankul dengan pertukaran input. Untuk datanya, kita harus menambahkan
beberapa informasi biaya. Perluasan data Kankul diberikan di bawah ini:

1997 1998
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500
Penggunaan bahan baku (dalam pon) 1.200.000 1.700.000
Harga jual per unit (mesin) $50 $48
Upah per jam tenaga kerja $11 $12
Biaya per pon bahan baku $ 2 $ 3

Output lancar (1998) adalah 150.000 mesin. Dari peraga 22-4 kita tahu bahwa
rasio produktivitas periode-dasar adalah 3 dan 0,10 untuk tenaga kerja dan bahan
baku, berturut-berturut. Dengan menggunakan informasi ini, kuantitas
produktivitas netral untuk setiap input dihitung sebagai berikut:

PQ (tenaga kerja) = 150.000 : 3 = 50.000 jam


16

PQ (bahan baku) = 150.000 : 0,10 = 1.500.000 pon


Untuk contoh, PQ adalah input tenaga kerja dan bahan baku yang akan
digunakan pada 1998, jika tidak ada perubahan produktivitas. Berapa jumlah
biaya untuk kuantitas produktivitas-netral pada 1998 ini dihitung dengan
mengalikan tiap kuantitas input individual (PQ) dengan harga saat ini (P) dan
menambahkannya:

Biaya tenaga kerja: PQ x P = 50.000 x $12 = $


600.000
Biaya bahan baku: PQ x P = 1.500.000 x $3 =
4.500.000
Total biaya PQ $
5.100.000

Biaya input aktual diperoleh dengan mengalikan kuantitas aktual (AQ)


dengan harga input saat ini (P) untuk setiap input dan ditambahkan:

Biaya tenaga kerja: AQ x P = 37.500 x $12 =


$ 450.000
Biaya bahan baku: AQ x P = 1.700.000 x $3 =
5.100.000
Total biaya saat ini
$5.550.000

Akhirnya, efek produktivitas terhadap laba dihitung dengan mengurangkan


total biaya lancer dari total biaya PQ.

Efek keterkaitan-laba = Total biaya PQ – Total biaya saat ini

= $5.100.000 - $5.550.000

= $450.000 laba menurun

Lihat kembali ilustrasi pada berbaikan produktivitas efesiensi Peraga 22-5

Pengukuran Produktivitas Keterkaitan-Laba

(1) (2) (3) (4) (2) – (4)


Input PQ* PQ x P AQ AQ x P (PQ x P) – (AQ x
P)
Tenaga $ 600.000 $ 450.000 $ 150.000
kerja 50.000 37.500
17

Bahan 1.500.00 4.500.000 1.700.00 5.100.000 (600.000)


baku 0 0
$5.100.000 $5.550.000 ($450.000)
*Tenaga kerja: 150.000/3; Bahan baku: 150.000/0,10

Rangkuman dalam peragaan diatas (22-5) mengungkapkan bahwa efek bersih


dari perubahan proses adalah unfavorable. Laba menurun sampai $450.000 karena
perubahan produktivitas. Perhatikan juga bahwa efek produktivitas keterkaitan
laba dapat dibebankan ke input individual. Kenaikan produktivitas tenaga kerja
menghasilkan kenaikan laba senilai $150.000; namun demikian, penurunan
produktivitas bahan baku menghasilkan penurunan laba senilai $600.000.
kebanyakan penurunan laba datang dari kenaikan pemakaian bahan baku tertuma
bahan baku buangan dan sisa, dan unit-unit cacat yang lebih besar dengan proses
yang baru. Jadi, pengukuran keterkaitan-laba memberikan efek pengukuran
parsial sama halnya dengan efek pengukuran total. Pengukuran total produktivitas
keterkaitan-laba adalah jumlah pengukuran parsial individu. Hal ini membuat
pengukuran keterkaitan-laba menjadi pengukuran yang ideal dalam menilai
pertukaran. Gambaran tentang efek perubahan produktivitas menjadi lebih jelas.
Kecuali jika bahan baku buangan dan sisa di bawah control yang lebih baik,
perusahaan harus kembali ke proses perakitan sebelumnya. Tentu saja, adalah
mungkin bahwa efek pembelajaran dari proses baru tidak sepenuhnya ditangkap
dan perbaikan selanjutnya dalam produktivitas tenaga kerja dapat diamati. Ketika
tenaga kerja menjadi lebih alih, adalah mungkin bahwa penggunaan bahan baku
mengalami penurunan.

2.10 Pendekatan Non-Diskonto


Pengukuran perubahan dalam efisiensi aktivitas dapat menjadi bagian
yang penting dalam sistem manajemen berdasarkan aktivitas. Pengukuran
produktivitas berhubungan dengan relasi input dan output. Dua pendekatan
terhadap analisis produktivitas aktivitas, yaitu:
1. Analisis produktivitas aktivitas
Analisis produktivitas aktivitas merupakan suatu pendekatan yang secara
langsung mengukur perubahan dalam produktivitas aktivitas. Dalam kasus
18

ini, sebuah aktivitas dipandang sebagai sebuah entitas yang menggunakan


input-input untuk memproduksi suatu output. Input adalah sumber daya
yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas. Jadi, sumber daya adalah input atau
faktor produksi yang digunakan untuk menciptakan outputnya. Input atau
sumber daya ini identik dalam konsep mengenai faktor-faktor yang
digunakan untuk memproduksi suatu produk: bahan baku, tenaga kerja,
modal, energi, dan lain-lain.
Peraga (contoh di atas ) 22-6 Gambar model aktivitas yang menyediakan
pendasaran konsep bagi analisis produktivitas aktivitas. Adapun Gambar model
aktivitas dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Aktivitas

Contoh soal
Untuk mengilustrasikan analisis produktivitas aktivitas, kita akan fokus
pada aktivitas tunggal. Misalkan bahwa aktivitas tersebut adalah pembelian.
Output pembelian adalah pesanan pembelian, dan jumlah pesanan pembelian
merupakan ukuran output yang mungkin. Untuk penyederhanaan, asumsikan
bahwa tenaga kerja dan bahan baku (formulir-formulir, perangko, dan amplop)
merupakan sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut. Pada akhir
1997, aktivitas pembelian telah diperlancar dengan mendesain kembali pesanan
19

pembelian, mengurangi jumlah suplier, dan mengurangi suku cadang berbeda


yang diperlukann untuk dipesan. Data aktivitas untuk pembelian diberikan di
bawah ini untuk 1997 dan 1998. Data merefleksikan efek perbaikan aktivitas:

1997 1998
Jumlah pesanan pembelian 200.000 240.000
Pemakaian bahan baku (pon) 50.000 50.000
Pemakaian tenaga kerja (jumlah pekerja) 40 30
Biaya per pon bahan baku $1 $ 0,80
Biaya (upah) per pekerja $ 30.000 $ 33.000

Peraga 22-7 menyajikan profil dan analisis keterkaitan-laba untuk aktivitas


pembelian. Analisis profil mengungkapkan bahwa produktivitas membaik untuk
kedua pengukuran input parsial. Nilai perbaikan-perbaikan produktivitas ini
adalah $ 602.000 dengan mayoritas nilai yang dihasilkan oleh kenaikan
produktivitas tenaga kerja pembelian. Jadi, perubahan dalam produktivitas
aktivitas dapat dinilai atau diprediksi dengan menggunakan metodologi yang
sama, yang tersedia untuk menilai produktivitas aktivitas.
Peraga 22-7 Ilustrasi Analisis Produktivitas Aktivitas

Analisis Profil:
1997 1998
Bahan baku 4 4,8
Tenanga Kerja 5.000 8.000

Pengukuran Produktivitas Keterkaitan-Laba:


(1) (2) (3) (4) (2) – (4)
Input PQ* PQ x P AQ AQ x P (PQ x P) –
(AQ x P)
Tenaga kerja 60.000 $ 50.00 $ $ 8.000
48.000 0 40.000
Bahan Baku 48 30 594.000
1.584.000 990.000
$ $ $ 602.000
1.632.000 1.030.000
*240.000/4; 240.000/5.000

Adapun keterbatasan dalam analisis produktivitas aktivitas yaitu, aktivitas-


aktivitas dalam suatu organisasi dapat diklasifikasikan sebagai yang menambah
20

nilai dan tidak menambah-nilai. Aktivitas menambah-nilai yang dilakukan secara


tidak efisien akan menimbulkan biaya tidak menambah-nilai dan dapat diperbaiki.
Jadi, analisis produktivitas aktivitas dapat menjadi alat yang berguna untuk
memprediksi dan memonitor perbaikan efisiensi untuk aktivitas-aktivitas kategori
nilai-tambah. Aktivitas tidak menambah-nilai adalah aktivitas-aktivitas yang tidak
perlu, dan peerusahaan harus berusaha keras untuk menghapus aktivitas-aktivitas
tersebut.
Misalnya, andaikan bahwa output penanganan bahan baku diukur dengan
jumlah gerakan dan bahwa tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang
signifikan. Diandaikan bahwa usaha-usaha dilakukan untuk mengurangi
permintaan penangaanan bahan baku. Pada 1997, 50.000 gerakan dilakukan
dengan 10 pekerja, memproduksi rasio produktivitas 5.000 gerakan per satu
pekerja. Pada 1998, permintaan untuk perpindahan bahan baku berkurang sampai
22.000 gerakan dan 5 pekerja karena dilakukannya perbaikan-perbaikan, dan
menghasilkan rasio produktivitas 4.400 gerakan per satu pekerja. Perbandingan
rasio menunjukkan bahwa produktivitas aktivitas telah menurun. Namun,
tindakan-tindakan yang telah dilakukan membuat hasil yang sepenuhnya
konsisten dengan pengurangan dan penghapusan aktivitas penanganan-bahan
baku. Jadi kelihatannya masuk akal untuk membatasi analisis produktivitas
aktivitas hanya terhadap aktivitas-aktivitas yang menambah nilai.
2. Analisis produktivitas proses
Analisis proses memperlakukan aktivitas sebagai input dan mengevaluasi
produktivitas aktivitas dengan mengkaitkan aktivitas dengan output yang
dihasilkan oleh proses tersebut. Pengukuran produktivitas parsial dihitung
untuk setiap aktivitas yang termasuk dalam proses tersebut. Pengukutan
parsial ini digunakan untuk analisis profil dan keterkaitan-laba. Kelebihan
pendekatan ini adalah memungkinkan aktivitas menambah-nilai dan tidak
menambah-nilai diperhitungkan secara bersamaan. Mempertahankan atau
meningkatkan output proses sambil mengurangi dan menghapus aktivitas
tidak menambah-nilai harus ditunjukkan sebagai peningkatan
produktivitas.
21

Perbaikan atau inovasi proses berarti mencari cara-cara baru- sering kali
cara yang radikal-dalam memproduksi output proses. Hal ini dicapai dengan
melakukan seleksi aktivitas, penguranan aktivitas, penghapusan aktivitas, dan
pembagian aktivitas. Efeknya adalah mengubah campuran dan kuantitas aktivitas
yang mendefinisikan proses. Analisis produktivitas proses menawarkan suatu cara
untuk mengukur efek ekonomis aktual dan yang ditawarkan oleh perbaikan atau
inovasi proses.
Adapun Model Produktivitas Proses yaitu menggambarkan model
produktivitas proses. Mendefinisikan pengukuran input untuk setiap aktivitas
merupakan elemen kunci dari model tersebut. Karena output setiap aktivitas
dikonsumsi oleh output proses, pengukuran input adalah pengukuran output
aktivitas. Biaya per unit input aktivitas disebut tarif aktivitas (activity rate). Setiap
organisasi memiliki berbagai proses seperti pengembangan produk, perolehan
barang, proses manufaktur, penjuala, pemenuhan pesanan, dan jasa pelanggan.
Setiap proses memiliki satu atau lebih output. Proses manufaktur, misalnya, dapat
memproduksi dua atau lebih produk. Dalam kasus ini, produk-produk itu adalah
output proses manufaktur.
Ketika suatu proses memiliki pengukuran output ganda, analisis
produktivitas dilakukan untuk setiap jenis output. Input-input diukur dengan
menghitung permintaan untuk setiap produk (output) dari setiap aktivitas. Untuk
analisis keterkaitan-laba, suatu pengukuran produktivitas proses agregasi
diperoleh dengan menjumlah pengukuran keterkaitan-laba untuk setiap output.
Input-input diukur dengan menghitung permintaan untuk setiap produk (output)
dari setiap aktivitas. Untuk analisis keterkaitan-laba, suatu pengukuran
produktivittas proses agregasi diperoleh dengan menjumlah pengukuran
keterkaitan-laba untuk setiap output.
Adapun skema model pproduktivitas Proses daoat dilihat pada Gamabar
2.2 sebagai berikut:
22

Gambar 2.2 Model Proses

Sebuah Contoh Ilustrasi Carthage Company memproduksi dua jenis


senapan pemburu dari pabrik yang sama: Model A dan Model B. Asumsikan
bahwa proses manufaktur di definisikan dengan aktivitas-aktivitas berikut ini:
proses mesin, perakitan, inspeksi, dan pengerjaan kembali. Dari keempat aktivitas
tersebut, proses mesin dan perakitan merupakan aktivitas nilai tambah dan
inspeksi dan pengerjaan kembali merupakan aktivitas tidak menambah nilai. Pada
akhir 1997, Carthage memulai beberapa perubahan proses yang di desain untuk
memperbaiki kualitas dan metode produksi. Perubahan dalam metode yang di
harapkan dapat meningkatkan presisi proses mesin dan menurunkan waktu kerja
mesin; namun demikian, suku cadang yang di hasilkan akan sedikit sulit di rakit,
dan diperkirakan memerlukan waktu perakitan yang lebih lama. Jika kenaikan
kualitas muncul seperti yang di harapkan , maka proses tersebut memerlukan lebih
sedikit aktivitas inspeksi dan lebih sedikit pengerjaan kembali. Informasi yang
berkaitan dengan proses dan kedua produknya di sajikan dalam peraga 22-9.
Peraga 22-10 memberikan analisis produktivitas proses berdasarkan data dari
peraga 22-9.
(Peraga 22-9 Data Produktivitas : Contoh Carthage Company)
23

1997 1998
Model A :
Unit yang di produksi 20.000 25.000
Jumlah jam kerja mesin yang di gunakan 20.000 20.000
Jumlah jam perakitan 5.000 6.500
Jumlah jam inspeksi 10.000 5.000
Jumlah unit yang dikerjakan kembali 1.000 500
Model B :
Jumlah unit yang di produksi 10.000 12.000
Jumlah jam kerja mesin yang di gunakan 5.000 4.000
Jumlah jam perakitan 2.000 2.600
Jumlah jam inspeksi 4.000 2.200
Jumlah unit yang dikerjakan kembali 400 200
TarifAktivitas :
Proses mesin (per jam kerja mesin) $ 39 $ 40
Perakitan (per jam perakitan) 9 10
Inspeksi (per jam inspeksi) 10 12
Pengerjaan kembali (per unit yang di kerjakan 20 20
kembali)

Hasil produktivitas dalam peraga 22-10 menunjukan bahwa produktivitas


aktivitas meningkat untuk semua aktivitas kecuali untuk kegiatan perakitan
(berdasarkan analisis profil untuk kedua model). Perhatikan bahwa out put
meningkat dan input tidak meambah nilai menurun secara signifikan,
Menghasilkan kenaikan dramatis dalam rasio produktivitas untuk kedua aktivitas
yang tidak menambah nilai. Jadi perubahan dalam produktivitas aktivitas muncul
seperti yang di harapkan. Selanjutnya, nilai perubahan produktivitas adalah
positive, menunjukan perubahan favorable- kenyataa bahwa produktivitas
perakitan menurun, bukan hasil yang buruk berdasarkan keuntungan yang di dapat
dari aktivitas-aktivitas lainnya. Akhirnya, pengukuran agregasi memberitahu kita
bahwa total produktivitas proses meningkat sampai $ 417,300. Kesuksesan ini di
capai dengan mengurangi tinkat aktivitas tidak menambah nilai dan dengan
memperbaiki aktivitas mesin.

Model A
24

Analisis Profil :
1997 1998
Proses mesin 1 1,25
Perakitan 4 3,8
Inspeksi 2 5,0
Pengerjaan Kembali 20 50,0
PengukuranProduktivitasKeterkaitan-Laba:
(1) (2) (3) (4) (2)-(4)
Input PQ* PQxP AQ AqxP (PQxP) –
(AQxP)
Proses mesin 25.000 $1.000.000 20.000 $800.000 $200.000
Perkitan 6.250 62.500 6.500 65.000 (2.500)
Inspeksi 12.500 150.000 5.000 60.000 90.000
Pengerjaan kembali 1.250 25.000 500 10.000 15.000
$ $ $
1.237.500 935.000 302.500
*25.000 : 1; 25.000 : 4; 25.000 : 2;
25.000 : 20

Model B
AnalisisProfil :
1997 1998
Proses mesin 2,0 3,0
Perakitan 5,0 4,6
Inspeksi 2,5 5,5
Pengerjaan Kembali 25,0 60,0
PengukuranProduktivitasKeterkaitanLaba :
(1) (2) (3) (4)
Input PQ* PQxP AQ AQxP (PQxP)-
(AQxP)
Proses mesin 6.000 $ 24.000 4.000 $160.000 $ 8.000
Perakitan 2.400 24.000 2.600 26.000 (2.000)
Inspeksi 4.800 57.000 2.200 26.400 31.200
Pengerjaan Kembali 480 9.500 200 4.000 5.600
$331.200 $216.000 $114.800
*12.000 : 2; 12.000 : 5; 12.000 : 2,5;
12.000 : 25

Pengukuran Proses Agregasi


PengukuranKeterkaitan-Laba
Model A $
302.500
Model B 114.800
Total $
417.300
25

Adapun keterbatasan dan Peringatan terhadap Pengukuran Produktivitas


Karena output aktivitas merupakan input, pengurangan aktivitas yang tidak
menambah nilai seharusnya di tunjukan sebagai perbaikan produktivitas proses.
Mengapa ? Pengurangan aktivitas-aktivitas tidak menambah nilai berarti menacari
cara untuk memproduksi output proses yang sama atau lebih tinggi dengan lebih
sedikit output aktivitas tidak menambah nilai , dan karenanya rasio output atau
input akan menunjukan kenaikan. Tujuannya adalah memproduksi output proses
tanpa satupun input aktivitas yang tidak menambah nilai. Pengurangan dan
penghapusan aktivitas tidak manambah nilai berarti memperbaiki efisiensi proses
teknis. Jadi, penting untuk mengidentifikasi semua input-input aktivitas tidak
menambah nilai untuk suatu proses . Ini berarti bahwa kita harus berhati-hati
dalam mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas-aktivitas yang di gunakan
oleh proses yang di evaluasi.
Misalnya, proses perolehan (procurement process). Proses ini terdiri dari 3
aktivitas utama : pembelian, penerimaan, dan pembayaran tagihan. Aktivitas-
aktivitas tersebut biasanya di klasifikasikan sebagai aktivitas nilai-tambah. Dalam
realitas, aktifitas tersebut mungkin saja memiliki subproses-subprosesdan dig anti
oleh aktivitas lain, yaitu yang lebih baik. Sebagian aktivitas yang lebih baik yang
mendefinisikan subproses pada dirinya sendiri dapat merupakan aktivitas yang
tidak menambah nilai. Misalnya, pembayaran tagihan mungkin di definisikan oleh
aktivitas-aktivitas seperti membandingkan dan mencocok-cocokan dokumen
sumber, memecahkan masalah perbedaan angka, dan aktivitas mengeluarkan cek.
Dari ketia aktivitas tersebut, memecahkan masalah perbedaan angka jelas
merupakan aktivitas tidak menambah nilai dan mengurangi serta menghapus
aktvitas ini akan memperbaiki keseluruhan produktivitas proses. Namun, jika
aktivitas ini di timbun dalam aktivitas pembayaran tagihan dan produktivitas
aktivitas diukur relative terhadap aktivitas yang lebih makro, maka perbaikan
mungkin tidak akan terdeteksi. Secara khusus, penghapusan aktivitas tidak
menambah nilai, yaitu menghapus aktivitas memecahkan masalah perbedaan
angka, mungkin tidak mempengaruhi pengukuran output aktivitas, yaitu jumlah
tagihan yang di bayarkan , atau pengukuran output proses, yaitu jumlah barang
yang di beli dan di bayar. Jadi, pengukuran produktivitas akan tetap tidak berubah
26

walaupun ada perbaikan produktivitas proses. Solusinya adalah dengan


mendefinisikan input proses pada tingkat yan lebih baik (memecahkan masalah
perbedaan angka yang seharusnya merupakan input proses, diukur dengan jumlah
perbedaan angka yang diselesaikan).
Aktivita-aktivitas menambah nilai juga memiliki masalah yang sama.
Memperbaiki efisiensi aktivitas nilai tambah dalam suatu proses mungkin tidak
kelihatan sebgai suatu perbaikan produktivitas proses. Misalnya, lebih sedikit
input digunakan untuk memeproduksi output proses yang sama. Jadi, diperlukan
analisi produktivitas aktifitas yang terpisah untuk aktivitas nilai-tambah. Jumlah
pengukuran keterkaitan-laba individual untuk semua aktivitas nilai-tambah dalam
suatu proses dapat digunakan untuk mengukur efeknya terhadap produktivitas
proses dari perbaikan aktivitas individual. Tentu saja, terdapat perbaikan
produktivitas proses untuk aktivitas-aktivitas nilai tambah yang akan di teruskan
oleh analisis produktivitas tingkat proses-khusunya pebaikan-perbaikan (atau
inovasi inovasi) yang secara langsung mempengaruhi kuantitas dan jenis output
aktivitas yang di gunakan suatu proses. Kedua pengukuran tersebut harus di
gunakan untuk memberikan informasi kinerja yang cermat dan logis kepada para
manajer.

2.11 Kualitas dan Produktivitas


Peningkatan kualitas dapat memperbaiki produktivitas dan sebaliknya.
Misalnya, perihal pengerjaan kembali, sebuah aktivitas kegagalan internal. Jika
pengerjaan kembali di kurangi dengan produksi unit cacat yang lebih sedikit,
maka lebih sdikit tenaga kerja dan bahan baku yang digunakan unuk
memproduksi output yang sama . Pengurangan jumlah unit yang cacat
meningkatkan kualitas; pengurangan jumlah input yang digunakan meningkatkan
produktivitas.
Karena kebanyakan perbaikan kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang
digunakan untuk memproduksi dan menjual output organisasi, kebanyakan
perbaikan kualitas akan meningkatkan produktivitas. Jadi, pada umumnya,
perbaikan kualitas akan direfleksikan dalam pengukuran produktivitas. Namun
demikian, terdapat cara lain untuk memperbaiki produktivitas selain melalui
27

perbaikan kualitas. Sebuah perusahaan dapat memproduksi barang dengan sedikit


atau nihil unit cacat tapi tetap memiliki proses yang tidak efisien.
Misalnya, asumsikan suatu produk melewati proses 5 menit sebanyak dua
kali. (diasumsikan barang tersebut diproduksi bebas cacat). Maka, satu unit
memerlukan 10 menit untuk melalui kedua proses tersebut. Saat ini, unit-unit
diproduksi dalam batch 1.200. Proses 1 memproduksi 1.200 unit. Kemudia, batch
itu dibawa dengan mesin pengangkut barang ke lokasi lain, dimana unit-unit
melewati Proses 2. Jadi, untuk setiap proses , totalnya adalah 6.000 menit, atau
100 jam, yang di perlukan untuk memproduksi satu batch. Seribu dua ratus
(1.200) unit jadi, kemudian, memerlukan 200 jam (100 jam untuk setiap proses)
plus waktu pengangkutan (diasumsikan 15 menit).
Dengan mendesain kembali proses manufaktur, efisiensi dapat di tingkatkan.
Misalkan, proses yang kedua di alokasikan cukup dekat dengan proses pertama
sehingga segera setelah unit itu selesai, dari proses pertama dan kedua dapat
bekerja pada saat yang bersamaan. Proses kedua tidak lagi harus menunggu
produksi 1.200 Unit plus waktu pengangkutan sebelum ia dapat memulai
operasinya. Total waktu untuk memproduksi 1.200 unit sekarang adalah 6.000
menit plus waktu tunggu untuk unit pertama (lima menit). Jadi produksi 1.200
unit setelah dikurangi dari 200 jam, 15 menit ke 100 jam, 5 menit. Lebih banyak
output dapat di produksi dengan lebih sedikit input. Aktivitas pemindahan dan
penungguan adalah input-input yang tidak menambah nilai, jadi harus di
hilangkan sama sekali, dengan memperbaiki produktivitas proses.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan untuk makalah tentang pengukuran produktivitas
efesiensi adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas Efesiensi adalah suatu pengukura produktivitas yang
dilakukan dengan peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan
menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam
memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan
meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Total
efisiensi produksi adalah suatu titik di mana dua kondisi dipenuhi:
a. untuk setiap campuran input yang akan memproduksi output tertentu,
tidak diperlukan input berlebih dari yang dibutuhkan untuk
menghasilkan output tersebut, dan;
b. berdasarkan campuran input yang memenuhi kondisi pertama, campuran
yang biayanya paling sedikitlah yang dipilih
2. Pengukuran produktivitas secara parsial adalah pengukuran produktivitas
untuk satu satu input pada suatu waktu. Produktivitas dari input tunggal
biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input.
Sedangkan pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut
pengukuran produktivitas total (total productivity measurement). Dalam
istilah praktis, pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan sebagai
pemfokusan perhatian pada beberapa input yang, secara total. Pada setiap
kasus pengukuran produktivitas total mensyaratkan pengembangan dari
pendekatan pengukuran multifactor. Pendekatan multifactor yang umum
disarankan dalam literartur produktivitas (tetapi jarang ditemukan di dalam
praktik) adalah menggunakan indeks produktivitas agregat.

3. efisiensi teknis yaitu Memandang aktivitas-aktivitas sebagai input, kondisi


pertama mensyaratkan dihapuskannya aktivitas-aktivitas yang tidak
menambah nilai dan bahwa aktivitas-aktivitas yang menambah nilai dapat
29

dilakukan dengan kuantitas minimal yang diperlukan untuk memproduksi


output tertentu. efisiensi pertukaran input. Harga input menentukan
proporsi relatif yang harus digunakan untuk setiap input. Penyimpangan
dari proporsi tetap ini akan menghasilkan inefesiensi pertukaran input.

3.2 Saran
Adapun saran yang ada pada makalah tentang pengukuran produktivitas
dan Efesiensi dapat ditujukan pada perusahaan atau usaha-usaha produksi lainnya
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pengukuran produktivitas dengan efesiensi dilakukan setelah
melakukan penulusuran tentang unsur-unsur yang terdapat gangguan atau
masalah.
2. Untuk perusahaan dalam meningkatkan Produktivitas dapat dilakukan
dengan menghilangkan aktivitas dan proses yang tidak perlu tau yang
tidak menambah nilai pada pendapatan.
3. Sebaiknya untuk meningkatan usaha- usaha produksi dapat memberikan
kualitas yang baik sesuai dengan permintaan pasar (konsumen).
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, E, J, et, al. 2007. Management, Manajemen Biaya Penekanan


Strategis. Jakarta: Salemba Empat.

Husein, Umar. 1999. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka.

Rehmadhani, Rosmini, Dkk. Makalah Manajemen Produktivitas Dan Efesiensi.


Fakultas Ekonomi Jurusan Akutansi. Universitas Sriwijaya.

Supiyono. 1994. Akutansi Manajemen :Journal Of Indonesian Economic


Bussines.

Anda mungkin juga menyukai