Anda di halaman 1dari 10

Jurnal MATRIK p-ISSN:1693-5128

Volume XV No.1, September 2014,p 1-9 doi:10.30587/matrik.v15i1.xxx

ANALISIS DAN KAJIAN RANTAI PASOK AGRIBISNIS AYAM


PEDAGING DENGAN DEA (DATA ENVELOPMENT ANAKYSIS)
Wahyu Eko cahyono, I G A Sri Devianti
jurusan Teknik Industri, Universitar WR Supratman Surabaya
e-mail : wcrajendra5@gmail.com

ABSTRAK

Protein hewani mempunyai keunggulan dibanding protein nabati, yaitu kelebihan (lebih lengkap)
asam amino esensialnya. Protein hewani mempunyai kualitas penting dalam membangun pertumbuhan dan
kecerdasan manusia. Porsi konsumsi rata-rata orang Indonesia untuk pangan hewani baru mencapai 81,9 gr dari
stándar ideal 150 gram per hari. ( WN P G, 2 008 ) . Sedangkan potensi unggas (itik, Buras, layer, broiler dan
puyuh) di Jatim sangat besar, bahkan populasi layer 30,74 persen dari populasi nasional (116.473.968 ekor)
dengan produksi 379.288 ton (2008). Produksi pakan ternak komersial di Jatim juga paling tinggi di Indonesia,
yaitu 2.713.070 ton pada tahun 2007 atau 34,78 persen dari produksi nasional (Dinas Peternakan Jatim,
2008).
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memetakan rantai pasok agribisnis ayam pedaging dengan
pendekatan analisa rantai nilai (value chain) sehingga mampu memahami kondisi rantai pasok yang digambarkan
dalam Big Picture Mapping. Pemborosan-pemborosan pada jalur s upply chain dapat diidentifikasikan kemudian
dilakukan pemetaan secara detaildan dianalisa akar penyebabnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun model
simulasi berdasarkan simulasi sistem dinamik untuk mengevaluasi pengaruh koordinasi terhadap kinerja supply
chain ayam pedaging di Jawa Timur. dan dilakukan beberapa skenario alternatif perbaikan terhadap supply chain
ayam pedaging melalui desain supply chain management untuk mencapai performansi sistem yang lebih baik.

Kata kunci : Big Picture Mapping, supply chain management, rantai pasok, DEA

PENDAHULUAN bertindak berdasarkan informasi lokal yang


Salah satu efek dari globalisasi adalah mereka miliki yang akhirnya menyebabkan
agribisnis yang memiliki nilai strategis terjadinya distorsi informasi di sepanjang supply
khususnya dalam penyediaan protein hewani chain. Distorsi informasi tersebut menyebabkan
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pemenuhan permintaan pasar menjadi kurang
peluang ekspor, disamping peranannya dalam efektif dan pemicu adanya fluktuasi harga yang
memanfaatkan peluang kesempatan kerja adalah sangat tinggi. Oleh karena itu untuk
usaha perunggasan (ayam ras), yang telah meningkatkan performansi supply chain ayam
menjadi sebuah industri yang memiliki pedaging diperlukan inovasi melalui pendekatan
komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke rantai nilai (value chain) antar pelaku bisnis
hilir. Sumbangan produk domestik bruto (PDB) dengan menggunakan pendekatan supply chain
sub sektor peternakan terhadap pertanian adalah management.
sebesar 12% (atas dasar harga berlaku),
sedangkan untuk sektor pertanian terhadap PDB RUMUSAN MASALAH
nasional adalah 17% pada tahun 2004. Hal ini Berdasarkan uraian latar belakang
menunjukkan bahwa peran sub sektor diatas, permasalahan yang akan dibahas pada
peternakan terhadap pembangunan pertanian penelitian ini adalah :
cukup signifikan, dimana industri perunggasan 1. Bagaimana mekanisme rantai pasok
merupakan pemicu utama perkembangan usaha agribisnis ayam pedaging.?
di sub sektor peternakan. 2. Apakah ada nilai tambah pada setiap rantai
Namun seperti bisnis komoditas pada umumnya, pasok?
pelaku-pelaku pada supply chain kebanyakan 3. Bagaimana kinerja dari masing-masing
bertindak relatif independen antara satu dengan supplier?
lainnya. Sebagai akibatnya, setiap pelaku

1
Wahyu Eko Cahyono/MATRIK Vol.XV No.1,September 2014, p 1-9

BATASAN MASALAH kompetitif. Strategi Low Cost menekankan pada


Batasan masalah yang digunakan dalam harga jual yang lebih rendah dibandingkan
penelitian ini adalah sebagai berikut: kompetitor untuk menarik konsumen.
1. Penelitian ini dilakukan didesa Kampung Konsekuensinya perusahaan harus melakukan
baru kecamatan kepung dan desa asmoro kontrol Cost yang ketat. Cost ditekan serendah
bangun kecamatan puncu, , Kabupaten mungkin sehingga produk dapat dijual dengan
Kediri, Jawa timur. harga yang lebih murah dibandingkan pesaing.
2. Tahapan yang dilakukan dari pendekatan Hal ini akan menjadi insentif bagi konsumen
analisa rantai nilai (Value Chain) dan untuk membeli produk tersebut. Cost yang
analisa nilai tambah dengan menggunakan rendah merupakan keunggulan kompetitif bagi
metode Hayami. perusahaan. Strategi ini banyak dilakukan
dengan baik, antara lain oleh : Ramayana di
TINJAUAN PUSTAKA Indonesia yang bergerak di bidang Retail, Air
Value Chain Analysis asia dari Malaysia yang bergerak dalam bidang
Womack,Jones et all,1990 penerbangan, Easyjet yang bergerak dibidang
mendefinisikan value chain Analysis (VCA) penerbangan di Erofa.
sebagai berikut: Strategi kompetitif diferensiasi
“...is a technique widely applied in menekankan pada keunikan produk. Produk
the fields of operations management, tersebut berbeda dibandingkan dengan produk
process, engineering and supply chain pesaing, sehingga konsumen mau berpalling
process." management, for the analysis kepada produk perusahaan. Produk yang
improvment of resource utilization and dihasilkan mempunyai nilai yang lebih dimata
product flow within manufacturing konsumen. Perusahaan dapat mengenakan harga
process.” jual yang lebih tinggi, karena konsumen mau
Sedangkan Shank dan Govindarajan, membayar lebih untuk hal yang unik tersebut.
1992 : porter 2001, mendefinisikan VCA, Strategi diferensiasi biasanya menekankan pada
merupakan alat untuk memahami rantai nilai kualitas yang unggul. Peningkatan nilai tambah
yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini (Value added) atau penurunan biaya dapat
berdasar dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan, dicapai dengan cara mencari prestasi yang lebih
mulai dari bahan baku sampai ketangan baik yang berkaitan dengan supplier, dengan
konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual. mempermudah distribusi produk, Outsoucing
Selanjutnya porter (1985) menjelaskan Analisis (yaitu mencari komponen atau jasa yang
Value-chain merupakan alat analysis stratejik disediakan oleh perusahaan lain) dan dengan
yang digunakan untuk memahami secara lebih cara mengidentifikasi bidang-bidang dimana
baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk perusahaan tidak kompetitif.
mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat Setiap perusahaan mengembangkan
ditingkatkan atau penurunan biaya, dan untuk sendiri satu atau lebih dari bagian-bagian dalam
memahami secara lebih baik hubungan value chain, berdasarkan analysis stratejik
perusahaan dengan pemasok/supplier, pelanggan terhadap keunggulan kompetitifnya.
dan perusahaan lain dalam industri. Value Chain Analysis value Chain mempunyai tiga
mengidentifikasi dan menghubungkan berbagai tahapan sebagai berikut :
aktivitas stratejik di Mengidentifikasi aktifitas Value chain.
perusahaan(Hansen,Mowen,2000). Sifat Value 1. Perusahaan mengidentifikasi aktifitas value
Chain tergantung pada sifat industri dan chain yang harus dilakukan oleh perusahaan
berbeda-beda untuk perusahaan manufaktur, dalam proses desain, pemanufakturan, dan
perusahaan jasa dan organisasi yang tidak pelayanan kepada pelanggan. Beberapa
berorientasi pada laba. perusahaan mungkin terlibat dalam aktivitas
Tujuan dari analisis value chain adalah tunggal atau sebagian dari aktivitas total.
untuk mengidentifikasi tahap-tahap value chain 2. Pengembangan value chain berbeda-beda
dimana perusahaan dapat meningkatkan value tergantung pada jenis industri. Contohnya
untuk pelanggan atau untuk menurunkan biaya. dalam perusahaan industri, fokusnya terletak
Penurunan biaya atau peningkatan nilai tambah pada operasi dan advertensi serta promosi
(Value added) dapat membuat perusahaan lebih sedangkan pada bahan mentah dan proses
Jurnal MATRIK p-ISSN:1693-5128
Volume XV No.1, September 2014,p 1-9 doi:10.30587/matrik.v15i1.xxx

pembuatan. Aktifitas seharusnya ditentukan inovatif, sementara perusahaan yang


pada level operasi yang relatif rinci, yaitu lain memfokuskan pada pemanukfaturan
level untuk bisnis atau proses yang cukup biaya yang rendah.
besar untuk dikelola sebagai aktivitas bisnis b. Mengidentifikasi peluang akan nilai
yang terpisah (dampaknya out put dari tambah
proses tersebut mempunyai “market value”). Analysis aktivitas nilai dapat membantu
Misalnya dalam pembuatan sebuah chip atau mengidentifikasi aktivitas dimana
komputer dianggap sebagai aktivitas (out perusahaan dapat menambah nilai secara
put yang mempunyai pasar), maka operasi signifikan untuk pelanggan. Misalnya
pengepakan chip atau computer board bukan Sekarang ini sudah banyak bermunculan
merupakan aktivitas dalam analysis value pabrik-pabrik yang memproses makanan
chain. dan pabrik pengepakan mengambil
3. Mengidentifikasi Cost driver pada setiap lokasi yang dekat dengan pelanggan
aktivitas nilai terbesarnya supaya dapat melakukan
Cost Driver merupakan faktor yang pengirimannya dengan cepat dan biaya
mengubah jumlah biaya total, oleh karena yang murah.
itu tujuan pada tahap ini adalah c. Mengidentifikasi peluang untuk
mengidentifikasikan aktivitas dimana mengurangi biaya Study terhadap
perusahaan mempunyai keunggulan biaya aktivitas nilai dan cost driver dapat
baik saat ini maupun keunggulan biaya membantu manajemen perusahaan
potensial. Misalnya agen asuransi mungkin menentukan pada bagian mana dari
menemukan bahwa Cost Driver yang value chain yang tidak kompetitif bagi
penting adalah biaya pencatatan berdasarkan perusahaan. Misalnya memindahkan
pelanggan. Informasi cost driver stratejik lokasi pabrik manufaktur lebih dekat
dapat mengarahkan agen asuransi tersebut dengan konsumen, supaya dapat
pada pencarian cara untuk mengurangi biaya menghemat biaya transportasi, dan juga
atau menghilangkan biaya ini, mungkin pengiriman kepada konsumen jauh lebih
dengan menggunakan jasa perusahaan lain cepat.
yang bergerak dibidang pelayanan komputer
untuk menangani tugas-tugas pemrosesan Singkatnya analysis value chain
data, sehingga dapat menurunkan biaya dan mengandung keunggulan kompetitif stratejik
mempertahakan atau meningkatkan pada perusahaan dengan membantu menemukan
keunggulan kompetitif. peluang untuk menambah nilai bagi pelanggan
4. Mengembangkan keunggulan kompetitif dengan cara menurunkan biaya produk atau jasa.
dengan mengurangi biaya atau menambah Lebih lanjut, analysis value chain dapat
nilai. dipergunakan untuk menentukan pada titik-titik
Pada tahap ini perusahaan menentukan sifat mana dalam rantai nilai yang dapat mengurangi
keunggulan kompetitif potensial dan saat ini biaya atau memberikan nilai tambah (value
dengan mempelajari aktivitas nilai dan ccost added). Sebaliknya dalam perolehan bahan baku
driver yang diidentifikasikan diatas. Dalam atau proses advertensi dan promosi.
melakukan hal tersebut, perusahaan harus 1. Langkah Pertama
dapat melakukan hal-hal seperti berikut: Dalam value chain untuk pemerintah atau
a. Mengidentifikasi keunggulan kompetitif organisasi yang tidak berorientasi pada laba
Analysis aktivitas nilai dapat membantu adalah membuat pernyataan tentang misi
manajemen untuk memahami secara sosial organisasi tersebut, termasuk
lebih baik tentang keunggulan- kebutuhan spesifik yang dapat dilayani
keunggulan kompetitif strategik yang 2. Langkah kedua
dimiliki oleh perusahaan dan dapat Dengan mengembangkan sumber daya
mengetahui posisi perusahaan secara untuk orgaisasi, baik personil maupun
lebih tepat dalam value chain industri fasilitasnya
secara keseluruhan. Misalnya dalam 3. Langkah ketiga dan langkah ke empat
sebuah industri komputer, perusahaan Melakukan operasi organisasi dan
tertentu memfokuskan pada desain yang memberikan jasa kepada masyarakat.

3
Wahyu Eko Cahyono/MATRIK Vol.XV No.1,September 2014, p 1-9

Dalam suatu rantai produk yang kepuasan konsumen yang masih kurang
lengkap, supplier, manufaktur dan pemasaran (Robb,2001).
serta penanganan purna jual dilakukan oleh Kelemahan ini terjadi karena perusahaan
perusahaan yang berbeda. Bahkan mereka bisa tidak mengeksplorasi hubungan dengan
saja independen satu sama lain. Akan tetapi, pemasok dan konsumen. Hubungan yang baik
aktivitas yang akan dilakukan oleh masing- dengan pemasok dapat memberikan keuntungan
masing tahap harus dilihat dalam konteks yang bagi perusahaan dalam hal peningkatan kualitas
luas. Aktivitas-aktivitas ini memang terpisah bahan baku, waktu pengantaran bahan baku
tetapi mereka mempunyai suatu hubungan yaitu yang tepat dan biaya yang lebih rendah.
pembentukan nilai untuk produk yang Sedangkan hubungan dengan konsumen dapat
dihasilkan. Oleh karena itu aktivitas-aktivitas memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam
tersebut tidak independen tetapi interdependen. loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan.
Masing-masing pihak memerlukan nilai dari Disisi lain analysis value chain merupakan
pihak lain untuk memaksimalkan nilai produk analysis aktivitas-aktivitas yang menghasilkan
yang dihasilkan. Perusahaan harus nilai, baik yang berasal dari dalam dan luar
mengidentifikasi posisi perusahaan pada rantai perusahaan. Konsep value chain memberikan
nilai tersebut, apakah berada dibagian supplier, perspektif letak perusahaan dalam rantai nilai
manufaktur, bagian pemasaran atau penangaan industri. Konsep value chain lebih luas
purna jual. Hal ini penting untuk memahami dibandingkan value added dan dapat dikatakan
karakteristik industri tersebut dan saingan yang value added merupakan bagian dari value chain.
ada.
Supply Chain Management (SCM)
Value Added Munculnya SCM dilatar belakangi oleh
Konsep value chain harus dibedakan hal-hal pokok, yaitu:
dengan konsep value added. Konsep value Praktek manajemen logistik tradisional yang
added merupakan analysis nilai tambah yang bersifat adversarial pada era moderen ini sudah
dimulai dari saat pembelian bahan baku sampai tidak relevan lagi, karena tidak dapat
dengan produk jadi. Konsep value added menciptakan keunggulan kompetitif.
menekankan pada penambahan nilai produk Perubahan lingkungan bisnis yang
selama proses didalam perusahaan. Semua biaya semakin cepat dengan persaingan yang semakin
yang non-value added akan dihilangkan dan ketat. Perkembangan lingkungan industri yang
perusahaan akan fokus pada hal-hal yang dinamis pada era global seperti sekarang ini
mempunyai nilai pada produk. Konsep ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena perusahaan untuk menggali potensi yang
analysisnya terlalu lambat dimulai, analysis dimiliki, serta mengidentifikaasi faktor kunci
dimulai saat bahan baku dibeli dan tidak sukses untuk unggul dalam persaingan yang
memperhatikan saat pembentukan nilai yang semakin kompetitif.
terjadi pada aktifitas yang dilakukan pemasok Teknologi yang juga berkembang pesat
bahan baku tersebut, dan terlalu cepat selesai, menjadi sebuah kekuatan untuk diterapkan
analysis berakhir saat produk selesai diproses dalam iklim persaingan. Supply Chain
dan mengabaikan proses distribusi produk ke Management (SCM) sesungguhnya bukan
tangan produk dan penanganan setelah itu merupakan suatu konsep yang baru. Menurut
(Shank dan Govindarajan,1992). Hal ini Jebarus (2001) SCM merupakan pengembangan
mengakibatkan perusahaan kehilangan lanjut dari manajemen distribusi produk untuk
kesempatan untuk mengeksplorasi hubungannya memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep ini
dengan pemasok dan konsumen untuk menekankan pada pola terpadu yang
memantapkan posisinya dalam persaingan pasar. menyangkut proses aliran produk dari supplier,
Survey yang dilakukan terhadap para manajer di manufaktur, retailer hingga kepada konsumen.
Selandia Baru menunjukkan perusahaan mereka Dari sini aktivitas supplier hingga konsumen
mempunyai kelemahan dalam hal : kualitas akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat
bahan baku yang kurang bagus, saat pengantaran pembatas yang besar, sehingga mekanisme
bahan baku yang tidak tentu, manajemen bahan informasi antara berbagai elemen tersebut
baku yang masih kurang dan penanganan berlangsung secara transparan. SCM merupakan
Jurnal MATRIK p-ISSN:1693-5128
Volume XV No.1, September 2014,p 1-9 doi:10.30587/matrik.v15i1.xxx

suatu konsep meyangkut pola pendistribusian 4. Menghubungkan aliran informasi dan


produk yang mampu menggantikan pola–pola aliran fisik dengan anak panah yang
pendistribusian, jadwal produksi dan logistik. dapat memberi informasi jadwal yang
digunakan, instruksi kerja yang
dihasilkan, dari dan untuk apa informasi
dan instruksi dikirim, kapan dan dimana
biasanya terjadi masalah dalam aliran
Big Picture Mapping fisik.
Big Picture mapping adalah suatu tool 5. Melengkapi peta atau gambar aliran
yang diadopsi dari sistem produksi Toyota, informasi dan aliran fisik yang
merupakan tool yang dapat digunakan untuk dilakukan dengan menambahkan lead
menggambarkan suatu sistem secara time dan value adding time dibawah
keseluruhan beserta aliran (value stream) yang gambaran aliran yang dibuat.
terdapat dalam perusahaan. Sehingga nantinya
diperoleh gambaran mengenai aliran informasi Analisis Nilai Tambah
dan aliran fisik dari sistem yang ada,
mengidentifikasi dimana terjadinya waste, serta Menurut Hayami et,al(1987) dalam
menggambarkan lead time yang dibutuhkan Sudiyono (2002), ada dua cara untuk
berdasar dari masing-masing karakteristik proses menghitung nilai tambah, yaitu nilai tambah
yang terjadi. Langkah-langkah dalam untuk pengolahan dan nilai tambah untuk
menggambarkan Big Picture Mapping adalah pemasaran. Faktor–faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut : nilai tambah untuk pengolahan dapat
1. Menggambarkan keseluruhan kebutuhan dikatagorikan menjadi dua, yaitu faktor teknis
customer berisi produk yang diminta dan faktor pasar. Faktor teknis yang
customer, jumlah produk yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah
diinginkan, berapa produk yang bahan baku, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor
dikirimkan dalam suatu waktu, berapa pasar yang berpengaruh adalah harga output,
sering pengiriman dilakukan, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai
pengemasan yang dilakukan. input lain.
2. Menggambarkan aliran informasi dari Menurut sudiyono (2002), besarnya
customer ke supplier yang berisi antara nilai tambah karena proses pengolahan didapat
lain: macam peramalan dan informasi dari pengurangan biaya bahan baku dan input
pembatalan supplier oleh customer, lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan,
organisasi atau departemen yang tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata lain,
memberikan informasi ke perusahaan, nilai tambah menggambarkan imbalan bagi
berapa lama informasi muncul sampai tenaga kerja, modal dan managemen yang dapat
diproses, informasi apa yang dinyatakan secara matematik sebagai berikut :
disampaikan kepada supplier serta
pesanan yang disyaratkan. Nilai Tambah = f ( K, B, I, U, H, h, L)
3. Menggambarkan aliran fisik, dapat Keterangan :
berupa : langkah-langkah utama aliran K: Kapasitas Produksi (Kg)
fisik dalam perusahaan, berapa lama B: Bahan baku yang digunakan (Kg)
aliran fisik dilakukan, dititik mana T: Tenaga kerja yang digunakan (HOK)
dilakukan inventory, dititik mana U: Upah tenaga kerja (Rp)
dilakukan proses inspeksi dan berapa H: Harga output (Rp/Kg)
tingkat cacat, putaran rework, waktu H: Harga bahan baku (rp)
siklus tiap titik, berapa banyak produk L : Nilai input lain
dibuat dan dipindahkan tiap titik, waktu Dari hasil hasil perhitungan diatas dapat
penyelesaian tiap operasi, berapa jam diperoleh informasi sebagai berikut :
perhari tiap stasiun kerja bekerja, waktu 1. Perkiraan nilai tambah (Rp)
berpindah di stasiun kerja, dimana 2. Rasio nilai tambah (%)
inventory diadakan dan berapa banyak, 3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp)
serta titik bottleneck yang terjadi. 4. Imbalan bagi modal dan manajemen (Rp)

5
Wahyu Eko Cahyono/MATRIK Vol.XV No.1,September 2014, p 1-9

Kelebihan dari analisis menggunakan metode Pada metode Hayami ini, faktor
Hayami ini adalah: konversi menunjukkan banyaknya produk
1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan
output, dan produktivitas. baku. Koefisien tenaga kerja menunjukkan
2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap banyaknya tenaga kerja langsung yang
pemilik-pemilik faktor produksi. diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
3. Prinsip ini dapat diterapkan pula untuk Nilai produk menunjukkan nilai output yang
subsistem pengolahan, misalnya kegiatan dihasilkan dari satu satuan input. Nilai input lain
pemasaran. mencakup nilai dari semua korbanan selain
Dari beberapa kelebihan metode bahan baku dan tenaga kerja langsung yang
Hayami diatas, metode ini juga memiliki digunakan selama produksi berlangsung.
kelemahan, yaitu:
1. Pendekatan ini rata-rata tidak tepat jika
diterapkan pada suatu unit usaha yang PEMBAHASAN
menghasilkan banyak produk dari satu Berdasarkan hasil data statistik tahun 2013,
jenis bahan baku. jumlah populasi peternak di kecamatan Kepung
2. Tidak dapat menjelaskan produk dan kecamatan Puncu ada sebanyak 15 peternak.
sampingan. Sepuluh peternak telah diwawancarai dan
3. Sulitnya menentukan pembanding yang disurvei langsung di lapangan, sehingga
dapat digunakan untuk menyimpulkan diperoleh informasi-informasi mengenai rantai
apakah balas jasa terhadap pemilik nilai pasokan ayam ras ini dari industri hulu
faktor produksi tersebut sudah layak. hingga ke hilir. Data tersebut kemudian
dipetakan ke dalam Big Picture mapping yang
terdapat pada gambar 3 dan digunakan sebagai
dasar dalam analisis selanjutnya

BIG PICTURE MAPPING DALAM SUPPLY CHAIN AYAM POTONG

Pemasok Pemasok Pemasok Pemasok


Pakan DOC Vaksin dan Alat
1 5 Obat Peternakan

Peternak Peternak
Mandiri Mitra
1 2 Ayam 1 6 Ayam
Har Hidup H Hidup
i Pengepul ari Prosesor
Bermitra
1 3 1 Pro 7 Karkas
H Ha duk
ari Pasar ri Distributo
Tradisional r 1 1 Hari
3 Produk Ha
Ha 8 4 ri
4 ri Hari
: Bermitra (dg 2 Minimarke Restoran Supermar
Kontrak) Ha t 3 ket
ri 3 3
9 Ha Ha
: Mandiri Ha ri
( Independent ) ri ri
Konsumen
: Aliran
Informasi
Jurnal MATRIK p-ISSN:1693-5128
Volume XV No.1, September 2014,p 1-9 doi:10.30587/matrik.v15i1.xxx

Dari hasil pemetaan pada big picture mapping terikat kerjasama dengan beberapa industri
diatas, diketahui pelaku-pelaku dalam rantai pensuplai pakan, DOC dan obat. Sehingga
nilai pasokan ayam ini. Diantaranya sebagai peternak mandiri ini hanya menyiapkan
berikut : kandang, tenaga kerja dan peralatan
a. Industri hulu peternakan, kerena semua kebutuhan DOC,
Industri yang berperan disini adalah pakan dan obat serta vaksin sudah
industri-industri yang berperan dalam disediakan oleh industri yang bermitra.
mensuplai baik DOC, pakan, vaksin, obat
dan beberapa peralatan peternakan. 5.2. Perhitungan Nilai Tambah
b. Peternak Analysis nilai tambah digunakan untuk
Peternak disini dibedakan menjadi 2 tipe, mengetahui besarnya nilai tambah yang terdapat
yaitu peternak mandiri dan peternak mitra. pada ayam pedaging. Dari 6 peternak Mitra dan
Peternak mandiri adalah peternak yang 4 peternak Mandiri diperoleh hasil rata-rata
membiayai dan mengelola sendiri seluruh perhitungan biaya. Dapat dilihat pada Tabel.5.1
kebutuhan yang diperlukan selama proses
penggemukan berlangsung. Sedangkan
peternak mitra adalah peternak yang telah
Tabel 1.
Analisa Nilai Tambah Pada Tiap Anggota Rantai Pasok
Ayam Ras Pedaging

Nilai
Peternak Peternak Pengolahan
Variabel Pengepul
Mandiri Mitra Sosis
I. Output, Input, dan Harga

1. Output ( Kg ) 20500 19000 1750 3450


2. Input (Kg) 758.5 703 750 1000
3. Tenaga Kerja (HOK) 6 4 10 8
4. Faktor Konversi 27.027 27.027 2.3 3.5
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK) 0.0079 0.0057 0.0133 0.008
6. Harga Output (Rp/Kg) 17500 17500 17500 27000
7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) 300 300 300 1000
II. Penerimaan Dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 26400 26400 4000 22500
9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 1225 1225 500 8000
10. Nilai Output (Rp/Kg) 472973 472973 40833 93150
11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) 445348 445348 36333 62650
b. Rasio Nilai Tambah (%) 94.00 94.16 88.98 67.26
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
2 2 4 8
Langsung (Rp/Kg)
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 0.000532 0.000384 0.010982 0.012769
13. a. Keuntungan (Rp/Kg) 445345 445346 36329 62642
b. Tingkat Keuntungan (%) 100.00 100.00 99.99 99.99

III. Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi


14. Marjin (Rp/Kg) 446572.5 446573 36833 70650
a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%) 0.000531 0.000383 0.010833 0.011323

7
Wahyu Eko Cahyono/MATRIK Vol.XV No.1,September 2014, p 1-9

b. Sumbangan Input Lain (%) 0.00274 0.00274 0.01357 0.11323


c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) 99.73 99.73 98.63 88.67

peternakan satunya. Karena jika dalam


Dari hasil analisa nilai tambah satu lokasi peternakan terdapat 2 jenis
pada tiap anggota rantai pasok ayam ras ayam dengan perbedaan usia hari.
pedaging dapat dilihat bahwa usaha ini
cukup menguntungkan. Hal ini dapat
dilihat dari Tingkat Persentase KESIMPULAN
Keuntungan pada masing-masing 1. Dari hasil penelitian ini dapat
anggota hampir mencapai 100%. Jika memetakan rantai pasok agribisnis
ayam pedaging dengan pendekatan
dilihat pada Nilai tambahnya, peternak
analisa rantai nilai yang dibuktikan
mandiri dan peternak mitra mempunyai
dengan gambar dari Big Picture
nilai tambah yang tidak jauh berbeda
Mapping.
yaitu sebesar 94 % untuk peternak 2. Dari hasil big picture mapping dapat
mandiri dan 96,16% untuk peternak diketahui anggota-anggota dari
mitra. rantai nilai. Diantaranya ada
Sedangkan untuk Pengepul dan beberapa industri sebagai pemasok
Pengolahan sosis , Pengolahan sosis bahan baku (DOC, Pakan, Obat dan
dapat memberikan nilai tambah Rp. Vaksin, serta peralatan ternak), para
62.650 /kg bahan baku sedangkan peternak, pengepul, prosesor mitra,
pengepul mempuyai nilai tambah Rp pedagang pengecer dan pedagang di
36.333 /kg bahan baku. pasar tradisional.
Dalam rantai nilai pasokan ayam 3. Dari hasil analysis nilai tambah tiap
pedaging ini yang menyebabkan harga anggota rantai pasok menggunakan
eceran ayam menjadi fluktuatif adalah metode Hayami, diketahui bahwa
kejadian-kejadian atau moment tertentu pada peternak mitra mempunyai
saja, misalkan mendekati Hari Raya persentase keuntungan sebesar
biasanya harga ayam potong relatif naik, 100%, peternak Mandiri mempunyai
sehingga harga DOC pun mengikuti persentase keuntungan sebesar
kenaikan tersebut. Untuk harga pakan 100%, pengepul mempunyai
persentase keuntungan sebesar
masih cenderung stabil. Kualitas yang
99,99% dan prosesor pengolah sosis
baik pada DOC akan mempengaruhi hasil
mempunyai persentase keuntungan
dari panen. Dalam analisis Big Picture
sebesar 99,99%.
Mapping yang sudah dibuat, dapat dilihat
bahwa pemborosan atau waktu tunggu
yang cukup lama adalah pada proses
order DOC dan Pakan. Ini menjadi
kendala bagi peternak Mandiri karena
jika pembayarannya menggunakan waktu
tempo maka proses order berlangsung
selama kurang lebih 2-4 minggu.
Sehingga Modal juga merupakan faktor
yang mempengaruhi. Jika peternak
hendak mengejar harga dengan
melakukan panen 2 kali dalam satu bulan
maka peternak harus mempunyai lahan
peternakan lain yang lokasinya jauh dari
Jurnal MATRIK p-ISSN:1693-5128
Volume XV No.1, September 2014,p 1-9 doi:10.30587/matrik.v15i1.xxx

kesehatan hewan di Jawa Timur, Dinas


DAFTAR PUSTAKA Peternakan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur.

Bair J. And G. Gereffi, 2001, Local Clusters in Hassini E., 2008, “Building Competitive
Global Chains: The Causes and Enterprise Throught Supply Chain
Consequences of Export Dynamism in Management”, Journal of Enterprise
Torreon’s Blue Jeans Industry, Yale Information Management, vol. 21. No. 4,
University, New Haven, CT USA and 2008, P 341—344.
Duke University, Durham, NC, USA. Humphrey, J. And H. Schmitz, 2002, How Does
Bernstein, M, 2005, “Price is Just One Insertion in Global Value Chains Affect
Component in Alco’s Global Value Upgrading in Industrial Clusters?,
Chain”, World Trade, August, 2005. Institut of Development Studies,
Copra, S. and Meindl, P., 2007, Supply Chain University of Sussex, Brighton.
Management; Strategy, Planning, & Krajewsky, L.J. dan L.P. Ritzman, 1996,
Operations, Third Edition, Pearson Operations Management : Strategy and
Education, New Jersey. Analysis Chain Performance : a Fuzzy
Daryanto, A., 2008, Contract Farming Sebagai Logic Approach. Logistic Information
Sumber Pertumbuhan Baru dalam Management. Volume 15 (4) : 271—280.
Bidang Peternakan, Direktur Program Manning, L., R.N. Baines, and S.A. Chadd,
Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB, 2005, ”Trends in The Global Poultry
Institut Pertanian Bogor,Bogor. Meat Supply Chain”, British Food
Daryanto, A. dan Saptana, 2009, Global Value Journal, Vol. 109, No. 5, 2007, P 332—
Chain Governance (GVCG) pada Brolier 342.
di Indonesia: Memadukan Pertumbuhan, Nugroho, B., 2004, Analisis Kinerja Supply
Pemerataan, dan Keberlanjutan, dalam Chain Dalam Rangka Peningkatan
“Orange Book”, Hal 291—332, Fakultas Keunggulan Kompetitif Agribisnis Ayam
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pedaging (Studi Kasus di Sukahati
Pertanian Bogor, Bogor. Poultry Shop, Tasikmalaya), Tesis,
Dinas Peternakan Jawa Timur. 2008. Laporan Program Majemen dan Bisnis, Institut
tahunan Dinas Peternakan Provinsi Pertanian Bogor, Bogor.
Jawa Timur 2003 – 2007. Simchi-Levi, D. and P. Kaminsky, 2003,
Dirjen Peternakan. 2008.. Materi sambutan Designing and Managing The Supply
pada acara Penanda Tanganan Chain: Concepts, Strategies, and Case
Kesepakatan Bersama Pelaksanaan Studies, Second Edition, McGraw Hill,
Program Percepatan Pencapaian New York.
Swasembada Daging Sapi(P2SDS) Taylor, D.H., 2005, “Value Chain Analysis: an
2010 dengan Gubernur Provinsi Jawa Approach to Supply Chain Improvement
Timur in Agri-food Chains”, International
Gereffi, G., J. Humphrey, dan T. Sturgeon, 2005, Journal of Physical Distribution &
The Governance of Global Value Chains, Logistics Management, 2005, 35, 9/10, P
Review of Political Economy, 13:1, 744—762.
February 2005: 78—104, Taylor and Tasrif, M., Avianto, T.W., (2005) Kursus
Francis Ltd. Analisa Kebijakan Dengan
Giuliani E., C. Pietrobelli, and R. Rabellotti, Menggunakan Model System Dyanamics,
2005, Upgrading in Global Value Institut Teknologi Bandung, Pusat
Chains: Lessons from Latin American Penelitian Material dan Energi.
Clusters, University of Sussex, UK,
University of Rome III, Italy, and
University of Piemonte Orientale,Italy.
Hanggono, S. 2008, Sosialisasi solusi
pengentasan kemiskinan melalui
pembangunan peternakan dan

9
Wahyu Eko Cahyono/MATRIK Vol.XV No.1,September 2014, p 1-9

Anda mungkin juga menyukai