Anda di halaman 1dari 11

Budianto, dkk/ Jurnal Ilmiah ADBIS (Administrasi Bisnis)

Vol. 7 No. 2 (Februari 2023) 93-103


ISSN: 2528-3928
STRATEGI RANTAI NILAI, KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN
KEPUASAN PELANGGAN
(Survey pada Usaha Kuliner Tradisioanal dan Modern di Priangan Timur)

APRI BUDIANTO1
ASEP ENDRI MULYANA2
YOGI SUGIARTO MAULANA3

Email: apribudianto@unigal.ac.id 1
Email: asep.endri.1987@gmail.com 2
Email: 4091.sm@gmail.com 3
1
Universitas Galuh Ciamis
2, 3
STISIP Bina Putera Banjar

Abstrak

Pada era pandemik Covid-19, usaha kuliner tradisional mengalami penurunan yang cukup
tajam dan juga banyaknya bermunculan juga rumah makan saiap saji Modern yang ekspansi
di Priangan Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa: 1)
Penerapan strategi rantai nilai dan keputusan pembelian dalam kepuasaan pelanggan pada
usaha kuliner di priangan timur.; 2) Hambatan-hambatan yang ditemukan pada strategi rantai
nilai dan kepuasan pembelian 3) Upaya-upaya yang dilakukan untuk keputusan pembelian
dalam kepuasan pelanggan. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan
kualitatif atau interpretative dan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti
melakukan pengumpulan data yang berupa informasi yang berhubungan dengan masalah yang
akan diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan strategi rantai nilai. Hasil
penelitian, menggunakan model strategi rantai nilai dan diterapkannya pada pelanggan di
priangan timur yaitu untuk menghadapi kekuatan persaingan sehingga dapat mencapai
profitabilitas dengan memiliki sustainable competitive advantage.

Kata Kunci: Rantai Nilai, Keputusan Pembelian, Kepuasan Pelanggan, Kuliner

Abstract

In the era of the Covid-19 pandemic, traditional culinary businesses experienced a sharp
decline and also many modern fast-food restaurants emerged which expanded in East
Priangan. The purpose of this research is to find out and analyze: 1) Implementation of value
chain strategy and purchasing decisions in customer satisfaction in culinary businesses in
East Priangan; 2) Obstacles found in the value chain strategy and purchase satisfaction 3)
Efforts made for purchasing decisions in customer satisfaction. The research method used is
a qualitative or interpretive approach and a quantitative approach. In this study, researchers
collected data in the form of information related to the problem to be studied. This research
was conducted using a value chain strategy. The results of the research, using the value chain
strategy model and its application to customers in East Priangan, namely to deal with
competitive forces so that they can achieve profitability by having a sustainable competitive
advantage.

Keywords: Value Chain, Purchase Decision, Customer Satisfaction, Culinary

93
PENDAHULUAN chain, dapat dilihat sebagai rangkaian dari
Maraknya usaha kuliner menuntut sebuah proses produktif berdasarkan
perusahaan untuk dapat meningkatkan fungsi-fungsi. Selain itu, perusahaan akan
kualitas dan kuantitas perusahaannya, lebih fokus pada rencana strategi yang
sehingga perusahaan tersebut memiliki dipilih apabila menerapkan pendekatan
nilai yang berbeda dengan perusahaan value chain, dan akan lebih mudah untuk
lainnya. Salah satu langkah yang dilakukan mencapai keunggulan kompetitif.
adalah dengan meningkatkan kepuasan Perusahaan akan dipandang sebagai salah
pelanggannya. tujuan penelitian adalah satu bagian dari rantai nilai suatu produk,
agar keputusan pembelian dapat meningkat yang mana rantai nilai produk berawal dari
dan bersaing dengan rumah makan siap saji aktifitas pengadaan bahan baku,
modern melalui penguatan value chain. diproses/produksi, di distribusikan, sampai
Pada kegiatan operasional kuliner penanganan layanan purna jual. Dengan
atau rumah makan tradisional dibantu oleh kata lain, rantai nilai produk tersebut
beberapa pelaku pendukung menciptakan merupakan kegiatan yang terpisah, namun
sebuah jaringan berupa rantai nilai atau sangat terkait satu dengan lainnya, seperti
value chain. Value chain didefinisikan pada aktifitas antara hubungan dengan
sebagai sebuah rangkaian proses produktif pemasok (Supplier Linkages), dan
mulai dari penyedia input dari suatu hubungan dengan konsumen (Consumer
produk, produksi, pemasaran dan distribusi Linkages). (Porter, 1989). Dalam
hingga ke konsumen akhir serta kepuasan menghadapi persaingan bisnis yang
konsumen. semakin ketat, analisis Value Chain dapat
Pendekatan ini secara sistematis digunakan sebagai salah satu alat analisis
memperhitungkan keseluruhan tahapan manajemen biaya untuk pengambilan
dari proses operasional Rumah Makan. keputusan strategis. Keputusan untuk
Juga analisis dari berbagai keterkaitan dan menentukan strategi kompetitif yang akan
keterlibatan serta aliran informasi diaplikasikan, apakah menggunakan
sepanjang rantai nilai. Pendekatan ini juga strategi: Low Cost atau diferensiasi, untuk
memberikan analisis terhadap mata rantai berkompetisi di pasar (Porter, 1989).
yang melalui lintas batas daerah, Secara umum permasalahan yang
memperhitungkan pula kebutuhan pembeli dihadapi oleh sentra industry rumah makan
dan standar-standar kesehatan makanan tradisional atau kuliner adalah persaingan
serta sertifikasi halal, serta memungkinkan dengan rumah makan siap saji modern. Hal
adanya benchmarking secara internasional ini terkait dengan dampak dari peraturan
(Weiler & Schemel, 2004). Rantai nilai pemerintah tentang Toko atau Pasar
adalah alat untuk memeriksa faktor-faktor Modern, telah menyebabkan pertumbuhan
yang menentukan kuantitas dan kualitas toko atau pasar modern meningkat dengan
dari sumberdaya perusahaan dalam pesat, namun toko atau pasar tradisional
manufacturing, material management, cenderung menurun karena adanya
research and development, information persaingan dari pasar modern. Selain itu
system, personnel, dan finance (Michael et kesenjangan kualitas, disamping itu
al., 1997). kesadaran para produsen terhadap
Penerapan pendekatan value chain kompetisi di pasar dan pemahaman kualitas
dalam konteks industri akan menciptakan pelayanan, kepuasan konsumen dan
keterkaitan dan integrasi yang lebih kuat di penguasaan medsos juga relatif masih
antara para pelaku untuk memperkuat lemah. Dan juga pada saat ini bisnis telah
industri itu sendiri, dan meningkatkan daya mengalami perubahan, yaitu terjadi
saing dari sub-sektor yang bersangkutan. peralihan dari konsep toko-toko lokal atau
Sektor atau sub-sektor potensial yang ada, tradissional yang independen atau toko-
dengan menggunakan pendekatan value toko tradisional menjadi situasi toko

94
Budianto, dkk/ Jurnal Ilmiah ADBIS (Administrasi Bisnis)
Vol. 7 No. 2 (Februari 2023) 93-103
ISSN: 2528-3928
berskala nasional dan internasional dalam Pengelolaan bisnis kuliner modern,
konsep perbelanjaan yang modern, kita harus memperhatikan rantai nilai. Yang
bisa melihat rumah makan yang sudah mana, bisnis akan dilihat sebagai rantai
berada di dalam supermarket, pasar aktivitas-aktivitas yang mengubah
swalayan, toko serba ada dan sebagainya. masukkan (input) menjadi luaran (output)
Bagi bisnis tesebut yang tidak siap untuk yang memberikan nilai tambah bagi
masuknya pendatang baru dengan pelanggan. Ada tiga sumber dasar yang
penampilan yang lebih baik maka dapat memberikan nilai bagi pelanggan,
kemungkinan besar akan kalah bersaing. yakni aktivitas dalam membedakan prduk
Pengelolaan bisnis pada kondisi yang ditawarkan, aktivitas dalam
tersebut, perusahaan tidak hanya menurunkan biaya, dan aktivitas dalam
memperhatikan menu makanan yang kecepatan atau daya tanggap sebagai upaya
lengkap saja, namun perlu diperhatikan hal pemenuhan kebutuhan pelanggan dengan
lainnya. Seperti mampu mengikuti cepat (Pearce, 2008). Pendekatan rantai
perkembangan teknologi informasi nilai pertama kali diperkenalkan oleh
terutama di bidang pemasaran, agar mampu Michael Porter dalam bukunya
menjangkau pelanggan lebih banyak lagi “Competitive Advantage: Creating and
dan pada akhirnya memiliki keunggulan Sustaining Superior Performance”(Porter,
bersaing. Oleh karena itu, pengelolaan 2011). Dengan begitu produk dari usaha
bisnis harus moden, mengikuti tren tersebut dinyatakan laku di pasaran,
perkembangan zaman, karena memiliki sehingga perusahaan akan dapat
peranan yang penting bagi produsen memperoleh laba dan akhirnya perusahaan
maupun konsumen. Dari sudut pandang akan tetap survive atau dapat bertahan
produsen, pengelolaan bisnis yang modern, bahkan kemungkinan akan berkembang.
para pedagang atau penjual merupakan Penilitian ini berfokus pada
ujung tombak perusahaan terkait apakah keputusan pembelian, kepuasan pelanggan
produk yang dibuat terjual atau tidak. dan serangkaian strategi penguatan dan
Sedangkan dari sudut pandang konsumen, penciptaan layanan pengembangan usaha
pengelolaan bisnis yang modern akan pada sektor kuliner di Priangan Timur.
mampu memenuhi kebutuhan atau Target yang diharapkan adalah keputusan
permintaan pihak konsumen. Hal tersebut pembelian melaui kepuasan pelanggan dan
yang menjadikan bisnis tradisional harus memiliki profile perusahaan, strategi
mampu memiliki respon yang cepat bersaing melalui pendekatan rantai nilai
terhadap apa saja yang dibutuhkan konsumen, dan keputusan pembelian
pelanggan, agar perusahaan tetap bertahan melalui pendekatan penelusuran kepuasan
dan mampu bersaing pada lingkungan yang konsumen.
semakin ketat. Keutamaan penelitian ini adalah
Pengelolaan bisnis kuliner modern pendekatan rantai nilai dan keputusan
baik skala besar ataupun skala kecil, selain pembelian dapat dijadikan sebagai model
kesiapan modal, juga membutuhkan yang menciptakan keterkaitan aktif antar
kesiapan dalam pengelolaan sumber daya pelaku dalam mata rantai suatu sektor/sub-
manusia, termasuk sumber daya sektor unggulan usaha kuliner merupakan
pengetahuan, keterampilan dalam salah satu sentra industry makanan yang
pengelolaan bisnis kuliner modern, serta ada di perkotaan khususnya di Priangan
harus memiliki kepekaan dalam melihat Timur yang keberadaannya diharapkan
peluang yang ada agar mampu memiliki mampu membantu meningkatkan
kompetensi yang dibutuhkan guna akselerasi pengembangan ekonomi lokal
mencapai keunggulan kompetitif dan merupakan ciri khas suatu daerah.
berkelanjutan. Rumah Makan menjadi salah satu bentuk
usaha kuliner yang cukup menjanjikan

95
pada sentra industry makanan di Priangan kelemahan suatu organisasi. Pendekatan
Timur. tersebut kemudian difokuskan terhadap
Menurut catatan Dinas Koperasi, evaluasi komponen-komponen organisasi
Usaha Kecil & Menengah, dan yang menciptakan nilai dan pada akhirnya
Perdagangan Priangan Timur pada Januari menuju keunggulan kompetitif yaitu rantai
sampai dengan Desember 2019, nilai. Bagian atas dari rantai nilai secara
perkembangana usaha kuliner bidang eksplisit berfokus pada kegiatan utama
makanan atau Rumah Makan Tradisional organisasi yaitu proses pelayanan.
mengalami peningkatan yang sangat Sedangkan bagian bawah dari rantai nilai
signifikan. Namun di Era Pandemik Covid- berisi nilai tambah kegiatan pendukung
19 ini usaha kuliner mengalami penurunan yang meliputi budaya organisasi, struktur,
yang cukup tajam dan juga banyaknya dan sumber daya strategis.
bermunculan juga Rumah makan saiap saji Komponen yang digambarkan
Modern yang ekspansi di Priangan Timur. dalam rantai nilai adalah sarana utama
Untuk itu, penelitian ini penting untuk menciptakan nilai bagi organisasi dan
dilakukan untuk mengetahui strategi rantai mengembangkan keunggulan kompetitif.
nilai rumah makan dan keputusan Kegiatan-kegiatan tersebut
pembelian dalam kepuasan pelanggan. merupakanelemen utama dari
implementasi strategi dan dibentuk oleh
TINJAUAN PUSTAKA pemikiran strategis dan perencanaan
Strategi Rantai Nilai strategi. Setelah kegiatan terselesaikan,
Nilai ini merupakan alat analisis strategi diimplementasikan, tujuan dicapai,
yang berguna untuk mendefinisikan dan kemudian organisasi bergerak ke arah
kompetensi inti perusahaan agar dapat visinya. Pergerakan tersebut merubah
mengejar keunggulan kompetitif. lingkungan, yang menciptakan isu baru,
Keunggulan kompetitif tersebut terdiri dari tren, peristiwa, atau kekuatan untuk
keunggulan biaya dan diferensiasi. lingkungan organisasi lain.
Keunggualan biaya dilakukan dengan Dengan kata lain, pergerakan
menekan biaya dari aktivitas rantai nilai. tersebut mengubah dunia secara perlahan.
Sedangkan diferensiasi dilakukan dengan Pada saat yang sama, penyelesaian
berfokus pada aktivitas-aktivitas yang kegiatan merubah organisasi itu sendiri.
berhubungan dengan kompetensi inti dan Gerakan terus-menerus tersebut
melakukan yang lebih baik dari pesaing. menciptakan "air putih permanen untuk diri
Rantai nilai merupakan suatu cara kita sendiri dan lain" dan jika berhasil,
untuk menguji sifat dan tingkat sinergi kelemahan diperkuat dan kekuatan dijaga
diantara kegiatan-kegiatan internal keberlanjutannya. Dalam strategi rantai
perusahaan. Menurut Porter (dalam Hunger nilai, manajemen harus berusaha
dan Wheelen, 2003), merupakan mengidentifikasi berbagai kegiatan
sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan perusahaan yang menambah nilai atas
untuk merancang, membuat, memasarkan, produk atau jasa yang siap digunakan
mengantarkan, dan mendukung produknya konsumen. Jika manajemen dapat memilah
(Hunger & Wheelen, 2003). Seluruh dengan teliti kegiatan-kegiatan tersebut,
kegiatan usaha tersebut dapat digambarkan mana yang menambah nilai dan mana yang
menggunakan rantai nilai. Pengujian tidak menambah nilai maka berikutnya
sistematis kegiatan-kegiatan individual akan dengan mudah mengidentifikasi
dapat mendorong kepada pemahaman yang struktur biaya dari masing-masing kegiatan
lebih baik terhadap kekuatan dan dalam perusahaan. Pada dasarnya, besar
kelemahan. kecilnya biaya akan dipengaruhi oleh salah
Pemikiran strategis digunakan satu dari dua faktor yaitu yang bersifat
untuk mengevaluasi kekuatan dan

96
Budianto, dkk/ Jurnal Ilmiah ADBIS (Administrasi Bisnis)
Vol. 7 No. 2 (Februari 2023) 93-103
ISSN: 2528-3928
struktural dan bagaimana perusahaan Keputusan Pembelian
menjalankan setiap kegiatannya.
Keputusan pembelian merupakan dilakukan seseorang dalam mengambil
serangkaian proses yang berawal dari sebuah keputusan secara cepat,
konsumen mengenal masalahnya, mencari menggunakan sebuah pedoman umum
informasi tentang produk atau merek dalam sebagian informasi saja (Kotler &
tertentu dan mengevaluasi produk atau Keller, 2012).
merek tersebut seberapa baik masing- Kepuasan Pelanggan
masing alternatif tersebut dapat Kepuasan pelanggan merupakan
memecahkan masalahnya, yang kemudian faktor terpenting dalam berbagai kegiatan
serangkaian proses tersebut mengarah bisnis. Kepuasan pelanggan adalah
kepada keputusan pembelian (Tjiptono, tanggapan konsumen terhadap evaluasi
2014). Selanjutnya Kotler dan Keller ketidaksesuaian yang dirasakan antara
(2012) menambahkan bahwa, proses harapan yang sebelumnya dengan kinerja
keputusan pembelian adalah proses lima produk yang dirasakan. Dengan
tahap yang dilewati konsumen, dimulai terpuaskannya keinginan dan kebutuhan
dari pengenalan masalah, pencarian para pelanggan, maka hal tersebut memiliki
informasi, evaluasi alternative yang dapat dampak yang positif bagi perusahaan.
memecahkan masalahnya, keputusan Apabila konsumen merasa puas akan suatu
pembelian, dan perilaku pasca pembelian, produk tentunya konsumen tersebut akan
yang dimulai jauh sebelum pembelian yang selalu menggunakan atau mengkonsumsi
sesungguhnya dilakukan oleh konsumen produk tersebut secara terus menerus.
dan memiliki dampak yang lama setelah itu Menurut Willie (dalam Tjiptono,
(Kotler & Keller, 2012). 1997) mendefinisikan bahwa kepuasan
Ada tiga indikator dalam pelanggan sebagai “Suatu tanggapan
menentukan keputusan pembelian, yaitu: a. emosional pada evaluasi terhadap
Kemantapan pada sebuah produk Pada saat pengalaman konsumsi suatu produk atau
melakukan pembalian, konsumen memilih jasa” (Tjiptono, 1997). Sebagai tanggapan
salah stu dari beberapa alternatif. Pilihan dari pengalaman yang dirasakan oleh
yang ada didasarkan pada mutu, kualitas pelanggan setelah mengkonsumsi suatu
dan factor lain yang memberikan produk atau jasa. Sedangkan menurut
kemantapan bagi konsumen untuk Gerso Ricard menyatakan bahwa kepuasan
membeli produk yang dibutuhkan. Kualitas pelanggan adalah persepsi pelanggan
produk yang baik akan membangun bahwa harapannya telah terpenuhi atau
semangat konsumen sehingga menjadi terlampaui (Gerson, 2004). Kepuasan
penunjang kepuasan konsumen. b. pelanggan merupakan anggapan pelanggan
Kebiasaan dalam membeli produk bahwa dengan menggunakan suatu produk
Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu perusahaan tertentu dan harapannya telah
secara terus-menerus dalam melakukan terpenuhi.
pembelian produk yang sama. Ketika
konsumen telah 13 melakukan keputusan METODE PENELITIAN
pembelian dan mereka merasa produk Metode penelitian yang digunakan
sudah melekat dibenaknya bahkan manfaat adalah melalui pendekatan kualitatif atau
produk sudah dirasakan. Konsumen akan interpretative dan pendekatan kuantitatif.
merasa tidak nyaman jika membeli produk Populasi sasaran penelitian ini adalah
lain. c. Kecepatan dalam membeli sebuah Rumah Makan Tradisional dan Rumah
produk Konsumen sering mengambil Makan Siap Saji Modern yang berada di
sebuah keputusan dengan menggunakan Priangan Timur. Ada 5 Rumah Makan
aturan (heuristik) pilihan yang sederhana. Tradisional dan Rumah makan Siap Saji
Heuristik adalah sebuah proses proses yang Modern yang tersebar di Priangan Timur

97
dan yang yang diambil sampel rumah Pada langkah ini akan dihitung total
makan 5 rumah makan Tradisional dan biaya, biaya manufaktur, dan biaya
rumah makan siap Saji modern tersebut distribusi per unit. Dimana:
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jenis TC = TFC + TVC
data yang digunakan dalam penelitian ini TVC = VC x Q
berupa data primer yang dikumpulkan Keterangan:
melalui kuisioner dan wawancara langsung TC : Total Cost
kepada responden. TFC : Total Fixed Cost
Sumber data ini berupa pendapat TVC : Total Variabel Cost
dari pengambil keputusan tertinggi di 2. Menghitung biaya langsung dari
Rumah makan Tradisional dan Rumah produk.
Makan Siap Saji Modern di Priangan Setelah mengetahui aktivitas apa saja
Timur. Untuk mengubah jawaban yang dilakukan Rumah Makan
responden yang bersifat kualitatif menjadi tradisional dan modern pada tahun
kuantitatif dalam penelitian ini digunakan pertama, maka selanjutnya dilakukan
Skala Likert. penghitungan biaya bahan baku
Konsep Activity Based Costing langsung dan biaya tenaga kerja
(ABC) dilakukan untuk menghitung harga langsung berdasarkan aktivitas rumah
pokok produksi pada Rumah Makan makan yang bertujuan untuk
Tradisional dan Modern. Menurut Hongren produktivitas.
(2008) pada tahapan ini, ada bebarapa 3. Memilih Pengalokasian Biaya
langkah yang dilakukan yaitu (Hongren & Digunakan untuk mengalokasian biaya
Foster, 2008): tidak langsung. Untuk setiap kelompok
1. Identifikasi produk yang menjadi objek biaya aktivitas, ukuran aktivitas yang
biaya. dikerjakan menjadi dasar alokasi biaya.
4. Tarif alokasi biaya tidak langsung
Mengidentifikasi biaya tidak langsung telah dipilih pada pada langkah 3 dan
yang berkaitan dengan setiap dasar biaya tidak langsung untuk setiap
alokasi biaya. Pada tahap ini biaya aktivitas yang telah dihitung pada
tidak langsung dialokasikan sebisa langkah 4.
mungkin berdasarkan hubungan sebab 6. Menghitung biaya tidak langsung yang
akibat antara dasar alokasi biaya dan dialokasikan ke produk.
biaya aktivitas. Menurut Hongren Pada tahap ini menghitung total biaya
(2008) biaya tidak langsung yang tidak langsung dengan cara: Total
umumnya terjadi pada industri adalah: kuantitas dari dasar alokasi dikali Tarif
biaya perencanaan aktivitas, biaya alokasi biaya (langkah 5)
aktivitas pengolahan, aktivitas operasi 7. Menghitung total biaya produk (Harga
penyajian, pengaturan pengiriman, Pokok Produksi).
distribusi, dan administrasi (Hongren &
Foster, 2008). HASIL PENELITIAN DAN
5. Menghitung tarif per unit dasar alokasi PEMBAHASAN
biaya guna mengalokasikan biaya tak Strategi Rantai Nilai
langsung ke produk. Rantai nilai rumah makan
Pada langkah ini mengikhtisarkan tradisional dan rumah makan siap saji
penghitungan tarif biaya berdasarkan modern di priangan tampak sbagaimana
menggunakan dasar alokasi biaya yang dalam uraian berikut:

98
Budianto, dkk/ Jurnal Ilmiah ADBIS (Administrasi Bisnis)
Vol. 7 No. 2 (Februari 2023) 93-103
ISSN: 2528-3928
Tabel 1. Strategi Rantai Nilai Rumah Makan

No. Indikator Rumah Makan Tradisional Rumah Makan Modern


1. Tenaga kerja Menggunakan tenaga kerja Menggunakan tenaga kerja
yang mempuni di bidangnya profesional yang berasal dari
sekolah modern
2. Bahan baku Menggunakan bahan baku Menggunakan bahan baku
tradisional dengan kualitas terbaik
3. Biaya Biaya yang dilkuarkan lebih Biaya yang dikleuarkan
ringan bahal
4. Analisis SWOT
Strengths (Kekuatan)
a. harga yang ditawarkan a. harga yang ditawarkan
terjangkau dikalangan relatif mahal.
masyarakat. b. Menggunakan bahan
b. Menggunakan bahan makan yang berkualitas
makan yang masih segar tinggi
c. Pelayanannya cepat c. Pelayanannya cepat
d. Mempunyai ciri khas d. Mempunyai ciri khas
e. Menu makan yang e. Menu makan yang
beragam dan juga halal disajikan sesuai dengan
· pesanan.
Weakness (Kelemahan)
a. Desain tempat kurang a. Pengunjung orang orang
menarik. tertentu yang memiliki
b. Jarang ada promosi karena banyak uang.
harga sudah terjangkau.
c. Fasilitas yang ada tidak
lengkap.
d. luas dan tidak tertata
dengan rapih.
e. Pelayanan yang diberikan
kurang ramah.
Oppoturnities (Peluang)
a. Tempat yang sangat a. Tempat yang sangat
strategis di pinggir jalan strategis
raya. b. Ketersediaan dan
b. Ketersediaan dan mudahnya mendapatkan
mudahnya mendapatkan bahan baku.
bahan baku. c. Menciptakan lapangan
c. Menciptakan lapangan pekerjaan
pekerjaan bagi d. Menciptakan cita rasa
masyarakat disekitar baru yang unik agar
rumah makan masyarakat merasa
d. Menciptakan cita rasa tertarik.
baru yang unik agar
masyarakat merasa
tertarik.

99
No. Indikator Rumah Makan Tradisional Rumah Makan Modern
e. Semua kalangan
masyarakat menyukai
olahan masakan.
Threat (Ancaman)
a. Sewa tempat usaha yang a. Sewa tempat usaha yang
mahal. mahal.
b. Harga bahan makan b. Harga bahan makan
meningkat. meningkat.
c. Banyak rumah makan lain c. Banyak rumah makan
yang menawarkan paket lain yang menawarkan
makan dengan harga yang paket makan.
lebih murah. d. Persaingan yang ketat
d. Persaingan yang ketat karena banyaknya rumah
karena banyaknya rumah makan yang menyajikan
makan yang menyajikan makanan yang sejenis.
makanan yang sejenis. e. Selera masyarakat yang
e. Selera masyarakat yang cepat berubah dapat
cepat berubah dapat menyebabkan
menyebabkan kemunduran apabila
kemunduran apabila tidak tidak melakukan inovasi-
melakukan inovasi- inovasi baru
inovasi baru
Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui tenaga kerja, bahan baku. Biaya


bahwa rantai nilai rumah makan baik operasional serta dilakukannya analisis
tradisional maupun modern tidak akan SWOT.
luput dari adanya beberapa hal seperti,
Keputusan Pembelian tradisional dan rumah makan siap saji
Keputusan pembelian yang modern, berdasarkan hasil kuesioner
dilakukan oleh konsumen rumah makan tampak sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 2. Indikator Keputusan Pembelian

No. Indikator Skor % Ket


1. Konsumen menyadari adanya suatu 516 79.38 Setuju
kebutuhan
2. Timbulnya kebutuhan secara tidak sengaja 532 81.84 Sangat
Setuju
3. Timbulnya kebutuhan karena pengaruh 463 71.23 Setuju
orang lain
4. Informasi dari pengalaman sebelumnya 473 72.76 Setuju
5. nformasi dari teman dan keluarga 527 81.07 Sangat
Setuju
6. Harga 499 76.76 Setuju
7. Kualitas 452 69.53 Setuju
8. Service yang diberikan 467 71.84 Setuju
9. Membeli atau tidak membeli 513 78.92 Setuju

100
Budianto, dkk/ Jurnal Ilmiah ADBIS (Administrasi Bisnis)
Vol. 7 No. 2 (Februari 2023) 93-103
ISSN: 2528-3928
No. Indikator Skor % Ket
10. Puas atau tidak puas 456 70.15 Setuju
11. Pembelian ulang 455 70 Setuju
12. Merekomendasikan kepada orang lain 511 78.61 Setuju
Rata-rata 488.66 75.17 Setuju
Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Hasil analis data menunjukan Hal ini berarti mengindikasikan bahwa


bahwa dari 12 butir pernyataan yang anggota keluarga atau orang lain
berkaitan dengan keputusan pembelian, merupakan pemberi pengaruh yang paling
responden rata-rata menjawab setuju kuat ke dua dengan nilai persentase 81.07
dengan rekapitulasi data keputusan % (sangat tinggi) terhadap persepsi dan
pembelian dengan rata-rata persentase perilaku keputusan pembelian konsumen.
yaitu 75.17 % (tinggi), artinya responden Sedangakan persentase nilai indikator
setuju bahwa 12 pernyataan tersebut terendah adalah pada indikator ke tujuh
mempengaruhi keputusan pembelian. terkait dengan kualitas produk dengan nilai
Indikator yang memperoleh persepsi 69.53 % (cukup tinggi).
tertinggi sebagai faktor yang menjadi Hal ini berarti responden
keputusan responden melakukan menganggap bahwa masih belum bisa
pembelian adalah konsumen sangat setuju memberikan pelayanan yang baik terhadap
bahwa timbulnya kebutuhan secara tidak kualitas produk yang ditawarkan. Namun
sengaja dengan nilai rata-rata persentase responden tetap setuju bahwa keputusan
sebesar 81.84 % (sangat tinggi) pada yang mempengaruhi keputusan pembelian
pernyataan ke dua sebagai faktor yang juga dapat di pengaruhi oleh kualitas
paling berpengaruh dalam melakukan layanan yang diberikan walaupun
pembelian. dirasakan kurang baik namun dapat
Hasil perhitungan menunjukkan membuat konsumen tertarik untuk
konsumen melakukan pembelian tidak mengambil keputusan melakukan
terencana dan menghabiskan lebih dari pembelian karena adanya dorongan lain
perkiraan belanjanya. Selain faktor yang juga ikut mempengaruhi pembelian.
kepercayan yang timbul dari pengalaman,
kepercayaan juga bisa timbul dari pihak Kepuasan Pelanggan
lain. Kepercayaan seperti ini umumnya Kepuasan yang dialami pelanggan
datang dari 64 informasi yang berasal dari rumah makan tradisional dan rumah
teman, kerabat, atau pengguna lain yang makan siap saji modern, berdasarkan hasil
memberikan rekomendasi, baik berupa kuesioner tampak sebagaimana dalam
komentar, testimoni, maupun hasil rating. tabel berikut:

Tabel 3. Indikator Kepuasan Pelanggan

No. Indikator Skor % Ket


1. Saya merasa puas dengan makanan yang 527 81.07 Sangat Setuju
dijual di rumah makan tersebut
2. Saya akan terus melakukan oembelian 499 76.76 Setuju
eke rumah makan tersebut
3. Saya akan membeli dan menggunakan 452 69.53 Setuju
masakan yang di jual rumah makan
tersebut

101
No. Indikator Skor % Ket
4. Saya akan menginformasikan kepada 467 71.84 Setuju
keluarga dan teman untuk melakukan
pembelian di rumah makan tersebut
5. Saya akan merekomendasikan kepada 516 79.38 Setuju
orang-orang untuk melakukan
pembelian di rumah makan tersebut
6. saya akan memberikan bayaran lebih 532 81.84 Sangat Setuju
apabila puas dengan masalah yang di
jualnya
7. Saya akan tetap membeli masalah yang 463 71.23 Setuju
di jual d rumah makan tersebut
8. Saya akan memberikan saran tentang 473 72.76 Setuju
proses memasak makanan yang lebih
mudah dan enak rasaya
Rat-rata 491,125 75,551 Setuju
Sumber: Hasil Penelitian (2022)

Berdasarkan tabel di atas diketahui oleh konsumen, serta layanan


bahwa tanggapan rensponden tertinggi pengembalian produk/jasa (return).
adalah indikator merasa puas dengan Sementara itu keputusan konsumn untuk
makanan yang dijual di rumah makan membeli makanan di rumah makan
tersebut dengan jumlah skor 527 atau tersebut berawal dari adanya faktor
81.07%. hal inimenunjukkan bahwa kepercayan yang timbul dari pengalaman,
responden merasa puas dengan makanan kepercayaan juga bisa timbul dari pihak
yang di jual di rumah makan tersebut. lain.
Sedangkan skor terkecill berada pada Kepercayaan seperti ini umumnya
indikator Saya akan membeli dan datang dari 64 informasi yang berasal dari
menggunakan masakan yang di jual rumah teman, kerabat, atau pengguna lain yang
makan tersebut, dengan jumlah skor 452. memberikan rekomendasi, baik berupa
Berdasarkan hasil penelitian di ketahui komentar, testimoni, maupun hasil rating.
bahwa dalam pelaksanaan strategi rantai Hal ini berarti mengindikasikan bahwa
nilai rumah makan baik tradisional maupun anggota keluarga atau orang lain
modern tidak akan luput dari adanya merupakan pemberi pengaruh yang paling
beberapa hal seperti, tenaga kerja, bahan kuat ke dua dengan nilai persentase 81.07
baku. Biaya operasional serta dilakukannya % (sangat tinggi) terhadap persepsi dan
analisis SWOT. Menurut Triwibowo, dkk perilaku keputusan pembelian konsumen.
(2015) Sistem terintegrasi yang Sedangakan persentase nilai indikator
mengkoordinasikan keseluruhan proses di terendah adalah pada indikator ke tujuh
organisasi/perusahaan dalam terkait dengan kualitas produk dengan nilai
mempersiapkan dan menyampaikan 69.53 % (cukup tinggi).
produk/jasa kepada konsumen (Triwibowo Hal ini berarti responden
et al., 2015). Proses ini mencakup menganggap bahwa masih belum bisa
perencanaan (plan), sumber input bagi memberikan pelayanan yang baik terhadap
proses (source, misalnya pengiriman bahan kualitas produk yang ditawarkan. Namun
mentah dari pemasok), proses transformasi responden tetap setuju bahwa keputusan
input menjadi output (make, transportasi, yang mempengaruhi keputusan pembelian
distribusi, pergudangan (deliver), sistem juga dapat di pengaruhi oleh kualitas
informasi dan pembayaran produk/jasa, layanan yang diberikan walaupun
sampai produk/jasa tersebut dikonsumsi dirasakan kurang baik namun dapat

102
Budianto, dkk/ Jurnal Ilmiah ADBIS (Administrasi Bisnis)
Vol. 7 No. 2 (Februari 2023) 93-103
ISSN: 2528-3928
membuat konsumen tertarik untuk DAFTAR PUSTAKA
mengambil keputusan melakukan Gerson, R. (2004). Mengukur Kepuasan
pembelian karena adanya dorongan lain Pelanggan. PPM.
yang juga ikut mempengaruhi pembelian.
Hongren, D., & Foster, G. (2008).
Dari keputusan yang ada dan
Akuntansi Biaya Jilid I Edisi
pengalaman pembelian akan timbul Kesebelas. PT Indeks.
kepuasan konsumen. Hal ini terbukti
dengan tanggapan rensponden tertinggi Hunger, D. K., & Wheelen, T. L. (2003).
adalah indikator merasa puas dengan Manajemen Strategis. Andi.
makanan yang dijual di rumah makan Kotler, P., & Keller, K. L. (2012).
tersebut dengan jumlah skor 527 atau Marketing Management. Dictionary
81.07%. hal inimenunjukkan bahwa of Marketing Communications.
responden merasa puas dengan makanan
yang di jual di rumah makan tersebut. Michael, H. A., Ireland, R. D., &
Sedangkan skor terkecill berada pada Hoskisson, R. E. (1997). Manajemen
indikator Saya akan membeli dan Strategis Menyongsong Era
menggunakan masakan yang di jual rumah Persaingan dan Globalisasi. Jakarta:
makan tersebut, dengan jumlah skor 452. Penerbit Erlangga.
Pearce, R. M. G. H. (2008). Manajemen
SIMPULAN DAN SARAN Strategis 1 (ed. 10) Koran. Penerbit
Berdasarkan hasil penelitian dan Salemba.
pembahasan disimpulkan bahwa
1. Pelaksanaan strategi rantai nilai rumah Porter, M. E. (1989). How competitive
makan baik tradisional maupun modern forces shape strategy. In Readings in
tidak akan luput dari adanya beberapa strategic management (pp. 133–143).
hal seperti, tenaga kerja, bahan baku. Springer.
Biaya operasional serta dilakukannya Porter, M. E. (2011). Competitive
analisis SWOT advantage of nations: creating and
2. Keputusan konsumn untuk membeli sustaining superior performance.
makanan di rumah makan tersebut simon and schuster.
berawal dari adanya faktor kepercayan
Tjiptono, F. (1997). Strategi Pemasaran,
yang timbul dari pengalaman,
Edisi 1, Penerbit Andi. Yogyakarta.
kepercayaan juga bisa timbul dari pihak
lain. Kepercayaan seperti ini umumnya Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa–
datang dari 64 informasi yang berasal prinsip, penerapan, dan penelitian.
dari teman, kerabat, atau pengguna lain Yogyakarta: Andi Offset.
yang memberikan rekomendasi, baik Triwibowo, D., Kridalukmana, R., &
berupa komentar, testimoni, maupun Martono, K. T. (2015). Pembuatan
hasil rating Aplikasi Terintegrasi, Pendataan
3. Keputusan konsumn untuk membeli Barang di Gudang Berbasis Android.
makanan di rumah makan tersebut Jurnal Teknologi Dan Sistem
berawal dari adanya faktor kepercayan Komputer, 3(2), 320–334.
yang timbul dari pengalaman,
kepercayaan juga bisa timbul dari pihak Weiler, J., & Schemel, N. (2004). Value
lain. Kepercayaan seperti ini umumnya Chain And Value Coalitions. ICH
datang dari 64 informasi yang berasal White Paper.
dari teman, kerabat, atau pengguna lain
yang memberikan rekomendasi, baik
berupa komentar, testimoni, maupun
hasil rating.

103

Anda mungkin juga menyukai