PENDAHULUAN
dengan fast food, maka dalam proses pengambilan keputusan pembeliannya juga melalui beberapa tahap.
Dimana, proses keputusan pembelian tersebut berkaitan dengan beberapa keputusan, terutama keputusan
tentang merek produk dan penjualan. Setiap merek atas produk dan penjualan suatu perusahaan, memiliki
keunikan dan kekhasan tersendiri, yang dapat membedakannya dengan para pesaing. Pada kondisi demikian,
akhirnya akan dapat ditemui adanya konsumen yang berperilaku setia kepada restoran tersebut.
Setelah semuanya telah dipersiapkan dan manajer terus menjalankan tugas nya sebagai bawahan
daripada pemilik resto , kesibukan manajer semakin banyak sehingga sulit untuk terbendung , maka manajer
berhak mengangkat salah satu karyawan untuk dijadikan sebagai supervisor dan mengambil 50% tugas manajer
Pemilik restoran juga berkesempatan untuk bisnis dengan pola franchise , tentu saja di tangani oleh
manajer dan juga supervisor yang didukung oleh semua karyawan atau staff untuk mendukung penjualan hak
patennya. Pihak franchisor mempunyai produk atau jasa yang ingin dijual dan atau memilih untuk tidak
memperluas usahanya sendiri, tetapi menjual haknya (paten) untuk menggunakan nama produk atau jasanya
kepada franchisee yang menjalankan usahanya secara semi independen. Franchisor menyediakan paket yang
mencakup pengetahuan dari usahanya, prosedur operasi, penyediaan produk dan cara-cara promosi
penjualan.Franchisee membayar sejumlah uang (royalty fee) kepada franchisor, menyediakan restoran (tempat),
mengadakan persediaan dan peralatan operasi. Franchiseemembayar royalti yang bervariasi sekitar 8%-15%,
dihitung berdasarkan omzet (West, 1980:75). Beberapa restoran yang menggunakan pola bisnis franchise,
seperti : KFC(Kentucky Fried Chicken), McD (McDonalds), Tea Garden, dan lainlain.
Restoran fast food di Jakarta akhir-akhir ini terus berkembang rata-rata 50% per tahun terutama fast food
menengah ke atas, hingga saat ini jumlahnya mencapai 6863 buah dan lebih dari 12.6% berlokasi di Sudirman
dan Tanjung Duren (Daerah populer di dan sekitar jakarta, 2016). Perkembangan tersebut mendorong para
pengusaha untuk bersaing dan berlomba-lomba merebut pangsa pasar. Segmen pasar dan target pasar sasaran
restoran fast food di Jakarta sebagian besar adalah pasar lokal dari semua golongan dan hanya sedikit tamu
asing. Bagi tamu asing, tempat makan seperti ini biasanya merupakan pilihan terakhir di negaranya, karena
terkait dengan isu kesehatan. Kondisi persaingan tersebut menuntut kombinasi strategi pemasaran yang tepat
untuk itulah manajer dan assitennya bekerja dengan cara yang seefektiv dan se efisien mungkin , untuk
mencapai pasar sasaran. Pasar sasaran fast food meliputi pasar pelanggan sekarang dan pasar pelanggan baru
(calon pelangan). Jadi peningkatan pangsa pasar memerlukan peningkatan volume penjualan yang relatif
melebihi pesaing dengan jalan mempertahankan pasar pelanggan sekarang dan merebut pasar pelanggan baru.
Target pasar sasaran tersebut tidak akan tercapai tanpa disertai dengan penetapan kombinasi strategi bauran
pemasaran yang tepat. Bauran pemasaran yang dimaksud yaitu : produk (product), harga (price), saluran
distibusi (place), promosi (promotion), karyawan (people), fasilitas fisik (pisycle evidence) dan proses (process)
yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar, sehingga restoran mendapat keuntungan melalui kepuasan
konsumen yang melebihi harapannya (McCarthy dalam Kotler, 1994:98). Dengan demikian kepuasan konsumen
akan terbentuk setelah terjadi transaksi yang saling menguntungkan antara pembeli dan penjualnya.
Jika dilihat dari jumlah penduduk Jakarta pada tahun 2015 yaitu sebanyak 10.185.000 jiwa, dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 1,02% per tahun (BPS Jakarta, 20015), maka pertumbuhan jumlah restoran fast
food lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Kendati demikian keberadaan restoran
dibandingkan dengan jumlah penduduk masih sangat besar, yaitu rata-rata sebesar 1 : 350 jiwa. Di sisi lain,
jumlah konsumen di industri fast food di Jakarta dalam satu tahun terakhir, cenderung meningkat tiap bulan
dengan pertumbuhan rata-rata 12%. Artinya bahwa, pertumbuhan kapasitas jasa restoran fast food, belum
mampu mengimbangi lonjakan konsumen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa bisnis semacam ini memiliki
kecendrungan pasar yang menguntungkan.
Lonjakan konsumen fast food berkorelasi dengan perubahan pola konsumsi dan sikap penduduk
sekitarnya dalam hal cara atau kebiasaan makan mereka. Kenyataan di atas menjadi menarik untuk diteliti
secara empiris, terutama yang berkaitan dengan beberapa variabel atau faktor-faktor yang menyebabkan
kenapa konsumen tertarik dan memutuskan untuk makan di restoran cepat saji (fast food). Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa kecendrungan konsentrasi lokasi restoran fast food dan konsumennya adalah
menentukan suksesnya suatu bisnis restoran. Demikian halnya dengan TEA GARDEN di Jakarta, yang saat ini
berjumlah 6 buah, semuanya berada di wilayah Jakarta.
Lokasi usaha Tea Garden biasanya memanfaatkan posisi di salah satu sudut perempatan dan lokasilokasi tersebut adalah : di New Dewata Ayu, Sanur, Kuta Square, Time Zone Kuta, Galeria dan Jimbaran.
Kendati demikian, segmen pasar dan target pasar sasaran Teagarden secara geografis tidak hanya monopoli
penduduk setempat, walaupun jumlahnya relatif kecil, juga menyasar masyarakat yang berdomisili di luar Jakarta
dan diarea jakarta. Informasi dari manajemen Teagarden menyebutkan bahwa jumlah konsumen Teagarden
setiap hari rata-rata sebanyak 500 orang dan 80% diantaranya dari luar Jakarta dan area jakarta. Konsumen
Teagarden dipilih sebagai objek penelitian, mengingat : tampilan luar Teagarden yang modern, fasilitas layanan
di Teagarden lebih banyak selain sebagai tempat makan, hasil pengamatan sementara di lapangan ditemukan
kesan dari sejumlah konsumen bahwa keamanan mengkonsumsi Teagarden lebih baik dibandingkan fast
food lainnya. Oleh sebab itu, penelitian ini dibatasi untuk konsumen restoran fast food Teagarden di Jakarta.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang dijadikan pokok masalah dalam
1.2.2.
Variabel mana dari variabel-variabel sumber daya manusia yang dominan mempengaruhi keputusan supervisor
Teagarden di Jakarta?
1.2.3.
Kebijakan pemasaran apa yang harus dikembangkan oleh manajemen Teagarden, sehubungan dengan hasil
analisis pengaruh faktor SDM terhadap keputusan manajer terhadap supervisor dan supervisor thd karyawan
pendukung lainnya?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Untuk mengetahui pengaruh faktor SDM terhadap keputusan supervisor Teagarden di Jakarta.
1.3.2.
Untuk mengetahui variabel mana dari variabel-variabel SDM yang dominan mempengaruhi keputusan Supervisor
Teagarden di Jakarta.
1.3.3.
Untuk mengetahui kebijakan pemasaran apa yang harus dikembangkan oleh manajemen Teagarden ,
sehubungan dengan hasil analisis pengaruh faktor SDM terhadap keputusan supervisor tersebut.
1.4.
1.4.1.
Sebagai bahan kajian bagi manajemen / praktisi restoran fast food di Jakarta khususnya Teagarden, apakah
strategi pemasaran yang dikembangkan khususnya di Jakarta selama ini sudah sesuai dengan harapan dan
pertimbangan pembelian konsumennya.
1.4.2.
Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen restoran fast food khususnya Teagarden, dalam menetapkan
strategi / kebijakan yang saling menguntungkan dan mampu mendorong pertumbuhan restorannya secara
berkesinambungan serta memberikan kepuasan sesuai harapan konsumennya.
1.4.3.
Sebagai referensi bagi pihak-pihak lain yang berminat melakukan penelitian dalam kajian keputusan pembelian
konsumen khususnya tentang restoran fast food terutama Teagarden.