Anda di halaman 1dari 11

Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

+++++++++++++++++++++++++++++
Analisis Keberhasilan Usaha Cafe di Tulungagung (Studi
Fenomenologi Pada Cafe Tajug Tulungagung)

Cipto Wardoyo1, Madziatul Churiyah2 & Wahyu Kawitaning Kinasih3*

Universitas Negeri Malang


1

e-mail: wahyu.kawitaning.2004158@students.um.ac.id

Abtrak

Keberhasilan usaha adalah keadaan dimana penjualan mengalami peningkatan dari hasil sebelumnya.
Keberhasilan usaha juga merupakan tujuan utama dari sebuah perusahaan, dimana segala aktivitas
yang ada didalamnya ditujukan untuk mencapai keberhasilan. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis fenomenologi. Peneliti berfokus pada fenomena atau
pengalaman hidup dari seseorang dalam menjalankan bisnis. Fenomena yang diungkap meliputi
alasan pengusaha memulai membangun sebuah usaha, cara pengusaha mengukur keberhasilan
usahanya, dan cara pengusaha mempertahankan usahanya. Subyek dari penelitian ini adalah pemilik
usaha, karyawan dan pelanggan dari Cafe Tajug Tulungagung. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa: 1) Alasan pemilik usaha membuka usaha Cafe Tajug yaitu ingin berinovasi lebih
dari usahanya yang sebelumnya. Pemilik usaha ingin membuka lapangan pekerjaan, membuka usaha
dalam bidang yang serupa namun dengan konsep dan tema yang berbeda. 2) Cara mengukur
keberhasilan usaha, pemilik Cafe Tajug menggunakan indikator meliputi inovasi, pengembangan,
keuangan, non-keuangan, kepuasan pelanggan dan kepuasan pegawai. 3) Dalam mempertahankan
usaha, pemilik Cafe Tajug selalu melakukan inovasi setiap kali terdapat ide-ide baru, melakukan
pengembangan usaha, menjalin kerjasama dengan investor, memperhatikan kesejahteraan karyawan,
mendapatkan motivasi dan dukungan dari keluarga, serta memperhatikan kepuasan pelanggan
sehingga target laba selalu tercapai.

Keywords : Business Success, Phenomenological, Cafe

1. Introduction

Tahun 2020 Indonesia dihadapkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyebar luas dan
mengharuskan masyarakat untuk tetap dirumah. World Health Organization (WHO) telah
menetapkan bahwa Virus Covid-19 ini sebagai pandemi yang telah menyebar ke berbagai negara di
dunia. Akibat pandemi ini banyak aspek kehidupan yang terdampak salah satunya perekonomian di
negara ini. Adanya pandemi ini banyak usaha yang mengalami kemunduran bahkan mengalami
kebangkrutan (gulung tikar). Selain itu persaingan dalam dunia bisnis juga semakin hari semakin
meningkat, untuk dapat memenangkan persaingan pengusaha harus memiliki ciri khas tersendiri
dalam usahanya. Salah satu bisnis yang banyak diminati akan tetapi juga terdampak pandemi ini
adalah usaha/bisnis kuliner.
Menurut (Effendy, 2017) usaha/bisnis merupakan kegiatan jual beli dengan mencari sebuah
keuntungan, sedangkan menurut Wasis (2008) usaha adalah upaya seseorang dalam melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat memenuhi kebutuhan sehari hari. Usaha yang saat
Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

ini banyak diminati yaitu salah satunya usaha/bisnis kuliner. Bisnis kuliner merupakan salah satu
bisnis yang saat ini banyak berkembang walaupun di masa krisis (Cadiogan et al., 2021), hal ini
dikarenakan makanan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat yang harus dipenuhi. Namun
akibat adanya pandemi ini bisnis kuliner banyak yang mengalami kemunduran, tetapi dari beberapa
berita menyebutkan bahwa bisnis cafe dan restoran yang dapat bertahan pada masa pandemi seperti
ini menggunakan strategi inovasi dalam pemasarannya. Pada Tahun 2018 Bisnis kuliner ini semakin
hari semakin banyak diminati oleh masyarakat, menurut Data Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) di
Indonesia sendiri usaha kuliner mencapai 5,55 juta Unit atau 67.66% dark total 8.20 juta usaha
ekonomi kreatif. Namun data ini berubah ketika pada tahun 2020 adanya Pandemi Covid-19,
diketahui 60% bisnis kuliner terdampak akibat adanya pandemi Covid-19. Tapi di sisi lain ada juga
bisnis yang masih bisa bertahan dan bangkit dari keterpurukan akibat Pandemi Covid-19. Salah
satunya yaitu bisnis usaha kuliner, selain banyak yang gulung tikar akan tetapi beberapa masih ada
yang mencoba untuk mempertahankan usahanya ditengah pandemi.
Salah satu bisnis kuliner yang masih bertahan yaitu Cafe / Coffe Shop adalah tempat makan dan
minum yang menyuguhkan suasana santai tanpa adanya aturan mengikat (Indriyana, 2006) . Sebelum
adanya pandemi Covid-19 bisnis ini menjamur di berbagai wilayah yang ada di Indonesia, bahkan
diketahui hasil riset TOFFIN perusahaan penyedia solusi bisnis berupa barang dan jasa di industri
HOREKA (Hotel, Restoran dan Kafe), di Indonesia menunjukkan jumlah kedai kopi pada 2019
mencapai lebih dari 3000 gerai. Namun pada saat Pandemi 3000 cafe ini 60%nya terkena dampak
dan harus gulung tikar. Sedangkan untuk pendapatan harian dari bisnis kuliner ini menurun sebesar
37% (Burhan, 2020)
Banyaknya gerai kopi yang gulung tikar ini memerlukan faktor pendukung untuk mewujudkan
sebuah keberhasilan dalam usaha dan dapat mempertahankan usahanya. (Ferguson, n.d.)
mendefinisikan keberhasilan usaha sebagai pencapaian pribadi, dan pemilik mengukur keberhasilan
tersebut melalui penilaian karyawan, penilaian pasar dan penilain pemilik usaha itu sendiri. Berbeda
dengan pendapat dari (Shivani et al., 2006), dikatakan bahwa pengusaha dapat mendefinisikan diri
mereka berhasil atau sukses dalam usahanya ketika mereka merasa bahwa upaya mereka dan sumber
daya yang disediakan untuk bisnis mereka memungkinkan mencapai tujuan bisnis yang diinginkan,
hal ini sependapat dengan (Reijonen, 2008) berpendapat bahwa mencapai tujuan adalah ukuran
keberhasilan yang paling penting. Sehingga dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
keberhasilan usaha adalah sebuah pencapaian seorang pengusaha dalam mencapai sebuah tujuan
dalam bisnis. Dibutuhkan beberapa faktor dalam keberhasilan usaha, (Artz et al., 2010) mengatakan
bahwa berinovasi merupakan faktor kunci keberhasilan dalam usaha, Dengan kata lain, menerapkan
proses inovasi secara berkesinambungan menjadi suatu keharusan faktor penting untuk menjamin
keberhasilan perusahaan. (Darroch, 2005) & (Chittithaworn et al., 2011) mengatakan bahwa
pengembangan produk baru yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan harapan adalah strategi
penting untuk mencapai kesuksesan bisnis karena menjamin kelangsungan bisnis, inilah kenapa
inovasi dikatakan sebagai pendorong kinerja organisasi pada kesuksesan karena secara positif
mempengaruhi keuangan (Paz Hernández Girón et al., 2007). Menurut (Haber & Reichel, 2005)
untuk mengukur keberhasilan usaha dapat menggunakan kriteria keuangan dan non keuangan.
Kriteria keuangan diantaranya, pendapatan, omset penjualan jumlah karyawan (Paz Hernández Girón
et al., 2007) ekspansi perusahaan (Fairlie & Robb, 2009) & (Masuo et al., 2001) dan lingkungan
ekonomi (Reijonen, 2008) informasi akuntasi (Nyathi et al., n.d.). Sedangkan untuk non keuangan
diantaranya, kepuasan pelanggan (Haber & Reichel, 2005) metode yang dijalankan dalam usaha,
kebebasan dalam menjalankan usaha, kebanggaan dalam menjalankan pekerjaan (Paige & Littrell,
2002) & (Reijonen, 2008) dan jaringan kerjasama (Cahyaningtyas, 2017). Menurut (Antawati &
Mas’ud, 2019) berpendapat bahwa proses manajemen sumber daya manusia yang baik juga dapat
menjadi penentu keberhasilan usaha. Selain itu pakar terdahulu pernah melakukan penelitian di

654

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

Indiana pada 411 perushaaan dan mengemukakan bahwa gender pemimpin dapat pula menjadi faktor
sebuah keberhasilan usaha, dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa wanita dapat lebih baik dalam
menjadi seorang pemimpin karena wanita memiliki micro manage, yaitu kemampuan dalam
memperhatikan hal-hal kecil sehingga wanita dianggap lebih detail. Namun untuk menciptakan
bisnis yang seimbang tetap membutuhkan pemimpin perempuan dan laki-laki agar bisnis dapat
berjalan seimbang (Kalleberg & Leicht, 1991). Dalam bisnis juga tidak terlepas dari bagaimana
seorang pengusaha menciptakan store atmosphere yang nyaman bagi pengunjung cafe. Store
atmosphere adalah terciptanya suasana di lingkungan cafe untuk memberikan kenyamanan kepada
konsumen selama berada di Cafe (Purwadi, 2020). Selain store atmosphere pengusaha juga harus
memperhatikan pelayanan terhadap customer. Inovasi produk diperlukan guna mengurangi
kejenuhan konsumen dan menyesuaikan dengan pengemasan produk. Selain Inovasi Produk juga
diperlukan Inovasi dalam pelayanan seperti, menggunakan jasa antar, dan menjual produk di
Marketplace dan Sosial Media, hal ini untuk mendukung penerapan PSBB maupun PPKM di masa
pandemi seperti ini. Faktor lain yaitu customer experience, para pengusaha percaya bahwa customer
experince merupakan pusat daya saing dan pakar pemasaran menyebutnya sebagai dasar fundamental
untuk manajemen pemasaran (Becker & Jaakkola, 2020).
Berdasarkan hasil pengamatan di Cafe yang berada di Tulungagung, kebanyakan cafe mempunyai
menu yang monoton dan hampir sama dari satu cafe dengan cafe yang lainnya. Hal ini membuat
konsumen untuk memilih cafe yang itu itu saja. Sehingga beberapa konsumen akan nyaman dengan 1
atau 2 cafe saja dan akan menjadi pelanggan dari cafe tersebut tanpa mencoba atau bahkan
mengetahui jika terdapat cafe lain yang serupa. Hal ini membuat cafe lainnya tidak memiliki
kesempatan untuk mengembangkan usahanya, karena kurangnya pelanggan. Menurut (Griffin, 2005)
definisi pelanggan (customer) memberikan pandangan yang penting untuk memahami mengapa
perusahaan harus menciptakan dan memelihara pelanggan dan bukan hanya menarik pembeli.
Adanya hambatan ini, pemilik usaha dituntut untuk bisa melakukan pemasaran lebih inovatif.
Pengusaha membutuhkan bantuan Digital marketing untuk dapat mempromosikan usaha sekaligus
dengan tempat usahanya. Menurut (Chaffey & Ellis-Chadwick, 2016) Digital marketing merupakan
aplikasi internet yang berhubungan dengan teknologi digital dimana di dalamnya berhubungan
dengan komunikasi tradisional untuk mencapai tujuan pemasaran. Hal ini dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan konsumen pada cafe tersebut seperti, profil, menu, alamat cafe dan lain-
lain. Selain itu Digital marketing juga dapat digunakan sebagai perantara antara konsumen dan
pemilik usaha dimana dari kritik dan saran konsumen dapat digunakan sebagai bahan peningkatan
dan pengembangan usaha. Digital marketing sendiri tidak terlepas dari sosial media. Saat ini sosial
media sudah dapat digunakan sebagai alat pemasaran, di buktikan dengan adanya fitur khusus
pemasaran dalam sosial media. Sosial media ini diantaranya yaitu Instagram, Facebook, YouTube,
dan Google. Dalam Instagram pengusaha dapat mengubah akun pribadi menjadi akun bisnis yang
nantinya dapat digunakan langsung untuk pemasaran sedangkan dalam Facebook terdapat fitur
Marketplace yang dapat digunakan untuk upload produk sebagai bagian dari promosi. Hal inilah
yang nantinya diharapkan dapat membantu keberhasilan usaha cafe itu sendiri.
Pengamatan yang dilakukan pada cafe di Kabupaten Tulungagung yaitu Tajug. Café Tajug dipilih
karena pengusaha cafe ini dapat mempertahankan usahanya ditengah pandemi seperti ini, dan dapat
mempertahankan loyalitas dari pelanggan. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara awal
terhadap pelanggan dari cafe ini, mereka mengaku tetap loyal pada cafe ini disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya adalah karena harga terjangkau, store atmosphere yang mendukung, dan pelayanan
yang diberikan oleh pihak cafe yang sangat memuaskan bagi para pelanggan.

2. Literature Review

655

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

Bisnis

Bisnis berasal dari bahasa inggris ``business``. Bisnis merupakan salah satu aktivitas usaha
yang utama dalam perkembangan ekonomi. Pengertian secara umum dalam ekonomi, bisnis
merupakan suatu organisasi yang menjual barang maupun jasa kepada konsumen untuk mendapatkan
laba. Menurut Louis Boone (2007) bisnis atau business terdiri dari seluruh aktivitas dan usaha untuk
mencari laba dengan menyediakan barang atau yang di butuhkan dalam sistem
perekonomian.Seluruh rangkaian kegiatan menjalankan usaha (bisnis) yang lengkap akan
membentuk kelompok kegiatan menurut fungsinya, sehingga masing-masing dari kelompok kegiatan
tersebut dinamakan fungsi bisnis (de Fretes, 2020) Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa kegiatan bisnis itu dapat dilakukan secara individu maupun kelompok yang teroganisasi
dengan tujuan menghasilkan barang maupun jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat atau konsumen.

Keberhasilan Usaha

Beberapa ahli mendefinisikan keberhasilan usaha sebagai pencapaian pribadi, dan pemilik
mengukur keberhasilan melalui penilaian karyawan, penilaian pasar dan penilaian pemilik itu
sendiri (Ferguson, n.d.). (Shivani et al., 2006) mendefinisikan pengusaha dikatakan sukses ketika
mereka merasa bahwa upaya mereka dan sumber daya yang disediakan untuk bsinis memungkinkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tujuan tersebut tergantung pada kepribadian, motivasi,
sikap dan persepsi pengusaha dan dapat merupakan hasil interaksi dengan faktor eksternal seperti
sosial budaya dan ekonomi. Hal ini sependapat dengan (Reijonen, 2008) dalam (Toledo-López et
al., 2012) mengatakan bahwa tujuan adalah ukuran keberhasilan yang paling penting. Namun
peneliti lain menyebutkan bahwa kesuksesan atau keberhasil lebih dari sekedar uang, dan mengejar
tujuan finansial dan lebih melibatkan beberapa aspek seperti penghargaan Intrinsik bagi pengusaha
itu sendiri (Ahmad & Seet, n.d.). Beauer (2018) berpendapat sama, dikatakan bahwa banyak
pengusaha yang berfikir uang bukanlah motivasi utama melainkan produk sampingan yang
menyenangkan dari memiliki kebebasan untuk bertanggung jawab atas masa depan mereka sendiri.
Beberapa ahli mendefinisikan indikator kesuksesan usaha dalam beberapa dimensi, salah satunya
yaitu menurut Jumaidi (2012) dalam penelitiannya mengidentifikasikan keberhasilan usaha dalam 4
indikator yaitu: tercapainya tujuan usaha, produk diterima pasar, adanya laba dalam produksi, dan
kepuasan wirausaha. (Artz et al., 2010) mengatakan bahwa berinovasi merupakan faktor kunci
keberhasilan dalam usaha, Dengan kata lain, menerapkan proses inovasi secara berkesinambungan
menjadi suatu keharusan faktor penting untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Salah satu
langkah untuk mengukur keberhasilan itu adalah melakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja
memang penting, sebab selain digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam kurun
waktu tertentu, ia dapat juga jadi masukan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi
selanjutnya (Iskandar, 2019).

Cafe

Cafe atau coffee shop atau yang dikenal sebagai kedai kopi berasal dari Turki. Coffee shop
pertama kali berdiri di Constantinopel Turki pada tahun 1475. Secara umum cafe adalah usaha di
bidang kuliner yang menyediakan berbagai macam menu kopi dengan pelayanan dan suasana yang
santai atau tidak formal. Menurut Kamus Istilah Pariwisata dan Perhotelan (Adi Soenarno, 2003)
Cafe merupakan restoran dengan menu terbatas. Cafe merupakan istilah lain dari Coffee yang bisa
dipakai untuk menyebut istilah Coffee Shop, Artinya tempat makan dan minum yang menyediakan
menu sederhana serta menyediakan minuman ringan. Biasanya Cafe menyediakan menu yang lehih

656

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

sedikit dibandingkan dengan restoran, akan tetapi cafe memiliki suasana tempat relaksasi untuk
konsumennya yang merasa lelah ataupun jenuh.

Framework

Inovasi Non-
keuangan

Pengembangan Kepuasan
Keberhasilan
usaha pelanggan

Keuangan Kepuasan
pegawai

Figure 1. Research Framework

Analisis keberhasilan usaha dalam penelitian ini dilihat dari beberapa indikator, diantaranya
adalah inovasi (Artz et al., 2010), pengembangan produk (Darroch, 2005) & (Chittithaworn et al.,
2011), kepuasan pelanggan dan pegawai (Haber & Reichel, 2005) & Keuangan dan Non Keuangan
(Haber & Reichel, 2005).
3. Methods

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis fenomenologi.
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian yaitu Cafe Tajug berada di Tulungagung. Sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari informan kunci yaitu pemilik Cafe Tajug dan informan
pendukung yaitu karyawan berjumlah 5 orang serta pelanggan sejumlah 12 orang dengan kriteria
pelanggan dengan usia remaja (13-16 tahun), muda (17-25 tahun), dan dewasa (26-39 tahun).
Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian
ini dilakukan dalam rentang waktu bulan Desember 2021 - Februari 2022. Dalam penelitian
fenomenologi terdapat metode-metode analisis yang terstruktur dan spesifik yang dikembangkan
oleh Moustakas (1994) (Creswell & Creswell, 2013), yaitu: 1) Mendeskripsikan pengalaman
personal dengan fenomena yang sedang dipelajari; 2) Membuat daftar pernyataan penting; 3)
Mengambil pernyataan penting tersebut kemudian dikelompokkan menjadi unit makna atau tema; 4)
Menuliskan deskripsi tekstural (apakah yang dialami) dari pengalaman partisipan; 5)
Mendeskripsikan deskripsi stuktural (bagaimana pengalaman tersebut terjadi). Pengecekan
keabsahan data pada penelitian ini menggunakan trianggulasi dan pengecekan teman sejawat.

4. Results and Discussion

Penelitian dilaksanakan di Cafe Tajug yang beralamatkan di Jl. Mayor Sujadi No. 12f, Jepun,
Kabupaten Tulungagung. Bangunan cafe ini terletak di ujung jalan kecil dan bangunan menghadap
ke arah selatan. Cafe ini memiliki desain unik tidak seperti cafe pada umumnya dengan nuansa
modern, namun cafe ini memiliki desain yang lebih tradisional seperti rumah zaman dahulu. Nama

657

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

pemilik cafe ini yaitu sepasang suami istri yang bernama Bapak Nova dan Ibu Andri, dengan jumlah
pegawai sebanyak 5 orang. Sesuai dengan lokasi dari cafe ini yang cukup terpencil, mereka juga
memiliki slogan yaitu Menjauh Dari Hiruk Pikuknya Kota. Hal ini di dukung dengan lokasi yang
jauh dari kebisingan kota walaupun letak dari Cafe ini di pusat kota. Cafe ini buka mulai pukul 09.00
pagi sampai jam 22.00 malam.
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi ditemukan bahwa
alasan pemilik Cafe Tajug memulai usaha bidang F&B karena pemilik ingin mencoba konsep usaha
F&B yang lebih modern namun sasaran pasarnya menengah kebawah. Selain itu pemilik juga ingin
mengembangkan usaha sebelumnya yang sudah ada yaitu “Angkringanku” yang sudah berjalan lebih
dari 5 tahun dan tentunya membuka lapangan pekerjaan baru. Mereka sangat yakin dalam membuka
usaha ini bermodalkan yakin, tekad dan niat sedangkan untuk resiko yang mungkin dihadapi. Hal ini
terungkap melalui wawancara dengan pemilik Cafe Tajug dan terkonfirmasi oleh satrio selaku
pegawai Cafe Tajug.
Hasil penelitian ini sependapat dengan (Perry et.al, 2018) yaitu alasan pemilik usaha membuka
usaha ini yaitu ingin berinovasi lebih dari usahanya yang sebelumnya. Kemudian tidak sependapat
dengan pernyataan dari (Ferguson, n.d.) dimana alasan seorang pengusaha memulai usaha karena
untuk mencapai otonomi dan kebahagiaan pribadi.
Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa cara pemilik Cafe Tajug mengukur
keberhasilan usaha dengan menggunakan indikator sebagai berikut: 1) Inovasi: diketahui inovasi
yang dilakukan sesuai dengan ide yang dimiliki oleh pemilik cafe, inovasi yang dilakukan
diantaranya terkait desain interior, menambahkan fasilitas cafe, dan menu makanan dan minuman.
Pemilik juga melakukan inovasi melalui media sosial seperti Instagram dan Facebook. 2)
Pengembangan: diketahui pemilik memiliki usaha lain selain cafe ini, Tajug merupakan usahanya
yang kedua. Dalam beberapa tahun kedepan pemilik memiliki keinginan untuk mengembangkan
usahanya dalam bentuk konsep lain seperti resto makanan dan bisnis jasa tour and travel. 3)
Keuangan: diketahui perincian keuangan masih dalam bentuk manual atau di tulis dalam buku belum
dalam bentuk komputerisasi. Dalam buku tersebut dapat diketahui laba bersih yang diperoleh cafe
dalam waktu tertentu jika suasana cafe sedang sepi perharinya mendapatkan Rp 250.000-Rp 300.000
namun jika ramai oleh pelanggan, perharinya bisa mendapatkan kurang lebih sebesar Rp 2.000.000.
Sedangkan untuk pendapatan kotor perharinya bisa mencapai Rp 3.500.000. 4) Non-keuangan:
keluarga ikut berperan penting dalam memotivasi pemilik untuk pengembangan usaha dalam hal
pembukaan usaha baru. Selain motivasi, keluarga juga bersedia menjadi investor dalam usaha ini. 5)
Kepuasan pelanggan: pegawai dan pemilik cafe memberikan pelayanan dengan sangat baik dengan
penuh keramahan pada pelanggan. Selain itu menu yang disediakan dapat dikatan enak dan sesuai
dengan harga yang standart. Suasana dari cafe ini sangat nyaman, seperti berasa di rumah sendiri,
dan jauh dari kebisingan kota dan sesuai dengan motto cafe ini yaitu menjauh dari hiruk pikuknya
kota hal ini sesuai dengan konsep tersebut. Untuk fasilitas pelanggan diketahui cukup lengkap
diantaranya Wi-fi, mushola, kamar mandi, parkir mobil maupun motor dan lokasi yang nyaman dan
strategis. 6) Kepuasan pegawai: bahwa pegawai sangat nyaman dengan lingkungan kerja dan merasa
nyaman terhadap sikap yang diberikan oleh pemilik cafe terhadap para pegawainya. Selain itu
pegawai juga diberikan kebebasan dalam hal makan, jadi bisa mencoba berbagai menu yang ada
pada cafe ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Artz et al., 2010) bahwa berinovasi merupakan faktor kunci
keberhasilan sebuah usaha, artinya dengan menerapkan inovasi secara berkesinambungan menjadi
suatu keharusan untuk menjamin keberhasilan usaha. Pendapat lain dikemukakan oleh (Darroch,
2005) dan (Chittithaworn et al., 2011) bahwa pengembangan produk yang bisa memenuhi kebutuhan
pelanggan adalah strategi penting untuk mencapai kesuksesan bisnis. (Haber & Reichel, 2005) untuk
mengukur keberhasilan usaha juga perlu memperhatikan indikator keuangan dan non-keuangan.

658

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

Kepuasan pelanggan dan kepuasan pegawai mempengaruhi dalam keberhasilan usaha tentunya hal
ini menjadi penting untuk diperhatikan (Haber & Reichel, 2005). (Reijonen, 2008) mengungkapkan
bahwa mencapai tujuan usaha merupakan ukuran paling penting dalam sebuah keberhasilan usaha
sehingga definisi sesungguhnya dari keberhasilan usaha adalah ketika perusahaan dapat mencapai
sebuah tujuan bisnis.
Terakhir, berkaitan dengan hasil penelitian tentang cara pemilik Cafe Tajug mempertahankan
usahanya dapat diketahui bahwa sebelumnya pemilik Cafe Tajug pernah bekerja di salah satu
perusahaan di bidang Finance selama 10 tahun dan akhirnya memutuskan untuk resign dan mulai
merintis usaha pertama dan sampai pada usaha kedua yaitu Cafe Tajug ini sendiri. Awal memulai
bisnis ini pemilik merasa takut karena banyaknya pesaing, namun dengan adanya dukungan dan
motivasi dari orang terdekat pemilik mampu menjalankan bisnis ini dan berhasil
mengembangkannya meskipun banyak pesaing bisnis. Untuk modal awal yang dikeluarkan pemilik
kurang lebih sekitar Rp 100.000.000. Pemilik Cafe Tajug juga optimis dan selalu berusaha
melakukan inovasi untuk menyikapi pesaing bisnisnya, dengan begini pemilik usaha merasa bahwa
hal tersebut termasuk kedalam bersaing secara sehat. Serta pemilik Cafe Tajug mampu menghadapi
resiko-resiko dalam bisnis ini.
Hasil penelitian ini sependapat dengan (Porfírio et al., 2020) bahwa keluarga berperan penting
dalam sebuah bisnis, karena dari keluarga seorang pengusaha mendapatkan motivasi dan dorongan
dalam mengembangkan usahanya. (Sanchez, n.d.) bahwa melalui pengalaman dapat membantu
seorang pengusaha dalam pengembangan usaha, memiliki kemampuan dalam mempertahankan
usaha di tengah krisis dan dapat mempertimbangkan hal-hal yang tak terduga. Dan (Gaynor, B.Pdf,
n.d.) bahwa salah satu strategi dalam mempertahankan usaha adalah dengan menerapkan strategi
kewirausahaan tertentu seperti akuisisi sumber daya.

5. Conclusion

Alasan pemilik memulai usaha ini diantaranya yaitu, yang pertama mengembangkan bisnis atau
usaha yang sudah ada. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan usaha adalah ketika
seorang pengusaha dapat mensejahterakan karyawannya, dapat memenuhi kebutuhan minimal dari
karyawan dan manajemen karyawan yang baik. Dengan adanya manajemen yang baik makan akan
membentuk karyawan yang disiplin dan tekun dalam pekerjaannya sehingga membuat pekerjaan
yang dilakukan dalam melayani pelanggan dapat dilakukan dengan baik dan pelanggan akan merasa
puas. Terdapat beberapa cara dari pemilik yang mampu digunakan dalam mempertahankan usaha,
diantaranya adalah motivasi dari keluarga, kegigihan yang dimiliki pemilik, dan kecenderungan
mengambil resiko. Dari hasil paparan data wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemilik
mendapatkan motivasi maksimal dari keluarga dalam pengembangan usahanya, tidak hanya
dukungan motivasi saja namun juga bersedia menjadi investor pada cafe ini dengan pembagian yang
telah disepakati sebelumnya.
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian dengan tema
yang serupa yaitu: 1) Bagi pemilik usaha, penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan dalam
pengembangan usaha dengan melihat teori-teori lain yang sudah dipaparkan dalam bab sebelumnya.
2) Bagi Peneliti lain dapat mencari dan menambahkan indikator-indikator lain yang mempengaruhi
sebuah keberhasilan usaha. Selain itu peneliti lain juga dapat melakukan penelitian serupa di tempat
yang berbeda guna mengetahui lebih luas terkait definisi keberhasilan usaha menurut pendapat
pengusaha lain, dan dapat melakukan penelitian di bidang usaha yang berbeda yang artinya tidak
harus dalam bidang kuliner saja.
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian
masih memiliki keterbatasan yaitu Indikator-indikator yang mempengaruhi keberhasilan usaha dalam
659

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

penelitian ini hanya terdiri 6 indikator diantaranya inovasi, pengembangan, keuangan, non keuangan,
kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan, sedangkan masih banyak indikator lain yang
mempengaruhi keberhasilan usaha. Penelitian ini kualitatif jadi data yang diambil yaitu wawancara
dengan pemilik usaha, pegawai, dan beberapa pelanggan. Penelitian hanya dilakukan pada satu
obyek penelitian yaitu Cafe Tajug.

References

Adhitya, M. I., & Yuldinawati, L. (n.d.). Halaman Sampul Analisis Faktor-Faktor Keberhasilan
Usaha Studi Pada Gerobak Kopi Jenggo, Bengras Kopi, Karavan Koffie Di Kota Bandung. 9.
Adi Soenarno. (2003). Kamus istilah pariwisata & perhotelan (Ed. 2., rev). Angkasa.
Ahmad, N. H., & Seet, P.-S. (n.d.). Financial And Non-Financial Indicators of Business Success: A
Study of Australian And Malaysian SME Entrepreneurs. 16.
Antawati, R. B., & Mas’ud, F. (2019). Menginvestigasi Kunci Penentu Keberhasilan Usaha Pada
Profesi Notaris. 28(1), 20.
Artz, K. W., Norman, P. M., Hatfield, D. E., & Cardinal, L. B. (2010). A Longitudinal Study of the
Impact of R&D, Patents, and Product Innovation on Firm Performance: A Longitudinal Study of
the Impact of R&D, Patents, and Product Innovation. Journal of Product Innovation Management,
27(5), 725–740. https://doi.org/10.1111/j.1540-5885.2010.00747.x
Becker, L., & Jaakkola, E. (2020). Customer experience: Fundamental premises and implications for
research. Journal of the Academy of Marketing Science, 48(4), 630–648.
https://doi.org/10.1007/s11747-019-00718-x
Burhan, F., A. (2020, April 15). Bisnis Anjlok akibat Pandemi Corona, UMKM Bisa Ubah Strategi
Usaha [Digital]. Katadata.co.id. https://katadata.co.id/agustiyanti/digital/5e9a41c9131dc/bisnis-
anjlok-akibat-pandemi-corona-umkm-bisa-ubah-strategi-usaha
Cadiogan, D. J., Dy, S. C. H., Opaco, C. J. L. T., Rodriguez, R. D., Tan, J. T. T., Villanueva, K. A.,
& Mercado, J. M. T. (2021). Manyisig: The culinary heritage significance of Sisig in Angeles
City, Pampanga, Philippines. International Journal of Gastronomy and Food Science, 24, 100347.
https://doi.org/10.1016/j.ijgfs.2021.100347
Cahyaningtyas, F. (2017). Duality In Small And Medium Enterprise Accounting Practices. 01(02),
12.
Chaffey, D., & Ellis-Chadwick, F. (2016). Digital marketing (Sixth edition). Pearson.
Chapman, C. L. (n.d.). The Influence Of Leadership On Business Continuity Planning: A Qualitative
Phenomenological Study. 24.
Chittithaworn, C., Islam, Md. A., Keawchana, T., & Muhd Yusuf, D. H. (2011). Factors Affecting
Business Success of Small & Medium Enterprises (SMEs) in Thailand. Asian Social Science,
7(5), p180. https://doi.org/10.5539/ass.v7n5p180
Creswell, J. W., & Creswell, J. W. (2013). Qualitative inquiry and research design: Choosing among
five approaches (3rd ed). SAGE Publications.
Darroch, J. (2005). Knowledge management, innovation and firm performance. Journal of
Knowledge Management, 9(3), 101–115. https://doi.org/10.1108/13673270510602809
Daulay, R.W & Ramadini, F (2013).pdf. (n.d.).
de Fretes, Mercy. S. D. (2020). The Role of Creativity and Innovation in Business Competition: A
Phenomenology of Micro Small and Medium Entreprises in East Indonesia. South Asian Research
Journal of Humanities and Social Sciences, 02(01), 10–17.
https://doi.org/10.36346/sarjhss.2020.v02i01.003

660

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

de Guzman, M. R. T., Kim, S., Taylor, S., & Padasas, I. (2020). Rural communities as a context for
entrepreneurship: Exploring perceptions of youth and business owners. Journal of Rural Studies,
80, 45–52. https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2020.06.036
Dias, A., & Teixeira, A. A. C. (2017). The anatomy of business failure: A qualitative account of its
implications for future business success. European Journal of Management and Business
Economics, 26(1), 2–20. https://doi.org/10.1108/EJMBE-07-2017-001
Effendy, M. (Ed.). (2017). Kamus besar bahasa Indonesia (Edisi kelima). Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Esterberg, K. G. (2002). Qualitative methods in social research (International ed). McGraw-Hill.
Fairlie, R. W., & Robb, A. M. (2009). Gender differences in business performance: Evidence from
the Characteristics of Business Owners survey. Small Business Economics, 33(4), 375–395.
https://doi.org/10.1007/s11187-009-9207-5
Ferguson, S. S. (n.d.). Increasing Small Business Success in America: A Hermeneutical
Phenomenological Study of Why Small Business Owners Started a Business and How They
Define and Measure Success. 168.
Fitriana, N., & Irhandayaningsih, A. (n.d.). Transfer Pengetahuan Bisnis Keluarga (Studi
Fenomenologi Pada Pengusaha Batik Putri Sekawan Di Kecamatan Wiradesa Kabupaten
Pekalongan). 9.
Gaynor, B.pdf. (n.d.).
Griffin, J. (2005). Customer loyalty: Menumbuhkan dan mempertahankan kesetiaan pelanggan
(Revised Edition). Erlangga. http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=137221
Haber, S., & Reichel, A. (2005). Identifying Performance Measures of Small Ventures-The Case of
the Tourism Industry: Journal Of Small Business Management. Journal of Small Business
Management, 43(3), 257–286. https://doi.org/10.1111/j.1540-627X.2005.00137.x
Iskandar, I. (2019). Analisis Keberhasilan Usaha Pakan Ternak Cv. Muda Jaya Mandiri Ditinjau Dari
Aspek Pemasaran Dan Kewirausahaan. Eko dan Bisnis: Riau Economic and Business Review,
10(4), 538–545. https://doi.org/10.36975/jeb.v10i4.248
Kalleberg, A. L., & Leicht, K. T. (1991). Gender And Organizational Performance: Determinants Of
Small Business Survival And Success. Academy of Management Journal, 34(1), 136–161.
https://doi.org/10.2307/256305
Kirillova, K. (2018). Phenomenology for hospitality: Theoretical premises and practical applications.
International Journal of Contemporary Hospitality Management, 30(11), 3326–3345.
https://doi.org/10.1108/IJCHM-11-2017-0712
Kumar, A., & Krishnamoorthy, B. (2020). Business Analytics Adoption in Firms: A Qualitative
Study Elaborating TOE Framework in India. International Journal of Global Business and
Competitiveness, 15(2), 80–93. https://doi.org/10.1007/s42943-020-00013-5
Lindgreen, A., Di Benedetto, C. A., Thornton, S. C., & Geersbro, J. (2021). Editorial: Qualitative
research in business marketing management. Industrial Marketing Management, 98, A1–A9.
https://doi.org/10.1016/j.indmarman.2021.02.001
Martha, J. A. (2021). Keterlibatan Keterlibatan Orang Tua dalam Menumbuhkan Minat Anak untuk
Melanjutkan Bisnis Keluarga. JURNAL PENDIDIKAN DAN KEWIRAUSAHAAN, 9(1), 26–41.
https://doi.org/10.47668/pkwu.v9i1.163
Masuo, D., Fong, G., Yanagida, J., & Cabal, C. (2001). [No title found]. Journal of Family and
Economic Issues, 22(1), 55–73. https://doi.org/10.1023/A:1009492604067
Meleong, L. J. (1989). Metologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Nurhuda, E., Maharani, S. N., & Harahap, R. F. (2021). Studi Fenomenologi Model Implementasi
CSR Berkelanjutan Di Kampung Warna-Warni Jodipan. 4(1), 13.

661

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

Nyathi, K. A., Nyoni, T., Nyoni, M., & Bonga, W. G. (n.d.). The Role of Accounting Information in
the Success of Small & Medium Enterprises (SMEs) in Zimbabwe: A Case of Harare. 15.
Omorede, A. (2021). Managing crisis: A qualitative lens on the aftermath of entrepreneurial failure.
International Entrepreneurship and Management Journal, 17(3), 1441–1468.
https://doi.org/10.1007/s11365-020-00655-0
Paige, R. C., & Littrell, M. A. (2002). Craft Retailers’ Criteria for Success and Associated Business
Strategies. Journal of Small Business Management, 40(4), 314–331. https://doi.org/10.1111/1540-
627X.00060
Paz Hernández Girón, J. D. L., León, M. Y., & Domínguez Hernández, M. L. (2007). Factores de
éxito en los negocios de artesanía en méxico. Estudios Gerenciales, 23(104), 77–99.
https://doi.org/10.1016/S0123-5923(07)70018-9
Perry et.al. (2018). Strartup Success Trends in Small Business Beyond Five Years: A Qualitative
Research Study. International Journal of Sustainable Entrepreneurship and Corporate Social
Responsibility. https://doi.org/10.4018/IJSECSR.2018010101
Pletnev, D., & Barkhatov, V. (2016). Business Success of Small and Medium Sized Enterprises in
Russia and Social Responsibility of Managers. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 221,
185–193. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.105
Porfírio, J. A., Felício, J. A., & Carrilho, T. (2020). Family business succession: Analysis of the
drivers of success based on entrepreneurship theory. Journal of Business Research, 115, 250–257.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.11.054
Prawira, I. F. A., Suryo, R. Z., & Rizki, N. (2020). PHENOMENOLOGY OF E-COMMERCE
INCOME TAX IN INDONESIA. JOURNAL OF CRITICAL REVIEWS, 7(16), 9.
Prohl-Schwenke, K., & Kleinaltenkamp, M. (2021). How business customers judge customer success
management. Industrial Marketing Management, 96, 197–212.
https://doi.org/10.1016/j.indmarman.2021.05.004
Reijonen, H. (2008). Understanding the small business owner: What they really aim at and how this
relates to firm performance: A case study in North Karelia, Eastern Finland. Management
Research News, 31(8), 616–629. https://doi.org/10.1108/01409170810892172
Rohn, D., Bican, P. M., Brem, A., Kraus, S., & Clauss, T. (2021). Digital platform-based business
models – An exploration of critical success factors. Journal of Engineering and Technology
Management, 60, 101625. https://doi.org/10.1016/j.jengtecman.2021.101625
Sanchez, A. R. (n.d.). Overcoming Failure: A Qualitative Narrative Inquiry Research Study For
Small Business Success Past Five Years. 24.
Sancoko, A. H., & Rahmawati, V. (2019). Membangun Strategi Pemasaran Umkm Kuliner Kajian
Fenomenologi Angkringan Di Surabaya. Jurnal Keuangan dan Bisnis, 17(2), 96.
https://doi.org/10.32524/jkb.v17i2.579
Shivani, S., Mukherjee, S. K., & Sharan, R. (2006). Socio-cultural influences on Indian
entrepreneurs: The need for appropriate structural interventions. Journal of Asian Economics,
17(1), 5–13. https://doi.org/10.1016/j.asieco.2006.01.002
Suhartono, Suwandi, M., Bayan, A. Y. M., & Taufiq, A. L. K. (2020). Financial Technology
Optimization in the Development of MSMEs with Spotlight Phenomenology. Proceedings of the
17 Th International Symposium on Management (INSYMA 2020). Proceedings of the 17 th
International Symposium on Management (INSYMA 2020), Vung Tau City, Vietnam.
https://doi.org/10.2991/aebmr.k.200127.027
Surjanti, J., & Soesatyo, Y. (n.d.). Pemahaman Umkm Hijab Gresik Berkearifan Lokal Pada Ukuran
Keberhasilan. 12.
Syuhada, M. N. (2020). Psychological Capital Dan Faktor Keberhasilan Pemberdayaan Ekonomi
Pada Komunitas Usaha Batik. Jurnal Ecopsy, 7(1). https://doi.org/10.20527/ecopsy.v7i1.8416

662

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id


Journal of Reseacrh in Business, Economics, and Education

Toledo-López, A., Díaz-Pichardo, R., Jiménez-Castañeda, J. C., & Sánchez-Medina, P. S. (2012).


Defining success in subsistence businesses. Journal of Business Research, 65(12), 1658–1664.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2012.02.006
Wahyuni, I., Rayyani, W. O., Adil, M., & Andayaningsih, S. (2021). Going Concern Perspektif
Pelaku Usaha Mikro: Upaya Mengungkap Selubung Makna Melalui Fenomenologi. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Manajemen, 4(1), 13–24. https://doi.org/10.35326/jiam.v4i1.853

663

Volume 2, Issue 3 available at http://e-journal.stie-kusumanegara.ac.id

Anda mungkin juga menyukai