Disusun Oleh:
No.Mahasiswa : 14311309
Jurusan : Manajemen
FAKULTAS EKONOMI
YOGYAKARTA
2019
BAB 1
PENDAHALUAN
Industri kuliner merupakan salah satu sektor bisnis yang menjanjikan dan sangat
strategis untuk meningkatkan nilai ekonomi suatu wilayah maupun negara. Pertumbuhan
industri kuliner di Indonesia berkembang pesat dengan adanya menu – menu yang kreatif
dan inovatif, sehingga diminati oleh masyarakat. Hal tersebut terjadi dikarenakan kuliner
bukan hanya memenuhi kebutuhan biologis manusia semata, akan tetapi sudah menjadi
gaya hidup baru dikalangan masyarakat. Dengan bertumbuh kembangnya teknologi banyak
orang yang menggunakan media sosial sebagai sarana untuk memamerkan apa yang
dikonsumsinya kepada teman-teman yang ada di akun sosial mereka.
Sektor bisnis kuliner memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan
suatu wilayah maupun negara. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2017
produksi industri makanan naik sebesar 9,93% terhadap tahun 2016. Industri kuliner
mempunyai potensi yang sangat kuat untuk berkembang. Maka dari itu pemerintah
mendukung sektor ini agar lebih maju dengan didirikannya Badan Ekonomi Kreatif
Indonesia (BeKraf).
Bisnis kuliner tidak akan ada matinya, dikarenakan makanan merupakan kebutuhan
pokok setiap manusia, khususnya di kota Yogyakarta dimana masyarakat cenderung lebih
memilih makan atau jajan diluar daripada memasak sendiri. Hal ini terjadi karena industri
kuliner atau makanan memiliki trend yang baik dikalangan masyarakat.
Selain itu Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang strategis dan potensial
untuk berbisnis pada bidang kuliner, dikarenakan Yogyakarta merupakan kota pendidikan
dimana mayoritas masyarakat berasal dari kalangan mahasiswa yang berasal dari berbagai
daerah, ditambah dengan Yogyakarta menjadi destinasi pariwasata baik wisatawan lokal
maupun mancanegara. Hal ini dibuktikan dari berkembangnya keberadaan restoran, kafe,
rumah makan, bar atau bahkan warung kaki lima. Data kunjungan wisatawan yang datang
ke Yogyakarta pada tahun 2013 – 2017 sebagai berikut :
Table 1.1
Sumber : visitingjogja.com
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan nusantara
dan mancanegara terus meningkat dari tahun 2013 – 2017. Dari data tersebut membuktikan
bahwa Yogyakarta memiliki daya pariwisata yang sangat luar biasa bagi wisatawan
nusantara maupun mancanegara.
LANDASAN TEORI
Konsep bisnis model mulai popular sejak tahun 1990 ke atas ketika bisnis model
dan perubahan lingkungan bisnis didiskusikan dalam konteks internet (Afuah, 2003; Afuah
dan Tucci, 2000; Osterwalder, 2004). Konsep bisnis model digunakan sebagai cara yang
umum untuk menjelaskan bagaimana perusahaan berinteraksi dengan pemasok, mitra kerja,
dan pelanggan (Zott dan Amit, 2003).
Pengertian bisnis model dapat dipilah menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu bisnis model
sebagai metode atau cara, bisnis model dilihat dari komponen-kompponen (elemen), dan
bisnis model sebagai strategi bisnis. Bisnis model sebagai metode adalah suatu cara untuk
menciptakan nilai, sedangakan bisnis model dilihat dari komponen-komponennya misalnya
meruaka bisnis model yang terdiri dari komponen produk, manfaat dan pendapatan,
pelanggan, asset, dan pengetahuan. Sedangkan bisnis model sebagai strategi bisnis
merupakan bisnis model yang digunakan sebagai alat untuk merumuskan strategi bisnis
perusahaan.
Secara umum, bisnis model adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengakuisisi dan menciptakan nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba
(PPM Manajemen, 2012).
Disisi lain ada juga yang berpendapat bahwa bisnis model adalah sebuah deskripsi
tentang bagaimana sebuah perusahaan membuat sebuah nilai tambah di dunia kerja,
termasuk di dalamnya kombinasi dari produk kombinasi dari produk, pelayanan, citra, dan
distribusi dan sumber daya infrastruktur. Demikian pula konsep bisnis model telah
diposisikan antara input yang digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan output
ekonomi. (Afuah, 2004; Davenport et al, 2006; Osterwalder dan Pgneur, 2004).
Inti dari konsep bisnis model adalah rantai nilai dari perusahaan (Porter, 1985).
Model ini dirancang untuk digunakan sebagai alat bantu dalam memanfaatkan peluang
(Makinen dan Seppanen, 2007).
Bagi perusahaan kecil, bisnis model didesain untuk kompetensi internal sehingga
menghasilkan keuntungan kompetensi bagi perusahaan kecil. Hal ini konsisten dengan
resourced-based theory, yang melihat bahwa perusahaan kecil sebagai kumpulan dari
berbagai sumber daya dan kapabilitas (Barney dan Wright, 2001). Keuntungan kompetitif
dapat muncul dari keputusan yang baik atas aktivitas biasa (misalnya: produksi), koordinasi
yang baik antara berbagai aktivitas-aktivitas tersebut (misalnya: proses pengembangan
produk), manajemen yang baik (misalnya: supply chain management) (Porter, 1985; Gulati
dan Singh, 1998).
Ada beberapa elemen atau komponen yang sebaiknya ada di dalam bisnis model
(Giesen et al, 2010):
Salah satu bisnis model yang dapat diterapkan maupun dikembangkan yaitu
business model canvas. Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010) dalam bukunya berjudul
“Business Model Generation”(2010), bisnis model kanvas adalah sebuah model bisnis yang
menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan
menciptakan, menyerahkan, dan menangkap nilai. Selain itu, Osterwalder dan Pigneur
membuat suatu kerangka bisnis model yang berbentuk kanvas yang terdiri dari Sembilan
kotak yang berisikan elemen-elemen yang saling berkaitan.
Gambar 1
Bisnis model kanvas digambarkan melalui blok bangunan dasar yang menunjukkan
logika bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk menghasilkan uang. Sembilan blok
ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan
kelayakan keuangan. Kesembilan blok bangunan dasar yang digunakan untuk
penggambaran bisnis model kanvas adalah:
1. Customer Segments
Secara umum, segmen pasar terdiri dari kelompok pelanggan yang memiliki
seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005). Pelanggan adalah jantung dari
setiap bisnis model. Tanpa adanya pelanggan, tidak ada satupun perusahaan yang
dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Suatu kelompok pelanggan dapat
disebut sebagai segmen pasar apabila:
Memerlukan pelayanan (value propositions) yang tersendiri karena
permasalahan dan kebutuhan secara khusus.
Dicapai dan dilayani dengan saluran distribusi (channels) yang
berbeda.
Memberikan profitabilitas yang berbeda.
Mempunyai kemampuan bayar yang berbeda sesuai dengan persepsi
terhadap nilai yang mereka terima.
2. Value Propositions
Dalam bisnis model kanvas, elemen value propositions memengaruhi dan
dipengaruhi oleh hamper semua elemen-elemen lain. Elemen yang terkait langsung
adalah customer segments. Hal ini bisa dipahami, karena setiap segmen memiliki
kebutuhan dan persoalan yang unik. Desain value propositions dapat dilakukan
dengan inovasi nilai (value creation) dan penurunan biaya. Inovasi nilai akan
membuat pelanggan bersedia membayar lebih tinggi dan akan meningkatkan
revenue streams. Selain value creations, perusahaan juga dapat mengurangi atau
menghilangkan value propositions yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau kurang
penting untuk pelanggan sehingga dapat menurunkan biaya (PPM Manajemen,
20112).
Value propositions (Nilai tambah yang diberikan kepada para pelanggan)
terdiri dari produk dan jasa yang dapat menambah nilai tembah kepada segmentasi
yang spesifik. Bagi pelanggan, value propositions terwujud dalam bentuk
pemecahan masalah yang dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Value propositions
merupakan alasan kenapa pelanggan sering mengalihkan perhatian dari satu
perusahaan ke perusahaan lain. Value propositions ini dapat mengatasi kebutuhan
pelanggan ataupun memuaskan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, value
propositions adalah keuntungan yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan.
Beberapa value propositions bersifat inovatif yang menawarkan hal yang benar-
benar baru. Lainnya juga dapat mirip dengan penawaran pasar umumnya, namu
ditambahkan dengan atribut-atribut lainnya.
3. Channels
Channels adalah saluran untuk berhubungan dengan para pelanggan.
Komunikasi, distribusi, dan jaringan penjual atau sales merupakan salah satu usaha
perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Channels memainkan peranan
yang penting dalam pengalaman pelanggan. Channels memiliki beberapa fungsi,
antara lain:
Meningkatkan kesadaran pelanggan terhadap produk dan jasa dari
perusahaan.
Membantu pelanggan dalam mengevaluasi value propositions dari
perusahaan.
Memfasilitasi pelanggan untuk membuat produk dan jasa tertentu.
Membantu menyampaikan nilai tambah untuk pelanggan
Memberi dukungan kepada pelanggan pasca pembelian.
4. Customer Relationships
Customer relationships adalah tipe hubungan yang ingin dijalin dengan para
pelanggan dari segmen pasar yang spesifik. Perusahaan seharusnya memikirkan tipe
hubungan yang akan dijalin dengan para pelanggan dari berbagai segmen. Customer
relationships dapat dibentuk dari berbagai motivasi, antara lain:
1. Customer acquisition
2. Customer retention
3. Boosting sales (upselling)
Berdasarkan bisnis model, customer relationships sangat memengaruhi
perasaan pelanggan. Tugas seorang pemasar (marketer) dalam dua kelompok besar,
yakni akuisisi pelanggan (customer acquisition) dan retensi pelanggan (customer
retention). Dalam kelompok pertama (akuisisi pelanggan), tugas pemasar adalah
terus menerus mencari pelanggan baru, baik dari pelanggan kompetitor maupun
mengubah yang sebelumnya bukan pelanggan siapapun menjadi pelanggan mereka
yang dikelola. Adapun dalam kelompok kedua (retensi pelanggan), tugas pemasar
berupaya terus-menerus mempertahankan pelanggan yang sudah menggunakan
mereknya agar tidak pindah ke merek competitor (Wind, 2002). Sedangkan
boosting sales yaitu mendorong pelanggan yang sudah ada untuk berbelanja lebih
banyak bagi perusahaan.
5. Revenue Streams
Revenue streams adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari masing-
masing segmen pasar atau dengan kata lain revenue streams adalah pemasukan yang
biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari pelanggannya.
Jika kepuasan pelanggan adalah jantung dari sebuah bisnis model, maka revenue
streams adalah pembuluh arterinya. Revenue streams bukan mempresentasikan
keuntungan yang didapat, karena secara umum diketahui bahwa keuntungan
merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi biaya-biaya usaha (PPM
Manajemen, 2012). Masing-masing revenue streams memiliki mekanisme harga
yang berbeda satu sama lain, misalnya harga tetap, bargaining, auctioning, market
dependent, volume dependent, dan yield management.
Bisnis model dapat dibentuk dari 2 (dua) macam Revenue Streams:
1) Pendapatan didapatkan dari satu kali transaksi
2) Pendapatan yang didapatkan berulang kali yang dihasilkan dari
pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan value proposition
kepada pelanggan ataupun tidak menyediakan dukungan pasca
pembelian.
Hal ini dapat bermanfaat untuk membedakan ketiga motivasi untuk menjalin
kemitraan:
1) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya tetap sama meskipun volume barang
atau jasa yang dihasilkan naik atau turun. Contohnya adalah gaji,
sewa, dan fasilitas manufaktur secara fisik. Beberapa bisnis seperti
perusahaan manufaktur dicirikan oleh tingginya proporsi biaya tetap.
Menurut Hernanto (1989), biaya tetap adalah biaya yang besar
kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya
pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian,
dan bunga pinjaman.
2) Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang bervariasi secara
proporsional dengan volume barang atau jasa yang dihasilkan.
Beberapa bisnis seperti festival music ditandai dengan tingginya
proporsi biaya variable.
3) Skala Ekonomi
Skala ekonomi adalah keuntungan biaya karena outputnya
bertambah. Perusahaan yang lebih besar misalnya mendapatkan
keuntungan dengan cara menurunkan tingkat pembelian massal. Hal
ini dan faktor-faktor lainnya menyebabkan biaya rata-rata per unit
turun pada saat kenaikan output.
4) Economies of Scope
Struktur biaya yang mengandalkan economies of scale
memanfaatkan volume aktivitas untuk menurunkan biaya.
Memetakan sebuah bisnis model adalah sesuatu hal yang lumrah dilakukan,
namun mendesain bisnis model yang baru dan inovatif adalah hal yang lain. Memetakan
model bisnis merupakan salah satu tahap dalam mendesain bisnis model.
Dalam mendesain bisnis model, ada tiga hal yang perlu dilakukan yaitu:
Gambar 2
2) Menganalisis kelebihan, kekurangan, peluang, dan ancaman dari
masing-masing elemen bisnis model yang ada.
Analisis ini perlu dilakukan untuk mengetahui kekurangan dalam
konsep bisnis model yang ada sehingga perbiakan atau perubahan ke
depannya dapat dilakukan oleh perusahaan.
3) Menyempurnakan bisnis model atau membuat prototipe bisnis model
lain
Dalam mendesain bisnis model baik menyempurnakan maupun
membuat prototipe bisnis model yang lain, yang diperlukan adalah
proses berfikir kreatif untuk mendapatkan banyak idel dalam
pembentukan bisnis model dan mengambil salah satu ide yang
terbaik. Proses ini dinamakan ideation. Maka dari itu, penguasaan
teknik ini sangat krusial untuk pembuatan bisnis model yang baru.
Salah satu tantangan ketika mencoba membuat bisnis model baru adalah
menghilangkan status quo atau status anti perubahan dan menunda kekhawatiran atas
masalah operasional sehingga dapat dihaslkan ide-ide yang baru. Inovasi bisnis model
bukan tentang melihat ke belakang karena masa lalu menunjukkan sedikit tentang apa yang
mungkn terjadi di masa depan bisnis model. Inovasi bisnis model juga bukan tentang
menyalin atau benchmarking, tetapi tentang menciptakan mekanisme baru untuk
menciptakan nilai dan memperoleh pendapatan. Sebaliknya inovasi bisnis model adalah
tentang menantang ortodksi untuk merancang sebuah model yang memuaskan kebutuhan
pelanggan, bahkan sampai kebutuhan yang tersembunyi.
BAB III
Industri kuliner atau makanan memiliki trend yang baik dikalangan konsumen,
dimana masyarakat di Indonesia khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta cenderung
memilih jajan atau makan diluar rumah ketimbang harus repot memasak sendiri, industri
makanan itu sendiri terus terus berkembang seiring perkembangan jaman baik dalam segi
inovasi produk maupun pembaharuan jenis produk makanan.
Pernyataan diatas didukung dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang
menunjukkan meningkatnya jumlah pendapatan daerah dari industri kuliner. Hal itu juga
didukung dengan pertumbuhan penduduk yang berasal dari luar daerah yang melanjutkan
studi.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa industri kuliner atau makanan dari jaman
dahulu hingga saat ini masih memilik tempat di hati para konsumennya, khususnya
makanan tradisional. Beberapa contoh makanan tradisional yang cukup banyak dicari dan
memiliki prospek yang bagus adalah usaha masakan padang, warung sate madura, warung
naskuter, dapur manado dan beberapa usaha makanan sulawesi lainnya juga banyak disukai
masyarakat.
Rumah Makan Dapur Dulohupa Yogyakarta berdiri sejak bulan Desember 2018.
Warung makan ini mengambil konsep masakan khas Sulawesi khusus Gorontalo dan
Sulawesi Utara yang menyediakan berbagai menu makanan seperti ayam goreng rica, ikan
goreng rica, udang goreng rica, serta berbagai menu lainnya dan menu utama dari dapur
gorapu yaitu nasi kuning khas Gorontalo yang banyak diminati oleh masyarakat.
Lokasi Warung Makan Dapur Dulohupa bertempat di Jl. Samirono CT VI, Catur
Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Lokasi usaha tersebut strategis dikarenakan berada
di lingkungan kos dan asrama mahasiswa dari berbagai kampus yang berjarak tidak jauh
dari warung makan seperti UGM, UNY, AKPRIND, dan AA YKPN yang menjadi potensi
tersendiri bagi warung makan.
Daftar Menu
Tampak Dalam
Dapur Dulohupa sendiri sudah memiliki customer segment yang jelas. Tidak hanya
yang berasal dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, tapi dari Sumatra, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, NTT, dan Papua. Hal ini dikarenakan bumbu masakan yang dihasilkan cocok
dengan selera pelanggan.
3.2 Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus (case studies). Menurut Yin (1996)
studi kasus merupakan salah satu metode penelitian sosial. Selain studi kasus, masih
ada beberapa metode lain seperti eksperimen, survei, historis dan analisis informasi
dokumenter (seperti dalam studi-studi ekonomi). Penggunaan setiap metode
memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri, tergantung pada tiga hal yaitu: 1) tipe
pertanyaan penelitian, 2) kontrol yang dimiliki peneliti terhadap peristiwa perilaku
yang akan ditelitinya, dan 3) fokus terhadap fenomena penelitiannya (fenomena
kontemporer ataukah fenomena historis).
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila suatu
penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit
peluang untuk mengontrol peristiwa – peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana
fokus penelitiannya terletak pada kontemporer (masa kini) di dalam kehidupan
nyata. Selain itu, penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
studi-studi kasus eksplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Dalam
penggunaannya, peneliti studi kasus perlu memusatkan perhatian pada aspek
pendesainan dan penyelenggaraannya agar lebih mampu menghadappi kritik-kritik
tradisional tertentu terhadap metode/tipe pilihannya.
Sebagai suatu upaya penelitian, studi kasus dapat memberi nilai tambah
pada pengetahuan kita secara unik tentang fenomena individual, organisasi, sosial
dan politik. Pada semua situasi, kebutuhan akan studi kasus melampaui keinginan
untuk memahami fenomena sosial yang kompleks. Singkatnya, studi kasus
memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna
dari peristiwa-peristiwa nyata, seperti siklus kehidupa seseorang, proses-proses
organisasional dan manajerial, perubahan lingkungan sosial, hubungan-hubungan
internasional, dan kematangan industri-industri.
Dalam penelitian studi kasus, terdapat beberapa hal yang harus ditentukan
peneliti (Eisenhardt, 1989; Voss, Tsikriktsii and Frohlich, 2002; R. K Yin, 2009),
antara lain tujuan penelitian studi kasus, populasi dan sampel, kriteria pemilihan
studi kasus, metode pengumpulan data, teknik analisis data, temuan penelitian studi
kasus dan memastikan kualitas penelitian benar-benar memenuhi kriteria ilmiah.
Pada penelitian ini penulis meneliti terkait dengan tinjauan key activities
yang diterapkan pada rumah makan dapur dulohupa.
Tipe-1 Tipe-3
Holistik
(unit analisis tunggal)
Terjalin Tipe-2 Tipe-4
(unit multianalisis)
Gambar 2.2. Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus
Secara keseluruhan, desain studi kasus bisa dibenarkan dalam kondisi-
kondisi tertentu, a) kasus tersebut mengetengahkan suatu uji penting tentang teori
yang ada, b) merupakan suatu peristiwa yang langka atau unik, atau c) berkaitan
dengan tujuan penyingkapan.
Tahap penelitian dalam pendesainan dan penyelenggaraan kasus tunggal
adalah menentukan unit analisis (atau kasus itu sendiri). Definisi operasional
dibutuhkan, dan beberapa tindakan harus diambil sebelum kesepakatan penuh
terhadap keseluruhan studi kasus tersebut dicapai, guna meyakinkan bahwa kasus
tersebut memang relevan dengan isu dan pertanyaan-pertanyaan fokus
penelitiannya.
Dalam kasus tunggal mungkin masih ada beberapa keterkaitan dengan sub-
sub-unit analisisnya, agar desain yang lebih kompleks atau terpancang bisa
berkembang. Sub-unit tersebut seringkali dapat menambah peluang – peluang
signifikansi bagi analisis yang lebih luas, yang mengembangkan bagian – bagian
kasus tunggal yang bersangkutan. Namun demikian, jika perhatian terlalu banyak
diberikan kepada sub-sub-unit ini, dan jika aspek-aspek holistik yang lebih besar
mulai diabaikan, maka studi kasus tersebut akan mengalami pembelokan arah dan
perubahan sifatnya. Perubahan ini mungkin dalam kenyataannya bisa dibenarkan,
tetapi tak harus menjadi kejutan bagi peneliti yang bersangkutan.
Teknik penyajian data masih merupakan bagian dari tenik analisis data. Pada
tahap ini, peneliti melakukan penyajian dari data yang dikumpulkan dan dianalisis
sebelumnya. Menurut Miles dan Huberman (1984) yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif.
Selain dalam bentuk naratif, penyajian data juga dapat berupa diagram konteks
(context chart) dan matriks.
Sedangkan menurut Yin (2009) penyajian data merupakan inti dari cara
mengkomunikasikan data yang berjumlah besar dan tidak teratur agar membentuk
pola tertentu dan make sense secara ilmiah. Kegagalan penyajian data untuk
membentuk make sense, akan mengakibatkan terjadinya jumping conclusion.
Maka dari itu, peneliti akan menceritakan apa yang terjadi dilapangan serta
menjabarkan data yang telah disederhanakan secara deskriptif agar dapat
menyajikan data secara visual dan sistematis sehingga kesimpulan yang obyektif
dapat mudah disusun. Hal tersebut dilakukan agar data yang terkumpul tersusun
secara rapi serta membuat proses interpretasi menjadi mudah dipahami.
BAB IV
PEMBAHASAN
6. Key Resource
7. Key Partnership
Dapur dulohupa sudah memiliki mitra supplier bahan baku yang sering digunakan,
seperti bawang, cabai, tomat, ikan, ayam, cumi, dan udang. Supplier tersebut berada
di pasar tradisional Demangan.
8. Cost Structure
9. Key activities
Key activities merupakan kegiatan-kegiatan utama apa saja yang perlu
dilakukan oleh organisasi ataupun perusahaan agar dapat memberikan nilai tambah
dengan baik. Hal ini adalah aksi yang paling penting supaya perusahaan dapat
mengoperasikan perusahaannya dengan sukses.
Key activities dari rumah makan dapur dulohupa dikategorikan sebagai
operasi produksi (production) yang meliputi aktivitas-aktivitas utama pada
organisasi jenis produksi seperti pengadaan bahan yang diperlukan dari pemasok,
pengolahan dalam proses produksi, serta penyaluran produk jadi atau jasa kepada
pelanggan.
Key activities rumah makan dapur dulohupa dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
1) Pre-operation
Sebelum melakukan operation activties, dapur dulohupa melakukan:
a) Mengumpulkan Informasi Resep
Sebelum menentukan menu-menu apa saja yang akan di
produksi, hal-hal yang di persiapkan terlebih dahulu yaitu
mengumpulkan informasi resep apa saja yang akan
digunakan serta bahan baku apa saja yang tersedia dan
mudah dijangkau.
b) Merancang & Mendesain Resep
Setelah mendapatkan informasi resep apa saja yang akan
digunakan nanti, hal yang dilakukan berikutnya yaitu
merancang serta mendesain resep yang ada sehingga kualitas
rasa tidak berubah.
c) Training Karyawan
Selain mengumpulkan informasi serta merancang dan
mendesain resep, hal-hal yang dilakukan agar operation
activities dapat berjalan yaitu melaksanakan perekrutan serta
pelatihan karyawan.
d) Food Testing
Tahap terakhir yang dilakukan yaitu melakukan food testing
agar kita dapat mengetahui apa saja kekurangannya.
2) Operation activities
Operation activities merupakan kegiatan inti dari suatu bisnis atau
organisasi untuk menghasilkan pendapatan serta untuk tetap terus
menjalankan aktivitas bisnisnya.
Adapun operation activities dapur dulohupa seperti berikut:
a) Menentukan Menu Makanan
Sebelum melakukan penjualan, hal-hal yang dilakukan yaitu
menentukan terlebih dahulu menu apa saja yang akan dijual.
b) Belanja bahan baku
Melakukan aktivitas belanja bahan baku apa saja yang akan
digunakan.
c) Membersihkan peralatan (alat masak, meja, dll)
Membersihkan peralatan seperti, pisau, wajan, sendok,
piring, gelas, dan meja makan.
d) Membersihkan bahan baku
Membersihkan bahan baku yang telah dibeli
e) Mulai beroperasi
Rumah makan mulai beroperasi dan siap melayani customer
f) Menawarkan menu pada konsumen
Customer datang dan memilih lauk apa saja yang
g) Menyiapkan hidangan/pesanan
Karyawan rumah makan mulai menyiapkan menu sesuai
pilihan customer
h) Customer membayar
Setelah menikmati hidangan customer melakukan
pembayaran di kasir
i) Closing
Rumah makan beroperasi sampai dengan pukul 00.00 WIB
j) Hitung cash
Aktivitas terakhir yang dilakukan yaitu menghitung hasil
penjualan.
Yin, Robert K. 2012. Studi Kasus Desai dan Metode.. Jakarta : PT Raja Grafndo Persada
https://visitingjogja.com/15691/statistik-pariwisata-diy-2017/
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/02/01/1479/pertumbuhan-produksi-industri-
manufaktur-besar-dan-sedang-triwulan-iv-tahun-2017-naik-sebesar-5-15-persen-dan-
pertumbuhan-produksi-industri-manufaktur-mikro-dan-kecil-triwulan-iv-2017-naik-
sebesar-4-59-persen.html
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/49759509/Materi_13_-
_Business_Model_Canvas.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1557165963
&Signature=MfDm0DSx2r%2FgPBpDUVD%2B7DTqNP0%3D&response-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DBusiness_Model_Canvas_Kanvas_Model_Bisni.pdf