PENDAHULUAN
Karena keberagaman dan bermacam-macam dari suatu lingkungan , maka suatu bisnis
usaha perlu membuat model bisnis yang unik dan baru untuk memenuhi persyaratan kinerja
harga yang bersaing dan kompetitif di pasar ini (Winterhalter, Zeschky, & Gassmann,
2016). Bisnis model adalah penafsiran aktifitas perusahaan untuk membuat, menyampaikan,
dan memberi kontrol untuk suatu nilai didalam perusahaan, dan bagaimana uang dihasilkan
didalamnya (Osterwalder & Pigneur, 2010).
Kebutuhan pokok manusia untuk hidup di muka bumi ini terbagi menjadi tiga yaitu
pangan,sandang,dan papan. Segala kegiatan perekonomian yang berhubungan dengan
kebutuhan primer manusia ini akan selalu dicari. Salah satu yang akan di kembangkan
adalah usaha dalam bidang konveksi yang akan turut membantu dalam pemenuhan
kebutuhan pokok manusia akan kebutuhan sandang karena perkembangan model sangatlah
cepat bahkan setiap tahunnya terdapat banyak sekali model-model pakaian yang ngetren
atau menjadi trencenter dalam berbusana dan dari segi ekonomi pakaian merupakan barang
yang tidak ada matinya karena merupakan barang primer yang dibilang paling banyak dicari
atau dibutuhkan konsumen selain pangan,
Dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat dan susahnya berbisnis perlu adanya
memodelkan bisnis, agar bisnis dapat berjalan dengan baik. Salah satu jenis pemodelan
bisnis adalah Business Model Canvas. Penggunaan Bisnis Model Canvas atau biasa disebut
(BMC) dapat membantu perusahaan untuk memahami aspek bisnis yang sedang berjalan,
apa mungkin sistem pada perusahaan tersebut perlu dirubah atau ditambahkan. BMC
merupakan template yang ada dalam manajemen strategis guna perkembangan sistem yang
baru atau mencetak model bisnis yang telah di pakai (Xing & Ness, 2016).
Suatu bisnis perlu dilakukan strategi bisnis yaitu dengan kelayakan finansial, agar
strategi yang dihasilkan memiliki kelayakan untuk diaplikasikan ke dalam bisnis, kelayakan
finansial yang akan diujikan adalah Besarnya Net Present Value, Internal Rate of Return,
Payback Period, dan Analisis Sensitivitas.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang dilakukan dalam
penelitian ini.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Berisi teori-teori yang berkaitan dengan topik permasalahan yang
diteliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Membahas mengenai kerangka penelitian yang mencakup objek,
subjek, dan lokasi penelitian. Metode pengumpulan data, metode
pengolahan data, serta flowchart penelitian.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi data umum perusahaan dan data-data lainnya yang diperlukan
dalam penelitian ini.
BAB V PEMBAHASAN
Berisi hasil analisis pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan
kesimpulan dari tujuan penelitian.
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini dan juga saran-saran yang
perlu diperhatikan untuk peneliti selanjutnya dan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada kajian deduktif dijelaskan mengenai kajian pustaka yang dapat menjadi
dasar untuk mendukung penelitian yang telah dilakukan.
Bagi suatu bisnis usaha kecil, bisnis model dilakukan rancangan untuk
kompetensi internal yang berdampak pada hasil keuntungan kompetensi bagi
suatu usaha kecil. Hal-hal inilah yang konsiten dengan resourced-based theory ,
yang dapat dilihat bahwa perusahaan kecil sebagao suatu kumpulan dari sumber
daya dan kapabilitas (Hermawan & Pravitasari, 2013).
Pada dasarnya, Business Model Canvas memiliki definsi yaitu merupakan suatu
cara untuk membantu suatu bisnis perusahaan dalam merancang bisnis model
yang memiliki inovasi bagi suatu bisnis yang dijalankan oleh perusahaan
dengan tercapainya sesuai dengan tujuan keinginan perusahaan. Serta dalam
BMC menggambarkan dasar suatu pemikiran tentang bagaiamana sebuah
organisasi bisnis atau perusahaan dapat menciptakan, memberikan, dan
menangkap nilai. Pada bisnis model kanvas berguna untuk memahami model
bisnis dari para pelaku bisnis dengan terdapat berbagai macam unsur sehingga
dengan mudah mengkomunikasikan model bisnis perusahaanya serta berguna
untuk melihat bisnis dari gambaran luas akan tetapi tetap lemgkap dan lebih
detail tentang berbagai macam elemen kunci terkait dengan bisnis (Osterwalder
& Pigneur, 2012). Menurut Osterwalder & Pigneur konsep Business Model
Canvas memiliki konsep sembilan elemen.
Gambar 2. 1 The Nine Building Blocks Business Model Canvas
A. Customer Segments
Pada Customer Segments menggambarkan sekupumpulan beberapa
orang atau organisasi yang berbeda yang ingin dijangkau dilayani oleh
perusahaan. Jadi customer segments terdiri dari berbagai macam pembeli
yang membeli suatu produk atau jasa dari suatu perusahaan. Suatu
perusahaan harus memperhatikan pelanggan tertarik dengan produk atau
jasa dikarenakan pelanggan adalah inti dari suatu model bisnis.
Kemudian perusahaan merancang model bisnis sesuai spesifik dengan
keinginan yang diinginkan oleh pelanggan dipasar (Osterwalder &
Pigneur, 2012)
B. Value Propositions
Value Propositions atau nilai tambah produk, adalah nilai suatu produk
atau keunggulan dari suatu poduk atau jasa yang diberikan kepada
konsumen dengan lebih spesifik dan memiliki nilai tambah bagi
konsumen. Sehingga value propositions merupakan suatu kesatuan atau
penggabungan dari manfaat yang diberikan perusahaan kepada
konsumen (Osterwalder & Pigneur, 2012)
C. Channels
Channels adalah alur bagaimana untuk berhubungan atau komunikasi
dengan konsumen dengan memberikan nilai tambah terhadap
penyampaian produk atau jasa kepada konsumen. Saluran komunikasi,
distribusi, dan penjualan merupakan penghubung antara perusahaan
dengan konsumen. Serta saluran penyampaian produk tersebut bisa
melalui website, social media, forum jual beli online, dan tenaga
marketing (Osterwalder & Pigneur, 2012).
D. Customer Relationship
Customer Relationship atau hubungan pelanggan, adalah
menggambarkan jenis hubungan yang dibangun bersama oleh
perusahaan dengan segmen konsumen yang lebih spesifik. Customer
Relationship menjelaskan bahwa suatu perusahaan harus sangat
memperhatikan dan menentukan dengan baik hubungan yang ingin
dibangun dengan segmen pelanggannya. Di dalam hubungan tersebut
bermanfaat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan
lama, mendapatkan pelanggan baru baik dari pelanggan lawan bisnis
ataupun pelanggan yang sebelumnya bukan menjadi pelanggan menjadi
pelanggan, serta mendorong pelanggan yang sudah ada untuk membeli
lebih banyak bagi perusahaan (Osterwalder & Pigneur, 2012).
E. Revenue Stream
Revenue Stream menggambarkan masuknya uang tunai yang dihasilkan
oleh perusahaan yang diperoleh dari masing-masing segmen
pelanggannya. Dalam revenue stream terdapat 2 jenis faktor yang
terlibat dalam arus pendapatan, yaitu :
1. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran oleh
pelanggan.
2. Pendapatan yang berkelanjutan yang dihasilkan dengan memberikan
nilai tambah kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan
pelanggan paska proses pembelian (Osterwalder & Pigneur, 2012).
F. Key Activities
Key Activities adalah tindakan-tindakan yang terpenting yang dijalankan
oleh suatu perusahan agar berjalan dengan keinginan perusahaan dan
sukses. Suatu bisnis perlu adanya aktivitas kunci untuk menciptakan
nilai lebih, menguasai pasar dan memperoleh pendapatan, oleh sebab itu
hal-hal terpenting yang harus dipilih perusahaan tersebut dapat
beroperasi dengan baik. Key activities dikategorikan dalam 3 kategori,
yaitu sebagai berikut :
1. Operasi produksi : operasi produksi yaitu bertujuan untuk membuat,
mendesain, dan menyampaikan produk dalam jumlah tertentu
dengan kualitas baik.
2. Problem solving : bertujuan untuk mengatasi saat terjadinya suatu
masalah dan memberikan solusi yang dapat mengatasi masalah serta
tepat kepada pelanggan.
3. Platform dan network : aktivitas-aktivitas yang melakukan
penyediaan pelayanan yang dibutuhkan yang dibutuhkan oleh para
pelanggan dengan perancangan, pengembangan, dan pembangunan
hardware dan software seperti jaringan internet dan website.
(Osterwalder & Pigneur, 2012).
G. Key Resources
Key Resources adalah sumber daya utama menggambarkan aset-aset
penting yang dapat tercapainya keberhasilan berjalannya dari suatu
model bisnis. Dalam key resources dapat berupa benda fisik, finansial,
intelektual maupun manusia. Maka aset-aset berharga ini memungkinkan
sekelompok orang untuk mendapat nilai tambah yang dijanjikan kepada
konsumen dengan baik (Osterwalder & Pigneur, 2012).
H. Key Partnership
Dalam key partnership kemitraan utama dalam kerjasama yang membuat
suatu bisnis dapat berjalan, misalnya supplier. Dalam melakukan
kemitraan perusahaan perusahaan memiliki berbagai macam pilihan dan
menjadi landasan yang penting untuk kerjasama. Serta dengan kemitraan
perusahaan bertujuan untuk mengoptimalkan usaha bisnis agar dapat
berjalan lancar, mengurangi resiko yang tidak diinginkan atau
memperoleh sumber daya dari mitra kerja (Osterwalder & Pigneur,
2012).
I. Cost Structure
Cost structure adalah unsur-unsur biaya yang digunakan oleh organisasi
atau perusahaan untuk menjalankan model bisnisnya. Biaya-biaya ini
sangat penting untuk menjalankan model bisnis sehingga keefisien biaya
sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan
(Osterwalder & Pigneur, 2012).
Strategi bisnis adalah suatu alat untuk melakukan pencapaian dalam waktu
jangka lama. Suatu perusahaan harus melakukan perjuangan untuk mencapai
laba yang lebih kompetitif dengan cara berkelanjutan, terus mengubah dan
melakukan adaptasi terhadap apa yang sedang menjadi trend, memiliki
kemampuan berpikir inovatif serta memiliki sumber daya yang baik.
Kemudian melakukan perencanaan yang lebih efektif dalam melakukan usaha
bisnis dan evaluasi strategi sesuai dengan keinginan pasar sehingga perusahaan
dapat beroperasi dengan baik (David & Fred, 2011).
Metode Net Present Value (NPV) adalah menghitung selisih antara nilai
sekarang investasi dengan nilai dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih
(operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. NPV
menjelaskan besarnya tingkat pengembalian dari usulan suatu usaha, jadi
usulan suatu usaha yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV>0, jika
tidak maka usaha tersebut mengalami kerugian (Nasarudin, 2013).
Metode Payback Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya awal.
Semakin cepat proses pengembalian maka alternatif tersebut lebih menarik
dibandingkan alternatif yang lainnya. Metode Payback Period bertujuan untuk
mengetahui berapa lama suatu investasi dilakukan dan akan dapat
dikembalikan saat terjadinya jumlah arus kas masuk sama dengan jumlah arus
kas keluar (Purnatiyo, 2015).
Internal Rate of Return (IRR) adalah merupakan metode yang digunakan untuk
mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang
diharapkan di masa datang atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan
investasi awal (Susilowati & Kurniati, 2018).
Jika hasil perhitungan IRR > discount factor, maka dapat dikatakan
investasi yang akan dilakukan layak untuk dilakukan. Jika IRR = discount
factor, dikatakan investasi yang ditanamkan akan balik modal, sedangkan jika
IRR < discount factor maka investasi yang ditanamkan tidak layak.
Kajian induktif berisi tentang studi pustaka terhadap jurnal ilmiah, buku, serta
penelitian-penelitian yang ada sebelumnya berkaitan dengan topik yang diambil
oleh peneliti. Tujuan dengan adanya dari kajian literatur adalah untuk
membantu peneliti dalam menyelesaikan masalah penelitian dengan mengacu
pada hasil-hasil penelitian yang ada sebelumnya. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Aji Guntoro Gandung dan Triyono (2019), “Penerapan E-
Commerce berbasis Content Management Content System (CMS) dengan
metode Business Model Canvas (BMC) pada Konvenksi Gamis Tawakal”.
Penelitian ini mengatasi permasalahan dalam penjualan maka dibuatlah website
toko online untuk Konveksi Gamis Tawakal menggunakan salah satu CMS
(Content Management System) yaitu Wordpress dengan menggunakan
metode Business Model Canvas (BMC) serta menambahkan jangkuan
pelanggan dari berbagai daerah (Guntoro & Triyono, 2019).
Pada penelitian yang lainnya dilakukan oleh Manuel Brunner, & Josef
Wolfartsberger (2020), “Virtual Reality enriched Business Model Canvas
Building Blocks for enhancing Customer Retention”. Penelitian ini
menghasilkan Virtual Reality dimana teknologi mutakhir dengan potensi di
berbagai bidang seperti pengembangan produk, presentasi produk, dan
dukungan jarak jauh dengan hasil tersebut bertujuan untuk pengoptimalan
produk dan proses bisnis, melakukan model bisnis berbasis data baru, dan
perspektif baru untuk interaksi dengan pelanggan, penggunaan metode BMC
memberi perusahaan template dan pedoman untuk mendokumentasikan yang
ada dan mengembangkan model bisnis baru (Brunner & Wolfartsberger, 2020).
Tabel 2. 1 Kajian Induktif
METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah suatu model bisnis industri dan strategi perencangan
bisnis yang digunakan di Dakota Konveksi.
Untuk subjek penelitian ini adalah Dakota Konveksi yang berfokus pada bidang
konveksi pakaian yang berlokasi di Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Data yang digunakan pada penelitian ini terdapat 2 jenis data, yaitu :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui pengambilan
data secara langsung dari objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini data
diperoleh melalui wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung
untuk mendapatkan data, serta pengisian kuesioner dengan customer terkait
dengan proses bisnis yang dilakukan dan strategi yang telah dirancang dan akan
dirancang. Data primer yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data
customer, dan data penjualan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, data tersebut
didapatkan dari informasi yang telah ada sebelumnya seperti data melalui literatur
buku, artikel, jurnal dan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Pada penelitian ini terdapat 4 metode dalam melakukan pengumpulan data dan
pengumpulan data tersebut sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan penjelasan data
yang mendukung tujuan penelitian dengan secara langsung bertatap muka dan
tanya jawab dengan pihak karyawan dan pemilik Dakota Konveksi. Data yang
diperoleh dari wawancara antara lain keputusan yang telah dilakukan dan akan
dilakukan.
b. Focus Group Discussion (FGD)
Pada Focus Group Discussion (FGD) dilakukan sebuah diskusi yang sangat
terperinci antara para ahli dan peneliti dengan tujuan untuk membahas
permasalahan yang ada dalam suasana informal. Data yang yang diperoleh antara
lain data proses bisnis, model bisnis yang efektif, dan strategi perancangan bisnis
yang sesuai untuk pengembangan usaha Dakota Konveksi.
c. Kuesioner
Kuesioner pada penelitian ini dilakukan untuk memberikan daftar pertanyaan
secara tertulis kepada customer secara daring.
d. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperkuat dalam proses pengambilan data dan
mendukung penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik. Studi
literatur pada penelitian ini dilakukan melalui buku, artikel, jurnal, laporan
perusahaan, serta penelitian-penelitian terdahulu yang dapat memberikan
masukan dalam penelitian ini.
1. Aspek Keuangan
Keadaan keuangan dalam suatu sangatlah penting terhadap keberlangsungan
berjalannya suatu usaha, maka kekuatan keuangan atau usaha bisnis sangat
diutamakan agar menarik daya tarik para investor sehingga perusahaan mampu
bersaing dengan baik. Kuatnya keuangan suatu usaha bisnis harus bisa dirancang
dengan seefektif mungkin.
2. Aspek Produksi
Kegiatan produksi merupakan hal yang paling dominan dalam modal suatu
perusahaan dan sumber daya manusia. Suatu nilai tambah dan pengembangan
dari suatu produk yang diproduksi mempengaruhi kelebihan dan kekurangan dari
suatu perusahaan.
3. Aspek Pemasaran
Strategi pemasaran sangatlah penting untuk menjangkau pelanggan, maka
penjualan dan pemasaran usaha Dakota Konveksi perlu dilakukan sesuai dengan
jangkauan pasar.
4. Aspek Sumber Daya Manusia
Sebuah perusahaan dapat berjalan dengan baik apabila sumber daya manusia
mampu bekerja dengan memiliki kemampuan, ketrampilan, serta mampu
mengatur manajemen dengan baik. Dikarenakam sumber daya manusia
merupakan faktor dalam perusahaan menjalankan kegiatan-kegiatan didalam
perusahaan.
3.5.3.1 Net Presen Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR)
Net Presen Value (NPV) adalah nilai dari usaha yang diperoleh berdasarkan
selisih antara cash flow yang didapatkan terhadap investasi yang dikeluarkan.
Sedangkan Internal Rate of Return (IRR) adalah matriks yang digunakan dalam
anggaran modal untuk memperkirakan profit investasi potensial, IRR merupaka
discount rate yang membuat NPV dari semua arus kas dari suatu usaha sama
dengan nol.
Pada penelitian ini, perhitungan Net Presen Value (NPV) dan Internal
Rate of Return (IRR) menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excell
dengan fitur formula NPV dan IRR serta menggunakan persamaan NPV =
NPV(MARR; Net Cash Flow tahun x − tahun y) + Net Cash Flow tahun Investasi )
dan persamaan IRR = IRR(Net Cash Flow tahun x − tahun y).
3.5.3.2 Payback Period (PBP)
Metode Payback Period (PBP) bertujuan untuk mengetahui berapa lama suatu
investasi dilakukan dan akan dapat dikembalikan saat terjadinya jumlah arus kas
masuk sama dengan jumlah arus kas keluar. Sebuah usaha dikatakan
menguntungkan jika Payback Period (PBP) lebih awal tercapai dari umur
penjualan.
Perhitungan Payback Period (PBP) menggunakan persamaan sebagai
berikut :
( X −X 1)
Y = Y1 + (Y2-Y1)
( X 2−X 1)
Brunner, M., & Wolfartsberger, J. (2020). Virtual reality enriched business model canvas
building blocks for enhancing customer retention. Procedia Manufacturing, 42(2019),
154–157. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2020.02.062
Cardeal, G., Höse, K., Ribeiro, I., & Götze, U. (2020). Sustainable Business Models–Canvas
For Sustainability, Evaluation Method, And Their Application To Additive
Manufacturing In Aircraft Maintenance. Sustainability (Switzerland), 12(21), 1–22.
https://doi.org/10.3390/su12219130
David, & Fred, R. (2011). Strategic Management: Manajemen Strategis Konsep (Edisi 12).
Jakarta: Salemba Empat.
Dudin, M. N., Kutsuri, G. N., Fedorova, I. J. evna, Dzusova, S. S., & Namitulina, A. Z.
(2015). The Innovative Business Model Canvas In The System Of Effective Budgeting.
Asian Social Science, 11(7), 290–296. https://doi.org/10.5539/ass.v11n7p290
Frankenberger, K., Weiblen, T., & Gassmann, O. (2014). The antecedents of open business
models : an exploratory study of incumbent firms [ Karolin Frankenberger Tobias
Weiblen Oliver Gassmann ]. Retrieved from
https://www.alexandria.unisg.ch/Publikationen/nach-Institut/ITEM/230319
Guntoro, A., & Triyono, G. (2019). Penerapan E-Commerce Berbasis Content Management
System ( CMS ) Dengan Metode Business Model Canvas ( BMC ) Pada Konveksi
Gamis Tawakal. Jurnal IDEALIS, 5(2), 16–22.
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2005). Akuntansi Manajemen (Buku 2. Ed). Jakarta:
Salemba Empat.
Hermawan, A., & Pravitasari, J. (2013). Business Model Canvas ( Kanvas Model Bisnis ).
Akselerasi.Id, 1–23.
Nasarudin, I. Y. (2013). Analisis Kelayakan Ekonomi Dan Keuangan Usaha Ikan Lele Asap
Di Pekanbaru. Etikonomi, 12(2), 165–178. https://doi.org/10.15408/etk.v12i2.1915
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation : A Handbook for
Visionaries, Game Changers dan Challangers. New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2012). Business Model Generation. Jakarta: Penerbit PT
Elex Media Komputindo.
Salamin, P., & Hermawan, F. (2018). Analisis Bisnis Model Kanvas dan Kelayakan
Keuangan (Studi Kasus Pada Teri Sambal Terateri). Jurnal Manajemen Dan Bisnis
Sriwijaya, 15(1), 31–38. https://doi.org/10.29259/jmbs.v15i1.5645
Siregar, H., Rahayu, A., & Wibowo, L. A. (2020). Manajemen Strategi Di Masa Pandemi
Covid19. Jurnal Ilmiah Manajemen, 1(2). https://doi.org/10.36761/jt.v4i3.793
Strulak-Wójcikiewicz, R., Wagner, N., Lapko, A., & Hacia, E. (2020). Applying the business
model canvas to design the E-platform for sailing tourism. Procedia Computer Science,
176, 1643–1651. https://doi.org/10.1016/j.procs.2020.09.188
Subagyo, A. (2007). Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Susilowati, E., & Kurniati, H. (2018). Analisis Kelayakan dan Sensitivitas: Studi Kasus
Industri Kecil Tempe Kopti Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. BISMA
(Bisnis Dan Manajemen), 10(2), 102. https://doi.org/10.26740/bisma.v10n2.p102-116
Tim PPM Manajemen. (2012). Business Model Canvas Penerapan di Indonesia. Jakarta:
PPM Manajemen.
Winterhalter, S., Zeschky, M. B., & Gassmann, O. (2016). Managing dual business models in
emerging markets: An ambidexterity perspective. R and D Management, 46(3), 464–
479. https://doi.org/10.1111/radm.12151
Wulandari, L., Siregar, H., & Tanjung, H. (2018). Analisis Investasi dan Sensitivitas Unit
Usaha Pembiayaan Syariah menuju Spin Off (Studi Kasus: Adira Finance). Al-
Muzara’ah, 5(2), 125–133. https://doi.org/10.29244/jam.5.2.125-133
Xing, K., & Ness, D. (2016). Transition to Product-service Systems: Principles and Business
Model. Procedia CIRP, 47, 525–530. https://doi.org/10.1016/j.procir.2016.03.236