Anda di halaman 1dari 6

BUSINESS MODEL CANVAS

UNTUK USAHA KECIL MENENGAH

FARRAS ARYO BRAMASTA


K15191106

Dalam Rangka Memenuhi Ujian Akhir


Mata Kuliah Manajemen Strategi
Dosen : Dr. Mukhamad Najib

MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS


SEKOLAH BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
PENDAHULUAN

Salah satu roda penggerak perekonomian daerah adalah usaha kecil menengah
(UKM) yang memiliki bermacam-macam bentuk berupa agribisnis, pariwisata, hingga
berbagai jenis produk kreatif (Anggraini 2019). Data dari Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM) menunjukkan bahwa pada tahun 2018
terdapat 64.194.057 UMKM yang ada di Indonesia atau sekitar 99 persen dari total
unit usaha, dan mempekerjakan 116.978.631 tenaga kerja atau sekitar 97 persen dari
total tenaga kerja di sektor ekonomi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 61,41
persen pada tahun 2018. Kontribusi ini semakin membuktikan peran UKM sebagai
tulang punggung ekonomi nasional Indonesia.
Pemerintah saat ini sangat giat dalam mendukung perkembangan usaha mikro,
kecil, dan menengah yang mendorong banyaknya usaha-usaha baru dengan produk
unggulan daerah dan industri kreatif. Selain itu, banyak universitas juga telah
mendukung kegiatan-kegiatan kewirausahaan. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa
kewirausahaan telah dimasukkan ke dalam studi kurikulum di universitas dan
memberikan peluang bagi siswa untuk membuat inovasi dalam menciptakan bisnis
(Umar et al. 2018). Dengan skala yang kecil maupun menengah, pemilik usaha harus
mempunyai strategi yang tepat untuk mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan
besar.

PERMASALAHAN

Pada tahun 2016, negara-negara yang tergolong dalam ASEAN, khususnya


Indonesia, sudah memasuki masa perdagangan bebas lintas negara yang disebut
sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan diberlakukannya MEA,
terdapat dua kemungkinan yang dapat dirasakan pelaku usaha bisnis, diantaranya
mendapatkan peluang untuk memperluas segmen pasarnya baik lokal hingga negara
lain, sedangkan kemungkinan terburuknya adalah semakin sulit untuk bersaing
dengan industri sejenis. Selain itu, lingkungan bisnis saat ini tengah berada pada era
VUCA dimana terjadinya sebuah perubahan yang sangat cepat. Pada era VUCA,
masing-masing entitas bisnis dituntut untuk lebih responsif dan adaptif terhadap
dinamika bisnis global.
Mukherjee (2018) dalam penelitiannya menyatakan UKM yang bergerak di
negara berkembang biasanya memproduksi barang-barang tradisional dengan kualitas
rendah disertai dengan produktivitas yang rendah, biasanya melayani pasar lokal kecil,
dan beberapa UKM tidak memiliki alat strategis untuk pengembangan usaha mereka.
Hingga saat ini, masih banyak pelaku usaha menengah yang belum memahami
dengan benar mengenai jenis produk apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pasar,
seberapa besar atau kecil pasar, kapan produk itu dibutuhkan dan bagaimana strategi
untuk lebih berkembang. Padahal, strategi yang baik dibutuhkan oleh pelaku usaha
untuk dapat bertahan dalam persaingan. Untuk itu, diperlukan konsep model bisnis
yang tepat bagi pelaku usaha untuk dapat lebih memahami usahanya sehingga dapat
membuat strategi yang tepat agar dapat mengembangkan kegiatan bisnisnya.
PEMBAHASAN

Salah satu metode yang dapat membantu pelaku usaha untuk lebih memahami
seluk beluk usahanya adalah dengan menggunakan Bisnis Model Canvas (BMC).
Penelitian yang dilakukan oleh Swasty (2015), menunjukkan bahwa penerapan Bisnis
Model Canvas membuat pelaku usaha dapat membaca strategi lebih fokus dan terukur.
BMC adalah model bisnis yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh Osterwalder
& Pigneur pada tahun 2010.
Gambaran Model Canvas ini terbagi dari 9 elemen, yaitu customer segments,
value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources,
key activities, key partnership, dan cost structure (Ostwalder & Pigneur, 2015) :

Gambar 1. Bentuk 9 kolom Bisnis Model Canvas


Sumber : Strategyzer.com

Berikut ini adalah elemen-elemen BMC


1. Segmentasi Pelanggan (Customer Segment)
Customer segment menjelaskan kelompok-kelompok orang atau organisasi yang
ingin dicapai dan dilayani oleh perusahaan bisnis yang bersangkutan. Ada
berbagai tipe customer segment yaitu mass market, niche market, segmented,
diversified, multi-sided platform.
2. Proposisi Nilai (Value Propositions)
Blok bangunan value propositions menjelaskan suatu rangkaian produk atau
layanan yang menciptakan nilai yang ditujukan kepada segmen pelanggan yang
spesifik. Nilai tersebut dapat berwujud kuantitatif atau kualitatif. Macam-macam
value propositions adalah newness, performance, customization, getting the job
done, design, brand/status, price, cost reduction, risk reduction, accessibility, dan
convenience/usability.
3. Saluran (Channels)
Channels dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung, sebagaimana juga
dibedakan menjadi channel milik sendiri dan channel milik partner. Channel
milik sendiri yang bersifat langsung contohnya in-house sales dan website.
Sedangkan channel milik sendiri yang bersifat tidak langsung, contohnya retail.
Channel milik partner bersifat tidak langsung dan memungkinkan perusahaan
untuk memperluas jangkauan dan manfaat dari kekuatan partner. Contohnya
grosir, retail, atau web sites milik partner.
4. Hubungan Pelanggan (Customer Relationship)
Customer relationship mendeskripsikan tentang berbagai tipe hubungan yang
diciptakan perusahaan dengan segmen pelanggan yang spesifik. Customer
relationship dapat dipengaruhi oleh berbagai motif, yaitu customer acquisition,
customer retention, boosting sales (upselling). Customer relationship dapat
dikategorikan menjadi personal assistance, dedicated personal assistance,
self-service, automated service, co-creation, dan communitites.
5. Aliran Pendapatan (Revenue Streams)
Revenue streams mendeskripsikan aliran kas yang didapatkan oleh perusahaan
dari masing-masing segmen pelanggan. Sebuah model bisnis dapat menghasilkan
dua jenis aliran pendapatan, yaitu transaction revenues dan recurring revenue.
Terdapat 2 tipe mekanisme pemberian harga, yaitu pemberian harga tetap dan
harga dinamis.
6. Sumber Daya Utama (Key Resources)
Blok bangunan key resources menjelaskan aset-aset perusahaan yang paling
penting yang diperlukan agar model bisnis dapat bekerja. Sumber daya utama
dapat dikategorikan menjadi fisik, intelektual, manusia, dan finansial.
7. Aktivitas Utama (Key Activites)
Blok bangunan key activites menjelaskan aktivitas utama yang dilakukan
perusahaan agar model bisnisnya bekerja dengan baik. Seperti halnya sumber
daya utama, aktivitas utama juga dibutuhkan untuk menciptakan nilai, mencapai
pasar, mempertahankan customer relationship, dan menerima pendapatan. Key
activites dapat menjadi berbeda-beda bergantung pada tipe model bisnisnya. Key
activites dapat dibedakan menjadi produksi, pemecahan masalah, dan
platform/network.
8. Kemitraan Utama (Key Partnerships)
Key partnership mendeskripsikan jaringan para supplier dan mitra yang membuat
model bisnis berjalan. Perusahaan melakukan kemitraan untuk berbagai tujuan,
dan kemitraan telah menjadi landasan pada banyak model bisnis. Perusahaan
menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka, mengurangi
risiko, dan memperoleh sumber daya. Kemitraan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu aliansi strategis diantara para perusahaan bukan pesaing,
kemitraan strategis diantara perusahaan pesaing, joint ventures untuk
mengembangkan bisnis baru, hubungan pembeli-supplier untuk memastikan
bahan-bahan suplai yang terjamin.
9. Struktur Biaya (cost structure)
Struktur biaya mendeskripsikan semua biaya yang terjadi untuk menjalankan
model bisnis. Model bisnis secara umum mempunyai dua jenis struktur biaya,
yaitu cost-driven dan value-driven.
Wijaya dan Indriyani (2016) dalam penelitiannya terkait analisis BMC pada
perusahaan kayu di Surabaya menilai, dengan menggunakan BMC perusahaan
tersebut dapat menganalisis secara menyeluruh baik dari segmentasi pasar, proposisi
nilai produk yang ditawarkan dibandingkan dengan para pesaing, saluran distribusi
dan pelayanan yang diberikan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Pratami (2016)
juga menyebutkan, Penerapan model bisnis pada tahap awal pembangunan
manajemen usaha menjadi membuat jelas tentang apa yang dapat dilakukan oleh
pengelola usaha tentang apa yang akan dilakukan terhadap usaha yang akan
dilakukan.
Analisis perusahaan dengan BMC dinilai efektif karena dapat menjelaskan
secara menyeluruh, dari Pemasaran, SDM, keuangan, hingga value produk yang
ditawarkan oleh perusahan tersebut, sehingga pelaku usaha dapat menentukan strategi
yang lebih fokus terkait keunggulan yang ada pada bisnis yang dimilikinya. Model
Bisnis Canvas juga dapat membantu UMK dalam memahami keseluruhan proses,
sehingga UMK dapat mengamati dan mengevaluasi masing masing komponen model
bisnisnya pada masa kini.
Namun perlu dipahami, dengan menggunakan analisis BMC, bukan berarti
pelaku usaha langsung dapat mengetahui strategi yang harus diambil, namun adanya
BMC dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap bisnisnya dalam bentuk
model canvas, sehingga diharapkan dapat memudahkan pelaku usaha menengah
dalam menentukan strategi yang tepat untuk dapat bersaing dalam segala kondisi.

KESIMPULAN

Persaingan semakin ketat karena adanya MEA dan VUCA, menuntut pelaku usaha
terutama usaha kecil menengah harus berpikir lebih kreatif untuk menghasilkan
strategi yang tepat untuk usahanya. Hingga saat ini banyak pelaku usaha kecil
menengah yang belum memahami seluk-beluk usahanya. Strategi bisnis diperlukan
tidak hanya untuk dapat bertahan dalam persaingan, namun juga untuk memenangkan
persaingan dalam usaha. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menyederhanakan adalah Business Model Canvas. Analisis perusahaan dengan BMC
dinilai efektif karena dapat menjelaskan secara menyeluruh. Dengan menggunakan
analisis BMC, bukan berarti pelaku usaha langsung dapat mengetahui strategi yang
harus diambil, namun adanya BMC dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
terhadap bisnisnya, sehingga dapat membantu dalam penentuan strategi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini N. 2019. ANALISIS USAHA MIKRO DENGAN PENDEKATAN


BUSINESS MODEL CANVAS (BMC). Jurnal Ekonomi Bisnis. 6(2): 139-156.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2019. Perkembangan Data Usaha
Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2017-2018.
http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129_PERKEMBANGAN%20
DATA%20USAHA%20MIKRO,%20KECIL,%20MENENGAH%20(UMKM)%
20DAN%20USAHA%20BESAR%20(UB)%20TAHUN%202017%20%202018.
pdf (diakses 10 Januari 2021).
Mukherjee S. 2018. Challenges to Indian micro small scale and medium enterprises in
the era of globalization. Journal of Global Entrepreneurship Research. 8(1):
28–47.
OECD. 2020. SME Policy Responses.
https://read.oecdilibrary.org/view/?ref=119_119680di6h3qgi4x&title=Covid19_
SME_Policy_Responses (diakses 10 Januari 2021).
Ostewalder A, Pigneur Y. 2015. Business Model Generation. Jakarta (ID): PT Elex
Media Komputindo.
Pratami NWCA. 2016. Penerapan Bisnis Model Canvas Dalam Penentuan Rencana
Manajemen Usaha Jasa Pengiriman Dokumen Di Denpasar. JURNAL SISTEM
DAN INFORMATIKA. 11(1).
Swasty W. 2015.Business model innovation for small medium enterprises. The
Winners. 16(2): 85–95.
Umar A, Sasongko AH, Aguzman G, Sugiharto. 2018. BUSINESS MODEL
CANVAS AS A SOLUTION FOR COMPETING STRATEGY OF SMALL
BUSINESS IN INDONESIA. International Journal of Entrepreneurship. 22(1):
1-9.
Wijaya LE, Indriyani. 2016. Analisis BMC pada CV Kayumurni AGORA. 4(2).
https://media.neliti.com/media/publications/53470-ID-none.pdf (diakses 10
Januari 2021).

Anda mungkin juga menyukai