Anda di halaman 1dari 49

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.

HAMKA

MANAJEMEN STRATEGI
LAPORAN MINI RISET

Disusun Oleh:
Suminah 1702025274
Saidul Bahri 1702025068
Anita Tri Wijayanti 1702025075

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JAKARTA
2020
BAB I

PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perkembangan ekonomi maju saat ini serta ketatnya persaingan

dalam bisnis banyak berpengaruh terhadap cara membangun bisnis, melakukan

proses bisnis dan bertahan dalam setiap keadaan naik-turunnya bisnis yang

dijalankan. Hal ini sangat membuat para pengiat bisnis harus memasang strategi

yang mampu membawa mereka bersaing. Untuk dapat betahan di kondisi seperti

ini, perusahan bisnis harus menentukan strategi yang akan mereka jalankan guna

menarik konsumen. Perusahaan perlu menentukan strategi pemasaran sebagai

senjata untuk menentukan tahapan strategi bisnis dan pemasaran produknya guna

meningkatkan daya tarik pasar akan produk tersebut. PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk. dengan California Fried Chicken (CFC), Sapo, Cal Donut dan

Sugayaki. Sebagai salah satu yang berada dibawah naungannya California Fried

Chicken (CFC) ini menjadi restoran cepat saji pertama di Indonesia yang telah

memiliki banyak gerai yang tersebar di seluruh indonesia.

Strategi pemasaran PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. dalam

dalam mengembangkan aktivitas-aktivas pemasaran yang baru ini salah satu

diantaranya adalah dengan mengikutsertakan penggunaan Digital Payment dan

menjalin kerjasama dengan perusahaan penyedia layanan e-money yaitu OVO dan

Gopay, penjualan e-voucher, seperti dengan Tokopedia, Grab Rewards, dan GO-

DEALS yang aktif memberikan promosi kepada penggunanya. Promosi yang


dilakukan bersama antara PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. dengan

penyedia layanan e-money tersebut terbukti efektif dalam mendatangkan

pengunjung ke gerai CFC. Unutk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan

guna menjaga kepuasan pelanggan, PGI mengacu pada konsep Discipline,

Quality, Service & Cleanlinnes atau DQSC (Annual Report PTSP 2018 : 15).

Faktor yang membuat PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. mampu

bertahan dan berkembang hingga saat ini dengan selalu aktif dalam mengikuti

perkembangan teknologi dan mempelajari minat pasar serta kebutuhan pasar.

Melakukan improvisasi kualitas di segala bidang mulai dari produk hingga

tampilan oulet serta pelayanan yang baik. Tercatat di tahun 2018 terjadi

peningkatan penjualan total, penjualan stire existing (same sales growth), jumlah

transaksi (CU) dan rata-rata berbelanja (average cheque) CU sebesar 16.8% dari

Rp. 534,4 milyar di tahun 2017 menjadi Rp. 626,8 milyar di tahun 2018. Prioritas

pertumbuhan yag diutamakan PGI dengan program 5P “Product (Produk), People

(Sumber Daya Manusia), Place (Lokasi), Price (Harga) dan Promotion (Promosi)

guna meningkatkan kepuasan dan keberlangsungan usaha (Annual Report PTSP

2018 : 9)

Untuk dapat mempertahankan konsumen yang sudah ada tentunya masing-

masing perusahaan memiliki strategi pemasaran tersendiri. Salah satu produsen

yang bergerak dalam industri susu adalah Ultra Milk. Produk PT Ultrajaya Milk

Industry and Trading (PT Ultrajaya) yang bermerek Ultra Milk, merupakan

produk yang telah lama memproduksi susu cair. Perusahaan PT Ultrajaya

berkembang dengan adanya permintaan susu bagi masyarakat. Umumnya susu


sangat dibutuhkan oleh manusia dimana sampai saat ini susu merupakan minuman

yang memepunyai gizi yang baik yang dapat membuat tubuh sehat. Susu

dibutuhkan oleh semua kalangan baik itu balita sampai orang tua dalam peluang

ini perusahaan PT. Ultrajaya memberikan kepraktisan pada minuman susu yang

bisa langsung dikonsumsi tanpa susah-susah mengambil dan mengolah sendiri.

Sebagai produsen susu perusahaan PT Ultrajaya bukanlah satu-satunya

perusahaan yang mengolah susu di Indonesia, ada banyak produsen susu di

Indonesia hal ini menjadi suatu tantangan bagi perusahaan Ultrajaya sendiri untuk

dapat bersaing dengan produk lainnya.

Strategi pemasaran yang dilakukan PT. Ultrajaya Milk dalam

mepertahankan posisi sebagai market leader di bidang industri minuman UHT

antrara lain dengan lebih intens dalam melakukan promosi dan pemasangan iklan

melalui media televisi dan media sosial lainnya. Perusahaan juga memperluas

jangkauan pemasaran dan jaringan distribusi yang tidak hanya dilakukan di Pulau

Jawa tapi juga di pulau-pulau besar dan wilayah lainnya di seluruh Indonesia. PT.

Ultrajaya Milk masih konsisten melakukan penelitian pasar, melakukan kerjasama

baik dengan petani dan peternak lokal, serta para pemasok untuk dapat

mengetahui dan agar dapat menyediakan produk-produk berkualitas tinggi yang

disukai oleh konsumen. Hal tersebut sesuai dengan yang tertera di laporan

keuagan konsolidasian tahun buku 2018 yag menunjukkan peningkatan nilai

penjualan bersih sebesar 12% dari Rp. 4,9 Triliun pada tahun 2017 menjadi Rp.

5,5 Triliun pada tahun 2018 (Annual Report ULTJ Revisi 2018 : 15).
Produk Unilever menggunakan sistem informasi pelanggan yang beda

dengan yang lain, produk masuk kedalam pasar dengan cara mempromosikan

barang-barangnya dengan cara terjun langsung ke masyarakat dengan bukti-bukti

kualitas secara real, misalnya dengan diadakannya perlombaan-perlombaan

kepada masyarakat perbandingan antara produk Unilever dengan produk-produk

pesaing lainnya. PT.Unilever Indonesia, promosi yang dilakukan paling banyak

melalui media elektronik. Namun dalam kehidupan sehari-hari promosi yang

dilakukan PT. Unilever Indonesia tidak hanya lewat media elektronik tetapi

banyak juga melalui media cetak, sponsorship, mengadakan event-event yang

memasukkan produk-produk dari PT. Unilever seperti Kecap Bango, Pepsodent,

Shampo Pantene, dan lain sebagainya. Karena jika promosi yang dilakukan hanya

melalui media elektronik maka PT. Unilever Indonesia tidak mendapatkan

keuntungan yang optimal. Masyarakat di Indonesia terdiri dari berbagai kalangan

dan tingkatan sosial yang beragam. Strategi pemasaran merupakan strategi untuk

melayani pasar atau segmen pasar yang dijadikan oleh seorang pengusaha oleh

karena itu strategi pemasaran merupakan kombinasi dari bauran pemasaran yang

akan diterapkan oleh pengusaha untuk melayani pasarnya. (Sudarmo, 1984:124).

PT. Unilever melakukan strategi pemasaran mereka dengan memperluas

pasar di seluruh portofolio melalui peluncuran kemasan dengan harga terjangkau

yang didukung oleh komunikasi pemasaran yang spesifik sesuai target. Selama 3

tahun terakhir, mereka melakukan optimalisasi anggaran iklan dan meningkatkan

jumlah titik interaksi untuk mejangkau lebih banyak lagi konsumen dan

mengurangi duplikasi. Selain bertujuan untuk menghemat biaya, upaya ini juga
berhasil membuat konsumen semakin tahu dan mengenali brand-brand mereka.

Melakukan peningkatan penetrasi dan konsumsi produk kami di pasar.

Meluncurkan produk dengan dilengkapi berbagai ukuran kemasan, guna

memastikan bahwa PT. Unilever memenuhi kebutuhan konsumen secara

konsisten, baik untuk mereka yang mencari produk ekonomis maupun premium.

Terjadi peningkatan laba usaha sebesar 1,5% dari Rp.9,496 miliar pada tahun

2017 menjadi Rp.12,279 miliar pada tahun 2018 dengan penjualan bersih sebesar

Rp. 41,205 miliar pada tahun 2017 menjadi Rp. 41,802 miliar pada tahun 2018

(Annual Report Unilever 2018 : 8).

Peningkatan dan pertumbuhan suatu perusahaan salah satunya didukung

dengan adanya strategi pemasaran. Hal ini sangat penting agar adanya struktur

yang jelas mengenai target pasar serta bagaimana dapat memuaskan konsumen

dan pelanggan. Dengan strategi pemasaran yang baik dan benar, maka akan lebih

mudah bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya dalam meningkatkan kepuasan

konsumen dan pelanggan yang memberikan hasil dalam peningkatan profitabilitas

bagi perusahaan.

PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk., PT. Ultrajaya Milk Tbk., dan

PT. Unilever Tbk menentukan target pemasaran, penetapan posisi, budget untuk

pemasaran dan memasang prioritas kepuasan konsumen dengan selalu

memperhatikan pelayanan mulai dari kualitas produk, harga, promosi, distribusi

dan kualitas pelayanan terhadap konsumen lainnya guna mencapai tujuan

perusahaan jika dilihat dari 5 tahun terakhir dari strategi pemasaran peningkatan

penjualan dan laba dari masing-masing perusahaan secara fluktuatif namun masih
dapat dikatakan dengan adanya strategi pemasran yang baik dan benar mampu

meningkatkan profitabiitas perusahaan setiap tahunnya (Menurut Philip Kotler,

2020).

PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk., PT. Ultrajaya Milk Tbk., dan

PT. Unilever Tbk dalam menggunakan Strategi Cost Leadership sebagai upaya

untuk menghasilkan keunggulan kompetitif dari perusahaan lain (konpetitor) guna

mencapai efisiensi biaya dalam proses industri. Dengan menerapkan fokus pada

pengendalian biaya yang ketat, menahan diri dari segala aktivitas yang

menimbulkan biaya yang besar serta mengutamakan efisiensi pada setiap operasi.

Terlihat dari bagaimana rekam jejak perusahan dalam 5 tahun terakhir mereka

menerapkan cost leadership namun tetap mencapai target perusahaan dalam

peningkatan volume penjualan dan profitabilitas perusahaan (Menurut M.Porter,

2020).

Berdasarkan latar belakang yang kami paparkan di atas, maka kami

tertarik untuk mengidentifikasi serta menganalisa lebih dalam terkait strategi cost

leadership dan strategi pemasaran yang digunakan oleh ketiga perusahaan yang

kami telah terangkan diatas ke dalam sebuah mini riset yang berjudul

“STRATEGI COST LEADERSHIP DAN STRATEGI PEMASARAN

TERHADAP PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN DAN

PROFITABILITAS PERUSAHAAN”.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah Strategi Cost Leadership Dan Strategi Pemasaran Mampu

Meningkatkan Volume Penjualan Perusahaan?


2. Bagaimana Penerapan Strategi Cost Leadership dan Strategi Pemasaran

Didalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi strategi cost leadership dan strategi pemasaran

dalam meningkatkan volume penjualan.

2. Untuk mengidentifikasi strategi cost leadership dan strategi pemasaran

dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan ilmu, terutama dalam bidang ilmu manajemen strategi serta

dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 State Of The Art

Penelitian-penelitian berikut ini telah dilakukan sebelumnya, sebab dari

penelitian-penelitian inilah informasi bisa di dapatkan sebelumnya melakukan

sebuah penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Leonidas C. leonidou, Contantine S.

katsikeas, Saeed Samice and Bilge Aykol 2015 dengan judul “International

Marketing Research: A State-of-the Art Review and the Way Forward”

menghasilkan kesimpulan bahwa bidang pemasaran internasional telah mengalami

perkembangan yang signifikan selama periode investigasi yang ditujukkan oleh

penyempurnaan terus menerus, meningkatnya kualitas dan cakupan topikal yang

luas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dr. Cross Ogohi Daniel yang

berjudul “Effects of Marketting Strategies on Organizational Performance” tahun

2018 dengan hasil kesimpulannya adalah terdapat pengaruh strategi pemasaran

terhadap kinerja Perusahaan Pembotolan Kadunna, Nigeria. Dalam penelitian ini

menyimpulkan bahwa implementasi strategi produksi, strategi penetapan harga,

promosi, penetapan harga, distribusi, dan standarisasi dan adaptasi produk

berdampak pada strategi kinerja pemasaran terhadap kinerja karyawan serta pada

penjualan, pelanggan dan kinerja keungan perusahaan. Dalam studi ini


menunjukkan bahwa dampak dimediasi oleh keberhasilan implementasi strategi

pemasaran.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gbolagade Adewale dan kawan-

kawan yang berjudul “ Impact of Marketing Strategy on Business Performance A

Study of Selected Small and Medium Enterprises (Smes) In Oluyole Local

Government, Ibadan, Nigeria” yang menunjukkan bahwa variabel independen

(yaitu Produk, Promosi, Tempat, Harga, Pengemasan dan pelayanan penjualan)

dalah prediktor bersama yang signifikan dari kinerja bisnis dalam profitabilitas,

pangsa pasar, laba atas investasi, dan ekspansi.rekomendasi utnuk operator UKM

untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan membebankan harga yang

kompetitif posisi yang tepat, menggunakan paket menarik untuk produk, terlibat

dalam pelayanan penjualan dan memberikan manfaat fungsional khas lainnya

kepada konsumen.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas, maka mini

riset yang akan dibuat kali ini adalah “Analisis Pengaruh Strategi Cost

Leadership dan Strategi Pemasaran terhadap Peningkatan Penjualan dan

Profitabilitas Perusahaan”

2.2 Telaah Pustaka

2.2.1 Pengertian Cost Leadership

Menurut Porter (1980), Strategi Cost Leadership adalah upaya yang

dilakukan perusahaan dalam menghasilkan keunggulan kompetitif dengan

perusahaan dalam menghasilkan keunggulan kompetitif dengan mencapai biaya

terendah dalam industri. Fokus perusahaan yang menerapkan Strategi Cost


Leadership adalah pengendalian biaya yang ketat, menahan diri dari segala

aktivitas yang menimbulkan biaya yang besar serta mengutamakan efisiensi pada

setiap operasi.

Cost Leadership atau kepemimpinan biaya merupakan salah satu generic

strategy. Strategi ini dilakukan dengan cara memproduksi barang dengan biaya

yang lebih rendah dengan kualitas yang relatif sama dibandingkan dengan para

pesaingnya. Untuk dapat menjalankan strategi ini, perusahaan perlu

memiliki economies of scale lebih tinggi atau memiliki keunggulan dalam

produktivitas. Dengan kata lain, perusahaan yang mengarahkan dirinya menjadi

produsen yang low-cost dalam industri untuk setiap level kualitas, maka

perusahaan tersebut telah menjalankan strategi ini (Porter, tahun). Strategi ini

mempunyai dua macam strategi turunannya, yaitu (1) produk dijual dalam rata-

rata harga industri untuk meraih keuntungan yang lebih besar dari pesaing dan (2)

produk dijual dibawah rata-rata harga industri untuk meraih market-share yang

lebih luas.

Ada beberapa keadaan lingkungan yang dapat menguntungkan maupun

merugikan bagi perusahaan ketika akan menjalankan strategi kepemimpinan biaya

ini. Ketika pembeli tidak ada diferensiasi nilai terlalu banyak dengan produk lain,

pembeli cenderung sensitif terhadap harga, atau para pesaing tidak akan segera

menyesuaikan harga yang lebih rendah (melalui analisis teori permainan), maka

situasi ini akan mendukung berjalannya strategi ini. Sebaliknya ketika tidak ada

perubahan dalam selera konsumen, teknologi dan harga atau biaya; aktivitas yang
diambil untuk mencapai biaya rendah sangat langka dan mahal untuk ditiru, maka

strategi ini menjadi kurang efektif.

Perusahaan yang menjalankan strategi ini akan dapat melayani berbagai

segmen industri atau mungkin beberapa industri. Sumber keuntungan biaya

dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti skala ekonomis, teknologi eksklusif

atau akses ke bahan baku. Produser yang low-cost sering menjual produk standar

dan melakukan penekanan pada skala eksploitasi dan memanfaatkan keunggulan

biaya absolut.

Dengan menjalankan strategi ini perusahaan harus lah memiliki kelebihan

dalam aspek pangsa pasar yang lebih luas ataupun akses ke sumber daya seperti

bahan baku, komponen, tenaga kerja yang lebih baik. Dengan keuntungan pada

dua hal itu, dan dikombinasikan dengan bisnis proses yang efisien maka

perusahaan dapat menjalankan strategi ini dengan baik. Beberapa ciri bisnis

proses yang efisien akan terlihat pada aspek seperti seperti memiliki capabilities

keuangan yang kuat untuk berinvestasi dalam spesific assets, mampu mendesain

proses produksi dengan efisien, memiliki keahlian yang tinggi dalam industri

karena learning/experience curve yang tinggi, dan memiliki jalur distribusi yang

efisien. Tanpa satu atau beberapa keuntungan ini, strategi ini dapat dengan mudah

ditiru oleh pesaing-pesaing lainnya.

Ada beberapa aspek yang lebih rinci untuk pelaksanaan yang sukses

strategi ini seperti keterampilan rekayasa proses, produk yang dirancang untuk

kemudahan manufaktur, akses berkelanjutan ke modal yang murah, pengawasan


terarah pada tenaga kerja, biaya pengendalian yang cukup, insentif berdasarkan

target kuantitatif, biaya yang disimpan berada pada tingkat seminimum mungkin.

Pada intinya perusahaan yang menjalankan strategi ini harus dapat membangun

rantai nilai produk yang ditawarkan dari sejak hulu hingga hilir dalam suatu

proses bisnis yang paling efisien. Beberapa perusahaan pengecer seperti Wal-

Mart, KwikSave TI, Dell dan Lenovo telah berhasil membuktikan bagaimana cost

leadership strategy dapat berjalan.

Perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam cost leadership biasanya

memiliki kekuatan-kekuatan internal seperti: akses pada modal yang diperlukan

ntuk membuat investasi yang signifikan dalam aset-aset produksi, investasi ini

menyebabkan barrier to entry yang tidak dapat diatasi oleh banyak perusahaan;

keterampilan dalam merancang produk untuk proses manufaktur yang efisien,

misalnya mempunyai sebuah komponen hitung kecil yang digunakan untuk

mempersingkat proses perakitan; keahlian tingkat tinggi dalam proses manufaktur

rekayasa; dan jalur distribusi yang efisien. Selain itu perusahaan dalam meraih

keuntungan biaya dapat dilakukan dengan cara meningkatkan efisiensi proses,

mendapatkan akses yang unik ke sumber material besar yang harganya rendah,

membuat outscoring dan integrasi vertikal yang optimal, atau menghindari

beberapa biaya sekaligus. Jika perusahaan yang berkompetisi tidak dapat

menurunkan biaya-biaya yang sama jumlahnya, maka perusahaan dapat

mempertahankan keunggulan kompetitif berdasarkan biaya kepemimpinan. Dapat

disimpulkan bahwa cost leadership dapat diraih dengan cara :

a. Keputusan outsourcing dan vertical integration yang optimal


b. Meningkatkan efisiensi dalam setiap value chain

c. Mendapatkan sumber input yang murah.

2.2.1.2 Ancaman Cost Leadership

Dalam persaingan model Porter ada 5 pesaing yang selalu dihadapi oleh

setiap perusahaan, yaitu

a. Ancaman pendatang baru

Adalah jika perusahaan yang ada sebagai pemimpin biaya, pendatang baru

harus mengurangi biaya secara besar-besaran sebelum mereka masuk.

Seringkali pendatang baru masuk menggunakan strategi bisnis lain

(diferensiasi atau aliansi) daripada mencoba untuk bersaing di biaya.

Pesaing baru perlu melakukan hal itu, karena pada umumnya pesaing baru

masih belum mencapai skala ekonomis yang baik jika dibandingkan

dengan perusahaan pemain lama. Kemampuan untuk melakukan strategi

deferensiasi menjadi penting bagi sebuah perusahaan baru.

b. Ancaman pesaing sejenis

ancaman ini direduksi melalui dua pilihan strategi pemberian harga, yaitu

dengan menawarkan pada harga tinggi atau harga rendah. Pemimpin biaya

dapat menetapkan harga sama dengan atau lebih dari harga para pesaing.

Dengan melakukan ini, maka akan mengurangi kesempatan pesaing-

pesaing yang akan meniru perusahaan yang low-cost. Namun, menjaga

harga tetap sama dengan harga pesaing akan mengorbankan pangsa pasar

dan volume penjualan. Pada harga yang kompetitif ini, pemimpin harga

mendapatkan keuntungan diatas penghasilan normal. Cara yang lain


adalah perusahaan yang low-cost dapat menghargai barang atau jasanya di

bawah pesaing-pesaingnya yang high-cost. Harga yang lebih rendah dari

perusahaan low-cost akan menarik sejumlah konsumen dan meningkatkan

pangsa pasar dan volume penjualannya, tapi akibatnya pendapatannya

lebih rendah. Strategi ini memberi sinyal kepada para pesaing untuk

menurunkan harga serendah mungkin. Sinyal ini akan memotivasi para

pesaing untuk mencoba menurunkan biaya-biaya mereka.

c. Ancaman produk subsitutsi

pemimpin biaya mempunyai kemampuan untuk menjaga produk atau

jasanya relatif terhadap substitusinya. Kemampuan melakukan branding

pada produk subsitusi ini akan sangat mempengaruhi eksistensi

perusahaan yang menjalankan strategi biaya. Pesaing jenis ini pada

umumnya dapat membalikkan perusahaan sebagai pesaing substitusi juga.

d. Ancaman dari pemasok

pemasok dapat menjadi ancaman bagi perusahaan dengan membebankan

harga yang lebih tinggi untuk barang dan jasa yang mereka pasok atau

dengan cara mengurangi kualitas dari barang atau jasa tersebut. Namun,

ketika pemasok menjual ke pemimpin biaya, perusahaan tersebut

mempunyai fleksibilitas yang lebih bagus dalam menyerap pemasok

dengan biaya lebih tinggi daripada perusahaan high-cost. Biaya pasok

yang lebih tinggi dapat memusnahkan semua keuntungan diatas normal

bagi perusahaan high-cost tapi masih memungkinkan perusahaan cost-

leader untuk mendapat penghasilan diatas normal.


e. Ancam cost leadership juga dapat mengurangi ancaman dari pembeli.

Pembeli yang sangat kuat adalah ancaman bagi perusahaan ketika mereka

bersikeras pada harga rendah atau kualitas tinggi dan pelayanan dari

pemasok mereka. Harga rendah dapat mengancam kestabilan penghasilan

perusahaan. Kualitas yang lebih tinggi dapat meningkatkan biaya

perusahaan. Pemimpin biaya bisa mendapati penghasilan mereka

dikurangi oleh ancaman pembeli dan etap mendapat penghasilan normal

atau diatas normal. Perusahaan ini juga dapat menyerap biaya yang lebih

besar dari peningkatan kualitas atau pelayanan dan bisa tetap memiliki

keuntungan biaya dari persaingan mereka dari pembeli.

2.2.2 Pemasaran dan Strategi Pemasaran

2.2.2.1Pengertian Pemasaran dan Strategi Pemasaran

Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan di dalam pencapaian tujuannya

tergantung pada bidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lainnya

seperti personalia, selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk

mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut supaya perusahaan dapat berjalan

dengan semestinya. Pemasaran merupakan suatu disiplin ilmu yang dipergunakan

oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen menjadi peluangyang

menghasilkan laba perusahaan.

Menurut Fandy Tjiptono (2000 : 6), Strategi pemasaran merupakan suatu

manjemen yang disusun untuk mempercepat pemecahan persoalan pemasaran dan

membuat keputusan-keputusan yang bersifat strategis.


Menurut Kotler dan Armstrong (2008 : 12), logika pemasaran yang dibuat

oleh unit usaha yang berharap untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi

pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya, bauran

pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang

diharapkan dan kondisi persaingan.

Menurut Tull dan Keble, strategi pemasaran adalah sebagai alat yang

fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan organisasi atau elmbaga

dengan mengembangkan keunggulan yang berkesinambungan melalui pasar yang

dimasuki dan program-program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar

sasaran tersebut.

Menurut Sofyan Assasruri, Strategi pemasaran adalah rencana

menyeluruh, terpadu, dan menyatu dibidang pemasaran yang memberikan

pedoman tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan

perusahaan melalui periklanan, program promosi, penjualan, program produk, dan

pendistribusian.

Dari pengertian strategi pemasaran yang telah disebutkan diatas, dapat

disimpulkan bahwa strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran

kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha dan pemasaran perusahaan

dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta lokasinya,

terutama sebagai tanggapan perusahaan yang selalu berubah.

2.2.2.2 Faktor dan Bauran Strategi Pemasaran

Dalam strategi pemasaran, ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya

perubahan strategi dalam pemasaran (Kotler dan Armstrong, 2008:34) yaitu :


1. Daur hidup produk

Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap

perkenalan, tahap pertumbuhan, dan tahap kemunduran.

2. Posisi persaingan perusahaan di pasar

Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam

persaingan, apakah memimpin, menantang, mengikuti atau hanya

mengambil sebagian kecil dari pasar.

3. Situasi ekonomi

Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan

pandangan kedepan, apakah ekonomi berada dalam situasi makmur atau

inflasi tinggi.

Perusahaan yang menjalankan usahanya harus dapat menentukan strategi

yang tepat agar usaha yang dilakukan dapat maju dan berkembang. Dalam

pemasaran, strategi yang dapat ditempuh oleh perusahaan meliputi :

a. Memilih konsumen yang dituju

b. Mengidentifikasi keinginan konsumen

c. Menentukan marketing mix

Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tanggapan

yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat itu membentuk suatu bauran

pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan

perusahaan yang untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya. Bauran

pemasaran tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: produk


(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Perusahaan

harus melakukan berbagai macam usaha dalam melayani konsumennya. Hal ini

dilakukan agar konsumen tidak mengalihkan kebutuhannya akan produk yang

diinginkan ke produk dari perusahaan sejenis yang lain. Untuk itulah perusahaan

selalu berusaha untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen semaksimal

mungkin.

Adapun bauran pemasaran strategi pemasaran yang perlu dilakukan

perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara efektif menurut (Kotler dan

Armstrong, 2003:78) adalah sebagai berikut :

1. Produk (Product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk

mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan menurut Phillip Kotler (2008:14). Secara

konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang

bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui

pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan

kapasitas organisasi serta daya beli pasar.

Namun demikian beberapa pendapat menyatakan bahwa kualitas produk

tidak dapat diobservasi sampai pada produk tersebut dibeli dan digunakan, hal itu

berarti pengalaman dapat digunakan dengan baik untuk menilai kualitas suatu

produk. Menurut Philip Kotler (2002:49), “ Kualitas produk adalah keseluruhan


ciri serta dari suatu produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan

kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat ”.

Menurut Phillip Kotler (2002:50), adapun tujuan dari kualitas produk adalah

sebagai berikut:

a. Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standar yang

telah ditetapkan.

b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

c. Mengusahakan agar biaya desain dari produksi tertentu menjadi sekecil

mungkin.

d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

2. Harga (Price)

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:53), “ Harga adalah sejumlah uang

yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa “. Lebih jauh lagi, harga adalah

jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan

memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa.

Menurut Stanton (2001:68), ada empat indikator yang mencirikan harga, yaitu :

a. Keterjangkauan harga

b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

c. Daya saing harga

d. Kesesuaian harga dengan manfaat

3. Tempat (Place)
Tempat atau Place dalam bauran pemasaran ini pada dasarnya adalah

saluran distribusi yang mengacu pada pada lokasi di mana produk tersedia dan

dapat dijual atau dibeli. Dengan kata lain, Saluran Distribusi adalah saluran

dimana produk tersebut.

4. Promosi (Promotion)

Promosi penjualan pada dasarnya memberikan insentif kepada konsumen


untuk membeli produk-produk yang ditawarkan. Bentuk-bentuk insentifnya
meliputi

Promosi adalah suatu kegiatan bidang pemasaran yang merupakan upaya

komunikasi yang dilaksanakan perusahaan kepada pembeli atau konsumen yang

memuat pemberitaan (information), membujuk (persuasion), dan mempengaruhi

(influence). Segala kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan.

Pilihan kedua dari perusahaan yaitu menerapkan mutu produk yang sesuai dengan

ketetapan perusahaan dan sesuai dengan keinginan konsumen. Pengambilan

keputusan tersebut dikuatkan dengan pengertian mutu produk merupakan sesuatu

yang dianggap mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2002:5).

Terdapat beberapa jenis promosi yang sering digunakan, yaitu:

a. Advertising ( Iklan)

Iklan merupakan bentuk promosi dengan menggunakan media cetak dan

elektronik. Iklan selama ini dipandang sebagai bentuk promosi yang paling

efektif. Iklan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang

diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang

atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya. Iklan dapat mempengaruhi

dua parameter kepuasan konsumen, yaitu :


a) Iklan dapat membentuk perceived quality, yang kemudian akan

mempengaruhi penilaian terhadap kualitas secara keseluruhan dan pengaruh

iklan semakin besar bila konsumen tidak dapat mengevaluasi kualitas

sesungguhnya.

b) Iklan dapat mempengaruhi perceived best yaitu keyakinan bahwa merek suatu

produk adalah terbaik dikelasnya yang dipengaruhi citra merek.

b. Personal Selling (Penjualan Pribadi)

Yaitu terjadi interaksi langsung, saling bertemu muka antara pembeli dan

penjual. Komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak bersifat individual,

dalam hal ini penjual dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan dalam

mempengaruhi atau memotivasi pembeli dengan cara mengemukakan manfaat

yang akan diperoleh pembeli sehingga terjadi persesuaian keuntungan.

Manfaat personal selling :

a) Adanya hubungan langsung dengan calon pembeli sehingga dapat

mengamati secara dekat karakteristik dan kebutuhan calon pembeli.

b) Membina berbagai macam hubungan dengan pembeli, mulai dengan

hubungan perdagangan sampai hubungan persahabatan yang erat.

c) Mendapatkan tanggapan dari calon pembeli.

5. Distribusi

Distribusi adalah cara perusahaan menyalurkan barangnya, mulai dari

perusahaan sampai ke tanggan konsumen akhir. Strategi distribusi sangat penting

dalam upaya perusahaan melayani konsumen tepat waktu dan tepat sasaran.

Keterlambatan dalam penyaluaran mengakibatkan kehilangan waktu dan kualitas


barang serta diambilnya kesempatan oleh pesaing. Menurut Kotler dan Amstrong

(2000), distribusi adalah aktivitas perusahaan agar produk atau jasa mudah

didapatkan oleh konsumen sasarannya.

2.2.3 Volume Penjualan

2.2.3.1 Pengertian Volume Penjualan

Menurut Hasrtson Stepelton (2005:185), mengatakan bahwa volume

penjualan adalah pencapaian penjualan yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif

dari segi fisik atau volume.

Menurut Basu Swasta (2005:65), berpendapat bahwa volume penjualan

merupakan penjualan bersih dari laporan laba persahaan. Penjualan bersih

diperoleh melalui hasil penjualan seluruh produk (produk lini) selama jangka

waktu tertentu dan hasil penjualan yang dicapai dari market share (pangsa pasar)

yang merupakan penjualan potensial yang dapat terdiri dari kelompok pembeli

selama jangka waktu tertentu.

Menurut Horngren, Foster dan Datar yang dikutip dari Basu Swasta

(2005:58), volume penjualan adalah ukuran aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan kapasitas dalam satuan uang atau unit produk dimana

manajemen akan berusaha untuk mempertahankan volume yang menggunakan

kapasitas yang ada dengan sebaik mungkin.

2.2.3.2 Indikator Volume Penjualan

Terdapat beberapa indikator dari volume penjualan dikutip dari Philip

Kotler oleh Basu Swasta (2008:404) yaitu :

a. Mencapai volume penjualan


b. Mendapatkan laba

c. Menunjang pertumbuhan perusahaan

2.2.3.3 Faktor Peningkatan Volume Penjualan

Menurut Efendi Pakphan (2009) faktor yang sangat penting dalam

mempengaruhi volume penjualan adalah saluran distribusi yang bertujan untuk

melihat peluang pasar apakah dapat memberikan laba maksimum.

Secara umum mata rantai saluran distribusi yang semakin luas akan

menimbulkan biaya yang lebih besar, tetapi semakin luasnya saluran distribusi

maka produk perusahaan akan semakin dikenal oleh masyarakat luas dan

mendorong nainya angka penjualan yang akhirnya berdampak pada peningkatan

volume penjualan.

Menurut Basu Swastha dan Irawan (2005) memaparkan bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan, yakni sebagai berikut :

a. Kondisi dan kemampuan penjual

Untuk mencapai sasaran penjualan yang diharapkan, maka penjual harus

memahami masalah-masalah penting yang sangat berkaitan dengan

penjualan, yakni :

1) Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan

2) Harga produk

3) Syarat penjualan

b. Kondisi pasar

Pasar sebagai satu kelompik pembeli atau pihak yang mejadi sasaran

dalam penjualan, kondisi pasar yang harus diperhatikjan adalah :


1) Jenis Pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar

penjual, pasar pemerintah, maupun pasar internasional.

2) Kelompok Pembeli atau Segmen Pasarnya

3) Daya Beli Masyarakat

4) Frekuensi Pembeliannya

5) Keinginan dan Kebutuhannya

c. Modal

Agar kegiatan penjualan dalam suatu perusahaan dapat berjalan dengan

lancar dan cepat, maka diperlukannya sejumlah modal untuk membiayai

kegiatan operasioanl perusahaan.

d. Kondisi organisasi perusahaan

Dalam menangani masalah-masalah penjualan di dalam suatu perusahaan

dapat dilihat dari kondisi organisasi perusahaannya apakah ternask jenis

perusahaan besar atau kecil.

e. Faktor lain

Faktor-faktor lain yang sering mempengaruhi penjualan, seperti

periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, diskon dan lain

sebagainya.

Menurut Kotler (2006), usaha untuk meningkatkan volume penjualan

adalah :

a. Menjajakan produk dengan sedemiian rupa sehingga konsumen

melihatnya.
b. Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk tersebut akan

menarik perhatian konsumen.

c. Mengadakan analisa pasar.

d. Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial.

e. Mengadakan pameran.

f. Mengadakan discount atau potongan harga.

Menurut Kotler yang dikutip Basu Swastha (2005:182), menyimpulkan

bahwa ada beberapa indikator dari penjualan yaitu tercapainya target dan

peningkatan jumlah keuntungan.

2.2.4 Profitabilitas Perusahaan

2.2.4.1 Pengertian Profitabilitas Perusahaan

Pada umumnya setiap perusahaa bertujuan untuk memeperoleh laba atau

kentungan. Para manajemen perusahaan dituntut harus mampu mencapai target

yang telah direncanakan.

Profitabilitas ( profitability) adalah kemampuan perusahaan memeperoleh

laba melalui perusahaan usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki

oleh perusahaan. Menurut Sartono (2008) profitabilitas adalah kemampan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya penjualan, total aktiva maupun

modal sendiri.

Menurut mas’ud (2008), Profitabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi

operasional dan efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang

dimilikinya.
Menurut Agus Sartono (2010:122), definisi rasio profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,

total aktiva, maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka

panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini.

Menurut Kasmir (2014:115), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan edisiensi perusahaan.

Menurut Fahmi (2013:116), rasio profitabilitas yaitu menunjukkan

keberhasilan didalam emnghasilkan keuntngan. Investor yang potensial akan

menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuannya

untuk mendapatkan keuntungan. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin

baik menggambarkan kemampuan tingginya peprolehhan keuntungan perusahaan.

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilotas

adalah rasio yang digunakan utnuk mengukur kemampuan dan keberhasilan

perusahaan dalam memperoleh laba yang hubungannya dengan penjualan, aktiva,

maupun investasi.

2.2.4.2 Pengertian Laba

Laba merupakan elemen yang paling penting menjadi perhatian pemakai

karena angka diharapkan cukup kaya untuk merepresentasikan kinerja perusahaan

secara keseluruhan.
Pengertian Laba menurut Suwardjono (2008:464), adalah imbalan atas

upaya perusahaan mneghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan

kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produkasi

dan penyerahan barang/jasa).

Menurut Mahmud M. Hanafi (2010:32), bahwa laba merupakan ukuran

keseluruhan presentasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut :

Laba=Penjualan – Biaya.

Berdasarkan pengrtian di atas dapat disimpulkan bahwa laba adalah

kelebihan pendapatan diatas biaya sebagai imbalan mengahsilkan barang dan jasa

selama satu periode akuntansi.

2.2.4.3 Jenis-jenis Laba

2.2.4.4 Tujan dan Manfaat Profitabilitas

Salah satu ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah mencari

perolehan laba, karena laba pada dasarnya hanya sebagai ukran efisiensi suatu

perusahaan. Menurut Kasmir (2013:303) menyatakan bahwa ada 2 jenis laba

yaitu:

1. Laba Kotor (Gross Profit), yaitu laba yang diperoleh sebelum dikurangi

biayia-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan

yang pertama kali perusahaan peroleh.

2. Laba Bersih (Net Profit), yaitu laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang

merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis


Penting bagi setiap perusahaan untuk menerapkan efisiensi biaya guna

mencapai efektivitas dan efesiensi operasional perusahaan. Penekanan biaya guna

menghasilkan produk yang berkualitas namun dengan harga mrah untuk dapat

menjangkau konsumen secara luas. Perlu adanya strategi yang dilakukan oleh

perusahaan dalam melakukan operasional perusahaan untuk mencapai target

perusahaan. Dengan menerapkan strategi cost leadership maka perusahaan akan

mampu bersaing dengan perusahaan sejenis melalui produk yang dihasilkan. Akan

banyak pasar yang tertarik dengan produk perusahaan karena jaminan kualitas

yang baik namun harga jauh lebih murah dibandingkan dengan produk sejenis.

Orientasi pada keputusan pembelian produk baik barang maupun jasa

merupakan faktor utama dalam dunia persaingan bisnis. Ketika perusahaan

mampu menghasilkan produk yang mampu bersaing dengan perusahaan lainnya

tugas selanjutnya bagi perusahaan adalah mengenalkan produk mereka kepada

pasar supaya konsumen lebih mengenal dan tertarik akan produk yang ditawarkan

dengan tetap menerapkan efisiensi biaya dalam melakukan promosi produk

mereka.

Menurut Buchari alma (2007:170), untuk mengetahui promosi antara lain :

a. Periklanan

b. Promosi penjualan

c. Hubungan masyarakat

d. Pemasaran langsung
Dengan dilakukannya strategi cost leadership dan strategi pemasaran yang

baik dan benar mampu meningkatkan volume penjualan dan meningkatkan

profitabilitas perusahaan.

BAB III

METODOLOGI RISET
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kalitatif dengan menggunakan

pendekakatan deskriptif pada studi kasus. Menurut (Krik,1986:9) dalam

(Moleong, 1990:3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia

dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan peristilahannya.

Studi kasus merupakan penelitian rinci mengenai suatu objek tertentu

selam kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk

lingkungan dan kondisi masa lalunya. Selanjtnya peneliti berusaha menemukan

hubungan antara faktor-faktro tersebut satu dengan yang lain. (Umar,2005:23)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelotian ini dilakukan pada PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk., PT. Ultrajaya Milk Tbk., dan PT. Unilever Tbk.

3.3 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

laporan keuangan, faktor kondisi internal dan eksternal perusahaan di PT.

Pioneerindo Gourmet International Tbk., PT. Ultrajaya Milk Tbk., dan PT.

Unilever Tbk.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah menggunakan metode dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data

dengan cara mempelajari, mencatat, mengklasifikasikan dan menggunakan data


sekunder yang berupa data-data dari dokumen-dokumen yang sudah ada berupa

laporan keungan, kondisi ekonomi, sosial, website perusahaan dan juga berbagai

literatur yang terdapat di internet.

3.5 Teknik Analisis Data

Data penelitian yang telah diperoleh dianalisi dengan metode analisis

deskriptif, analisis deskriptif yakni menggambarkan sifat sesuatu yang tengah

berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu

gejala tertentu (Umar, 2005:22). Analisis deskriptif adalah metode untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum sehingga memperoleh gambaran informasi tentang penelitian

tersebut.

3.6 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan didasakan pada

data yang telah diperoleh, dengan mengacu pada konsep Miles dan Huberman

dalam Sugiyono (2009:337) yang membagi proses analisis data menjadi tiga

bagian, yaitu :

1. Reduksi data (Data Reduction)

Langkah yang pertama kali dilakukan adalah reduksi data. Reduksi

data dapat diartikan sebagai pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tujuan dari reduksi data

adalah untuk memperoleh informasi yang lebih terfokus dan dibutuhkan.


Reduksi data yang dilakukan yaitu dengan menyeleksi data-data yang

diperoleh yang dianggap perlu dalam penelitian.

2. Penyajian data (Data Display)

Langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data

merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis

sehingga mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif dengan penyajian

data yang berisi informasi baik dan rapih, peneliti akan lebih mudah dalam

mengolah data tersebut.

3. Penarikan kesimpulan (verification)

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

namun jika kesimpulan tersebut telah didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan adalah

kesimpulan yang dapat dipercaya. Kesimpulan yang diharapkan

merupakan temuan baru yang sebelumnya masih belum jelas sehingga

setelah ditelliti menjadi akan menjadi jelas dan dapat digunakan menjadi

kesimpulan akhir.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


4.1.1 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk.
4.1.1.1 Profil Perusahaan
PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. diririkan pada 13 Desember
1983 di Jakarta adalah salah satu anak Perusahaan generasi pertama di Indonesia
yang memperkenalkan konsep restoran cepat saji berbahan dasar ayam melalui
merek dagang California Pioneer Chicken, terwaralaba Pioneer Take out –
Amerika Serikat. Setelah tujuh tahun menempa pengalaman dan teruji dalam
penguasaan pasar, pada tahun 1989 perusahaan melepaskan diri dari usaha
terwaralaba menjadi pemegang waralaba penuh yang memproduksi dan
memasarkan merek produk sendiri yaitu California Fried Chicken. Basis usaha
pun diperkuat dengan membentuk franchise dan juga anak-anak perusahaan yaitu
Putra Asia Perdana Indah serta PT Mitra hero Pioneerindo. Sinergi yang memicu
kinerja usaha melalui pola kemitraan terpadu ini melahirkan diversifikasi usaha
berupa peluncuran produk makanan ringan Cal Donat pada tahun 1993.
Perusahaan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta
pada bulan April 1994. Pada Tahun 1996, sebuah langkah penting kembali
dilakukan Perusahaan dengan membuka restoran keluarga Sapo Oriental. Pada
tahun 2001 perusahaan melakukan revitalisasi menyeluruh. Salah satu hasilnya
adalah perubahaan nama Perusahaan menjadi PT Pioneerindo Gourmet
International Tbk. Kini setelah puluhan tahun berkarya, Perusahaan berorientasi
kepada visi untuk menjadi produsen makanan cepat saji dengan pelayanan dan
kualitas terbaik di Indonesia.

4.1.1.2 Visi dan Misi Perusahaan


Seperti pada umumnya setiap perusahaan sudah pasti memiliki visi dan
misi, termasuk PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. Dengan visi misi
sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi restoran cepat saji nasional nomor 1 di Indonesia.
b. Misi
• Menciptakan organisasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi
stakeholder.
• Menciptakan kepuasan pelanggan dengan menyediakan jaringan outlet
yang nyaman, produk yang berkualitas dan pelayanan yang ramah.
• Menciptakan lingkungan yang baik bagi karyawan untuk berkarya dan
berkembang.
4.1.2 PT. Ultrajaya Milk Tbk.

4.1.2.1 Profil Perusahaan

PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. merupakan

perusahaan yang bergerak di sektor Consumer Goods Industry. Perusahaan ini

telah berdiri sejak tanggal 2 November 1974. PT. Ultrajaya Milk Industry &

Trading Company Tbk. Merupakan salah satu perusahaan yang bisnis utamanya

yani sebagai produsen minuman terkemuka di Indonesia. Pada awal berdirinya,

perusahaan ini merupakan sebuah industri rumah tangga sederhana yang dimulai

pada tahun 1958 di Bandung, Jawa Barat. Selanjutnya industri sederhana yang

dirintis oleh seorang pengusaha Tionghoa bernama Ahmad Prawirawidjaja ini

berkembang menjadi perseroan terbatas sejak tahun 1971. Reputasi perusahaan ini

sebagai pelopor minuman dalam kemasan di Indonesia membuat Ultrajaya Milk

tetap diterima di tengah-tengah konsumen Indonesia dengan baik.

Ultrajaya Milk awalnya hanya terbatas pada pengembangan produk susu.

Namun seiring dengan diversifikasi perusahaan, Ultrajaya Milk mulai

mengembangkan inovasi produk jus yang kemudian dikenal dengan merek

Buavita, Gogo. Perusahaan juga mengembangkan varian minuman lain yang

populer seperti Teh Kotak, Sari Asem Asli dan Sari Kacang Ijo. Pada tahun 2008,

merek Buavita dan Gogo diambil alih oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. yang
menyebabkan perusahaan lebih terfokus dalam pengembangan produk susu. Saat

ini di bawah kepemimpinan generasi kedua dari Prawirawidjaja yang bernama

Sabana Prawirawidjaja selalu mencciptakan inovasi-inovasi terbaru bagi

perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan telah menerapkan teknologi robot lengan,

AGV, dan stacker crane dalam pengoperasian sejak tahun 1995.

Dalam perkembangannya, Ultrajaya Milk berperan sebagai pemain utama dalam

industri susu cair di Tanah Air. Hal ini dibuktikan dengan pencatatan kapasiitas

produksi yang mencapai 1 juta liter tiap harinya. Dengan hal ini, total produksi

perusahaan telah menyerap setidaknya lebih dari 90% di pasar domestik. Produk-

produk Ultrajaya Milk nyatanya tidak hanya mampu memenuhi permintaan

pasaran domestik saja, melainkan telah merambah hingga pasaran internasional

seperti negara-negara ASEAN termasuk Singapura, Vietnam, dan Filipina serta

negara lain di Afrika seperti Nigeria. Rencana Ultrajaya Milk dalam jangka

panjang akan memperluas jaringan distribusi sebanyak 125.000 toko ritel melalui

50 distributor yang tersebar di seluruh Indonesia. Memasuki tahun 2013, Ultrajaya

Milk akan menargetkan laba bersih perusahaan yang mencapai Rp 261,1 miliar

atau naik sebesar 34% pada tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kenaikan

yang diperoleh dari sektor penjualan yang menunjukkan perkembangan sebesar

Rp 3,24 triliun atau 19,8%. Hal ini juga didukung dengan beroperasinya pabrik

baru yang terletak di Jakarta yang mampu memberikan tambahan kapasitas

produksi sebesar 20%-30% atau mencapai lebih dari 360 juta liter-390 juta liter

susu cair per tahun.


4.1.2.2 Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

Menjadi perusahaan industri makanan dan minuman yang terabik dan

terbesar di Indonesia, dengan senantiasa mengutamakan kepuasan

konsumen, serta menjunjung tinggi kepercayaan para pemegang saham

dan mitra kerja perusahaan.

b. Misi

Menjalankan usaha dengan dilandasi kepekaan yang tinggi untuk

senantiasa berorientasi kepada pasar atau konsumen dan kepekaan serta

kepedulian untuk senantiasa memperhatikan lingkungan yang dilakukan

secara optimal agar dapat memberikan nilai tambah sebagai wujud

pertanggung jawaban kepada pemegang saham.

4.1.3 PT. Unilever Tbk.

4.1.3.1 Profil Perusahaan

PT. Unilever Indonesia Tbk. merupakan anak perusahaan dari Unilever.

Awalnya pada 5 Desember 1993, perusahaan bernama Lever Zeepfabrieken N.V

yang bertempat di daerah Angke, Jakarta Utara berdasarkan akta No. 23 dari Mr.

A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Jenderal Geoual

van Nederlandsch-Indie berdasarkan surat No. 14 pada 16 Desember 1933,

terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada 22 Desember 1933

dan diterbitkan dalam Javasche Courant pada 9 Januari 1934. Tambahan No 3.

Pada 22 Juli 1980, perusahaan berganti nama menjadi “PT Unilever Indonesia”

dengan akta No. 171 dari notaris Ny. Kartini Muljadi SH. Perubahan nama pun
kembali terjadi pada 30 Juni 1997 menjadi “PT Unilever Indonesia Tbk” dengan

akta No. 92 notaris publik Bp. Mudofir Hadi SH. Akta ini disetujui oleh Menteri

Kehakiman dengan surat keputusan No.C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23

Februari 1998 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei

1998, Tambahan No. 39.

Pada 22 November 2000, Unilever Indonesia mengadakan perjanjian

dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT

Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang manufaktur, pengembangan,

pemasaran dan penjualan dari kecap, saus cabai dan saus lainnya di bawah Bango

dan merek lain di bawah lisensi perusahaan untuk PT AL. Berselang dua tahun,

tepatnya pada tanggal 3 Juli 2002, Unilever Indonesia kembali mengadakan

perjanjian dengan Texchem Resources Berhad untuk mendirikan perusahaan baru

yaitu PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor

barang-barang dengan merek dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November

2003, Texchem Resources Berhad menandatangani perjanjian jual beli saham

dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, di mana Texchem Resources Berhad setuju

untuk menjual semua sahamnya di PT Technopia Lever ke Technopia Singapore

Pte. Ltd.

Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember

2003, Unilever Indonesia menerima persetujuan dari pemegang saham

minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari

Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini efektif berjalan

pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara perusahaan dan
Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21 Januari 2004. Pada 30 Juli

2004, Unilever Indonesia bergabung dengan PT KI. Merger dicatat dengan

menggunakan metode yang mirip dengan metode penyatuan kepemilikan.

Perusahaan adalah perusahaan yang bertahan dan setelah merger PT KI tidak lagi

ada sebagai badan hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan

persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam surat No. 740 /

III / PMA / 2004 tanggal 9 Juli 2004. Pada 2007, perusahaan menandatangani

perjanjian bersyarat untuk membeli merek "Buavita" dan "Gogo" minuman

Vitality berbasis buah dari Ultra. Transaksi selesai pada Januari 2008.

4.1.3.2 Visi dan Misi Perusahaan

a. Visi

“Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari masyarakat Indonesia

dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya”

b. Misi

• Bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap

harinya.

• Membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan

lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi

mereka dan orang lain.

• Menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap

harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar

bagi dunia.
• Senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnus yang

memungkinkan kami untuk terus bertumbuh seraya mengurangi

dampak terhadap lingkungan.

4.2 Data Pembahasan

4.2.1 Penerapan Strategi Cost Leadership dalam Meningkatkan Volume

Penjualan dan Peningkatan Profitabilitas Perusahaan

Pada pembahasan ini menurut Porter (1980), Strategi Cost Leadership

adalah upaya yang dilakukan perusahaan dalam menghasilkan keunggulan

kompetitif dengan perusahaan dalam menghasilkan keunggulan kompetitif

dengan mencapai biaya terendah dalam industri. Fokus perusahaan yang

menerapkan Strategi Cost Leadership adalah pengendalian biaya yang ketat,

menahan diri dari segala aktivitas yang menimbulkan biaya yang besar serta

mengutamakan efisiensi pada setiap operasi.

Menurut Horngren, Foster dan Datar yang dikutip dari Basu Swasta

(2005:58), volume penjualan adalah ukuran aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan kapasitas dalam satuan uang atau unit produk dimana

manajemen akan berusaha untuk mempertahankan volume yang menggunakan

kapasitas yang ada dengan sebaik mungkin.

Laba atau Profit merupakan elemen yang paling penting menjadi perhatian

pemakai karena angka diharapkan cukup kaya untuk merepresentasikan kinerja

perusahaan secara keseluruhan. Pengertian Laba menurut Suwardjono (2008:464),

adalah imbalan atas upaya perusahaan mneghasilkan barang dan jasa. Ini berarti
laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat

kegiatan produkasi dan penyerahan barang/jasa).

4.2.1.1 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk.

Berdasarkan analisis Strategi Cost Leadership, PT. Pioneerindo Gourmet

International Tbk. beberapa hal yang membuktikan adanya keberhasilan

penerapan Strategi Cost Leadership dimana :

Di tahun 2018 biaya penjualan adalah sebesar Rp 270,5 milyar atau

meningkat 11,5 % dari tahun 2017 sebesar Rp 242,6 milyar. Peningkatan biaya

penjualan pada tahun 2018 lebih disebabkan kontribusi dari biaya-biaya di bawah

ini:

• Biaya gaji dan tunjangan meningkat 10,6% menjadi Rp. 104,3 milyar pada

tahun 2018 dikarenakan adanya kenaikan Upah Minimum Regional,

pembayaran insentif pencapaian target dan jumlah karyawan akibat

penambahan jumlah gerai.

• Biaya sewa dan service charge meningkat 16,2% menjadi Rp 73,3 milyar

pada tahun 2018 dikarenakan naiknya tarif sewa dari pemilik property dan

penambahan jumlah gerai baru.Biaya listrik, air dan telepon naik 2,9%

menjadi Rp 43,8 milyar pada 2018. Peningkatan ini sehubungan dengan

penambahan jumlah gerai kami dan program remodelling yang dilakukan.

• Penyusutan aset tetap meningkat 15,4% menjadi Rp. 24,2 milyar pada

tahun 2018. yang disebabkan oleh penambahan jumlah


Di tahun 2018 pendapatan usaha PGI naik sebesar 16,8% dari Rp 536,4

milyar di tahun 2017 menjadi Rp 626,8 milyar di tahun 2018, kontribusi dari

kenaikan ini dihasilkan dari total kenaikan jumlah transaksi sebesar 9,8% dan total

kenaikan rata-rata berbelanja (average cheque) sebesar 6,6%, sedangkan untuk

penjualan store existing (Same Store Sales Growth) bertumbuh sebesar 9,2% yang

dikarenakan jumlah transaksi mengalami kenaikan sebesar 1,3% dan average

cheque bertambah sebesar 7,9%. Penjualan dari store baru juga memberikan

kontribusi positif sebesar 6,2 % untuk pertumbuhan penjualan di tahun 2018.

CFC, sebagai penyumbang utama total pendapatan PGI, menyumbang 94,6% dari

total pendapatan di 2018 disamping SAPO Oriental, Cal Donut dan Sugakiya

yang menyumbang 3,7% , 1,3% dan 0,4%. Peningkatan ini dikarenaka

diterapkannya :

• Peningkatan kinerja sales

• Ketatnya pengawasan terhadap biaya operasi

4.2.1.2 PT. Ultrajaya Milk Tbk.

Berdasarkan analisis Strategi Cost Leadership, PT. Ultrajaya Milk Tbk.

beberapa hal yang membuktikan adanya keberhasilan penerapan Strategi Cost

Leadership dimana :

Perseroan mengelompokkan seluruh jenis produk minuman UHT kedalam

kelompok Minuman yang terdiri dari produk susu cair, produk jus, produk teh,

serta produk minuman kesehatan, sedangkan produk Susu Bubuk (milk powder),
Susu Kental Manis (sweetened condensed milk), dan lainnya ke dalam kelompok

Makanan. Pada tahun 2018 penjualan produk minuman UHT meningkat 13,0%

dibandingkan dengan penjualan di tahun sebelumnya, yaitu dari Rp. 4,70 triliun di

tahun 2017 menjadi Rp. 5,32 triliun di tahun 2018. Penjualan dan pendapatan dari

produk Makanan menurun sebesar 11,4% yaitu dari Rp.174,9 milyar di tahunbuku

2017 menjadi Rp. 154,9 milyar di tahunbuku 2018.

Analisis secara horisontal menunjukkan beberapa pos biaya yang

mengalami peningkatan cukup signifikan pada tahun 2018 dibandingkan tahun

2017 sebagai berikut:

• Pos Biaya Iklan dan Promosi meningkat 37,2%, atau sebesar Rp. 122,8

milyar, yaitu dari Rp. 330,0 milyar di tahun 2017 menjadi Rp. 452,8

milyar di tahun 2018.

• Biaya Angkutan, meningkat dari 13,5% atau sebesar Rp.24,3 milyar, yaitu

dari Rp 179,4 milyar di tahun buku 2017 menjadi Rp 203,7 milyar di

tahunbuku 2018.

PT. Ultrajaya Milk Tbk. selain melakukan penjualan produk-produknyake

seluruh daerah di Indonesia juga melakukan penjualanekspor ke beberapa negara

di Asia a.l. Brunei Darussalam,Singapura, Korea Selatan, Kamboja, China, dan

beberapanegara di semenanjung Arab, serta ke Australia dan Amerika Serikat.

Pada tahun 2018 Penjualan Lokal meningkat 12,0% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, yaitu dari Rp. 4,86 triliun di tahun 2017 menjadi Rp. 5,45 triliun di
tahun 2018, sedangkan Penjualan Ekspor meningkat 39,9% yaitu dari Rp.19,8

milyar di tahun 2017 menjadi Rp. 27,7 milyar di tahun 2018.

Perseroan mengelompokkan seluruh jenis produk minuman UHT kedalam

kelompok Minuman yang terdiri dari produk susu cair, produk jus, produk teh,

serta produk minuman kesehatan, sedangkan produk Susu Bubuk (milk powder),

Susu Kental Manis (sweetened condensed milk), dan lainnya ke dalam kelompok

Makanan. Pada tahun 2018 penjualan produk minuman UHT meningkat 13,0%

dibandingkan dengan penjualan di tahun sebelumnya, yaitu dari Rp. 4,70 triliun di

tahun 2017 menjadi Rp. 5,32 triliun di tahun 2018. Penjualan dan pendapatan dari

produk Makanan menurun sebesar 11,4% yaitu dari Rp.174,9 milyar di tahunbuku

2017 menjadi Rp. 154,9 milyar di tahun buku 2018.

4.2.1.3 PT. Unilever Tbk.

4.2.2 Penerapan Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Volume

Penjualan dan Peningkatan Profitabilitas Perusahaan

Menurut Fandy Tjiptono (2000 : 6), Strategi pemasaran merupakan suatu

manjemen yang disusun untuk mempercepat pemecahan persoalan pemasaran dan

membuat keputusan-keputusan yang bersifat strategis.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008 : 12), logika pemasaran yang dibuat

oleh unit usaha yang berharap untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi

pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya, bauran

pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang

diharapkan dan kondisi persaingan.


Menurut Horngren, Foster dan Datar yang dikutip dari Basu Swasta

(2005:58), volume penjualan adalah ukuran aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan kapasitas dalam satuan uang atau unit produk dimana

manajemen akan berusaha untuk mempertahankan volume yang menggunakan

kapasitas yang ada dengan sebaik mungkin.

Laba atau Profit merupakan elemen yang paling penting menjadi perhatian

pemakai karena angka diharapkan cukup kaya untuk merepresentasikan kinerja

perusahaan secara keseluruhan. Pengertian Laba menurut Suwardjono (2008:464),

adalah imbalan atas upaya perusahaan mneghasilkan barang dan jasa. Ini berarti

laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat

kegiatan produkasi dan penyerahan barang/jasa).

4.2.2.1 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk.

Dalam memperoleh peningkatan volume penjualan dan peningkatan

profitabilitas perusahaan, PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk. melakukan

strategi pemasaran sebagai berikut :

Ditahun 2018 pendapatahn usaha PT. Pioneerindo Gourmet International

Tbk. naik sebesar 16,8% dari Rp. 536,4 milyar di tahun 2017 menjadi Rp. 626,8

milyar di tahun 2018. PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PGI)

membukukan kinerja lebih baik di tahun 2018, pertumbuhan ini tidak lepas dari

kerja keras seluruh tim, gencarnya aktivitas marketing, pengoptimalan kwalitas

dan varian menu, kwalitas layanan, tampilan gerai yang lebih menarik dan

semakin banyak dan mudah dicapai, serta penyediaan layanan pembayaran

dengan digital payment. Kinerja di tahun 2018 tercermin dari pertumbuhan


angkaangka operasional, seperti: kenaikan penjualan total, penjualan store

existing (same store sales growth), jumlah transaksi (CU) dan rata-rata berbelanja

(average cheque) CU.

Di tahun 2018 PGI masih melanjutkan penghematan biaya-biaya secara

terukur di segala bidang sehingga menyebabkan persentase beban usaha terhadap

penjualan mengalami penurunan. Semua itu berdampak kepada kenaikan laba

PGI. PGI senantiasa mengutamakan prioritas pertumbuhan melalui program-

program dasar yang akan dijalankan yaitu program 5P “Product (produk), People

(Sumber daya manusia), Place (lokasi), Price (harga), dan Promotion (promosi).

Semua program ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan serta

membangun nilai ekuitas pemegang saham dalam jangka panjang.

4.2.2.2 PT. Ultrajaya Milk Tbk.

Perseroan selalu menjamin ketersediaan produk di pasar, melakukan riset

dengan memperhatikan kepentingan konsumen, dan melakukan kegiatan-kegiatan

maupun memberikan pendidikan kepada setiap lapisan masyarakat mengenai

manfaat-manfaat kebiasaan minum susu setiap hari. Dengan demikian pangsa

pasar tetap terjaga dan Perseroan tetap menjadi pemimpin pasar.

Secara vertikal, Laba Usaha tahunbuku 2018 mengalami penurunan

sebesar 3,5% yaitu dari 19,8% senilai Rp. 968,3 milyar di tahunbuku 2017

menjadi 16,3% senilai Rp. 892,6 milyar di tahunbuku 2018. Secara horizontal,

Laba Usaha tahunbuku 2018 ini juga mengalami penurunan sebesar 7,8% senilai
Rp. 75,7 milyar yaitu dari Rp. 968,3 milyar di tahunbuku 2017 menjadin Rp.892,6

milyar di tahunbuku 2018.

4.2.2.3 PT. Unilever Tbk.

Untuk dapat memperoleh peningkatan volume penjualan dan peningkatan

profitabilitas perusahaan tidak terlepas dari strategi pemasaran yang dilakukan PT.

Unilever Tbk. diantaranya :

• Melakukan inovasi produk.

• Mengembangkan produk dari segi kualitas.

• Mengikutsertakan public figur dalam mengenalkan produknya.

• Sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan, perusahaan

selalu melakukan kegiatan sosial dan peduli lingkungan.

Selama tahun 2018, Perseroan berhasil membukukan penjualan bersih

sebesar Rp41,8 triliun atau meningkat 1,5% dibanding periode yang sama tahun

lalu. Tanpa memasukkan penjualan kategori Spreads, pertumbuhan penjualan

Perseroan tahun 2018 adalah sebesar 2,4%. Penjualan ini berasal dari dua segmen

usaha, yaitu segmen Home and Personal Care serta Foods and Refreshment yang

masing-masing sebesar Rp28,7 triliun dan Rp13,1 triliun. Kontribusi masing-

masing segmen tersebut terhadap penjualan bersih Perseroan berturut-turut adalah

69% dan 31%. Peningkatan penjualan Perseroan disebabkan oleh meningkatnya

penjualan di pasar domestik yang mencapai kenaikan sebesar 1,9% dibanding

tahun lalu (atau 2,9% pertumbuhan domestik tanpa memasukkan penjualan

kategori Spreads).
Di tahun 2018, Perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp9,1 triliun

atau meningkat 30,1% dibanding periode yang sama tahun lalu. Margin laba

Perseroan tercatat naik 480 basis poin dibandingkan dengan tahun 2017 menjadi

21,8% dari total penjualan. Hal tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan

penjualan, optimalisasi biaya yang dilakukan Perseroan dan keuntungan dari

penjualan aset kategori Spreads.


DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. (2018). PTSP Annual Report. Jakarta.

Tim Penyusun. (2018). ULTJ Annual Report. Jakarta.

Tim Penyusun. (2018). Unilever Annual Report. Jakarta.

http://albertodudung.blogspot.com/2012/10/strategi-cost-leadership-biaya-

rendah.html

https://www.cfcindonesia.com/tentang-profil-perusahaan

http://eprints.undip.ac.id/58243/4/BAB_III.pdf

https://emaalife.wordpress.com/2017/05/06/pos-blog-pertama/

https://www.emis.com/php/company-

profile/ID/Pt_Pioneerindo_Gourmet_International_Tbk_id_1611708.html

https://www.unilever.co.id/about/who-we-are/our-history/

https://pintarsaham.id/profil-perusahaan-unilever-indonesia-unvr/

https://pintarsaham.id/profil-perusahaan-ultra-jaya-tbk-ultj/

https://britama.com/index.php/2012/06/sejarah-dan-profil-singkat-ultj/

Anda mungkin juga menyukai