Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Pemasaran Konsep Kewirausahaan Dalam Usaha UMKM Peyek Udang

Rebon di Cirebon

Ahmad Dhani
Program Studi Hukum Keluarga Islam (IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Email: ahmadddhanii.19@gmail.com

ABSTRACK
The development of the rebon shrimp projectile business, apart from providing added value to
commodities, can also increase employment and business opportunities for the community.
Increasingly diverse consumer demands require business owners to implement strategies for business
evaluating their business models to developments. The service team accompanies partners in
improving their production processes can produce better quality Shrimp Peyek. This research uses a
descriptive method with a qualitative approach, namely explaining and describing the process of the
object under study, namely the Peyek Udang Rebon in Cirebon. Taking advantage of opportunities
with a more active marketing model and product innovation in flavor and packaging variants is one of
the outputs of accompanying SWOT and BMC mapping as value prepositions and adding and
optimizing channels in online marketing needs to be done with good marketing techniques that need
to be done to boost marketing and meet market needs for the ever-increasing demand for rebon
projectiles. Further collaborative programs need to be held so that the results of the mapping that has
been carried out, both potential mapping via SWOT and Business Model Canvas mapping or Holistic
Management can be re-evaluated optimally. In supporting and improving there must be ongoing
assistance.
Keyword: Rebon Shrimp, SWOT, Business Model Canvas

ABSTRAK
Berkembangnya usaha peyek udang rebon, selain memberikan nilai tambah bagi komoditas udang,
juga dapat meningkatkan kesempatan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat. Permintaan
konsumen yang semakin beragam menuntut para pemilik usaha untuk menerapkan strategi demi
kelangsungan usahanya dengan mengevaluasi model bisnisnya agar sesuai dengan perkembangan.
Disamping itu tim pengabdi mendampingi mitra dalam memperbaiki proses produksinya sehingga
dapat menghasilkan Peyek Udang dengan kualitas yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yakni menjelaskan dan menggambarkan proses pada
objek yang diteliti yaitu UMKM Peyek Udang Rebon di kabupaten Cirebon. Memanfaatkan peluang
dengan model pemasaran yang lebih aktif dan inovasi produk dalam varian rasa dan kemasan
merupakan salah satu output dari pendampingan pemetaan SWOT dan BMC sebagai value
prepositions dan penambahan serta pengoptimalan channel dalam online marketing perlu dilakukan
dengan Teknik marketing yang baik perlu dilakukan untuk mendongkrak pemasaran dan memenuhi
kebutuhan pasar akan permintaan peyek rebon yang terus meningkat. Perlu diadakan program
kolaboratif selanjutnya agar hasil pemetaan yang telah dilakukan baik pemetaan potensi melalui
SWOT dan pemetaan Business Model Canvas ataupun Manajemen Holistik dapat dievaluasi kembali
dengan optimal. Dalam mendukung dan meningkatkan pelatihan yang sudah dilakukan, maka harus
ada pendampingan berkelanjutan.

Keyword: Peyek Udang Rebon, SWOT, Bisnis Model Kanvas

1. PENDAHULUAN
Adanya unit usaha yang mengolah udang menjadi peyek udang rebon, akan dapat
meningkatkan permintaan udang sebagai bahan baku. Peningkatan permintaan akan
komoditas ini tentunya akan memotivasi para nelayan untuk mengembangkan usaha

1
perairannya. Peyek udang rebon adalah makanan ringan khas Tegal yang terkenal dan lezat,
dan sekarang telah berkembang pesat hampir ke seluruh daerah Indonesia.
Peyek udang rebon memiliki sejarah yang panjang dan dianggap sebagai salah satu
makanan tradisional Indonesia. Sejarahnya dapat ditelusuri kembali ke zaman kolonial
Belanda, di mana udang rebon mulai diperkenalkan oleh para pedagang asing. Pada awalnya,
peyek udang rebon lebih dikenal di daerah pesisir atau daerah yang dekat dengan pantai, di
mana udang rebon lebih mudah ditemukan dan diolah. Proses pembuatan peyek udang rebon
melibatkan pengeringan udang rebon dengan menggunakan minyak panas hingga menjadi
kerupuk yang renyah. Seiring berjalannya waktu, peyek udang rebon menjadi semakin
populer dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Di setiap daerah, peyek udang rebon
juga mengalami variasi dalam bumbu dan penyajian, sesuai dengan kekhasan kuliner
setempat. Hingga saat ini, peyek udang rebon tetap menjadi salah satu camilan yang populer
di Indonesia. Banyak produsen makanan dan rumah makan menghadirkan peyek udang rebon
dalam berbagai varian rasa, mulai dari original, pedas, hingga manis. Peyek udang rebon
telah menjadi bagian integral dari budaya kuliner Indonesia dan sering kali disajikan sebagai
pelengkap dalam hidangan seperti nasi uduk, nasi kuning, atau nasi liwet. Meskipun
popularitasnya terus berkembang, peyek udang rebon tetap mempertahankan dasar
tradisionalnya dalam proses pembuatan dan rasa yang autentik.
Berkembangnya usaha peyek udang rebon, selain memberikan nilai tambah bagi
komoditas udang, juga dapat meningkatkan kesempatan kerja dan peluang usaha bagi
masyarakat.1 Untuk melihat suatu peluang mengembangkan usaha tentu saja perlu
mempertimbangkan potensi yang ada. Lingkungan di mana kita berada senantiasa berubah,
dan untuk mampu bertahan di lingkungan tersebut, sebuah unit bisnis harus mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya. 2 Semakin dinamis lingkungan dimana
unit usaha itu berada, maka semakin besar fleksibilitas yang diperlukan untuk merespon dan
mengantisipasi perubahan tersebut. Permintaan konsumen yang semakin beragam menuntut
para pemilik usaha untuk menerapkan strategi demi kelangsungan usahanya dengan
mengevaluasi model bisnisnya agar sesuai dengan perkembangan.
Disamping itu Melalui kegiatan ini, tim pengabdi mendampingi mitra dalam
memperbaiki proses produksinya sehingga dapat menghasilkan Peyek Udang dengan kualitas
yang lebih baik. Proses produksi merupakan rangkaian kegiatan dalam mengolah bahan dasar
menjadi suatu produk yang dapat dijual dengan keuntungan maksimal menggunakan
peralatan tertentu. Selanjutnya tim pengabdi mendampingi mitra dalam memperluas
pemasarannya melalui pasar modern karena di Cirebon saat ini banyak terdapat pasar–pasar
modern yang ramai dikunjugi wisatawan. Disamping itu juga dilakukan pemasaran secara
online karena peminat terhadap jual beli online di Indonesia saat ini juga meningkat.
Dari uraian di atas, maka dapat perumusan masalah pada kegiatan pengabdian ini
adalah “bagaimana konsep kewirausahaan dalam pemasaran Peyek Udang Rebon ini?”.
Adapun tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kualitas produk
Peyek Udang Rebon dan memperluas pemasarannya .

2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah alat bantu sederhana yang memungkinkanmu
menyusun mengembangkan strategi usaha. Analisis ini terdiri dari empat elemen, yakni
1
Indriastuti, I., Affandi, M., & Indriani, Y. (2015). Strategi Pemasaran Berdasarkan Perilaku Pembelian Keripik Pisang Di Kota
Metro. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. https://doi.org/10.23960/jiia.v3i2
2
Rukka, R. M. (2011). Buku Ajar Kewirausahaan. In Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) Universitas
Hasanuddin.

2
strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats
(ancaman). Nantinya, analisis SWOT dapat dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan
strategis misi untuk mencapai tujuan usaha yang diinginkan. Hal ini akan membantu calon
investor memahami risiko dan peluang yang akan diambilnya. Berikut adalah langkah-
langkah umum dalam melakukan analisis SWOT:
1) Kekuatan (Strengths): mengidentifikasi aspek-aspek positif yang membedakan
organisasi atau produk dari yang lain. Contoh kekuatan dapat mencakup merek
yang kuat, sumber daya finansial yang kuat, tim manajemen yang berkompeten,
atau teknologi canggih.
2) Kelemahan (Weaknesses): mengidentifikasi kekurangan internal yang dapat
menghambat kemajuan organisasi atau produk. Contoh kelemahan mungkin
termasuk kurangnya sumber daya, sistem internal yang tidak efisien, atau
kurangnya keahlian tertentu dalam tim.
3) Peluang (Opportunities): mengidentifikasi faktor eksternal yang dapat
dimanfaatkan oleh organisasi untuk pertumbuhan atau keberhasilan. Contoh
peluang mungkin mencakup pasar yang berkembang, perubahan regulasi yang
menguntungkan, atau perubahan tren konsumen yang mendukung produk atau
layanan yang ditawarkan.
4) Ancaman (Threats): mengidentifikasi faktor eksternal yang dapat menghambat
pertumbuhan atau keberhasilan organisasi atau produk. Contoh ancaman mungkin
mencakup persaingan yang ketat, perubahan tren pasar yang merugikan, atau
perubahan regulasi yang merugikan.

2. Bussines Model Canvas


UMKM membutuhkan alat yang baik untuk mengatasi situasi agar mampu
berkembang. Banyak UMKM yang mampu berkembang namun banyak juga yang gagal
setelah beberapa tahun memulai usaha. Kanvas Model Bisnis Osterwalders mencoba
memetakan apakah pola menuju keberhasilan dengan memperhatikan kegiatan UMKM saat
ini. Model bisnis canvas merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Osterwalder dan
Pigneur pada tahun 2009 dimana sebuah model bisnis yang dibangun terdiri atas sembilan
komponen. Osterwalder, Pigneur, dan Smith mengatakan bahwa model bisnis canvas
merupakan model bisnis yang digunakan untuk menjelaskan, menggambarkan, menilai dan
merancang model bisnis. Berdasarkan penjelasan Osterwalder, Pigneur, dan Smith bahwa
canvas business model terdiri atas empat dasar blok dalam bisnis, yaitu penawaran,
konsumen, infrastruktur, dan keuangan. Blok tersebut meliputi sembilan komponen.
Penawaran meliputi manfaat yang ditawarkan (value proposition). Konsumen meliputi bina
pelanggan (customer relationship), saluran (channels), segmen konsumen (customer
segments). Infrakstruktur terdiri dari kemitraan (key partners), kegiatan urama (key
activities), dan sumber daya (key resources). Sedangkan keuangan terdiri atas biaya-biaya
(cost structure) dan aliran pendapatan (revenue streams).

3. Manajemen dan Pemasaran Holistik


Manajemen holistik adalah pendekatan dalam manajemen yang memandang
organisasi secara menyeluruh dan mengintegrasikan berbagai aspek yang ada di dalamnya.
Konsep ini menekankan pentingnya melibatkan seluruh elemen organisasi, termasuk
manusia, proses, teknologi, dan lingkungan, dalam proses pengambilan keputusan dan
perencanaan strategis.
Pemasaran holistik adalah pendekatan strategis dalam dunia pemasaran yang
menganggap bahwa untuk mencapai kesuksesan pemasaran, semua elemen pemasaran harus
bekerja bersama secara terintegrasi dan saling mendukung. Pendekatan ini memandang

3
pemasaran sebagai suatu sistem yang kompleks, di mana berbagai aspek dan aktivitas
pemasaran harus berkoordinasi untuk menciptakan pengalaman yang konsisten dan bermakna
bagi pelanggan.3

4. Branding
Branding merupakan proses dalam merancang identitas dan menjadi representasi dari
visi dan image perusahaan tersebut, sehingga media dalam melakukan promosi dapat dengan
tepat menjangkau serta menarik perhatian konsumen atau masyarakat yang telah menjadi
sasaran serta mampu menimbulkan brand awareness di emosi masyarakat. Brand
membutuhkan perjalanan yang sangat panjang agar bisa berkembang untuk membuat
persepsi, penilaian, dan kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang berkaitan dengan brand
tersebut. Oleh karena itu dalam komunikasi pemasaran, brand bukan hanya soal nama dan
logo, akan tetapi brand adalah janji satu perusahaan kepada pelanggan dalam memberikan
apa yang menjadi filosofi brand tersebut. Bukan hanya itu brand memiliki fungsi berkaitaan
dengan emosional, sosial, dan ekspresi diri.4 Kotler5 menyatakan bahwa brand merupakan
nama, kata, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasinya yang mengidentifikasi barang atau
jasa dari penjual maupun kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing. 6 Brand
harus mampu menggerakkan strategi bisnis, ia juga merupakan asset serta mempunyai
ekuitas. Maka dari itu ketika konsepsi mengenai brand berubah, sebagai asset ia
menimbulkan arus perubahan yang besar pengaruhnya. Oleh karenanya para pengambil
keputusan pemasaran perlu memperhatikan dengan baik dalam mengelola dan mengukur
sebuah brand.
Dalam kaitannya dunia bisnis dan digital atau media sosial, baranding memiliki fungsi
diantaranya:
a) Sebagai pembeda dengan produk atau brand yang sudah ada. Brand yang sudah
dikenal serta melekat pada pikiran konsumen akan gampang dibedakan dengan
merk yang lain.
b) Sebagai media promosi serta daya Tarik. Brand yang terkenal lebih mudah
dipromosikan, dan lebih memiliki daya tarik bagi pelanggan.
c) Untuk membangun citra, imaje, emosi, keyakinan, jaminan kualitas, serta prestise.
Artinya brand membantu perusahaan agar produknya mudah diingat oleh
konsumen.
d) Bagi perusahaan yang mempunyai brand yang kuat akan lebih mudah
mengendalikan pasar.
Dengan begitu dapat disimpulkan, branding memiliki tujuan untuk membentuk
persepsi masyarakat, kepercayaan, kesetiaan, kebanggaan, dan membangun rasa cinta
konsumen terhadap brand.

3. METODE

Penelitian ini dilakukan di salah satu unit usaha yang memproduksi dan menjual
peyek rebon yaitu UMKM yang berlokasi di desa Susukan Agung, kecamatan Susukanlebak,
3
Radhita Safira Kalimaya dan Anne Ratnasari, "Sales Promotion Produk Hijab Clothing di Instagram", Communication
Management, 2: 1 (2021), 226
4
Muhammad Nastain, Branding Dan Eksistensi Produk (Kajian Teoritik Konsep Branding Dan Tantangan Eksistensi Produk),
Jurnal Channel, Vol. 5, No. 1, April 2017
5
Kotler, Philip, 2000, Marketing Management. Edisi Milenium, Prentice Hall Intl, Inc New Jersey.
6
Arianto, Bambang. “Buzzer Media Sosial dan Branding Produk UMKM Daerah Istimewa Yogyakarta” Jurnal UMKM
Dewantara, Vol. 02, No. 01, (Juli, 2019), 27- 46

4
kabupaten Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yakni menjelaskan dan menggambarkan secara mendalam tentang situasi atau
proses pada objek yang diteliti yaitu UMKM Peyek Udang Rebon.7 Informan kunci dalam
penelitian ini adalah pemilik UMKM dan karyawan UMKM sebanyak 2 orang..
Analisis data bersifat induktif kualitatif dan metode ini bertujuan untuk menganalisis
informasi faktual yang yang diperoleh secara detail mengenai gejala yang ada pada UMKM,
mengidentifikasi masalah - masalah yang terjadi dan kegiatan-kegiatan yang sedang
berlangsung.8 Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan
penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai Pelatihan analisis
SWOT (Strengt, Weakness, Opportunity dan Threat) pada Usaha Kecil Menengah Peyek
Udang Rebon, penerapan business model canvas pada UMKM Peyek Udang Rebon, dan
membangun branding pada UMKM Peyek Udang Rebon.

4. HASIL PEMBAHASAN
4.1 Isi Hasil dan Pembahasan
Peyek udang rebon merupakan usaha industri rumah tangga yang dikelola secara sederhana
oleh sekelompok ibu - ibu rumah tangga yang berada di kabupaten Cirebon tepatnya di Desa
Susukan Agung, Kecamatan Susukanlebak, Cirebon. Usaha ini dijalankan untuk membantu
peningkatan perekonomian keluarga. Keikutsertaan ibu–ibu dalam berusaha dapat
meningkatkan kesejahteraan keluarganya.9 Faktanya dalam kehidupan bermasyarakat, kaum
ibu sangat berpengaruh dalam mengatur dan mengelola perekonomian keluarga. Rempeyek
yang diproduksi di jual ke warung-warung, kantin, dan angkringan di tempat sekitar.
Kemasan rempeyek yang dipasarkan masih sangat sederhana. Peyek yang dipasarkan ke
warung-warung hanya dikemas dengan plastik biasa dan kemudian di setples. Usaha
rempeyek ini belum dilengkapi dengan tanggal kadaluarsa apalagi P-IRT. Harga jual
perkemasan antara Rp. 1.000,00 sampai dengan Rp. 3.000,00. Makanan ini terbuat dari udang
rebon yang digoreng dengan tepung sehingga menjadi renyah dan gurih. Proses
pembuatannya dimulai dengan mencampur udang rebon dengan adonan tepung yang
mengandung rempah-rempah dan bumbu pilihan. Kemudian, adonan udang direndam dan
digoreng hingga matang dan berubah menjadi peyek udang rebon yang renyah. Peyek udang
rebon biasanya disajikan sebagai camilan atau pendamping saat makan nasi.

4.2 Isi Hasil Pembahasan


4.2.1 Metode Analisis SWOT
Usaha Kecil dan Menengah ini dirintis oleh ibu Rohidah yang pada awalnya diinisiasi dari
hasil kolaborasi dengan mahasiswa universitas Cirebon yang sedang mendapatkan mata
kuliah kewirausahaan, dari antusiasme pemilik usaha dan mahasiswa, kegiatan ini berlanjut
hingga terbentuknya UKM Peyek Udang Rebon ini. Berikut merupakan analisis SWOT dari
UKM Peyek Udang Rebon produk olahan Rempeyek udang dengan yang lainnya. Maka dari
sanalah Peyek Udang Rebon ini dikenal serta disukai oleh masyarakat, sehingga UKM ini
mampu bertahan sampai saat ini.
UKM Keripik kere ini telah memiliki ijin edar PIRT dari POM dan Halal dari MUI serta telah
memiliki distribusi di sekolah local di kabupaten Cirebon dan beberapa reseller di kota besar
seperti Jakarta dan Bandung, namun masih harus dipetakan dan dioptimalkan.
Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT)
7
Sugiyono, D. (2018). Metode penelitian kuatintatif , kualitatif dan R & D / Sugiyono. In Bandung: Alfabeta.
8
Zimmerer, T. W., & Scarborough, N. M. (2008). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. In Salemba Empat.
9
Stevin M E, T., Femmy C M, T., & Selvi M, T. (2017). Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Keluarga Di Desa Allude Kecamatan Kolongan Kabupaten Talaud. Acta Diurna, VI(2), 2.

5
1. Kekuatan (Strength)
1) Peyek udang rebon dapat menjadi salah satu alternatif makanan ringan yang
praktis dan murah.
2) Harga yang terjangkau oleh setiap kalangan.
3) Kualitas terjamin dan tidak menggunakan bahan pengawet.
4) Tempat produksi yang strategis memudahkan praktik pemasaran dan
pendistribusian.
5) Dapat menjadi produk unggulan desa.
2. Kelemahan (Weakness)
1) Belum melakukan analisis kekuatan internal dan eksternal dalam kerangka SWOT
2) Bahan baku udang rebon masih dipandang sebelah mata dan tidak banyak orang
yang mengenal sehingga diperlukan promosi yang agresif.
3) Kualitas produk akan berkurang apabila tidak dikemas dengan baik.
4) Belum memiliki rencana pengembangan usaha, dan pemetaaan Business Model
Canvas
3. Peluang (Opportunity)
1) Cemilan keripik kere masih minim saingan di desa Susukan Agung
2) Permintaan pasar dan pelanggan yang semakin meningkat.
3) Banyak diminati setiap orang dari mulai anak-anak, dewasa, maupun orang tua.
4) Permintaan Peyek Udang Rebon secara online meningkat pesat efek pemasaran
dari media sosial.
4. Ancaman (Threath)
1) Pesaing produk competitor baik suplemen atau produk substitusi
2) Munculnya produk baru yang lebih unggul.
3) Fluktuasi harga bahan baku.
4) Bangkrut jika belum memiliki perencanaan bisnis yang jelas.

4.2.2 Bisnis Model Canvas


Sembilan komponen dalam canvas business yang akan digunakan oleh produsen adalah
sebagai berikut:
1. Customer Segments : UMKM menawarkan produk Peyek Udang Rebon dengan
melayani pelanggan dengan karakteristik sebagai berikut: 1) secara geografis berasal
dari desa Susukan Agung dan luar Desa Susukan Agung, 2) konsumen yang
menyukai camilan peyek dan produk untuk oleh-oleh khas daerah, 3) usia anak-anak
hingga dewasa, 4) tingkat pendapatan mulai dari kelas menengah ke bawah.
2. Value Propositions (nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan) yang diberikan
kepada konsumen dari UMKM. Nilai yang ditawarkan dari segi produk dengan
mengusung konsep makanan ringan khas daerah yang berasal dari rebon. Elemen
performance adalah peningkatan kinerja produk/jasa yang ditawarkan perusahaan.
Cara UMKM Peyek Udang Rebon meningkatkan kualitas produk yaitu dengan
memilih bahan baku terbaik. Kualitas bahan baku sangat dijaga, sehingga konsumen
tidak ragu untuk membeli produk ini sebagai oleh-oleh dan untuk dikonsumsi sehari-
hari. UMKM Peyek Udang Rebon memiliki perlengkapan display yang diletakkan di
toko sehingga pelanggan dapat bebas memilih produk sesuai dengan yang diinginkan.
3. Channels adalah cara yang digunakan perusahan untuk menyampaikan produknya
kepada pelanggan. Terdapat dua tipe channels yang digunakan UMKM. Produsen
Peyek Udang Rebon menggunakan penjualan langsung ke konsumen dan melalui
reseller. Penjualan secara langsung kepada pelanggan (direct selling) dilakukan di
lokasi tempat penjualan, sehingga pelanggan bisa langsung datang dan mendapatkan
produk yang diinginkan. Penjualan secarat idak langsung dapat juga dilakukan dengan

6
memanfaatkanfasilitas delivery order. Penjualan melalui reseller dilakukan melalui
kerjasama dengan beberapa UMKM mitra. Serta ditambahkan menggunakan website
dan media sosial sebagai layanan dan kemudahan pelanggan untuk memesan serta
mendapatkan informasi lengkap tentang produk Peyek Udang Rebon ini.
4. Customer relationships menggambarkan jenis hubungan yang dibangun oleh UMKM
Peyek Udang Rebon dengan pelanggan. Personal assistance adalah hubungan yang
menggambarkan interaksi antara pelanggan dan karyawan perusahaan yang melayani
pelanggan. Pelanggan yang ingin membeli langsung di UMKM Peyek Udang Rebon
ada karyawan khusus yang melayani. Tetapi pelanggan dapat juga memilih sendiri
produk yang diinginkan. Upaya UMKM dalam menjalin hubungan baik pelanggan
dengan menggunakan pelayanan secara personal. Pelanggan yang akan membeli atau
memesan produk keripik pisang dilayani langsung, baik pembelian secara langsung
ditempat maupun melalui proses pemesanan. Pelanggan yang bermaksud untuk
menjadi reseller juga akan dilayani. Pelanggan yang membeli produk Peyek Rebon
dalam yang jumlah banyak akan dilayani, dengan melakukan pemesanan terlebih
dahulu untuk menjamin ketersedian barang di UMKM. Juga ditambahkan
pemanfaatan media sosial yang lebih maksimal agar lebih dekat dengan pelanggan.
Melalui media ini, pelanggan dapat berhubungan langsung dengan perusahan untuk
melakukan pemesanan, mendapatkan informasi mengenai profil usaha dan seputar
tentang peyek udang rebon serta komplain atas produk UMKM.
5. Revenue Streams Menueurt Hong dan Fauvel10 Revenue streams menggambarkan
uang yang hasilkan UMKM dari masing-masing segmen pelanggan. Sumber
penerimaan UMKM berasal dari penjualan produk Peyek Udang Rebon. Aliran
pendapatan ini merupakan pendapatan transaksi (transaction revenues), yaitu
pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan dengan satu kali pembayaran. 11 Total
penerimaan rata-rata dari hasil penjualan produk peyek yang diperoleh UMKM Peyek
Udang Rebon adalah sebesar Rp 2.000.000,- per bulan. Dari penerimaan tersebut,
UMKM ini mampu menghasilkan laba yang mungkin cukup menguntungkan.
6. Key resources menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan UMKM. Key
resources yang digunakan pada UD. Produsen terdiri dari sumberdaya fisik berupa
tempat produksi (lahan dan bangunan), peralatan produksi, dan peralatan pengemasan.
Sumberdaya manusia dalam hal ini tenaga kerja yang terlibat sebanyak 4 orang.
Sumberdaya finansial yang digunakan untuk menjalankan aktifitas UMKM dalam
bentuk harta lancar (kas, persediaan dan piutang).
7. Key activities adalah kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan oleh organisasi atau
UMKM agar dapat memberikan nilai tambah dengan baik. Kegiatan utama yang
dilaksanakan oleh UMKM Peyek Udang Rebon, yaitu aktivitas produksi dan
penjualan peyek. Aktivitas produksi yaitu bahan baku udang rebon ditambahkan
bahan perisa untuk memberikan rasa yang berbeda pada keripik pisang yang akan
dijual. Setelah itu dilakukan pengemasan produk hingga produk siap dijual. Proses
pembelian dan pembayaran dapat dilkukan secara langsung, yaitu pelanggan datang
langsung ke toko memilih produk dan langsung membayar secara tunai. Namun dapat
juga pelanggan memesan produk melalui wa, pembayaran dilakukan melalui tranfer
ke rekening dan produk diantarkan ke pelanggan.
8. Key partnerships menggambarkan jaringan kerjasama perusahaan dengan mitra,
sehingga bisnis dapat berjalan dengan baik. UMKM menciptakan suatu kerjasama
dengan mitra untuk mengoptimalkan model bisnis dalam hal mengurangi resiko serta
10
JK Li, H. H., & Tan, K. H. (2004). SMEs business growth model: a medium to big effort. International Journal of
Management and Enterprise Development, 1(3), 195–207. https://doi.org/10.1504/ijmed.2004.004520
11
David, F. R. (2011). Strategic Management : Concepts and Cases (S. Yagan (Ed.)). Prentice Hall.

7
untuk menjamin bahwa UMKM memperoleh sumberdaya yang dibutuhkan. UMKM
Peyek Udang Rebon membentuk kemitraan dengan berbagai pihak dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya, sehingga kegiatan bisnis dapat berjalan efektif dan
efisien. Jenis kemitraan yang dibentuk adalah hubungan pembeli-pemasok. Bahan
baku yang dijual pemasok ke UMKM Peyek Udang Rebon memiliki kualitas yang
baik sehingga produk yang dihasilkan juga baik. Dalam pengadaan bahan udang
rebon, perusahan bekerjasama dengan mitra yang berasal dari daerah Cirebon, dan
Ciledug. Untuk meningkatkan penjualan produk, UMKM Aabar Shop mengadakan
kerjasama dengan beberapa UMKM yang menjadi reseller produk.
9. Cost structure menggambarkan biaya yang dikeluarkan secara keseluruhan untuk
mengoperasikan model bisnis. Terdapat dua macam penggolongan biaya yang
digunakan oleh UMKM Peyek Udang Rebon, yaitu biaya tetap (Fixed cost) dan biaya
variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh UMKM
tanpa adanya pengaruh dari besar kecilnya jumlah keripik pisang yang diproduksi.
Jenis biaya ini meliputi sewa bangunan, gaji karyawan, penyusutan alat, listrik dan
lain-lain . Biaya variabel (Variabel cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhaan produksi yang dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi
yang terdiri dari pembelian bahan baku dan bahan penolong, biaya pulsa
telekomunikasi, transportasi, serta pembelian bahan bakar.

4.2.3 Manajemen Dan Pemasaran Holistik Peyek Udang Rebon


Dalam konteks penerapan manajemen dan pemasaran holistik untuk produk Peyek Udang
Rebon, konsep pemasaran holistik yang digunakan produsen harus menekankan pentingnya
memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan secara menyeluruh serta menghasilkan
produk atau jasa yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasar.
Pemasaran manajemen holistik melibatkan berbagai aspek seperti periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, layanan pelanggan, penjualan, dan distribusi. Selain itu,
sertifikasi halal juga dapat menjadi pertimbangan dalam pemasaran produk Peyek Udang
Rebon ini. Implementasi pemasaran holistik dapat membantu dalam menentukan target pasar,
mengeksplorasi produk dengan lebih baik, serta menyelaraskan produk dengan kondisi dan
kebutuhan pasar. Oleh karena itu, dalam mengelola pemasaran produk peyek, perusahaan
perlu mempertimbangkan pendekatan holistik yang mencakup pemahaman mendalam
terhadap kebutuhan pasar, aspek-aspek pemasaran, dan sertifikasi produk.
Dalam pemasaran holistik produk peyek udang rebon, beberapa aspek penting yang perlu
diperhatikan meliputi:
1. Periklanan: Menilai pentingnya memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan
secara menyeluruh, produsen menggunakan media tiktok sebagai periklanannya.
2. Promosi penjualan: Produsen melakukan pemasaran melalui berbagai kanal, seperti
digital marketing (menggunakan aplikasi WhatsApp), untuk meningkatkan kesadaran
produk peyek udang rebon ini.
3. Hubungan masyarakat: Produsen membangun dan memelihara hubungan dengan
pelanggan untuk menjaga loyalitas dan mendapatkan umpan balik guna memajukan
UMKM nya.
4. Penjualan dan distribusi: Mengatur jalur penjualan dan distribusi produk peyek
dengan efisien dan efektif. Produsen mendistribusikan produk biasanya di kantin
sekolah.
5. Sertifikasi halal: Memastikan produk rempeyek memenuhi standar sertifikasi halal
untuk menjaga kelangsungan dan meningkatkan kesadaran produk.
Dalam penerapan pemasaran holistik, perusahaan harus mempertimbangkan semua aspek
tersebut untuk menjaga keberhasilan dan kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, penting bagi

8
perusahaan memahami kebutuhan pasar, mengembangkan strategi pemasaran yang efektif,
dan menggunakan teknologi dan sumber daya secara optimal untuk mencapai tujuan
pemasaran.

4.2.4 Media Sosial Tiktok Sebagai Branding Produk Peyek Udang Rebon
Perkembangan penggunaan aplikasi Tiktok dapat menjadikan Tiktok sebagai media promosi
serta membangun branding produk bagi pelaku UMKM di Indonesia. Pada masa pandemi
covid-19 sangat efektif dikarenakan banyak aktvitas masyarakat sudah melalui online. Sisi
lain pandemi membuka peluang bagi pelaku UMKM untuk menggunakan internet dalam
membangun brand dan promosi produk. Para Pengusaha akan memilih mempromosikan
produk melalui internet salah satunya dengan media sosial Tiktok. Ada banyak keuntungan
yang didapatkan seperti lebih murah, promosi cepat, serta jangkauannya yang luas dan dapat
dilihat oleh seluruh dunia. Untuk proses branding di aplikasi tiktok maka yang perlu
dilakukan adalah memilih desain yang cocok untuk institusi atau produk yang dihasilkan.
Akun tiktok yang dimiliki oleh pelaku UMKM baik itu foto profil, nama ID akun, serta
keterangan-keterangan di profil harus diatur dengan lebih kretaif dan berbeda dengan yang
lain. Akun Tiktok pelaku UMKM disarankan memiliki link ke media sosial yang lain seperti
facebok, Instagram, YouTube dan yang lainnya, agar upaya branding pelaku UMKM lebih
masif, serta produk lebih mudah diingat oleh masyarakat luas.
Beberapa Strategi marketing yang digunakan oleh produsen dengan platform Tiktok di
antaranya sebagai beriktu:
a. Menggunakan hashtag (sebuah tanda #) yang bermaksud konten baik berisi bahasan,
peristiwa, topik atau konten yang berbentuk gambar dan video mudah ditemukan.
Produsen menggunakan hashtag #peyekrebongurih dan #camilanmurah, yang mana
dapat terlintas diberanda pengguna Tiktok ketika sedang mencari camilan murah.
Hashtag membuat produk dengan mudah dalam pencarian konsumen.
b. Mengikuti tren merupakan salah satu strategi pemasaran dengan menggunakan Tiktok
mengandalkan video yang menggambarkan hal yang sedang tren. Dalam hal ini
produsen menggunakan konsep cinematii dalam menemukan moment yang sesuai
untuk produknya untuk dapat dipromosikan dan dikenalkan ke konsumen.
c. Produsen juga menampilkan deskripsi yang jelas agar konsumen mudah memahami
konten dan produk yang dipasarkan dan konsisten dalam memposting video guna
dikenali masyarakat.
Aplikasi tiktok yang penggunanya banyak dari kalangan generasi milenial merupakan sebuah
prospek yang besar dalam membangun branding dan kebertahanan usaha di masa depan.
Apalagi generasi ini memiliki karakter partisipatif, egaliter, komunikatif dalam berjejaring
sesuai hobi dan komunitas khususnya juga di media sosial. Artinya bahwa generasi milenial
menyukai suatu model yang kreatif dan inovatif.
Generasi milenial memiliki jiwa suka relawan yang cukup tinggi (voluntarisme), jika sudah
berhubungan dengan minat dan kesukaan mereka. Hal itu bisa dilacak dari motivasi para
warganet yang akan terdorong dengan cepat untuk memviralkan konten-konten yang hangat
dan menjadi topik pembahasan yang sedang tren. Pada aplikasi tiktiok ada fitur musik yang
tren, sehingga para pelaku UMKM bisa membuat konten tentang produk mereka serta di isi
dengan musik yang sedang tren tersebut.

5. KESIMPULAN
UMKM Peyek Udang Rebon yang telah berdiri selama 5 tahun meskipun telah memiliki
PIRT dan Halal dari MUI serta beberapa reseller masih harus dioptimalkan lagi dalam hal
kewirausahaannya seperti pemetaan potensi SWOT dan Business Model Canvas nya.

9
Memanfaatkan peluang dengan model pemasaran yang lebih aktif dan inovasi produk dalam
varian rasa dan kemasan merupakan salah satu output dari pendampingan pemetaan SWOT
dan BMC sebagai value prepositions dan penambahan serta pengoptimalan channel dalam
online marketing baik di marketplace shopee, Tokopedia dan di social media baik di
Instagram dan facebook perlu dilakukan dengan Teknik marketing yang baik perlu dilakukan
untuk mendongkrak pemasaran dan memenuhi kebutuhan pasar akan permintaan peyek rebon
yang terus meningkat.
Perlu diadakan pendampingan dan program kolaboratif selanjutnya agar hasil pemetaan yang
telah dilakukan baik pemetaan potensi melalui SWOT dan pemetaan Business Model Canvas
ataupun Manajemen Holistik agar dapat diimplementasikan dan dievaluasi Kembali dengan
optimal. Dalam mendukung dan meningkatkan pelatihan yang sudah dilakukan, maka harus
ada pendampingan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Bambang. “Buzzer Media Sosial dan Branding Produk UMKM Daerah Istimewa
Yogyakarta” Jurnal UMKM Dewantara, Vol. 02, No. 01, (Juli, 2019), 27- 46.
David, F. R. (2011). Strategic Management : Concepts and Cases (S. Yagan (Ed.)). Prentice
Hall.
Indriastuti, I., Affandi, M., & Indriani, Y. (2015). Strategi Pemasaran Berdasarkan Perilaku
Pembelian Keripik Pisang Di Kota Metro. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis.
https://doi.org/10.23960/jiia.v3i2
JK Li, H. H., & Tan, K. H. (2004). SMEs business growth model: a medium to big effort.
International Journal of Management and Enterprise Development, 1(3), 195–207.
https://doi.org/10.1504/ijmed.2004.004520
Kotler, Philip, 2000, Marketing Management. Edisi Milenium, Prentice Hall Intl, Inc
New Jersey.
Muhammad Nastain, Branding Dan Eksistensi Produk (Kajian Teoritik Konsep Branding
Dan Tantangan Eksistensi Produk), Jurnal Channel, Vol. 5, No. 1, April 2017
Radhita Safira Kalimaya dan Anne Ratnasari, "Sales Promotion Produk Hijab Clothing di
Instagram", Communication Management, 2: 1 (2021), 226
Rukka, R. M. (2011). Buku Ajar Kewirausahaan. In Lembaga Kajian dan Pengembangan
Pendidikan (LKPP) Universitas Hasanuddin.
Stevin M E, T., Femmy C M, T., & Selvi M, T. (2017). Peran Ganda Ibu Rumah Tangga
Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa Allude Kecamatan Kolongan
Kabupaten Talaud. Acta Diurna, VI(2), 2.
Sugiyono, D. (2018). Metode penelitian kuatintatif , kualitatif dan R & D / Sugiyono. In
Bandung: Alfabeta.
Zimmerer, T. W., & Scarborough, N. M. (2008). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha
Kecil. In Salemba Empat.

10

Anda mungkin juga menyukai